1. MAKALAH PENDEKATAN DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kelompok 6 :
Grace Clara Lydia Br Ginting
Marius K. Giawa
Lamasi Tamba
Fanny Tiara
Arpenas Bondar
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum
Dosen : Drs. H. Ibrahim Daulay, M.pd
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Prima Indonesia
Medan
2. 2014
PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu
proses tertentu. Sehingga bila dikaitkan dengan kurikulum, pengembangan kurikulum
dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum. Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi
dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang
sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih baik. Pendekatan dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu.
Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum
menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum.Pengembangan kurikulum sendiri memiliki makna yang cukup
luas. Sukadinata (2000) mengemukakan bahwa pengembangan kurikulum adalah
penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Di satu sisi
pengembangan kurikulum merupakan penyusunan seluruh perangkat kurikulum mulai
dari dasar, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program
pengajaran, hingga pedoman pelaksanaannya (macro curriculum), dan di sisi lain
berkenaan dengan penjabaran kurikulum (GBPP) yang telah disusun pusat menjadi
rencana dan persiapan mengajar yang lebih khusus, yang dikerjakan oleh guru,
seperti penyusunan Rencana Tahunan, caturwulan, satuan pelajaran, dan sebagainya
(micro curriculum).
Dengan melihat dua cakupan pengembangan kurikulum, ada dua pendekatan yang
dapat diterapkan dalam pengembangannya. Pertama, pendekatan top down atau
pendekatan administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke
bawah, dan kedua adalah pendekatan grassroot, yaitu pengembangan kurikulum dari
bawah ke atas, yang diawali oleh inisiatif dari bawah kemudian disebarluaskan pada
tingkat dan skala yang lebih luas.
1. Pendekatan Top Down
Pengembangan kurikulum pada pendekatan ini muncul dari pejabat pendidikan atau
para administrator atau pemegang kebijakan pendidikan seperti dirjen atau Kepala
Kantor Wilayah. Semacam garis komando, pengembangan kurikulum kemudian
diteruskan ke bawah, sehingga pendekatan ini disebut juga line staff model.
Pendekatan ini biasa digunakan Negara yang memiliki sistem pendidikan sentralisasi.
Prosedur kerja atau proses pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini adalah
sebagai berikut:
Pertama : pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan. Anggota tim biasanya
terdiri dari pejabat di bawahnya, seperti pengawas pendidikan, ahli kurikulum dsb.
Tim pengarah ini bertugas merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan,
menyiapkan rumusan falsafah pendidikan, dan tujuan umum pendidikan.
Kedua : menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau
3. rumusan-rumusan yang telah disusun tim pengarah. Anggota tim ini adalah para ahli
kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, ditambah dengan guru-guru senior
yang sudah berpengalaman. Tim ini bertugas merumuskan tujuan-tujuan yang lebih
operasional dari tujuan umum, memilih dan menyusun sequence bahan pelajaran,
memilih strategi pengajaran dan alat bantu petunjuk evaluasi, serta menyusun
pedoman pelaksanaan kurikulum untuk guru.
Ketiga : bila kurikulum sudah selesai disusun oleh tim atau kelompok kerja,
selanjutnya hasilnya diserahkan kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan
atau revisi. Bila perlu kurikulum tersebut akan diujicoba , dievaluasi, dan
disempurnakan.
Keempat : para asministrator selanjutnya memerintahkan kepada setiap sekolah
untuk mengimplementasikan kurikulum yang telah disusun tersebut.
Dari langkah-langkah tersebut tampak bahwa inisiaif pengembangan kurikulum
berasal dari pemegang kebijakan pendidikan, sedangkan guru hanya bertugas sebagai
pelaksanakurikulum yang telah ditentukan oleh para pemegang kurikulum, sehingga
disebut pendekatan dengan system komando.
2. Pendekatan Grass roots
Pada pendekatan grass roots,inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan
atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada wilayah yang
lebih luas, karena itu pendekatan ini disebut pendekatan dari bawah ke atas.
Pendekatan ini lebih banyak digunakan untuk penyempurnaan kurikulum (curriculum
improvement), walaupun terkadang juga digunakan dalam pengembangan kurikulum
baru (curriculum construction).
Dalam pelaksanaanya terdapat dua syarat yang harus dipenuhi :
Pertama : kurikulum yang dikembangkan bersifat lentur sehingga memberikan
kesempatan kepada setiap guru secara terbuka untuk memperbarui atau
menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan.
Kedua : guru memiliki sikap professional yang tinggi disertai kemampuan yang
memadai, yang ditandai dengan keinginan untuk mencoba dan mencoba sesuatu yang
baru dalam upaya meningkatkan kinerjanya, selalu menambah pengetahuan dan
wawasannya, untuk menacapai kesempurnaan.
Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan pendekatan ini adalah sebagai berikut :
Pertama : menyadari adanya masalah, karena pendekatan ini biasanya diawali dari
keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku.
Kedua : mengadakan refleksi, yaitu dengan mengkaji literatur yang relevan misalnya
dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian, internet, diskusi, wawancara dsb.
Ketiga : mengajukan hipotesis atau jawaban sementara, dengan memetakan berbagai
kemungkinan munculnya masalah dan cara penanggulangannya.
Keempat : menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan
sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan. Penentuan di sini juga disertai dengan
kajian terhadap berbagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebih dini untuk
dapat diatasi.
Kelima : mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus
menerus hingga masalah yang dihadapi dapat terpecahkan. Di sini bisa dilakukan
dengan diskusi antar teman sejawat.
Keenam : membuat dan menyusun laporanhasil pelaksanaan pengembangan melalui
grassroot. Langkah ini penting dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi,
sehingga memungkinkan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain sehingga
4. hasil pengembangan tersebut semakin tersebar.
Pada pedekatan ini guru berperan lebih dari sekedar pelaksana kurikulum, bahkan
peran guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum sangat
menentukan, sedangkan administrator tidak lagi berperan sebagai pengendali
pengembangan, tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator.
Pendekatan ini dimungkinkan pada negara dengan system pendidikan yang
desentralisasi, sebab kebijakan pendidikan tidak ditentukan oleh pusat, tetapi
ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah, karena itu, untuk memperoleh kualitas
lulusan sekolah, dapat terjadi persaingan antar sekolah atau antar daerah
Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat pendekatan yang dapat digunakan
dalam pengembangan kurikulum, yaitu: pendekatan subjek akademis; pendekatan humanistis;
pendekatan teknologis/kompetensi; dan pendekatan rekontruksi sosial.
1. Pendekatan Subjek Akademis
Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan, mata pelajaran yang di
intregasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan maksud, metode, organisasi dan evaluasi.
Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan
didasarkan pada sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Para ahli akademis terus
mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi peserta didik untuk
masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan
antara sesama, analisis data, dan penarikan kesimpulan. Pengembangan kurikulum subjek
akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa
yang harus dipelajari peserta didik, yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin
ilmu.
2. Pendekatan Humanistik
Pendekatan Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide "memanusiakan
manusia". Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih
human, untuk memprtinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori, dasar
evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan.[11]
Kurikulum Humanistis dikembangkan oleh para ahli pendidikan Humanistis. Kurikulum ini
berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu John Dewey. Aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada siswa. Kurikulum Humanistis ini, guru diharapkan dapat
membangun hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya. Oleh karena itu, peran
guru yang diharapkan adalah sebagai berikut:[12]
1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif.
2. Menghormati individu peserta didik.
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
Dalam pendekatan Humanistis ini, peserta didik diajar untuk membedakan hasil
berdasarkan maknanya. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk
peserta dimasa depan. Sesuai dengan prinsip yang dianut, kurikulum ini menekankan
integritas, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga
emosional dan tindakan. Beberapa acuan dalam kurikulum ini antara lain:[13]
5. 1. Integrasi semua domain afeksi peserta didik, yaitu emosi, sikap, nilai-nilai, dan domain
kognisi, yaitu kemampuan dan pengetahuan.
2. Kesadaran dan kepentingan.
3. Respon terhadap ukuran tertentu, seperti kedalaman suatu keterampilan.
Kurikulum Humanistis memiliki kelemahan, antara lain:
1. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi perkembangan individual
peserta didik.
2. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu tapi kenyataannya terdapat
keseragaman peserta didik.
3. Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.
4. Dalam kurikulum ini prisip-prinsip psikologis yang ada kurang terhubungkan.[14]
3. Pendekatan Rekrontruksi Sosial
Kurikulum ini sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan
politik perkembangan ekonomi. Kurikulum ini bertujuan untuk menghadapkan peserta didik
pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Permasalahan yang muncul tidak harus
pengetahuan sosial saja, tetapi di setiap disiplin ilmu termasuk ekonomi, kimia, matematika
dan lain-lain. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama. Melalui interaksi ini siswa
berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju
pembentukan masyrakat yang lebih baik.[
Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial antara lain melibatkan:
1. Survey kritis terhadap suatu masyarakat.
2. Studi yang melihat hubungan antara ekonomi lokal dengan ekonomi nasional atau
internasional.
3. Study pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi lokal.
4. Uji coba kaitan praktek politik dengan perekonomian.
5. Berbagai pertimbangan perubahan politik.
6. Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya.
Pembelajaran yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial harus memenuhi 3 kriteria
berikut, yaitu: nyata, membutuhkan tindakan dan harus mengajarkan nilai. Evaluasi dalam
kurikulum rekontruksi sosial mencakup spektrum luas, yaitu kemampuan peserta didik dalam
menyampaikan permasalahan, kemungkinan pemecahan masalah, pendefinisian kembali
pandangan mereka dan kemauan mengambil tindakan.
4. Pendekatan Berbasis Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetisi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK diarahkan untuk
mengembangkan pengetahuan pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat peserta didik,
agar dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan dengan
penuh tanggung jawab.
KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik.
Oleh karena itu kurikulum ini mencakup sejumlah kompetensi dan seperangkat tujuan
pembelajaran yang dinyatakan sedemikian rupa, sehingga pencapainnya dapat dinikmati
6. dalam bentuk perilaku atau ketrampilan peserta didik sebagai suatu kriteria keberhasilan.
Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membentuk peserta didik menguasai
sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat,
setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing.
KBK menurut guru yang berkualitas dan profesional untuk melakukan kerjasama dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun demikian konsep ini tentu saja tidak
dapat digunakan sebagai resep untuk memecahkan semua masalah pendidikan, namun dapat
memberi sumbangan yang cukup signifikan terhadap perbaikan pendidikan. [18]
Landasan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi,antara lain:
A. Filosofis
Landasan filosofis yang mendasari pengembangan kurikulum berbasis kompetensi adalah
penerapan dari pandangan konstruktivisme dalam pendidikan. Dalam pandangan ini lebih
tercurah kepada pemberdayaan potensi dan kemampuan anak. Sehingga siswa mendapat
pembelajaran dengan mengutamakan kualitas proses dan hasil dalam hal ketercapaian
kompetensi yang ingin diharapkan dalam pembelajaran.
B. Yuridis
Landasan yuridis yang mendasari adanya penyempurnaan kurikulum antara lain:
1. Perubahan pada UUD 1945 Pasal 31 tentang pendidikan.
2. TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004: Bab IV bagian E, butir
3, mengenai pembaruan system pendidikan termasuk di dalam-nya pembaruan
kurikulum.
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
4. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999: Bab IV Pasal 7 tentang Kewenangan Daerah.
5. Peraturan pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Daerah Propinsi sebagai daerah otonom.
6. Sosiologis
Landasan sosiologis yang mendasari pengembangan kurrikulum berbasis kompetensi, antara
lain:
1. Perkembangan kehidupan yang ditandai oleh beberapa ketimpangan dalam kehidupan,
seperti moral, akhlak, jati diri bangsa, social, politik serta ekonomi.
2. Upaya peningkatan mutu pendidikan selama ini belum mencapai taraf yang memadai
yang mampu meningkatkan taraf kehidupan masyarakat pada umumnya.
3. Empiris.
7. Landasan empiris yang mendasari pengembangan kurikulum yang berbasis kompetensi ini
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dalam kajian dokumen kurikulum di indonesia sejak kurikulum 1975, 1984, dan 1994
pada dasarnya ialah kurikulum berbasis materi, sehingga dalam pembelajarannya
terasa terburu-buru dan menekankan pencapaian materi yang menjadi tuntutan
kurikulum dan mengenyampingkan kebutuhan ketercapaian kompetensi yang
seharusnya dicapai oleh siswa.
2. Dari hasil kajian terhadap kajian literatur, kurikulum, buku panduan, dan buku-buku
pelajaran dinegara-negara maju. Seperti Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan
Singpura, perkembangan pendekatan kurikulum sejak akhir 1960-an sampai dengan
tahun 1980-an telah menggunakan pendekatan berbasis kompetensi (competence
based approach) dan pendekatan belajar tuntas (mastery learning approach).
8. PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan pengembangan kurikulum ialah cara kerja dengan menerapkan strategi
dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang
sistematis untuk menghasilkan kurikulum yang lebih baik
Pendekatan Pengembangan Kurikulum Humanistik ini berpusat pada siswa dan
mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian
integral dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin bahwa kesejahteraan
mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar
itu memberikan hasil maksimal. Hasil penelitian menunjukkan konsep diri siswa
berkorelasi tinggi dengan prestasi akademis. Siswa dengan konsep diri rendah lebih
banyak mengalami kesulitan belajar dari pada siswa dengan konsep diri positif.
Pendekatan Rekayasa Sosial ini juga disebut rekonstruksi sosial karena
memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam
masyarakat, seperti polusi, ledakan penduduk, rasialisme, interdependensi, global,
kemiskinan, malapetaka akibat kemajuan teknologi, perang dan damai, keadilan sosial,
hak asasi manusia, dan lain-lain.
Pengembangan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan lebih
dahulu mata pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang
diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu.
Kurikulum berbasis kompetisi (KBK) dapat diartikan sebagai suatu kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas
dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh
peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
THANK YOU