DISENTRI

TUGAS LABORATORIUM PATOLOGI ANATOMI
KELOMPOK B-2 MEJA 2
Grace Simorangkir (211210266) = ketua
Emanuel Pratita (211210178)      Dora Kristi (211210206)
Widya Christin (211210158)       Aryo Handoko (211210186)
Natasha Morien (211210160)       Fransiskus Gomgomi (211210194)
Yohana Situmorang (211210170)           Prina Margaret (211210198)
Marvel Reny (211210168)                 Joseph Jap (211210200)
Tommy Hiskia (211210176)                Sandy Julio (211210202)
Maydilah Aipina (211210228)             David Rainer H (211210210)
Andiko Alex N (211210236)               Shendy Lastiur (211210212)
Vrilisda Br Sitepu (211210244)          Masro    Simamora    (211210246)
PEMICU

   Tuan Anton, 45 tahun, mengalami diare
dengan mual muntah, tinja berlendir dan
darah, pemeriksaan tinja didapatkan leukosit
dengan amuba. BAB >15hari. Penderita merasa
haus, kulit kering, lemah dan Tekanan darah
85/45 mmHg, nadi=110x/menit.
DEFENISI
  DISENTRI BERASAL DARI BAHASA
YUNANI , YAITU DYS = GANGGUAN
DAN ENTERON = USUS, YANG
BERARTI  RADANG    USUS   YANG
MENIMBULKAN    GEJALA   MELUAS
DENGAN GEJALA BUANG AIR BESAR
DENGAN TINJA BERDARAH, DIARE
ENCER      DENGAN       VOLUME
KLASIFIKASI
           Disentri   Shigella,s p
           Basiller

Disentri
           Disentri   Entamoeba
           Amoeba      hystolitica
ETIOLOGI
    Yang tersering adalah Shigella, khususnya
S.flexneri dan S.dysentriae tipe 1. penyebab
lain seperti Campylobacter jejuni terutama
pada bayi dan lebih jarang adalah Salmonella
Infeksi yang berat adalah oleh Escherecia
coli enterovasif, namun jarang terjadi.
Entamoeba hystolitica menyebabkan disentri
pada anak yang lebih besar , tetapi jarang
pada balita.
PENYEBAB LAIN DISENTRI
 Bakteri            Protozoa            Virus             Cacing

                       Entamoeba                          Schistosoma sp
                                        Cytomegalovirus
    Shigella sp         histolytica




                     Balantidium coli
   Salmonela sp




    Helicobacter
        jejuni




   Enteroinvasive
    e.coli (EIEC)




   M.tuberculosis
FAKTOR RESIKO
     Semua orang bisa terjangkit penyakit
 disentri. Namun sebagian besar (55%) terjadi
 pada usia balita yang disebabkan karena:
            Tidak diberi ASI

            Gizi buruk

  Sedangkan pada usia dewasa disebabkan
    karena :
            Faktor lingkungan (sarana air bersih

             dan pembuangan tinja)
            Perilaku (makanan yang tidak sehat).
EPIDEMIOLOGI
 Di  dunia sekurangnya 200 juta kasus
  dan 650.000 kematian terjadi akibat
  disentri basiler pada anak-anak dibawah
  umur 5 tahun.
 Hasil    penelitian    yang    dilakukan
  dibeberapa rumah sakit di Indonesia
  dari Juni 1998 sampai dengan
  November 1999, dari 3848 orang
  penderita diare berat, ditemukan 5%
PATOFISIOLOGI
mikroorganisme → kolonisasi di ileum
terminalis/kolon, terutama kolon distal →
invasi ke sel epitel mukosa usus →
multiplikasi → penyebaran intrasel dan
intersel → produksi enterotoksin → ↑
cAMP → hipersekresi usus (diare cair,
diare sekresi) → produksi eksotoksin
(Shiga toxin) → sitotoksik → infiltrasi sel
radang → nekrosis sel epitel mukosa →
GEJALA KLINIS
A. DISENTRI BASILER
   Diare mendadak yang disertai darah dan
    lendir    dalam      tinja.  Pada    disentri
    shigellosis, pada permulaan sakit, bisa
    terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24
    jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah
    permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir
    dalam tinja.
   Panas tinggi (39,5 - 40,0oC)
   Muntah-muntah.
   Anoreksia.
B. DISENTRI AMOEBA


 Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
 Frekuensi    BAB umumnya lebih sedikit
  daripada disentri basiler (≤10x/hari)
 Sakit perut hebat (kolik)

 Gejala konstitusional biasanya tidak ada
  (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).
DIAGNOSIS
   Diagnosis klinis dapat ditegakkan
semata-mata dengan menemukan tinja
bercampur darah. Diagnosis etiologi
biasanya    sukar    ditegakkan     secara
gambaran klinis , sedangkan pemeriksaan
biakan tinja untuk mengetahui agen
penyebab seringkali tidak perlu dilakukan
karena memakan waktu lama (minimal 2
hari) dan umumnya gejala membaik
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

 Pemeriksaan tinja secara langsung
  terhadap kuman penyebab juga untuk
  ameba dan kista ameba serta biakan
  hapusan ( rectal swab).
 Pemeriksaan    PCR (Polymerase Chain
  Reaction) yang spesifik dan sensitif.
 Pemeriksaan Enzin Immunoassay untuk
  mendeteksi toksin di tinja pada sebagian
  besar penderita yang terinfeksi S.
  dsyentriae tipe 1 atau toksin E. coli.
 Pengerokan     daerah     sigmoid      untuk
PENATALAKSANAAN
 Memperbaiki keadaan umum
 Koreksi    dan maintenance cairan dan
  elektrolit
 Diet : diet lunak tinggi kalori dan protein
  untuk mencegah malnutrisi
 Pemberian             antibiotika            :
  Kotrimoksazol, Ampisilin, Cefixime, Ceftriaxo
  ne
 Sanitasi : untuk mencegah autoinfeksi
PENCEGAHAN

   Belum    ada     rekomendasi
pemakaian      vaksin      untuk
shigella.  Penularan     disentri
basiler, dapat dicegah dengan
lingkungan dan diri yang bersih,
seperti membersihkan tangan
dengan sabun, suplay air yang
KOMPLIKASI
 Dehidrasi              Megakolon toksik

 Gangguan elektrolit,   Perforasi lokal

 Kejang                 Peritonitis

 Sepsis dan DIC         Sindroma Hemolitik

 Malnutrisi/malabsorpsi Uremik

 Hipoglikemia
PROGNOSIS
   Pada bentuk yang berat, angka kematian
    tinggi kecuali, bila mendapatkan pengobatan
    dini.

   Pada bentuk yang sedang, biasanya angka
    kematian rendah.
SEKIAN
    DAN
TERIMAKASIH

Pa disentri

  • 1.
  • 2.
    KELOMPOK B-2 MEJA2 Grace Simorangkir (211210266) = ketua Emanuel Pratita (211210178) Dora Kristi (211210206) Widya Christin (211210158) Aryo Handoko (211210186) Natasha Morien (211210160) Fransiskus Gomgomi (211210194) Yohana Situmorang (211210170) Prina Margaret (211210198) Marvel Reny (211210168) Joseph Jap (211210200) Tommy Hiskia (211210176) Sandy Julio (211210202) Maydilah Aipina (211210228) David Rainer H (211210210) Andiko Alex N (211210236) Shendy Lastiur (211210212) Vrilisda Br Sitepu (211210244) Masro Simamora (211210246)
  • 3.
    PEMICU Tuan Anton, 45 tahun, mengalami diare dengan mual muntah, tinja berlendir dan darah, pemeriksaan tinja didapatkan leukosit dengan amuba. BAB >15hari. Penderita merasa haus, kulit kering, lemah dan Tekanan darah 85/45 mmHg, nadi=110x/menit.
  • 4.
    DEFENISI DISENTRIBERASAL DARI BAHASA YUNANI , YAITU DYS = GANGGUAN DAN ENTERON = USUS, YANG BERARTI RADANG USUS YANG MENIMBULKAN GEJALA MELUAS DENGAN GEJALA BUANG AIR BESAR DENGAN TINJA BERDARAH, DIARE ENCER DENGAN VOLUME
  • 5.
    KLASIFIKASI Disentri Shigella,s p Basiller Disentri Disentri Entamoeba Amoeba hystolitica
  • 6.
    ETIOLOGI Yang tersering adalah Shigella, khususnya S.flexneri dan S.dysentriae tipe 1. penyebab lain seperti Campylobacter jejuni terutama pada bayi dan lebih jarang adalah Salmonella Infeksi yang berat adalah oleh Escherecia coli enterovasif, namun jarang terjadi. Entamoeba hystolitica menyebabkan disentri pada anak yang lebih besar , tetapi jarang pada balita.
  • 7.
    PENYEBAB LAIN DISENTRI Bakteri Protozoa Virus Cacing Entamoeba Schistosoma sp Cytomegalovirus Shigella sp histolytica Balantidium coli Salmonela sp Helicobacter jejuni Enteroinvasive e.coli (EIEC) M.tuberculosis
  • 8.
    FAKTOR RESIKO Semua orang bisa terjangkit penyakit disentri. Namun sebagian besar (55%) terjadi pada usia balita yang disebabkan karena:  Tidak diberi ASI  Gizi buruk Sedangkan pada usia dewasa disebabkan karena :  Faktor lingkungan (sarana air bersih dan pembuangan tinja)  Perilaku (makanan yang tidak sehat).
  • 9.
    EPIDEMIOLOGI  Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat disentri basiler pada anak-anak dibawah umur 5 tahun.  Hasil penelitian yang dilakukan dibeberapa rumah sakit di Indonesia dari Juni 1998 sampai dengan November 1999, dari 3848 orang penderita diare berat, ditemukan 5%
  • 10.
    PATOFISIOLOGI mikroorganisme → kolonisasidi ileum terminalis/kolon, terutama kolon distal → invasi ke sel epitel mukosa usus → multiplikasi → penyebaran intrasel dan intersel → produksi enterotoksin → ↑ cAMP → hipersekresi usus (diare cair, diare sekresi) → produksi eksotoksin (Shiga toxin) → sitotoksik → infiltrasi sel radang → nekrosis sel epitel mukosa →
  • 11.
    GEJALA KLINIS A. DISENTRIBASILER  Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja.  Panas tinggi (39,5 - 40,0oC)  Muntah-muntah.  Anoreksia.
  • 12.
    B. DISENTRI AMOEBA Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.  Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)  Sakit perut hebat (kolik)  Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).
  • 13.
    DIAGNOSIS Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja bercampur darah. Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan secara gambaran klinis , sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan umumnya gejala membaik
  • 14.
    PEMERIKSAAN LABORATORIUM  Pemeriksaantinja secara langsung terhadap kuman penyebab juga untuk ameba dan kista ameba serta biakan hapusan ( rectal swab).  Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction) yang spesifik dan sensitif.  Pemeriksaan Enzin Immunoassay untuk mendeteksi toksin di tinja pada sebagian besar penderita yang terinfeksi S. dsyentriae tipe 1 atau toksin E. coli.  Pengerokan daerah sigmoid untuk
  • 15.
    PENATALAKSANAAN  Memperbaiki keadaanumum  Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit  Diet : diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi  Pemberian antibiotika : Kotrimoksazol, Ampisilin, Cefixime, Ceftriaxo ne  Sanitasi : untuk mencegah autoinfeksi
  • 16.
    PENCEGAHAN Belum ada rekomendasi pemakaian vaksin untuk shigella. Penularan disentri basiler, dapat dicegah dengan lingkungan dan diri yang bersih, seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplay air yang
  • 17.
    KOMPLIKASI  Dehidrasi  Megakolon toksik  Gangguan elektrolit,  Perforasi lokal  Kejang  Peritonitis  Sepsis dan DIC  Sindroma Hemolitik  Malnutrisi/malabsorpsi Uremik  Hipoglikemia
  • 18.
    PROGNOSIS  Pada bentuk yang berat, angka kematian tinggi kecuali, bila mendapatkan pengobatan dini.  Pada bentuk yang sedang, biasanya angka kematian rendah.
  • 19.
    SEKIAN DAN TERIMAKASIH