SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
253CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Saat ini lebih dari 150 negara dilaporkan
telah terjadi infeksi HIV-AIDS dari berbagai
penjuru dunia. Data tahun 2000 dilaporkan
58 juta penduduk dunia terinfeksi HIV, 22 juta
diantaranya meninggal akibat AIDS. Transmisi
masih terus berlangsung dengan 16 ribu jiwa
terinfeksi baru setiap harinya. Didapatkan
sedikitnya 40 juta manusia hidup dengan
AIDS di akhir tahun 2005. Diperkirakan 4,9 juta
manusia terdiagnosis infeksi HIV di tahun 2005
dengan 95% terjadi di Afrika, Eropa Timur dan
Asia.2,6
Pneumocystis pneumonia (PCP) disebabkan
oleh organisme yang disebut Pneumocystis
jiroveci, sebelumnya dikenal dengan nama
Pneumocystis carinii. Penyakit ini merupakan
salah satu penyebab kematian penderita
immunocompromised, antara lain pada
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
Pneumocystis pertama kali dikemukakan oleh
Chagas pada tahun 1909 dan digolongkan
sebagai protozoa. Analisis DNA tahun 1988
menjelaskan bahwa Pneumocystis adalah
Pneumocystis Pneumonia pada
Infeksi Human Immunodeficiency Virus
M. Yanuar Fajar
Departemen Paru RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Indonesia
ABSTRAK
Pneumocystis pneumonia (PCP) merupakan penyakit oportunistik pada infeksi HIV (human immunodeficiency virus) yang disebabkan oleh
Pneumocystis jiroveci. Infeksi Pneumocystis pneumonia terjadi bila kadar CD4 penderita kurang dari 200 sel/mm3
. Profilaksis diberikan bila kadar
CD4 pada penderita HIV kurang dari 200 sel/mm3.
Obat yang digunakan untuk pengobatan PCP antara lain trimetoprim-sulfametoksazol,
primakuin, klindamisin, atavaquon, pentamidin.
Kata kunci: pneumocystis pneumonia, infeksi oportunistik, HIV, CD4
ABSTRACT
Pneumocystis pneumonia is an opportunistic infection among HIV-positive people caused by Pneumocystis jiroveci. Infection occurs if CD4 level
fell below 200/mm3, so prophylaxis should be given at this stage. Drugs used for treatment are trimetoprim-sulphametoxazol, primaquin,
clindamycin, atavaquon, pentamidine. M. Yanuar Fajar. Pneumocystis Pneumonia in Human Immunodeficiency Virus Infection.
Key words: pneumocystis pneumonia, opportunistic infection, HIV, CD4
Alamat korespondensi email: aanyf_dr@yahoo.co.id
jamur. Terdapat perbedaan DNA antara P.
jiroveci (derivat manusia) dan P. carinii (derivat
tikus percobaan) sehingga untuk manusia
dinamakan menjadi P. jirovecii pada tahun
2002.1-5
Selama dekade 1980-an di Amerika Serikat
diperkirakan 75% penderita Human
Immunodeficiency Virus (HIV) akan menderita
PCP selama hidupnya. Awal epidemik, insidens
PCP hampir 20 kasus per 100 penderita
HIV dengan Cluster of differentiation (CD)4
kurang dari 200 sel/mm3
. Profilaksis PCP yang
dikenalkan pertama kali tahun 1989 dan
penggunaan kombinasi terapi Anti Retroviral
(ARV) tahun 1996 menurunkan insidens
PCP. Centre for Disease Control and Prevention
(CDC) menyatakan bahwa PCP menurun
3,4 % selama periode 1992-1995 dan turun
21,5% selama 1996-1998. Studi EuroSIDA
mendapatkan insidens PCP turun dari 4.9 kasus
sebelum Maret 1995 menjadi 0,3 kasus per 100
penderita setelah Maret 1998.2
Pneumocystis
pneumonia merupakan infeksi oportunistik
serius penderita HIV walaupun dilaporkan
insidensnyamenurun.Pneumocystispneumonia
meningkat di negara dengan pendapatan
kapita yang rendah sampai sedang. Sejumlah
38.6% dari 83 penderita HIV di Uganda yang
dirawat di RS dengan pneumonia dan pada
pemeriksaan sputum BatangTahan Asam (BTA)
negatif didiagnosis PCP dengan pemeriksaan
Bronchoalveolar lavage (BAL).
PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA
Pneumocystispneumonia merupakan koinfeksi
yang sering ditemukan pada penderita
HIV dan jarang terjadi pada penderita HIV
dengan CD4 lebih dari 200 sel/mm3
atau
14% dari hitung limfosit total. Pnemocystis
dapat menyebabkan pneumonia yang berat
pada individu dengan sistem imun yang
buruk karena HIV, transplantasi, keganasan,
penyakit jaringan. Pada awalnya, Pneumocystis
dipikirkan sebagai protozoa. Dalam 20
tahun terakhir, dengan pemeriksaan biologi
molekular, teknik imunologi dan lainnya,
Pneumocystis digambarkan sebagi suatu
jamur.Pneumocystispadamanusiadisebabkan
oleh Pneumocystis jiroveci.5,7
CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013254
TINJAUAN PUSTAKA
MANIFESTASI KLINIS
Pneumocystis menyebabkan pneumonia
pada penderita HIV dengan karakteristik
sesak napas, demam dan batuk yang tidak
produktif. Pneumocystis pneumonia biasanya
terjadi pada CD4 kurang 200 sel/mm3
pada
pasien HIV. Pemeriksaan fisis biasanya hanya
didapatkan takipnea, takikardia namun tidak
didapatkan ronkhi pada auskultasi. Takipnea
biasanyaberatsehinggapenderitamengalami
kesulitan berbicara. Sianosis akral, sentral dan
membran mukosa juga dapat ditemukan.
Foto toraks memperlihatkan infiltrat bilateral
yang dapat meningkat menjadi homogen.
Tanda yang jarang antara lain terdapat nodul
soliter atau multipel, infiltrat pada lobus atas
pada pasien dengan pengobatan pentamidin,
pneumatokel dan pneumotoraks. Efusi pleura
dan limfadenopati jarang ditemukan. Jika
pada foto toraks tidak didapatkan kelainan
maka dianjurkan pemeriksaan high resolution
computed tomography (HRCT).1,2,9-11
Pemeriksaan histopatologi memperlihatkan
gambaran eksudat eosinofil aseluler yang
mengisi alveoli. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan pemeriksaan immunofloresen
menggunakan antibodi monoklonal. Pe-
meriksaan ini memiliki sensitivitas 95% dan
spesifisitas 100%. Pemeriksaan lain meng-
gunakan sputum dan BAL dengan hasil di-
dapatkan 97% positif pada 100 pasien HIV.
Pemeriksaan laboratorium darah tidak khas,
kecualipeningkatanlaktatdehidogenase(LDH)
dan gradien oksigen alveolar-arterial (AaDO2
)
dikaitkan dengan prognosis lebih buruk.4,11
DIAGNOSIS
Pneumocystis sulit didiagnosis karena gejala
dan tanda yang tidak spesifik. Diagnosis
ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis.
Bahan pemeriksaan antara lain berasal dari
sputum,bronchoalveolarlavage(BAL),jaringan
paru.Pneumocystistidakdapatdikultur.Induksi
sputum menggunakan larutan hypertonic
saline menghasilkan diagnosis 50 sampai
90% dan merupakan prosedur diagnosis
utama. Jika pemeriksaan tersebut negatif,
pemeriksaan dengan BAL dapat dilakukan
(gambar 2).4
Pemeriksaan BAL memiliki sensitivitas lebih
dari 90%. Terdapat dua bentuk PCP, yaitu
tropik dan kistik. Bentuk tropik dapat dilihat
dengan pewarnaan modifikasi Papaniculaou,
Wright-Giemsa, atau Gram-Weigert. Bentuk
Gambar 2 Pemeriksaan BAL12
Gambar 3 Pewarnaan dengan Gomori methenamin silver12
Tabel 2 Derajat penyakit PCP11
Derajat Kriteria
Berat Sesak napas pada waktu istirahat atau PaO2
kurang dari 50 mmHg dalam suhu ruangan.
Sedang Sesak napas pada latihan ringan, PaO2
antara 50-70 mmHg pada suhu ruangan saat istirahat, AaDO2
lebih dari 30 mmHg atau saturasi oksigen kurang 94%.
Ringan Sesak napas pada latihan sedang, PaO2
lebih 70 mmHg dalam suhu kamar saat istirahat.
255CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013
TINJAUAN PUSTAKA
hipotensi, aritmia, hipoglikemia, gangguan
fungsi ginjal, peningkatan kadar kreatinin dan
trombositopenia.1,13
Klindamisin dan Primakuin
Terapikombinasiduaobatiniefektifmengobati
PCP derajat ringan sampai sedang. Kombinasi
ini digunakan pada pasien yang tidak toleran
atau gagal pada pengobatan trimetoprim-
sulfametoksasol atau pentamidin. Efek samping
yang dapat terjadi antara lain rash, demam,
neutropenia, gangguan gastrointestinal dan
methemoglobinemia.1,13
Dapson
Kombinasi dapson dengan trimetoprim efektif
digunakan untuk PCP derajat ringan sampai
sedang. Efek samping yang dapat terjadi
berupa methemoglobinemia, hiperkalemia
ringan, anemia.1,13
Atovakuon
Merupakan antimalaria yang merupakan
terapi lini kedua pengobatan PCP. Walaupun
ditoleransi lebih baik dibanding trimetoprim-
sulfametoksazol, obat ini kurang efektif. Efek
samping yang terjadi yaitu rash, demam,
gangguan gastrointestinal dan gangguan
fungsi hati.1,13
Kortikosteroid
Kortikosteroid diberikan pada penderita PCP
berat. Kortikosteroid juga dapat menurunkan
efek samping Trimetoprim-sulfametoksasol.
Bezzote dkk. menjelaskan efek kortikosteroid
akanbaikbiladiberikanpadapenderitaderajat
sedang atau berat. Pemberian kortikosteroid
dapat meningkatkan insidens herpes virus
serta oral trush.1,11
Pengobatan berdasarkan derajat
penyakit
PCP Berat
Penderita perlu dirawat dirumah sakit dengan
bantuan ventilator. Obat lini pertama yang
diberikan adalah kotrimoksazol dosis tinggi
intravena (trimetoprim 15 mg/kgBB/hari dan
sulfametoksasol 75 mg/kgBB/hari selama
21 hari). Bila tidak ada respons dapat diberi
lini kedua yaitu pentamidin intravena (3-4
mg/kgBB selama 21 hari). Lini ke tiga adalah
klindamisin (600 mg IV tiap 8 jam) dengan
primakuin (15 mg/oral/hari). Pemberian
kortikosteroid direkomendasikan 40 mg se-
cara peroral dua kali sehari pada hari pertama
sampai kelima, 40 mg satu kali per hari selama
TATA LAKSANA PCP
Obat yang digunakan dalam terapi PCP dapat
dilihat pada tabel 3.
Trimetoprim-Sulfametoksazol
Merupakan obat pilihan terapi PCP.
Penetrasinya baik di jaringan. Studi prospektif
membandingkan pemberian trimetoprim-
sulfametoksasol dengan pentamidin
menunjukkan bahwa obat tersebut
memperbaiki oksigenasi serta daya tahan
hidup lebih baik. Pemberian oral pada PCP
derajat ringan sampai sedang. Efek samping
yang dapat terjadi adalah skin rash dan
gangguan fungsi hati pada 20% penderita.
Tidak dilaporkan efek samping yang dapat
menyebabkan penderita sampai dirawat di
rumah sakit.1,13
Pentamidin
Pentamidin digunakan sebagai terapi lini
kedua;. merupakan antiprotozoa yang
mekanismenya dalam melawan Pneumocystis
belum jelas diketahui. Pentamidin merupakan
obat toksik dengan efek samping antara lain
Tabel 3 Pengobatan PCP4
Jenis obat Dosis Cara
Trimetoprim –
Sulfametokasazol
15-20 mg/kg
75-100 mg/kg
setiap hari dalam 3 dosis
peroral
Primakuin plus 30 mg setiap hari peroral
Klindamisin 600 mg tiga kali sehari
Atovakuon 750 mg dua kali sehari peroral
Pentamidin 4 mg/kg setiap hari
600 mg setiap hari
intravena
aerosol
kista dilihat dengan pewarnaan Gomori
methenamin silver (gambar 3), cresyl each
violet, toluidin blue O, atau calcofluor white.
Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR)
untukmendeteksiasamnukleatpneumocystis
memiliki sensitivitas serta spesifisitas tinggi
(88% dan 85%) dari bahan yang diambil dari
induksi sputum dan BAL. Diagnosis definitif
ditegakkanjikapadapemeriksaanmikroskopis
ditemukan kista Pneumocystis jirovecii.
Derajat penyakit dijelaskan pada tabel (2).
Sedangkan diagnosis presumtif PCP menurut
CDC jika ditemukan sebagai berikut :2,4,11
1. Keluhan sesak napas saat aktif atau batuk
non produktif dalam tiga bulan terakhir
2. Gambaran foto toraks berupa infiltrat
interstitial difus bilateral atau gambaran
penyakit paru difus bilateral
3. Tekanan oksigen (O2
) kurang dari 70
mmHg pada pemeriksaan analisis gas darah
atau kapasitas difusi rendah (kurang 80%
prediksi) atau peningkatan AaDO2
4. Tidak terbukti pneumonia bakterialis.
Tabel 4 Profilaksis PCP4
Jenis obat Dosis Cara pemberian
Trimetoprim –
Sulfamtoksazol
1 x 2 tablet setiap hari atau
1 x 1 tablet setiap hari
1 x 2 tablet 3 kali seminggu
peroral
(alternatif)
Dapson 50 mg sekali sehari atau
100 mg setiap hari
peroral
Dapson plus
Pirimetamin plus
Leukovorin
50 mg setiap hari
50 mg setiap minggu
25 mg setiap minggu
peroral
Pentamidin 300 mg setiap bulan aerosol
Atovakuon 1500 mg setiap hari peroral
CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013256
TINJAUAN PUSTAKA
dapat dilihat pada tabel 4.6,14,15
SIMPULAN
1. HumanImmunodeficiencyVirus(HIV)adalah
virus penyebab Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS).
2. Pneumocystis pneumonia merupakan
penyakit oportunistik HIV yang disebabkan
oleh Pneumocystis jiroveci.
3. Infeksi Pneumocystis pneumonia terjadi bila
kadar CD4 penderita kurang dari 200/mm3
.
4. Profilaksis diberikan bila kadar CD4 pada
penderita HIV kurang dari 200 sel/mm3
5. Obat untuk pengobatan PCP antara lain
trimetoprim-sulfametoksazol, primakuin, klin-
damisin, atovakuon, dan pentamidin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lee SA. A review of Pneumocystis pneumonia. J. Pharm Prac 2006; 19:1-9.
2. Huang L, Moris A, Limper AH, Beck JM. An official ATS workshop summary: recent advences and future directions in Pneumocystis pneumonia (PCP). Am Thorac Soc 2006; 3:655-64.
3. Rodroguez M, Fishman JA. Prevention due to Pneumocystis spp. in human immunodeficiency virus-negative immunocompromised patients. Clin Microbiol Rev 2004; 17:770-82.
4. Thomas CF, Limper AH. Pneumocystis pneumonia. N Engl J Med 2004; 350:2487-98.
5. Miller R, Huang L. Pneumocystis jiroveci infection. Thorax 2004; 59:731-3.
6. Lamprey PR, Johnson JL, Khan M. The global challange of HIV and AIDS. Population Bulletin 2006; 61:1-28.
7. Nasronudin. HIV & AIDS : Pendekatan biologi molekuler klinis dan sosial. Airlangga University Press: 2007.p.1-309.
8. Nahimana A, Rabodonirina M, Bille J, Francioli P. Mutations of Pneumocystis jiroveci dihydrofolate reductase associated with failure of prophylaxis. Antimicrobial agents and chemotherapy
2004; 48:4301-5.
9. World Health Organization. WHO case definitions of HIV for surveillance and revised clinical staging and immunoligical classification of HIV-related disease in adults and children. WHO
press; 2006.p.1-38.
10. Wormser GP. Aids and other manifestations of HIV infection. 4th ed. New York:Elsevier; 2003.p.399-40
11. Y Evy, D Samsuridjal, D Zubairi. Infeksi oportunistik pada AIDS. Balai penerbit FKUI; 2005.p.1-78.
12. Red Book online visual library. [ cited 2007 June 18 ]. Available at http://aapredbook.aappub lications.org/visual.
13. Atzori C, Clerici M, Trabattoni D, Fantoni G, Velerio A, tronconi E, et al. Assessment of immune reconstitution to Pneumocustis carinii in HIV-1 patient under different highly active antiretro-
viral therapy regimens. Jour of Antimicrobial Chemotherapy 2003; 52:276-281.
14. Cruciani M, Marcati P, Malena M, Bosco O, Serpelloni G, Mengoli C. Meta-analisis of diagnostic procedures for Pneumocystis carinii pneumonia in HIV-1-infected patients. Eur Respir J 2002;
20:982-9.
15. RHRC Consortium. HIV/AIDS prevention and control; 2004; 11-31.
16. Hammer SM. Management of newly diagnosed HIV infection. N Engl J Med 2005; 353:1702-10.
6-10 hari, 20 mg setiap hari sampai lengkap
21 hari.6,13
PCP Sedang
Penderita dianjurkan untuk dirawat di rumah
sakit. Pengobatan yang dapat diberikan
adalah Trimetoprim-sulfametoksazol 480 mg
dua tablet tiga kali sehari selama 21 hari.6
PCP Ringan
Penderita dapat diberi kotrimoksazol peroral
480 mg dua tablet sehari selama 21 hari atau
cukup 14 hari jika respons membaik.6
Profilaksis PCP
Sebelum dikenal pengobatan HAART 10%
PCP sering terjadi pada CD4 lebih dari 200
sel/mm3
. Pemberian highly active antiretroviral
therapy (HAART) pada penderita HIV dapat
menurunkan kejadian infeksi oportunistik.
Profilaksis dapat diberikan jika CD4 kurang
dari 200 sel/mm3
atau limfosit total kurang
dari 14% dengan kandidiasis oral atau
demam yang tidak jelas penyebabnya dan
berlangsung lebih dari dua minggu. Regimen
yang diberikan adalah kotrimoksazol dua kali
sehari, seminggu dua kali atau dapsone 100
mg peroral per hari atau atavaquone 750 mg
peroral dua kali per hari. Profilaksis dihentikan
bila CD4 lebih dari 200 sel/mm3
atau limfosit
total lebih dari 14% yang telah berlangsung
lebih dari tiga bulan. Pengobatan profilaksis

More Related Content

What's hot (6)

Empiema
EmpiemaEmpiema
Empiema
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Tugas hiv
Tugas hivTugas hiv
Tugas hiv
 
Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia
Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia
Covid-19 Updates & Protokol Penanggulangan Coronavirus di Indonesia
 
Tugas seminar
Tugas seminarTugas seminar
Tugas seminar
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
 

Similar to 06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus

212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf
212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf
212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf
rezaamahoru
 
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptxpenatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
wisnukuncoro11
 
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.pptReferat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
AuliaRezha2
 
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
lany pratiwi
 
Jurnal reading M.Hafidz Al-Qadri.pptx
Jurnal reading M.Hafidz Al-Qadri.pptxJurnal reading M.Hafidz Al-Qadri.pptx
Jurnal reading M.Hafidz Al-Qadri.pptx
hafidzqadri
 
Makalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidMakalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoid
Nova Ci Necis
 
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
Vrilisda Sitepu
 

Similar to 06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus (20)

WORD Referat.docx
WORD Referat.docxWORD Referat.docx
WORD Referat.docx
 
212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf
212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf
212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf
 
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptxpenatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
penatalaksanaan-tb-paru-pada-pasien-hiv.pptx
 
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif ObatDiagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
Diagnosis dan Tatalaksana TB Sensitif Obat
 
Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...
Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...
Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...
 
Pneumonia 2019
Pneumonia 2019Pneumonia 2019
Pneumonia 2019
 
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.pptReferat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
Referat_Scar_TB_menjadi_Ca_Paru.ppt
 
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
296149950 ppt-referat-pneumonia-nita
 
Jurnal reading M.Hafidz Al-Qadri.pptx
Jurnal reading M.Hafidz Al-Qadri.pptxJurnal reading M.Hafidz Al-Qadri.pptx
Jurnal reading M.Hafidz Al-Qadri.pptx
 
Refrat tb
Refrat tbRefrat tb
Refrat tb
 
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan AtasInfeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
 
223720883 case-pneumonia
223720883 case-pneumonia223720883 case-pneumonia
223720883 case-pneumonia
 
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS  Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
Case Presentation Co infection Miliary Tuberculosis and HIV/AIIDS
 
Makalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoidMakalah demam tyfoid
Makalah demam tyfoid
 
Vap
VapVap
Vap
 
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
10 djs kehamilan dgn penyakit infeksi
 
Penatalaksanaan ispa
Penatalaksanaan ispaPenatalaksanaan ispa
Penatalaksanaan ispa
 
Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...
Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...
Septic Pulmonary Embolism Associated with Periodontal Disease: A case report ...
 
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptxKELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
KELOMPOK 1 IKK DOK ERNA.pptx
 
Pneumonia magister
Pneumonia magisterPneumonia magister
Pneumonia magister
 

Recently uploaded

Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
wisanggeni19
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
Meboix
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
Meboix
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
hurufd86
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 

06 203 pneumocystis pneumonia pada infeksi human immunodeficiency virus

  • 1. 253CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Saat ini lebih dari 150 negara dilaporkan telah terjadi infeksi HIV-AIDS dari berbagai penjuru dunia. Data tahun 2000 dilaporkan 58 juta penduduk dunia terinfeksi HIV, 22 juta diantaranya meninggal akibat AIDS. Transmisi masih terus berlangsung dengan 16 ribu jiwa terinfeksi baru setiap harinya. Didapatkan sedikitnya 40 juta manusia hidup dengan AIDS di akhir tahun 2005. Diperkirakan 4,9 juta manusia terdiagnosis infeksi HIV di tahun 2005 dengan 95% terjadi di Afrika, Eropa Timur dan Asia.2,6 Pneumocystis pneumonia (PCP) disebabkan oleh organisme yang disebut Pneumocystis jiroveci, sebelumnya dikenal dengan nama Pneumocystis carinii. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian penderita immunocompromised, antara lain pada Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Pneumocystis pertama kali dikemukakan oleh Chagas pada tahun 1909 dan digolongkan sebagai protozoa. Analisis DNA tahun 1988 menjelaskan bahwa Pneumocystis adalah Pneumocystis Pneumonia pada Infeksi Human Immunodeficiency Virus M. Yanuar Fajar Departemen Paru RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, Indonesia ABSTRAK Pneumocystis pneumonia (PCP) merupakan penyakit oportunistik pada infeksi HIV (human immunodeficiency virus) yang disebabkan oleh Pneumocystis jiroveci. Infeksi Pneumocystis pneumonia terjadi bila kadar CD4 penderita kurang dari 200 sel/mm3 . Profilaksis diberikan bila kadar CD4 pada penderita HIV kurang dari 200 sel/mm3. Obat yang digunakan untuk pengobatan PCP antara lain trimetoprim-sulfametoksazol, primakuin, klindamisin, atavaquon, pentamidin. Kata kunci: pneumocystis pneumonia, infeksi oportunistik, HIV, CD4 ABSTRACT Pneumocystis pneumonia is an opportunistic infection among HIV-positive people caused by Pneumocystis jiroveci. Infection occurs if CD4 level fell below 200/mm3, so prophylaxis should be given at this stage. Drugs used for treatment are trimetoprim-sulphametoxazol, primaquin, clindamycin, atavaquon, pentamidine. M. Yanuar Fajar. Pneumocystis Pneumonia in Human Immunodeficiency Virus Infection. Key words: pneumocystis pneumonia, opportunistic infection, HIV, CD4 Alamat korespondensi email: aanyf_dr@yahoo.co.id jamur. Terdapat perbedaan DNA antara P. jiroveci (derivat manusia) dan P. carinii (derivat tikus percobaan) sehingga untuk manusia dinamakan menjadi P. jirovecii pada tahun 2002.1-5 Selama dekade 1980-an di Amerika Serikat diperkirakan 75% penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) akan menderita PCP selama hidupnya. Awal epidemik, insidens PCP hampir 20 kasus per 100 penderita HIV dengan Cluster of differentiation (CD)4 kurang dari 200 sel/mm3 . Profilaksis PCP yang dikenalkan pertama kali tahun 1989 dan penggunaan kombinasi terapi Anti Retroviral (ARV) tahun 1996 menurunkan insidens PCP. Centre for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan bahwa PCP menurun 3,4 % selama periode 1992-1995 dan turun 21,5% selama 1996-1998. Studi EuroSIDA mendapatkan insidens PCP turun dari 4.9 kasus sebelum Maret 1995 menjadi 0,3 kasus per 100 penderita setelah Maret 1998.2 Pneumocystis pneumonia merupakan infeksi oportunistik serius penderita HIV walaupun dilaporkan insidensnyamenurun.Pneumocystispneumonia meningkat di negara dengan pendapatan kapita yang rendah sampai sedang. Sejumlah 38.6% dari 83 penderita HIV di Uganda yang dirawat di RS dengan pneumonia dan pada pemeriksaan sputum BatangTahan Asam (BTA) negatif didiagnosis PCP dengan pemeriksaan Bronchoalveolar lavage (BAL). PNEUMOCYSTIS PNEUMONIA Pneumocystispneumonia merupakan koinfeksi yang sering ditemukan pada penderita HIV dan jarang terjadi pada penderita HIV dengan CD4 lebih dari 200 sel/mm3 atau 14% dari hitung limfosit total. Pnemocystis dapat menyebabkan pneumonia yang berat pada individu dengan sistem imun yang buruk karena HIV, transplantasi, keganasan, penyakit jaringan. Pada awalnya, Pneumocystis dipikirkan sebagai protozoa. Dalam 20 tahun terakhir, dengan pemeriksaan biologi molekular, teknik imunologi dan lainnya, Pneumocystis digambarkan sebagi suatu jamur.Pneumocystispadamanusiadisebabkan oleh Pneumocystis jiroveci.5,7
  • 2. CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013254 TINJAUAN PUSTAKA MANIFESTASI KLINIS Pneumocystis menyebabkan pneumonia pada penderita HIV dengan karakteristik sesak napas, demam dan batuk yang tidak produktif. Pneumocystis pneumonia biasanya terjadi pada CD4 kurang 200 sel/mm3 pada pasien HIV. Pemeriksaan fisis biasanya hanya didapatkan takipnea, takikardia namun tidak didapatkan ronkhi pada auskultasi. Takipnea biasanyaberatsehinggapenderitamengalami kesulitan berbicara. Sianosis akral, sentral dan membran mukosa juga dapat ditemukan. Foto toraks memperlihatkan infiltrat bilateral yang dapat meningkat menjadi homogen. Tanda yang jarang antara lain terdapat nodul soliter atau multipel, infiltrat pada lobus atas pada pasien dengan pengobatan pentamidin, pneumatokel dan pneumotoraks. Efusi pleura dan limfadenopati jarang ditemukan. Jika pada foto toraks tidak didapatkan kelainan maka dianjurkan pemeriksaan high resolution computed tomography (HRCT).1,2,9-11 Pemeriksaan histopatologi memperlihatkan gambaran eksudat eosinofil aseluler yang mengisi alveoli. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan immunofloresen menggunakan antibodi monoklonal. Pe- meriksaan ini memiliki sensitivitas 95% dan spesifisitas 100%. Pemeriksaan lain meng- gunakan sputum dan BAL dengan hasil di- dapatkan 97% positif pada 100 pasien HIV. Pemeriksaan laboratorium darah tidak khas, kecualipeningkatanlaktatdehidogenase(LDH) dan gradien oksigen alveolar-arterial (AaDO2 ) dikaitkan dengan prognosis lebih buruk.4,11 DIAGNOSIS Pneumocystis sulit didiagnosis karena gejala dan tanda yang tidak spesifik. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis. Bahan pemeriksaan antara lain berasal dari sputum,bronchoalveolarlavage(BAL),jaringan paru.Pneumocystistidakdapatdikultur.Induksi sputum menggunakan larutan hypertonic saline menghasilkan diagnosis 50 sampai 90% dan merupakan prosedur diagnosis utama. Jika pemeriksaan tersebut negatif, pemeriksaan dengan BAL dapat dilakukan (gambar 2).4 Pemeriksaan BAL memiliki sensitivitas lebih dari 90%. Terdapat dua bentuk PCP, yaitu tropik dan kistik. Bentuk tropik dapat dilihat dengan pewarnaan modifikasi Papaniculaou, Wright-Giemsa, atau Gram-Weigert. Bentuk Gambar 2 Pemeriksaan BAL12 Gambar 3 Pewarnaan dengan Gomori methenamin silver12 Tabel 2 Derajat penyakit PCP11 Derajat Kriteria Berat Sesak napas pada waktu istirahat atau PaO2 kurang dari 50 mmHg dalam suhu ruangan. Sedang Sesak napas pada latihan ringan, PaO2 antara 50-70 mmHg pada suhu ruangan saat istirahat, AaDO2 lebih dari 30 mmHg atau saturasi oksigen kurang 94%. Ringan Sesak napas pada latihan sedang, PaO2 lebih 70 mmHg dalam suhu kamar saat istirahat.
  • 3. 255CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013 TINJAUAN PUSTAKA hipotensi, aritmia, hipoglikemia, gangguan fungsi ginjal, peningkatan kadar kreatinin dan trombositopenia.1,13 Klindamisin dan Primakuin Terapikombinasiduaobatiniefektifmengobati PCP derajat ringan sampai sedang. Kombinasi ini digunakan pada pasien yang tidak toleran atau gagal pada pengobatan trimetoprim- sulfametoksasol atau pentamidin. Efek samping yang dapat terjadi antara lain rash, demam, neutropenia, gangguan gastrointestinal dan methemoglobinemia.1,13 Dapson Kombinasi dapson dengan trimetoprim efektif digunakan untuk PCP derajat ringan sampai sedang. Efek samping yang dapat terjadi berupa methemoglobinemia, hiperkalemia ringan, anemia.1,13 Atovakuon Merupakan antimalaria yang merupakan terapi lini kedua pengobatan PCP. Walaupun ditoleransi lebih baik dibanding trimetoprim- sulfametoksazol, obat ini kurang efektif. Efek samping yang terjadi yaitu rash, demam, gangguan gastrointestinal dan gangguan fungsi hati.1,13 Kortikosteroid Kortikosteroid diberikan pada penderita PCP berat. Kortikosteroid juga dapat menurunkan efek samping Trimetoprim-sulfametoksasol. Bezzote dkk. menjelaskan efek kortikosteroid akanbaikbiladiberikanpadapenderitaderajat sedang atau berat. Pemberian kortikosteroid dapat meningkatkan insidens herpes virus serta oral trush.1,11 Pengobatan berdasarkan derajat penyakit PCP Berat Penderita perlu dirawat dirumah sakit dengan bantuan ventilator. Obat lini pertama yang diberikan adalah kotrimoksazol dosis tinggi intravena (trimetoprim 15 mg/kgBB/hari dan sulfametoksasol 75 mg/kgBB/hari selama 21 hari). Bila tidak ada respons dapat diberi lini kedua yaitu pentamidin intravena (3-4 mg/kgBB selama 21 hari). Lini ke tiga adalah klindamisin (600 mg IV tiap 8 jam) dengan primakuin (15 mg/oral/hari). Pemberian kortikosteroid direkomendasikan 40 mg se- cara peroral dua kali sehari pada hari pertama sampai kelima, 40 mg satu kali per hari selama TATA LAKSANA PCP Obat yang digunakan dalam terapi PCP dapat dilihat pada tabel 3. Trimetoprim-Sulfametoksazol Merupakan obat pilihan terapi PCP. Penetrasinya baik di jaringan. Studi prospektif membandingkan pemberian trimetoprim- sulfametoksasol dengan pentamidin menunjukkan bahwa obat tersebut memperbaiki oksigenasi serta daya tahan hidup lebih baik. Pemberian oral pada PCP derajat ringan sampai sedang. Efek samping yang dapat terjadi adalah skin rash dan gangguan fungsi hati pada 20% penderita. Tidak dilaporkan efek samping yang dapat menyebabkan penderita sampai dirawat di rumah sakit.1,13 Pentamidin Pentamidin digunakan sebagai terapi lini kedua;. merupakan antiprotozoa yang mekanismenya dalam melawan Pneumocystis belum jelas diketahui. Pentamidin merupakan obat toksik dengan efek samping antara lain Tabel 3 Pengobatan PCP4 Jenis obat Dosis Cara Trimetoprim – Sulfametokasazol 15-20 mg/kg 75-100 mg/kg setiap hari dalam 3 dosis peroral Primakuin plus 30 mg setiap hari peroral Klindamisin 600 mg tiga kali sehari Atovakuon 750 mg dua kali sehari peroral Pentamidin 4 mg/kg setiap hari 600 mg setiap hari intravena aerosol kista dilihat dengan pewarnaan Gomori methenamin silver (gambar 3), cresyl each violet, toluidin blue O, atau calcofluor white. Pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) untukmendeteksiasamnukleatpneumocystis memiliki sensitivitas serta spesifisitas tinggi (88% dan 85%) dari bahan yang diambil dari induksi sputum dan BAL. Diagnosis definitif ditegakkanjikapadapemeriksaanmikroskopis ditemukan kista Pneumocystis jirovecii. Derajat penyakit dijelaskan pada tabel (2). Sedangkan diagnosis presumtif PCP menurut CDC jika ditemukan sebagai berikut :2,4,11 1. Keluhan sesak napas saat aktif atau batuk non produktif dalam tiga bulan terakhir 2. Gambaran foto toraks berupa infiltrat interstitial difus bilateral atau gambaran penyakit paru difus bilateral 3. Tekanan oksigen (O2 ) kurang dari 70 mmHg pada pemeriksaan analisis gas darah atau kapasitas difusi rendah (kurang 80% prediksi) atau peningkatan AaDO2 4. Tidak terbukti pneumonia bakterialis. Tabel 4 Profilaksis PCP4 Jenis obat Dosis Cara pemberian Trimetoprim – Sulfamtoksazol 1 x 2 tablet setiap hari atau 1 x 1 tablet setiap hari 1 x 2 tablet 3 kali seminggu peroral (alternatif) Dapson 50 mg sekali sehari atau 100 mg setiap hari peroral Dapson plus Pirimetamin plus Leukovorin 50 mg setiap hari 50 mg setiap minggu 25 mg setiap minggu peroral Pentamidin 300 mg setiap bulan aerosol Atovakuon 1500 mg setiap hari peroral
  • 4. CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013256 TINJAUAN PUSTAKA dapat dilihat pada tabel 4.6,14,15 SIMPULAN 1. HumanImmunodeficiencyVirus(HIV)adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). 2. Pneumocystis pneumonia merupakan penyakit oportunistik HIV yang disebabkan oleh Pneumocystis jiroveci. 3. Infeksi Pneumocystis pneumonia terjadi bila kadar CD4 penderita kurang dari 200/mm3 . 4. Profilaksis diberikan bila kadar CD4 pada penderita HIV kurang dari 200 sel/mm3 5. Obat untuk pengobatan PCP antara lain trimetoprim-sulfametoksazol, primakuin, klin- damisin, atovakuon, dan pentamidin. DAFTAR PUSTAKA 1. Lee SA. A review of Pneumocystis pneumonia. J. Pharm Prac 2006; 19:1-9. 2. Huang L, Moris A, Limper AH, Beck JM. An official ATS workshop summary: recent advences and future directions in Pneumocystis pneumonia (PCP). Am Thorac Soc 2006; 3:655-64. 3. Rodroguez M, Fishman JA. Prevention due to Pneumocystis spp. in human immunodeficiency virus-negative immunocompromised patients. Clin Microbiol Rev 2004; 17:770-82. 4. Thomas CF, Limper AH. Pneumocystis pneumonia. N Engl J Med 2004; 350:2487-98. 5. Miller R, Huang L. Pneumocystis jiroveci infection. Thorax 2004; 59:731-3. 6. Lamprey PR, Johnson JL, Khan M. The global challange of HIV and AIDS. Population Bulletin 2006; 61:1-28. 7. Nasronudin. HIV & AIDS : Pendekatan biologi molekuler klinis dan sosial. Airlangga University Press: 2007.p.1-309. 8. Nahimana A, Rabodonirina M, Bille J, Francioli P. Mutations of Pneumocystis jiroveci dihydrofolate reductase associated with failure of prophylaxis. Antimicrobial agents and chemotherapy 2004; 48:4301-5. 9. World Health Organization. WHO case definitions of HIV for surveillance and revised clinical staging and immunoligical classification of HIV-related disease in adults and children. WHO press; 2006.p.1-38. 10. Wormser GP. Aids and other manifestations of HIV infection. 4th ed. New York:Elsevier; 2003.p.399-40 11. Y Evy, D Samsuridjal, D Zubairi. Infeksi oportunistik pada AIDS. Balai penerbit FKUI; 2005.p.1-78. 12. Red Book online visual library. [ cited 2007 June 18 ]. Available at http://aapredbook.aappub lications.org/visual. 13. Atzori C, Clerici M, Trabattoni D, Fantoni G, Velerio A, tronconi E, et al. Assessment of immune reconstitution to Pneumocustis carinii in HIV-1 patient under different highly active antiretro- viral therapy regimens. Jour of Antimicrobial Chemotherapy 2003; 52:276-281. 14. Cruciani M, Marcati P, Malena M, Bosco O, Serpelloni G, Mengoli C. Meta-analisis of diagnostic procedures for Pneumocystis carinii pneumonia in HIV-1-infected patients. Eur Respir J 2002; 20:982-9. 15. RHRC Consortium. HIV/AIDS prevention and control; 2004; 11-31. 16. Hammer SM. Management of newly diagnosed HIV infection. N Engl J Med 2005; 353:1702-10. 6-10 hari, 20 mg setiap hari sampai lengkap 21 hari.6,13 PCP Sedang Penderita dianjurkan untuk dirawat di rumah sakit. Pengobatan yang dapat diberikan adalah Trimetoprim-sulfametoksazol 480 mg dua tablet tiga kali sehari selama 21 hari.6 PCP Ringan Penderita dapat diberi kotrimoksazol peroral 480 mg dua tablet sehari selama 21 hari atau cukup 14 hari jika respons membaik.6 Profilaksis PCP Sebelum dikenal pengobatan HAART 10% PCP sering terjadi pada CD4 lebih dari 200 sel/mm3 . Pemberian highly active antiretroviral therapy (HAART) pada penderita HIV dapat menurunkan kejadian infeksi oportunistik. Profilaksis dapat diberikan jika CD4 kurang dari 200 sel/mm3 atau limfosit total kurang dari 14% dengan kandidiasis oral atau demam yang tidak jelas penyebabnya dan berlangsung lebih dari dua minggu. Regimen yang diberikan adalah kotrimoksazol dua kali sehari, seminggu dua kali atau dapsone 100 mg peroral per hari atau atavaquone 750 mg peroral dua kali per hari. Profilaksis dihentikan bila CD4 lebih dari 200 sel/mm3 atau limfosit total lebih dari 14% yang telah berlangsung lebih dari tiga bulan. Pengobatan profilaksis