SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
1
AKHLAK MULIA JANGAN SEBATAS TEORI:
PENGUKURAN CHARACTER BUILDING DI TINGKAT SMA
Oleh: Sigit Setyawan
A. Pendahuluan
Tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 23/2003 diantaranya adalah
menjadikan manusia Indonesia sebagai manusia yang berakhlak mulia dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu mata pelajaran
yang dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut di tingkat SMA adalah Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Namun, banyak sekolah swasta yang merasa perlu
untuk mengadakan bidang studi lain yang khusus mengajarkan budi pekerti dan
akhlak mulia yang pada umumnya dinamai sebagai pelajaran Character Building.
Kelas Character Building di jenjang SMA pada dasarnya ingin mendidik siswa
agar memiliki akhlak mulia. Permasalahan penilaian muncul ketika tiba pada saat
laporan hasil belajar. Sebagai contoh, salah satu sekolah swasta mencantumkan skala
angka dalam rapor dengan membagi persentase 30% berasal dari nilai dari Quiz, 30%
nilai dari Project, dan 40% observasi karakter siswa di dalam kelas. Di sekolah negeri
di mana penulis pernah menempuh pendidikan, nilai perilaku ditulis dalam skala sikap
A untuk amat baik, B untuk baik, C untuk cukup, dan D untuk kurang. Baik dalam hal
evaluasi dengan skala angka maupun huruf, keduanya pada umumnya kurang
menggambarkan makna yang akurat. Sebagai contoh, jika dinyatakan bahwa nilai
Character Building adalah 80%, kualitas karakter seperti apakah yang diimplikasikan
oleh angka tersebut, dan apa bedanya dengan yang nilainya 70%? Jika dinyatakan di
laporan hasil belajar bahwa nilai B atau baik, seperti apakah kualitas karakter peserta
didik yang dianggap baik itu? Hal itu kadang-kadang menjadikan pelajaran Character
Building menjadi kurang bermakna bagi siswa, sehingga dalam proses belajar
mengajar banyak siswa yang merasa enggan atau tidak bersemangat untuk ikut dalam
pelajaran tersebut.
Penulis mewawancarai guru Character Building dan mendapati ada persoalan
lain, yaitu banyaknya siswa yang harus diajar dan jumlah jam belajar yang singkat.
Guru tersebut mengajar 180 siswa dan hanya bertatap muka dengan siswa selama 40
2
menit dalam satu minggu. Kesulitan yang dihadapi ini adalah mengenai rasio guru dan
siswa yang kurang ideal. Sebagian besar nilai harus diambil dari hasil pengamatan
langsung di dalam kelas dalam waktu yang terbatas dan jumlah siswa yang terlampau
banyak.
Pelajaran Character Building ada untuk membentuk karakter siswa agar bermoral
dan beretika yang baik. Pada kenyataannya, Character Building bukan solusi tunggal
bagi pembentukan karakter siswa. Meskipun telah mendapat pelajaran Character
Building sejak SMP hingga kelas XI, misalnya, tetap saja banyak kasus yang
ditangani oleh guru BK (Bimbingan Konseling) yang berkaitan dengan permasalahan
pelanggaran peraturan sekolah dan bullying.
Berangkat dari beberapa permasalahan tersebut di atas, makalah ini hendak
membahas permasalahan pengukuran dan penilaian dalam mata pelajaran Character
Building khususnya di jenjang SMA. Tujuan makalah ini akan dibatasi dalam tiga hal
berikut ini.
1. Memaparkan dan menganalisis praktik pengukuran dan penilaian
Character Building di dalam kelas.
2. Menganalisis ketersambungan antara tujuan nasional dan pelajaran
Character Building.
3. Memberikan rekomendasi pengukuran dan penilaian dalam pelajaran
Character Building di tingkat SMA.
B. Praktik Pengukuran dan Evaluasi Character Building di dalam kelas
Akhlak mulia atau karakter adalah sesuatu hal yang abstrak sifatnya. Namun
meskipun abstrak, karakter seseorang dapat diketahui oleh orang lain melalui hidup
bersama dalam waktu tertentu atau melalui sebuah pengamatan. Sebagai sebuah
pelajaran, guru harus membuat definisi-definisi operasional dan indikator-indikator
untuk mengukur dan kemudian mengevaluasi karakter siswa. Sebagai sebuah mata
pelajaran, Character Building semestinya melakukan pengukuran dan penilaian.
Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu,
sedangkan penilaian adalah proses mengambil keputusan dengan menggunakan
informasi yang diperoleh melalui pengukuran baik instrumen tes maupun non-tes
(Zainul dan Nasution 2005, 5 – 8). Guru perlu untuk mengukur dan menilai
berdasarkan indikator-indikator tertentu yang jelas.
3
Pembagian Quiz (30%), Project (30%), dan Observasi (40%) di sekolah swasta di
atas dapat dikatakan cukup bagus untuk mengukur setidak-tidaknya tiga ranah, yaitu
Quiz untuk mengukur konsep atau pemahaman siswa mengenai moral atau etiket,
Project untuk mengukur bagaimana siswa belajar dalam kondisi tertentu yang sengaja
dibuat oleh guru atau kelas, dan Observasi yang merupakan pengamatan genuine atau
kondisi sebenarnya.
Permasalahan yang ditemukan adalah bahwa guru mengalami kesulitan karena
pengamatan didasarkan pada prinsip-prinsip yang masih abstrak dan belum diuraikan
dalam definisi-definisi operasional dan indikator-indikator. Guru mengatakan bahwa
yang dinilai adalah keterlibatan di kelas, kepedulian kepada teman, dsb. tetapi belum
sampai pada apa indikatornya. Dalam bahasa sehari-hari, apa yang dilakukan guru
adalah “nilai kira-kira” sesuai dengan apa yang dilihat ketika di dalam kelas. Hal
tersebut merupakan kelemahan karena ada kemungkinan antara guru dan siswa tidak
ada titik temu tentang apa yang akan dinilai. Besar kemungkinan guru salah menilai
atau menilai dengan subjektivitas yang sangat tinggi berdasarkan like and dislike. Hal
itu sangat merugikan siswa, selain membuat proses pembelajaran tidak ada
hubungannya dengan nilai yang keluar di rapor.
Dalam pelajaran Character Building, hal terpenting untuk dilakukan adalah
observasi. Namun, observasi memiliki problem, yaitu subjektivitas yang tinggi.
Permasalahan utama dengan observasi adalah ketiadaan objektivitas oleh
pengamatnya (Johnson dan Johnson 2001, 117). Oleh karena itu indikator-indikator
yang jelas mutlak ada dan guru dan siswa harus dalam pemahaman yang saya tentang
indikator yang hendak dinilai ini. Johnson dan Johnson memberikan beberapa
panduan agar observasi menjadi lebih objektif. Observasi sebaiknya mengamati tiga
hal berikut ini yang sangat relevan untuk diterapkan (Johnson, Johnson, and Holubec
1998).
a. Kualitas kinerja siswa.
b. Proses dan prosedur dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
c. Proses dan prosedur guru dalam memberikan pelajaran.
Oleh karena itu, agar pelajaran Character Building menjadi bermakna dan
hasilnya kurang lebih menjadikan nilai yang diberikan berarti sesuatu, guru perlu
untuk mengobservasi ketiga hal berikut ini. Pertama, mengobservasi kinerja siswa di
kelas. Untuk mengobservasi kinerja, guru perlu memberikan rubrik penilaian kepada
siswa. Pengukuran dan penilaian terhadap kinerja siswa membutuhkan waktu yang
4
cukup dan menuntut siswa untuk mengonstruksi pengetahuan yang baru (Marzano,
Pickering, dan McTighe 1993, 26). Marzano, Pickering, dan McTighe menyarankan
agar pencatatan kinerja siswa dilakukan terus menerus. Pencatatan terus menerus atau
berkelanjutan dilakukan oleh guru dalam rangka observasi siswa di kelas. Guru
mengamati dan siswa tahu apa yang diamati.
Di sekolah swasta yang diamati oleh penulis, observasi di dalam kelas terlalu
pendek waktunya. Dalam waktu hanya 40 menit guru mengamati 30 siswa di dalam
kelas, hal itu tentu saja merupakan pekerjaan yang terlampau berat. Terjadi dilema di
sini, yaitu jika indikator untuk diamati terlalu banyak, maka kualitas penilaian
menjadi lebih rendah. Namun jika indikatornya dikurangi, maka ada kemungkinan
indikator yang sedikit itu tidak mencerminkan kinerja siswa.
Solusi yang dapat dilakukan adalah agar guru mengukur kinerja siswa bukan
hanya dibatasi pada aktivitas kinerja di dalam kelas, melainkan melibatkan pula
kegiatan di luar kelas. Sebagai contoh, apabila ada siswa melanggar peraturan sekolah
di luar jam pelajaran, maka hal itu akan dicatat sebagai bagian dari kinerja siswa.
Dapat pula guru mendengarkan pendapat dari guru lain, misalnya seorang siswa
menolong temannya di pelajaran Matematika, hal semacam itu juga masuk ke dalam
catatan kinerja dalam pelajaran Character Building. Di sisi lain, apabila siswa
mendapat pujian di luar sekolah, misalnya menjadi relawan kemanusiaan di
masyarakat, maka itu dapat menjadi catatan pula bagi kinerja siswa. Jadi, observasi
terhadap kinerja siswa tidak hanya terbatas pada apa yang dilakukan di dalam kelas,
melainkan juga di luar kelas.
Kedua, proses dan prosedur dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Perlu
dilihat bahwa pelajaran Character Building berbeda dengan pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) atau Matematika. Di dalam IPA, misalnya, rumus-rumus
dan hitungan begitu pasti dan baku. Demikian pula di dalam matematika, rumus atau
fungsi memiliki hasil akhir yang sama dan dapat dipastikan. Dalam kedua mata
pelajaran tersebut, siswa dinilai terutama berdasarkan hasilnya. Namun, di dalam
Character Building yang dipentingkan adalah proses. Untuk menilai proses
penyelesaian sebuah proyek bersama, guru dengan seksama memerhatikan proses dan
interaksi antar siswa. Siswa membutuhkan umpan balik dari apa yang telah dilakukan
ketika mereka mengerjakan tugas atau proyek yang diberikan. Apakah dalam
mengerjakan, siswa telah menerapkan konsep-konsep moral dan etiket yang telah
diajarkan? Umpan balik kepada siswa tersebut dapat berupa lisan maupun tertulis,
5
baik sebagai kelas, kelompok, maupun secara individu, tergantung dari kondisi yang
terjadi.
Ketiga, proses dan prosedur guru dalam memberikan pelajaran. Evaluasi atas
proses dan prosedur pengajaran sangat penting dilakukan agar pelajaran mengalami
kemajuan dan menjadi lebih bermakna. Guru membutuhkan masukan untuk kemajuan
pengajarannya dengan mendengarkan pendapat para siswa menanggapi aktivitas kelas
atau penilaian dirinya. Masukan dari siswa dapat dilakukan dengan berbagai teknik,
misalnya kuesioner atau wawancara dengan beberapa siswa.
C. Ketersambungannya dengan Tujuan Pendidikan Nasional
Ada beberapa kejadian beberapa waktu lalu yang dapat dijadikan sebagai ilustrasi
mengenai pentingnya pelajaran karakter ini. Di Watampone, Kabupaten Bone,
sejumlah siswa yang tidak lulus Ujian Nasional (UN) melempari sekolahnya dan
mengakibatkan sejumlah kaca sekolah pecah (Tribun Timur 27 April 2010). Kejadian
di tempat lain pada hari yang sama, di Tanete, Bulukumba, seorang siswa melempari
guru dengan batu karena tidak lulus UN (Metrotvnews 27 April 2010). Kedua
peristiwa tersebut di atas adalah dua contoh ekstrim yang dapat diacu sebagai bahan
pemikiran bahwa pendidikan karakter memang dibutuhkan. Mendiknas, Mohammad
Nuh, menegaskan pentingnya pendidikan karakter bagi bangsa Indonesia. Hal itu
disampaikan dalam Hari Pendidikan Nasional 2010 yang mengangkat tema
“Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa” (Harian Analisa 3 Mei
2010). Terlihat sekali bahwa kini, pendidikan karakter menjadi agenda utama
pemerintah dan memang hal itu sungguh diperlukan oleh bangsa Indonesia.
Namun, pertanyaannya adalah, perlukah pendidikan karakter itu diformalkan
dalam satu mata pelajaran Character Building, bukankah sudah ada pelajaran Agama
dan Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajarkan kepada mereka tentang akhlak
mulia? Mengenai perlu tidaknya pendidikan karakter diformalkan, mengacu kepada
apa yang telah dirancang dalam Pelajaran Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan,
pelajaran tersebut dinilai perlu ada. Namun, ada catatan fundamental di sini, yaitu
bahwa pengukuran dan penilaiannya harus sesuai dengan proses belajar mengajar dan
yang dinilai bukan hanya kognitifnya saja, melainkan kinerja siswa. Penilaian dalam
kedua mata pelajaran tersebut perlu mengacu pada salah satu hal dalam reformasi di
6
bidang pengukuran dan penilaian, yaitu bahwa pembelajaran seharusnya berhubungan
dengan pengukuran dan penilaian (Marzano 1993).
Mengenai apakah perlu mata pelajaran Character Building yang berdiri sendiri,
maka pelajaran ini perlu ada jika pelajaran ini merupakan pelajaran yang
mengintegrasikan sikap atau kinerja siswa secara utuh, artinya tidak hanya di kelas
saja, melainkan kinerja di luar kelas juga dinilai. Agar tidak tumpang tindih dengan
pelajaran Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, maka perlu dibuat pemisahan
jelas area belajarnya, misalnya:
1. Pelajaran Agama mengajarkan akhlak mulia dengan didasarkan kepada
prinsip-prinsip agama masing-masing, sebagai bagian tak terpisahkan dari
pengetahuan dan penghayatan agamanya;
2. Pelajaran Kewarganegaraan mengajarkan akhlak mulia dengan menjadi
warga negara yang demokratis, dengan demikian mempelajari hukum-
hukum tertulis dan tidak tertulis dan etiket dalam bernegara;
3. Pelajaran Character Building mengajarkan akhlak mulia dengan didasarkan
pada pemahaman norma-norma sosial, mulai dari teman dekat, menjadi
bagian dari komunitas sekolah, masyarakat nasional, etiket dan budaya
lokal, identitas budaya nasional, dan pergaulan dengan masyarakat dunia.
Ketiga mata pelajaran penting tersebut harus mengukur kinerja siswa lebih banyak
daripada mengukur tingkat pemahaman kognitif siswa. Pelajaran Character Building
sangat penting untuk ikut mewujudkan tujuan nasional kita, yaitu membentuk
manusia Indonesia seutuhnya. Mata pelajaran ini dapat dijadikan sebagai pelajaran
yang mampu memberikan “laporan” atau deksripsi siswa dalam hal perilaku dan
moral dalam komunitas sekolah. Dengan demikian, sekolah dalam mengambil
keputusan bukan hanya pada pertimbangan kepintaran atau raihan akademik,
melainkan juga terhadap sikap, perilaku, atau moralnya juga dengan berlandaskan
pada observasi yang relatif lebih objektif sifatnya.
D. Rekomendasi dan Penutup
Pelajaran Character Building adalah pelajaran yang berorientasi kepada proses
dan bermaksud membentuk karakter baik siswa. Hendaknya pelajaran ini jangan
hanya sebatas teori saja, melainkan merupakan pelajaran yang berdampak nyata bagi
pembangunan karakter siswa. Instrumen yang digunakan tidak selayaknya jika tes
7
kognitif atau hanya tes uraian yang berorientasi pada hasil. Perangkat non-tes dapat
digunakan sebagai bagian untuk merekam kinerja siswa secara berkesinambungan.
Berikut ini adalah rekomendasi atas beberapa permasalahan yang dikemukakan di
atas.
1. Guru hendaknya menentukan definisi operasional dan indikator-
indikator yang diketahui baik oleh guru maupun siswa.
2. Rasio antara guru dan siswa hendaknya disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang ingin diraih. Jika jumlah siswa terlalu banyak dan
guru terlalu sedikit, maka pelajaran ini hanya menjadi pelajaran tanpa
makna. Sebagai contoh, satu guru mengobservasi satu angkatan dan
“ikut naik kelas” agar guru mengenal pribadi siswa dengan baik,
sehingga mempermudah observasinya.
3. Jumlah jam pelajaran perlu lebih panjang. Jika hal tersebut tidak
memungkinkan, maka di luar jam pelajaran guru melakukan observasi
dan menggali informasi (misalnya saat istirahat atau rapat guru) dan
hal tersebut dihitung sebagai beban mengajar guru.
4. Laporan hasil belajar harus merupakan cerminan dari proses belajar. Di
dalam laporan hasil belajar, guru perlu memberikan deskripsi atau
performance description sehingga angka atau huruf yang diberikan
memiliki makna dan dapat dipahami baik oleh siswa, orangtua,
maupun sekolah . Misalnya nilai 90 – 100 dideskripsikan sebagai
“Siswa sangat berdisiplin, menjadi inspirator dan motivator dalam
proyek kelas, mampu bekerja sama dengan baik dengan siapapun di
dalam kelas, dan dalam kehidupan sekolah menjadi pribadi yang
dinilai bertanggung jawab dan berperan aktif dalam kehidupan sosial di
sekolah,” maka nilai 90% misalnya, memiliki makna dan bukan hanya
sekedar nilai.
Pelajaran Character Building bersama-sama dengan mata pelajaran lain di tingkat
SMA dapat menjadi mata pelajaran berharga bagi kemajuan bangsa Indonesia dalam
membentuk karakter bangsa. Reformasi di bidang pengukuran dan penilaian perlu
untuk dibawa ke dalam pelajaran Character Building. Kita perlu lebih optimis bahwa
ke depan, pelajaran Character Building dapat menjadi salah satu pelajaran penting
yang bermakna baik bagi sekolah, siswa, maupun bangsa Indonesia.
8
Daftar Pustaka
Harian Analisa. “Mendiknas: Pendidikan karakter untuk Bangun Peradaban Bangsa”,
Harian Analisa online 3 Mei 2010. http://www.analisadaily.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=53448:mendiknas-pendidikan-karakter-
untuk-bangun-peradaban-bangsa&catid=31:umum&Itemid=143. Internet. Diakses
3 Mei 2010.
Johnson, David. W dan Roger T. Johnson. Meaningful Assessment: A Manageable
and Cooperative Process. Boston: Allyn and Bacon, 2002.
Johnson, David. W, Roger T. Johnson, dan E. Holubec. Cooperation in the
Classroom. 6th Edition. Edina, MN: Interaction Book Company, 1998.
Marzano, Robert, Debra Pickering, dan Jay McTighe. Assessing Student Outcomes:
Performance Assessment Using the Dimensions of Learning. Alexandria: ASCD,
1993.
Metrotvnews. “Tak Lulus Ujian, Siswa Lempari Guru dengan Batu”, Metrotvnews
online 27 April 2010. Home page on-line.
http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/04/27/104230/Tak
-Lulus-Ujian-Siswa-Lempari-Guru-dengan-Batu. Internet. Diakses 3 Mei 2010.
Tribun Timur. “Siswa di Bone Lempari Sekolah”, Tribun-Timur online 27 April 2010.
Home page on-line. http://www.tribun-timur.com/read/artikel/99017/sitemap.
html. Internet. Diakses 3 Mei 2010.
Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. Penilaian Hasil Belajar. Cetakan ke-5. Jakarta:
PPAU-PPAI Universitas Terbuka, 2005.

More Related Content

What's hot

Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranSoal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranAndy Saputra
 
Soal ujian ut pgsd idik4008 penelitian tindakan kelas
Soal ujian ut pgsd idik4008 penelitian tindakan kelasSoal ujian ut pgsd idik4008 penelitian tindakan kelas
Soal ujian ut pgsd idik4008 penelitian tindakan kelasSDN 1 JUGLANGAN
 
1.vina serevina ahmad rampiki
1.vina serevina ahmad rampiki1.vina serevina ahmad rampiki
1.vina serevina ahmad rampikivinaserevina
 
Proposal Kajian Tindakan
Proposal Kajian TindakanProposal Kajian Tindakan
Proposal Kajian TindakanHamidah Samsiah
 
PENILAIAN PORTOFOLIO IPS SD
PENILAIAN PORTOFOLIO IPS SDPENILAIAN PORTOFOLIO IPS SD
PENILAIAN PORTOFOLIO IPS SDAhmad Haqiqi
 
Model pengajaran langsung
Model pengajaran langsungModel pengajaran langsung
Model pengajaran langsunghari yanto
 
Tujuan instruksional dalam Evaluasi Pendidikan
Tujuan instruksional dalam Evaluasi PendidikanTujuan instruksional dalam Evaluasi Pendidikan
Tujuan instruksional dalam Evaluasi PendidikanArjuna Ahmadi
 
PENILAIAN AUTENTIK UNJUK KERJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PENILAIAN AUTENTIK UNJUK KERJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKAPENILAIAN AUTENTIK UNJUK KERJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PENILAIAN AUTENTIK UNJUK KERJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKARinni Artiyani
 
Penilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasPenilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasunesa
 
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...Operator Warnet Vast Raha
 
24496040 pgsr-bm-nota-modul-bmm3103-by-cikgu-ruslee
24496040 pgsr-bm-nota-modul-bmm3103-by-cikgu-ruslee24496040 pgsr-bm-nota-modul-bmm3103-by-cikgu-ruslee
24496040 pgsr-bm-nota-modul-bmm3103-by-cikgu-rusleeAli Hadoon
 
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaArtikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaM Wahyudi Haidar
 
Ulasan Kajian Tindakan
Ulasan Kajian TindakanUlasan Kajian Tindakan
Ulasan Kajian TindakanChitra Devaki
 
Kebaikan dan keburukan pemansuhan pmr
Kebaikan dan keburukan pemansuhan pmrKebaikan dan keburukan pemansuhan pmr
Kebaikan dan keburukan pemansuhan pmrZaliey Zakaria
 

What's hot (18)

Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi PembelajaranSoal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
Soal dan Kunci Jawaban Evaluasi Pembelajaran
 
PENILAIAN UNJUK KERJA MATEMATIKA
PENILAIAN UNJUK KERJA MATEMATIKAPENILAIAN UNJUK KERJA MATEMATIKA
PENILAIAN UNJUK KERJA MATEMATIKA
 
Soal ujian ut pgsd idik4008 penelitian tindakan kelas
Soal ujian ut pgsd idik4008 penelitian tindakan kelasSoal ujian ut pgsd idik4008 penelitian tindakan kelas
Soal ujian ut pgsd idik4008 penelitian tindakan kelas
 
1.vina serevina ahmad rampiki
1.vina serevina ahmad rampiki1.vina serevina ahmad rampiki
1.vina serevina ahmad rampiki
 
MTE 3112 YATI
MTE 3112 YATIMTE 3112 YATI
MTE 3112 YATI
 
Proposal Kajian Tindakan
Proposal Kajian TindakanProposal Kajian Tindakan
Proposal Kajian Tindakan
 
PENILAIAN PORTOFOLIO IPS SD
PENILAIAN PORTOFOLIO IPS SDPENILAIAN PORTOFOLIO IPS SD
PENILAIAN PORTOFOLIO IPS SD
 
Model pengajaran langsung
Model pengajaran langsungModel pengajaran langsung
Model pengajaran langsung
 
Tujuan instruksional dalam Evaluasi Pendidikan
Tujuan instruksional dalam Evaluasi PendidikanTujuan instruksional dalam Evaluasi Pendidikan
Tujuan instruksional dalam Evaluasi Pendidikan
 
PENILAIAN AUTENTIK UNJUK KERJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PENILAIAN AUTENTIK UNJUK KERJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKAPENILAIAN AUTENTIK UNJUK KERJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PENILAIAN AUTENTIK UNJUK KERJA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
 
Penilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelasPenilaian berbasis kelas
Penilaian berbasis kelas
 
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
 
Tugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghari
Tugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghariTugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghari
Tugas 2 ptk febridawati - sma n 1 batanghari
 
24496040 pgsr-bm-nota-modul-bmm3103-by-cikgu-ruslee
24496040 pgsr-bm-nota-modul-bmm3103-by-cikgu-ruslee24496040 pgsr-bm-nota-modul-bmm3103-by-cikgu-ruslee
24496040 pgsr-bm-nota-modul-bmm3103-by-cikgu-ruslee
 
PTK METODE NTH
PTK METODE NTHPTK METODE NTH
PTK METODE NTH
 
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA KimiaArtikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
Artikel ptk (Penelitian tinddakan Kelas) SMA Kimia
 
Ulasan Kajian Tindakan
Ulasan Kajian TindakanUlasan Kajian Tindakan
Ulasan Kajian Tindakan
 
Kebaikan dan keburukan pemansuhan pmr
Kebaikan dan keburukan pemansuhan pmrKebaikan dan keburukan pemansuhan pmr
Kebaikan dan keburukan pemansuhan pmr
 

Viewers also liked

CONCORDE CUPPERTINO 3BHK & 4BHK VILLAS FOR SALE IN ELECTRONIC CITY, BANGALORE
CONCORDE CUPPERTINO 3BHK & 4BHK VILLAS FOR SALE IN ELECTRONIC CITY, BANGALORECONCORDE CUPPERTINO 3BHK & 4BHK VILLAS FOR SALE IN ELECTRONIC CITY, BANGALORE
CONCORDE CUPPERTINO 3BHK & 4BHK VILLAS FOR SALE IN ELECTRONIC CITY, BANGALOREBangalore Prj
 
crisis of consent and its criticism
crisis of consent and its criticismcrisis of consent and its criticism
crisis of consent and its criticismTakushi Otani
 
Thinking critically 4
Thinking critically 4Thinking critically 4
Thinking critically 4nano villz
 
Business Analyst Course
Business Analyst CourseBusiness Analyst Course
Business Analyst CourseArunadeviS
 
CCCHHHh3mic4L_
CCCHHHh3mic4L_CCCHHHh3mic4L_
CCCHHHh3mic4L_paloka123
 
Death of Page One Position One - The Fragmentation of Search
Death of Page One Position One - The Fragmentation of SearchDeath of Page One Position One - The Fragmentation of Search
Death of Page One Position One - The Fragmentation of SearchChris Green
 
Mê mẩn vẻ đẹp của Mercedes-Benz GLC
Mê mẩn vẻ đẹp của Mercedes-Benz GLCMê mẩn vẻ đẹp của Mercedes-Benz GLC
Mê mẩn vẻ đẹp của Mercedes-Benz GLCÔ tô Xe máy
 
Kouvolan Aikuiskoulutuskeskuksen koulutuskalenteri syksy 2015
Kouvolan Aikuiskoulutuskeskuksen koulutuskalenteri syksy 2015Kouvolan Aikuiskoulutuskeskuksen koulutuskalenteri syksy 2015
Kouvolan Aikuiskoulutuskeskuksen koulutuskalenteri syksy 2015Kaakko PRO
 
Alexander Scharf - Real Estate Expert
Alexander Scharf - Real Estate ExpertAlexander Scharf - Real Estate Expert
Alexander Scharf - Real Estate ExpertAlexander Scharf
 
wafaa alshanqeti- EDCP 472
wafaa alshanqeti- EDCP 472wafaa alshanqeti- EDCP 472
wafaa alshanqeti- EDCP 472Wafaa Alshanqeti
 

Viewers also liked (14)

CONCORDE CUPPERTINO 3BHK & 4BHK VILLAS FOR SALE IN ELECTRONIC CITY, BANGALORE
CONCORDE CUPPERTINO 3BHK & 4BHK VILLAS FOR SALE IN ELECTRONIC CITY, BANGALORECONCORDE CUPPERTINO 3BHK & 4BHK VILLAS FOR SALE IN ELECTRONIC CITY, BANGALORE
CONCORDE CUPPERTINO 3BHK & 4BHK VILLAS FOR SALE IN ELECTRONIC CITY, BANGALORE
 
crisis of consent and its criticism
crisis of consent and its criticismcrisis of consent and its criticism
crisis of consent and its criticism
 
Thinking critically 4
Thinking critically 4Thinking critically 4
Thinking critically 4
 
Business Analyst Course
Business Analyst CourseBusiness Analyst Course
Business Analyst Course
 
CCCHHHh3mic4L_
CCCHHHh3mic4L_CCCHHHh3mic4L_
CCCHHHh3mic4L_
 
Death of Page One Position One - The Fragmentation of Search
Death of Page One Position One - The Fragmentation of SearchDeath of Page One Position One - The Fragmentation of Search
Death of Page One Position One - The Fragmentation of Search
 
SAFETY IN BATHROOMS
SAFETY IN BATHROOMSSAFETY IN BATHROOMS
SAFETY IN BATHROOMS
 
DominoV320i
DominoV320iDominoV320i
DominoV320i
 
Mê mẩn vẻ đẹp của Mercedes-Benz GLC
Mê mẩn vẻ đẹp của Mercedes-Benz GLCMê mẩn vẻ đẹp của Mercedes-Benz GLC
Mê mẩn vẻ đẹp của Mercedes-Benz GLC
 
042312bb1
042312bb1042312bb1
042312bb1
 
Kouvolan Aikuiskoulutuskeskuksen koulutuskalenteri syksy 2015
Kouvolan Aikuiskoulutuskeskuksen koulutuskalenteri syksy 2015Kouvolan Aikuiskoulutuskeskuksen koulutuskalenteri syksy 2015
Kouvolan Aikuiskoulutuskeskuksen koulutuskalenteri syksy 2015
 
Alexander Scharf - Real Estate Expert
Alexander Scharf - Real Estate ExpertAlexander Scharf - Real Estate Expert
Alexander Scharf - Real Estate Expert
 
wafaa alshanqeti- EDCP 472
wafaa alshanqeti- EDCP 472wafaa alshanqeti- EDCP 472
wafaa alshanqeti- EDCP 472
 
The teacher
The teacherThe teacher
The teacher
 

Similar to Evaluasi dan pengukuran_akhlak_mulia

B nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repairedB nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repairedIlham Muhit
 
8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto hvinaserevina
 
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A NP E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A NNASuprawoto Sunardjo
 
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfs_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfMyData19
 
Definisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranDefinisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranizz7556
 
Autentic Assesment teknis
Autentic Assesment teknisAutentic Assesment teknis
Autentic Assesment teknisMas Rauf
 
Modul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranModul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranRAHMANULJA
 
22 article text-47-2-10-20200803
22 article text-47-2-10-2020080322 article text-47-2-10-20200803
22 article text-47-2-10-20200803Ian Andrian
 
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...Operator Warnet Vast Raha
 
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...Operator Warnet Vast Raha
 
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingMeningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingOperator Warnet Vast Raha
 

Similar to Evaluasi dan pengukuran_akhlak_mulia (20)

B nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repairedB nonoh b.indonesia repaired
B nonoh b.indonesia repaired
 
8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h8.vina serevina r.thomas pramanto h
8.vina serevina r.thomas pramanto h
 
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A NP E N E L I T I A N  K E P E N G A W A S A N
P E N E L I T I A N K E P E N G A W A S A N
 
Penelitian Kepengawasan
Penelitian KepengawasanPenelitian Kepengawasan
Penelitian Kepengawasan
 
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdfs_pgsd_0806270_chapter1.pdf
s_pgsd_0806270_chapter1.pdf
 
Definisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiranDefinisi dan konsep pentaksiran
Definisi dan konsep pentaksiran
 
Penilaian kelas
Penilaian kelasPenilaian kelas
Penilaian kelas
 
Penilaian kelas
Penilaian kelasPenilaian kelas
Penilaian kelas
 
Prinsipdanbentuk penilaian pembmat-sek
Prinsipdanbentuk penilaian pembmat-sekPrinsipdanbentuk penilaian pembmat-sek
Prinsipdanbentuk penilaian pembmat-sek
 
Karya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltinKarya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltin
 
Autentic Assesment teknis
Autentic Assesment teknisAutentic Assesment teknis
Autentic Assesment teknis
 
Ptk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ipsPtk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ips
 
Modul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaranModul penilaian pembelajaran
Modul penilaian pembelajaran
 
22 article text-47-2-10-20200803
22 article text-47-2-10-2020080322 article text-47-2-10-20200803
22 article text-47-2-10-20200803
 
Guru Sebagai Evaluator
Guru Sebagai EvaluatorGuru Sebagai Evaluator
Guru Sebagai Evaluator
 
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
 
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
Meningkatkan hasil belajar pada materi pecahan dan operasinnya melalui model ...
 
1
11
1
 
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingMeningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
 
Penelitian eksperimen
Penelitian eksperimenPenelitian eksperimen
Penelitian eksperimen
 

More from Ritma Ariesha

Buku siswa kelas 8 mm smt 1
Buku siswa kelas 8 mm smt 1Buku siswa kelas 8 mm smt 1
Buku siswa kelas 8 mm smt 1Ritma Ariesha
 
Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2Ritma Ariesha
 
Buku guru bhasa indonesia kelas 7
Buku guru bhasa indonesia kelas 7Buku guru bhasa indonesia kelas 7
Buku guru bhasa indonesia kelas 7Ritma Ariesha
 
Buku guru bahasa indonesia kelas 8
Buku guru bahasa indonesia kelas 8Buku guru bahasa indonesia kelas 8
Buku guru bahasa indonesia kelas 8Ritma Ariesha
 
Kumpulan karya ilmiah populer mgmp bahasa ingggris kubu raya 2012 pdf
Kumpulan karya ilmiah populer mgmp bahasa ingggris kubu raya 2012 pdfKumpulan karya ilmiah populer mgmp bahasa ingggris kubu raya 2012 pdf
Kumpulan karya ilmiah populer mgmp bahasa ingggris kubu raya 2012 pdfRitma Ariesha
 
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket c
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket cKisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket c
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket cRitma Ariesha
 
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket c
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket cKisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket c
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket cRitma Ariesha
 
Latihan soal bab viii uraian
Latihan soal bab viii uraianLatihan soal bab viii uraian
Latihan soal bab viii uraianRitma Ariesha
 
Latihan soal bab vii uraian
Latihan soal bab vii uraianLatihan soal bab vii uraian
Latihan soal bab vii uraianRitma Ariesha
 
Latihan soal bab vi uraian
Latihan soal bab vi uraianLatihan soal bab vi uraian
Latihan soal bab vi uraianRitma Ariesha
 
Latihan soal bab v uraian
Latihan soal bab v uraianLatihan soal bab v uraian
Latihan soal bab v uraianRitma Ariesha
 
Latihan soal bab iii uraian
Latihan soal bab iii uraianLatihan soal bab iii uraian
Latihan soal bab iii uraianRitma Ariesha
 
Latihan soal bab i uraian
Latihan soal bab i uraianLatihan soal bab i uraian
Latihan soal bab i uraianRitma Ariesha
 

More from Ritma Ariesha (20)

Buku siswa kelas 8 mm smt 1
Buku siswa kelas 8 mm smt 1Buku siswa kelas 8 mm smt 1
Buku siswa kelas 8 mm smt 1
 
Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2Buku siswa ipa smt 2
Buku siswa ipa smt 2
 
Buku guru bhasa indonesia kelas 7
Buku guru bhasa indonesia kelas 7Buku guru bhasa indonesia kelas 7
Buku guru bhasa indonesia kelas 7
 
Buku guru bahasa indonesia kelas 8
Buku guru bahasa indonesia kelas 8Buku guru bahasa indonesia kelas 8
Buku guru bahasa indonesia kelas 8
 
Kumpulan karya ilmiah populer mgmp bahasa ingggris kubu raya 2012 pdf
Kumpulan karya ilmiah populer mgmp bahasa ingggris kubu raya 2012 pdfKumpulan karya ilmiah populer mgmp bahasa ingggris kubu raya 2012 pdf
Kumpulan karya ilmiah populer mgmp bahasa ingggris kubu raya 2012 pdf
 
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket c
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket cKisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket c
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket c
 
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket c
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket cKisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket c
Kisi kisi un 2017 smp-m ts, sma-ma, smk-mak, smplb-smalb, paket b dan paket c
 
Latihan soal bab viii uraian
Latihan soal bab viii uraianLatihan soal bab viii uraian
Latihan soal bab viii uraian
 
Latihan soal bab vii uraian
Latihan soal bab vii uraianLatihan soal bab vii uraian
Latihan soal bab vii uraian
 
Latihan soal bab vi uraian
Latihan soal bab vi uraianLatihan soal bab vi uraian
Latihan soal bab vi uraian
 
Latihan soal bab v uraian
Latihan soal bab v uraianLatihan soal bab v uraian
Latihan soal bab v uraian
 
Latihan soal bab iii uraian
Latihan soal bab iii uraianLatihan soal bab iii uraian
Latihan soal bab iii uraian
 
Latihan soal bab i uraian
Latihan soal bab i uraianLatihan soal bab i uraian
Latihan soal bab i uraian
 
Soal uraian bab vi
Soal uraian bab viSoal uraian bab vi
Soal uraian bab vi
 
Soal uraian bab v
Soal uraian bab vSoal uraian bab v
Soal uraian bab v
 
Soal uraian bab iv
Soal uraian bab ivSoal uraian bab iv
Soal uraian bab iv
 
Soal uraian bab iii
Soal uraian bab iiiSoal uraian bab iii
Soal uraian bab iii
 
Soal uraian bab ii
Soal uraian bab iiSoal uraian bab ii
Soal uraian bab ii
 
Soal uraian bab i
Soal uraian bab iSoal uraian bab i
Soal uraian bab i
 
Teks ulasan
Teks ulasanTeks ulasan
Teks ulasan
 

Recently uploaded

Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptpalagoro17
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024ssuser0bf64e
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxsalmnor
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANwawan479953
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptxfurqanridha
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".Kanaidi ken
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxrizalhabib4
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKgamelamalaal
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxJawahirIhsan
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHANTUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
TUGAS RUANG KOLABORASI 1.3 PRAKARSA PERUBAHAN
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
RENCANA + Link2 MATERI Training _"SISTEM MANAJEMEN MUTU (ISO 9001_2015)".
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptxPPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
PPT PENDIDIKAN KELAS RANGKAP MODUL 3 KELOMPOK 3.pptx
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Evaluasi dan pengukuran_akhlak_mulia

  • 1. 1 AKHLAK MULIA JANGAN SEBATAS TEORI: PENGUKURAN CHARACTER BUILDING DI TINGKAT SMA Oleh: Sigit Setyawan A. Pendahuluan Tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 23/2003 diantaranya adalah menjadikan manusia Indonesia sebagai manusia yang berakhlak mulia dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu mata pelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan tersebut di tingkat SMA adalah Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Namun, banyak sekolah swasta yang merasa perlu untuk mengadakan bidang studi lain yang khusus mengajarkan budi pekerti dan akhlak mulia yang pada umumnya dinamai sebagai pelajaran Character Building. Kelas Character Building di jenjang SMA pada dasarnya ingin mendidik siswa agar memiliki akhlak mulia. Permasalahan penilaian muncul ketika tiba pada saat laporan hasil belajar. Sebagai contoh, salah satu sekolah swasta mencantumkan skala angka dalam rapor dengan membagi persentase 30% berasal dari nilai dari Quiz, 30% nilai dari Project, dan 40% observasi karakter siswa di dalam kelas. Di sekolah negeri di mana penulis pernah menempuh pendidikan, nilai perilaku ditulis dalam skala sikap A untuk amat baik, B untuk baik, C untuk cukup, dan D untuk kurang. Baik dalam hal evaluasi dengan skala angka maupun huruf, keduanya pada umumnya kurang menggambarkan makna yang akurat. Sebagai contoh, jika dinyatakan bahwa nilai Character Building adalah 80%, kualitas karakter seperti apakah yang diimplikasikan oleh angka tersebut, dan apa bedanya dengan yang nilainya 70%? Jika dinyatakan di laporan hasil belajar bahwa nilai B atau baik, seperti apakah kualitas karakter peserta didik yang dianggap baik itu? Hal itu kadang-kadang menjadikan pelajaran Character Building menjadi kurang bermakna bagi siswa, sehingga dalam proses belajar mengajar banyak siswa yang merasa enggan atau tidak bersemangat untuk ikut dalam pelajaran tersebut. Penulis mewawancarai guru Character Building dan mendapati ada persoalan lain, yaitu banyaknya siswa yang harus diajar dan jumlah jam belajar yang singkat. Guru tersebut mengajar 180 siswa dan hanya bertatap muka dengan siswa selama 40
  • 2. 2 menit dalam satu minggu. Kesulitan yang dihadapi ini adalah mengenai rasio guru dan siswa yang kurang ideal. Sebagian besar nilai harus diambil dari hasil pengamatan langsung di dalam kelas dalam waktu yang terbatas dan jumlah siswa yang terlampau banyak. Pelajaran Character Building ada untuk membentuk karakter siswa agar bermoral dan beretika yang baik. Pada kenyataannya, Character Building bukan solusi tunggal bagi pembentukan karakter siswa. Meskipun telah mendapat pelajaran Character Building sejak SMP hingga kelas XI, misalnya, tetap saja banyak kasus yang ditangani oleh guru BK (Bimbingan Konseling) yang berkaitan dengan permasalahan pelanggaran peraturan sekolah dan bullying. Berangkat dari beberapa permasalahan tersebut di atas, makalah ini hendak membahas permasalahan pengukuran dan penilaian dalam mata pelajaran Character Building khususnya di jenjang SMA. Tujuan makalah ini akan dibatasi dalam tiga hal berikut ini. 1. Memaparkan dan menganalisis praktik pengukuran dan penilaian Character Building di dalam kelas. 2. Menganalisis ketersambungan antara tujuan nasional dan pelajaran Character Building. 3. Memberikan rekomendasi pengukuran dan penilaian dalam pelajaran Character Building di tingkat SMA. B. Praktik Pengukuran dan Evaluasi Character Building di dalam kelas Akhlak mulia atau karakter adalah sesuatu hal yang abstrak sifatnya. Namun meskipun abstrak, karakter seseorang dapat diketahui oleh orang lain melalui hidup bersama dalam waktu tertentu atau melalui sebuah pengamatan. Sebagai sebuah pelajaran, guru harus membuat definisi-definisi operasional dan indikator-indikator untuk mengukur dan kemudian mengevaluasi karakter siswa. Sebagai sebuah mata pelajaran, Character Building semestinya melakukan pengukuran dan penilaian. Pengukuran adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu, sedangkan penilaian adalah proses mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran baik instrumen tes maupun non-tes (Zainul dan Nasution 2005, 5 – 8). Guru perlu untuk mengukur dan menilai berdasarkan indikator-indikator tertentu yang jelas.
  • 3. 3 Pembagian Quiz (30%), Project (30%), dan Observasi (40%) di sekolah swasta di atas dapat dikatakan cukup bagus untuk mengukur setidak-tidaknya tiga ranah, yaitu Quiz untuk mengukur konsep atau pemahaman siswa mengenai moral atau etiket, Project untuk mengukur bagaimana siswa belajar dalam kondisi tertentu yang sengaja dibuat oleh guru atau kelas, dan Observasi yang merupakan pengamatan genuine atau kondisi sebenarnya. Permasalahan yang ditemukan adalah bahwa guru mengalami kesulitan karena pengamatan didasarkan pada prinsip-prinsip yang masih abstrak dan belum diuraikan dalam definisi-definisi operasional dan indikator-indikator. Guru mengatakan bahwa yang dinilai adalah keterlibatan di kelas, kepedulian kepada teman, dsb. tetapi belum sampai pada apa indikatornya. Dalam bahasa sehari-hari, apa yang dilakukan guru adalah “nilai kira-kira” sesuai dengan apa yang dilihat ketika di dalam kelas. Hal tersebut merupakan kelemahan karena ada kemungkinan antara guru dan siswa tidak ada titik temu tentang apa yang akan dinilai. Besar kemungkinan guru salah menilai atau menilai dengan subjektivitas yang sangat tinggi berdasarkan like and dislike. Hal itu sangat merugikan siswa, selain membuat proses pembelajaran tidak ada hubungannya dengan nilai yang keluar di rapor. Dalam pelajaran Character Building, hal terpenting untuk dilakukan adalah observasi. Namun, observasi memiliki problem, yaitu subjektivitas yang tinggi. Permasalahan utama dengan observasi adalah ketiadaan objektivitas oleh pengamatnya (Johnson dan Johnson 2001, 117). Oleh karena itu indikator-indikator yang jelas mutlak ada dan guru dan siswa harus dalam pemahaman yang saya tentang indikator yang hendak dinilai ini. Johnson dan Johnson memberikan beberapa panduan agar observasi menjadi lebih objektif. Observasi sebaiknya mengamati tiga hal berikut ini yang sangat relevan untuk diterapkan (Johnson, Johnson, and Holubec 1998). a. Kualitas kinerja siswa. b. Proses dan prosedur dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. c. Proses dan prosedur guru dalam memberikan pelajaran. Oleh karena itu, agar pelajaran Character Building menjadi bermakna dan hasilnya kurang lebih menjadikan nilai yang diberikan berarti sesuatu, guru perlu untuk mengobservasi ketiga hal berikut ini. Pertama, mengobservasi kinerja siswa di kelas. Untuk mengobservasi kinerja, guru perlu memberikan rubrik penilaian kepada siswa. Pengukuran dan penilaian terhadap kinerja siswa membutuhkan waktu yang
  • 4. 4 cukup dan menuntut siswa untuk mengonstruksi pengetahuan yang baru (Marzano, Pickering, dan McTighe 1993, 26). Marzano, Pickering, dan McTighe menyarankan agar pencatatan kinerja siswa dilakukan terus menerus. Pencatatan terus menerus atau berkelanjutan dilakukan oleh guru dalam rangka observasi siswa di kelas. Guru mengamati dan siswa tahu apa yang diamati. Di sekolah swasta yang diamati oleh penulis, observasi di dalam kelas terlalu pendek waktunya. Dalam waktu hanya 40 menit guru mengamati 30 siswa di dalam kelas, hal itu tentu saja merupakan pekerjaan yang terlampau berat. Terjadi dilema di sini, yaitu jika indikator untuk diamati terlalu banyak, maka kualitas penilaian menjadi lebih rendah. Namun jika indikatornya dikurangi, maka ada kemungkinan indikator yang sedikit itu tidak mencerminkan kinerja siswa. Solusi yang dapat dilakukan adalah agar guru mengukur kinerja siswa bukan hanya dibatasi pada aktivitas kinerja di dalam kelas, melainkan melibatkan pula kegiatan di luar kelas. Sebagai contoh, apabila ada siswa melanggar peraturan sekolah di luar jam pelajaran, maka hal itu akan dicatat sebagai bagian dari kinerja siswa. Dapat pula guru mendengarkan pendapat dari guru lain, misalnya seorang siswa menolong temannya di pelajaran Matematika, hal semacam itu juga masuk ke dalam catatan kinerja dalam pelajaran Character Building. Di sisi lain, apabila siswa mendapat pujian di luar sekolah, misalnya menjadi relawan kemanusiaan di masyarakat, maka itu dapat menjadi catatan pula bagi kinerja siswa. Jadi, observasi terhadap kinerja siswa tidak hanya terbatas pada apa yang dilakukan di dalam kelas, melainkan juga di luar kelas. Kedua, proses dan prosedur dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Perlu dilihat bahwa pelajaran Character Building berbeda dengan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Matematika. Di dalam IPA, misalnya, rumus-rumus dan hitungan begitu pasti dan baku. Demikian pula di dalam matematika, rumus atau fungsi memiliki hasil akhir yang sama dan dapat dipastikan. Dalam kedua mata pelajaran tersebut, siswa dinilai terutama berdasarkan hasilnya. Namun, di dalam Character Building yang dipentingkan adalah proses. Untuk menilai proses penyelesaian sebuah proyek bersama, guru dengan seksama memerhatikan proses dan interaksi antar siswa. Siswa membutuhkan umpan balik dari apa yang telah dilakukan ketika mereka mengerjakan tugas atau proyek yang diberikan. Apakah dalam mengerjakan, siswa telah menerapkan konsep-konsep moral dan etiket yang telah diajarkan? Umpan balik kepada siswa tersebut dapat berupa lisan maupun tertulis,
  • 5. 5 baik sebagai kelas, kelompok, maupun secara individu, tergantung dari kondisi yang terjadi. Ketiga, proses dan prosedur guru dalam memberikan pelajaran. Evaluasi atas proses dan prosedur pengajaran sangat penting dilakukan agar pelajaran mengalami kemajuan dan menjadi lebih bermakna. Guru membutuhkan masukan untuk kemajuan pengajarannya dengan mendengarkan pendapat para siswa menanggapi aktivitas kelas atau penilaian dirinya. Masukan dari siswa dapat dilakukan dengan berbagai teknik, misalnya kuesioner atau wawancara dengan beberapa siswa. C. Ketersambungannya dengan Tujuan Pendidikan Nasional Ada beberapa kejadian beberapa waktu lalu yang dapat dijadikan sebagai ilustrasi mengenai pentingnya pelajaran karakter ini. Di Watampone, Kabupaten Bone, sejumlah siswa yang tidak lulus Ujian Nasional (UN) melempari sekolahnya dan mengakibatkan sejumlah kaca sekolah pecah (Tribun Timur 27 April 2010). Kejadian di tempat lain pada hari yang sama, di Tanete, Bulukumba, seorang siswa melempari guru dengan batu karena tidak lulus UN (Metrotvnews 27 April 2010). Kedua peristiwa tersebut di atas adalah dua contoh ekstrim yang dapat diacu sebagai bahan pemikiran bahwa pendidikan karakter memang dibutuhkan. Mendiknas, Mohammad Nuh, menegaskan pentingnya pendidikan karakter bagi bangsa Indonesia. Hal itu disampaikan dalam Hari Pendidikan Nasional 2010 yang mengangkat tema “Pendidikan Karakter untuk Membangun Peradaban Bangsa” (Harian Analisa 3 Mei 2010). Terlihat sekali bahwa kini, pendidikan karakter menjadi agenda utama pemerintah dan memang hal itu sungguh diperlukan oleh bangsa Indonesia. Namun, pertanyaannya adalah, perlukah pendidikan karakter itu diformalkan dalam satu mata pelajaran Character Building, bukankah sudah ada pelajaran Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan yang mengajarkan kepada mereka tentang akhlak mulia? Mengenai perlu tidaknya pendidikan karakter diformalkan, mengacu kepada apa yang telah dirancang dalam Pelajaran Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, pelajaran tersebut dinilai perlu ada. Namun, ada catatan fundamental di sini, yaitu bahwa pengukuran dan penilaiannya harus sesuai dengan proses belajar mengajar dan yang dinilai bukan hanya kognitifnya saja, melainkan kinerja siswa. Penilaian dalam kedua mata pelajaran tersebut perlu mengacu pada salah satu hal dalam reformasi di
  • 6. 6 bidang pengukuran dan penilaian, yaitu bahwa pembelajaran seharusnya berhubungan dengan pengukuran dan penilaian (Marzano 1993). Mengenai apakah perlu mata pelajaran Character Building yang berdiri sendiri, maka pelajaran ini perlu ada jika pelajaran ini merupakan pelajaran yang mengintegrasikan sikap atau kinerja siswa secara utuh, artinya tidak hanya di kelas saja, melainkan kinerja di luar kelas juga dinilai. Agar tidak tumpang tindih dengan pelajaran Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan, maka perlu dibuat pemisahan jelas area belajarnya, misalnya: 1. Pelajaran Agama mengajarkan akhlak mulia dengan didasarkan kepada prinsip-prinsip agama masing-masing, sebagai bagian tak terpisahkan dari pengetahuan dan penghayatan agamanya; 2. Pelajaran Kewarganegaraan mengajarkan akhlak mulia dengan menjadi warga negara yang demokratis, dengan demikian mempelajari hukum- hukum tertulis dan tidak tertulis dan etiket dalam bernegara; 3. Pelajaran Character Building mengajarkan akhlak mulia dengan didasarkan pada pemahaman norma-norma sosial, mulai dari teman dekat, menjadi bagian dari komunitas sekolah, masyarakat nasional, etiket dan budaya lokal, identitas budaya nasional, dan pergaulan dengan masyarakat dunia. Ketiga mata pelajaran penting tersebut harus mengukur kinerja siswa lebih banyak daripada mengukur tingkat pemahaman kognitif siswa. Pelajaran Character Building sangat penting untuk ikut mewujudkan tujuan nasional kita, yaitu membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Mata pelajaran ini dapat dijadikan sebagai pelajaran yang mampu memberikan “laporan” atau deksripsi siswa dalam hal perilaku dan moral dalam komunitas sekolah. Dengan demikian, sekolah dalam mengambil keputusan bukan hanya pada pertimbangan kepintaran atau raihan akademik, melainkan juga terhadap sikap, perilaku, atau moralnya juga dengan berlandaskan pada observasi yang relatif lebih objektif sifatnya. D. Rekomendasi dan Penutup Pelajaran Character Building adalah pelajaran yang berorientasi kepada proses dan bermaksud membentuk karakter baik siswa. Hendaknya pelajaran ini jangan hanya sebatas teori saja, melainkan merupakan pelajaran yang berdampak nyata bagi pembangunan karakter siswa. Instrumen yang digunakan tidak selayaknya jika tes
  • 7. 7 kognitif atau hanya tes uraian yang berorientasi pada hasil. Perangkat non-tes dapat digunakan sebagai bagian untuk merekam kinerja siswa secara berkesinambungan. Berikut ini adalah rekomendasi atas beberapa permasalahan yang dikemukakan di atas. 1. Guru hendaknya menentukan definisi operasional dan indikator- indikator yang diketahui baik oleh guru maupun siswa. 2. Rasio antara guru dan siswa hendaknya disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin diraih. Jika jumlah siswa terlalu banyak dan guru terlalu sedikit, maka pelajaran ini hanya menjadi pelajaran tanpa makna. Sebagai contoh, satu guru mengobservasi satu angkatan dan “ikut naik kelas” agar guru mengenal pribadi siswa dengan baik, sehingga mempermudah observasinya. 3. Jumlah jam pelajaran perlu lebih panjang. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, maka di luar jam pelajaran guru melakukan observasi dan menggali informasi (misalnya saat istirahat atau rapat guru) dan hal tersebut dihitung sebagai beban mengajar guru. 4. Laporan hasil belajar harus merupakan cerminan dari proses belajar. Di dalam laporan hasil belajar, guru perlu memberikan deskripsi atau performance description sehingga angka atau huruf yang diberikan memiliki makna dan dapat dipahami baik oleh siswa, orangtua, maupun sekolah . Misalnya nilai 90 – 100 dideskripsikan sebagai “Siswa sangat berdisiplin, menjadi inspirator dan motivator dalam proyek kelas, mampu bekerja sama dengan baik dengan siapapun di dalam kelas, dan dalam kehidupan sekolah menjadi pribadi yang dinilai bertanggung jawab dan berperan aktif dalam kehidupan sosial di sekolah,” maka nilai 90% misalnya, memiliki makna dan bukan hanya sekedar nilai. Pelajaran Character Building bersama-sama dengan mata pelajaran lain di tingkat SMA dapat menjadi mata pelajaran berharga bagi kemajuan bangsa Indonesia dalam membentuk karakter bangsa. Reformasi di bidang pengukuran dan penilaian perlu untuk dibawa ke dalam pelajaran Character Building. Kita perlu lebih optimis bahwa ke depan, pelajaran Character Building dapat menjadi salah satu pelajaran penting yang bermakna baik bagi sekolah, siswa, maupun bangsa Indonesia.
  • 8. 8 Daftar Pustaka Harian Analisa. “Mendiknas: Pendidikan karakter untuk Bangun Peradaban Bangsa”, Harian Analisa online 3 Mei 2010. http://www.analisadaily.com/index.php? option=com_content&view=article&id=53448:mendiknas-pendidikan-karakter- untuk-bangun-peradaban-bangsa&catid=31:umum&Itemid=143. Internet. Diakses 3 Mei 2010. Johnson, David. W dan Roger T. Johnson. Meaningful Assessment: A Manageable and Cooperative Process. Boston: Allyn and Bacon, 2002. Johnson, David. W, Roger T. Johnson, dan E. Holubec. Cooperation in the Classroom. 6th Edition. Edina, MN: Interaction Book Company, 1998. Marzano, Robert, Debra Pickering, dan Jay McTighe. Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learning. Alexandria: ASCD, 1993. Metrotvnews. “Tak Lulus Ujian, Siswa Lempari Guru dengan Batu”, Metrotvnews online 27 April 2010. Home page on-line. http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/04/27/104230/Tak -Lulus-Ujian-Siswa-Lempari-Guru-dengan-Batu. Internet. Diakses 3 Mei 2010. Tribun Timur. “Siswa di Bone Lempari Sekolah”, Tribun-Timur online 27 April 2010. Home page on-line. http://www.tribun-timur.com/read/artikel/99017/sitemap. html. Internet. Diakses 3 Mei 2010. Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution. Penilaian Hasil Belajar. Cetakan ke-5. Jakarta: PPAU-PPAI Universitas Terbuka, 2005.