MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Makalah bank syariah
1. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
Pengertia Dan Sejarah Berdiri
Fungsi Bank Syariah
Tujuan Bank Syariah
Ciri Bank Syariah
Produk Jasa Yang Ditawarkan
Perkembangan Bank Syariah Di Indonesia
BAB III : PENUTUP
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “BANK SYARIAH”. Adapun
tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah BANK DAN
LEMBAGA KEUANGAN.
Dan pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah bank
dan lembaga keuangan Bapak Dede Djuniardi, S.E., M.M yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan saran sehingga makalah ini dapat disusun dengan baik.
“ TAK ADA GADING YANG TAK RETAK ”, sebagai sebuah makalah tidak lepas dari
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
yang berkepentingan, guna penyempurnaan makalah ini. Dan kami berharap semoga makalah
ini dapat digunakan oleh pembaca dengan baik.
Kuningan, Desember 2014
2. Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti sudah di jelaskan sebelum nya, bahwa jenis bank jika dilihat dari cara menentukan
harga terbagi menjadi dua macam, yaitu bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan ank
yang berdasarkan prinsip syariah. Hal utama yang menjadi perbedaan antara kedua jenis bank
ini adalah dalam penentuan harga, baik untuk harga jual maupun harga beli. Dalam bank
konvensionl penentuan harga selalu didasarkan kepada bunga, sedangkan dalam bank syariah
didasarkan pada konsep islam, yaitu kerja sama dalam skema bagi hasil, baik untung maupun
rugi.
Kehadiran bank yang berdasarkan syariah di indonesia masih relatif baru, yaitu baru pada
awal tahun 1990-an, meskipun masyarakat indonesia merupakan masyarakat muslim terbesar
di dunia. Prakarsa untuk mendirikan Bank Syariah di Indonesia dilakukan oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI) pada 18-20 agustus 1990. Namun, diskusi tentang Bank Syariah
sebagai basis ekonomi Islam Sudah mulai dilakukan pada awal tahun 1990.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Dan Sejarah Berdirinya Bank Syariah
Pengertian Bank Syariah
Bank syari’ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan operasionalissinya
pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga, adalah lembaga
keuangan/perbangkan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al
Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran
serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syari’at Islam.
3. Antonio dan perwataadmadja membedakannya menjadi dua pengertian, yaitu Bank Islam dan
Bank yang beroperasi dengan prinsip syariat Islam. Bank Syari’ah adalah,
1) Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syari’at Islam
2) Bank yang tata cara beroperasinya mengacu pada ketentuan-ketentun Al qur’an dan
Hadits
Sementara Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syari’ah Islam adalah Bank yang
dalam operasinya itu mengikuti ketentuan-ketentuan syari’at Islam, khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalah secara Islam. Dikatakan lebih lanjut, dalam tata cara
bermuamalah itu harus dijahui oleh hal-hal dan praktek-praktek yang dikhawatirkan
mengandung unsure riba untuk diisi dengan kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil
dan pembiayaan perdagangan.
Sejarah Berdirinya Bank Syariah
Awal mula kegiatan bank syariah yang pertama kali dilakukan adalah di Pakistan dan
Malaysia pada sekitar tahun 1940-an. Kemudian di Mesir pada tahun 1963 berdiri Islamic
Rural Bank di desa It Ghamr Bank. Bank ini beroperasi di pedesaan Mesir dan masih
berskala kecil.
Di Uni Emirat Arab, baru tahun 1975 dengan berdiri Dubai Islamic Bank. Dikuait pada tahun
1977 berdiri Kuwait Finance House yang beroperasi tanpa bunga. Kembali di Mesir pada
tahun 1978 berdiri Bank Syariah yang di beri nama Faisal Islamic Bank. Di Siprus tahun1983
berdiri Faisal Islamic Bank of Kibris.di Malaysia Bank Syariah lahir tahun 1983 dengan
berdirinya Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dan pada tahun 1999 lahir pula Bank Bumi
Putera Muamalah. Di Turki negara yang berideologi sekuler Bank Syariah lahir tahun 1984
yaitu dengan hadirnya Daar al-Maal al-Islami serta Faisal Finance Institution dan mulai
beroperasi pada tahun 1985.salah satu negara pelopor utama dalam melaksanakan sistem
perbankan syariah secara nasional adalah pakistan.
Fungsi Bank Syariah
Fungsi Bank Syariah Intermediary agent (sama seperti bank konvensional) Fund atau
investment manager. Penyedia jasa perbankan pada umumnya (sama seperti bank
4. konvensional) sepanjang tidak melanggar syariah Pengelola fungsi sosial (ZISWA). Alat
transmisi kebijakan moneter (sama seperti bank Konvensional).
Berdasarkan filosofis serta tujuan bank Islam maka dirumuskan fungsi dan peran bank Islam
yang diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntasi yang dikeluarkan oleh
AAOIFFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution). Fungsi
dan peran tersebut yaitu:
Manajer investasi, bank Islam dapat mengelola investasi dana nasabah
Investor, bank Islam dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah
yang dipercayakan kepadanya.
Penyedia jasa keuangan dan laulintas pembayaran, bank Islam dapat melakukan kegiatan
jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya institusi perbankan sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
Pelaksana kegiatan sosial. Sebagai suatu ciri yang melekat pada entitas keuangan Islam, bank
Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun,
mengadministrasikan, mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.
Dari fungsi dan peran tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara bank Islam dengan
nasabahnya baik sebagai dari investor maupun pelaksana dari investasi merupakan hubungan
kemitraan, tidak seperti hubungan pada bank konvensional yang bersifat debitur-kreditur.
Tujuan Bank Syariah
Tujuan Bank Islam Syariah, Perbankan syariah sebagaimana dijelaskan dalam pasal 3 UU
Perbankan syariah, bertujuan “Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meingkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat”. Dalam mencapai
tujuan menunjang pelaksannaan pembangunan nasional, perbankan syariah tetap berpegang
pada prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten (istiqamah)” (Pasal 3 UU
Perbankan syariah dan Penjelasannya).
Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan demikian,
penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia
Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa belakangan ini para ekonom
muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk menggantikan
sistem bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model teori ekonomi yang bebas
5. dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi pendapatan. Oleh
karena itu, maka mekanisme perbankan bebas bunga yang biasa disebut dengan bank syariah
didirikan. Tujuan perbankan syariah didirikan dikarenakan pengambilan riba dalam transaksi
keuangan maupun non keuangan (QS. Al-Baqarah 2 : 275). Dalam sistem bunga, bank tidak
akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal
dan pendapatan bunga (Zaenul Arifin, 2002: 39-40).
Setelah di dalam perjalanan sejarah bank- bank yang telah ada (bank konvesional) dirasakan
mengalami kegagalan menjalankan fungsi utamanya menjembatani antara pemilik modal atau
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana, maka dibentuklah bank – bank Islam
dengan tujuan – tujuan sebagai berikut :
Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara islami khususnya
muamalah yang berhubungan dengan perbankan agar terhindar dari praktek riba atau jenis
perdagangan yang mengandung unsur gharar.
Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap Bank non–Islam (konvesional)
yang menyebabkan ummat Islam berada di bawah kekuasaan bank.
Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan
yang sah menurut islam.
Menghindari bunga bank uang yang dilaksanakan bank konvesional.
Mendidik dan membimbing masyarakat untuk berpikir secara ekonomis, berperilaku bisnis
dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
Menghindari Al Iktinaz yaitu menahan uang (dana) dan membiarkannya menganggur dan
tidak berputar.
Untuk membantu menanggulangi (mengentaskan) masalah kemiskinan, yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara–negara yang sedang berkembang.
Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan meratakan pendapatan
melalui kegiatan investasi.
Menjaga kestabilan ekonomi/ moneter pemerintah.
Berkembangnya lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan
keadilan akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga menggalakkan usaha–
usaha ekonomi masyarakat banyak dengan antara lain memperluas jaringan lembaga lembaga
keuangan perbankan.
6. Berusaha membuktikan bahwa konsep perbankan Islam menurut syariah Islam dapat
beroperasi, tumbuh dan berkembang melebihi bank-bank dengan sistem lain.
Bank syariah didasarkan pada Al – Qur’an dan Hadist sebagai pedoman hidup umat Islam.
Filosofi dan dasar Perbankan Syariah meliputi 3 aspek, yaitu produktif, adil, dan memiliki
akhlak atau moralitas usaha. Produktif berarti harta yang dipergunakan untuk kemaslahatan
dan kesejahteraan. Karenanya harta juga tidak boleh menganggur dan diperkenankan
memperoleh laba. Sedangkan adil berarti dilarangnya riba dan diharuskan melakukan
pembagian hasil dan risiko.
Ciri Bank Syariah
Bank Syari’ah mempunyai ciri yang berbeda dengan bank konvensional. ciri-ciri ini bersifat
universal dan kualitatif, artinya Bank Syari’ah beroperasi di mana harus memenuhi ciri-ciri
tersebut. Beban biaya yang telah disepakati pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam
bentuk jumlah nominal yang besarnyan tidak kaku dan dapat ditawar dalam batas yang wajar.
Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu
dihindarkan. Karena persentase bersifat melekat pada sisa hutang meskipun utang pada batas
waktu perjanjian telah berakhir. Di dalam kontrak pembiayaan proyek bank tidak menetapkan
perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (Fiset Return) yang ditetapkan di muka.
Bank Syari’ah menerapkan sistem berdasarkan atas modal untuk jenis kontrak al mudharabah
dan al musyarakah dengan system bagi hasil (Profit and losery) yang tergantung pada
besarnya keuntungan. Sedangkan penetapan keuntungan di muka ditetapkan pada kontrak
jual beli melalui pembiayaan pemilikan barang (al murabahah dan al bai’u bithaman ajil,
sewa guna usaha (al ijarah), serta kemungkinan rugi dari kontrak tersebut amat sedikit.
Pegarahan dana masyarakat dalam bentuk deposito atau tabungan oleh penyimpan dianggap
sebagai titipan (al-wadi’ah) sedangkan bagi bank dianggap sebagai titipan yang diamanatkan
sebagai pernyataan dana pada proyek yang dibiayai oleh bank sesuai dengan prinsip-prinsip
syari’ah hingga kepada penyimpan tidak dijanjikan imbalan yang pasti (fixed return). Bentuk
yang lain yaitu giro dianggap sebagai titipan murni (al-wadiah) karena sewaktu-waktu dapat
ditarik kembali dan dapat dikenai biaya penitipan.
Bank Syari’ah tidak menerapkan jual beli atau sewa-menyewa uang dari mata uang yang
sama dan transaksinya itu dapat menghasilkan keuntungan. Jadi mata uang itu dalam
memberikan pinjaman pada umumnya tidak dalam bentuk tunai melainkan dalam bentuk
pembiayaan pengadaan barang selama pembiayaan, barang tersebut milik bank.
Adanya dewan syari’ah yang bertugas mengawasi bank dari sudut syari’ah.
7. Bank Syari’ah selalu menggunakan istilah-istilah dari bahasa arab di mana istilah tersebut
tercantum dalam fiqih Islam. Adanya produk khusus yaitu pembiayaan tanpa beban murni
yang bersifat sosial, di mana nasabah tidak berkewajiban untuk mengembalikan pembiayaan
(al-qordul hasal). Fungsi lembaga bank juga mempunyai fungsi amanah yang artinya
berkewajiban menjaga dan bertanggung jawab atas keamanan dana yang telah dititipkan dan
siap sewaktu-waktu apabila dana ditarik kembali sesuai dengan perjanjian
Selain karakteristik diatas, Bank Syari’ah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Dalam Bank Syari’ah hubungan bank dengan nasabah adalah hubungan kontrak (akad) antara
investor pemilik dana (shohibul maal) dengan investor pengelola dana (mudharib) bekerja
sama untuk melakukan kerjasama untuk yang produktif dan sebagai keuntungan dibagi secara
adil (mutual invesment relationship). Dengan demikian dapat terhindar hubungan eskploitatif
antara bank dengan nasabah atau sebaliknya antara nasabah dengan bank.
Adanya larangan-larangan kegiatan usaha tertentu oleh Bank Syari’ah yang bertujuan untuk
menciptakan kegiatan perekonomian yang produktif (larangan menumpuk harta benda
(sumber daya alam) yang dikuasai sebagian kecil masyarakat dan tidak produktif,
menciptakan perekonomian yang adil (konsep usaha bagi hasil dan bagi resiko) serta menjaga
lingkungan dan menjunjung tinggi moral (larangan untuk proyek yang merusak lingkungan
dan tidak sesuai dengan nilai moral seperti miniman keras, sarana judi dan lain-lain.
Kegiatan usaha Bank Syari’ah lebih variatif dibanding bank konvensional, yaitu bagi hasil
sistem jual beli, sistem sewa beli serta menyediakan jasa lain sepanjang tidak bertentangan
dengan nilai dan prinsip-prinsip syari’ah.
Produk Jasa Yang Ditawarkan
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian
besar yaitu produk penyaluran dana, produk penghimpunan dana dan produk jasa.
Produk Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah
terbagi kedalam tiga kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaan yaitu:
Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang yang dilakukan dengan prinsip
jual beli.
8. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip
sewa.
Transaksi pembiyaan untuk usaha kerja sama yang dituju guna mendapatkan sekaligus
barang dan jasa, dengan prinsip bagi hasil.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi
bagian harga atas barang atau jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini
adalah produk yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah, salam dan istishna
serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan kategori ketiga, tingkat
keuntungan bank ditentukan dari besarnya usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada
produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati dimuka.
Produk perbankan yang termasuk kedalam kelompok ini adalah musyarakah dan mudhrabah.
– Prinsip jual beli (Ba’i)
Prinsip jual beli diadakan sehubung diadanya perpindahan kepemilikan barang atau benda
(transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga
atas barang yang dijual. Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya
dan waktu penyerahan barang seperti:
Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli, dimana bank mendapat sejumlah keuntungan. Dalam
hal ini, bank menjadi penjual dan nasabah menjadi pembeli. Kedua pihak harus menyepakati
harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan
jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad,
Salam
Salam adalah transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada, sehingga
barang yang menjadi objek transaksi tersebut diserahkan secara tangguh.
Dalam transaksi ini, bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual.
Istishna
9. Alur trankasksi Istishna mirip dengan Salam, hanya saja dalam Istishna, Bank dapat
membayar harga pembelian dalam beberapa kali termin pembayaran. Skim istishna dalam
bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
– Prinsip Sewa (Ijarah)
Secara prinsip, Ijarah sama dengan transaksi jual beli. Hanya saja yang menjadi objek dalam
transaksi ini adalah dalam bentuk manfaat. Pada akhir masa sewa dapat saja diperjanjian
bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual belikan antra Bank
dan nasabah yang menyewa (Ijarah muntahhiyah bittamlik/sewa yang diikuti dengan
berpindahnya kepemilikan)
– Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan dengan prinsip bagi hasil adalah :
Musyarakah
Musyarakah adalah bentuk umum dari usaha bagi hasil. Dalam kerjasama ini para pihak
secara bersama-sama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun tidak berwujud
untuk menjadi modal proyek kerjasama, dan secara bersama-sama pula mengelola proyek
kerjasama tersebut.
Mudarabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai
pemilik modal, dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan Bank untuk
melakukan pembiayaan murabahah atau ijarah seperti yang dijelaskan terdahulu. Dapat pula
dana tersebut digunakan oleh bank untuk melakukan pembiayaan mudharabah. Hasil usaha
ini akan dibagi hasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati.
Akad Pelengkap
Untuk memudahkan pelaksanan pembiyaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad
pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, namun ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiyaan. Meskipu tidak ditujukan mencari keuntungan, dalam
akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta pengganti biaya biaya yang dikeluarkan untuk
melaksanakan akad ini. Besarnya biaya pengganti ini sekedar untuk menutupi biaya yang
benar benar timbul.
10. Hiwalah (Alih Utang Piutang)
Hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang. Dalam praktek perbankan syariah,
fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya, sedangkan bank mendapat ganti biaya atas jasa.
Rahn
Rahn, dalam bahasa umum lebih dikenal dengan Gadai. Tujuan akad Rahn adalah untuk
memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
Qardh
Qardh adalah pinjaman uang. Misalnya dalam hal seorang calon haji membutuhkan dana
pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Bank
memberikan pinjaman kepada nasabah calon haji tersebut dan si nasabah melunasinya
sebelum keberangkatan Hajinya.
Wakalah
Wakalah dalam praktek Perbankan syariah terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada
bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C,
inkaso dan transfer uang.
Kafalah
Kafalah dalam bahasa umum lebih dikenal dengan istilah Bank Garansi, yang ditujukan
untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran. Bank dapat mensyaratkan
nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai Rahn. Bank dapat pula
menerima dana tersebut dengan prinsip wadi’ah. Bank mendapatkan pengganti biaya atas jasa
yang diberikan.
Produk Penghimpunan Dana
Produk penghimpunan dana dibank syariah dapat berupa giro, tabungan, dan deposito.
Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah
wadi’ah dan mudharabah.
Wadi’ah
11. Prinsip Wadi’ah yang diterapkan dalam Perbankan syariah adalah Wadiah Yad Dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep Wadi’ah Yad Dhamanah, Bank
dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi bank bertanggung jawab penuh atas
keutuhan dari dana yang dititipkan.
Mudharabah Mutlaqah
Mudarabah Mutlaqah adalah Mudarabah yang tidak disertai dengan pembatasan penggunaan
dana dari Sahibul Mal.
Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet
Mudarabah Muqayadah on Balance Sheet adalah Aqad Mudarabah yang disertai dengan
pembatasan penggunaan dana dari Sahibul Mal untuk investsi-investasi tertentu.
Mudarabah of Balance Sheet
Dalam Mudarabah of Balance Sheet, Bank bertindak sebagai arranger, yang mempertemukan
nasabah pemilih modal dan nasabah yang akan menjadi mudharib.
Wakalah
Wakalah dalam praktek perbankan syariah dilakukan apabila nasabah memberikan kuasa
kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkaso dan
transfer uang.
Produk Jasa
Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan
mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa :
Sharf (jual beli valuta asing)
Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip Sharf, sepanjang dilakukan pada
waktu yang sama (spot). Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta asing ini.
Ijarah (Sewa)
Jenis kegiatan Ijarah antara lain penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) dan jasa tata-
laksana administrasi dokumen (custodian). Bank mendapat imbalan sewa dari jasa tersebut.
12. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia telah menjadi tolak ukur keberhasilan
eksistensi ekonomi syariah. Bank muamalat sebagai bank syariah pertama dan menjadi
pioneer bagi bank syariah lainnya telah lebih dahulu menerapkan system ini ditengah
menjamurnya bank-bank konvensional. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah
menenggelamkan bank-bank konvensional dan banyak yang dilikuidasi karena kegagalan
system bunganya. Sementara perbankan yang menerapkan system syariah dapat tetap eksis
dan mampu bertahan.
Bank Syariah pertama di Indonesia merupakan hasil kerja tim perbankan MUI, yaitu dengan
dibentuknya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang akte pendiriannya ditandatangani
tanggal 1 November 1991. Bank ini ternyata berkembang cukup pesat sehingga saat ini BMI
sudah memiliki puluhan cabang yang tersebar di beberapa kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, Bandung, Makasar, dan kota lainnya.
Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran Bank Syariah di Indonesia khususnya cukup
menggembirakan. Disamping BMI, saat ini juga telah lahir Bank Syariah milik pemerintah
sperti Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai
cabang dari Bank Konvensional yang sudah ada, seperti Bank BNI, Bank IFI, dan BPD Jabar.
Bank-bank syariah lain yang direncanakan akan membuka cabang adalah BRI, Bank Niaga,
dan Bank Bukopin.
Kehadiran Bank Syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat muslim, tetapi juga
bank milik non muslim. Saat ini bank islam sudah tersebar di berbagai Negara-negara
Muslim dan Non Muslim, baik di Benua Amerika, Australia, dan Eropa. Bahkan
banyakperusahaan Dunia seperti ANZ, Chase Chemical Bank, dan Citibank telah memebuka
cabang yang berdasarkan syariah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
13. Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan
jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan prinsip syari’at Islam. Dalam perkembangan selanjutnya kehadiran Bank
Syariah di Indonesia khususnya cukup menggembirakan. Disamping BMI, saat ini juga telah
lahir Bank Syariah milik pemerintah sperti Bank Syariah Mandiri (BSM). Kemudian
berikutnya berdiri Bank Syariah sebagai cabang dari Bank Konvensional yang sudah ada,
seperti Bank BNI, Bank IFI, dan BPD Jabar. Bank-bank syariah lain yang direncanakan akan
membuka cabang adalah BRI, Bank Niaga, dan Bank Bukopin.
Kehadiran Bank Syariah ternyata tidak hanya dilakukan oleh masyarakat muslim, tetapi juga
bank milik non muslim. Saat ini bank islam sudah tersebar di berbagai Negara-negara
Muslim dan Non Muslim, baik di Benua Amerika, Australia, dan Eropa. Bahkan
banyakperusahaan Dunia seperti ANZ, Chase Chemical Bank, dan Citibank telah memebuka
cabang yang berdasarkan syariah.