High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
Tugas perkuliahan minggu ke 11
1. TUGAS PERKULIAHAN MINGGU KE - 11
Mata Kuliah : Managemen Mutu Pelayanan Kesehatan
Dosen Pengampu : Erlina Puspitaloka Mahadewi, SE, MM, MBL
Nama : Dennis Setiawan
NIM : 20170301170
Fakultas/Jurusan : Ilmu – Ilmu Kesehatan/Kesehatan Masyarakat
Kode Mata Kuliah: KMA363-Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan-KJ101
Mengenal Tools Upaya
Peningkatan Mutu Perawatan
Jantung Pada Anak
Upaya peningkatan mutu menjadi bahasan penting di berbagai aspek pelayanan
kesehatan kepada pasien, tidak terkecuali pada pelayanan bedah jantung pada
anak. Sejalan dengan peringatan hari jantung sedunia pada 24 September 2013,
isu ini menjadi menarik untuk dibahas khususnya dari sisi upaya peningkatan
mutu dengan tetap mengutamakan keselamatan pasien pada proses pelayanan
kesehatan yang diberikan. Pelayanan bedah jantung sendiri mencakup pada
seluruh kategori pasien, baik anak maupun dewasa. Pelayanan bedah jantung
anak (Pediatric Cardiac Surgery) merupakan pelayanan bedah yang dilakukan
bagi anak yang memiliki 'cacat' jantung bawaan dan penyakit jantung anak yang
didapat setelah lahir. Beberapa risiko yang dapat menyertai proses pembedahan
antara lain; pendarahan selama pembedahan maupun setelah pembedahan,
reaksi yang buruk terhadap pengobatan, masalah pernafasan, infeksi, terjadinya
gumpalan darah, emboli udara, pneumonia, aritmia, serangan jantung, dan
stroke.
Berbagai tools dikembangkan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas
proses bedah jantung pada anak (Pediatric Cardiac Surgery), tentu saja hal ini
diharapkan dapat meminimalisasi risiko-risiko selama maupun setelah proses
pembedahan dilaksanakan. Julie K. Johnson dan Paul R. Barach (2011)
melakukan review terhadap lima tools yang diyakini relevan untuk
meningkatkan kualitas proses pelayanan bedah jantung pada anak. Kelima tools
tersebut dapat membantu proses pelacakan dan analisis baik untuk pasien
2. tunggal maupun suatu kelompok pasien tertentu serta keluaran data.
Kelima tools tersebut meliputi; ceklis, peta proses, diagram ishikawa, run chart,
dan control chart.
1. Ceklis
Ceklis merupakan salah satu tools yang mendapat perhatian paling besar
diantara tools lain yang dapat dipergunakan dalam peningkatan mutu. Ceklis ini
banyak diadopsi untuk dipergunakan dalam proses pembedahan dan
spesialisasi medis lainnya. Pada 2008, WHO merilis Surgical Safety Checklist,
dan telah dipergunakan oleh banyak rumah sakit, lebih dari 1800 rumah sakit di
seluruh dunia dilaporkan menggunakan ceklis (gambar 1).
Penelitian yang dilakukan di Belanda pada Oktober 2007 – Maret 2009
menunjukkan bahwa penggunaan ceklis dapat mengurangi komplikasi lebih dari
sepertiga dan kematian berkurang dari 1,5% menjadi 0,8%. Namun penggunaan
ceklis juga harus didukung oleh hal lain seperti bagaimana membantu upaya
perubahan sistem dan komitmen berkelanjutan untuk tim kerja keselamatan
pasien.
2. Peta Proses
Peta proses pada dasarnya adalah menciptakan representasi visual dari proses
perawatan yang dilakukan. Proses ini dapat membantu dokter 'membentuk' apa
yang mereka ketahui dan keinginan untuk mengembangkan lingkungan mereka.
Pemetaan proses ini dapat dilakukan dengan observasi dan atau wawancara
yang kemudian di break down dalam langkah-langkah tertentu pada suatu
proses. Pemetaan proses yang dilakukan dapat berguna bagi anggota tim untuk
memperoleh persepsi yang sama terhadap tugas yang diterima, mengacu pada
visi bersama dan memahami proses yang terjadi. Pada akhirnya, hal ini akan
meningkatkan outcome pasien yang memerlukan keterkaitan yang melekat
antara proses dan hasil. Peta proses secara unik sesuai untuk membantu
identifikasi potensi area tertentu agar menjadi fokus untuk dilakukannya upaya
perbaikan, dan tidak berfokus pada individu, melainkan pada sistem yang
menghasilkan variasi proses dan hasil perawatan.
3. Gambar 1. Surgical Safety Checklist
Pada penelitian yang dilakukan K. Johnson dan Paul R. Barach pada bedah
jantung anak, telah dipergunakan pemetaan proses dalam dua cara:
a. Untuk memahami lebih baik proses perawatan saat ini (Gambar 2)
b. Sebagai suatu mekanisme untuk meringkas data yang terkait dengan near
misses dan adverse event (Gambar 3)
3. Diagram Ishikawa
Diagram Ishikawa yang dikenal juga sebagai diagram sebab akibat,
diagram fishbone, dan Root Cause Analysis (RCA) adalah representasi visual dari
berbagai sumber variasi dalam suatu proses. Diagram yang dinamai sesuai
dengan nama penciptanya Kaoru Ishikawa ini merupakan diagram yang
dihasilkan dari brainstorming dengan stakeholder kunci untuk mengidentifikasi
beberapa penyebab yang menghasilkan suatu akibat dalam proses. Beberapa
penyebab umum di kategorikan ke dalam lima kategori; tempat (lingkungan),
4. peralatan, prosedur (proses), orang (pasien dan penyedia), kebijakan. Diagram
Ishikawa yang menunjukkan upaya untuk meningkatkan komunikasi pada bedah
jantung anak (Pediatric Cardiac Surgey) dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 2. Peta Proses Pelayanan Bedah Jantung pada Anak
5. Gambar 3. Contoh Peta Proses: Data Adverse Event Minor dan Mayor di Pediatric
Cardiac Surgery (PCS)
Diagram Ishikawa dapat membantu untuk :
a. Mengidentifikasi perbaikan yang potensial
b. Mengidentifikasi kemungkinan perbaikan ini dapat digunakan dalam setting
lainnya
6. Gambar 4. Diagram Ishikawa untuk Pediatric Cardiac Surgery (PCS)
4. Run Chart dan Control Chart
Run chart dan control chart merupakan dua tools paling 'ampuh' dalam upaya
peningkatan mutu. Metode ini telah dibuktikan 'berharga' untuk analisis
variabilitas dalam proses klinis. Grafik-grafik ini menggunakan pendekatan
yang berbeda untuk menampilkan, menganalisis, dan menafsirkan data.
Run chart merupakan plot sederhana suatu pengukuran dari waktu ke waktu
dengan penarikan garis dari median sebagai titik acuan. Data yang ditampilkan
dapat berkaitan dengan pasien, organisasi, maupun unit klinis. Manfaat penting
dari grafik ini adalah:
a. Data yang ditampilkan dapat membuat proses kinerja terlihat
b. Menentukan apakah perubahan yang diuji menghasilkan perubahan
7. c. Memungkinkan tampilan data analisis versus statis
Gambar 5. Run Chart
Gambar 6. Control Chart
Control chart pertama kali dikembangkan pada tahun 1920 oleh Shewhart untuk
meningkatkan industri manufaktur. Control chart mirip dengan run chart dalam
hal penyediaan data yang ditampilkan dari waktu ke waktu tetapi pada control
chart terdapat batas kontrol atas dan kontrol bawah yang memungkinkan
penentuan apakah suatu proses stabil atau tidak stabil. Batas kontrol dihitung
8. dengan menggunakan nilai rata-rata dan pergerakan rentang data. Apabila
analisis data menunjukkan bahwa proses saat ini berada dibawah kendali
seperti; stabil, variasi yang terjadi berasal dari sumber-sumber yang umum
dalam proses, maka data dari proses dapat dipergunakan untuk memprediksi
kinerja proses di masa yang akan datang. Namun apabila grafik menunjukkan
bahwa proses yang dipantau tidak dalam kontrol maka analisis grafik dapat
membantu menentukan sumber variasi yang kemudian dapat dieliminasi agar
proses dapat kembali di kontrol.
Upaya peningkatan mutu tidak hanya melulu mengenai penggunaan tools yang
dapat menjadi sarana memperoleh outcome pasien yang terbaik, namun juga
mempertimbangkan berbagai aspek lain seperti kerjasama tim, komitmen
berkelanjutan, serta bagaimana penggunaan suatu tools dapat meningkatkan
peran serta fungsi sebuah tim.
Referensi:
Johnson, Julie K., Barach, Paul R. (2011). Quality Improvement Methods to Study
and Improve the Process and Outcomes of Pediatric Cardiac Care. Progress in
Pediatric Cardiology 32:147-153.
Zieve, David, Chen, Michael A. (2010). Pediatric Heart Surgery. Medlineplus/
ency/ article/ 007363.