SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
Mutu Soal UN Matematika
Iwan Pranoto
Jika yang memasalahkan dan membanggakan kesulitan soal ujian itu siswa atau orang awam,
itu wajar. Namun, sangat absurd jika seorang pendidik atau penentu kebijakan pendidikan
nasional yang membanggakan kesulitan soal ujian. Sulit atau mudahnya suatu soal tak ada
urusannya dengan mutu soal. Seharusnya seorang pendidik dan penentu kebijakan pendidikan
nasional berbicara tentang mutu soal ujian, bukan kesulitannya, apalagi digembar-gemborkan
kesulitannya. Terlebih, yang mengejutkan jika ada pendidik berkata bahwa tingkat kesulitan
soal bertambah atau soal ujian dipersulit.
Terlebih absurdnya jika soal UN yang dipersulit ditujukan agar siswa tak manja. Ini sangat
tak pantas disampaikan seorang pendidik. Ujian bukanlah sebuah kegiatan main-main dalam
sebuah proses pendidikan. Ujian adalah sebuah kegiatan akademik yang bertanggungjawab
guna mengevaluasi hasil belajar siswa. Ujian tahap akhir jenjang SD, SMP, maupun SMA tak
ada urusannya dengan sikap manja atau tidak. Jika memang dikehendaki seperti itu,
Kemdikbud harus memberikan riset yang memang menunjukkan bahwa soal sulit UN
memang akan menghilangkan sikap manja siswa. Sebelum ada risetnya, itu ucapan tak
berdasar dan tak pantas disampaikan ke masyarakat.
Soal Bermutu
Soal yang baik atau bermutu dapat ditentukan dan diukur dengan dua pertanyaan. Menurut
buku Understanding by Design: Professional Development Workbook (McTighe & Wiggins,
2004, hal. 180) sebenarnya ada 7, namun guna penyederhanaan diskusi, cukup ditinjau dua
saja di sini. Pertama, seberapa mungkin seorang siswa yang tak paham, dapat menjawab soal
itu dengan benar? Kedua, seberapa mungkin seorang siswa yang paham, tak dapat menjawab
soal itu dengan benar? Suatu soal dikategorikan bermutu tinggi jika jawab untuk kedua soal
itu adalah, “Sangat tidak mungkin.” Namun, jika jawabnya masih “Mungkin” atau “Sangat
mungkin” maka jelas itu soal yang bermutu rendah. Soal bermutu rendah ini tak mampu
mengenali siswa yang paham dan yang tidak paham.
Misalnya dicermati soal SMP tentang penjumlahan pecahan di daerah Bandung. Perlu
disebutkan di sini dari daerah Bandung, karena tampaknya kesetaraan atau keekuivalenan
soal UN ternyata perlu dipertanyakan, setelah mengamati soal dari Jatim dan Jabar. Dalam
soal matematika SMP tadi, siswa diminta untuk menjumlahkan empat bilangan pecahan. Jika
seorang siswa salah menjawab dalam soal ini, apakah pasti dia tak paham penjumlahan
pecahan? Tentu tidak! Karena perhitungannya melibatkan tiga kali operasi penjumlahan
pecahan yang rentan kekeliruan komputasi, walau tidak sulit. Akibatnya, UN tak dapat
membedakan siswa yang tak paham konsep penjumlahan pecahan dan siswa yang paham tapi
tak cermat berhitung. Kedua tipe siswa ini oleh UN akan dilabel sebagai tak paham konsep
penjumlahan pecahan.
Hal yang sama terjadi juga di soal SMA di daerah Bandung. Soal-soal mengenai integral
melibatkan fungsi-fungsi yang rumit. Akhirnya, sama saja, soal UN ini tak akan mampu
membedakan siswa yang tak paham konsep integral dan yang tak cermat melakukan
perhitungan integral. Dapat ditafsirkan memang bahwa pembuat soal UN tampaknya berpikir
bahwa soal yang sulit itu baik.
Padahal soal sulit mungkin saja tak bermutu, seperti dua soal UN di atas. Sebaliknya, soal
mudah mungkin saja bermutu. Soal-soal yang digunakan oleh TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study) dan apalagi PISA (Programme for
International Student Assessment) kebalikan dari karakteristik soal-soal UN. Dari tahun
2000-an soal UN matematika kita mengarah pada soal yang rumit tetapi bernalar sangat
rendah. Kebalikannya, PISA justru menajuk soal yang perhitungannya sangat sederhana,
tetapi membutuhkan proses bernalar tinggi.
Soal-soal UN kita juga mudah disiasati dengan trik yang dilatihkan di banyak bimbingan tes,
karena soal-soal kita kebanyakan punya “back doors” atau “pintu belakang.” Artinya, ada
cara untuk menemukan jawabnya tanpa perlu benar-benar mengerjakan soal itu. Misalnya
soal UN yang menanyakan perpotongan dua garis lurus. Jika pilihan jawabnya diberikan
koordinat titik potongnya secara lengkap, maka siswa cukup memasukkan ke persamaan dua
garis tersebut. Akibatnya, siswa dapat memilih jawaban yang benar, tanpa perlu paham
bagaimana menentukan perpotongan dua garis. Implikasinya, soal UN ini tak mampu
membedakan antara siswa yang paham dan yang terampil menggunakan trik. Ini alasan
mengapa soal UN matematika tak bermutu baik.
Belum lagi, dalam soal UN matematika SMA
tahun ini untuk daerah Jatim ada soal yang
salah konsep. Dalam soal itu diberikan fungsi
jarak sebuah mobil dinyatakan dalam fungsi
. Kemudian ditanyakan
“Kecepatan maksimum mobil tersebut terjadi
pada saat .” Pilihan jawabnya: A. 6 detik,
B. 4 detik, C. 3 detik, D. 2 detik, dan E. 1 detik.
Pertama, jarak adalah sebuah gagasan besaran
yang tak pernah negatif. Tetapi pada fungsi di
atas, pada saat 1, 2, 3, 4,maupun 6 satuan
(detik), nilai fungsi itu justru negatif. Apa
artinya jarak negatif (lihat gambar di samping.)
Untuk membetulkan soal ini, kata ‘jarak’
sebaiknya diganti dengan ‘posisi’ yang mana
boleh negatif.
Kedua, fungsi kecepatan mobil ini dapat
ditentukan dari fungsi di atas, yakni
turunannya. Oleh karenanya, fungsi
kecepatannya adalah , yang berupa garis lurus. Karena kecepatan ini fungsi
linear, grafiknya berbentuk garis lurus, tentunya tak terbatas. Artinya tak ada maksimum
maupun minimumnya. Jadi, soal ini tak mungkin ada jawabnya.
Ada kemungkinan (perlu dibuktikan) bahwa pembuat soal melakukan keteledoran saat
membuat soal ini, karena ada jawab B. 4 detik. Angka 4 ini memang dapat diperoleh dengan
menolkan , yang akan memberikan jawab Namun, pada ini,
kecepatan mobil bukan maksimum, justru kecepatannya nol.
Penjelasan yang mungkin, pembuat soal khilaf bahwa grafik parabola atau fungsi kuadrat itu
dianggapnya kecepatan. Padahal bukan. Tampaknya, siswa juga akan menjawab B ini. Dan,
mungkin akan dibenarkan. Akibatnya, siswa yang tak paham konsep turunan dianggap
paham. Sedang siswa yang tak menjawab justru akan dianggap tak paham. Menurut ukuran
mutu soal di atas, soal ini jelas tak bermutu. Ini seperti layaknya termometer rusak: Air
mendidih dikatakan 10 derajat Celcius, sedang air dari lemari es dikatakan 90 derajat Celcius.
Yang juga patut dipertanyakan, soal setara yang mengevaluasi pengetahuan dan keterampilan
siswa dalam penggunaan turunan guna menentukan titik optimum ini tak ditemui di Bandung.
Kenyataan ini tentu memunculkan keraguan kesetaraan soal UN matematika, karena
kompetensi tertentu ini diukur di suatu daerah, tetapi tak diukur di daerah lain.
Kemudian, ada satu soal yang mengundang kehebohan tersendiri, yakni soal UN SMP
matematika tentang kapal yang ditarik parasut. Soal ini sekaligus ilustrasi gambarnya ternyata
dijiplak dari PISA. Dari media sosial, kesan yang disampaikan adalah siswa panik
menghadapi soal ini. Soal ini benar-benar bercirikan PISA yang ditujukan untuk menguji
kemampuan bernalar, ketimbang keterampilan berhitung akurat. Soal ini intinya meminta
siswa untuk membuat perkiraan panjang tali parasut, yang merupakan sisi miring segitiga
siku-siku samakaki. Sedangkan diketahui tingginya 150 meter. Ditanyakan berapa kira-kira
panjang tali parasut. Pilihan jawabnya di UN adalah: A. 175 m, B. 212 m, C. 285 m, dan D.
300 m.
Tentunya, di sini siswa diharapkan dapat menggunakan pengetahuan tentang sifat segitiga
samakaki siku-siku, yakni hubungan sisi tegak dan sisi miringnya. Karena perbandingannya
, maka panjang tali adalah . Kemudian, siswa perlu ingat pengetahuan tentang
perkiraan nilai yang sekitar 1,4. Dari sini, maka panjang tali sekitar
. Jadi panjang tali sekitar 210 m. Jawab yang paling dekat adalah B.
Meskipun memang tak membanggakan menjiplak soal itu mentah-mentah untuk sebuah
dokumen negara yang menghabiskan dana setengah triliun rupiah, tetapi ada yang jauh lebih
mengganggu. Ada hal yang dapat disimpulkan tentang penulis soal UN lebih mendalam
melalui soal ini. Jawaban dan pilihan jawaban pengecoh dijiplak mentah-mentah. Padahal,
soal ini bertanya tentang perkiraan, yang mana tak perlu eksak. Artinya, sebenarnya jika
pilihan jawabnya ditambah atau dikurang satu pun tak mengapa. Ini soal estimasi, bukan
perhitungan yang menuntut ketepatan. Tetapi soal ini menjiplak mentah-mentah semua
pilihan jawabnya.
Urutan pilihan jawaban juga tak diubah sama sekali. Kuat diduga penjiplak soal PISA untuk
UN ini tak begitu memahami apa yang dijiplaknya. Karena jika paham, yang bersangkutan
akan memodifikasi jawaban tak perlu sama persis.
Di PISA dan di situs tentang soal-soal yang telah dipublikasikan yang memuat soal ini,
diketahui bahwa jawab yang benar adalah B. Karena dijiplak mentah-mentah, akibatnya
jawab yang benar untuk soal UN juga B. Ini akan menimbulkan masalah pelik, yang
membuat soal ini jadi bermutu sangat rendah saat di UN, padahal saat di PISA bermutu baik.
Karena sudah diketahui jawab yang benar B, siswa yang mungkin sudah melihat dan
penghafal jawab walau tak paham, akan memilih jawab B saat UN. Akibatnya, soal di UN
matematika ini akan gagal membedakan antara siswa yang paham dan siswa yang menghafal
jawab. Ini jadi masuk kriteria soal bermutu rendah.
Kesimpulan dan Tantangan
Dari kajian sedikit soal di atas, sangat sulit mengatakan bahwa soal UN sudah bermutu baik.
Pertanyaan lanjutan yang merisaukan adalah, apakah BSNP dan Kemdikbud memang
sanggup untuk membuat soal UN yang bermutu. Harus dipahami bahwa sangat sulit dan
memakan waktu panjang untuk merancang soal ujian terstandardisasi yang benar-benar
bermutu.
Menurut Heru Widiatmo yang merupakan pakar pengukuran pendidikan dan bekerja di
lembaga pengujian ACT, satu soal yang digunakan oleh ACT itu menghabiskan dana besar
dan waktu perancangan yang tak sebentar. Dikatakannya, satu soal sampai jadi menghabiskan
dana sekitar 25 juta rupiah dan membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk ujicoba dan
perbaikannya.
Ujian terstandardisasi bukan kegiatan yang dapat dilakukan secara sambil lalu, tetapi harus
sangat sungguh-sungguh. Siap kah BSNP dan Balitbang Kemdikbud membuat soal
matematika bermutu? Soal untuk ujian terstandardisasi yang bermutu buruk, apalagi
digunakan untuk penentu kelulusan dan seleksi masuk PTN, akan berdampak sangat parah.
Ada kemungkinan besar, siswa yang belum menguasai pelajarannya akan diluluskan,
sebaliknya siswa yang menguasai, malah tak diluluskan. Lebih lanjut, ada siswa yang cakap
tetapi tak diterima di PTN, dan sebaliknya ada siswa yang tak cakap tetapi diterima di PTN.
Ini akan merugikan bukan saja PTN tetapi negara, karena perkembangan keilmuan bangsa ini
akan terganjal. Siswa SMA yang berbakat dan memang seharusnya tepat mengembangkan
ilmu pengetahuan bangsa sangat mungkin tak diterima, karena UN gagal mengenali siswa ini.

More Related Content

Viewers also liked

รายชื่อและที่อยู่บริษัทจัดเก็บค่าลิขสิทธิ์
รายชื่อและที่อยู่บริษัทจัดเก็บค่าลิขสิทธิ์รายชื่อและที่อยู่บริษัทจัดเก็บค่าลิขสิทธิ์
รายชื่อและที่อยู่บริษัทจัดเก็บค่าลิขสิทธิ์อภิสิทธิ์ เวชประสาร
 
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign Effectiveness
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign EffectivenessRussian Standard Vodka - Evaluate Campaign Effectiveness
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign EffectivenessJaddan Bruhn
 
Merekacipta Program Pendidikan Berbudaya Ilmiah
Merekacipta Program Pendidikan Berbudaya Ilmiah  Merekacipta Program Pendidikan Berbudaya Ilmiah
Merekacipta Program Pendidikan Berbudaya Ilmiah Iwan Pranoto
 
Apply Media Analysis & Processing Tools
Apply Media Analysis & Processing ToolsApply Media Analysis & Processing Tools
Apply Media Analysis & Processing ToolsJaddan Bruhn
 
Kalkulus 2A minggu 2
Kalkulus 2A minggu 2Kalkulus 2A minggu 2
Kalkulus 2A minggu 2Iwan Pranoto
 
Matek 1 - Minggu 1
Matek 1 - Minggu 1Matek 1 - Minggu 1
Matek 1 - Minggu 1Iwan Pranoto
 
Kalkulus 2 minggu 11
Kalkulus 2   minggu 11Kalkulus 2   minggu 11
Kalkulus 2 minggu 11Iwan Pranoto
 
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013Iwan Pranoto
 
Nca research-consumer-empowerment-oct-2010
Nca research-consumer-empowerment-oct-2010Nca research-consumer-empowerment-oct-2010
Nca research-consumer-empowerment-oct-2010National Consumer Agency
 
Menyemai kasmaran bersains di acara diskusi oleh Tempo-Kalbe
Menyemai kasmaran bersains di acara diskusi oleh Tempo-KalbeMenyemai kasmaran bersains di acara diskusi oleh Tempo-Kalbe
Menyemai kasmaran bersains di acara diskusi oleh Tempo-KalbeIwan Pranoto
 
Kalkulus 2A – minggu 8A
Kalkulus 2A – minggu 8AKalkulus 2A – minggu 8A
Kalkulus 2A – minggu 8AIwan Pranoto
 
Irish Consumer Empowerment and Complaining, August 2009
Irish Consumer Empowerment and Complaining, August 2009Irish Consumer Empowerment and Complaining, August 2009
Irish Consumer Empowerment and Complaining, August 2009National Consumer Agency
 
Matek 1 - Minggu 2
Matek 1 - Minggu 2Matek 1 - Minggu 2
Matek 1 - Minggu 2Iwan Pranoto
 
UN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas RusakUN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas RusakIwan Pranoto
 

Viewers also liked (20)

รายชื่อและที่อยู่บริษัทจัดเก็บค่าลิขสิทธิ์
รายชื่อและที่อยู่บริษัทจัดเก็บค่าลิขสิทธิ์รายชื่อและที่อยู่บริษัทจัดเก็บค่าลิขสิทธิ์
รายชื่อและที่อยู่บริษัทจัดเก็บค่าลิขสิทธิ์
 
Week 5
Week 5Week 5
Week 5
 
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign Effectiveness
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign EffectivenessRussian Standard Vodka - Evaluate Campaign Effectiveness
Russian Standard Vodka - Evaluate Campaign Effectiveness
 
Merekacipta Program Pendidikan Berbudaya Ilmiah
Merekacipta Program Pendidikan Berbudaya Ilmiah  Merekacipta Program Pendidikan Berbudaya Ilmiah
Merekacipta Program Pendidikan Berbudaya Ilmiah
 
Apply Media Analysis & Processing Tools
Apply Media Analysis & Processing ToolsApply Media Analysis & Processing Tools
Apply Media Analysis & Processing Tools
 
Kalkulus 2A minggu 2
Kalkulus 2A minggu 2Kalkulus 2A minggu 2
Kalkulus 2A minggu 2
 
Matek 1 - Minggu 1
Matek 1 - Minggu 1Matek 1 - Minggu 1
Matek 1 - Minggu 1
 
Kalkulus 2 minggu 11
Kalkulus 2   minggu 11Kalkulus 2   minggu 11
Kalkulus 2 minggu 11
 
Kalkulus minggu 8
Kalkulus minggu 8Kalkulus minggu 8
Kalkulus minggu 8
 
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
 
Week 4a
Week 4aWeek 4a
Week 4a
 
Nca research-consumer-empowerment-oct-2010
Nca research-consumer-empowerment-oct-2010Nca research-consumer-empowerment-oct-2010
Nca research-consumer-empowerment-oct-2010
 
Menyemai kasmaran bersains di acara diskusi oleh Tempo-Kalbe
Menyemai kasmaran bersains di acara diskusi oleh Tempo-KalbeMenyemai kasmaran bersains di acara diskusi oleh Tempo-Kalbe
Menyemai kasmaran bersains di acara diskusi oleh Tempo-Kalbe
 
Week 1
Week 1Week 1
Week 1
 
Matek 1 minggu 14
Matek 1   minggu 14Matek 1   minggu 14
Matek 1 minggu 14
 
Kalkulus 2A – minggu 8A
Kalkulus 2A – minggu 8AKalkulus 2A – minggu 8A
Kalkulus 2A – minggu 8A
 
Irish Consumer Empowerment and Complaining, August 2009
Irish Consumer Empowerment and Complaining, August 2009Irish Consumer Empowerment and Complaining, August 2009
Irish Consumer Empowerment and Complaining, August 2009
 
Week 7
Week 7Week 7
Week 7
 
Matek 1 - Minggu 2
Matek 1 - Minggu 2Matek 1 - Minggu 2
Matek 1 - Minggu 2
 
UN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas RusakUN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas Rusak
 

Similar to Mutu Soal UN Matematika

Analisis soal secara manual
Analisis soal secara manualAnalisis soal secara manual
Analisis soal secara manualAbu Abdirrahman
 
Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaranLaporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaranAjrina Pia
 
Analisis jurnal sri imelda
Analisis jurnal sri imeldaAnalisis jurnal sri imelda
Analisis jurnal sri imeldaIin Riyanti
 
Tugas Kajian Masalah PMTK.pptx
Tugas Kajian Masalah PMTK.pptxTugas Kajian Masalah PMTK.pptx
Tugas Kajian Masalah PMTK.pptxseger1
 
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistik
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistikOutline penerapan model pembelajaran matematika realistik
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistikAby Nonsense
 
Analisis skripsi
Analisis skripsiAnalisis skripsi
Analisis skripsiWiwin Utami
 
Analisis skripsi niann
Analisis skripsi niannAnalisis skripsi niann
Analisis skripsi niannUus Wattedd
 
Evaluasi dan pengukuran_akhlak_mulia
Evaluasi dan pengukuran_akhlak_muliaEvaluasi dan pengukuran_akhlak_mulia
Evaluasi dan pengukuran_akhlak_muliaRitma Ariesha
 
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...Arvina Frida Karela
 
Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran ajrinapia
 
Ringkasan sekripsi rini (ppt)
Ringkasan sekripsi rini (ppt)Ringkasan sekripsi rini (ppt)
Ringkasan sekripsi rini (ppt)rinifebi
 
Perbandingan dan Skala
Perbandingan dan SkalaPerbandingan dan Skala
Perbandingan dan Skalarifal jusnawan
 
Dilema penjurusan siswa di sma pada kurikulum 2013
Dilema penjurusan siswa di sma pada kurikulum 2013Dilema penjurusan siswa di sma pada kurikulum 2013
Dilema penjurusan siswa di sma pada kurikulum 2013Sinta Indriani
 
Jurnal Visualizations and Intuitive Reasoning In Mathematics
Jurnal Visualizations and Intuitive Reasoning In MathematicsJurnal Visualizations and Intuitive Reasoning In Mathematics
Jurnal Visualizations and Intuitive Reasoning In MathematicsRatumas Feby
 

Similar to Mutu Soal UN Matematika (20)

UAS EVALUASI.pptx
UAS EVALUASI.pptxUAS EVALUASI.pptx
UAS EVALUASI.pptx
 
Pendahuluan
PendahuluanPendahuluan
Pendahuluan
 
Analisis soal secara manual
Analisis soal secara manualAnalisis soal secara manual
Analisis soal secara manual
 
Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaranLaporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran
 
3262
32623262
3262
 
Analisis jurnal sri imelda
Analisis jurnal sri imeldaAnalisis jurnal sri imelda
Analisis jurnal sri imelda
 
Tugas Kajian Masalah PMTK.pptx
Tugas Kajian Masalah PMTK.pptxTugas Kajian Masalah PMTK.pptx
Tugas Kajian Masalah PMTK.pptx
 
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistik
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistikOutline penerapan model pembelajaran matematika realistik
Outline penerapan model pembelajaran matematika realistik
 
Analisis skripsi
Analisis skripsiAnalisis skripsi
Analisis skripsi
 
Analisis skripsi niann
Analisis skripsi niannAnalisis skripsi niann
Analisis skripsi niann
 
Evaluasi dan pengukuran_akhlak_mulia
Evaluasi dan pengukuran_akhlak_muliaEvaluasi dan pengukuran_akhlak_mulia
Evaluasi dan pengukuran_akhlak_mulia
 
Mat7 bab5
Mat7 bab5Mat7 bab5
Mat7 bab5
 
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...
 
Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran Laporan evaluasi pembelajaran
Laporan evaluasi pembelajaran
 
Ringkasan sekripsi rini (ppt)
Ringkasan sekripsi rini (ppt)Ringkasan sekripsi rini (ppt)
Ringkasan sekripsi rini (ppt)
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Perbandingan dan Skala
Perbandingan dan SkalaPerbandingan dan Skala
Perbandingan dan Skala
 
Dilema penjurusan siswa di sma pada kurikulum 2013
Dilema penjurusan siswa di sma pada kurikulum 2013Dilema penjurusan siswa di sma pada kurikulum 2013
Dilema penjurusan siswa di sma pada kurikulum 2013
 
van hiele
van hielevan hiele
van hiele
 
Jurnal Visualizations and Intuitive Reasoning In Mathematics
Jurnal Visualizations and Intuitive Reasoning In MathematicsJurnal Visualizations and Intuitive Reasoning In Mathematics
Jurnal Visualizations and Intuitive Reasoning In Mathematics
 

More from Iwan Pranoto

Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya BernalarMenegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya BernalarIwan Pranoto
 
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003 Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003 Iwan Pranoto
 
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi PenyebarannyaKasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi PenyebarannyaIwan Pranoto
 
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Iwan Pranoto
 
Passion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual MasteryPassion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual MasteryIwan Pranoto
 
Mengukur Pemahaman
Mengukur PemahamanMengukur Pemahaman
Mengukur PemahamanIwan Pranoto
 
Viewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math LensesViewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math LensesIwan Pranoto
 
Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja Iwan Pranoto
 
Mengintip Kompleksitas
Mengintip KompleksitasMengintip Kompleksitas
Mengintip KompleksitasIwan Pranoto
 
Kerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan MatematikaKerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan MatematikaIwan Pranoto
 
Developing Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science EducationDeveloping Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science EducationIwan Pranoto
 
Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar Iwan Pranoto
 
Karakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan KarakterKarakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan KarakterIwan Pranoto
 
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika MatematikaMempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika MatematikaIwan Pranoto
 
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   finalMenafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika finalIwan Pranoto
 
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika Iwan Pranoto
 
Mengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan finalMengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan finalIwan Pranoto
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Iwan Pranoto
 

More from Iwan Pranoto (20)

Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya BernalarMenegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
 
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003 Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
 
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi PenyebarannyaKasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
 
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
 
Passion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual MasteryPassion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual Mastery
 
Mengukur Pemahaman
Mengukur PemahamanMengukur Pemahaman
Mengukur Pemahaman
 
Viewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math LensesViewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math Lenses
 
Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja
 
Mengintip Kompleksitas
Mengintip KompleksitasMengintip Kompleksitas
Mengintip Kompleksitas
 
Kerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan MatematikaKerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan Matematika
 
Developing Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science EducationDeveloping Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science Education
 
Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar
 
Karakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan KarakterKarakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan Karakter
 
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika MatematikaMempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
 
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   finalMenafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
 
Tan Malaka
Tan Malaka Tan Malaka
Tan Malaka
 
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
 
UN LOT VS HOT
UN   LOT VS HOTUN   LOT VS HOT
UN LOT VS HOT
 
Mengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan finalMengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan final
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

Mutu Soal UN Matematika

  • 1. Mutu Soal UN Matematika Iwan Pranoto Jika yang memasalahkan dan membanggakan kesulitan soal ujian itu siswa atau orang awam, itu wajar. Namun, sangat absurd jika seorang pendidik atau penentu kebijakan pendidikan nasional yang membanggakan kesulitan soal ujian. Sulit atau mudahnya suatu soal tak ada urusannya dengan mutu soal. Seharusnya seorang pendidik dan penentu kebijakan pendidikan nasional berbicara tentang mutu soal ujian, bukan kesulitannya, apalagi digembar-gemborkan kesulitannya. Terlebih, yang mengejutkan jika ada pendidik berkata bahwa tingkat kesulitan soal bertambah atau soal ujian dipersulit. Terlebih absurdnya jika soal UN yang dipersulit ditujukan agar siswa tak manja. Ini sangat tak pantas disampaikan seorang pendidik. Ujian bukanlah sebuah kegiatan main-main dalam sebuah proses pendidikan. Ujian adalah sebuah kegiatan akademik yang bertanggungjawab guna mengevaluasi hasil belajar siswa. Ujian tahap akhir jenjang SD, SMP, maupun SMA tak ada urusannya dengan sikap manja atau tidak. Jika memang dikehendaki seperti itu, Kemdikbud harus memberikan riset yang memang menunjukkan bahwa soal sulit UN memang akan menghilangkan sikap manja siswa. Sebelum ada risetnya, itu ucapan tak berdasar dan tak pantas disampaikan ke masyarakat. Soal Bermutu Soal yang baik atau bermutu dapat ditentukan dan diukur dengan dua pertanyaan. Menurut buku Understanding by Design: Professional Development Workbook (McTighe & Wiggins, 2004, hal. 180) sebenarnya ada 7, namun guna penyederhanaan diskusi, cukup ditinjau dua saja di sini. Pertama, seberapa mungkin seorang siswa yang tak paham, dapat menjawab soal itu dengan benar? Kedua, seberapa mungkin seorang siswa yang paham, tak dapat menjawab soal itu dengan benar? Suatu soal dikategorikan bermutu tinggi jika jawab untuk kedua soal itu adalah, “Sangat tidak mungkin.” Namun, jika jawabnya masih “Mungkin” atau “Sangat mungkin” maka jelas itu soal yang bermutu rendah. Soal bermutu rendah ini tak mampu mengenali siswa yang paham dan yang tidak paham. Misalnya dicermati soal SMP tentang penjumlahan pecahan di daerah Bandung. Perlu disebutkan di sini dari daerah Bandung, karena tampaknya kesetaraan atau keekuivalenan soal UN ternyata perlu dipertanyakan, setelah mengamati soal dari Jatim dan Jabar. Dalam soal matematika SMP tadi, siswa diminta untuk menjumlahkan empat bilangan pecahan. Jika seorang siswa salah menjawab dalam soal ini, apakah pasti dia tak paham penjumlahan pecahan? Tentu tidak! Karena perhitungannya melibatkan tiga kali operasi penjumlahan pecahan yang rentan kekeliruan komputasi, walau tidak sulit. Akibatnya, UN tak dapat membedakan siswa yang tak paham konsep penjumlahan pecahan dan siswa yang paham tapi tak cermat berhitung. Kedua tipe siswa ini oleh UN akan dilabel sebagai tak paham konsep penjumlahan pecahan.
  • 2. Hal yang sama terjadi juga di soal SMA di daerah Bandung. Soal-soal mengenai integral melibatkan fungsi-fungsi yang rumit. Akhirnya, sama saja, soal UN ini tak akan mampu membedakan siswa yang tak paham konsep integral dan yang tak cermat melakukan perhitungan integral. Dapat ditafsirkan memang bahwa pembuat soal UN tampaknya berpikir bahwa soal yang sulit itu baik. Padahal soal sulit mungkin saja tak bermutu, seperti dua soal UN di atas. Sebaliknya, soal mudah mungkin saja bermutu. Soal-soal yang digunakan oleh TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan apalagi PISA (Programme for International Student Assessment) kebalikan dari karakteristik soal-soal UN. Dari tahun 2000-an soal UN matematika kita mengarah pada soal yang rumit tetapi bernalar sangat rendah. Kebalikannya, PISA justru menajuk soal yang perhitungannya sangat sederhana, tetapi membutuhkan proses bernalar tinggi. Soal-soal UN kita juga mudah disiasati dengan trik yang dilatihkan di banyak bimbingan tes, karena soal-soal kita kebanyakan punya “back doors” atau “pintu belakang.” Artinya, ada cara untuk menemukan jawabnya tanpa perlu benar-benar mengerjakan soal itu. Misalnya soal UN yang menanyakan perpotongan dua garis lurus. Jika pilihan jawabnya diberikan koordinat titik potongnya secara lengkap, maka siswa cukup memasukkan ke persamaan dua garis tersebut. Akibatnya, siswa dapat memilih jawaban yang benar, tanpa perlu paham bagaimana menentukan perpotongan dua garis. Implikasinya, soal UN ini tak mampu membedakan antara siswa yang paham dan yang terampil menggunakan trik. Ini alasan mengapa soal UN matematika tak bermutu baik. Belum lagi, dalam soal UN matematika SMA tahun ini untuk daerah Jatim ada soal yang salah konsep. Dalam soal itu diberikan fungsi jarak sebuah mobil dinyatakan dalam fungsi . Kemudian ditanyakan “Kecepatan maksimum mobil tersebut terjadi pada saat .” Pilihan jawabnya: A. 6 detik, B. 4 detik, C. 3 detik, D. 2 detik, dan E. 1 detik. Pertama, jarak adalah sebuah gagasan besaran yang tak pernah negatif. Tetapi pada fungsi di atas, pada saat 1, 2, 3, 4,maupun 6 satuan (detik), nilai fungsi itu justru negatif. Apa artinya jarak negatif (lihat gambar di samping.) Untuk membetulkan soal ini, kata ‘jarak’ sebaiknya diganti dengan ‘posisi’ yang mana boleh negatif. Kedua, fungsi kecepatan mobil ini dapat ditentukan dari fungsi di atas, yakni turunannya. Oleh karenanya, fungsi
  • 3. kecepatannya adalah , yang berupa garis lurus. Karena kecepatan ini fungsi linear, grafiknya berbentuk garis lurus, tentunya tak terbatas. Artinya tak ada maksimum maupun minimumnya. Jadi, soal ini tak mungkin ada jawabnya. Ada kemungkinan (perlu dibuktikan) bahwa pembuat soal melakukan keteledoran saat membuat soal ini, karena ada jawab B. 4 detik. Angka 4 ini memang dapat diperoleh dengan menolkan , yang akan memberikan jawab Namun, pada ini, kecepatan mobil bukan maksimum, justru kecepatannya nol. Penjelasan yang mungkin, pembuat soal khilaf bahwa grafik parabola atau fungsi kuadrat itu dianggapnya kecepatan. Padahal bukan. Tampaknya, siswa juga akan menjawab B ini. Dan, mungkin akan dibenarkan. Akibatnya, siswa yang tak paham konsep turunan dianggap paham. Sedang siswa yang tak menjawab justru akan dianggap tak paham. Menurut ukuran mutu soal di atas, soal ini jelas tak bermutu. Ini seperti layaknya termometer rusak: Air mendidih dikatakan 10 derajat Celcius, sedang air dari lemari es dikatakan 90 derajat Celcius. Yang juga patut dipertanyakan, soal setara yang mengevaluasi pengetahuan dan keterampilan siswa dalam penggunaan turunan guna menentukan titik optimum ini tak ditemui di Bandung. Kenyataan ini tentu memunculkan keraguan kesetaraan soal UN matematika, karena kompetensi tertentu ini diukur di suatu daerah, tetapi tak diukur di daerah lain. Kemudian, ada satu soal yang mengundang kehebohan tersendiri, yakni soal UN SMP matematika tentang kapal yang ditarik parasut. Soal ini sekaligus ilustrasi gambarnya ternyata dijiplak dari PISA. Dari media sosial, kesan yang disampaikan adalah siswa panik menghadapi soal ini. Soal ini benar-benar bercirikan PISA yang ditujukan untuk menguji kemampuan bernalar, ketimbang keterampilan berhitung akurat. Soal ini intinya meminta siswa untuk membuat perkiraan panjang tali parasut, yang merupakan sisi miring segitiga siku-siku samakaki. Sedangkan diketahui tingginya 150 meter. Ditanyakan berapa kira-kira panjang tali parasut. Pilihan jawabnya di UN adalah: A. 175 m, B. 212 m, C. 285 m, dan D. 300 m. Tentunya, di sini siswa diharapkan dapat menggunakan pengetahuan tentang sifat segitiga samakaki siku-siku, yakni hubungan sisi tegak dan sisi miringnya. Karena perbandingannya , maka panjang tali adalah . Kemudian, siswa perlu ingat pengetahuan tentang perkiraan nilai yang sekitar 1,4. Dari sini, maka panjang tali sekitar . Jadi panjang tali sekitar 210 m. Jawab yang paling dekat adalah B. Meskipun memang tak membanggakan menjiplak soal itu mentah-mentah untuk sebuah dokumen negara yang menghabiskan dana setengah triliun rupiah, tetapi ada yang jauh lebih mengganggu. Ada hal yang dapat disimpulkan tentang penulis soal UN lebih mendalam melalui soal ini. Jawaban dan pilihan jawaban pengecoh dijiplak mentah-mentah. Padahal, soal ini bertanya tentang perkiraan, yang mana tak perlu eksak. Artinya, sebenarnya jika pilihan jawabnya ditambah atau dikurang satu pun tak mengapa. Ini soal estimasi, bukan perhitungan yang menuntut ketepatan. Tetapi soal ini menjiplak mentah-mentah semua pilihan jawabnya.
  • 4. Urutan pilihan jawaban juga tak diubah sama sekali. Kuat diduga penjiplak soal PISA untuk UN ini tak begitu memahami apa yang dijiplaknya. Karena jika paham, yang bersangkutan akan memodifikasi jawaban tak perlu sama persis. Di PISA dan di situs tentang soal-soal yang telah dipublikasikan yang memuat soal ini, diketahui bahwa jawab yang benar adalah B. Karena dijiplak mentah-mentah, akibatnya jawab yang benar untuk soal UN juga B. Ini akan menimbulkan masalah pelik, yang membuat soal ini jadi bermutu sangat rendah saat di UN, padahal saat di PISA bermutu baik. Karena sudah diketahui jawab yang benar B, siswa yang mungkin sudah melihat dan penghafal jawab walau tak paham, akan memilih jawab B saat UN. Akibatnya, soal di UN matematika ini akan gagal membedakan antara siswa yang paham dan siswa yang menghafal jawab. Ini jadi masuk kriteria soal bermutu rendah. Kesimpulan dan Tantangan Dari kajian sedikit soal di atas, sangat sulit mengatakan bahwa soal UN sudah bermutu baik. Pertanyaan lanjutan yang merisaukan adalah, apakah BSNP dan Kemdikbud memang sanggup untuk membuat soal UN yang bermutu. Harus dipahami bahwa sangat sulit dan memakan waktu panjang untuk merancang soal ujian terstandardisasi yang benar-benar bermutu. Menurut Heru Widiatmo yang merupakan pakar pengukuran pendidikan dan bekerja di lembaga pengujian ACT, satu soal yang digunakan oleh ACT itu menghabiskan dana besar dan waktu perancangan yang tak sebentar. Dikatakannya, satu soal sampai jadi menghabiskan dana sekitar 25 juta rupiah dan membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk ujicoba dan perbaikannya. Ujian terstandardisasi bukan kegiatan yang dapat dilakukan secara sambil lalu, tetapi harus sangat sungguh-sungguh. Siap kah BSNP dan Balitbang Kemdikbud membuat soal matematika bermutu? Soal untuk ujian terstandardisasi yang bermutu buruk, apalagi digunakan untuk penentu kelulusan dan seleksi masuk PTN, akan berdampak sangat parah. Ada kemungkinan besar, siswa yang belum menguasai pelajarannya akan diluluskan, sebaliknya siswa yang menguasai, malah tak diluluskan. Lebih lanjut, ada siswa yang cakap tetapi tak diterima di PTN, dan sebaliknya ada siswa yang tak cakap tetapi diterima di PTN. Ini akan merugikan bukan saja PTN tetapi negara, karena perkembangan keilmuan bangsa ini akan terganjal. Siswa SMA yang berbakat dan memang seharusnya tepat mengembangkan ilmu pengetahuan bangsa sangat mungkin tak diterima, karena UN gagal mengenali siswa ini.