Implementasi kurikulum baru seringkali menemui kesulitan karena kurang mempertimbangkan faktor-faktor kontekstual sekolah. Kurikulum harus diimplementasikan secara bertahap dengan melibatkan guru dan menyesuaikan dengan budaya sekolah. Perencanaan yang matang dan komunikasi yang baik diperlukan untuk mendukung implementasi kurikulum yang berhasil.
1. IMPLEMENTASI KURIKULUM:
Sebuah Perbandingan antara Kurikulum Ornstein & Hunkins dan KTSP
Oleh: Lukman A. Irfan
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta,
Bekerja di Program Pascasarjana Magister Studi Islam UII Yogyakarta
Bidang Pengembangan Akademik
A. Pendahuluan
Implementasi evaluasi pendidikan yang ditetapkan pemerintah, yaitu Ujian Nasional 2006
barusan berlangsung. ‘Gawe’ besar pendidikan nasional tersebut secara umum dinyatakan
berlangsung dengan sukses. Namun, pernyataan kesuksesan Ujian Nasional secara umum tersebut
menyisakan kasus: Di Medan kasus Air Mata Guru yang mencoba membuktikan penyimpangan
pelaksanaan Ujian Nasional dan di Jakarta kasus dikabulkannya gugatan citizen law suit (hak gugat
warga negara) Ujian Nasional 2006 oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Ujian nasional merupakan rangkaian besar pelaksanaan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Tahun 2003. Undang-undang, peraturan menteri, peraturan pemerintah. Implementasinya
memang seringkali menimbulkan jarak. Begitu juga dengan Implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, dalam implementasinya (walau saat ini masih masa transisi), namun di beberapa
daerah sudah mulai menunjukkan indikator adanya kesulitan pelaksanaannya 9atau lebih tepat
kekahawatiran dan kebingungan.
Makalah berikut akan mencoba mereview Bab X dari buku yang ditulis oleh Allan C.
Ornstein dan Francis P. Hunkins. 2004. Curriculum: Foundation, Principles, And Issues, Fourth
Edition. Boston USA: Pearson Education, tentang Curriculum Implementation. Pereview akan
mendeskripsikan inti Implementasi Kurikulum yang ada dalam buku tersebut dan kemudian
menelaahnya dan mengkontektualisasikannya dengan implementasi KTSP.
B. Pokok Pembahasan dalam Implementasi Kurikulum Ornstein & Hunkins
Fokus Pembahasan Implementasi Kurikulum Ornstein & Hunkins meliputi: 1) Mengapa
implementasi mempertimbangkan suatu aktivitas restrukturisasi? 2) Bagaimana cara
menghubungkan perencanaan dengan implementasi? 3) Apa peran communication play (?) dalam
aktivitas pelaksanaan? 4) Untuk apa perluasan berkaitan dengan sifat alami perubahan bersamaan
dengan imlementasi kurikulum? 5) Apa langkah yang umum untuk mengimplemantasikan berbagai
model implementasi kurikulum? 6) Kenapa masyarakat cenderung menentang perubahan? 7)
Bagaimana kita meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap perubahan? 8) Faktor-faktor apa
yang mempengaruhi proses implementasi kurikulum? 9) Peran apa yang dapat membangun asumsi
masyarakat dalam proses perubahan di bidang pendidikan?
Kurikulum tidak akan tercapai jika hanya dibiarkan setelah dikembangkan. Kurikulum yang
telah didesain optimal harus diimplementasikan dan mempunyai hasil bagi pembelajaran. Banyak
kurikulum yang telah didesain dan dikembangkan tidak diiplementasikan karena ketiadaan suatu
rencana perubahan dalam keseluruhan suatu sistem persekolahan.
Kurikulum baru yang gagal boleh jadi karena alasan belum mempertimbangkan
pengembangan kurikulum secara kritis. Seringkali, individu dalam sekolah percaya bahwa usaha
kurikulum adalah untuk melengkapi rencana baru yang dikembangkan atau material baru yang
dibeli. Perhatian lebih banyak diberikan pada permasalahan manajemen dan organisasi dibanding
pada perubahan kurikulum. Banyak individu yang bertanggung jawab pada kurikulum tidak
memprosses suatu pandangan makro perubahan atau menyadari bahwa inovasi memerlukan
perencanaan hati-hati dan monitoring yang ketat. Individu tersebut sering berpikir bahwa
implementasi adalah merupakan pengunaan program baru atau tidak.
Implementasi yang sukses adalah suatu proses yang mempunyai beberapa hal baru.
Implementasi tergantung pada pendekatan umum pengembangan kurikulum dan kurikulum itu
sendiri. Kebanyakan orang percaya bahwa implementasi yang sukses, bersandarkan pada
penggambaran langkah-langkah yang tepat yang terutama menyangkut proses pengembangan.
Kebanyakan orang mempertimbangkan implementasi adalah sebagai sesuatu yang tak dapat
diramalkan dan tidak pasti.
Implementasi dapat dipandang sebagai rangkaian yang sangat teknis secara alami ke seluruh
aliran dan sangat estetis. Titik pusatnya adalah bahwa hal ini merupakan suatu komponen dalam
siklus tindakan kurikulum yang tidak bisa dilalaikan. Langkah ini melibatkan tindakan luas yang
2. tidak hanya, sebagai contoh, perubahan tempat kerja untuk staff. Implementasi merupakan usaha
untuk mengubah pengetahuan, tindakan, dan sikap individu. Implementasi adalah suatu interaksi
proses antara mereka yang menciptakan program dan mereka yang melaksanakannya.
Sifat Alami Implementasi
Leslie Bishop menyatakan bahwa beberapa tahun yang lalu, implementasi memerlukan
penggantian dan restrukturisasi. Keadaan tersebut masih benar di abad ini. Implementasi
memerlukan penyesuaian kebiasaan pribadi, tindakan, mengutamakan program, tempat belajar, dan
suatu schedule kurikulum. Hal ini mempunyai pengertian bahwa pendidik bergeser dari program
yang sekarang kepada program yang baru. Seorang pemimpin kurikulum dapat mencetuskan
perubahan perilaku staff dan tergantung pada mutu perencanaan awal dan presisi langkah-langkah
pengembangan kurikulum.
Pemimpin aktivitas kurikulum sudah menyadari bahwa implementasi adalah suatu aspek
penting pengembangan kurikulum, dalam dua dekade terakhir di abad duapuluh, implementasi
menjadi suatu perhatian bidang utama pendidikan. Hal ini meningkatkan anggaran menjadi berjuta-
juta dolar yang dibelanjakan untuk mengembangkan proyek kurikulum. Dan banyak projek yang
tidak berhasil. Saat ini, kritikus pendidikan masih mencatat bahwa banyak kurikulum belum sukses
dengan siswanya.
Ada banyak alasan dari kegagalan tersebut. Barangkali, alasan utamanya adalah
sebagaimana dikemukakan oleh Seymour Sarason. Ia mengemukakan, banyak fakta bahwa
perubahan bidang pendidikan telah gagal sebab usaha yang bertanggung-jawab atas perubahan
tersebut mempunyai sedikit atau pemahaman yang salah menyangkut kultur sekolah. Banyak
program inovatif didesain oleh tenaga ahli dari dan di luar sekolah. Bagaimanapun, ketidak-tahuan
kultur sekolah adalah juga permasalahan antar pendidik. Barangkali, inovasi belum diterapkan
sebab pendidik telah kurang sabar, kurang cepat menghasilkan sesuatu untuk menyenangkan
legistator dan publik mengkondisikan untuk perbaikan yang menentukan dan cepat.
Sarason mencatat dua hal penting sebagai dasar esensial untuk implementasi. Yang pertama
adalah informasi teoritis, yang menghubungkan teori perubahan keorganisasian dan teori
pengetahuan dengan bagaimana gagasan berkait dengan suatu dunia nyata yang kontekstual.
Pemahaman yang kedua berhubungan dengan perubahan, khususnya konteks social-institutional.
Pelaksana yang sukses menyerap sifat alami konteks ke dalam kurikulum baru. Mereka memahami
struktur organisasi, tradisi suci, hubungan kekuasaan, dan bagaimana anggota menggambarkan diri
mereka dalam peran mereka. Pelaksana menyadari bahwa semua faktor ini ada dalam konteks
mereka dan mempengaruhi dinamika.
Pandangan seseorang tentang konteks social-institutional ini dipengaruhi oleh apakah orang
merasa dunia pendidikan sebagai sesuatu yang teknis atau non-teknis. Beberapa individu percaya
bahwa ini adalah aktivitas kurikulum yang dapat diuraikan secara rinci; yang lain berpendapat
bahwa hal ini adalah mengalir dan aktivitas yang muncul adalah lebih sedikit untuk dipahami dan
diatur dibanding untuk dihargai dan didukung.
Ketika mendiskusikan implementasi, kita harus mempertimbangkan berbagai asumsi, yang
kita bawa kepada sebagian proses. Kita dapat berasumsi bahwa implementasi hanya perencanaan
kurikulum atau implementasi proses untuk mengalir, dengan kompleksitas yang tak terduga dan
muncul dari waktu ke waktu. Apapun pendirian kita, dan mungkin baik adalah mengkombinasikan
keduanya. Kita harus realiistis untuk implementasi. Kita harus mendapatkan "gambaran yang
besar." Pengembang kurikulum, pengurus, para guru, dan para penyelia harus jelas tentang
tujuan, nature, hal-hal yang potensial dan hal yang riil tentang keuntungan dari inovasi tersebut.
Dan yang pasti, harus membayar para guru dan yang lain untuk usaha ekstra merekadalam
keterlibatan mereka pada implementasi dan perubahan kurikulum.
Hubungan Implementasi dengan Perencanaan
Implementasi kurikulum yang sukses dihasilkan dari perencanaan hati-hati. Proses
perencanaan membutuhkan sumber daya untuk menyelesaikan aktivitas yang diharapkan. Hal ini
menetapkan dan menentukan bagaimana cara mengurus kebijakan yang akan memerintah tindakan
yang direncanakan tersebut. Planninng berlangsung sebelum program atau penyerahan program.
Matthew Miles dan Karen Louis mencatat bahwa untuk perencanaan untuk terjadi harus ada
visi yang dibangun. Dalam riset, mereka menemukan bahwa sekolah yang sukses dalam
menerapkan perubahan yang meningkatkan program mereka mempunyai staff yang memegang
gambaran serupa dari apa yang sekolah perlukan. Para guru merasa terikat dengan program yang
baru dan dikengembangkan dan mempunyai semangat terhadap inovasi itu.
3. Apapun juga orientasi seseorang kepada kurikulum, tidak ada penyangkalan bahwa
implementasi itu memerlukan perencanaan, dan perencanaan terfokus pada tiga faktor: orang-orang,
program, dan proses. Tiga faktor tidak dapat dipisahkan. Seorang pemimpin boleh menekan satu
faktor lebih dari yang lain, tetapi tidak ada pemimpin yang mahir yang akan mengabaikan tiap
faktor sama sekali semuanya. Banyak sekolah yang sudah gagal untuk menerapkan program mereka
sebab mereka mengabaikan faktor-faktor dan membelanjakan uang dan waktu untuk memodifikasi
hanya program atau proses. Satu alasan mengapa banyak proyek kurikulum gagal adalah bahwa
pembaharu kurikulum, khususnya dari universitas, memusatkan energi mereka pada mengubah
program tetapi tidak cukup perhatian pada kebutuhan para guru dan perhatian minimal kepada
organisasi sekolah.
Incrementalism
Banyak orang ingin perubahan, namun mereka juga takut akan perubahan, terutama jika
datang dengan cepat atau jika mereka merasakan hanya mempunyai sedikit kendali atau pengaruh
atas perubahan tersebut. Dunia guru tidak mempunyai daya penerima untuk berubah. Fullan dan
Goodlad mendeskripsikan bahwa guru sehari-hari rutin mempunyai kesempatan sedikit untuk
interaksi dengan para rekan kerja. Hal ini merupakan pengasingan yang menghasilkan organisasi
sekolah menyatu dalam kelas dan pengajaran jadwal. Seymour Sarason juga telah menafsirkan
pengasingan guru dalam organisasi sekolah dan pada pengasingan tersebut secara negatif
berdampak pada perubahan. Ia menetapkan bahwa kenyataan sekolah buat para guru merasakan
bahwa, secara profesi, mereka adalah milik mereka sendiri. Adalah tanggung jawab mereka, dan
milik mereka sendiri, untuk memecahkan permasalahan mereka. Hal ini menyebabkan para guru
memandang perubahan dalam program sebagai suatu aktivitas individu.
Masalah kunci dalam usaha untuk menerapkan kurikulum baru adalah bahwa banyak orang
individu dalam kebijakan yang umum memandang sekolah dan lingkungan mereka sebagai sama
saja. Sekolah adalah sekolah. Mind-set ini menyebabkan individu, dan bahkan beberapa pendidik,
merasakan bahwa rata-rata implementasi secara umum adalah sama saja; tidak perlu melakukan
penyesuaian prosedur implementasi yang cocok bagi sekolah tertentu. Bagaimanapun, pendidik
intinya sedang membuat kasus unik bagi sekolah masing-masing dan berfungsi kultur. Oleh
karenanya, kurikulum baru yang berasal dari di luar sekolah terkait sering menciptakan perselisihan
budaya.
Konsep sekolah dan kurikulum yang kaku berdampak pada peran guru. Tantangannya
adalah untuk mendapatkan pendidik untuk berpikir tentang jalan baru untuk menciptakan kurikulum
dan jalan baru untuk pembelajaran di dalam kultur sekolah unik. Kita harus memotivasi para guru
untuk mengasumsikan peran baru dan mereka bertanggung jawab untuk itu yang mana telah
diterapkan atau ditetapkan. Para guru perlu mempertimbangkan untuk menjadi playrwrigt,
produsen, dan aktor ‘film’ baru dalam simponi bidang pendidikan. Dan harus dipikirkan bagaimana
cara kita memperoleh persetujuan khalayak ramai dan dukungan untuk peran guru baru seperti itu.
Implementasi, tidak terjadi dengan tiba-tiba dengan semua guru. Idealnya, suatu proses
implementasi membutuhkan cukup waktu untuk guru guna mencoba kurikulum yang baru. Loucks
dan Lieberman sudah menemukan bahwa guru berhasil dengan suatu kurikulum baru, jika: guru
mengorientasi diri mereka kepada materi dan melibatkan dalam peran itu akan serta menyiapkan
mereka membawa. Pada mulanya penggunaan kurikulum yang baru adalah mekanik. Mereka
mengikuti pemandu dengan penyimpangan yang sedikit dan mereka mengambil prakarsa sedikit
untuk membuat perubahan apapun dalam kurikulum itu. Ketika mereka menjadi lebih nyaman
dengan kurikulum, mereka mulai untuk memodifikasi itu, yang manapun untuk melakukan
penyesuaiannya ke filosofi bidang pendidikan mereka sendiri atau ke konteks kebutuhan siswa.
Menkomunikasikan Rencana Implementasi
Kapanpun dan dimanapun saat program baru sedang dirancang, saluran komunikasi harus
dibiarkan terbuka sehingga program yang baru datang bukan sebagai suatu kejutan. Diskusi tentang
suatu program baru antar para guru, utama, dan kurikulum wirkers adalah kunci sukses
implementasi. Tetapi komunikasi adalah peristiwa kompleks. Komunikasi menggambarkan
transmisi fakta, gagasan, nilai-nilai, perasaan, dan sikap dari seseorang kelompok ke yang lain.
Komunikasi berhadapan dengan pesan yang memproses antara pengirim dan penerima suatu pesan.
Mengetahui komunikasi adalah pesan antara pengirim dan penerima tidaklah cukup untuk
memastikan bahwa komunikasi akan jadi efektif, akurat atau bermutu. Untuk meyakinkan bahwa
jaringan komunikasi adalah menyeluruh dan pesan yang dikirimkan pada tempatnya, spesialis
4. kurikulum harus memahami saluran cummunication informal dalam sistem persekolahan. Saluran
komunikasi formal mengikuti pengaturan yang mapan dalam tingkatan organisasi. Komunikasi
dapat mengalir sepanjang seluruh tingkat organisasi, baik vertikal maupun horisontal antar panutan.
Komunikasi ke samping akan membentuk networking horisontal antar panutan.
Tantangan komunikasi, formal atau informal, samping atau mengarah ke bawah atau
menaik, adalah pesan yang disiarkan dalam bentuk lisan atau bentuk tulis. Informasi tentang
program baru dapat dikomunikasikan atas pertolongan surat, memo, artikel, buku, buletin, laporan
riset, dan pidato/suara.
Dukungan Implementasi
Para perancang kurikulum harus didukung untuk modifikasi program yang
direkomendasikan untuk memudahkan implementasi cepat mereka. Mereka harus lakukan ini
sehingga mereka dapat membangun keyakinan diri mereka. Pendidik sering memerlukan pelatihan
untuk merasakan nyaman dengan program baru.
Guru mempunyai tanggung jawab utama adalah untuk mengajarkan kurikulum, tetapi para
guru, jika mereka ingin mempunyai suatu pengaruh dalam implementasi dan pengembangan
kurikulum harus mempunyai suatu pemahaman yang tepat mengenai konsep kurikulum dan
bagaimana suatu kurikulum diciptakan. Tanpa dukungan keuangan cukup, usaha untuk
mendapatkan suatu program yang efektif akan gagal. Uang diperlukan untuk peralatan dan material
suatu program baru. Uang adalah juga diperlukan untuk menyediakan dukungan manusia untuk
implementasi sebuah usaha. Di tingkatan yang lokal itu, ada lima langkah yang dilibatkan
dalam budgetting program baru: persiapan, ketundukan, adopsi, pelaksanaan, dan evaluasi.
Suatu hubungan kepercayaan harus ada antar semua organ dalam sekolah, khususnya antara
administrator dan guru. Kepercayaan adalah penjamin utama kunci sukses inovasi dan
implementasi. Implementasi adalah suatu usaha emosional dan kolaboratif. Dukungan adalah hal
penting jika implementasi diharapkan sukses. Dan Lortie menunjuk para guru mengalokasikan
mayoritas waktu kerja mereka dalam kelas dengan para siswa mereka, oleh karena itu hendaknya
mereka mempunyai komunikasi minimal dengan rekan dan pemimpin mereka. Peluang untuk para
guru untuk bekerja sama, berbagi gagasan, bersama-sama memecahkan permasalahan, dan dengan
cara kerja sama menciptakan material yang memungkinkan implementasi kurikulum dapat sukses.
Implementasi Sebagai Proses Perubahan
Tujuan pengembangan kurikulum, dengan mengabaikan tingkatan, adalah untuk membuat
suatu perbedaan untuk memungkinkan para siswa untuk mencapai tujuan milik sekolah, tujuan
milik masyarakat, dan, barangkali yang paling penting, capaian dan tujuan mereka sendiri.
Implementasi, suatu bagian penting pengembangan kurikulum, membawa ke dalam kenyataan
mengantisipasi perubahan. Sederhananya, aktivitas kurikulum adalah aktivitas perubahan.
Tetapi apa yang terjadi ketika perubahan terjadi? Apa yang merupakan sumber perubahan?
Dapatkah orang-orang meramalkan konsekuensi perubahan? Dapatkah pendidik mengendalikan
perubahan yang secara langsung mempengaruhi mereka? Tentu saja, orang-orang dapat
menggunakan beberapa pengendalian di atas proses perubahan, tetapi untuk melakukannya
memerlukan pemahaman terhadap perubahan. Pemahaman terhadap konsep perubahan dan berbagai
jenis perubahan mengijinkan individu untuk menentukan sumber perubahan. Hal itu membantu
mereka menyadari bahwa, sungguhpun mereka tidak bisa benar-benar meramalkan konsekuensi
perubahan, mereka dapat membuat "terkaan terbaik" meramalkan tentang perubahan akan
menghasilkan sesuatu.
Di dalam pemahaman tentang konsep perubahan, pendidik harus menyadari sikap orang-
orang (masyarakat) tentang implementasi dan perubahan ketika proses perubahan dipengaruhi oleh
pandangan kenyataan umum mereka. Mereka yang menerima model pengembangan kurikulum
yang masuk akal akan memandang perubahan sebagai sesuatu yang dengan tepat mengatur dan
mengimplementasikan rencana. Implementasi menjadi bagian dari suatu proses perubahan yang
linier.
Mereka yang awam akan merasa perubahan sebagai sesuatu yang tak mungkin dengan ketat
dikendalikan. Suatu tahap di dalam aktivitas kurikulum, pengundangan atau implementasi bukanlah
sesuatu yang terjadi di dalam suatu pertunjukan linier. Mengamati implementasi ketika interaksi
berarti bahwa orang tidak bisa mengalah kepada permintaan obyektifitas dan kuantifikasi. Tentu
saja, orientasi perubahan ini menunjukkan suatu proses pencerahan individu: sikap dan kepercayaan
mereka. Pertimbangan yang dibuat oleh konstruksi pribadi dari kenyataan mereka dan sikap mereka
ke arah hidup dan nilai-nilai yang mereka pegang sebagai sesuatu yang suci.
5. Dengan mengabaikan orang awam yang setia untuk, tidak ada penyangkalan bahwa
perubahan dapat terjadi dalam beberapa jalan. Dua jalan yang paling jelas nyata adalah perubahan
lambat seperti ketika penyesuaian kecil seperti jadwal kursus, ketika beberapa buku ditambahkan
pada perpustakaan, atau ketika rencana pelajaran atau unit memperbarui guru. Dan perubahan cepat
seperti hasil daripengetahuan baru atau kecenderungan sosial yang berdampak pada atas sekolah,
seperti komputer yang sedang diperkenalkan ke dalam kelas.
Sekarang ini, sekolah sedang dilibatkan banyak perubahan cepat dibanding perubahan
lambat. Kita sedang mengalami; mencoba perubahan cepat yang tidak hanya di dalam basis
pengetahuan kita: bagaimana fungsi otak, bagaimana pelajaran terjadi, tetapi juga perubahan dalam
ilmu kependudukan negeri dan terus meningkat keaneka-ragaman kelompok di dalam masyarakat.
Perubahan cepat sedang terjadi di dalam latar belakang keluarga dan sturcture, subculturea, dan
kelompok masyarakat. Pluralisme budaya sedang menjadi trend dan menemukan momentumnya.
Sebagai tambahan, teknologi bidang pendidikan juga sedang trend dan menemukan momentumnya,
berdampak pada kurikulum dan pengeimplementasiannya.
Menurut riset, untuk merubah kurikulum dan dengan sukses diterapkan, yang manapun
pelan-pelan atau dengan cepat, lima petunjuk di bawah ini harus diikuti untuk membantu
menghindari kekeliruan sebagaimana masa lalu.
1. Merancang inovasi untuk meningkatkan prestasi siswa harus secara teknis bunyi. Maksudnya
bahwa perubahan perlu mencerminkan riset tentang apakah bekerja dan tidak bekerja, bukan
mendisain untuk peningkatan secara kebetulan menjadi populer hari ini atau besok.
2. Inovasi yang sukses memerlukan perubahan di dalam struktur suatu sekolah tradisional. Dengan
perubahan struktural, kita berarti memodifikasi hal yang utama menyangkut para guru dan
siswa, apakah ditugaskan ke kelas dan saling berhubungan satu sama lain.
3. Inovasi harus mungkin dan dapat dikendalikan oleh rata-rata guru. Kita tidak bisa menginovasi
gagasan mengenai masalah atau pemikiran solutif ketika siswa tidak bisa membaca atau tulis
dasar Bahasa Inggris atau berkeberatan untuk aktif di dalam kelas.
4. Implementasi dari usaha perubahan sukses harus organik bukan birokratis. Ketegasan,
monitoring prosedur, dan aturan bukanlah hal yang memungkinkan untuk perubahan;
pendekatan yang birokratis ini perlu untuk digantikan oleh suatu pendekatan yang adaptip atau
organik yang mengijinkan penyimpangan beberapa dari perencanaan asli dan mengenali orang
pada permasalahan dan kondisi-kondisi menyangkut sekolah.
5. Hindarilah sindrom "lakukan sesuatu, kerjakan apapun" sindrom. Kebutuhan adalah untuk suatu
rencana kurikulum terbatas, untuk memusatkan usaha seseorang, waktu, dan uang pada aktivitas
dan isi yang adalah serasi dan rational.
Teori Perubahan
Perubahan dihasilkan oleh pengetahuan baru, namun kehadiran pengetahuan baru tidaklah
cukup untuk perubahan. Masyarakat harus mengenali suatu kebutuhan untuk berubah. Lovell
mengemukakan teori perubahan yang menyertakan lima proses: 1) kepemimpinan; 2) komunikasi;
3) pelepasan potensi manusia; 4) problem solving; dan 5) evaluasi. Proses ini dapat mendorong ke
arah sistem (sekolah) kohesi dan kooperasi atau konflik dan tegangan.
Untuk menetapkan perubahan kurikulum harus mengerti konteks lingkungan di mana
mereka sedang beroperasi. Suatu audit eksternal harus dibuat pada tahap awal pengembangan
kurikulum untuk mengumpulkan dan menilai informasi berkenaan dengan yang demografis
masyarakat dan socioiculturalnya, politic-legal, dan aspek yang lain. Data ekonomi pada faktor
seperti diberikan sehingga tahap implementasi yang dibuat sensitif pada harapan dan sikap
masyarakat. Informasi tentang lingkungan yang eksternal, melengkapi informasi baru, identitas
harapan baru, dan menunjuk untuk memberi penghargaan. Masukan mengenai lingkungan eksternal
seperti itu menghasilkan tention di dalam sistem bidang pendidikan,
daridisequilibrium menuju equilibrium baru.
Membanidngkan toeri teori wiles's dan Lo Lovell milik Kurt Lewin, yang dianggap sebagai
bapak teori perubahan, terlihat banyak gagasan yang lebih sederhana. Lewin mempertimbangkan
bahwa semua orang menemukan diri mereka di dalam lingkungan yang terdiri atas kekuatan
persaingan: daya penggerak dan kekuatan pengendalian. Ketika dua hal ini berkekuatan sama,
suatu keseimbangan atau timbangan yang yang hidup memungkinkan suatu posisi mantap atau
keadaan tetap pada saat tertentu. Keadaan tetap pada saat tertentu ini adalah benar dengan
mengabaikan apakah kita sedang mendiskusikan tindakan orang-orang atau kelompok atau fungsi
organisasi. Bagaimanapun, pada waktu daya penggerak mulai menundukkan pengendalian
kekuatan, pemicu tindakan perubahan. Sepanjang daya penggerak ini lebih kuat, aktivitas
6. perubahan akan berlanjut. Ketika pengendalian kekuatan memperoleh kembali daya gerak,
perubahan akan melambat. Ketika kemapanan kembali, mengendalikan servis kekuatan untuk
menghalangi perubahan.
Gambar Model Kekuatan Bidang
Daya penggerak Pengendalian Kekuatan
a. Intervensi Pemerintah a. Ketakutan yang tak dikenal
b. Nilai-Nilai Masyarakat b. Ancaman untuk menggerakkan
atau hamparan rumput
c. Perubahan Teknologi c. ketrampilan atau Pengetahuan usang
d. Ledakan Pengetahuan d. Nilai-Nilai tradisional
e. Proses Administratif e. Sumber daya yang terbatas
Lewin mengkonsep bahwa proses perubahan terdiri dari tiga langkah: 1) memilih situasi
yang diketemukan dalam diri kita, suatu yang tidak beku, jika kamu berkehendak, dari poin A.
Sesuatu yang tidak dibekukan dalam diri kita ini benar-benar berarti suatu penurunan pengendalian
kekuatan dalam rangka merangsang daya penggerak. Lewin percaya bahwa yang merangsang
perubahan adalah lebih baik mengurangi tenaga menyangkut pengendalian kekuatan dibanding
untuk meningkatkan daya penggerak. Seperti itu adalah tindakan mengijinkan daya penggerak
untuk bertindak lebih secara alami di dalam situasi.
Tipe Perubahan Bidang pendidikan
Sumber (Di) luar
Permintaan dari golongan berpengaruh;
temuan riset, kuasa sah/tentang undang-
undang
Perubahan Secara spontan
Kejutan [yang] terjadi
Revolusioner Batasan waktu Mendadak,
high-impact berubah
Di dalam Sumber
Panitia kurikulum daerah
kurikulum di sekolah tempat Panitia
Perubahan Sengaja
Deliberative berubah hasil
Batasan waktu Evolusiner
Lambat, terjadi dari waktu ke waktu,
melalaikan dampak ber;ubah
Tipologi Perubahan
Para penanggung-jawab kurikulum, untuk mengimplementasikannya, perlu memahami
sifat alami perubahan. Dengan pemahaman, proses perubahan dapat menghadapi tantangan dan
menyemangati mereka yang dilibatkan. Mereka yang tidak mengerti kompleksitas perubahan
mungkin untuk memulai tindakan akan mengakibatkan perselisihan di dalam organisasi sekolah.
Bennis mengemukakan beberapa jenis perubahan:
1. Perubahan yang direncanakan adalah perubahan di mana yang dilibatkan itu mempunyai kuasa
sama dan fungsi. Orang-Orang mengidentifikasi dan mengikuti prosedur tepat dalam hubungan
dengan aktivitas yang ada. Perubahan yang direncanakan menjadi yang ideal.
2. Perubahan dengan paksaan, ditandai oleh satu orang/kelompok menentukan tujuan dan dengan
sengaja tidak masuk orang lain yang mengambil bagian. Kelompok terkendali mempunyai yang
utama menggerakkan dan memelihara kuasa yang berbeda menyeimbangkan.
3. Interaksi Perubahan ditandai oleh penentuan sasaran timbal balik dan suatu distribusi kuasa
yang sama antar kelompok. Tetapi yang dilibatkan itu sering kekurangan suatu usaha sengaja;
mereka adalah tidak-pasti.
Lanjutan Rencana Implementasi dan Pengembangan
Kebalikan dari perubahan yang direncanakan adalah perubahan acak atau alami. Jenis
perubahan ini terjadi dengan tidak ada penentuan sasaran. Sering perubahan alami terjadi di
sekolah. Kurikulum disesuaikan atau dimodifikasi dan diterapkan bukan sebagai suatu hasil analisa
hati-hati tetapi sebagai tanggapan ke peristiwa yang tidak diantisipasi.
Robert Chin telah membahas tiga jenis strategi perubahan:
7. 1. Empirical-Rational. Tekanan strategi pada pentingnya kebutuhan perubahan dan wewenang
untuk menerapkan. Sering sekolah kekurangan pendekatan ini untuk berubah sebab mereka
tidak mengetahui mereka memerlukan suatu perubahan maupun keterampilan untuk
menerapkan itu.
2. Normative-Reeducative. Strategi berdasar pada kecerdasan/inteligen dan rasionalitas manusia.
Manusia akan berubah jika mereka didekati secara rasional dan dibuat untuk melihat bahwa
mereka harus memodifikasi nilai-nilai, sikap, pemahaman, dan ketrampilan mereka.
3. Power Strategies. Memaksa individu itu mematuhi berbagai keinginan dari mereka yang lebih
pandai. Strategi paksaan jarang digunakan di dalam sekolah, kecuali saat luar biasa.
John McNeil telah menyelidiki proses perubahan dengan penggunaan kompleksitas
organisator:
1. Substitution/Penggantian. Ini melukiskan perubahan di mana satu unsur mungkin diganti yang
lain. Seorang guru, sebagai contoh, mengganti buku teks dengan buku yang lain. Jenis
perubahan ini yang paling umum dan yang paling mudah.
2. Alteration/ Perubahan. Perubahan jenis ini ada ketika seseorang memperkenalkan program dan
materi atau prosedur baru.
3. Pertubartion/Gangguan. Perubahan ini bisa jadi pada mulanya mengganggu suatu program
tetapi kemudian disesuaikan secara penuh oleh leaderkurikulum denan program yang
berkelanjutan.
4. Restructuring/Restrukturisasi. Perubahan ini mendorong ke arah modifikasi sistem. Seperti
konsep pengajaran baru, seperti perubahan susunan kepegawaian atau regu pengajar.
5. Value-Orientation change. Ini adalah pergeseran dalam orientasi kurikulum atau filosofi pokok.
Model Implementasi Kurikulum
Pemilihan Model Implementasi kurikulum sering tergantung pada pilihan filosofis. Praktisi
dan sarjana melanjutkan pada kebutuhan akan alat-alat yang efektif untuk meningkatkan kurikulum
dan pengajarannya. Harris mengamati bahwa usul umum untuk strategi perubahan meliputi: 1)
menjelaskan bentuk otoritas; 2) menyertakan peserta dalam penentuan sasaran, pemilihan staf, dan
evaluasi; 3) penetapan tanggung-jawab dan peran guru; 4) personil pelatihan dalam strategi
perubahan dan teknik resolusi konflik; dan 5) perabot perubahan dengan melibatkan dukungan.
Checklist untuk Menerapkan Perubahan Kurikulum adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana nantinya pribadi guru yang diubah oleh inovasi?
2. Berapa banyak waktu persiapan tambahan yang diperlukan untuk inovasi?
3. Bagaimana nantinya inovasi "cocok" dan ke materi apa pelajar diarahkan?
4. Apa macam sumber daya material guru yang akan disajikan?
5. Apa macam materi pelajaran baru yang disediakan untuk pelajar?
6. Apa pola teladan interaksi teacher-learner akan dituntut?
7. Bagaimana permintaan prosedur pengajaran diperlukan yang belum dikuasasi guru?
8. Apa macam pelatihan yang akan disajikan?
9. Standardisasi test yang harus diambil?
10. Dukungan administrasi pemerintah (pemda) terhadap program baru?
11. Apa yang harus dilakukan orang tua untuk memahami dan mendukung program yang baru?
Menerapkan perubahan di dalam organisasi manapun, termasuk sekolah memerlukan
berbagai tugas pendekatan. Secara esensial menerapkan perubahan meliputi tiga langkah, yaitu
inisiasi, implementasi, dan pemeliharaan. Inisiasi yaitu perubahan mengacu pada penentuan
langkah proses implementasi, memperoleh kultur sekolah yang mau menerima inovasi yang
direncanakan. Pada langkah ini, perencana menaikkan pertanyaan penting tentang siapa yang akan
dilibatkan, yang diharapkan dari tingkat dukungan, dan apa yang merupakan status kesiap-siagaan
person untuk inovasi. Idealnya, pertanyaan ini berkenaan dengan tahap inisiasi ketika bagian-bagain
dilibatkan dalam aktivitas pengembangan kurikulum.
Langkah implementasi melibatkan presentasi inovasi dan mendapatkan orang-orang untuk
mencobanya di dalam kelas mereka atau bidang pendidikan lain yang sesuai. Ini adalah langkah
variasi model-model atau pendekatan untuk tahap implementasi, yang mana akan dijelaskan nanti.
Tahap yang ketiga adalah maintenance atau pelembagaan, yang mana sangat esensial untuk
monitoring inovasi setelah telah diperkenalkan. Jika pemeliharaan tidaklah direncanakan untuk,
inovasi yang diperkenalkan sering memudar atau diubah.
Yang dilibatkan dalam menerapkan program baru harus didukung oleh fakta bahwa
sebagian besar pekerjaan dari masa lampau beberapa dekade telah melengkapi taktik atas
8. bagaimana cara mempengaruhi perubahan dalam sekolah. Jon Snyder dan orang lain menunjukkan
bahwa riset atas implementasi kurikulum mempunyai penemuan tentang kondisi-kondisi yang
memudahkan atau menghalangi keseluruhan proses implementasi. Sesungguhnya, kita mengetahui
banyak tentang proses implementasi, dan beberapa peneliti kini lebih sedikit tertarik akan
implementasi sebagai proses perubahan dan lebih tertarik akan bagaimana implementasi ditetapkan
dan dialami oleh para guru dan para siswa.
Model Overcoming Resistance to Change Model (ORC)
Menurut Neal Gross, bahwa kegagalan atau sukses usaha perubahan keorganisasian yang
direncanakan pada dasarnya adalah suatu fungsi menyangkut kemampuan para pemimpin untuk
mengarahkan perlawanan staf untuk berubah saat tepat sebelum, atau pada saat pengenalan inovasi.
Untuk menerapkan suatu program baru, yaitu memperkenalkan perubahan, kita harus memperoleh
penasehat (konsultan) untuk program yang baru itu. Kita memerlukan para orang yang bersemangat
untuk mulai mengerjakan sesuatu yang baru, untuk melintasi batasan-batasan, dan untuk
menyelidiki wilayah baru. Kita memerlukan individu yang menyambut keaneka-ragaman gagasan
dan pemikiran, dan siapa yang menerima dan melakukan koreksi kreatif terhadap nilai kurikulum.
Untuk menetapkan suatu masyarakat para pendukung suatu program baru, kita harus menunjuk
ketakutan mereka, perasaan was-was, salah pengertian, dan faktor lain yang bisa menghalangi
penerimaan terhadap perubahan. Kita harus meyakinkan semua tentang nilai-nilai mereka, asumsi,
kepercayaan, visi mereka adalah tercakup di program yang baru itu. Kita harus meyakinkan mereka
bahwa kita akan perlakukan mereka dan gagasan mereka dengan kejujuran dan humility.
Para leader kurikulum menggunakan model ORC menyadari bahwa mereka harus
mengidentifikasi dan berhadapan dengan perlawanan dari staff. Tentu saja, beberapa
menggolongkan suatu model seperti ORC sebagai adopsi concerns-based model. Suatu pengambil-
alihan pendekatan ini adalah individu itu harus berubah sebelum organisasi dapat diubah. Juga,
perubahan adalah suatu pengalaman yang sangat pribadi, dan kita harus mempertimbangkan
kepribadian individu untuk berdaya melalui proses implementasi atau perubahan. Apalagi,
perubahan yang diperkenalkan harus menunjuk para guru dan ‘pemain kurikulum lain’.
Dalam riset mereka atas implementasi inovasi di perguruan tinggi dan sekolah, Hall dan
Loucks sudah mencatat bahwa concern dapat dikelompokkan ke dalam empat langkah
pengembangan:
Langkah 1: Unrelated concerns. Para guru pada tingkatan ini tidak merasa adanya suatu
hubungan antara diri mereka dengan perubahan yang diusulkan. Sebagai contoh, jika suatu ilmu
pengetahuan program baru sedang diciptakan dalam suatu sekolah, seorang guru pada langkah ini
akan sadar akan usaha tetapi tidak akan mempertimbangkan bahwa ia atau dia akan terpengaruh
oleh atau terkait dengan usaha itu. Guru tidak akan menentang perubahan sebab ia benar-benar
tidak merasa perubahan mempengaruhi daerah profesionalnya atau pribadinya.
Langkah 2: Personal concerns. Pada langkah ini, individu bereaksi kepada inovasi dalam
hubungan dengan situasi pribadi nya. Ia mempunyai kaitan dengan bagaimana program yang baru,
apa dan bagaimana dia sedang lakukan. Contoh, guru akan merasa bahwa ia akan menjadi terlibat
dengan program yang baru itu. Guru akan menghadapi pertanyaan seberapa baik ia bisa memberi
pengajaran dalam perubahan.
Langkah 3: Task-related concerns. Concern pada tingkatan ini berhubungan dengan
penggunaan nyata dari inovasi dalam kelas. Contoh, guru akan mempunyai kaitan dengan
bagaimana cara benar-benar menerapkan program yang baru. Berapa banyak waktu akan diperlukan
untuk pengajaran program baru ini? Materi cukup disajikan? Apakah strategi yang terbaik untuk
mengajar program yang baru?
Langkah 4: Impact-related concerns. Ketika bereaksi pada langkah ini, seorang guru jadi
lebih terkait dengan bagaimana inovasi akan mempengaruhi organisasi. Guru tertarik akan
bagaimana program yang baru mungkin mempengaruhi para siswa, para rekan kerja, dan
masyarakat. Kekuatan guru ingin menentukan dampak program, pada apa ia sedang mengajar.
Contoh, memungkinkan para siswa untuk hidup di masa datang dunia?
Ketika bekerja dengan ORC model, pendidik harus hadapi secara langsung dengan perhatian
pada langkah-langkah 2, 3, dan 4. Jika mereka mengabaikannya, masyarakat tidak akan menerima
inovasi.
Organizational Development Model
Pengembangan organisatoris berarti suatu pendekatan yang agak spesifik untuk
menyempurnakan perubahan dan peningkatan dalam organisasi. Hal ini merupakan suatu usaha
9. untuk meningkatkan suatu pemecahan dan proses pembaruan organisasi, terutama sekali melalui
hasil diagnosa dan manajemen kolaboratif. Penekanan adalah pada kerjasama sekelompok dan
kultur organisatoris.
French and Bell melukiskan tujuh karakteristik yang memisahkan pengembangan organisasi
dari cara tradisional dalam pengelolaan organisasi, yaitu:
1. Penekanan pada work tim untuk menujukan isu
2. Penekanan pada kelompok dan intergroup
3. Penggunaan riset di bidang ilmu
4. Penekanan pada kerja sama/kolaborasi di dalam organisasi sebagai kultur yang dominan
5. Perwujudan bahwa kultur harus dirasa sebagai bagian dari kesisteman total
6. Perwujudan organisasi yang bertanggung-jawab atas dan bertindak sebagai consultants-
facilitators
7. Penghargaan terhadap dinamika berkelanjutan dari organisasi secara terus menerus mengubah
lingkungan.
Pengembangan organisatoris memandang proses implementasi kurikulum sebagai suatu proses
interaktip berkelanjutan.
Concerns-Based Adoption Model
Bagaimana menggunakan pandangan individu sebagai pendekatan dalam sistem
persekolahan. Semua perubahan dimulai dengan individu; perubahan individu, dan
melalui perilaku perubahan mereka, institusi juga berubah. Perubahan terjadi ketika perhatian
individu diberitahukan. Semua pribadi berubah, dan individu "membeli saham kongsi" perubahan
yang mereka harus mempunyai kepemilikan kedua-duanya, yaitu perhatian dan proses. Lagipula,
mereka harus memandang bahwa hasil dari implementasi mempunyai suatu dampak pribadi atas
profesionalisme hidup mereka. Sebab perubahan mulai dengan individu dan melibatkan individu
sepanjang; seluruh proses perubahan, orang harus menyadari bahwa perubahan adalah suatu proses
lambat; dan memerlukan waktu untuk mewujudkannya; individu memerlukan waktu untuk belajar
ketrampilan baru, merumuskan attitudes baru.
Langkah-langkah perhatian (guru) berkaitan dengan menerapkan inovasi adalah sebagai
berikut:
a. Kesadaran inovasi
b. Kesadaran informasi mengukur
c. Perhatian untuk diri
d. Berhubungan dengan untuk mengajar
e. Berhubungan dengan untuk para siswa
Organizational Parts, Units, and Loops
Model pengembangan organisatoris dan Concerns-Based Adoption Model mendukung
sistem berpikir. Kedua-duanya merpertimbangkan tindakan sebagai hal yang dilakukan dalam suatu
organisasi yang digambarkan oleh suatu sistem hubungan, jika tidak ada sistem hubungan yang
terlihat: menarik berbagai komponen ke dalam kesatuan utuh, kemudian tidak ada organisasi; ada
hanya free-floating komponen. Dalam situasi seperti itu, perubahan yang direncanakan dalam
organisasi, sekolah dalam situasi kita, perlu mencoba untuk menerima “win—win” atau “win—
lose” atau tidak sepadan. Dalam menerapkan perubahan akan ada potensi untuk konflik antara
orang-orang dan kelompok. bahkan departemen. Walaupun konflik akan terjadi, harus diatur
sedemikian sehingga orang-orang menyadari bahwa semua orang berkesempatan menang. Program
yang baru yang sedang diterapkan dalam sekolah menghadiahi suatu kesempatan untuk semua
bagian: para siswa, para guru, kursi, dan prinsip. Bagaimanapun, implementasi sukses memerlukan
energi, waktu, dan kesabaran. Implementasi, agar berhasil, harus dirasa sebagai suatu usaha yang
menuntut suatu batasan waktu jangka panjang dan kooperasi dan keterlibatan utama antar orang-
orang dan departemen. Lihat tips Kebijaksanaan untuk Promosi Perubahan.
Kebijaksanaan untuk Promosi Perubahan
Persamaan manusia adalah suatu pertimbangan penting untuk implementasi kurikulum.
Agen perubahan dan para pemimpin perubahan harus memahami orang-orang dan bagaimana
mereka bereaksi untuk berubah. Di sini adalah beberapa gagasan di luar kebiasaan untuk
dipertimbangkan:
1. Kemajuan dari kepastian ke kerancuan. Meyakinkan segalanya bahwa semua pada tempatnya
sebelum mulai implementasi, dan menyadari bahwa beberapa hal-hal tak diduga akan terjadi.
10. 2. Pertimbangkan beberapa kekacauan dalam ordermu. Dalam journal implementasi, kadang
terjadi kejutan dan kekacauan. Dalam berhadapan kekacauan yang direncanakan kita boleh
merangsang modifikasi kreatif dalam implementasi kita, dan membawa ke dalam hubungan
keberadaan yang kita tidak pernah membayangkannya.
3. Lihat makna sesungguhnya dari perilaku orang
4. Sadarilah bahwa orang-orang akan menentang perubahan, tetapi harus dilakukan.
5. Gunakan kemungkinan kekeliruan untuk membangun kredibilitasmu
6. Bersikap sensitip
7. Tingkatkanlah mutu permanen ke temporer
8. Humor pada saat yang tepat.
Educational Change Model
Walaupun ada banyak model implementasi, efektivitas dalam memanfaatkannya tergantung
pada sebagian pada seberapa baik kita menyerap keseluruhan konsep implementasi. Michael Fullan
telah membahas faktor pokok yang mempengaruhi implementasi, yaitu:
1. Karakteristik perubahan
a. Relevansi dan Kebutuhanhan perubahan
b. Kejelasan
c. Kompleksitas
d. Mutu dan program bisa dipraktekkan
2. Karakteristik sekolah di tingkat daerah
f. Sejarah usaha inovatif
g. Proses Adopsi
h. Dukungan Administratif pusat
i. Pengembangan staff dalam jabatan dan keikutsertaan)
j. Garis Waktu dan sistem informasi
k. Tampakan dan Karakteristik masyarakat
3. Karakteristik di level sekolah
l. Karakteristik prinsip dan kepemimpinan
m. Karakteristik guru dan hubungan
n. Karakteristik siswa dan kebutuhan
4. Karakteristik external menuju sistem lokal
o. Peran para agen pemerintah
p. Dana-Dana ekstern
Orang yang ingin menerapkan kurikulum yang baru perlu memahami karakteristik
dari perubahan yang sedang dipertimbangkan. Sering orang-orang akan menentang inovasi sebab
kebutuhan akan perubahan tidaklah diberitahukan atau, jika diberitahukan, tidak yang diterima oleh
para orang itu untuk di/terpengaruh oleh perubahan. Kebutuhan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
kita jaga. Perubahan pandangan bersamaan dengan nilai-nilai, mereka jadi lebih berkeinginan
menerima inovasi yang sedang diusulkan.
C. Kontektualisasi Implementasi Kurikulum Ornstein & Hunkins dengan Implementasi
KTSP di Indonesia
Sebagaimana diungkap di depan bahwa implementasi undang-undang dan peraturan sebagai
kebijakan pemerintah (sebagaimana KTSP) dalam memacu dan mengontrol pendidikan seringkali
menemukan jurang ketidakselarasan antara keduanya. Hal ini sebagaimana diungkap oleh Ornstein
& Hunkins bahwa implementasi kurikulum adalah sebuah perubahan, dan perubahan bagi banyak
orang adalah menyenangkan apabila mempunyai efek menguntungkan dan menyengsarakan apabila
memberatkan. Bagi banyak praktisi pendidikan di satuan tingkat pendidikan memandang KTSP
adalah hal yang memberatkan. Bahkan, dengan sinis mereka mengatakan bahwa KTSP adalah
produk dari pergantian menteri lama ke menteri baru.
Sinisme praktisi pendidikan di banyak satuan pendidikan tersebut, selayaknya disikapi
secara bijak. Dalam pengertian bahwa KTSP masih sangat perlu disosialisasikan secara sistematis
dan massif, sehingga pada gilirannya praktisi pendidikan dan masyarakat mempunyai perhatian
yangintegrated dengan perhatian pembuat kurikulum (kebijakan). Program sosialisasi harus
dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan audience:budaya, intelegensia, psikologi dana,
dan penyemaian nilai-nilai visi bersama antara pembuat kurikulum dan audience. Dengan waktu
transisi sampai 2010 dengan efektivitas dan efesiensi tinggi adalah hal yang sangat mungkin
11. melakukan hal ini. Hanya saja, keberadaan orang-orang dengan ‘kepentingan’ keuntungan pribadi
atau golongan hedaknya dijadikan permasalahan yang juga diantisipasi (dan ini yang tampaknya
lebih rumit).
Mengenai model perubahan apa yang digunakan saat merumuskan KTSP, pereview
menggolongkannya pada Educational Change Model. Hal ini terlihat pada faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan kurikulum yang dilakukan pemerintah, dan juga terlihat pada tipologi
perubahannya yang terpusat pada satu kebijakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
lain. Namun fokus tipologi perubahannya juga berparadigma normatif dan rasionali. Perubahan
yang dilakukan dengan KTSP juga mengakomodasi rencana-rencana perubahan yang berbasis pada
kepentingan tingkat satuan pendidikan. Untuk strategi perubahan kurikulum KTSP lebih dekat pada
strategi Normative-Reeducative, yaitu strategi berdasar pada kecerdasan/inteligen dan rasionalitas
manusia. Atau mungkin, model, tipologi perubahan, dan strategi perubahan kurikulum KTSP adalah
eklektik. Menimbang sejarah filsafat pendidikan yang digunakan, aliran psikologi, teori belajar
yang digunakan di Indonesia, sangat mungkin bahwa model, tipologi perubahan, dan strategi
perubahan kurikulum KTSP adalah berparadigma dan berbasis ‘eklektik’.
Ornstein & Hunkins menemukan bahwa banyak kurikulum baru yang gagal dalam
implementasi karena ketiadaan suatu rencana perubahan dalam keseluruhan suatu sistem
persekolahan. KTSP sudah direncanakan dalam keseluruhan sistem, namun karena begitu
beragamnya key player dan masalah psikologis pembiayaan, dan belum berhasilnya pengitegrasian
visi, pereview memprediksi bahwa KTSP akan berjalan timpang, tidak merata antara satuan
pendidikan yang satu dengan lain.
Daftar Bacaan
Allan C. Ornstein dan Francis P. Hunkins. 2004. Curriculum: Foundation, Principles, And Issues,
Fourth Edition. Boston USA: Pearson Education
Jawa Pos. 2007. SBY Perintahkan Mendiknas Banding Atas Putusan PN Jakpus tentang UNAS.
Tanggal 23 Mei 2007, Halaman Utama.
Nana Syaodih Sukmadinata. 1997. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Cetakan Kedua.
Bandung: Rosdakarya.
S. Nasution. 2005. Asas-asas Kurikulum, Cetakan Keenam. Jakarta: Bumi Aksara.
Please mind: Every day emergencies like drought in Africa
put millions of people in danger to
die of hunger.
If we donate, then
we can help saving lives.
[Close ad]
This Page is an outdated, user-generated website brought to you by an archive.It was mirrored from Geocities at the end
of October, 2009.
For any questions concerning this page try to contact the respective author. (To report any malicious content send the URL to oocities(at gmail dot com). For question
about the archive visit: OoCities.org.