1. BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konselor merupakan petugas profesional yang mempunyai pendidikan khusus
di Perguruan Tinggi dan mencurahkan waktunya pada layanan bimbingan dan
konseling (Wibowo, 1986: 4).
Selain itu dikatakan bahwa konselor merupakan petugas profesional, yang artinya
secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang
berwenang. Mereka dididik secara khusus untuk untuk menguasai seperangkat
kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Jadi dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa konselor sekolah memang sengaja dibentuk atau
disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga yang professional dalam pengetahuan,
pengalaman dan kualitas pribadinya (Sukardi, 1984: 19).
2. BAB II
PEMBAHASAN
A.
Persyaratan konselor
Konselor sebagai jabatan profesional, oleh karena itu orang yang menjabat konselor
harus memiliki atau memenuhi persyaratan khusus untuk menjadi konselor, yaitu:
pengetahuan, keterampilan, dan sikap/kepribadian sebagai berikut:
1. Pendidikan Formal
Yaitu pengetahuan yang diperoleh melalui program pendidikan formal dari jurusan
bimbingan dan konseling ataupun penataran, kursus-kursus, dan latihan berjangka
dibidang tersebut. yang juga meliputi berbagai ilmu pengetahuan, psikologi,
bimbingan dan konseling (Hendrarno, dkk, 1987: 110).
Persyaratan formal yang harus dimiliki oleh setiap konselor sekolah adalah:
a. Secara umum seorang konselor sekolah serendah-rendahnya harus memiliki
ijazah sarjana muda dari suatu pendidikan yang sah dan memenuhi syarat untuk
menjadi guru (memiliki sertifikat mengajar) dalam jenjang pendidikan dimana
ia ditugaskan.
b. Secara profesional seorang konselor sekolah hendaknya telah mencapai tingkat
pendidikan sarjana bimbingan. Dalam masa pendidikannya pada institusi
bersangkutan seorang konselor harus menempuh mata kuliah atau bidang studi
tentang prinsip-prinsip dan praktik bimbingan. Dan bidang yang harus dikuasai
meliputi antara lain: proses konseling, pemahaman individu, informasi dalam
bidang pendidikan, pekerjaan, jabatan, atau karir, administrasi dan kaitannya
dengan program bimbingan, dan prosedur penelitian dan penilaian bimbingan.
Di samping bidang tersebut diatas, perlu juga dikuasai bidang-bidang lainnya
seperti: psikologi, ekonomi dan sosiologi (Wibowo, 1986: 95).
c. Pendidikan Non formal yaitu pengetahuan yang dapat diperoleh dengan cara
pengalaman bekerja, usaha dan belajar melalui bulletin, surat kabar, brosurbrosur yang sesuai dengan bidang bimbingan dan konseling, yang juga meliputi
3. berbagai ilmu pengetahuan, psikologi, bimbingan dan konseling (Hendrarno,
dkk, 1987: 110).
Seorang konselor sekolah profesional dalam bidangnya, hendaknya telah memiliki
pengalaman mengajar atau melaksanakan praktik konseling selama dua tahun;
ditambah satu tahun pengalaman bekerja diluar bidang persekolahan; tiga bulan
sampai enam bulan praktik konseling yang diawasi team pembimbing atau praktik
internship, dan pengalaman-pengalaman yang ada kaitannya dengan kegiatan social
seperti misalnya: kegiatan sukarela dalam masyarakat, bekerja denganorang lain dan
menunjukkan kemampuan memimpin yang baik (Wibowo, 1986: 95).
2. Persyaratan Kepribadian
Seorang konselor sekolah di dalam mengadakan kontak dengan klien atau
siswa, harus memiliki sifat – sifat kepribadian tertentu. Sifat – sifat kepribadian
tersebut
menurut
Dewa
Ketut
Sukardi
(1986:28),
antara
lain:
(1)
memiliki pemahaman terdapat orang lainsecara objektif dan simpatik; (2) memiliki
kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara baik dan lancar; (3)
memahami batas – batas kemampuan yang ada pada dirinya sendiri ; (4) memiliki
minat yang mendalam mengenai murid – murid, dan berkeinginan sungguh – sungguh
untuk memberikan bantuan kepada mereka ; (5) memiliki kedewasaan pribadi,
spiritual, mental, sosial dan fisik.
National Vocational Guidance Association (dalam Dewa Ketut Sukardi, 1985 :
28 ) mengemukakan persyaratan ideal yang dituntut dari konselor berkaitan dengan
karakter konselor ialah : “ interest terhadap orang lain, sabar, peka terhadap berbagai
sikap dan reaksi, memiliki emosi yang stabil dan objektif, serta ia sungguh – sungguh
respek terhadap orang lain, dan dapat dipercaya. “
3. Persyaratan Sifat dan Sikap
Seorang konselor sekolah dituntut persyaratan tertentu yang berkaitan dengan
syarat dan sikap yang harus dimiliki dalam hubungan konseling. Syarat-syarat yang
dituntut tersebut bukan saja sesuatu yang bersifat teknis tetapi lebih banyak
menyangkut aspek-aspek kepribadian.
4. Beberapa syarat yang berkenaan dengan sifat dan sikap yang harus dimiliki
oleh seorang konselor antara lain ialah sifat dan sikap untuk menerima klien
sebagaimana adanya, penuh pengertian atau pemahaman terhadap klien secara jelas,
benar dan menyeluruh dari apa yang diungkapkan oleh klien, dan kesungguhan serta
mengkomunikasikan pemahamannya tentang bagaimana klien berusaha untuk
mengekspresikan dirinya. Segala hal di atas juga harus dilengkapi dengan sifat dan
sikap yang supel, ramah, dan fleksibel yang harus dimiliki oleh seorang konselor.
1. Keterampilan Konselor
Seorang konselor harus memiliki keterampilan-keterampilan yang mencukupi.
Keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap konselor yakni: a). keterampilan antar
pribadi yaitu semua keterampilan yang dibutuhkan untuk membangun relasi dengan
klien sehingga klien dapat terlibat dalam proses konseling, yang terdiri dari
keterampilan verbal (kualitas vokal, alur verbal/menyesuaikan diri dengan topik
pembicaraan klien, dan tanggapan verbal meliputi: parafrase, pencerminan perasaanperasaan, penafsiran, peringkasan, penajaman, pertanyaan tertutup dan terbuka),
keterampilan non verbal (menghadapi klien secara sejajar, memperlihatkan sikap
tubuh terbuka, posisi tubuh ke depan, memperhatikan kontak mata, dan bersikap
rileks. b). keterampilan mengamati yaitu dimana konselor dituntut untuk
sungguhsungguh sadar akan apa yang sedang dikatakan klien khususnya melalui
gerakan-gerakan tubuh mereka, raut wajah, kualitas vokal, dan ketidak sesuaian antara
bahasa tubuh dengan ungkapan-angkapan verbal klien. c). keterampilan intervensi
yaitu dimana konselor mampu melibatkan klien dalam pemecahan masalah. Dan d).
keterampilan integrasi yaitu dimana konselor mampu menerapkan strategi-strategi
pada situasi-situasi khusus, sambil mengingat konteks budaya dan sosio ekonomis
klien (Yeo, 1994: 62-83).
Dapat dijelaskan pula bahwa keterampilan yang sangat diperlukan untuk melakukan
tugas bimbingan dan konseling adalah: keterampilan untuk ikut merasakan (empati)
keadaan klien, ikut menghayati jalan pikiran klien, ikut memperhatikan (simpati)
terhadap klien, dapat menerima dan mengerti keadaan klien, berkomunikasi secara
verbal, dan menggunakan alat bimbingan baik yang tes maupun yang non tes
(Hendrarno, dkk, 1987: 110)
5. Hal ini didukung pula bahwa keterampilan yang harus dimiliki oleh konselor sekolah
mencakup keterampilan memahami sifat-sifat klien, menilai situasi apakah persoalan
klien mampu dibantu atau tidak, menciptakan rapport, melaksanakan proses konseling
secara efektif, atending meliputi: posisi badan yang baik, kontak mata yang baik dan
mendengarkan klien dengan baik, mengundang pembicaraan terbuka meliputi
membantu memulai wawancara, membantu klien menguraikan masalahnya dan
membantu memunculkan contoh contoh perilaku khusus sehingga penjelasan klien
dapat dipahami dengan lebih baik, paraprase yaitu menyatakan kembali suatu kata
atau prase secara sederhana. Tujuannya adalah untuk mengatakan kembali kepada
klien esensi dari klien dari apa yang telah dikatakan klien, identifikasi perasaan yaitu
membantu klien untuk menjelaskan perasaanperasaannya sendiri, refleksi perasaan
yaitu membantu klien dengan cara memahami perasaanya dan sebagai pemeriksa
persepsi yang yang baik, konfrontasi yaitu guna membantu orang klien agar
mengubah pertahanan yang telah dibangunnya guna menghindari pertimbangan
bidang tertentu dan untuk meningkatkan komunikasi terus terang, meringkaskan yaitu
suatu proses untuk memadu berbagai ide dan perasaan dalam satu pernyataan pada
akhir suatu wawancara konseling, menafsirkan, penerimaan, member ketenangan,
memimpin secara umum, mendengarkan, mengarahkan, memberi informasi,
menghayati pikiran, perasaan, dan cita-cita klien, menyimpulkan, memberikan
dorongan, menggunakan alat atau teknik pengumpulan data, memecahkan masalah
dan pengambilan keputusan, menggunakan teknik pengubahan tingkah laku,
menggunakan berbagai pendekatan konseling (Wibowo, 1986: 95-96).
2. Sikap/kepribadian
Seorang konselor di dalam mengadakan kontak dengan klien haruslah memiliki sifatsifat kepribadian tertentu, di antaranya:
1. Kepribadian yang matang dan penyesuaian diri yang baik.
2. Memiliki pemahaman terhadap orang lain secara objektif dan simpatik.
3. Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain secara baik dan
lancar.
4. Memahami batas-batas kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.
6. 5. Memiliki minat yang mendalam mengenai murid-murid, dan berkeinginan
sungguh-sungguh untuk memberikan bantuan kepada mereka.
6. Memiliki kedewasaan pribadi, spiritual, mental, sosial, dan fisik.
7. Peka terhadap berbagai sikap dan reaksi.
8. Respek terhadap orang lain.
9. Memiliki kemampuan berkomunikasi.
10. Tidak mementingkan diri sendiri (Wibowo, 1986: 97-98).
Menurut Munro dkk, kepribadian yang harus dimiliki oleh konselor sekolah yaitu:
luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, dapat merasakan penderitaan
orang lain, tidak berpura-pura, menghargai orang lain, tidak mau menang sendiri, dan
objektif, (dalam Prayitno, 1985: 29).
Ada beberapa kepribadian yang harus dimiliki oleh konselor sekolah, yaitu bijaksana,
jujur, dan tulus, ramah, akrab, tidak berpura-pura, menghargai siswa, tutur bahasanya
enak didengar, perhatian, luwes/fleksibel, dapat menjadi contoh, rela berkorban, dapat
menjaga rahasia/dapat dipercaya, selalu kelihatan gembira, bertanggung jawab, dan
sabar (Slameto, 1990: 80)
Selain itu kepribadian konselor yang diharapkan yaitu: memiliki pribadi yang matang
(emosi yang stabil, tidak mudah terbawa/tenggelam dalam perasaan dan masalah
klien, tenang dalam menghadapi masalah, dan cinta pada tugasnya), pribadi yang
hangat, identitas pribadi, toleransi (menanggapi secara positif dan tidak mudah
tersinggung), pribadi yang bebas dari kecemasan, pribadi penuh penerimaan, tidak
mementingkan diri sendiri/penuh pengertian pada klien (tidak banyak bicara/bicara
berlebihan), pribadi sebagai ibu, humoris, sederhana, rendah hati, hormat dan dapat
dipercaya (Hendrarno dkk, 1987: 110-111).
Sedangkan dalam National Vocational Guidance Association (NVGA), Washington
D.C,
dalam
journalnya
yang
berjudul
“Counselor
Preparation”,
(1949),
mengemukakan persyaratan ideal yang dituntut dari konselor berkaitan dengan
karakter konselor ialah: interest terhadap orang lain, sabar, peka terhadap berbagai
sikap dan reaksi, memiliki emosi yang stabil dan objektif, serta ia sungguh-sungguh
respek terhadap orang lain, dapat dipercaya, dan sebagainya (Sukardi, 1984: 22-28).
Tugas dan tanggung jawab konselor
7. Dalam Pedoman BP, Buku IIIC (1975) konselor sekolah dalam hubungannya dengan
program bimbingan dan konseling di sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab
sebagai berikut:
1.
Menyusun program bimbingan dan konseling bersama kepala sekolah.
2.
Memberi garis-garis kebijaksanaan umum mengenai kegiatan bimbingan dan
konseling.
3.
Bertanggung jawab terhadap jalannya program bimbingan dan konseling.
4.
Mengkoordinasikan laporan kegiatan pelaksanaan program sehari-hari.
5.
Memberikan laporan kegiatan bimbingan dan konseling kepada kepala
sekolah.
6.
Membantu siswa untuk memahami dan mengadakan penyesuaian pada diri
sendiri, lingkungan sekolah, dan lingkungan sosial yang makin lama makin
berkembang.
7.
Menerima dan mengklasifikasikan informasi pendidikan dan informasi
lainnya yang diperoleh dan mengirimkannya sehingga menjadi catatan
kumulatif siswa.
8.
Menganalisis dan menafsirkan data siswa guna mendapatkan suatu rencana
tindakan positif terhadap siswa.
9.
Menyelenggarakan pertemuan staf.
10. Melaksanakan bimbingan dan konseling baik secara kelompok maupun secara
perorangan/individual.
11. Memberikan informasi pendidikan dan jabatan kepada siswa-siswa dan
menafsirkannya untuk keperluan perencanaan pendidikan dan jabatan.
12. Mengadakan konsultasi dengan instansi-instansi yang berhubungan dengan
program bimbingan dan konseling dan memimpin usaha penyelidikan
masyarakat di sekitar sekolah, untuk mengetahui lapangan kerja yang tersedia.
13. Bersama guru membantu siswa memilih pengalaman/kegiatan-kegiatan
kurikuler yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
14. Membantu guru menyusun pengalaman belajar dan membuat penyesuaian
metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan keadaan masingmasing siswa.
8. 15. Mengadakan penelaah lanjutan terhadap siswa-siswa tamatan sekolahnya dan
terhadap siswa yang keluar sebelum tamat serta melakukan usaha penilaian
yang lain secara tepat.
16. Mengadakan konsultasi dengan orang tua siswa dan mengadakan kunjungan
rumah.
17. Menyelenggarakan pembicaraan kasus (case conference)
18. Mengadakan wawancara konseling dengan siswa.
19. Mengadakan program latihan bagi para petugas bimbingan dan konseling.
20. Melakukan referal kepada lembaga atau ahli yang lebih berwenang (dalam
Wibowo, 1986: 89-90).
9. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persyaratan formal yang harus dimiliki oleh setiap konselor sekolah adalah:
a. Secara umum seorang konselor sekolah serendah-rendahnya harus memiliki
ijazah sarjana muda dari suatu pendidikan yang sah dan memenuhi syarat untuk
menjadi guru (memiliki sertifikat mengajar) dalam jenjang pendidikan dimana
ia ditugaskan.
b. Secara profesional seorang konselor sekolah hendaknya telah mencapai tingkat
pendidikan sarjana bimbingan. Dalam masa pendidikannya pada institusi
bersangkutan seorang konselor harus menempuh mata kuliah atau bidang studi
tentang prinsip-prinsip dan praktik bimbingan. Dan bidang yang harus dikuasai
meliputi antara lain: proses konseling, pemahaman individu, informasi dalam
bidang pendidikan, pekerjaan, jabatan, atau karir, administrasi dan kaitannya
dengan program bimbingan, dan prosedur penelitian dan penilaian bimbingan.
Di samping bidang tersebut diatas, perlu juga dikuasai bidang-bidang lainnya
seperti: psikologi, ekonomi dan sosiologi (Wibowo, 1986: 95).
c. Pendidikan Non formal yaitu pengetahuan yang dapat diperoleh dengan cara
pengalaman bekerja, usaha dan belajar melalui bulletin, surat kabar, brosurbrosur yang sesuai dengan bidang bimbingan dan konseling, yang juga meliputi
berbagai ilmu pengetahuan, psikologi, bimbingan dan konseling (Hendrarno,
dkk, 1987: 110).
B. Saran
Makalah ini masih memiliki berbagai jenis kekurangan olehnya itu kritik yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan.
12. 2013
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas berkat
dan limpahan rahmatnyalah maka saya boleh menyelesaikan sebuah karya tulis dengan
tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul
“PERSYARATAN FORMALDAN KEPRIBADIAN KONSELOR”
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman
bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang saya buat kurang tepat atau
menyinggu perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan
semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.