1. Dilema Penjurusan Siswa di SMA pada
Kurikulum 2013
Soal penjurusan siswa SMA pada rencana
kurikulum 2013 sebagai hasil perubahan yang
sedang dilakukan pemerintah (via kemdikbud)
tentu akan membuahkan perdebatan. Hal ini
jelas bukan barang baru, dulu masalah ini
pernah mengemuka. Mengemukanya juga
ketika beralih dari kurikulum ke kurikulum
berikutnya. Banyak sekali pertimbangan dengan
argumennya masing-masing. Penjurusan selalu
menjadi komoditas untuk diperdebatkan, yang
tentu saja pemerintah adalah pemenangnya
karena ia menjadi pengambil keputusan.
Untuk kurikulum yang rencananya akan diubah dan akan diterapkan di awal tahun pelajaran
2013/2014 alias mulai bulan Juli 2013 itu, di depan wapres beberapa hari lalu ada beberapa
alternatif dan pertimbangan.
Menyimak dari alternatif yang tiga itu sepertinya alternatif terakhir tidak akan diambil, karena
kompleksitas
dari
pelaksanaan
pembelajaran
nya nanti,
belum lagi
terbatasnya
sarana dan
juga masalah
pemerataann
ya.
Sementara
alternatif lain
bukan berarti
bebas
masalah.
Keyakinan
saya apapun
2. argumennya pemerintah dipastikan tidak mau ambil resiko dengan mengubah apa yang sedang
berjalan sekarang ini. Lagi pula esensi perubahan kurikulum itu sendiri juga tidak jelas dan
menimbulkan berbagai kecaman oleh berbagai pihak termasuk pesimisme guru.
Kalau saya sendiri sebagai guru kimia, lebih menyukai bahwa penjurusan siswa SMA sebaiknya
dilakukan sejak awal, mengingat banyak siswa yang kemampuan matematika dan logika serta
bahasanya lemah. Padahal semua itu dipersyaratkan untuk belajar kimia atau mata pelajaran
IPA lainnya dan matematika tentunya. Saya melihat banyak sekali siswa tersiksa dengan
pelajaran yang memang mempersayaratkan kemampuan matematika dan logika itu. Apapun
upaya yang dilakukan guru jika syarat kemampuan awal tidak terpenuhi makai tugas berat
menanti guru fisika, kimia, dan matematika Mengingat pula ketersediaan guru-guru MIPA di
hampir semua sma kini hampir bisa dikatakan memadai. Saya tidak punya data tapi secara
sekilas di kabupaten tempat saya bertugas ini bahkan bisa dikatakan berlebih.
Kembali kepada berbagai alternatif itu tentu saja juga berkiblat dari negara lain, bukan asli dari
pola pikir mendalam atau dari hasil penelitian atau pengkajian yang valid. Semua itu menurut
dugaan saya adalah berdasarkan pola pikir para pemikir pendidikan yang tentu saja akan
berusaha menyenangkan pihak kemdikbud sendiri. Hal kecil seperti ini tentu saja tidak luput
dari kepentingan pihak tertentu, guru-guru pun bisa menduga akan hal itu, walaupun dugaan
itu belum terbukti tapi guru sudah terbiasa dengan tayangan-tayangan dan lagunya pemerintah
selama ini.
Lalu dilemanya di mana? Kemauan siswa dan orang tua, kemampuan prasyarat siswa yang
lemah (walau dinyatakan lulus ujian nasional) itu pun tidak bisa dijadikan jaminan. Mengingat
hampir semua guru (pelaku pendidikan) tahu apa yang terjadi dibalik UN selama ini. Nampak
jelas bahwa kesiapan pemerintah dengan berbagai konsekwensinya harus disiapkan, kalau tidak
itu hanya jadi dilema saja, serba salah. Bahkan ada kajian dalam bentuk disertasi mengenai
penjurusan ini sudah sepatutnya untuk dapat dijadikan rekomendasi karena sudah dilakukan
pengkajian mendalam.
Meskipun pola pikir manusia seumuran anak SMA masih sangat labil, namun menimbang
potensi dan peluang keberhasilannya tentu akan lebih baik jika siswa terarah sejak dini.
Harapannya tentu memberikan keputusan yang tepat dengan tidak mengkebiri "ambisi" anak
dan orang tua tetapi sesuai modal-bekal-kemampuan awal.
Seperti di negara tentangga (Singapore) ada dua jalur penjurusan level-O untuk siswa
kemampuan di atas rata-rata, dan level-N untuk siswa dengan kemampuan rata-rata.
Sedangkan mereka yang di SMK memang tidak diorientsikan ke universitas, tetapi hanya boleh
ke akademi atau politeknik saja, meskipun semua itu akan jadi dilema lagi dan lagi. Namun
belakangan pemerintah sudah akan "memaksa" siswa yang kemampuannya di bawah rata-rata
bisa diarahkan ke SMK karena jumlah SMK di setiap daerah jumlah ditambah terus hingga
target 50% SMA dan 50% SMK. Ini langkah bagus asal tidak bermental proyek saja .
Mari tunggu keputusan soal penjurusan ini. Apakah akan tetap jurusan IPA, IPS, dan Bahasa?