SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
ASUHAN KEPERAWATAN
     PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL (PENYAKIT PAGET)




                DISUSUN OLEH:


             AYU SELVYA (I3111131)
         DEVI OKTAVIA UTAMI (I3111141)
         DEVY PERMATA SARI (I3111128)
          EDWIN SAFRIANDA (I3111104)
          RIZKI NURHAFIZAH (I3111143)
            SRI ENDANG K. (I3111129)
           TRY MARDHANI (I3111139)
           YESIKA AGUSTIN (I3111118)


         FAKULTAS KEDOKTERAN
   PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
                TAHUN 2012



                                         1
BAB I
                                  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
             Penyakit paget merupakan penyakit gangguan pada osteoklas dimana
   osteoklas lebih aktif dibanding osteoblast, sehingga terjadi absorbsi tulang yang
   berlebihan dan diikuti oleh pembentukan tulang baru yang juga berlebihan oleh
   osteoblas. Tulang menjadi lebih besar dari normal, namun struktur dalam tulangnya
   sangat kacau. Hal ini dapat menyebabkan nyeri tulang, deformitas, dan kerapuhan
   tulang.
             Sampai saat ini penyebab penyakit paget masih belum diketahui secara pasti.
   Selain itu, penyakit paget juga mempunyai tanda dan gejala yang sangat susah untuk
   diketahui sejak dini, karena tanda dan gejala awal yang muncul sangat susah
   dibedakan dengan penyakit tulang lainnya. Sehingga sebagian besar penderita
   penyakit ini mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit paget secara pasti setelah
   adanya pemeriksaan-pemeriksaan yang mendukung untuk penyakit ini. Oleh sebab
   itu, diperlukan pembelajaran yang lebih lanjut dalam memahami penyakit paget ini.
B. Tujuan Penulisan
             Tujuan penulisan makalah ini adalah :
   a. Mahasiswa       mampu     memahami      pengertian,   etiologi,   manifestasi   klinis,
      patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit
      paget
   b. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis,
      patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit
      paget
   c. Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang keperawatan
      khususnya Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan Sistem Skeletal (penyakit
      paget).
C. Metode Penulisan
         Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode studi
   kepustakaan yaitu mempelajari buku – buku dan sumber – sumber lainya untuk
   mendapatkan dasar – dasar ilmiah yang berikutnya dengan permasalahan dalam
   makalah ini.

                                                                                           2
BAB II
                                 PEMBAHASAN


A. Definisi
           Penyakit Paget (Osteitis Deformans)merupakan salah satu gangguan
   metabolisme tulang yang ditandai dengan proses remodelling tulang yang abnormal.
   Penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, namun umumnya abnormalitas
   fungsi osteoklast atau osteoblast pada penderita penyakit paget menjadi sangat aktif
   sehingga mengubah homoestasis normal dari remodelling tulang.
           Laju pertumbuhan tulang lebih cepat dari seharusnya, sehingga tulang bisa
   berubah bentuk, lunak dan rentan terhadap patah tulang. Kelainan ini dapat mengenai
   tulang manapun, tetapi yang paling sering terkena adalah tulang panggul, tulang paha,
   tulang tengkorak, tulang kering, tulang belakang, tulang selangka dan tulang lengan
   atas.




   Gambar 1: Kaki penderita            Gambar 2: Bagian tulang yang sering terkena
   penyakit paget                              penyakit paget




           Penyakit paget lebih sering menyerang tulang secara multifokal. Penyakit
   paget tidak menyebar dari satu tulang ke tulang lainnya, melainkan secara progressif
   memperburuk tulang yang telah terkena penyakit ini.

                                                                                      3
Penyakit Paget dibagi menjadi tiga fase yaitu:
       1. Fase Osteolitik, ditandai dengan resorpsi tulang oleh sejumlah osteoklast yang
          abnormal. Kemudian adanya reaksi dari osteoblast dalam memproduksi tulang
          baru secara berlebihan namun sangat tidak terkontrol.
       2. Fase Menengah
          Pada tahap ini aktivitas osteoblast mendominasi. Hal ini ditunjukkan dengan
          perubahan struktur tulang atau deformitas.
       3. Fase Quiescent
          Pada fase ini aktivitas osteoblastik berkurang. Tulang menjadi diam dan
          proses remodelling tulang tidak mengalami peningkatan. Tulang membesar
          dan melebar dari ukuran normal. Jaringan vaskular fibrosa menggantikan
          sumsum.
B. Etiologi
   Faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab penyakit paget ini adalah:
       1. Autoimun
       2. Kelainan Endokrin yang berhubungan dengan penyakit hiperparatiroid
       3. Kelainan kongenital pada jaringan ikat
       4. Kelainan vaskular
       5. Kelainan sistem saraf otonom
       6. Infeksi virusparamyxoviruses
       7. Kelainan genetik (teori ini masih sangat lemah)
       8. Faktor lingkungan
C. Manifestasi Klinis
          Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
   paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau
   bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Kelainan biasanya didapat ketika
   melakukan pemeriksaan radiologis ataupun pemeriksaan penunjang lainnya.
          Jika                    yang                      terkenaadalahtulangtengkorak,
   makakepalatampakmembesardankeningterlihatlebihmenonjol.Pembesarantulangtengk
   orakdapatmenyebabkan:
   -   Ketulian karena rusaknya telinga sebelah dalam ( koklea )
                                                                                       4
-   Sakitkepalakarenapenekanansaraf
    -   Penonjolan vena di kuitkepalakarenaadanyapeningkatanalirandarahkekepala
    -   Gigi mulaigoyahdantanggal.
    -   saraf                 yang                  menujukematamungkinakanterpengaruh,
        menyebabkanbeberapakehilangan visual
           Jika                       yang                    terkenaadalahtulangbelakang,
makakeluhanutamanyaadalahnyeripunggungbagianbawah.Kanalisspinalismenjadisempi
t       (keadaaninidisebutsebagaistenosis      spinalis)   danbisamenyebabkanmati     rasa
ataulumpuh.
Patahtulangkompresipadatulangbelakangbisamenyebabkantulangbelakangmelengkung.
Tulangbelakangbisamembesar,                                  menjadilemahdanmelengkung,
sehinggatinggibadanberkurang.
           Padaanggotagerak          (terutamatungkai      yang    menyanggaberatbadan),
tulangmudahmengalamipatah,             denganmasapenyembuhan        yang     lebih   lama
danmulaimelengkungataumengalamikelainanbentuk.Kaki
menjadibengkokdanlangkahmenjadipendekdansedikitgoyah.Kerusakanpadatulangrawa
nsendibisamenyebabkanterjadinyaartritis.
           Dapat disimpulkan bahwa beberapa tanda dan gejala yang timbul pada penderita
penyakit paget adalah:
        1. Nyeri dan kaku didaerah yang terkena penyakit
        2. Osteoarthritis sekunder (ketika penyakit paget terjadi disekitar sendi)
        3. Deformitas tulang
        4. Panas tinggi ( karena adanya hipervaskularity)
        5. Komplikasi neurologis (adanya kompresi jaringan saraf)




                                                                                        5
D. Patofisiologi

 Infeksi Virus           Genetik                   Lingkungan          Faktor pencetus
                                                                           lainnya



                                  Abnormalitas
                                   Osteoklast


                                  Resopsi tulang
                                   meningkat


                                Mekanisme
                            kompensasi fisiologis
                              oleh osteoblast


                             Peningkatan kinerja
                                 Osteoblast


                              Proses remodelling
                               tulang meningkat


                            Tulang baru abnormal
                            (lunak, membesar dan
                                    rentan)



      Gangguan citra                                      Resiko tinggi cedera
                                    Deformitas                                           Nyeri
         tubuh                                             maupun fraktur



       Resiko HDR                                               Intoleransi
                                                                 Aktivitas



             Kurang Pengetahuan
                                                                                    6
Koping tidak efektif


                 Ansietas
E. Pemeriksaan Penunjang
   1. Radiologis
             Tampilan dari radiologis sangatlah karakteristik untuk penyakit paget,
      sehingga diagnosis jarang meragukan. Saat fase resorpsi tampak daerah osteolisis
      yang terlokalisasi; gambaran yang paling khas adalah gambaran seperti api yang
      memanjang sepanjang diafisis dari tulang (flame shaped lesion atau blade of
      grass), atau bercak osteoporosis berbatas tegas di tulang tengkorak (osteoporosis
      circumscripta). Kemudian tulang menjadi menebal dan sklerotik dengan gambaran
      trabekula yang kasar.
   2. CT-Scan dan MRI
             CT-Scan dan MRI tidak diperlukan dalam penegakan diagnosis penyakit
      paget, namun keduanya sangat berguna untuk mengevaluasi komplikasi penyakit
      paget, seperti degenerasi ganas, kelainan artikular, dan keterlibatan tulang
      belakang dengan gangguan neurologis.
             Kelainan   pada   sendi   membutuhkan      CT-Scan    atau   MRI    untuk
      menggambarkan sejauh mana komplikasi sendi yang terjadi. CT-Scan dan MRI
      juga berguna untukmendiagnosa dan mengevaluasi komplikasi neurologis seperti
      invaginasi basilar,kompresi medulla spinalis, atau hydrocephalus. Stenosis spinal
      dan keterlibatan vertebra paling baik di evaluasi menggunakan CT-Scan atau MRI
      CT-Scan memberikan visualisasi yang lebih baik untuk tulang dan fossa posterior,
      sedangkan MRI memberikan gambaran yang lebih detil untuki otak, medulla
      spinalis, cauda equina, dan jaringan lunak. Oleh karena itu, perubahan neoplastik
      seperti sarcoma paget dan penyebarannya lebih baik dievaluasi menggunakan
      MRI
   3. Investigasi Biokimia
             Kadar serum kalsium dan fosfat biasanya normal, namun pasien yang
      imobilisasi dapat mengalami hiperkalsemia. Test rutin yang paling berguna untuk
      mendiagnosa penyakit paget adalah penilaian konsentrasi serum alkaline
      phospatase (merefleksikan aktifitas osteoblas dan menunjukkan tingkat keparahan


                                                                                     7
penyakit), dan kadar hydroxyproline di urine selama 24 jam (berkorelasi dengan
      proses resoprsi tulang).
  4. Bone Scan
              Pemindaian tulang adalah alat bantu diagnostik yang sangat sensitif untuk
      mengevaluasi sejauh mana lesi tulang yang terkena penyakit paget. Namun
      pemindaian tulang kurang spesifik daripada foto radiologis polos, sehingga
      perubahan yang dideteksi pada skintigrafi harus dikonfirmasi oleh adanya
      perubahan pada minimal satu tempat pada tulang dengan foto radiologis polos.
F. Penatalaksanaan
          Biasanya, tak ada tindakan yang dianjurkan bagi pasien tanpa gejala. Nyeri
   biasanya berespon dengan pemberian NSAID.
          Biphosphonate adalah obat antiresorptive yang paling banyak digunakan dan
   saat ini dianggap sebagai pilihan utama untuk terapi penyakit paget. Banyak klinis
   yang merasa aminobiphosphonates seperti pamidronate, risedronate, dan zoledronic
   acid lebih baik daripada jenis biphosphonate yang lama seperti etidronate dan
   tiludronate karena aminobiphosphonates lebih efektif dalam mengurangi bone
   turnover. Biphosphonate dapat diberikan secara oral maupun secara intravena.
          Kalsitonin,    suatu   hormon    polipeptid   dapat   memeperlambat     resorbsi
   tulangdengan menurunkan jumlah dan ketersediaan osteoklas. Terapi kalsitonin
   memungkinkan remodelling tulang pagetik abnormal menjadi tulang lamelar normal,
   mengurangi nyeri tulang dan membantu mengurangi komplikasi neurologis dan
   biokimia. Kalsitonin diberikan secara subkutan. Efek samping berupa aliran panas
   pada wajah dan mual dapat diatasi dengan memakai obat sebelum tidur atau bersama
   dengan antihistamin. Efek ini cenderung kurang bersama dengan waktu. Terapi
   kalsitonin dilanjutkan untuk 3 bulan.
          Disodium      Etidronat   (EHDP), suatu senyawa difosfat,       menghasilkan
   pengurangan pergantian tulangcepat dan mengurangi nyeri. Juga menurunkan
   peningkatan fosfatase alkali serum dan kadar hidroksiprolin urine. Makanan dapat
   menghambat penyerapannya. Efek samping mual, kram perut dan diare dapat terjadi
   dan dapat dikurangi dengan menurunkan dosis. Dosis tinggi dapat mencegah
   penyembuhan fraktur dan dapat berperan terjadinya osteomalasia. Kalsitonin dan
   EHDP dapat dikombinasikan dan diberikan kepada pasien dengan penyakit yang
   sangat aktif.


                                                                                        8
Plikamisin (Mithrachin), suatu antibiotik sitotoksik, dicadangkan bagi pasien
   berat dengan gangguan neurologis atau bagi mereka yang resisten terhadap terapi
   yang lain. Obat ini memiliki efek dramatik pada pengurangan nyeri dan pada kalsium
   serum, alkali fosfatase dan kadar hidroksiprolin urine. Diberikan secara infus intra
   vena dan perlu pemantauan fungsi hepar, ginjal dan sumsum tulang selama terapi.
          Fraktur ditangani sesuai lokasinya. Penyembuhan dapat terjadi bila reduksi,
   imobilisai dan stabilitasnya memadai. Tidak adanya penyatuan fraktur leher femur
   perlu ditangani dengan pemasangan dengan endoprostesis.
          Kehilangan pendengaran ditangani dengan alat bantu dengar dan teknik
   komunikasi dilakukan pada orang yang menderita gangguan pendengaran (mis.
   Membaca bibir, bahasa tubuh).
   Operasi Orthopaedi
          Biasanya operasi dilakukan jika ada salah satu komplikasi berikut :
      -   Osteoarthritis yang menyebabkan nyeri
      -   Fraktur pada tulang panjang
      -   Deformitas berat
      -   Nerve entrapment
      -   Spinal stenosis
      -   Osteosarcoma yang dapat didiagnosis dini
G. Komplikasi
      1. Fraktur
      2. Gagal jantung dapat terjadi karena tingginya kebutuhan aliran darah pada
          tulang yang mengalami remodelling (gagal jantung high-output)
      3. Gagal napas dapat terjadi apabila tulang toraks terkena dan mengalami
          deformitas
      4. Penyakit paget merupakan salah satu faktor resiko terjadinya sarkoma (kanker
          tulang), mungkin hal ini berkaitan dengan tingginya kecepatan siklus sel yang
          terjadi pada penyakit ini.
      5. Komplikasi neurologis:kompresi saraf kranial, tuli konduktif (karena osifikasi
          tendon stapedius/kompresi N.VIII) dan stenosis spinal.
H. Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
    a. Identitas klien


                                                                                     9
Identitas klien meliputi biodata umum klien (nama, alamat, umur, jenis kelamin,
       dan lain-lain), ras/suku bangsa, berat badan, dan faktor lingkunagan ( pekerja
       berat )
    b. Keluhan Utama
       Adanya nyeri yang timbul pada daerah yang terkena. Nyeri bertambah jika
       melakukan aktivitas atau bergerak. Terjadi penurunan tinggi badan dan adanya
       deformitas pada daerah yang terkena. Rasa sakit tulang punggung (bagian
       bawah), leher, dan pinggang, berat badan menurun.
    c. Riwayat Kesehatan Sekarang
    d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
    e. Riwayat Psikososial
    f. Pola Nutrisi
       Kurangnya asupan kalsium, pola makan yang tiadak teratur, adanya riwayat
       perokok dan riwayat mengkonsumsi alkohol serta riwayat minum – minuman
       yang juga bersoda.
    g. Pola Aktivitas
       Keterbatasan/kehilanganfungsipadabagian          yang        terkena,      nyeri
       (mungkinsegeraatauterjadisecarasekunderdaripembengkakanjaringan)
    h. Neurosensori
       Kesemutan,        kelemahanatauhilangfungsi,    penurunan     visual,   auditori,
       hilanggerakan/sensasi,       spasmeotot,       terjadipenekanansaraf     cranial
       dankanalisspinalis
    i. Pernapasan
       Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada
       fungsional paru.
    j. Skeletal
       Inspeksi dan palpasi seluruh tubuh pasien, penderita dengan penyakit paget berat
       sering menunjukkan adanya perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, nyeri
       pada daerah tulang yang terkena.
2) Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
      1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera.
          Tujuan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang
          Kriteria hasil:
          -      Menunjukkan nyeri berkurang sampai dengan hilang
                                                                                     10
-   Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
       sesuai kemampuan.
   Intervensi:
   -   Selidiki keluhan nyeri. Catat lokasi, kualitas, pencetus, skala (0-10) dan
       waktu datangnya nyeri. Catat dan kaji faktor-faktor yang mempercepat
       dan tanda-tanda rasa sakit nonverbal.
       Rasional: membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan
       keefektifan program.
   -   Ajarkan dan bantu pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu
       tidur atau duduk dikursi. Pantau posisi yang aman.
       Rasional: mengurasngi rasa nyeri dan meningkatkan relaksasi
   -   Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur
       sesuai kebutuhan.
       Rasional: matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah
       pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stres pada
       daerah yang sakit.
   -   Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi, sentuhan
       terapeutik, hipnosis diri, dan pengendalian napas.
       Rasional: meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol, dan mungkin
       meningkatkan kemampuan koping.
   -   Libatkan kilen dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu
       Rasional: memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan
       meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.
   -   Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan. Mis. Aspirin, ibuprofen,
       sulindak
       Rasional: mempercepat proses penyembuhan klien dengan mengurangi
       tingkat nyeri
2. Resiko tinggi cedera (fraktur) b.d penurunan masa tulang, penurunan fungsi
   tubuh, dampak sekunder perubahan skeletal.
   Tujuan : Resiko cedera tidak menjadi aktual
   Kriteria hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi, klien dapat
   menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur.
   Intervensi Keperawatan :


                                                                                11
-   Observasi aktivitas klien selama dirumah sakit. Hindari membungkuk
       tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat.
       Rasional: mencegah resiko terjadinya kecelakaan dan mencegah
       terjadinya nyeri yang lebih berat.
   -   Ajarkan penggunaan mekanik tubuh yang baik dan postur tubuh yang
       benar saat duduk maupun berdiri.
       Rasional: mempertahankan atau mengembalikan postur tubuh yang benar.
   -   Berikan support ambulasi sesuai dengan kebutuhan
       Rasional: mengurangi resiko kecelakaan dan skala nyeri bertambah
   -   Beri lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien.
       Rasional: mengurangi resiko terjadinya kecelakaan.
   -   Kolaborasi dalam pemberian terapi obat – obatan misalnya pemberian
       terapi hormonal dan terapi non hormonal.
       Rasional: memperbaiki kepadatan tulang.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
   penurunan kemampuan otot.
   Tujuan: memperbaiki gangguan mobilisasi fisik
   Kriteria hasil:
   -   Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari
       dan/atau kompensasi bagian tubuh.
   -   Menunjukan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas
   Intervensi:
   -   Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat rasa sakit/inflamasi pada daerah
       yang terkena penyakit
       Rasional: tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan/resolusi
       dari proses inflamasi
   -   Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas
       untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tisur malam
       hari yang tidak terganggu.
       Rasional: istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan
       seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan,
       mempertahankan kekuatan.
   -   Bantu dan ajarkan rentang gerak pasif/aktif


                                                                              12
Rasional: mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
      stamina umum.
  -   Ubah posisi klien dengan sering.
      Rasional:menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
      sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian klien.
  -   Demonstrasikan/bantu teknik pemindahan dan penggunaan bantuan
      mobilitas.
      Rasional: Teknik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan/abrasi
      kulit.
  -   Bantu klien menggunakan alat bantu walker atau tongkat.
      Rasional: Alat bantu walker atau tongkat berfungsi dalam membantu
      mobilitas fisik klien.
  -   Berikan dan atur lingkungan yang aman dan nyaman
      Rasional: menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh
  -   Kolaborasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional
      Rasional: berguna dalam memformulasikan program latihan/aktivitas
      yang      berdasarkan     pada     kebutuhan   individual    dan       dalam
      mengdentifikasikan alat/bantuan mobilitas.
4. Gangguan     citra   tubuh    berhubungan    dengan    deformitas     skeletal,
  ketidakseimbangan mobilitas fisik.
  Tujuan: meningkatkan tingkat pemahaman klien mengenai proses penyakit
  Kriteria hasil: mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam
  kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan
  kemungkinan keterbatasan.
  Intervensi:
  -   Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
      memperhatikan tubuh/perubahan.
      Rasional: dapat menunjukan emosional ataupun metode koping yang
      maladaptif, membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis.
  -   Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,
      harapan masa depan.
      Rasional: berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalahan
      konsep dan menghadapinya secara langsung.
  -   Bantu dengan kebutuhan keperawatan yang diperlukan
                                                                               13
Rasional: mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra
       diri.
   -   Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
       membantu koping.
       Rasional: membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri., yang
       dapat meningkatkan perasaan harga diri.
   -   Ikutsertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
       aktivitas.
       Rasional: meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong
       kemandirian, dan mendorong partisipasi dalam terapi.
   -   Kolaborasi kepada ahli psikiatri. Mis. Perawat spesialis psikiatri.
       Rasional: klien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
       berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan.
5. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh,
   penyakit fisik.
   Tujuan: meningkatkan tingkat percaya diri klien mengenai kondisi
   kesehatannya
   Kriteria hasil: klien mulai menerima keadaan dirinya dengan pola pikir baru,
   klien mulai mengerti dengan kondisi situasionalnya.
   -   Kaji interkasi antara klien dan orang terdekat klien.
       Rasional: penyimpangan mungkin secara tidak sadar disebabkan oleh
       keluarga
   -   Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan-tanggapannya mengenai
       keadaan yang dialami
       Rasional: memberikan petunjuk bagi klien dalam memandang dirinya,
       adanya perubahan peran dan kebutuhan dan berguna untuk memberikan
       informasi pada saat tahap penerimaan.
   -   Kaji dinamika klien dan juga orang terdekat klien
       Rasional: peran klien dalam keluarga dimasa lampau yang terganggu
       menambah kesulitan dalam mengintegrasikan konsep diri.
   -   Berikan informasi yang akurat. Diskusikan tentang pengobatan dan
       prognosa dengan jujur jika pasien sudah berada di fase menerima.
       Rasional: fokus informasi harus diberikan pada kebutuhan-kebutuhan
       sekarang dan segera lebih dulu dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi
                                                                             14
jangka panjang. Informasi harus diulang sampai klien dapat mencari/
       mengintegrasikan informasi.
   -   Aturlah kunjungan dengan orang-orang yang mengalami hal serupa jika
       pasien menginginkannyadan/atau karena keadaanya.
       Rasional: dapat menolong pasien dalam memberikan harapan untuk masa
       depan/sebagai panutan.
   -   Kolaborasikan dengan psikoterapi sesuai indikasi
       Rasional: mungkin diperlukan dalam memberikan harapan untuk
       menyesuaikan pada perubahan gambaran diri/kehidupan.
6. Ansietas b.d perubahan status kesehatan, ancaman kematian, stres.
   Tujuan: ansietas berkurang sampai dengan hilang
   Kriteria hasil : Penilaian diri terhadap penghargaan diri meningkat
   Intervensi:
   -   Bantu klien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh
       perhatian.
       Rasional: perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan klien bahwa
       perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya sehingga timbul
       hubungan saling percaya.
   -   Klarifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan
       pengobatan yang telah diberikan.
       Rasional: dapat meningkatkan koordinasi klien dalam proses keperawatan
   -   Identifikasi bersama klien mengenai alternatif pemecahan masalah yang
       positif.
       Rasional: Hal ini akan dapat mengembalikan rasa percaya diri klien.
   -   Dorong keluarga untuk meningkatkan komunikasi kepada klien
       Rasional: dengan batuan keluarga ataupun orang terdekat klien,
       diharapkan mampu memberi efek positif bagi kesembuhan klien.
   -   Kolaborasi dengan ahli psikologi dalam mengurangi ansietas klien
       Rasional: Mempercepat dalam mengurangi ansietas klien




                                                                             15
BAB III
                                   PENUTUP


A. Simpulan
           Penyakit Paget adalah kelainan metabolik tulang kronik yang secara khas
   mengakibatkan pembesaran, deformitas tulang, kerusakan formasi jaringan tulang
   dan irregularitas struktur dalam tulang yang ditandai oleh peningkatan remodelling
   tulang akibat kinerja osteoklas yang berlebihan dan diikuti oleh peningkatan aktivitas
   osteoblas sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kerapuhan dan kelemahan
   tulang. Penyakit ini juga dikenal dengan nama Osteitis Deformans.
B. Saran
           Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit
   paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau
   bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.Penyakit paget biasanya dapat
   didiagnosa setelah melakukan pemeriksaan diagnostik terhadap klien atau setelah
   klien mengalami kelainan bentuk tulang atau rasa nyeri hebat pada tulang. Oleh sebab
   itu diperlukan pembelajaran lebih lanjut mengenai pemahaman dari penyakit paget
   ini.




                                                                                      16
DAFTAR PUSTAKA


     Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta. Buku Kedokteran
     EGC.
     Davey, Patrick. At a Glance Medicine. 2003. Jakarta. Erlangga.
     Davies, Kim. Buku pintar Nyeri Tulang dan Otot. 2007. Jakarta. Erlangga.
     Doenges, Marilynn dkk. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. 2000. Jakarta. EGC.
     Robbins & Cotran. Buku Saku Dasar Patologis Edisi 7. 2006. Jakarta. EGC.
     Sudiono, Janti. 2007. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta. Buku
     Kedokteran EGC.
     Yatim, Faisal. Penyakit Tulang dan Persendian. 2006. Jakarta. Pustaka Poupuler Obor.
     http://joesmariantika.blogspot.com/2009/12/paget-disease.html
     http://emedicine.medscape.com/article/334607-overview#a0104
     http://www.scribd.com/doc/88815460/BAB-II
http://www.wheelessonline.com/ortho/pagets_disease_etiology_and_pathogenesis




                                                                                       17

More Related Content

What's hot

Tugas kdk konsep sistem dalam keperawatan
Tugas kdk konsep sistem dalam keperawatanTugas kdk konsep sistem dalam keperawatan
Tugas kdk konsep sistem dalam keperawatansuhendi darma
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaanpjj_kemenkes
 
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh iGangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh iKampus-Sakinah
 
model konseptual keperawatan
model konseptual keperawatanmodel konseptual keperawatan
model konseptual keperawatanyounkOyounk
 
Antropologi keperawatan (2)
Antropologi keperawatan (2)Antropologi keperawatan (2)
Antropologi keperawatan (2)Novi Vianah
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienSulistia Rini
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolitmasantian
 
Cedera dan kematian sel
Cedera dan kematian selCedera dan kematian sel
Cedera dan kematian selJumatil Fajar
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaPhil Adit R
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 
kasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsykasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsycutrahil
 
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)Menanti Senja
 

What's hot (20)

Mekanisme nyeri
Mekanisme nyeriMekanisme nyeri
Mekanisme nyeri
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Tugas kdk konsep sistem dalam keperawatan
Tugas kdk konsep sistem dalam keperawatanTugas kdk konsep sistem dalam keperawatan
Tugas kdk konsep sistem dalam keperawatan
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaan
 
Patologi muskuloskeletal
Patologi muskuloskeletalPatologi muskuloskeletal
Patologi muskuloskeletal
 
PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura PPT Efusi Pleura
PPT Efusi Pleura
 
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh iGangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
Gangguan sirkulasi dan cairan tubuh i
 
Diferensiasi sel
Diferensiasi selDiferensiasi sel
Diferensiasi sel
 
model konseptual keperawatan
model konseptual keperawatanmodel konseptual keperawatan
model konseptual keperawatan
 
Antropologi keperawatan (2)
Antropologi keperawatan (2)Antropologi keperawatan (2)
Antropologi keperawatan (2)
 
Pemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasienPemeriksaan keadaan umum pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien
 
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
2. lp kebutuhan cairan dan elektrolit
 
Woc GOUT
Woc GOUTWoc GOUT
Woc GOUT
 
Cedera dan kematian sel
Cedera dan kematian selCedera dan kematian sel
Cedera dan kematian sel
 
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofreniaAnamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
Anamnesis ujiam psikiatri skizofrenia
 
Makalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletalMakalah sistem muskuloskeletal
Makalah sistem muskuloskeletal
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
263861881 woc-abortus
263861881 woc-abortus263861881 woc-abortus
263861881 woc-abortus
 
kasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsykasus-cerebral-palsy
kasus-cerebral-palsy
 
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
LAPORAN PENDAHULUAN SC (SECTIO CAESARIA)
 

Viewers also liked

Patofisiologi sistem endokrin 2
Patofisiologi sistem endokrin 2Patofisiologi sistem endokrin 2
Patofisiologi sistem endokrin 2Dedi Kun
 
Standar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan inkontinensia urine
Standar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan inkontinensia urineStandar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan inkontinensia urine
Standar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan inkontinensia urineNanank Rhyzna
 
skep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotikskep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotikroropuji
 
Addison disease
Addison diseaseAddison disease
Addison diseaseKANDA IZUL
 
Askep billirubinemia
Askep billirubinemiaAskep billirubinemia
Askep billirubinemiameoryohanes
 
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Anatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafanAnatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafanFedi Nurrizall
 
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOWawan Akibu
 
Presentasi askep crf bab 1 5 prin
Presentasi askep crf bab 1 5 prinPresentasi askep crf bab 1 5 prin
Presentasi askep crf bab 1 5 prinEko Deswanto
 
askep miokarditis
askep miokarditisaskep miokarditis
askep miokarditisyounkOyounk
 
Kelainan sistem metabolik dan sistem endokrin
Kelainan sistem metabolik dan sistem endokrinKelainan sistem metabolik dan sistem endokrin
Kelainan sistem metabolik dan sistem endokrinsri wahyuni
 

Viewers also liked (20)

Patofisiologi sistem endokrin 2
Patofisiologi sistem endokrin 2Patofisiologi sistem endokrin 2
Patofisiologi sistem endokrin 2
 
Osteomalasia AKPER PEMKAB MUNA
Osteomalasia  AKPER PEMKAB MUNA Osteomalasia  AKPER PEMKAB MUNA
Osteomalasia AKPER PEMKAB MUNA
 
Standar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan inkontinensia urine
Standar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan inkontinensia urineStandar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan inkontinensia urine
Standar asuhan keperawatan pasien dengan gangguan inkontinensia urine
 
Osteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shbOsteomalacia dewasa shb
Osteomalacia dewasa shb
 
skep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotikskep anak dengan syndrom nefrotik
skep anak dengan syndrom nefrotik
 
Addison disease
Addison diseaseAddison disease
Addison disease
 
Askep billirubinemia
Askep billirubinemiaAskep billirubinemia
Askep billirubinemia
 
Askep oma omk
Askep oma omkAskep oma omk
Askep oma omk
 
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan pada klien osteoporosis AKPER PEMKAB MUNA
 
Anatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafanAnatomi dan fisiologi sistem persarafan
Anatomi dan fisiologi sistem persarafan
 
Cushing sindrom
Cushing sindrom Cushing sindrom
Cushing sindrom
 
Kumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r clKumpulan nanda nic noc r cl
Kumpulan nanda nic noc r cl
 
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
 
Presentasi askep crf bab 1 5 prin
Presentasi askep crf bab 1 5 prinPresentasi askep crf bab 1 5 prin
Presentasi askep crf bab 1 5 prin
 
askep miokarditis
askep miokarditisaskep miokarditis
askep miokarditis
 
Perkembangan otak pada anak
Perkembangan otak pada anakPerkembangan otak pada anak
Perkembangan otak pada anak
 
Kumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologiKumpulan patofisiologi
Kumpulan patofisiologi
 
Makalah pdf
Makalah pdfMakalah pdf
Makalah pdf
 
Askep post partum
Askep post partumAskep post partum
Askep post partum
 
Kelainan sistem metabolik dan sistem endokrin
Kelainan sistem metabolik dan sistem endokrinKelainan sistem metabolik dan sistem endokrin
Kelainan sistem metabolik dan sistem endokrin
 

Similar to Asuhan keperawatan pada penyakit paget (20)

Ppt tutorial
Ppt tutorialPpt tutorial
Ppt tutorial
 
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
Pleno skenario 5 blok dms kelompok 11
 
Paget's desease
Paget's deseasePaget's desease
Paget's desease
 
dr.M.Fadlan Hamzah
dr.M.Fadlan Hamzahdr.M.Fadlan Hamzah
dr.M.Fadlan Hamzah
 
Osteoarthritis
OsteoarthritisOsteoarthritis
Osteoarthritis
 
Osteoporosis
Osteoporosis Osteoporosis
Osteoporosis
 
Osteoarthritis Refrat
Osteoarthritis RefratOsteoarthritis Refrat
Osteoarthritis Refrat
 
Rematik usia lanjut final pp mandarin
Rematik usia lanjut final pp mandarinRematik usia lanjut final pp mandarin
Rematik usia lanjut final pp mandarin
 
370504081-Lp-Rematik.docx
370504081-Lp-Rematik.docx370504081-Lp-Rematik.docx
370504081-Lp-Rematik.docx
 
Penyakit sistem musculoskeletal pasa
Penyakit sistem musculoskeletal pasaPenyakit sistem musculoskeletal pasa
Penyakit sistem musculoskeletal pasa
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Osteoartritis
OsteoartritisOsteoartritis
Osteoartritis
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Modul nyeri-sendi
Modul nyeri-sendiModul nyeri-sendi
Modul nyeri-sendi
 
Kelainan metabolik pada spinal cord
Kelainan metabolik pada spinal cordKelainan metabolik pada spinal cord
Kelainan metabolik pada spinal cord
 
Osteoatritis irahmal
Osteoatritis irahmalOsteoatritis irahmal
Osteoatritis irahmal
 
Osteo artritis
Osteo artritisOsteo artritis
Osteo artritis
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosis
 
Makalah osteoporosis
Makalah   osteoporosisMakalah   osteoporosis
Makalah osteoporosis
 

More from Okta-Shi Sama

Kelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anteriorKelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anteriorOkta-Shi Sama
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Okta-Shi Sama
 
Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2Okta-Shi Sama
 
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralAsuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralOkta-Shi Sama
 
Komunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanKomunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanOkta-Shi Sama
 
Role play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikRole play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikOkta-Shi Sama
 
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)Okta-Shi Sama
 
Bahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawatBahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawatOkta-Shi Sama
 
Tugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasiTugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasiOkta-Shi Sama
 
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhKonsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhOkta-Shi Sama
 
Nurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatologyNurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatologyOkta-Shi Sama
 
Penkes pertolongan pertama pada anak diare
Penkes pertolongan pertama pada anak diarePenkes pertolongan pertama pada anak diare
Penkes pertolongan pertama pada anak diareOkta-Shi Sama
 

More from Okta-Shi Sama (20)

HIPERTENSI
HIPERTENSIHIPERTENSI
HIPERTENSI
 
Kelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anteriorKelenjar hipofisis anterior
Kelenjar hipofisis anterior
 
Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)Kanker serviks (sistem reproduksi)
Kanker serviks (sistem reproduksi)
 
Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2
 
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteralAsuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
Asuhan keperawatan nutrisi enteral dan parenteral
 
Osteoporosis
OsteoporosisOsteoporosis
Osteoporosis
 
Komunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatanKomunikasi keperawatan
Komunikasi keperawatan
 
Role play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi TerapeutikRole play Komunikasi Terapeutik
Role play Komunikasi Terapeutik
 
Komunikasi
KomunikasiKomunikasi
Komunikasi
 
Askep meningitis
Askep meningitisAskep meningitis
Askep meningitis
 
Ketahanan nasional
Ketahanan nasionalKetahanan nasional
Ketahanan nasional
 
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
Pemberian nutrisi secara oral (devi oktavia.u keperawatan a)
 
Bahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawatBahasa indonesia uu perawat
Bahasa indonesia uu perawat
 
Tugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasiTugas kelompok 5 motivasi
Tugas kelompok 5 motivasi
 
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuhKonsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
Konsep ekg, listrik dan magnet dalam tubuh
 
Sejarah keperawatan
Sejarah keperawatanSejarah keperawatan
Sejarah keperawatan
 
English healthy
English healthyEnglish healthy
English healthy
 
Kromomikosis
KromomikosisKromomikosis
Kromomikosis
 
Nurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatologyNurse led care in dermatology
Nurse led care in dermatology
 
Penkes pertolongan pertama pada anak diare
Penkes pertolongan pertama pada anak diarePenkes pertolongan pertama pada anak diare
Penkes pertolongan pertama pada anak diare
 

Recently uploaded

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 

Recently uploaded (18)

SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 

Asuhan keperawatan pada penyakit paget

  • 1. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL (PENYAKIT PAGET) DISUSUN OLEH: AYU SELVYA (I3111131) DEVI OKTAVIA UTAMI (I3111141) DEVY PERMATA SARI (I3111128) EDWIN SAFRIANDA (I3111104) RIZKI NURHAFIZAH (I3111143) SRI ENDANG K. (I3111129) TRY MARDHANI (I3111139) YESIKA AGUSTIN (I3111118) FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHUN 2012 1
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paget merupakan penyakit gangguan pada osteoklas dimana osteoklas lebih aktif dibanding osteoblast, sehingga terjadi absorbsi tulang yang berlebihan dan diikuti oleh pembentukan tulang baru yang juga berlebihan oleh osteoblas. Tulang menjadi lebih besar dari normal, namun struktur dalam tulangnya sangat kacau. Hal ini dapat menyebabkan nyeri tulang, deformitas, dan kerapuhan tulang. Sampai saat ini penyebab penyakit paget masih belum diketahui secara pasti. Selain itu, penyakit paget juga mempunyai tanda dan gejala yang sangat susah untuk diketahui sejak dini, karena tanda dan gejala awal yang muncul sangat susah dibedakan dengan penyakit tulang lainnya. Sehingga sebagian besar penderita penyakit ini mengetahui bahwa dirinya menderita penyakit paget secara pasti setelah adanya pemeriksaan-pemeriksaan yang mendukung untuk penyakit ini. Oleh sebab itu, diperlukan pembelajaran yang lebih lanjut dalam memahami penyakit paget ini. B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah : a. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit paget b. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan , dan komplikasi penyakit paget c. Meningkatkan pengetahuan dan menemukan wawasan tentang keperawatan khususnya Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan Sistem Skeletal (penyakit paget). C. Metode Penulisan Dalam penyusunan makalah ini, kelompok menggunakan metode studi kepustakaan yaitu mempelajari buku – buku dan sumber – sumber lainya untuk mendapatkan dasar – dasar ilmiah yang berikutnya dengan permasalahan dalam makalah ini. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Penyakit Paget (Osteitis Deformans)merupakan salah satu gangguan metabolisme tulang yang ditandai dengan proses remodelling tulang yang abnormal. Penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, namun umumnya abnormalitas fungsi osteoklast atau osteoblast pada penderita penyakit paget menjadi sangat aktif sehingga mengubah homoestasis normal dari remodelling tulang. Laju pertumbuhan tulang lebih cepat dari seharusnya, sehingga tulang bisa berubah bentuk, lunak dan rentan terhadap patah tulang. Kelainan ini dapat mengenai tulang manapun, tetapi yang paling sering terkena adalah tulang panggul, tulang paha, tulang tengkorak, tulang kering, tulang belakang, tulang selangka dan tulang lengan atas. Gambar 1: Kaki penderita Gambar 2: Bagian tulang yang sering terkena penyakit paget penyakit paget Penyakit paget lebih sering menyerang tulang secara multifokal. Penyakit paget tidak menyebar dari satu tulang ke tulang lainnya, melainkan secara progressif memperburuk tulang yang telah terkena penyakit ini. 3
  • 4. Penyakit Paget dibagi menjadi tiga fase yaitu: 1. Fase Osteolitik, ditandai dengan resorpsi tulang oleh sejumlah osteoklast yang abnormal. Kemudian adanya reaksi dari osteoblast dalam memproduksi tulang baru secara berlebihan namun sangat tidak terkontrol. 2. Fase Menengah Pada tahap ini aktivitas osteoblast mendominasi. Hal ini ditunjukkan dengan perubahan struktur tulang atau deformitas. 3. Fase Quiescent Pada fase ini aktivitas osteoblastik berkurang. Tulang menjadi diam dan proses remodelling tulang tidak mengalami peningkatan. Tulang membesar dan melebar dari ukuran normal. Jaringan vaskular fibrosa menggantikan sumsum. B. Etiologi Faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab penyakit paget ini adalah: 1. Autoimun 2. Kelainan Endokrin yang berhubungan dengan penyakit hiperparatiroid 3. Kelainan kongenital pada jaringan ikat 4. Kelainan vaskular 5. Kelainan sistem saraf otonom 6. Infeksi virusparamyxoviruses 7. Kelainan genetik (teori ini masih sangat lemah) 8. Faktor lingkungan C. Manifestasi Klinis Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali. Kelainan biasanya didapat ketika melakukan pemeriksaan radiologis ataupun pemeriksaan penunjang lainnya. Jika yang terkenaadalahtulangtengkorak, makakepalatampakmembesardankeningterlihatlebihmenonjol.Pembesarantulangtengk orakdapatmenyebabkan: - Ketulian karena rusaknya telinga sebelah dalam ( koklea ) 4
  • 5. - Sakitkepalakarenapenekanansaraf - Penonjolan vena di kuitkepalakarenaadanyapeningkatanalirandarahkekepala - Gigi mulaigoyahdantanggal. - saraf yang menujukematamungkinakanterpengaruh, menyebabkanbeberapakehilangan visual Jika yang terkenaadalahtulangbelakang, makakeluhanutamanyaadalahnyeripunggungbagianbawah.Kanalisspinalismenjadisempi t (keadaaninidisebutsebagaistenosis spinalis) danbisamenyebabkanmati rasa ataulumpuh. Patahtulangkompresipadatulangbelakangbisamenyebabkantulangbelakangmelengkung. Tulangbelakangbisamembesar, menjadilemahdanmelengkung, sehinggatinggibadanberkurang. Padaanggotagerak (terutamatungkai yang menyanggaberatbadan), tulangmudahmengalamipatah, denganmasapenyembuhan yang lebih lama danmulaimelengkungataumengalamikelainanbentuk.Kaki menjadibengkokdanlangkahmenjadipendekdansedikitgoyah.Kerusakanpadatulangrawa nsendibisamenyebabkanterjadinyaartritis. Dapat disimpulkan bahwa beberapa tanda dan gejala yang timbul pada penderita penyakit paget adalah: 1. Nyeri dan kaku didaerah yang terkena penyakit 2. Osteoarthritis sekunder (ketika penyakit paget terjadi disekitar sendi) 3. Deformitas tulang 4. Panas tinggi ( karena adanya hipervaskularity) 5. Komplikasi neurologis (adanya kompresi jaringan saraf) 5
  • 6. D. Patofisiologi Infeksi Virus Genetik Lingkungan Faktor pencetus lainnya Abnormalitas Osteoklast Resopsi tulang meningkat Mekanisme kompensasi fisiologis oleh osteoblast Peningkatan kinerja Osteoblast Proses remodelling tulang meningkat Tulang baru abnormal (lunak, membesar dan rentan) Gangguan citra Resiko tinggi cedera Deformitas Nyeri tubuh maupun fraktur Resiko HDR Intoleransi Aktivitas Kurang Pengetahuan 6
  • 7. Koping tidak efektif Ansietas E. Pemeriksaan Penunjang 1. Radiologis Tampilan dari radiologis sangatlah karakteristik untuk penyakit paget, sehingga diagnosis jarang meragukan. Saat fase resorpsi tampak daerah osteolisis yang terlokalisasi; gambaran yang paling khas adalah gambaran seperti api yang memanjang sepanjang diafisis dari tulang (flame shaped lesion atau blade of grass), atau bercak osteoporosis berbatas tegas di tulang tengkorak (osteoporosis circumscripta). Kemudian tulang menjadi menebal dan sklerotik dengan gambaran trabekula yang kasar. 2. CT-Scan dan MRI CT-Scan dan MRI tidak diperlukan dalam penegakan diagnosis penyakit paget, namun keduanya sangat berguna untuk mengevaluasi komplikasi penyakit paget, seperti degenerasi ganas, kelainan artikular, dan keterlibatan tulang belakang dengan gangguan neurologis. Kelainan pada sendi membutuhkan CT-Scan atau MRI untuk menggambarkan sejauh mana komplikasi sendi yang terjadi. CT-Scan dan MRI juga berguna untukmendiagnosa dan mengevaluasi komplikasi neurologis seperti invaginasi basilar,kompresi medulla spinalis, atau hydrocephalus. Stenosis spinal dan keterlibatan vertebra paling baik di evaluasi menggunakan CT-Scan atau MRI CT-Scan memberikan visualisasi yang lebih baik untuk tulang dan fossa posterior, sedangkan MRI memberikan gambaran yang lebih detil untuki otak, medulla spinalis, cauda equina, dan jaringan lunak. Oleh karena itu, perubahan neoplastik seperti sarcoma paget dan penyebarannya lebih baik dievaluasi menggunakan MRI 3. Investigasi Biokimia Kadar serum kalsium dan fosfat biasanya normal, namun pasien yang imobilisasi dapat mengalami hiperkalsemia. Test rutin yang paling berguna untuk mendiagnosa penyakit paget adalah penilaian konsentrasi serum alkaline phospatase (merefleksikan aktifitas osteoblas dan menunjukkan tingkat keparahan 7
  • 8. penyakit), dan kadar hydroxyproline di urine selama 24 jam (berkorelasi dengan proses resoprsi tulang). 4. Bone Scan Pemindaian tulang adalah alat bantu diagnostik yang sangat sensitif untuk mengevaluasi sejauh mana lesi tulang yang terkena penyakit paget. Namun pemindaian tulang kurang spesifik daripada foto radiologis polos, sehingga perubahan yang dideteksi pada skintigrafi harus dikonfirmasi oleh adanya perubahan pada minimal satu tempat pada tulang dengan foto radiologis polos. F. Penatalaksanaan Biasanya, tak ada tindakan yang dianjurkan bagi pasien tanpa gejala. Nyeri biasanya berespon dengan pemberian NSAID. Biphosphonate adalah obat antiresorptive yang paling banyak digunakan dan saat ini dianggap sebagai pilihan utama untuk terapi penyakit paget. Banyak klinis yang merasa aminobiphosphonates seperti pamidronate, risedronate, dan zoledronic acid lebih baik daripada jenis biphosphonate yang lama seperti etidronate dan tiludronate karena aminobiphosphonates lebih efektif dalam mengurangi bone turnover. Biphosphonate dapat diberikan secara oral maupun secara intravena. Kalsitonin, suatu hormon polipeptid dapat memeperlambat resorbsi tulangdengan menurunkan jumlah dan ketersediaan osteoklas. Terapi kalsitonin memungkinkan remodelling tulang pagetik abnormal menjadi tulang lamelar normal, mengurangi nyeri tulang dan membantu mengurangi komplikasi neurologis dan biokimia. Kalsitonin diberikan secara subkutan. Efek samping berupa aliran panas pada wajah dan mual dapat diatasi dengan memakai obat sebelum tidur atau bersama dengan antihistamin. Efek ini cenderung kurang bersama dengan waktu. Terapi kalsitonin dilanjutkan untuk 3 bulan. Disodium Etidronat (EHDP), suatu senyawa difosfat, menghasilkan pengurangan pergantian tulangcepat dan mengurangi nyeri. Juga menurunkan peningkatan fosfatase alkali serum dan kadar hidroksiprolin urine. Makanan dapat menghambat penyerapannya. Efek samping mual, kram perut dan diare dapat terjadi dan dapat dikurangi dengan menurunkan dosis. Dosis tinggi dapat mencegah penyembuhan fraktur dan dapat berperan terjadinya osteomalasia. Kalsitonin dan EHDP dapat dikombinasikan dan diberikan kepada pasien dengan penyakit yang sangat aktif. 8
  • 9. Plikamisin (Mithrachin), suatu antibiotik sitotoksik, dicadangkan bagi pasien berat dengan gangguan neurologis atau bagi mereka yang resisten terhadap terapi yang lain. Obat ini memiliki efek dramatik pada pengurangan nyeri dan pada kalsium serum, alkali fosfatase dan kadar hidroksiprolin urine. Diberikan secara infus intra vena dan perlu pemantauan fungsi hepar, ginjal dan sumsum tulang selama terapi. Fraktur ditangani sesuai lokasinya. Penyembuhan dapat terjadi bila reduksi, imobilisai dan stabilitasnya memadai. Tidak adanya penyatuan fraktur leher femur perlu ditangani dengan pemasangan dengan endoprostesis. Kehilangan pendengaran ditangani dengan alat bantu dengar dan teknik komunikasi dilakukan pada orang yang menderita gangguan pendengaran (mis. Membaca bibir, bahasa tubuh). Operasi Orthopaedi Biasanya operasi dilakukan jika ada salah satu komplikasi berikut : - Osteoarthritis yang menyebabkan nyeri - Fraktur pada tulang panjang - Deformitas berat - Nerve entrapment - Spinal stenosis - Osteosarcoma yang dapat didiagnosis dini G. Komplikasi 1. Fraktur 2. Gagal jantung dapat terjadi karena tingginya kebutuhan aliran darah pada tulang yang mengalami remodelling (gagal jantung high-output) 3. Gagal napas dapat terjadi apabila tulang toraks terkena dan mengalami deformitas 4. Penyakit paget merupakan salah satu faktor resiko terjadinya sarkoma (kanker tulang), mungkin hal ini berkaitan dengan tingginya kecepatan siklus sel yang terjadi pada penyakit ini. 5. Komplikasi neurologis:kompresi saraf kranial, tuli konduktif (karena osifikasi tendon stapedius/kompresi N.VIII) dan stenosis spinal. H. Asuhan Keperawatan 1) Pengkajian a. Identitas klien 9
  • 10. Identitas klien meliputi biodata umum klien (nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan lain-lain), ras/suku bangsa, berat badan, dan faktor lingkunagan ( pekerja berat ) b. Keluhan Utama Adanya nyeri yang timbul pada daerah yang terkena. Nyeri bertambah jika melakukan aktivitas atau bergerak. Terjadi penurunan tinggi badan dan adanya deformitas pada daerah yang terkena. Rasa sakit tulang punggung (bagian bawah), leher, dan pinggang, berat badan menurun. c. Riwayat Kesehatan Sekarang d. Riwayat Kesehatan Masa Lalu e. Riwayat Psikososial f. Pola Nutrisi Kurangnya asupan kalsium, pola makan yang tiadak teratur, adanya riwayat perokok dan riwayat mengkonsumsi alkohol serta riwayat minum – minuman yang juga bersoda. g. Pola Aktivitas Keterbatasan/kehilanganfungsipadabagian yang terkena, nyeri (mungkinsegeraatauterjadisecarasekunderdaripembengkakanjaringan) h. Neurosensori Kesemutan, kelemahanatauhilangfungsi, penurunan visual, auditori, hilanggerakan/sensasi, spasmeotot, terjadipenekanansaraf cranial dankanalisspinalis i. Pernapasan Terjadi perubahan pernafasan pada kasus kiposis berat, karena penekanan pada fungsional paru. j. Skeletal Inspeksi dan palpasi seluruh tubuh pasien, penderita dengan penyakit paget berat sering menunjukkan adanya perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, nyeri pada daerah tulang yang terkena. 2) Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera. Tujuan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang Kriteria hasil: - Menunjukkan nyeri berkurang sampai dengan hilang 10
  • 11. - Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan. Intervensi: - Selidiki keluhan nyeri. Catat lokasi, kualitas, pencetus, skala (0-10) dan waktu datangnya nyeri. Catat dan kaji faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit nonverbal. Rasional: membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program. - Ajarkan dan bantu pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk dikursi. Pantau posisi yang aman. Rasional: mengurasngi rasa nyeri dan meningkatkan relaksasi - Berikan matras/kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan. Rasional: matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stres pada daerah yang sakit. - Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi, sentuhan terapeutik, hipnosis diri, dan pengendalian napas. Rasional: meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol, dan mungkin meningkatkan kemampuan koping. - Libatkan kilen dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu Rasional: memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat. - Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan. Mis. Aspirin, ibuprofen, sulindak Rasional: mempercepat proses penyembuhan klien dengan mengurangi tingkat nyeri 2. Resiko tinggi cedera (fraktur) b.d penurunan masa tulang, penurunan fungsi tubuh, dampak sekunder perubahan skeletal. Tujuan : Resiko cedera tidak menjadi aktual Kriteria hasil : Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi, klien dapat menghindari aktivitas yang mengakibatkan fraktur. Intervensi Keperawatan : 11
  • 12. - Observasi aktivitas klien selama dirumah sakit. Hindari membungkuk tiba-tiba, gerakan mendadak, dan mengangkat berat. Rasional: mencegah resiko terjadinya kecelakaan dan mencegah terjadinya nyeri yang lebih berat. - Ajarkan penggunaan mekanik tubuh yang baik dan postur tubuh yang benar saat duduk maupun berdiri. Rasional: mempertahankan atau mengembalikan postur tubuh yang benar. - Berikan support ambulasi sesuai dengan kebutuhan Rasional: mengurangi resiko kecelakaan dan skala nyeri bertambah - Beri lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien. Rasional: mengurangi resiko terjadinya kecelakaan. - Kolaborasi dalam pemberian terapi obat – obatan misalnya pemberian terapi hormonal dan terapi non hormonal. Rasional: memperbaiki kepadatan tulang. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan kemampuan otot. Tujuan: memperbaiki gangguan mobilisasi fisik Kriteria hasil: - Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan/atau kompensasi bagian tubuh. - Menunjukan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas Intervensi: - Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat rasa sakit/inflamasi pada daerah yang terkena penyakit Rasional: tingkat aktivitas/latihan tergantung dari perkembangan/resolusi dari proses inflamasi - Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan. Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tisur malam hari yang tidak terganggu. Rasional: istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan, mempertahankan kekuatan. - Bantu dan ajarkan rentang gerak pasif/aktif 12
  • 13. Rasional: mempertahankan/meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. - Ubah posisi klien dengan sering. Rasional:menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian klien. - Demonstrasikan/bantu teknik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas. Rasional: Teknik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan/abrasi kulit. - Bantu klien menggunakan alat bantu walker atau tongkat. Rasional: Alat bantu walker atau tongkat berfungsi dalam membantu mobilitas fisik klien. - Berikan dan atur lingkungan yang aman dan nyaman Rasional: menghindari cedera akibat kecelakaan/jatuh - Kolaborasi dengan ahli terapi fisik/okupasi dan spesialis vokasional Rasional: berguna dalam memformulasikan program latihan/aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengdentifikasikan alat/bantuan mobilitas. 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas skeletal, ketidakseimbangan mobilitas fisik. Tujuan: meningkatkan tingkat pemahaman klien mengenai proses penyakit Kriteria hasil: mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan. Intervensi: - Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan. Rasional: dapat menunjukan emosional ataupun metode koping yang maladaptif, membutuhkan intervensi lebih lanjut/dukungan psikologis. - Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan. Rasional: berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung. - Bantu dengan kebutuhan keperawatan yang diperlukan 13
  • 14. Rasional: mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri. - Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping. Rasional: membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri., yang dapat meningkatkan perasaan harga diri. - Ikutsertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas. Rasional: meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dalam terapi. - Kolaborasi kepada ahli psikiatri. Mis. Perawat spesialis psikiatri. Rasional: klien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan. 5. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh, penyakit fisik. Tujuan: meningkatkan tingkat percaya diri klien mengenai kondisi kesehatannya Kriteria hasil: klien mulai menerima keadaan dirinya dengan pola pikir baru, klien mulai mengerti dengan kondisi situasionalnya. - Kaji interkasi antara klien dan orang terdekat klien. Rasional: penyimpangan mungkin secara tidak sadar disebabkan oleh keluarga - Dengarkan keluhan pasien dan tanggapan-tanggapannya mengenai keadaan yang dialami Rasional: memberikan petunjuk bagi klien dalam memandang dirinya, adanya perubahan peran dan kebutuhan dan berguna untuk memberikan informasi pada saat tahap penerimaan. - Kaji dinamika klien dan juga orang terdekat klien Rasional: peran klien dalam keluarga dimasa lampau yang terganggu menambah kesulitan dalam mengintegrasikan konsep diri. - Berikan informasi yang akurat. Diskusikan tentang pengobatan dan prognosa dengan jujur jika pasien sudah berada di fase menerima. Rasional: fokus informasi harus diberikan pada kebutuhan-kebutuhan sekarang dan segera lebih dulu dan dimasukkan dalam tujuan rehabilitasi 14
  • 15. jangka panjang. Informasi harus diulang sampai klien dapat mencari/ mengintegrasikan informasi. - Aturlah kunjungan dengan orang-orang yang mengalami hal serupa jika pasien menginginkannyadan/atau karena keadaanya. Rasional: dapat menolong pasien dalam memberikan harapan untuk masa depan/sebagai panutan. - Kolaborasikan dengan psikoterapi sesuai indikasi Rasional: mungkin diperlukan dalam memberikan harapan untuk menyesuaikan pada perubahan gambaran diri/kehidupan. 6. Ansietas b.d perubahan status kesehatan, ancaman kematian, stres. Tujuan: ansietas berkurang sampai dengan hilang Kriteria hasil : Penilaian diri terhadap penghargaan diri meningkat Intervensi: - Bantu klien mengekspresikan perasaan dan dengarkan dengan penuh perhatian. Rasional: perhatian sungguh-sungguh dapat meyakinkan klien bahwa perawat bersedia membantu mengatasi masalahnya sehingga timbul hubungan saling percaya. - Klarifikasi jika terjadi kesalahpahaman tentang proses penyakit dan pengobatan yang telah diberikan. Rasional: dapat meningkatkan koordinasi klien dalam proses keperawatan - Identifikasi bersama klien mengenai alternatif pemecahan masalah yang positif. Rasional: Hal ini akan dapat mengembalikan rasa percaya diri klien. - Dorong keluarga untuk meningkatkan komunikasi kepada klien Rasional: dengan batuan keluarga ataupun orang terdekat klien, diharapkan mampu memberi efek positif bagi kesembuhan klien. - Kolaborasi dengan ahli psikologi dalam mengurangi ansietas klien Rasional: Mempercepat dalam mengurangi ansietas klien 15
  • 16. BAB III PENUTUP A. Simpulan Penyakit Paget adalah kelainan metabolik tulang kronik yang secara khas mengakibatkan pembesaran, deformitas tulang, kerusakan formasi jaringan tulang dan irregularitas struktur dalam tulang yang ditandai oleh peningkatan remodelling tulang akibat kinerja osteoklas yang berlebihan dan diikuti oleh peningkatan aktivitas osteoblas sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kerapuhan dan kelemahan tulang. Penyakit ini juga dikenal dengan nama Osteitis Deformans. B. Saran Kebanyakan penderita tidak sadar bahwa dirinya telah menderita penyakit paget, karena kebanyakan gejala yang muncul biasanya tidak terlalu signifikan atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.Penyakit paget biasanya dapat didiagnosa setelah melakukan pemeriksaan diagnostik terhadap klien atau setelah klien mengalami kelainan bentuk tulang atau rasa nyeri hebat pada tulang. Oleh sebab itu diperlukan pembelajaran lebih lanjut mengenai pemahaman dari penyakit paget ini. 16
  • 17. DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. Jakarta. Buku Kedokteran EGC. Davey, Patrick. At a Glance Medicine. 2003. Jakarta. Erlangga. Davies, Kim. Buku pintar Nyeri Tulang dan Otot. 2007. Jakarta. Erlangga. Doenges, Marilynn dkk. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. 2000. Jakarta. EGC. Robbins & Cotran. Buku Saku Dasar Patologis Edisi 7. 2006. Jakarta. EGC. Sudiono, Janti. 2007. Gangguan Tumbuh Kembang Dentokraniofasial. Jakarta. Buku Kedokteran EGC. Yatim, Faisal. Penyakit Tulang dan Persendian. 2006. Jakarta. Pustaka Poupuler Obor. http://joesmariantika.blogspot.com/2009/12/paget-disease.html http://emedicine.medscape.com/article/334607-overview#a0104 http://www.scribd.com/doc/88815460/BAB-II http://www.wheelessonline.com/ortho/pagets_disease_etiology_and_pathogenesis 17