Analisis menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII dan VII pada materi SPLDV dan aritmatika sosial masih perlu ditingkatkan. Siswa kesulitan menyelesaikan soal sesuai langkah-langkah Polya dan cenderung melakukan kesalahan dalam mengembangkan model matematika atau melakukan perhitungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
5. Pendahuluan
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting dan
matematika di pelajari di semua jenjang sekolah bahkan di perguruan tinggi sekalipun,
matematika harus di ajarkan dari sejak usia dini (Bernard et.al., 2019; Akbar, 2018; Bungsu,
2019; Rahmawati, 2019; Sugandi & Akbar, 2019) dikarenakan untuk memperkuat dasar-dasar
ilmu matematikanya semakin dipelajari sejak usia dini semakin kuat dalam pemahaman
konsep matematikanya hal ini sejalan dengan Hidayat dkk., (2017).
Tingkat kemampuan berpikir siswa dalam pembelajaran matematika terbagi
menjadi dua yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill /HOTS) dan
kemampuan berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skills) (Insani, & Akbar, 2019), salah
satu kemampuan penting yang termasuk dalam HOTS adalah kemampuan Pemecahan
Masalah, Kemampuan Pemecahan masalah menuntut siswa aktif dan maksimal dalam
melakukan eksplorasi, observasi, eksperimen, dan investigasi. Ulvah (Nuryana & Rosyana,
2019) menyatakan, siswa yang lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran cenderung memiliki
kemampuan pemecahan masalah yang lebih baik daripada siswa yang tidak terlibat dalam
kegiatan pembelajaran. Melalui aktivitas pembelajaran yang baik siswa tidak akan merasa
jenuh dalam belajar, maka dari itu kemampuan pemecahan masalah siswapun berkembang.
6. Pendahuluan
Kemampuan pemecahan masalah sangat berarti untuk siswa sebab kemampuan siswa
bisa dilatih melalui pertanyaan-pertanyaan non-rutin. Sesuai dengan pendapat Zulfah (2018) yakni
pemecahan permasalah wajib didukung dengan struktur kognitif siswa. Jika tidak didukung dengan
struktur kognitif apapun, sangat tidak mungkin siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan suatu
masalah tertentu. Demikian juga dengan pendapat Rosmawati, Elniawati, & Murni (2012) bahwa
kemampuan memecahkan permasalahan matematis dapat menjadi bagian berarti dari kurikulum
matematika, sebab kemampuan tersebut menolong siswa dalam meningkatkan keahlian intelektual
mereka serta memecahkan permasalahan memakai langkahlangkah pemecahan permasalahan
matematis. Sesuai dengan teori Polya (Yukentin et al., 2018) ada empat langkah bagian saat
memecahkan permasalahan, yakni:
1) memahami permasalahan,
2) menyiapkan perencanaan solusi,
3) melakukan perencanaan penyelesaian, serta
4) mengkaji ulang hasil pengerjaan.
8. ● HASIL
Penelitian ini bertujuan guna menganalisis tentang
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VIII disaat
memecahkan permasalahan terkait Sistem Persamaan Linear Dua
Variable (SPLDV). Dilihat dari hasil analisis, beberapa siswa masih
belum bisa menyelesaikan soal sesuai langkah-langkah Polya. Dari
hasil penelitian terhadap 5 siswa terlihat bahwasanya kemampuan
pemecahan matematis siswa saat menyelesaikan soal cerita materi
SPLDV masih lemah. Soal cerita mengenai pemecahan masalah
matematis bisa membantu siswa berpikir pada tingkat tinggi dan bisa
menyelesaikan masalah dengan mengikuti tahap-tahap yang
diberikan. Oleh karena itu, siswa masih membutuhkan Latihan-latihan
untuk memahami materi serta mampu menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan pemecahan masalah matematis tersebut. Berikut ini
diberikan contoh hasil pengerjaan siswa.
9. Menilai hasil jawaban yang diberikan oleh siswa 1,
dilihat dari jawaban siswa itu maka bisa dijelaskan
siswa belum mampu memecahkan soal tersebut.
Siswa belum mampu juga dalam membuat model
matematika. Jadi untuk siswa 1 ini belum paham
terhadap masalah apa yang terdapat pada soal,
belum mampu menyusun rencana guna
menyelesaikan soal yang telah diberikan.
Dikarenakan siswa 1 ini belum mampu menyusun
rencana, maka siswa juga belum bisa
mengimplementasikan solusi masalah, dan tidak
mengecek ulang hasil dari pengerjaan soal yang
diberikan.
Gambar 1. jawaban siswa 1
10. Jawaban yang diberikan oleh siswa 2, terlihat bahwa
siswa tersebut belum mendapatkan hasil dari soal yang
diberikan. Namun, siswa 2 itu sudah mulai memahami
permasalahan pada soal, dengan menyebut apa saja
yang dilihat serta ditanyakan didalam soal, siswa
tersebut pun bisa membuat model dari soal yang diberi.
Namun, disaat melaksanakan penyelesaiannya
terdapatnya kekeliruan yang mengakibatkan hasilnya
salah. Kekeliruan dalam perhitungan yaitu terdapat
pada perkalian dalam model matematika, seharusnya
2y . 3 = 6y, tetapi siswa tersebut tidak mengkalikan
hasilnya, jadi hanya 2x saja, sehingga berpengaruh
kepada hasil akhirnya. Siswa 2 ini juga hanya mencari
harga dari celana (y) saja, belum mencari harga dari
sebuah kacamata.
Gambar 2. jawaban siswa 2
11. Dari hasil yang diberikan oleh siswa 3 terlihat dengan
jelas bahwa siswa 3 ini sudah memahami persoalan
yang terdapat dari soal dengan menulis apa saja yang
ada ataupun apa yang ditanyakan di soal itu, serta bisa
menyusun rencana pelaksanaan. Akan tetapi membuat
penyelesaiannya terdapat kekeliruan perhitungan
dalam mengkalikan dalam perhitungan, meskipun
begitu, sangat terlihat siswa 3 ini memahami persoalan
yang disampaikan.
Gambar 3. jawaban siswa 3
12. Menilai hasil yang diberikan oleh siswa 4, diketahui
bahwasanya siswa bisa memahami permasalahan serta
mengembangkan strategi yang dimaksudkan, tetapi
ada kesalahan pada akhir perhitungan. Kesalahannya
yaitu terdapat pada proses substitusi, seharusnya
harga celana dikalikan dua, tetapi siswa tersebut tidak
menuliskannya, sehingga berpengaruh terhadap harga
sebuah kacamata, tetapi untuk harga sebuah celana
yang diberikan oleh siswa tersebut sudah benar. Jadi
terdapat kesalahan pada pemeriksaan kembali hasil
dari pengerjaannya.
Gambar 4. jawaban siswa 4
13. Menilai hasil mengerjakan soal dari siswa 5 terlihat
bahwa siswa 5 ini mampu menyelesaikan permasalahan
menggunakan tahapan-tahapan yang sangat baik,
dimulai dengan memahami permasalahan dengan
benar, mengembangkan rencana yang akan digunakan,
mengimplementasikan rencana dengan tidak ada
kekeliruan, serta memeriksa kembali hasil pengerjaan
dan memberikan kesimpulan dari jawab tersebut.
Gambar 5. jawaban siswa 5
14. ● KESIMPULAN
Dilihat dari hasil penelitian yang dianalisis maka dikatakan
bahwasanya kemampuan memecahkan permasalahan matematis
siswa masih kategori rendah. Diketahui melalui jawaban dari 5 orang
siswa, yang mengerjakan dengan baik serta benar sesuai tahapan-
tahapan pemecahan persoalan matematis berdasarkan polya hanya
1 siswa saja. Keempat siswa lainnya masih belum bisa mengerjakan
dengan baik. Siswa juga kurang terbiasa menjawab soal tentang
pemecahan masalah, yang menjadikan siswa kesulitan didalam
mengerjakan soal itu. Siswa harus dilatih dengan soal berbasis
masalah supaya kemampuan pemecahan masalah yang dimilikinya
semakin tinggi dan bisa menyelesaikan sesuai tahapan-tahapan
yang benar.
16. Hasil
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran dan
menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui
penyelesaian soal-soal mengenai aritmetika sosial. Indikator yang menjadi
dasar penilaian siswa adalah kesesuaian jawaban siswa dengan langkah-
langkah dalam pemecahan masalah yaitu Memahami Masalah,
Merencanakan Penyelesaian, Melaksanakan Penyelesaian, dan Memeriksa
Kembali. (Akbar, 2019; Hendriana, Rohaeti, Sumarmo, 2017)
17. Rekapitulasi Nilai Siswa Beserta Analisis Kesalahan
Skor Nilai Kriteria Jumlahsiswa Js % Analilisi Kesalahan
16 100 % Sangat tinggi 1 2,77% Siswa sudah tepat dalam menjawab soaldan melakukan
pemeriksaan jawaban kembali
15 93,75
%
1 2,77% Siswa dapat menjawab soal akan tetapitidak memodelkan
matematikanya
14 87.5%
Tinggi
4 11.11% Siswa tidak menghitung jumlah lusinnya
13 75% 4 11.11% Siswa tidak dapat menjumlah lusin danharganya
12 81.25% 0 0 Tidak ada siswa yang memperoleh skor 12
11 62.5%
Sedang
3 8.33% Siswa tidak bisa menjawab operasi pecahancampuran ke operasi
pecahan biasa
10 68.75% 4 11.11% Siswa hanya menjawab harga jual dankeuntungan
9 56.25% 4 11.11% Siswa hanya bisa menjawab
8 50%
Rendah
0 0% Tidak ada siswa yang memperoleh skor 8
7 43.75% 7 19.44% Siswa hanya bisa menjawab tentang lusindan harganya saja
6 37.5%
Sangat rendah
0 0% Tidak ada siswa yang memperoleh skor 6
5 31.25% 2 5.55% Siswa bisa memodelkan matematika dan lusin
4 25% 4 11.11% Siswa hanya memodelkan matematika saja
3 18.75% 0 0% Tidak ada siswa yang memperoleh skor 6
2 12.5% 1 2.77% Siswa hanya menulis apa yang di tanyakan
1 6.25% 1 2.77% Siswa Hanya menulis soal kembali
18. Soal kemampuan pemecahan masalah matematis aritmetika
sosial kelas VII Analisis Kemapuan Pemecahan Masalah Kelas VII SMP
Dengan Materi Aritmatika Sosial Analasis Kesalahan Jawaban Siswa
Pada Tahap Pemahaman (Memahami masalah)
Banyak siswa yang melakukan kesalahan paa tahap
pemahaman, Berikut ini diberikan contoh hasil pengerjaan siswa.
Gambar 1. Soal kemampuan pemecahan masalah matematis aritmetika sosial kelas VII
19. Pada gambar 2 terlihat bahwa siswa sudah mengerti
pertanyaan pada soal, tetapi siswa tersebut belum memahami
cara menyelesaikan soal. Siswa tidak dapat menentukan model
matematika. Dapat dilihat pada gambar 1, siswa hanya dapat
mengerjakan sampai dengan diketahui dan ditanyakan saja.
Selain itu, berdasarkan wawancara siswa memang kurang
mengerti dan memahami materi dari awal siswa tidak bisa
menjawab dan mengalami kesulitan pada saat memahami dan
mengerjakan soal tersebut. Berdasarkan angket yang diperoleh
juga pada saat siswa tersebut tidak bisa menjawab soal, siswa
hanya berdiam saja, tidak ada usaha dan juga tidak ada keinginan
untuk menjawab soal tersebut dan memang pada dasarnya siswa
tersebut memang tidak menyukai pelajaran matematika karena ia
beranggapan bahwa matematika itu sulit dan menakutkan. Maka
dari itu, minat belajar matematika juga sangat penting dan siswa
untuk dapat mengerjakan soal.
Kesalahan Jawaban Siswa pada Tahap Pemahaman
Gambar 2. jawaban siswa 1
20. Pada gambar 3 terlihat bahwa siswa sudah mengerti
dengan pertanyaan dan sudah memahami soal serta sudah dapat
membuat model matematika. Akan tetapi pada tahapan kedua
siswa nampaknya masih kebingungan yakni kebanyakan jawaban
siswa tidak membagi jumlah kaos sebanyak 8 lusin menjadi tiga
bagian sehingga jawaban siswa menjadi kacau ke tahap
selanjutnya. Maka dari itu siswa yang menjawab salah pada tahp
dua atau hanya dapat menjawab sampai tahap satu saja hanya
memperoleh skor 1. Berdasarkan wawancara siswa memang
mengalami kebingungan pada saat mengerjakan tahapan dua.
Namun siswa ada keiginan untuk menjawab soal tersebut dan
mencoba menjawab walau semampunya. Berdasarkan angket
diperoleh informasi bahwa siswa kurang menyukai pelajaran
matematika karena konsep yang ada pada matematika saling
berkaitan, sehingga apabila tidak dapat memahami satu konsep
maka akan sulit memahami konsep yang lainnya. Namun disisi lain
siswa tetap berusaha menjawab soal matematika karena tidak
ingin memperoleh nilai yang rendah.
Kesalahan Jawaban Siswa pada Tahap Transformasi
Gambar 3. jawaban siswa 2
21. Pada gambar 4 dapat dilihat bahwa siswa
sudah mampu mengerjakan tahapan satu dan dua.
Namun siswa belum mampu mengerjakan pada tahapan
ke tiga. Yakni siswa merasa bingung sehingga sehingga
tidak tahu bagaimana caranya menjawab apakah
pedagang dapat membeli 8 ½ lusin kaos atau tidak.
Menurut angket yang diberikan pada siswa, ia tidak
begitu menyenangi pelajaran matematika karena banyak
konsep yang harus dipahami.
Kesalahan Jawaban Siswa pada Tahap Keterampilan
Proses (Melakukan penyelesaian)
Gambar 4. jawaban siswa 3
22. Pada gambar 5 dapat dilihat bahwa siswa
sudah mampu mengerjakan tahap satu, dua dan tiga.
Bahkan pada tahap keempat siswa juga sudah mampu
mengerjakan soal dengan baik akan tetapi kebanyakan
dari jawaban siswa tidak memakai kesimpulan padahal
soal yang diberikan merupakan soal cerita. Menurut
wawancara yang telah dilakukan kebanyakan dari siswa
menyatakan bahwa mereka lupa menuliskan kesimpulan
pada lembar jawaban mereka. Berdasarkan angket juga
siswa memang menyukai pelajaran matematika dan
menyebutkan bahwa soal yang diberikan lumayan
mudah, tidak terlalu sulit. Materi yang mereka sukai juga
salah satunya yaitu materi aritmatika sosial sangat
sesuai dengan soal yang diberikan.
Kesalahan jawaban siswa pada tahap penyimpulan dan
memeriksa kembali jawaban
Gambar 5. jawaban siswa 4
23. ● KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan kepada siswa kelas VII di salah
satu SMPN Kabupaten Purwakarta bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa tersebut tergolong rendah. dari data yang didapat 36 siswa,
disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih tergolong
rendah. Banyak siswa masih keliru dalam indikator memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, melaksanakan penyelesaian, dan memeriksa
kembali jawaban. Hal tersebut disebabkan karena siswa masih belum terbiasa
mengerjakan soal-soal pemecahan masalah sehingga siswa mendapatkan
kesulitan dalam memahami setiap soal tersebut, siswa banyak yang keliru
dalam melakukan perhitungan penyelesaian masalah, selain itu siswa rata-
rata tidak memeriksa kembali jawaban yang telah dibuat.
24. 1. Fitrianingsih, I., & Budiman, I. (2022). ANALISIS KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII DALAM
MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV. JPMI (Jurnal
Pembelajaran Matematika Inovatif), 5(2), 327-334.
2. Fatmala, R. R., Sariningsih, R., & Zanthy, L. S. (2020). Analisis
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Smp Kelas
VII Pada Materi Aritmetika Sosial. Jurnal Cendekia: Jurnal
Pendidikan Matematika, 4(1), 227-236.
Rujukan Artikel
25. Thanks!
Do you have any questions?
“Matematika mungkin salah satu pelajaran yang sulit, tapi dari situ kita tahu
bahwa ada banyak cara untuk menyelesaikan masalahnya, begitu juga hidup.”