Kisi-kisi UTS Kelas 9 Tahun Ajaran 2023/2024 Semester 2 IPS
BRONKOPNEUMONIA
1. BRONKOPNEUMONIA Page 1
Get Homework/Assignment Done
Homeworkping.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
PNEUMONIA
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru. Pneumonia hingga saat ini masih
tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun
(balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2
juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di
2. BRONKOPNEUMONIA Page 2
Afrika dan Asia Tenggara. Menurut Survei Kesehatan Nasional (SKN) 2001, 27,6%
kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem
respiratori, terutama pneumonia.(1.2)
Terdapat berbagai faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas
pneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor resiko tersebut adalah
pneumonia yang terjadi pada masa bayi, berat badan lahir rendah (BBLR), tidak
mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin
A, tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, dan tingginya pajanan
terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok).(1)
Pneumonia pada anak umumnya di diagnosis berdasarkan gambaran klinis
yang menunjukkan keterlibatan sistem respiratori, serta gambaran radiologis. Prediktor
paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis, dan lebih dari satu gejala
respiratori sebagai berikut : takipnea, batuk, nafas cuping hidung, retraksi, ronki dan
suara nafas melemah.(3)
Dimasa yang lalu pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia tipikal yang
disebabkan oleh Str.pneumoniae dan atipikal yang disebabkan oleh M.pneumoniae,
H.influenzae, S.aureus dan bakteri gram negative lain yang memberikan sindrom klinik
yang identik dengan pneumonia oleh Str.pneumoniae, dan bakteri lain dan virus dapat
menimbulkan gambaran yang sama dengan pneumonia oleh M.pneumoniae. karena itu
istilah ‘atipikal’ tidak lagi digunakan.(4)
Pola bakteri penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi
umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan penting dalam pneumonia
adalah Streptococcus pneumonia, Hemophilus influenza, Staphylococcus aureus,
Streptococcus grup B, serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma. Walaupun
pneumonia dapat ditatalaksana tanpa antibiotik, tapi umumnya sebagian besar pasien
diberi antibiotic karena infeksi bakteri sekunder tidak dapat disingkirkan.(1)
Di Negara berkembang, pneumonia pada anak terutama disebabkan oleh
bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus
pneumonia, Haaemophilus influenza, dan Staphylococcus aureus. Pneumonia yang
3. BRONKOPNEUMONIA Page 3
disebabkan oleh bakteri-bakteri ini umumnya responsive terhadap pengobatan dengan
antibiotik betalaktam. Di lain pihak, terdapat pneumonia yang tidak responsive dengan
antibiotik betalaktam dikenal sebagai pneumonia atipik. Pneumonia atipik terutama
disebabkan oleh Mycoplasma pneumonia dan Clamydia pneumonia.(1)
DEFINISI
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme (virus/ bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh
hal lain (aspirasi,radiasi).(1)
Pneumonia merupakan infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru.(5)
EPIDEMIOLOGI
Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi. Berdasarkan
data WHO, pada tahun 2000 infeksi saluran nafas akut bagian bawah menjadi penyebab
2,1 juta anak dibawah umur 5 tahun. Menurut WHO kejadian pneumonia di Indonesia
pada balita diperkirakan antara 10-20 % per tahun. Secara teoritis diperkirakan bahwa
10 % dari penderita pneumonia akan meninggal bila tidak diberikan pengobatan. Bila
4. BRONKOPNEUMONIA Page 4
hal ini benar maka diperkirakan tanpa pemberian pengobatan akan didapat 250.000
kematian balita akibat pneumonia setiap tahunnya (1,3,6).
Penelitian yang dilakukan di pulau Lombok tahun 1998 sampai 2002
mendapatkan hasil sebagai berikut: kejadian pneumonia pada anak usia kurang dari 2
tahun adalah sebesar 30,433 per 100.000 anak/tahun., kejadian pneumonia Hib adalah
894 per 100.000 anak/tahun, dan kematian anak karena pneumonia Hib adalah 92/100
anak/tahun.(5)
KLASIFIKASI
Pada umumnya pembagian pneumonia berdasarkan etiologi dan dasar anatomis.
Secara etiologi pneumonia yaitu:
1. Bakteri : D.pneumoniae, pneumococcus, streptococcus, stafilococcus,
H. influenza, pseudomonasaeruginosa.
2. Virus : RSV, adenovirus, sitomegali virus, virus influenza.
3. Jamur : aspergilus, C. neoformans, histoplasma, coccidiodes immitis
4. Aspirasi benda asing
5. Sindrom Loeffler(7)
Secara anatomis pneumonia dibagi 3, yaitu:
1. Pneumonia lobaris
Penyakit pneumonia dimana seluruh lobus (biasanya 1 lobus) terkena infeksi
secara difusi. Penyebabnya adalah Streptococcus pneumonia. Lesinya yaitu bakteri
yang dihasilkannya menyebar merata ke seluruh lobus
2. Bronkopneumonia (Pneumonia lobularis)
Pada bronkopneumonia terdapat kelompok-kelompok infeksi pada seluruh jaringan
pulmo dengan “multiple foclinfection” yang terdistribusi berdasarkan tempat
dimana gerombolan bakteri dan debrisnya tersangkut di bronchus. Penyebab
utamanya adalah obstruksi bronchus oleh mucus dan aspirasi isi lambung lalu
bakteri terperangkap disana kemudian memperbanyak diri dan terjadi infeksi pada
pulmo. Pneumonia intertitialis: reaksi inflamasi melibatkan dinding alveoli dengan
5. BRONKOPNEUMONIA Page 5
eksudat yang relative sedikit dan sel-sel leukosit poli-morfo-nuklear dalam jumlah
yang relative sedikit.
3. Pneumonia intertitialis biasanya ada kaitannya dengan infeksi saluran pernafasan
atas. Penyebabnya adalah virus (influenza A dan B, respiratory sycytial virus, dan
rhino virus) dan mycoplasma pneumonia.(7)
Selain itu, berdasarkan lingkungan klasifikasi pneumonia dibagi menjadi :
1. Pneumonia komunitas
2. Pneumonia nosokomial
3. Pneumonia rekurens
4. Pneumonia aspirasi
5. Pneumonia pada gangguan imun.(1,2,7)
ETIOLOGI
Tabel 1. Etiologi Bronkopneumonia pada anak sesuai dengan Usia(IDAI)
Usia Etiologi Yang Sering Etiologi Yang Jarang
Bakteri Bakteri
E.Colli Bakteri anaerob
Streptococcus group B Streptococcus group D
7. BRONKOPNEUMONIA Page 7
virus
5 tahun-remaja
Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumonia Haemophillus influenza
Mycoplasma
pneumonia
Legionella sp
Streptococcus
pneumonia
Staphylococcus aureus
Virus
Virus adeno
Virus Epstein-bar
Virus influenza
Virus parainfluenza
Virus rino
Respiratory syncytial virus
Virus varisela-zooster
Dikutip dari : Said M. Pneumonia. Dalam : Respirologi Anak (1)
PATOGENESIS
Umumnya mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian perifer melalui
saluran respiratori. Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena
mengalami konsolidasi yaitu terjadi serbukan sel PMN (polimorfonuklear), fibrin,
eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Proses ini termasuk dalam
stadium hepatisasi merah. Sedangkan stadium hepatisasi kelabu adalah kelanjutan
proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan pleura, terdapat fibrin dan leukosit
PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Selanjutnya, jumlah makrofag
meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris
menghilang. Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan
paru yang tidak terkena akan tetap normal.(1,8)
8. BRONKOPNEUMONIA Page 8
MANIFESTASI KLINIS
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak
adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas,
gejala klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya
penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi non infeksi yang relative lebih sering,
dan faktor patogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada anak merupakan faktor
penting yang menyebabkan karakteristik penyakit berbeda-beda, sehingga pelu
dipertimbangkan dalam tata laksana pneumonia.(1)
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak tergantung pada berta
ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
1. Gejala infeksi umum
- Demam
- Sakit kepala
- Gelisah
- Malaise
- Penurunan nafsu makan
- Keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare
- Kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner
2. Gejala gangguan respiratori
- Batuk
- Sesak nafas
- Retraksi dada
- Takipnea
- Nafas cuping hidung
- Merintih
- Sianosis (1)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah Perifer Lengkap
9. BRONKOPNEUMONIA Page 9
Pada pneumonia virus dan pneumonia mikoplasma umumnya ditemukan
leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada pneumonia
bakteri didapatkan leukosit yang bekisar antara 15.000-40.000/mm3 dengan
predominan PMN. Leukoponia (<5.000/mm3) menunjukkan prognosis yang buruk.
Leukositosis hebat (>30.000/mm3) hampir selalu menunjukkan adanya infeksi
bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremi dan risiko terjadinya komplikasi
lebih tinggi. Pada infeksi chlamydia pneumonia kadang-kadang ditemukan
eosinofilia. Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan sel PMN berkisar antara
300-100.000/mm3, protein >2,5g/dl, dan glukosa relatif lebih rendah daripada
glukosa darah. Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan laju endap darah (LED)
yang meningkat. Secara umum, hasil pemeriksaan darah perifer lengkap dan LED
tidak dapat membedakan antara infeksi virus dan infeksi bakteri secara pasti.(1)
2. C-Reactive Protein (CRP)
C-reactive protein adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh
hepatosit. Sebagai respons infeksi atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara
cepat distimulasi oleh sitokin,terutama interleukin (IL)-6, (IL)-1, dan tumor necrosis
factor (TNF). Meskipun fungsi pastinya belum diketahui, CRP sangat mungkin
berperan dalam opsonisasi mikrooganisme atau sel yang rusak.(1)
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan
antara faktor infeksi dan noninfeksi, infeksi virus dan bakteri,atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda. Kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi virus dan
infeksi bekteri superfisialis daripada infeksi bakteri profunda. C –reactive protein
kadang-kadang digunakan untuk evaluasi respons terapi antibiotik. Suatu penelitian
melaporkan bahwaa CRP cukup sensitif tidak hanya untuk diagnosis empiema
torasis, tetapi juga untuk memantau respons pengobatan. Dari 38 kasus empiema
yang diselidiki, ternyata sebelum pengobatan semua kasus mempunyai CRP yang
tinggi. Dengan pengobatan antibiotik, kadar CRP turun secara kembali normal pada
saat pulang dari RS. Meskipun demikian, secara umum CRP belum terbukti secara
konklusif dapat membedakan antara infeksi virus dan bakteri.(1)
10. BRONKOPNEUMONIA Page 10
3. Uji Serologis
Uji serologik untuk mendeteksi antigen dan antibody pada infeksi bakteri
tipik mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang rendah. Secara umum,uji
serologis tidak terlalu bermanfaat mendiagnosis infeksi bakteri tipik. Akan tetapi,
untuk deteksi infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia, serta beberapa
virus seperti RSV, Sitomegalo, campak, Parainfluenza 1,2,3, influenza A dan B, dan
Adeno, peningkatan antibody IgM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis.(1)
4. Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali paada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk pemeriksaan
mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok,secret nasofaring, bilasan
bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru. Diagnosis definitif bila kuman
ditemukan dalam darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.(1)
5. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Foto rontgen toraks pada pneumonia ringan tidak rutin dilakukan, hanya
direkomendasikan pada pneumonia berat yang dirawat. Umumnya pemeriksaan yang
dilakukan untuk menunjang diagnosis pneumor di Instalasi Gawat Darurat hanyalah
pemeriksaan rontgen toraks posisi AP. (1)
11. BRONKOPNEUMONIA Page 11
Secara umum gambaran foto toraks terdiri dari :
Infiltrat interstisial,ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler,
peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.
Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru dengan air bronchogram. Konsolid
dapat mengenai satu lobus disebut dengan pneumonia lobaris, atau terlihat
sebagai lesi tunggal yang biasanya cukup besar, berbentuk sferis, berbatas yang
tidak terlalu tegas, dan menyerupai lesi tumor paru.
Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai
dengan peningkatan corakan peribronkial (1).
DIAGNOSA
1. Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun
Pneumonia berat
- Bila ada sesak nafas
- Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia
- Bila tidak ada sesak nafas
- Ada nafas cepat dengan laju nafas
>50x/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun
>40x/menit untuk anak >1-5 tahun
- Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.
Bukan pneumonia
- Bila tidak ada nafas cepat dan sesak nafas
- Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik,
hanya diberikanpengobatan simptomatis seperti penurun panas.(1)
Gambar 1 Gambar 2
12. BRONKOPNEUMONIA Page 12
2. Bayi berusia di bawah 2 bulan
Pada bayi berusia di bawah usia 2 bulan, perjalanan penyakitnya lebih
bervariasi, mudah terjadi komplikasi, dan sering menyebabkan kematian.
Klasifikasi pneumonia dan kelompok usia ini adalah sebagai berikut:
o Pneumonia
- Bila ada nafas cepat (>60x/menit) atau sesak nafas
- Harus dirawat dan diberikan antibiotik.
o Bukan pneumonia
- Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
- Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis.(1)
FAKTOR RESIKO
1. Pertusis
2. Morbili
3. Gizi kurang
4. Umur kurang dari 2 bulan
5. Berat badan lahir rendah
6. Tidak mendapat ASI yang memadai
7. Polusi udara
8. Laki-laki
9. Imunisasi yang tidak memadai
10. Defisiensi vitamin A
11. Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini
12. Kepadatan tempat tinggal (1,9)
Penelitian di beberapa Negara Asia Selatan menunjukkan bahwa suplementasi
Zinc pada diet sedikitnya 3 bulan dapat mencegah infeksi saluran pernafasan bawah. Di
Indonesia, Zinc dianjurkan diberikan pada anak yang menderita diare. Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) mempunyai risiko untuk meningkatnya ISPA, dan perawatan di rumah
sakit penting untuk mencegah BBLR.(5)
13. BRONKOPNEUMONIA Page 13
Pemberian imunisasi dapat menurunkan risiko untuk terkena pneumonia.
Imunisasi yang berhubungan dengan kejadian penyakit pneumonia adalah imunisasi
pertusis (DTP), campak, Haemophilus Influenza, dan pneumokokus.(5)
Polusi udara yang berasal dari pembakaran di dapur dan di dalam rumah
mempunyai peran pada risiko kematian balita di beberapa Negara berkembang.
Diperkirakan 1,6 juta kematian berhubungan dengan polusi udara dari dapur. Hasil
penelitian Dherani, dkk (2008) menyimpulkan bahwa dengan menurunkan polusi
pembakaran dari dapur akan menurunkan morbiditas dan mortalitas pneumonia. Hasil
penelitian juga menunjukkan anak yang tinggal di rumah yang dapurnya menggunakan
listrik atau gas cenderung lebih jarang sakit ISPA dibandingkan dengan anak yang
tinggal dalam rumah yang memasak dengan menggunakan minyak tanah atau kayu.
Selain asap bakaran dapur, polusi asap rokok juga berperan sebagai faktor risiko. Anak
dari ibu yang merokok mempunyai kecendrungan lebih sering sakit ISPA dari pada
anak yang ibunya tidak merokok (16% berbanding 11%).(5)
TATA LAKSANA
1. Pneumonia Rawat Jalan
- Antibiotik lini pertama secara oral misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol
- Dosis amoksisilin 25 mg/KgBB
- Dosis kotrimoksazol 4 mg/kgBB TMP – 20 mg/kgBB sulfametoksazol).(1)
2. Pneumonia Rawat Inap
- Antibiotik lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau kloramfenikol.
- Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas, dapat diberikan
antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin
- Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan
pneumonia tanpa komplikasi (1)
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus dimulai
sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis. Antibiotik yang
direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti kombinasi beta-
14. BRONKOPNEUMONIA Page 14
laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila
keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari. (1)
TERAPI SUPORTIF
o Oksigen
o Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat
o Obat batuk
o Mengatasi penyakit penyerta seperti kejang demam, diare serta komplikasi
jika di jumpai (1).
PENCEGAHAN
Upaya pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia
pada anak terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan non-imunisasi. Imunisasi
terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap pneumonia merupakan strategi
pencegahan spesifik. Pencegahan non-imunisasi merupakan pencegahan non-spesifik
misalnya mengatasi berbagai faktor risiko seperti polusi udara dalam ruang, merokok,
kebiasaan perilaku tidak sehat/ bersih, perbaikan gizi dan lain-lain.(5)
Imunisasi
Dalam sejarah kedokteran imunisasi merupakan success-story program kesehatan
yang paling menarik. Contoh yang sangat mengesankan adalah penyakit cacar yang
saat ini sudah dapat di eradikasi sebagai akibat signifikan keberhasilan program
imunisasi. Diharapkan menyusul adalah polio yang mudah-mudahan dalam waktu
dekat akan dapat dieradikasi pula. Pencegahan pneumonia yang berkaitan dengan
pertusis dan campak adalah imunisasi DPT dan campak dengan angka cakupan yang
menggembirakan: DPT berkisar 89,6 %-94,6% dan campak 87,8%- 93,5%.(5)
Dari beberapa studi vaksin (vaccine probe) diperkirakan vaksin pneumokokus
konjungat dapat penyakit dan kematian 20-35% kasus pneumonia pneumokokus dan
vaksin Hib mencegah penyakit daam kematian 15-30% kasus pneumonia Hib. Pada
15. BRONKOPNEUMONIA Page 15
saat ini di banyak Negara berkembang direkomendasikan vaksin Hib untuk
diintegrasikan ke dalam program imunisasi rutin dan vaksin pneumokokus konjugat
direkomendasikan sebagai vaksin yang dianjurkan. Mempercepat penemuan vaksin
baru berdasarkan serotipe molekuler (molecular serotypes) bakteri penyebab
pneumonia dan pengembangan vaksin lain seperti RSV patut mendapat dukungan.
Namun di samping motif kepentingan keilmuan (science) agaknya terdapat motif
kepentingan bisnis (commerce) dibalik minat dan ketertarikan yang kuat dalam
pengembangan vaksin ini. Negara berkembang merupakan pasar vaksin yang luar biasa
besarnya dan perusahaan yang berkepentingan tentu sangat berminat akan hal ini
(Vashishtha VM 2009). Penggunaan vaksin baru dimasa datang seyogyanya
berdasarkan kajian tentang ketersediaan (availability), keterjangkauan secara finansial
(affordability) dan bila mungkin berdasarkan, “bukti profil epidemiologik Negara
bersangkutan”. Keterjangkauan harga vaksin disamping ketersediaan dan peningkatan
kapasitas rantai-dingin (cold chain) adalah faktor yang menentukan berhasilnya
penerapan program imunisasi di Negara berkembang. Kekurangan yang mungkin masih
ditemukan sehubungan dengan imunisasi sebagai pencegahan spesifik terutama di
beberapa Negara berkembang adalah sebagai berikut: cakupan imunisasi campak dan
DPT/pertusis mungkin belum memuaskan, imunisasi Hib belum termasuk imunisasi
wajib, imunisasi pneumokokus tidak efektif karena serotype tidak usaha, dan imunisasi
terhadap patogen lain (RSV, stafilokokus, gram negatif) belum tersedia.(5)
Non-imunisasi
Disamping imunisasi sebagai pencegahan spesifik pencegahan non-imunisasi sebagai
upaya pencegahan non-spesifik merupakan komponen yang masih sangat strategis.
Banyak kegiatan yang dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan kepada berbagai
komponen masyarakat, terutama pada ibu anak-balita tentang besarnya masalah
pneumonia dan pengaruhnya terhadap kematian anak, perilaku preventif sederhana
misalnya kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi dengan pola
16. BRONKOPNEUMONIA Page 16
makanan sehat, penurunan faktor resiko lain seperti mencegah berat badan lahir rendah,
menerapkan ASI eksklusif, mencegah polusi udara dalam ruang yang berasal daari
bahan bakar rumah tangga dan perokok pasif di lingkungan rumah.(5)
KOMPLIKASI
1. Empiema
2. Otitis media akut
3. Atelektasis
4. Emfisema
5. meningitis (7)
PROGNOSIS
Dengan diberikan antibiotik yang tepat dan adekuat serta terapi suportif yang
memadai mortalitas dapat diturunkan (1,3).
STATUS PASIEN SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RSU.DR.PIRNGADI KOTA MEDAN
I. Anamnese pribadi os
a. Nama : Alfario
17. BRONKOPNEUMONIA Page 17
b. Umur : 1 tahun 4 bulan
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Agama : Islam
e. Suku : Aceh
f. Alamat : Jln. Karya damai, gang kurnia no.6, Medan
g. BB masuk : 10,2 kg
h. PB masuk : 83 cm
i. Tanggal Masuk : 31 oktober 2012
II. Anamnese mengenai orang tua os
Identitas Ayah Ibu
Nama Nasaruddin Ros Ramadana
Umur 35 tahun 32 tahun
Agama Islam
Perkawinan Pertama
Pendidikan SMA S1
Pekerjaan Wiraswasta Dosen
Riwayat penyakit -
Alamat Jl. Langgar gg.sejahtera no. 13 Medan
III. Riwayat Kelahiran Os
Usia kehamilan : 9 bulan 10 hari
Tanggal lahir : 6 juni 2011
Tempat lahir : Klinik bersalin
Cara lahir : SC
18. BRONKOPNEUMONIA Page 18
Ditolong oleh : Dokter
BB lahir : 3500 gram
PB lahir : 51 cm
IV. Perkembangn fisik
- Saat lahir : menangis kuat
- 3-5 bulan : sudah bisa mengikuti objek dengan mata dan
mengangkat kepala
- 6-8 bulan : sudah bisa telungkup
- 9- 12 bulan : sudah bisa duduk dan berjalan dengan dibantu
- 1tahun- sekarang : sudah bisa mengikuti perintah dan bersosialisasi
dengan baik
V. Anamnese makanan
0-4 bulan : ASI
4 bulan-1 tahun : ASI + Susu formula + bubur
1 tahun - sekarang : Susu formula + nasi lembek
VI. Riwayat imunisasi
Hepatitis B : 3x
Polio : 4x
BCG : 1x
DPT : 3x
Campak : 1x
Kesan Riwayat imunisasi dasar lengkap
VII. Penyakit yang pernah diderita : ISPA, kejang demam
VIII. Keterangan mengenai saudara os :
- os anak kedua dari 2 bersaudara
- Anak pertama, laki-laki, 5 tahun sehat
19. BRONKOPNEUMONIA Page 19
IX. Anamnese mengenai penyakit os
Keluhan utama : sesak nafas
Telaah :
Sesak napas dialami oleh os sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit, sesak
terutama bila batuk, sesak tidak berhubungan dengan aktivitas dan cuaca,
sesak tidak disertai dengan tanda kebiruan di bibir.
Batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu, dahak sulit dikeluarkan.
Pilek (+) sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit
Muntah (+) bila batuk terus menerus, isi muntah bercampur dengan dahak.
Volume ± ½ gelas aqua.
Demam (+) 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit, demam bersifat
terus menerus. Menggigil (-)
Mencret (-)
BAK (+) kesan cukup, BAB (+) normal.
RPT = ISPA
RPO = tidak jelas
X. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
KU/KP/KG : Sedang/sedang/baik
Sensorium : compos mentis
Frek.Nadi : 118x/i, reguler, T/V cukup
Frek.Nafas : 60x/i, reguler, ronki basah gelembung halus (+)
Temperatur : 38oC
20. BRONKOPNEUMONIA Page 20
BB Masuk : 10,2 kg
PB Masuk : 98 cm
Pucat : (+)
Ikterik : (-)
Edema : (-)
Sianosis : (-)
Dispnoe : (+)
2. Status Lokalisata
Kepala
o Mata : R/C (+/+) .pupil isokor,conjungtiva palpebra inferior pucat (+/+)
o Hidung : Pernafasan cuping hidung (+), 02 nasal kanul terpasang
o Telinga : Dalam batas normal
o Mulut : Dalam batas normal
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Thorak
Inspeksi : Simetris fusiformis, Retraksi (+) epigastrial
Palpasi : Stem fremitus meningkat
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : S.P : bronkial
Frek.Nadi : 118x/i reguler, T/V cukup
Frek.nafas : 60x/i reguler, ronki basah gelembung
halus (+) bagian basal paru.
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
turgor kulit kembali cepat
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peritaltik usus (+) normal
21. BRONKOPNEUMONIA Page 21
Ektremitas
Atas : pols 118x/i,regular, T/V cukup, CRT <3”
Bawah : Akral hangat ,CRT<3”
Genitalia : laki-laki,tidak dijumpai kelainan.
Anus : (+),tidak dijumpai kelainan
XI. Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen : (31 oktober 2012)
Hasil : Tampak infiltrasi halus di perifer paru kanan dan kiri
Laboratorium:
Darah rutin (31 oktober 2012)
Hb : 11,3 gr/dL
Leukosit : 12800/mm3
Hematokrit : 35,3 %
Trombosit : 268.000/ mm3
Kesan : anemia
AGDA (31 oktober 2012)
PH : 7,421
PCo2 : 33,5 / mmHg
Po2 : 151,8/mmHg
Tco2 : 23,0/mmol / I
Hco3 : 21,9/mmol/I
O2 sat : 99 %
22. BRONKOPNEUMONIA Page 22
Bafe excess : -2,7
XII. Differential Diagnosa
Bronkopneumonia
Bronkiolitis
TB Paru
XIII. Diagnosa Kerja
Bronkopneumonia
XIV. Therapy
Bed rest
O2 ½ - 1 L/I nasal kanul
IVFD D5% Nacl 0,225% 31 gtt/i mikro retriksi 25 %
Injeksi cefotaxime 500 mg/ 12jam/ iv
Injeksi dexametason 1,5 mg/12jam/iv
Ventolin nebul 2,5 cc + 2 cc Nacl/8 jam
Paracetamol 3 x 100 mg (pulv) jika demam
Diet MI 1010 kkal + 21 gram protein
XVI. Prognosa : Baik dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat serta
terapi suportif yang memadai.
23. BRONKOPNEUMONIA Page 23
TABEL FOLLOW UP PASIEN
Hari Rawatan
(Tanggal)
Hari Rawatan I
(1 November 2012)
Keluhan Sesak nafas (+), Demam(-), Batuk berdahak (+)
24. BRONKOPNEUMONIA Page 24
Status Present
KU/KP/KG Sedang / Sedang / Baik
Sensorium Compos Mentis
Frekuensi nadi 94 x / i,reg, T/V cukup
Frekuensi nafas 62x / i
Temperatur 36,5 °C
BB 10 kg
Status Lokalisata
Kepala UUB terbuka rata
Mata RC (+/+), pupil isokor, conjungtiva palp inf pucat (-/-)
Telinga Dalam batas normal
Hidung Nasal Kanul Terpasang, PCH (+)
Mulut Dalam batas normal
Leher Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi (+)epigastrial
Palpasi Stem fremitus meningkat
Perkusi Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi Auskultasi :
HR : 94x / i, reguler, desah(-)
RR : 62x / i, regular, ronki basah (+)
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, Hati/Lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) normal.
Ekstremitas atas Pulse 94 x/i, regular, T/V cukup, akral hangat CRT
<3”
Ekstremitas Akral hangat, CRT<3”, KPR (+), APR(+),
25. BRONKOPNEUMONIA Page 25
Bawah
Genetalia Laki-laki (tidak ada kelainan), Anus (+)
Pemeriksaan
Penunjang
-
Diagnosis Bronkopneumonia
Therapy Bed rest
O2 ½ - 1 L/I nasal kanul
IVFD D5% Nacl 0,225 % 31 gtt/I mikro
Injeksi Cefotaxime 500 mg/12jam/iv
Injeksi dexametason 1,5 mg/12jam/iv
Nebul ventolin 2,5 cc + 2cc Nacl/8 jam
Diet M1 1000 kkal + 20 gr protein
Anjuran -
Hari Rawatan
(Tanggal)
Hari Rawatan II
(2 November 2012)
Keluhan Sesak nafas(+) , Demam(-), Batuk(-)
Status Present
KU/KP/KG Sedang / Sedang / Baik
Sensorium Compos Mentis
Frekuensi nadi 100x / i reg, T/V cukup
Frekuensi nafas 60 x / i
Temperatur 36,9°C
BB 10 kg
Status Lokalisata
Kepala UUB terbuka rata
26. BRONKOPNEUMONIA Page 26
Mata RC (+/+), pupil isokor, conjungtiva palp inf pucat (-/-)
Telinga Dalam batas normal
Hidung Nasal Kanul Terpasang, PCH (-)
Mulut Dalam batas normal
Leher Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi retraksi (+) epigastrial
Palpasi Stem fremitus meningkat
Perkusi Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi Auskultasi :
HR : 100 x / i, reguler, desah(-)
RR : 60 x / i, regular, ronki basah (+)
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, Hati/Lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) normal.
Ekstremitas atas Pulse 100 x/i, regular, T/V cukup, akral hangat CRT
<3”
Ekstremitas
Bawah
Akral hangat, CRT<3”, KPR (+), APR(+),
Genetalia Perempuan (tidak ada kelainan), Anus (+)
Pemeriksaan
Penunjang
-
Diagnosis Bronkopneumonia
Therapy Bed rest
O2 ½ - 1 L/I nasal kanul
IVFD D5% Nacl 0,225 % 42 gtt/I mikro
27. BRONKOPNEUMONIA Page 27
Injeksi Cefotaxime 500 mg/iv/12jam
Injeksi dexametason 1,5 mg/12jam/iv
Nebul ventolin 2,5 cc + 2cc Nacl/8 jam
Diet M1 1000 kkal + 20 gr protein
Anjuran -
Hari Rawatan
(Tanggal)
Hari Rawatan III
(3 November 2012)
Keluhan Sesak nafas(+), Batuk berdahak (-)
Status Present
KU/KP/KG Sedang / Sedang / Baik
Sensorium Compos Mentis
Frekuensi nadi 92x / i reg, T/V cukup
Frekuensi nafas 55 x / i
Temperatur 36 °C
BB 9,8 kg
Status Lokalisata
Kepala UUB terbuka rata
Mata RC (+/+), pupil isokor, conjungtiva palp inf pucat (-/-)
Telinga Dalam batas normal
Hidung Nasal Kanul Terpasang, PCH (-)
Mulut Dalam batas normal
Leher Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi simetris, retraksi (-) epigastrial
Palpasi Stem fremitus meningkat
28. BRONKOPNEUMONIA Page 28
Perkusi Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi Auskultasi :
HR : 92 x / i, reguler, desah(-)
RR : 55 x / i, regular, ronki basah (+)
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, Hati/Lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) normal.
Ekstremitas atas Pulse 92 x/i, regular, T/V cukup, akral hangat CRT <3”
Ekstremitas
Bawah
Akral hangat, CRT<3”, KPR (+), APR(+),
Genetalia Perempuan (tidak ada kelainan), Anus (+)
Pemeriksaan
Penunjang
-
Diagnosis Bronkopneumonia
Therapy Bed rest
O2 ½ - 1 L/I nasal kanul
IVFD D5% Nacl 0,225 % 42 gtt/I mikro
Injeksi Cefotaxime 500 mg/iv/12jam
Injeksi dexametason 1,5 mg/12jam/iv
Nebul ventolin 2,5 cc + 2cc Nacl/8 jam
Diet M1 980 kkal + 20 gr protein
Anjuran -
29. BRONKOPNEUMONIA Page 29
Hari Rawatan
(Tanggal)
Hari Rawatan IV
(4 November 2012)
Keluhan Sesak nafas (+),
Status Present
KU/KP/KG Sedang / Sedang / Baik
Sensorium Compos Mentis
Frekuensi nadi 108 x / i,reg, T/V cukup
Frekuensi nafas 50 x / i
Temperatur 36,5 °C
BB 10,2 kg
Status Lokalisata
Kepala
Mata RC (+/+), pupil isokor, conjungtiva palp inf pucat (-/-)
Telinga Dalam batas normal
Hidung Dalam batas normal
Mulut Dalam batas normal
Leher Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi(-) epigastrium
Palpasi Stem fremitus meningkat
Perkusi Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi Auskultasi :
HR : 108 x / i, reguler, desah(-),
RR : 50 x / i, regular,ronki (+)
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, Hati/Lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi Timpani
30. BRONKOPNEUMONIA Page 30
Auskultasi Peristaltik (+) normal.
Ekstremitas atas Pulse 108 x/i, regular, T/V cukup, akral hangat CRT <3”
Ekstremitas
Bawah
Akral hangat, CRT<3”, KPR (+), APR(+)
Genetalia Laki-laki , Anus (+)
Pemeriksaan
Penunjang
-
Diagnosis Bronkopneumonia
Therapy Bed rest
O2 ½ - 1 L/I nasal kanul
IVFD D5% Nacl 0,225 % 42 gtt/I mikro
Injeksi Cefotaxime 500 mg/iv/12jam
Injeksi dexametason 1,5 mg/12jam/iv
Diet M1 1010 kkal + 20 gr protein
Anjuran -
Hari Rawatan
(Tanggal)
Hari Rawatan V
(5 November 2012)
Keluhan Sesak nafas(-)
Status Present
KU/KP/KG Sedang / Sedang / Baik
Sensorium Compos Mentis
Frekuensi nadi 110x / i reg, T/V cukup
Frekuensi nafas 34 x / i
Temperatur 36,7°C
BB 10,4 kg
Status Lokalisata
31. BRONKOPNEUMONIA Page 31
Kepala
Mata RC (+/+), pupil isokor, conjungtiva palp inf pucat (-/-)
Telinga Dalam batas normal
Hidung Dalam batas normal
Mulut Dalam batas normal
Leher Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi(-) epigastrium
Palpasi Stem fremitus meingkat
Perkusi Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi Auskultasi :
HR : 110 x/i, reguler,desah(-)
RR : 34 x / i, regular, ronki basah (+)
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, Hati/Lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) normal.
Ekstremitas atas Pulse 110 x/i, regular, T/V cukup, akral hangat CRT <3”
Ekstremitas Bawah Akral hangat, CRT<3”, KPR (+), APR(+)
Genetalia Laki-laki , Anus (+)
Pemeriksaan
Penunjang
-
Diagnosis Bronkopneumonia
Therapy Bed rest
O2 ½ - 1 L/I nasal kanul
IVFD D5% Nacl 0,225 % 42 gtt/I mikro
Injeksi Cefotaxime 500 mg/iv/12jam
32. BRONKOPNEUMONIA Page 32
Injeksi dexametason 1,5 mg/12jam/iv
Diet M1 1020 kkal + 20 gr protein
Hari Rawatan
(Tanggal)
Hari Rawatan VI
(6 November 2012)
Keluhan Sesak nafas(-)
Status Present
KU/KP/KG Sedang / Sedang / Baik
Sensorium Compos Mentis
Frekuensi nadi 110x / i reg, T/V cukup
Frekuensi nafas 32 x / i
Temperatur 36,8°C
BB 10,4 kg
Status Lokalisata
Kepala
Mata RC (+/+), pupil isokor, conjungtiva palp inf pucat (-/-)
Telinga Dalam batas normal
Hidung Dalam batas normal
Mulut Dalam batas normal
Leher Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi(-) epigastrium
Palpasi Stem fremitus meingkat
Perkusi Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi Auskultasi :
HR : 110 x/i, reguler,desah(-)
RR : 32 x / i, regular, ronki basah (+)
Abdomen
33. BRONKOPNEUMONIA Page 33
Pasien PBJ pada tanggal 7 November 2012 dengan membawa obat:
Amoksisilin 3x100 mg selama 3 hari
3 hari lagi kontrol di poli anak
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, Hati/Lien tidak teraba, turgor kembali cepat
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik (+) normal.
Ekstremitas atas Pulse 110 x/i, regular, T/V cukup, akral hangat CRT <3”
Ekstremitas Bawah Akral hangat, CRT<3”, KPR (+), APR(+)
Genetalia Laki-laki , Anus (+)
Pemeriksaan
Penunjang
-
Diagnosis Bronkopneumonia
Therapy Bed rest
O2 ½ - 1 L/I nasal kanul
IVFD D5% Nacl 0,225 % 42 gtt/I mikro
Injeksi Cefotaxime 500 mg/iv/12jam
Injeksi dexametason 1,5 mg/12jam/iv
Diet M1 1020 kkal + 20 gr protein