SlideShare a Scribd company logo
1 of 49
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Pembimbing:
dr. Donny Hendrasto, Sp.JP (K),
FIHA
Oleh:
Bella Sari Putri Arizky
(202110401011048)
RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UMM
2021
PENDAHULUAN
Menurut laporan American Heart Association (AHA), setiap tahun di
Amerika ada sekitar 700.000 penderita baru masuk rumah sakit
disebabkan oleh penyakit jantung koroner, dan 40% dari jumlah tersebut
meninggal dunia.
Prevalensi PJK di Indonesia adalah 18,3/100.000 penduduk pada golongan
usia 15-24 tahun, meningkat menjadi 174,6/100.000 penduduk pada
golongan usia 45-54 tahun, dan meningkat menjadi 461,9/100.000
penduduk pada usia >55 tahun.
Penyebab terbanyak adalah oklusi aterosklerosis pada a. Coronaria.
DEFINISI
Penyakit jantung koroner atau PJK
adalah penyakit jantung akibat
penyempitan atau penyumbatan pada
pembuluh darah koroner
E P I D E M I O L O G I Data WHO (2015)
Menunjukkan 45% kematian di dunia disebabkan
oleh penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu
17.7 juta dari 39,5 juta kematian
RISKESDAS (2018)
Prevalensi penyakit jantung koroner sebesar 1,5%
Sample Registration System (SRS) Indonesia
(2014)
PJK merupakan penyebab kematian tertinggi
kedua setelah stroke, 12,9% dari seluruh
penyebab kematian tertinggi di Indonesia
ETIOLOGI
Kebutuhan ↑ Supply ↓
Ketidakseimbangan kebutuhan dan
supply
HR ↑
Kekuatan
kontraksi ↑
Tegangan
ventrikel ↑
Atherosklero
sis
Vasospasme
Mayor
o Hiperkolesterolemia
o Hipertensi
o Merokok
o Diabetes mellitus
o Genetik / Riwayat
Keluarga
FAKTOR RISIKO
Minor
o Laki – laki
o Obesitas
o Stres
o Kurang olahraga
o Menopause
KLASIFIKASI PJK
• Chronic stable angina (Angina Pektoris Stabil /
APS).
⮚ Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah suatu
sindrom klinis yang bervariasi, dan biasanya
dibagi menjadi 3, yaitu:
⮚ Unstable Angina (Angina Pektoris Tidak
Stabil / APTS)
⮚ Acute non ST elevasi (NSTEMI)
⮚ Acute ST elevasi (STEMI)
ANGINA PECTORIS
Adalah sindroma klinik yang
disebabkan oleh ketidak-seimbangan
antara kebutuhan (demand) dan suplai
aliran arteri koroner.
Klasifikasi derajat angina sesuai Canadian
Cardiovascular Society (CCS)
Kelas 1: Keluhan angina terjadi saat aktifitas berat
yang lama
Kelas 2: Keluhan angina terjadi saat aktifitas yang
lebih berat dari aktifitas sehari-hari
Kelas 3: Keluhan angina terjadi saat aktifitas sehari-
hari
Kelas 4: Keluhan angina terjadi saat istirahat
ANGINA PEKTORIS
STABLE ANGINA
Istirahat
Aktivitas berat /
Olahraga
Butuh o2>>
Nyeri dada
Aterosklerosis
Coronary
artery
STABLE ANGINA
Dapat hilang
dengan
istirahat
Suatu angina
pektoris yang
khas yang
dicetuskan oleh
aktivitas fisik
tertentu
Dan
mempunyai
pola, intensitas,
dan lama yang
menetap
minimal 30 hari
terakhir
UNSTABLE ANGINA
Nyeri timbul
pada saat
istirahat,
biasanya >
20 menit
Nyeri yang
mungkin
meningkat
frekuensi,
durasi, dan
intensitasnya
atau
dicetuskan
oleh aktivitas
fisik yang lebih
ringan
Nyeri yang
sangat,
dan terjadi
pertama
kali dalam
30 hari
terakhir
Suatu sindroma klinis dengan nyeri khas yang
mempunyai paling sedikit satu dari ciri-ciri :
INFARK MIOKARD - NSTEMI
Secara klinis NSTEMI sangat mirip dengan
unstable angina, yang membedakan
CARDIAC MARKER (+)
INFARK MIOKARD – STEMI
Oklusi akut pada arteri
koronaria dengan akibat
iskemi miokard yang
berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan
sel-sel otot
PEMERIKSAAN FISIK
X-RAY THORAX
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PEMERIKSAAN EKG
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN MARKA JANTUNG
Diagnosis
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
NYERI DADA ATIPIKAL
• Nyeri di daerah penjalaran angina
tipikal
• Rasa gangguan pencernaan
(Indigestion)
• Sesak nafas yang tidak dapat
diterangkan
• Rasa lemah mendadak yang sulit
diuraikan
NYERI DADA TIPIKAL
● Rasa tertekan/berat daerah
retrosternal, menjalar ke lengan kiri,
leher, rahang, area interskapular,
bahu/epigastrium
● Berlangsung intermitten (beberapa
menit) / persisten (>20 menit)
Keluhan penyerta
● Diaphoresis
● Mual/muntah
● Nyeri abdominal
● Sesak nafas
● Sinkop
ANAMNESIS
Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika
keluhan tersebut ditemukan pada pasien
dengan karakteristik sebagai berikut
PJK atas dasar pernah
mngalami infark miokard,
bedah pintas coroner, IKP
Pria
Penyakit
aterosklerosis non
koroner
Faktor Risiko
EKG
LOKASI INFARK BERDASARKAN SADAPAN EKG
Sadapan dengan Deviasi
Segmen ST
Lokasi Iskemia atau Infark
V1-V4 Anterior
V5-V6, I, aVL Lateral
II, III, aVF Inferior
V7-V9 Posterior
V3R, V4R Ventrikel kanan
PEMERIKSAAN MARKA JANTUNG
● marka nekrosis miosit jantung dan
menjadi marka untuk diagnosis infark
miokard
● Troponin I/T juga dapat meningkat oleh
sebab kelainan kardiak nonkoroner
(takiaritmia, trauma kardiak, gagal
jantung, hipertrofi ventrikel kiri,
miokarditis/pericarditis)
● Keadaan nonkardiak yang dapat
meningkatkan kadar troponin I/T : sepsis,
luka bakar, gagal napas, penyakit
neurologik akut, emboli paru, hipertensi
pulmoner, kemoterapi, dan insufisiensi
ginjal.
● marka nekrosis miosit jantung dan
menjadi marka untuk diagnosis infark
miokard
● pemeriksaan CK-MB atau troponin I/T
menunjukkan kadar yang normal dalam
4-6 jam setelah awitan SKA diulang 8-12
jam setelah awitan angina.
● Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan
dengan jelas diulang 6-12 jam setelah
pemeriksaan pertama.
● Kadar CK-MB yang meningkat dapat
dijumpai pada seseorang dengan
kerusakan otot skeletal (menyebabkan
spesifisitas lebih rendah) dengan waktu
paruh yang singkat (48 jam)
CK/MB
TROPONIN I/T
Angiografi Koroner
CORONARY THROMBUS
Small thrombus
(non-flow limiting)
Partially occlusive
thrombus
Occlusive
thrombus
No ECG
changes
ST segment
Depression
and/or
T wave inversion
ST elevation
(Q wave later)
Healing and
Plaque enlargement
UNSTABLE
ANGINA
NON-ST SEGEMENT
ELEVATION
ST SEGMENT
ELEVATION
Negative Serum
biomarkers
Transient
ischemia Prolonged
ischemia
Positive Serum
biomarkers
Positive Serum
biomarkers
Sindrom Koroner Akut
NSTEMI dan UAP STEMI
Validasi diagnosis dan
Stratifikasi resiko
Terapi Reperfusi
secepatnya
Tatalaksan awal yang hampir sama
TIMI
Grace
Berdasarkan stratifikasi risiko, dapat ditentukan kebutuhan dilakukan strategi invasif dan
waktu pelaksanaan revaskularisasi. Melibatkan dilakukannya angiografi, ditujukan pada pasien
dengan tingkat risiko tinggi hingga sangat tinggi. Waktu pelaksanaan angiografi ditentukan
beberapa parameter dan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
• Strategi invasif segera (<2 jam, urgent) (Kelas I-C).
● Dilakukan bila pasien memenuhi salah satu kriteria risiko sangat tinggi (very high risk)
• Strategi invasif awal (early) dalam 24 jam (Kelas I-A)
● Dilakukan bila pasien memiliki skor GRACE >140 atau dengan salah satu kriteria risiko
tinggi (high risk) primer
• Strategi invasif awal (early) dalam 72 jam (Kelas I-A)
● Dilakukan bila pasien memenuhi salah satu kriteria risiko tinggi (high risk) atau dengan
gejala berulang
• Strategi konservatif (tidak dilakukan angiografi) atau angiografi elektif (Kelas III-A)
● Dalam strategi konservatif, evaluasi invasif awal tidak dilakukan secara rutin.
● Strategi ini dilakukan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria risiko tinggi dan dianggap
memiliki risiko rendah, yaitu memenuhi kriteria berikut ini:
● Nyeri dada tidak berulang
● Tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung
● Tidak ada kelainan pada EKG awal atau kedua (dilakukan pada jam ke-6 hingga 9)
● Tidak ada peningkatan nilai troponin (saat tiba atau antara jam ke-6 hingga 9)
● Tidak ada iskemia yang dapat ditimbulkan (inducible ischemia)
Alur Tatalaksana
Pasien PJK Stabil
Berdasarkan
Resiko
PENANGANAN AWAL
Oksigen 4 lpm jika saturasi <95%
Morphine 1-5 mg iv jika nyeri dada hebat dan
tidak berkurang dengan nitrat
Nitroglycerin / Nitrat Sublingual, spray
atau IV
Aspirin 160-320 mg
Tirah baring
Ticagrelol 180 mg atau CPG 300mg
Langkah Reperfusi
STEMI
TERAPI
ANTI ISKEMIA
β-blocker • Efek terhadap
reseptor beta-1 yang
mengakibatkan
turunnya konsumsi
oksigen myocardium
• Menurunkan laju
jantung dan
kontraktilitas karena
menghambat
reseptor adrenergic
beta pada jantung
• Diberikan dalam 24
jam pertama
• Preparat oral cukup
memadai
dibandingkan injeksi
NITRAT ● Meningkatkan NO vasodilatasi arteri dan vena
● Nitrat oral atau iv efektif menghilangkan keluhan
dalam fase akut dari episode angina
● Pasien dengan UAP/NSTEMI yang mengalami nyeri
dada berlanjut sebaiknya mendapat nitrat sublingual
setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali pemberian,
setelah itu harus dipertimbangkan penggunaan nitrat
iv jika tidak ada indikasi kontra
● Nitrat iv diindikasikan pada iskemia yang persisten,
gagal jantung, atau hipertensi dalam 48 jam pertama
UAP/NSTEMI. Keputusan menggunakan nitrat iv tidak
boleh menghalangi pengobatan yang terbukti
menurunkan mortalitas seperti penyekat beta atau
angiotensin converting enzymes inhibitor (ACE-I)
● Nitrat tidak diberikan pada pasien dengan tekanan
darah sistolik 30 mmHg di bawah nilai awal,
bradikardia berat (<50 kali permenit), takikardia tanpa
gejala gagal jantung, atau infark ventrikel kanan
● Nitrat tidak boleh diberikan pada pasien yang telah
mengkonsumsi inhibitor fosfodiesterase: sidenafil
dalam 24 jam, tadalafil dalam 48 jam. Waktu yang tepat
untuk terapi nitrat setelah pemberian vardenafil belum
dapat ditentukan
Calcium Channel Blocker
• Nifedipin dan amplodipin mempunyai efek
vasodilator arteri dengan sedikit atau tanpa efek
pada SA Node atau AV Node.
• verapamil dan diltiazem mempunyai efek terhadap
SA Node dan AV Node yang menonjol dan sekaligus
efek dilatasi arteri.
• Semua CCB tersebut di atas mempunyai efek dilatasi
koroner yang seimbang. Oleh karena itu CCB,
terutama golongan dihidropiridin, merupakan obat
pilihan untuk mengatasi angina vasospastik.
1. CCB dihidropiridin direkomendasikan untuk
mengurangi gejala bagi pasien yang telah
mendapatkan nitrat dan penyekat beta
2. CCB non-dihidropiridin direkomendasikan untuk
pasien NSTEMI dengan indikasi kontra terhadap
penyekat beta
3. CCB nondihidropiridin (long-acting) dapat
dipertimbangkan sebagai pengganti terapi
penyekat beta
4. CCB direkomendasikan bagi pasien dengan
angina vasospastik
5. Penggunaan CCB dihidropiridin kerja cepat
(immediate-release) tidak direkomendasikan
kecuali bila dikombinasi dengan penyekat beta.
Anti Platelet ● Penghambat pompa proton (sebaiknya
bukan omeprazole) diberikan bersama
DAPT (dual antiplatelet therapy -
aspirin dan penghambat reseptor ADP)
direkomendasikan pada pasien dengan
riwayat perdarahan saluran cerna atau
ulkus peptikum, dan perlu diberikan
pada pasien dengan beragam faktor
risiko seperti infeksi H. pylori, usia ≥65
tahun, serta konsumsi bersama dengan
antikoagulan atau steroid (Kelas I-A).
● Penghentian penghambat reseptor ADP
lama atau permanen dalam 12 bulan
sejak kejadian indeks tidak disarankan
kecuali ada indikasi klinis (Kelas I-C).
• Aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanda indikasi
kontra dengan dosis loading 150-300 mg dan dosis pemeliharaan
75-100 mg setiap harinya untuk jangka panjang, tanpa
memandang strategi pengobatan yang diberikan
• Penghambat reseptor ADP perlu diberikan bersama aspirin
sesegera mungkin dan dipertahankan selama 12 bulan kecuali
ada indikasi kontra seperti risiko perdarahan berlebih (Kelas I-A).
● Ticagrelor direkomendasikan untuk semua pasien dengan risiko kejadian iskemik sedang hingga tinggi
(misalnya peningkatan troponin) dengan dosis loading 180 mg, dilanjutkan 90 mg dua kali sehari. Pemberian
dilakukan tanpa memandang strategi pengobatan awal. Pemberian ini juga dilakukan pada pasien yang
sudah mendapatkan clopidogrel (pemberian clopidogrel kemudian dihentikan)
● Clopidogrel direkomendasikan untuk pasien yang tidak bisa menggunakan ticagrelor. Dosis loading
clopidogrel adalah 300 mg, dilanjutkan 75 mg setiap hari
● Pemberian dosis loading clopidogrel 600 mg (atau dosis loading 300 mg diikuti dosis tambahan 300 mg saat
IKP) direkomendasikan untuk pasien yang dijadwalkan menerima strategi invasif ketika tidak bisa
mendapatkan ticagrelor
● Dosis pemeliharaan clopidogrel yang lebih tinggi (150 mg setiap hari) perlu dipertimbangkan untuk 7 hari
pertama pada pasien yang dilakukan IKP tanpa risiko perdarahan yang meningkat
● Pada pasien yang telah menerima pengobatan penghambat reseptor ADP yang perlu menjalani pembedahan
mayor non-emergensi (termasuk CABG), perlu dipertimbangkan penundaan pembedahan selama 5 hari
setelah penghentian pemberian ticagrelor atau clopidogrel bila secara klinis memungkinkan, kecuali bila
terdapat risiko kejadian iskemik yang tinggi
● Ticagrelor atau clopidogrel perlu dipertimbangkan untuk diberikan (atau dilanjutkan) setelah pembedahan
CABG begitu dianggap aman (Kelas IIa-B). 11. Tidak disarankan memberikan aspirin bersama NSAID
(penghambat COX- 2 selektif dan NSAID non-selektif)
Penghambat Reseptor Glikoprotein IIb/IIIa
• Pemilihan kombinasi agen antiplatelet oral, agen penghambat
reseptor glikoprotein IIb/IIIa dan antikoagulan dibuat
berdasarkan risiko kejadian iskemik dan perdarahan
• Penggunaan penghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa dapat
diberikan pada pasien IKP yang telah mendapatkan DAPT
dengan risiko tinggi (misalnya peningkatan troponin, trombus
yang terlihat) apabila risiko perdarahan rendah
• Agen ini tidak disarankan diberikan secara rutin sebelum
angiografi atau pada pasien yang mendapatkan DAPT yang
diterapi secara konservatif
1. Pemberian antikoagulan disarankan untuk
semua pasien yang mendapatkan terapi
antiplatelet
2. Pemilihan antikoagulan dibuat berdasarkan
risiko perdarahan dan iskemia, dan
berdasarkan profil efikasi-keamanan agen
tersebut.
3. Fondaparinuks secara keseluruhan memiliki
profil keamanan berbanding risiko yang paling
baik. Dosis yang diberikan adalah 2,5 mg setiap
hari secara subkutan
4. Bila antikoagulan yang diberikan awal adalah
fondaparinuks, penambahan bolus UFH (85
IU/kg diadaptasi ke ACT, atau 60 IU untuk
mereka yang mendapatkan penghambat
reseptor GP Iib/IIIa) perlu diberikan saat IKP
5. Enoksaparin (1 mg/kg dua kali sehari)
disarankan untuk pasien dengan risiko
perdarahan rendah apabila fondaparinuks
tidak tersedia
6. Heparin tidak terfraksi (UFH) dengan target
aPTT 50-70 detik atau heparin berat molekul
rendah (LMWH) lainnya (dengan dosis yang
direkomendasikan) diindaksikan apabila
fondaparinuks atau enoksaparin tidak tersedia
7. Dalam strategi yang benar-benar konservatif,
pemberian antikoagulasi perlu dilanjutkan
hingga saat pasien dipulangkan dari rumah
sakit
8. Crossover heparin (UFH and LMWH) tidak
disarankan.
Antikoagulan
44
ACE Inhibitor dan pengambat
reseptor angiotensin
1. Inhibitor ACE diindikasikan penggunaannya
untuk jangka panjang, kecuali ada indikasi
kontra, pada pasien dengan fraksi ejeksi
ventrikel kiri ≤40% dan pasien dengan
diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit
ginjal kronik (PGK)
2. Inhibitor ACE hendaknya dipertimbangkan
pada semua penderita selain seperti di atas
(Kelas IIa-B). Pilih jenis dan dosis inhibitor
ACE yang telah direkomendasikan
berdasarkan penelitian yang ada
3. Penghambat reseptor angiotensin
diindikasikan bagi pasien infark mikoard
yang intoleran terhadap inhibitor ACE dan
mempunyai fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40%,
dengan atau tanpa gejala klinis gagal
jantung (Kelas I-B).
4. Berguna dalam mengurangi remodelling
Statin
• Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan
tanpa mempertimbangkan modifikasi diet,
inhibitor hydroxymethylglutary-coenzyme A
reductase (statin) harus diberikan pada
semua penderita UAP/NSTEMI, termasuk
mereka yang telah menjalani terapi
revaskularisasi, jika tidak terdapat indikasi
kontra
• Terapi statin dosis tinggi hendaknya dimulai
sebelum pasien keluar rumah sakit, dengan
sasaran terapi untuk mencapai kadar
kolesterol LDL
• Menurunkan level kolesterol
TERAPI JANGKA PANJANG STEMI
1. Kendalikan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan terutama merokok, dengan
ketat
2. Terapi antiplatelet dengan aspirin dosis rendah (75-100 mg) diindikasikan tanpa henti
3. DAPT (aspirin dengan penghambat reseptor ADP) diindikasikan hingga 12 bulan setelah
STEMI
4. Pengobatan oral dengan penyekat beta diindikasikan untuk pasien-pasien dengan gagal
ginjal atau disfungsi ventrikel kiri
5. Profil lipid puasa harus didapatkan pada setiap pasien STEMI sesegera mungkin sejak
datang
6. Statin dosis tinggi perlu diberikan atau dilanjutkan segera setelah pasien masuk rumah
sakit bila tidak ada indikasi kontra atau riwayat intoleransi, tanpa memandang nilai
kolesterol inisial
7. ACE-I diindikasikan sejak 24 jam untuk pasien-pasien STEMI dengan gagal ginjal,
disfungsi sistolik ventrikel kiri, diabetes, atau infark aterior . Sebagai alternatif dari ACE-
I, ARB dapat digunakan
8. Antagonis aldosteron diindikasikan bila fraksi ejeksi ≤40% atau terdapat gagal ginjal
atau diabetes, bila tidak ada gagal ginjal atau hiperkalemia
KOMPLIKASI
• Gagal Jantung
• Hipotensi
• Syok cardiogenic
• Aritmia dan gangguan konduksi dalam fase
akut
• Aritmia supraventricular
• Aritmia ventricular
• Sinus bradikardia dan blok jantung
• Kematian
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik
THANK YOU!
Do you have any questions?

More Related Content

Similar to PJK.pptx

Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...Perdudikes
 
PPT B13M5 KELOMPOK 10.pptx
PPT B13M5 KELOMPOK 10.pptxPPT B13M5 KELOMPOK 10.pptx
PPT B13M5 KELOMPOK 10.pptxaswanfaqih1
 
Sindrom koroner akut
Sindrom koroner akutSindrom koroner akut
Sindrom koroner akutilaa iloo
 
dr Muhammad Diah - Penyakit Arteri Perifer.pdf
dr Muhammad Diah - Penyakit Arteri Perifer.pdfdr Muhammad Diah - Penyakit Arteri Perifer.pdf
dr Muhammad Diah - Penyakit Arteri Perifer.pdfAryaPratama71
 
PPT UAP.pptx
PPT UAP.pptxPPT UAP.pptx
PPT UAP.pptxDilakmz
 
tatalaksana kardio 2021 new.pptx
tatalaksana kardio 2021 new.pptxtatalaksana kardio 2021 new.pptx
tatalaksana kardio 2021 new.pptxadekurniasih3
 
tatalaksana kardio 2021.pptx
tatalaksana kardio 2021.pptxtatalaksana kardio 2021.pptx
tatalaksana kardio 2021.pptxadekurniasih3
 
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptxppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptxHafdziMaulana1
 
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptxGAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptxLisaSofitriana
 
Inservice training jantung
Inservice training jantungInservice training jantung
Inservice training jantungrikiab
 
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABG
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABGTINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABG
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABGAbdulMusyfiqAlayTami1
 
Acute miocardium infarction
Acute miocardium infarctionAcute miocardium infarction
Acute miocardium infarctionZakia Mahpob
 
iSlide preskas asti uki utari
iSlide preskas asti uki utariiSlide preskas asti uki utari
iSlide preskas asti uki utariastiuki
 
Slide PPT ACLS 21-08-2022.pptx
Slide PPT ACLS 21-08-2022.pptxSlide PPT ACLS 21-08-2022.pptx
Slide PPT ACLS 21-08-2022.pptxSebastianChandra3
 
ACUTE CORONARY SYNDROME.pptx
ACUTE CORONARY SYNDROME.pptxACUTE CORONARY SYNDROME.pptx
ACUTE CORONARY SYNDROME.pptxAdamKristy1
 
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...Isman Firdaus
 

Similar to PJK.pptx (20)

Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
Penanganan penyakit jantung koroner di layanan kesehatan primer (presentasi u...
 
PPT B13M5 KELOMPOK 10.pptx
PPT B13M5 KELOMPOK 10.pptxPPT B13M5 KELOMPOK 10.pptx
PPT B13M5 KELOMPOK 10.pptx
 
Sindrom koroner akut
Sindrom koroner akutSindrom koroner akut
Sindrom koroner akut
 
dr Muhammad Diah - Penyakit Arteri Perifer.pdf
dr Muhammad Diah - Penyakit Arteri Perifer.pdfdr Muhammad Diah - Penyakit Arteri Perifer.pdf
dr Muhammad Diah - Penyakit Arteri Perifer.pdf
 
PPT UAP.pptx
PPT UAP.pptxPPT UAP.pptx
PPT UAP.pptx
 
tatalaksana kardio 2021 new.pptx
tatalaksana kardio 2021 new.pptxtatalaksana kardio 2021 new.pptx
tatalaksana kardio 2021 new.pptx
 
tatalaksana kardio 2021.pptx
tatalaksana kardio 2021.pptxtatalaksana kardio 2021.pptx
tatalaksana kardio 2021.pptx
 
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptxppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
ppt ht krisis PKB 2020 -final-edit.pptx
 
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptxGAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
GAGAL JANTUNG AKUT PPT.pptx
 
Inservice training jantung
Inservice training jantungInservice training jantung
Inservice training jantung
 
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABG
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABGTINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABG
TINDAKAN KOROANGIOGRAFI POST OPERASI CABG
 
Acute miocardium infarction
Acute miocardium infarctionAcute miocardium infarction
Acute miocardium infarction
 
Pjk kmbl
Pjk kmblPjk kmbl
Pjk kmbl
 
iSlide preskas asti uki utari
iSlide preskas asti uki utariiSlide preskas asti uki utari
iSlide preskas asti uki utari
 
Slide PPT ACLS 21-08-2022.pptx
Slide PPT ACLS 21-08-2022.pptxSlide PPT ACLS 21-08-2022.pptx
Slide PPT ACLS 21-08-2022.pptx
 
Acut Coronary
Acut CoronaryAcut Coronary
Acut Coronary
 
ACUTE CORONARY SYNDROME.pptx
ACUTE CORONARY SYNDROME.pptxACUTE CORONARY SYNDROME.pptx
ACUTE CORONARY SYNDROME.pptx
 
15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom15 Acute Coroner Sindrom
15 Acute Coroner Sindrom
 
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
2018 New Update Guidelines of Acute Coronary Syndrome, Indonesian Heart Assoc...
 
DEEEEEEE
DEEEEEEEDEEEEEEE
DEEEEEEE
 

Recently uploaded

PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (18)

PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 

PJK.pptx

  • 1. PENYAKIT JANTUNG KORONER Pembimbing: dr. Donny Hendrasto, Sp.JP (K), FIHA Oleh: Bella Sari Putri Arizky (202110401011048) RSU HAJI SURABAYA FAKULTAS KEDOKTERAN UMM 2021
  • 2. PENDAHULUAN Menurut laporan American Heart Association (AHA), setiap tahun di Amerika ada sekitar 700.000 penderita baru masuk rumah sakit disebabkan oleh penyakit jantung koroner, dan 40% dari jumlah tersebut meninggal dunia. Prevalensi PJK di Indonesia adalah 18,3/100.000 penduduk pada golongan usia 15-24 tahun, meningkat menjadi 174,6/100.000 penduduk pada golongan usia 45-54 tahun, dan meningkat menjadi 461,9/100.000 penduduk pada usia >55 tahun. Penyebab terbanyak adalah oklusi aterosklerosis pada a. Coronaria.
  • 3. DEFINISI Penyakit jantung koroner atau PJK adalah penyakit jantung akibat penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner
  • 4. E P I D E M I O L O G I Data WHO (2015) Menunjukkan 45% kematian di dunia disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah yaitu 17.7 juta dari 39,5 juta kematian RISKESDAS (2018) Prevalensi penyakit jantung koroner sebesar 1,5% Sample Registration System (SRS) Indonesia (2014) PJK merupakan penyebab kematian tertinggi kedua setelah stroke, 12,9% dari seluruh penyebab kematian tertinggi di Indonesia
  • 5. ETIOLOGI Kebutuhan ↑ Supply ↓ Ketidakseimbangan kebutuhan dan supply HR ↑ Kekuatan kontraksi ↑ Tegangan ventrikel ↑ Atherosklero sis Vasospasme
  • 6. Mayor o Hiperkolesterolemia o Hipertensi o Merokok o Diabetes mellitus o Genetik / Riwayat Keluarga FAKTOR RISIKO Minor o Laki – laki o Obesitas o Stres o Kurang olahraga o Menopause
  • 7. KLASIFIKASI PJK • Chronic stable angina (Angina Pektoris Stabil / APS). ⮚ Acute Coronary Syndrome (ACS) adalah suatu sindrom klinis yang bervariasi, dan biasanya dibagi menjadi 3, yaitu: ⮚ Unstable Angina (Angina Pektoris Tidak Stabil / APTS) ⮚ Acute non ST elevasi (NSTEMI) ⮚ Acute ST elevasi (STEMI)
  • 8.
  • 9.
  • 10. ANGINA PECTORIS Adalah sindroma klinik yang disebabkan oleh ketidak-seimbangan antara kebutuhan (demand) dan suplai aliran arteri koroner.
  • 11. Klasifikasi derajat angina sesuai Canadian Cardiovascular Society (CCS) Kelas 1: Keluhan angina terjadi saat aktifitas berat yang lama Kelas 2: Keluhan angina terjadi saat aktifitas yang lebih berat dari aktifitas sehari-hari Kelas 3: Keluhan angina terjadi saat aktifitas sehari- hari Kelas 4: Keluhan angina terjadi saat istirahat
  • 12. ANGINA PEKTORIS STABLE ANGINA Istirahat Aktivitas berat / Olahraga Butuh o2>> Nyeri dada Aterosklerosis Coronary artery
  • 13. STABLE ANGINA Dapat hilang dengan istirahat Suatu angina pektoris yang khas yang dicetuskan oleh aktivitas fisik tertentu Dan mempunyai pola, intensitas, dan lama yang menetap minimal 30 hari terakhir
  • 14. UNSTABLE ANGINA Nyeri timbul pada saat istirahat, biasanya > 20 menit Nyeri yang mungkin meningkat frekuensi, durasi, dan intensitasnya atau dicetuskan oleh aktivitas fisik yang lebih ringan Nyeri yang sangat, dan terjadi pertama kali dalam 30 hari terakhir Suatu sindroma klinis dengan nyeri khas yang mempunyai paling sedikit satu dari ciri-ciri :
  • 15. INFARK MIOKARD - NSTEMI Secara klinis NSTEMI sangat mirip dengan unstable angina, yang membedakan CARDIAC MARKER (+)
  • 16. INFARK MIOKARD – STEMI Oklusi akut pada arteri koronaria dengan akibat iskemi miokard yang berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan sel-sel otot
  • 17. PEMERIKSAAN FISIK X-RAY THORAX PEMERIKSAAN LABORATORIUM PEMERIKSAAN EKG ANAMNESIS PEMERIKSAAN MARKA JANTUNG Diagnosis
  • 18. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK NYERI DADA ATIPIKAL • Nyeri di daerah penjalaran angina tipikal • Rasa gangguan pencernaan (Indigestion) • Sesak nafas yang tidak dapat diterangkan • Rasa lemah mendadak yang sulit diuraikan NYERI DADA TIPIKAL ● Rasa tertekan/berat daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, area interskapular, bahu/epigastrium ● Berlangsung intermitten (beberapa menit) / persisten (>20 menit) Keluhan penyerta ● Diaphoresis ● Mual/muntah ● Nyeri abdominal ● Sesak nafas ● Sinkop
  • 19. ANAMNESIS Diagnosis SKA menjadi lebih kuat jika keluhan tersebut ditemukan pada pasien dengan karakteristik sebagai berikut PJK atas dasar pernah mngalami infark miokard, bedah pintas coroner, IKP Pria Penyakit aterosklerosis non koroner Faktor Risiko
  • 20. EKG
  • 21. LOKASI INFARK BERDASARKAN SADAPAN EKG Sadapan dengan Deviasi Segmen ST Lokasi Iskemia atau Infark V1-V4 Anterior V5-V6, I, aVL Lateral II, III, aVF Inferior V7-V9 Posterior V3R, V4R Ventrikel kanan
  • 22. PEMERIKSAAN MARKA JANTUNG ● marka nekrosis miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard ● Troponin I/T juga dapat meningkat oleh sebab kelainan kardiak nonkoroner (takiaritmia, trauma kardiak, gagal jantung, hipertrofi ventrikel kiri, miokarditis/pericarditis) ● Keadaan nonkardiak yang dapat meningkatkan kadar troponin I/T : sepsis, luka bakar, gagal napas, penyakit neurologik akut, emboli paru, hipertensi pulmoner, kemoterapi, dan insufisiensi ginjal. ● marka nekrosis miosit jantung dan menjadi marka untuk diagnosis infark miokard ● pemeriksaan CK-MB atau troponin I/T menunjukkan kadar yang normal dalam 4-6 jam setelah awitan SKA diulang 8-12 jam setelah awitan angina. ● Jika awitan SKA tidak dapat ditentukan dengan jelas diulang 6-12 jam setelah pemeriksaan pertama. ● Kadar CK-MB yang meningkat dapat dijumpai pada seseorang dengan kerusakan otot skeletal (menyebabkan spesifisitas lebih rendah) dengan waktu paruh yang singkat (48 jam) CK/MB TROPONIN I/T
  • 23.
  • 24.
  • 26. CORONARY THROMBUS Small thrombus (non-flow limiting) Partially occlusive thrombus Occlusive thrombus No ECG changes ST segment Depression and/or T wave inversion ST elevation (Q wave later) Healing and Plaque enlargement UNSTABLE ANGINA NON-ST SEGEMENT ELEVATION ST SEGMENT ELEVATION Negative Serum biomarkers Transient ischemia Prolonged ischemia Positive Serum biomarkers Positive Serum biomarkers
  • 27. Sindrom Koroner Akut NSTEMI dan UAP STEMI Validasi diagnosis dan Stratifikasi resiko Terapi Reperfusi secepatnya Tatalaksan awal yang hampir sama
  • 28. TIMI
  • 29. Grace
  • 30. Berdasarkan stratifikasi risiko, dapat ditentukan kebutuhan dilakukan strategi invasif dan waktu pelaksanaan revaskularisasi. Melibatkan dilakukannya angiografi, ditujukan pada pasien dengan tingkat risiko tinggi hingga sangat tinggi. Waktu pelaksanaan angiografi ditentukan beberapa parameter dan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: • Strategi invasif segera (<2 jam, urgent) (Kelas I-C). ● Dilakukan bila pasien memenuhi salah satu kriteria risiko sangat tinggi (very high risk) • Strategi invasif awal (early) dalam 24 jam (Kelas I-A) ● Dilakukan bila pasien memiliki skor GRACE >140 atau dengan salah satu kriteria risiko tinggi (high risk) primer
  • 31. • Strategi invasif awal (early) dalam 72 jam (Kelas I-A) ● Dilakukan bila pasien memenuhi salah satu kriteria risiko tinggi (high risk) atau dengan gejala berulang • Strategi konservatif (tidak dilakukan angiografi) atau angiografi elektif (Kelas III-A) ● Dalam strategi konservatif, evaluasi invasif awal tidak dilakukan secara rutin. ● Strategi ini dilakukan pada pasien yang tidak memenuhi kriteria risiko tinggi dan dianggap memiliki risiko rendah, yaitu memenuhi kriteria berikut ini: ● Nyeri dada tidak berulang ● Tidak ada tanda-tanda kegagalan jantung ● Tidak ada kelainan pada EKG awal atau kedua (dilakukan pada jam ke-6 hingga 9) ● Tidak ada peningkatan nilai troponin (saat tiba atau antara jam ke-6 hingga 9) ● Tidak ada iskemia yang dapat ditimbulkan (inducible ischemia)
  • 32. Alur Tatalaksana Pasien PJK Stabil Berdasarkan Resiko
  • 33. PENANGANAN AWAL Oksigen 4 lpm jika saturasi <95% Morphine 1-5 mg iv jika nyeri dada hebat dan tidak berkurang dengan nitrat Nitroglycerin / Nitrat Sublingual, spray atau IV Aspirin 160-320 mg Tirah baring Ticagrelol 180 mg atau CPG 300mg
  • 34.
  • 36.
  • 38. ANTI ISKEMIA β-blocker • Efek terhadap reseptor beta-1 yang mengakibatkan turunnya konsumsi oksigen myocardium • Menurunkan laju jantung dan kontraktilitas karena menghambat reseptor adrenergic beta pada jantung • Diberikan dalam 24 jam pertama • Preparat oral cukup memadai dibandingkan injeksi
  • 39. NITRAT ● Meningkatkan NO vasodilatasi arteri dan vena ● Nitrat oral atau iv efektif menghilangkan keluhan dalam fase akut dari episode angina ● Pasien dengan UAP/NSTEMI yang mengalami nyeri dada berlanjut sebaiknya mendapat nitrat sublingual setiap 5 menit sampai maksimal 3 kali pemberian, setelah itu harus dipertimbangkan penggunaan nitrat iv jika tidak ada indikasi kontra ● Nitrat iv diindikasikan pada iskemia yang persisten, gagal jantung, atau hipertensi dalam 48 jam pertama UAP/NSTEMI. Keputusan menggunakan nitrat iv tidak boleh menghalangi pengobatan yang terbukti menurunkan mortalitas seperti penyekat beta atau angiotensin converting enzymes inhibitor (ACE-I) ● Nitrat tidak diberikan pada pasien dengan tekanan darah sistolik 30 mmHg di bawah nilai awal, bradikardia berat (<50 kali permenit), takikardia tanpa gejala gagal jantung, atau infark ventrikel kanan ● Nitrat tidak boleh diberikan pada pasien yang telah mengkonsumsi inhibitor fosfodiesterase: sidenafil dalam 24 jam, tadalafil dalam 48 jam. Waktu yang tepat untuk terapi nitrat setelah pemberian vardenafil belum dapat ditentukan
  • 40. Calcium Channel Blocker • Nifedipin dan amplodipin mempunyai efek vasodilator arteri dengan sedikit atau tanpa efek pada SA Node atau AV Node. • verapamil dan diltiazem mempunyai efek terhadap SA Node dan AV Node yang menonjol dan sekaligus efek dilatasi arteri. • Semua CCB tersebut di atas mempunyai efek dilatasi koroner yang seimbang. Oleh karena itu CCB, terutama golongan dihidropiridin, merupakan obat pilihan untuk mengatasi angina vasospastik. 1. CCB dihidropiridin direkomendasikan untuk mengurangi gejala bagi pasien yang telah mendapatkan nitrat dan penyekat beta 2. CCB non-dihidropiridin direkomendasikan untuk pasien NSTEMI dengan indikasi kontra terhadap penyekat beta 3. CCB nondihidropiridin (long-acting) dapat dipertimbangkan sebagai pengganti terapi penyekat beta 4. CCB direkomendasikan bagi pasien dengan angina vasospastik 5. Penggunaan CCB dihidropiridin kerja cepat (immediate-release) tidak direkomendasikan kecuali bila dikombinasi dengan penyekat beta.
  • 41. Anti Platelet ● Penghambat pompa proton (sebaiknya bukan omeprazole) diberikan bersama DAPT (dual antiplatelet therapy - aspirin dan penghambat reseptor ADP) direkomendasikan pada pasien dengan riwayat perdarahan saluran cerna atau ulkus peptikum, dan perlu diberikan pada pasien dengan beragam faktor risiko seperti infeksi H. pylori, usia ≥65 tahun, serta konsumsi bersama dengan antikoagulan atau steroid (Kelas I-A). ● Penghentian penghambat reseptor ADP lama atau permanen dalam 12 bulan sejak kejadian indeks tidak disarankan kecuali ada indikasi klinis (Kelas I-C). • Aspirin harus diberikan kepada semua pasien tanda indikasi kontra dengan dosis loading 150-300 mg dan dosis pemeliharaan 75-100 mg setiap harinya untuk jangka panjang, tanpa memandang strategi pengobatan yang diberikan • Penghambat reseptor ADP perlu diberikan bersama aspirin sesegera mungkin dan dipertahankan selama 12 bulan kecuali ada indikasi kontra seperti risiko perdarahan berlebih (Kelas I-A).
  • 42. ● Ticagrelor direkomendasikan untuk semua pasien dengan risiko kejadian iskemik sedang hingga tinggi (misalnya peningkatan troponin) dengan dosis loading 180 mg, dilanjutkan 90 mg dua kali sehari. Pemberian dilakukan tanpa memandang strategi pengobatan awal. Pemberian ini juga dilakukan pada pasien yang sudah mendapatkan clopidogrel (pemberian clopidogrel kemudian dihentikan) ● Clopidogrel direkomendasikan untuk pasien yang tidak bisa menggunakan ticagrelor. Dosis loading clopidogrel adalah 300 mg, dilanjutkan 75 mg setiap hari ● Pemberian dosis loading clopidogrel 600 mg (atau dosis loading 300 mg diikuti dosis tambahan 300 mg saat IKP) direkomendasikan untuk pasien yang dijadwalkan menerima strategi invasif ketika tidak bisa mendapatkan ticagrelor ● Dosis pemeliharaan clopidogrel yang lebih tinggi (150 mg setiap hari) perlu dipertimbangkan untuk 7 hari pertama pada pasien yang dilakukan IKP tanpa risiko perdarahan yang meningkat ● Pada pasien yang telah menerima pengobatan penghambat reseptor ADP yang perlu menjalani pembedahan mayor non-emergensi (termasuk CABG), perlu dipertimbangkan penundaan pembedahan selama 5 hari setelah penghentian pemberian ticagrelor atau clopidogrel bila secara klinis memungkinkan, kecuali bila terdapat risiko kejadian iskemik yang tinggi ● Ticagrelor atau clopidogrel perlu dipertimbangkan untuk diberikan (atau dilanjutkan) setelah pembedahan CABG begitu dianggap aman (Kelas IIa-B). 11. Tidak disarankan memberikan aspirin bersama NSAID (penghambat COX- 2 selektif dan NSAID non-selektif)
  • 43. Penghambat Reseptor Glikoprotein IIb/IIIa • Pemilihan kombinasi agen antiplatelet oral, agen penghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa dan antikoagulan dibuat berdasarkan risiko kejadian iskemik dan perdarahan • Penggunaan penghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa dapat diberikan pada pasien IKP yang telah mendapatkan DAPT dengan risiko tinggi (misalnya peningkatan troponin, trombus yang terlihat) apabila risiko perdarahan rendah • Agen ini tidak disarankan diberikan secara rutin sebelum angiografi atau pada pasien yang mendapatkan DAPT yang diterapi secara konservatif
  • 44. 1. Pemberian antikoagulan disarankan untuk semua pasien yang mendapatkan terapi antiplatelet 2. Pemilihan antikoagulan dibuat berdasarkan risiko perdarahan dan iskemia, dan berdasarkan profil efikasi-keamanan agen tersebut. 3. Fondaparinuks secara keseluruhan memiliki profil keamanan berbanding risiko yang paling baik. Dosis yang diberikan adalah 2,5 mg setiap hari secara subkutan 4. Bila antikoagulan yang diberikan awal adalah fondaparinuks, penambahan bolus UFH (85 IU/kg diadaptasi ke ACT, atau 60 IU untuk mereka yang mendapatkan penghambat reseptor GP Iib/IIIa) perlu diberikan saat IKP 5. Enoksaparin (1 mg/kg dua kali sehari) disarankan untuk pasien dengan risiko perdarahan rendah apabila fondaparinuks tidak tersedia 6. Heparin tidak terfraksi (UFH) dengan target aPTT 50-70 detik atau heparin berat molekul rendah (LMWH) lainnya (dengan dosis yang direkomendasikan) diindaksikan apabila fondaparinuks atau enoksaparin tidak tersedia 7. Dalam strategi yang benar-benar konservatif, pemberian antikoagulasi perlu dilanjutkan hingga saat pasien dipulangkan dari rumah sakit 8. Crossover heparin (UFH and LMWH) tidak disarankan. Antikoagulan 44
  • 45. ACE Inhibitor dan pengambat reseptor angiotensin 1. Inhibitor ACE diindikasikan penggunaannya untuk jangka panjang, kecuali ada indikasi kontra, pada pasien dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40% dan pasien dengan diabetes mellitus, hipertensi, atau penyakit ginjal kronik (PGK) 2. Inhibitor ACE hendaknya dipertimbangkan pada semua penderita selain seperti di atas (Kelas IIa-B). Pilih jenis dan dosis inhibitor ACE yang telah direkomendasikan berdasarkan penelitian yang ada 3. Penghambat reseptor angiotensin diindikasikan bagi pasien infark mikoard yang intoleran terhadap inhibitor ACE dan mempunyai fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤40%, dengan atau tanpa gejala klinis gagal jantung (Kelas I-B). 4. Berguna dalam mengurangi remodelling
  • 46. Statin • Tanpa melihat nilai awal kolesterol LDL dan tanpa mempertimbangkan modifikasi diet, inhibitor hydroxymethylglutary-coenzyme A reductase (statin) harus diberikan pada semua penderita UAP/NSTEMI, termasuk mereka yang telah menjalani terapi revaskularisasi, jika tidak terdapat indikasi kontra • Terapi statin dosis tinggi hendaknya dimulai sebelum pasien keluar rumah sakit, dengan sasaran terapi untuk mencapai kadar kolesterol LDL • Menurunkan level kolesterol
  • 47. TERAPI JANGKA PANJANG STEMI 1. Kendalikan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dan terutama merokok, dengan ketat 2. Terapi antiplatelet dengan aspirin dosis rendah (75-100 mg) diindikasikan tanpa henti 3. DAPT (aspirin dengan penghambat reseptor ADP) diindikasikan hingga 12 bulan setelah STEMI 4. Pengobatan oral dengan penyekat beta diindikasikan untuk pasien-pasien dengan gagal ginjal atau disfungsi ventrikel kiri 5. Profil lipid puasa harus didapatkan pada setiap pasien STEMI sesegera mungkin sejak datang 6. Statin dosis tinggi perlu diberikan atau dilanjutkan segera setelah pasien masuk rumah sakit bila tidak ada indikasi kontra atau riwayat intoleransi, tanpa memandang nilai kolesterol inisial 7. ACE-I diindikasikan sejak 24 jam untuk pasien-pasien STEMI dengan gagal ginjal, disfungsi sistolik ventrikel kiri, diabetes, atau infark aterior . Sebagai alternatif dari ACE- I, ARB dapat digunakan 8. Antagonis aldosteron diindikasikan bila fraksi ejeksi ≤40% atau terdapat gagal ginjal atau diabetes, bila tidak ada gagal ginjal atau hiperkalemia
  • 48. KOMPLIKASI • Gagal Jantung • Hipotensi • Syok cardiogenic • Aritmia dan gangguan konduksi dalam fase akut • Aritmia supraventricular • Aritmia ventricular • Sinus bradikardia dan blok jantung • Kematian
  • 49. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik THANK YOU! Do you have any questions?