SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
POTENSI PENGGUNAAN LINTAH SEBAGAI HIRUDOTERAPI YANG
MURAH, PRAKTIS, MUDAH DAN AKURAT PADA PASIEN LEPRA
TUBERKULOID DAN LEPROMATOSA
Muhammad Sobri Maulana
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
LEPRA / MORBUS HANSEN / KUSTA
Lepra merupakan penyakit granulomatosa primer yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium leprae dan dapat menyerang saraf perifer, mukosa
saluran pernapasan atas dan kulit serta organ-organ lain seperti mata, tulang,
testis dan jaringan mukosa tubuh. Jika pasien lepra tidak segera diobati dan
dibiarkan saja maka mungkin akan teradi kerusakan progresif / luka permanen /
cacat pada kulit, saraf, kaki dan mata. Hal ini dikarenakan pasien lepra tidak sadar
akan rasa nyeri karena pasien sudah mengalami baal atau tidak terasa nyeri.1
Mycobacterium leprae tidak bisa dikultur, tetapi dapat di tumbuhkan atau
dibiakkan di telapak kaki tikus ataupun armadilo (hewan pemakan serangga). Hal
ini dikarenakan Mycobacterium leprae adalah parasit intraseluler obligat yang
tidak memiliki cukup banyak gen-gen yang diperlukan untuk bertahan hidup
secara mandiri diluar sel yang dibiakkan.Oleh karena itu Mycobacterium leprae
tidak dapat dikultur di medium artifisial.2
Kejadian kusta merupakan kejadian yang tersebar diseluruh dunia dimana
prevalensi lepra yang tinggi yaitu pada daerah-daerah tropis dan substropis seperti
halnya Indonesia.3
Di Indonesia, lepra di indikasikan sebagai penyakit yang
berbahaya, prevalensinya sendiri di indonesia mengalami peningkatan pada tahun
2011 dimana menyerang sebanyak 19.371 orang. Provinsi yang tercatat banyak
melaporkan kasus penderita lepra adalah sulawesi, maluku dan papua yang
kebanyakan masyarakatnya berada di daerah pedalaman yang notabenenya minim
dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.4
MYCOBACTERIUM LEPRA
Mycobacterium lepra merupakan parasit intaseluler obligat yang tidak
memiliki gen-gen untuk bertahan hidup di luar sel.6
Oleh karena itu,
Mycobacterium lepra tidak dapat dikulutr di medium artifial.
PATOGENESIS LEPRA
Selama ini penelitian yang dilakukan ilmuwan menganggap patogenesis
dari lepra sendiri melalui kontak langsung atau inhalasi aerosol, mukosa hidung
dan biasa ditemukan didaerah padat dan kebersihannya rendah. Beberapa
organisme berpindah lewat kulit yang mengelupas, tetapi pada lepra lepromatosa
banyak ditemukan mycobacterium pada mukosa hidung. Masa inkubasi lepra
sendiri bermacam-macam. Menurut Bhat et al, masa inkubasi lepra paling
minimum adalah beberapa minggu (pada bayi atau anak-anak) dan masa inkubasi
maksimumnya adalah 30 tahun (rata-rata 3-5 tahun).6
Oleh karena itu, pada
teorinya penyakit lepra tidak dapat menular dengan mudah karena membutuhkan
pajanan yang lama dengan sumber infeksi yang lebih agar bisa tertular.
Lepra diklasifikasi menjadi yang paling ringan sampai yang paling berat
yaitu tuberkuloid, borderline tuberkuloid, borderline, borderline lepromatosa,
lepromatosa.7
Gambar 1. Klasifikasi lepra7
Gejala klinis dari lepra sendiri bermacam-macam berupa makula, infiltrat,
bercak putih, bintik merah atau plak, serta tidak ada skuama.1
Penyakit lepra
sendiri mendapat gelar The greatest imitator dikarenakan dalam diagnosis
banding dan gejala klinisnya hampir atau sama dengan penyakit kulit lainnya
seperti pitiriasis versikolor, dermatofitosis, pitiriasis alba, pitiriasis rosea,
skleroderma, tuberkulosis kutis, xanthomatosis dan sebagainya.2
Oleh karena itu,
untuk membedakan penyakit lepra dengan uji anastesinya dengan rangsang
nyerim raba, dan suhu jika negatif maka kemunkinan besar pasien menderita lepra
dikarenakan penderita lepra tidak dapat merasakan nyeri sakit.
DIAGNOSIS LABORATORIUM
Penanganan yang selama ini digunakan untuk mendiagnosis penyakit lepra
selain pemeriksaan tanda-tanda klinis yang disertai baal, tes lepromin, dan
pewarnaan BTA / Bakteri Tahan Asam (Ziehl-Neelsen).8
Dalam tes uji lepromin berfungsi untuk menguji respon imun terhadap
Mycobacterium leprae. Bahan yang digunakan berupa suspensi Mycobacterium
leprae yang diabil dari nodus lepramotosa dan telah dimatikan dengan suhu yang
tinggi. Suspensi tersebut dimasukkan ke pasien dengan via injeksi intrakutan.8
Terdapat 2 reaksi yang terjadi yaitu:
1. Reaksi cepat (early), reaksi ini muncul dalam 24-48 jam setelah injeksi
intrakutan dimana menunjukkan adanya delayed hypersensitivity
terhadap antigen Mycobacterium leprae;9
2. Reaksi lambat (late), reaksi ini muncul dalam 3- minggu setelah injeksi
intrakutan dimana menunjukkan bahwa kemampuan individu
memproduksi granuloma untuk melawan Mycobacterium leprae.9
Untuk uji tes lepromin sendiri, pada tahap tuberkuloid terlihat kedua reaksi
tersebut sedangakan pada tahap lepramotosa tidak terlihat kedua reaksi.9
Pewarnaan BTA / Bakteri Tahan Asam merupakan pewarnaan Basil Tahan
Asam dimana bahan diambil dari kerokan mukosa hidung atau biopsi lesi kulit.
Basil akan sangat banyak ditemukan pada lesi lepromatosa dan sangat sedikit pada
lesi tuberkuloid.9
LEPRA SECARA MOLEKULAR
Menurut Marwa Abdallah et al, dalam penelitian mereka ditemukan bahwa
pada penderita lepra terjadi penambahan dalam IL-4 pada penderita lepromatosa
dan tuberkuloid. Interleukin 4 (IL-4) adalah sitokin yang menginduksi diferensiasi
dari prekursor sel T helper (Th0) menjadi sel Th2.10
IL-4 berfungsi penting dalam
meregulasi produksi antibodi, hematopoiesis dan inflamasi serta merespon untuk
pengaktifan efektor sel T. IL-4 sendiri selain bertugas dalam imunitas juga
berperan penting dalam pertumbuhan neuron terutama sistem saraf perifer.11
Gambar 2. Terjadinya penambahan IL-4 pada penderita lepra10
Menurut penelitian Bellakonda et al, ditemukan bahwa IL-4 akan
mengonversi makrofag yang akan mengoneksikan neuron untuk melaksanakan
regenerasi. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Elke
et al, mereka menemukan reseptor sel trigger M2 (termasuk IL-4) yang akan
menginduksi makrofag untuk memperbaiki sistem saraf perifer yang rusak
diserang. IL-4 sendiri mengurangi produksi dari sel Th1.12
Mycobacterium leprae menyerang sistem saraf perifer yang mana ada IL-4
yang bertugas untuk meregulasi dan meregenasi sistem saraf perifer yang telah
diserang oleh Mycobacterium leprae tersebut. Penyerangan dari Mycobacterium
leprae tidak secara langsung main serang karena IL-4 berfungsi sebagai produksi
prekursor antibodi sehingga Mycobacterium leprae bersembunyi dibalik IL-4 dan
menyerang sistem saraf perifer secara perlahan.13
Oleh karena itu, periode dari
Mycobacterium leprae terjangkau lama.
PERAN LINTAH SEBAGAI HIRUDOTERAPI
Ide dari penulis adalah menggunakan lintah dalam penanganan penyakit
lepra. Lintah dapat hidup di berbagai macam daerah yang ekstrim maupun tidak,
seperti halnya mereka dapat hidup di tempat yang sedikit oksigen dan temperatur
yang selalu berubah. Lintah merupakan hewan yang menghisap darah, selain
menghisap darah ternyata mereka memiliki kelenjar ludah dan hirudin yang
sangat bermanfaat.14
Kelenjar ludah yang dihasilkan tersebut dapat meningkatkan
produksi interleukin 16. 15
IL-16 berfungsi dalam inhibisi dari produksi IL-4 yang
dihasilkan oleh allergen-specific T cells. Kehadiran IL-16 ini adalah
menetralisasikan konsentrasi dari antibody yang relevan.16
Selain adanya kelenjar
ludah, lintah juga terdapat hirudin yang memiliki fungsi penting dalam
memperbaiki kembali atau mengoding peptida asam amino, produksi antibody dan
sebagai antikoagulan.17
Peran hirudin sendiri masih dalam tahap penelitian.
Gambar 3. Kerja Hirudin dalam mengoding peptida asam amino18
Penulis berpendapat bahwa saat Mycobacterium leprae sudah menyerang
sistem saraf tepi dan bersembunyi mengakibatkan antibodi tidak menyerang
sesuai dengan tes lepromin di atas bahwa pemeriksaan laboratorium untuk lepra
sangat sulit. Oleh karena itu lepra dapat menyerang. Saat diberikan hirudoterapi
berupa lintah yang memiliki saliva dan hirudin dimana saliva terkandung IL-16
yang akan menghambat kerja dari IL-4 dan melakukan netralisasi konsentrasi dari
antibody yang telah ditipu oleh Mycobacterium lepra dan di kembalikan fungsi
sistem saraf tepi dengan menambahkan hirudin yang diproduksi oleh lintah yang
akan mengoding kembali produksi antibody yang telah rusak di serang
Mycobacterium leprae.
Referensi :
1. Brown RG, Burns T. Lecture notes dermatology. 8th ed. Jakarta:
Erlangga; 2005. pp 23-5
2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 5.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2010
3. World Health Organization. Global leprosy situation 2006. Weekly
Epidemiological Record. 2006; 81(32): 309-12
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Menuju
Indonesia bebas kusta. Buletin PERDOSKI. 2013; 001(X): 2
5. Ryan KJ, Ray CG. Sherris Medical Microbiology. 4th ed. New york:
McGraw- Hill; 2004. pp. 451–3
6. Bhat RM, Prakash C. Leprosy: an overview of
pathophysiology.Interdisciplinary Perspectives on Infectious Diseases.
2012; 181089: 1-4
7. Sehgal A. Deadly Diseases and Epidemics : Leprosy. Chelsea House :
Philadelphia;2005
8. Rea TH, Modlin RL. Leprosy. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, et al. Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine. 7th ed. Ney York: McGraw-Hill Companies; 2008. pp 1786- 96
9. Renault CA, Ernst JD. Mycobacterium leprae. Dalam: Mandell GL,
Bennett JE, Dolin R. Principles and practice of infectious
diseases. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2009:
1689-95.
10. Marwa Abdallah, Hanaa E, Enas A, Jihan H, Noha M. Estimation of serum
level of Interleukin-17 and interleukin-4 in leprosy, towards more
understanding of leprosy immunopathogenesis. Indian J Dermatol
Venereol Leprol.2013 Nov-Dec;79(6):772-6. doi: 10.4103/0378-
6323.120723.
11. Brown MA, Hural J. Function of IL-4 and control of its expression. Crit
Rev Immunol. 1997;17(1):1-32.
12. Elke Ydens, Anje C, Bob A, Solfie F, Lieve P, Guillaume L, Leonardo A-
S, Jo A V G, Vincent T, Sophie J. Acute injury in the peripheral nervous
system triggers and alternative macrophage response. Journal of
neuroinflammation. 2012, 9:176 doi:10.1186/1742-2094-9-176.
13. Martina S. Radoslav M, Petra M, Jelena S, Martina V. Role of interleukin
and its receptor in clinical presentation of chronic extrinsic allergic
alveolitis: a pilot study. Multidisciplinary Respiratory Medicine. 2013,
8:35 doi:10.1186/2049-6958-8-35.
14. Abdualkader A, Ghawi A, Alaama A, Awang M, Merzouk A. Leech
Therapeutic Applications. Indian J Pharm Sci. 2013 Mar-Apr;75(2): 127-
137.
15. Crog F, Vizioli J, Tuzova M, Tahtouh M. Sautiere PE, Van Camp C,
Salzet M, Cruikshank WW, Pestel J, Lefebvre C. A homologous form of
human interleukin 16 is implicated in microglia recruitment following
nervous system injury in leech Hirudo medicinalis. Glia. 2010 Nov
1;58(14):1649-62. doi: 10.1002/glia.21036.
16. El-Bassam S, Pinsonneault S, Kornfeld H, Ren F, Menezes J, Laberge S.
Interleukin-16 inhibits interleukin-13 production by allergen-stimulated
blood mononuclear cells.Immunology.2006 Jan;117(1):89-96.
17. Markwardt F. Hirudin as alternative anticoagulant—a historical review.
Semin Thromb Hemost. 2002 Oct;28(5):405-14.
18. Wolf. Chimeric hirudin proteins. Greenfield & Sacks;2013

More Related Content

What's hot

Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Surya Seftiawan Pratama
 
Kebutuhan keselamatan dan keamanan kerja
Kebutuhan keselamatan dan keamanan kerjaKebutuhan keselamatan dan keamanan kerja
Kebutuhan keselamatan dan keamanan kerja
Aan Trainstation
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
Joni Iswanto
 
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Aci Lasvi
 
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
Warnet Raha
 
Ringkasan singkat-soal-soal-biologi-umum
Ringkasan singkat-soal-soal-biologi-umumRingkasan singkat-soal-soal-biologi-umum
Ringkasan singkat-soal-soal-biologi-umum
Yogi Pratama
 
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsiMakalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
Warnet Raha
 

What's hot (20)

Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
 
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasitReaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
Reaksi imun terhadap infeksi bakteri dan parasit
 
Kebutuhan keselamatan dan keamanan kerja
Kebutuhan keselamatan dan keamanan kerjaKebutuhan keselamatan dan keamanan kerja
Kebutuhan keselamatan dan keamanan kerja
 
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
226443010 tugas-makalah-mikrobiologi
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
 
Helmintologi
 Helmintologi Helmintologi
Helmintologi
 
Sejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologiSejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologi
 
Infeksi Parasit
Infeksi ParasitInfeksi Parasit
Infeksi Parasit
 
Mikroorganisme kelompok 1
Mikroorganisme kelompok 1Mikroorganisme kelompok 1
Mikroorganisme kelompok 1
 
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
Pencegahan dan pengendalian infeksi 1
 
Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi Pengantar Parasitologi
Pengantar Parasitologi
 
Konsep infeksi
Konsep infeksiKonsep infeksi
Konsep infeksi
 
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak2
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologi
 
Ringkasan singkat-soal-soal-biologi-umum
Ringkasan singkat-soal-soal-biologi-umumRingkasan singkat-soal-soal-biologi-umum
Ringkasan singkat-soal-soal-biologi-umum
 
Mikrobiologi dasar2010new
Mikrobiologi dasar2010newMikrobiologi dasar2010new
Mikrobiologi dasar2010new
 
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsiMakalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
Makalah peran mikologi dalam mengatasi akibat jamur pada ibu dan anak ningsi
 
Sejarah perkembangan
Sejarah perkembanganSejarah perkembangan
Sejarah perkembangan
 
Sejarah imunologi
Sejarah imunologiSejarah imunologi
Sejarah imunologi
 
149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx
149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx
149498524 imunologi-rongga-mulut-pptx
 

Similar to Esai ilmiah muhammad sobri maulana-ui

Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tbPenanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
simantak
 
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakitMycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Operator Warnet Vast Raha
 
Tugas Kelompok_ malaria
Tugas Kelompok_ malariaTugas Kelompok_ malaria
Tugas Kelompok_ malaria
robin2dompas
 
Kelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umiKelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umi
Rini Safitri
 
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di IndonesiaLima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
robimarta19
 

Similar to Esai ilmiah muhammad sobri maulana-ui (20)

Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Case report session difteri
Case report session   difteriCase report session   difteri
Case report session difteri
 
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tbPenanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakitMycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit
 
Micobacterium leprosy
Micobacterium leprosyMicobacterium leprosy
Micobacterium leprosy
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Imunologi terhadap infeksi
Imunologi terhadap infeksiImunologi terhadap infeksi
Imunologi terhadap infeksi
 
Latihan Soal dan Pembahasan Biologi Kelas 11 #4
Latihan Soal dan Pembahasan Biologi Kelas 11 #4Latihan Soal dan Pembahasan Biologi Kelas 11 #4
Latihan Soal dan Pembahasan Biologi Kelas 11 #4
 
Askep TB.docx
Askep TB.docxAskep TB.docx
Askep TB.docx
 
penyakit pada kulit
penyakit pada kulitpenyakit pada kulit
penyakit pada kulit
 
Spirochete
SpirocheteSpirochete
Spirochete
 
Tugas Kelompok_ malaria
Tugas Kelompok_ malariaTugas Kelompok_ malaria
Tugas Kelompok_ malaria
 
Modul batuk
Modul batuk Modul batuk
Modul batuk
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
Kelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umiKelompok 2 tbc bu umi
Kelompok 2 tbc bu umi
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di IndonesiaLima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
Lima provinsi dengan TB-paru terbesar di Indonesia
 
Makalah tb paru di indonesia
Makalah tb paru di indonesiaMakalah tb paru di indonesia
Makalah tb paru di indonesia
 
Makalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisisMakalah tb paru analisis
Makalah tb paru analisis
 

More from Muhammad sobri maulana

More from Muhammad sobri maulana (20)

Implementasi akhlak
Implementasi akhlakImplementasi akhlak
Implementasi akhlak
 
Akhlak
AkhlakAkhlak
Akhlak
 
Ltm agama no edit 2
Ltm agama no edit 2Ltm agama no edit 2
Ltm agama no edit 2
 
Ltm agama islam aborsi
Ltm agama islam aborsiLtm agama islam aborsi
Ltm agama islam aborsi
 
Perkembangan islam di indonesia kampus bit
Perkembangan islam di indonesia kampus bitPerkembangan islam di indonesia kampus bit
Perkembangan islam di indonesia kampus bit
 
Ltm agama keluarga islami kampus bit
Ltm agama keluarga islami kampus bitLtm agama keluarga islami kampus bit
Ltm agama keluarga islami kampus bit
 
Ltm agama (kampus bit)
Ltm agama (kampus bit)Ltm agama (kampus bit)
Ltm agama (kampus bit)
 
Kerajaan islam kampus bit
Kerajaan islam kampus bitKerajaan islam kampus bit
Kerajaan islam kampus bit
 
Jantung muhammad sobri maulana
Jantung   muhammad sobri maulanaJantung   muhammad sobri maulana
Jantung muhammad sobri maulana
 
Komplikasi diabetes melitus
Komplikasi diabetes melitusKomplikasi diabetes melitus
Komplikasi diabetes melitus
 
Electrolyte disorder muhammad sobri maulana
Electrolyte disorder  muhammad sobri maulanaElectrolyte disorder  muhammad sobri maulana
Electrolyte disorder muhammad sobri maulana
 
V ablaster tutorial
V ablaster tutorialV ablaster tutorial
V ablaster tutorial
 
Ca mammae muhammad sobri maulana
Ca mammae muhammad sobri maulanaCa mammae muhammad sobri maulana
Ca mammae muhammad sobri maulana
 
Ca colon muhammad sobri maulana
Ca colon muhammad sobri maulanaCa colon muhammad sobri maulana
Ca colon muhammad sobri maulana
 
Scoliosis
ScoliosisScoliosis
Scoliosis
 
Wsd
WsdWsd
Wsd
 
Failure of formation of parts sobri
Failure of formation of parts sobriFailure of formation of parts sobri
Failure of formation of parts sobri
 
Bph sobri
Bph sobriBph sobri
Bph sobri
 
Preskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotikPreskas sindrom nefrotik
Preskas sindrom nefrotik
 
Soal latihan junior level - soal python
Soal latihan   junior level - soal pythonSoal latihan   junior level - soal python
Soal latihan junior level - soal python
 

Recently uploaded

FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
NadrohSitepu1
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
cindyrenatasaleleuba
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
NezaPurna
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
Acephasan2
 

Recently uploaded (20)

3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 

Esai ilmiah muhammad sobri maulana-ui

  • 1. POTENSI PENGGUNAAN LINTAH SEBAGAI HIRUDOTERAPI YANG MURAH, PRAKTIS, MUDAH DAN AKURAT PADA PASIEN LEPRA TUBERKULOID DAN LEPROMATOSA Muhammad Sobri Maulana Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia LEPRA / MORBUS HANSEN / KUSTA Lepra merupakan penyakit granulomatosa primer yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae dan dapat menyerang saraf perifer, mukosa saluran pernapasan atas dan kulit serta organ-organ lain seperti mata, tulang, testis dan jaringan mukosa tubuh. Jika pasien lepra tidak segera diobati dan dibiarkan saja maka mungkin akan teradi kerusakan progresif / luka permanen / cacat pada kulit, saraf, kaki dan mata. Hal ini dikarenakan pasien lepra tidak sadar akan rasa nyeri karena pasien sudah mengalami baal atau tidak terasa nyeri.1 Mycobacterium leprae tidak bisa dikultur, tetapi dapat di tumbuhkan atau dibiakkan di telapak kaki tikus ataupun armadilo (hewan pemakan serangga). Hal ini dikarenakan Mycobacterium leprae adalah parasit intraseluler obligat yang tidak memiliki cukup banyak gen-gen yang diperlukan untuk bertahan hidup secara mandiri diluar sel yang dibiakkan.Oleh karena itu Mycobacterium leprae tidak dapat dikultur di medium artifisial.2 Kejadian kusta merupakan kejadian yang tersebar diseluruh dunia dimana prevalensi lepra yang tinggi yaitu pada daerah-daerah tropis dan substropis seperti halnya Indonesia.3 Di Indonesia, lepra di indikasikan sebagai penyakit yang berbahaya, prevalensinya sendiri di indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2011 dimana menyerang sebanyak 19.371 orang. Provinsi yang tercatat banyak melaporkan kasus penderita lepra adalah sulawesi, maluku dan papua yang kebanyakan masyarakatnya berada di daerah pedalaman yang notabenenya minim dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.4
  • 2. MYCOBACTERIUM LEPRA Mycobacterium lepra merupakan parasit intaseluler obligat yang tidak memiliki gen-gen untuk bertahan hidup di luar sel.6 Oleh karena itu, Mycobacterium lepra tidak dapat dikulutr di medium artifial. PATOGENESIS LEPRA Selama ini penelitian yang dilakukan ilmuwan menganggap patogenesis dari lepra sendiri melalui kontak langsung atau inhalasi aerosol, mukosa hidung dan biasa ditemukan didaerah padat dan kebersihannya rendah. Beberapa organisme berpindah lewat kulit yang mengelupas, tetapi pada lepra lepromatosa banyak ditemukan mycobacterium pada mukosa hidung. Masa inkubasi lepra sendiri bermacam-macam. Menurut Bhat et al, masa inkubasi lepra paling minimum adalah beberapa minggu (pada bayi atau anak-anak) dan masa inkubasi maksimumnya adalah 30 tahun (rata-rata 3-5 tahun).6 Oleh karena itu, pada teorinya penyakit lepra tidak dapat menular dengan mudah karena membutuhkan pajanan yang lama dengan sumber infeksi yang lebih agar bisa tertular. Lepra diklasifikasi menjadi yang paling ringan sampai yang paling berat yaitu tuberkuloid, borderline tuberkuloid, borderline, borderline lepromatosa, lepromatosa.7 Gambar 1. Klasifikasi lepra7
  • 3. Gejala klinis dari lepra sendiri bermacam-macam berupa makula, infiltrat, bercak putih, bintik merah atau plak, serta tidak ada skuama.1 Penyakit lepra sendiri mendapat gelar The greatest imitator dikarenakan dalam diagnosis banding dan gejala klinisnya hampir atau sama dengan penyakit kulit lainnya seperti pitiriasis versikolor, dermatofitosis, pitiriasis alba, pitiriasis rosea, skleroderma, tuberkulosis kutis, xanthomatosis dan sebagainya.2 Oleh karena itu, untuk membedakan penyakit lepra dengan uji anastesinya dengan rangsang nyerim raba, dan suhu jika negatif maka kemunkinan besar pasien menderita lepra dikarenakan penderita lepra tidak dapat merasakan nyeri sakit. DIAGNOSIS LABORATORIUM Penanganan yang selama ini digunakan untuk mendiagnosis penyakit lepra selain pemeriksaan tanda-tanda klinis yang disertai baal, tes lepromin, dan pewarnaan BTA / Bakteri Tahan Asam (Ziehl-Neelsen).8 Dalam tes uji lepromin berfungsi untuk menguji respon imun terhadap Mycobacterium leprae. Bahan yang digunakan berupa suspensi Mycobacterium leprae yang diabil dari nodus lepramotosa dan telah dimatikan dengan suhu yang tinggi. Suspensi tersebut dimasukkan ke pasien dengan via injeksi intrakutan.8 Terdapat 2 reaksi yang terjadi yaitu: 1. Reaksi cepat (early), reaksi ini muncul dalam 24-48 jam setelah injeksi intrakutan dimana menunjukkan adanya delayed hypersensitivity terhadap antigen Mycobacterium leprae;9 2. Reaksi lambat (late), reaksi ini muncul dalam 3- minggu setelah injeksi intrakutan dimana menunjukkan bahwa kemampuan individu memproduksi granuloma untuk melawan Mycobacterium leprae.9 Untuk uji tes lepromin sendiri, pada tahap tuberkuloid terlihat kedua reaksi tersebut sedangakan pada tahap lepramotosa tidak terlihat kedua reaksi.9 Pewarnaan BTA / Bakteri Tahan Asam merupakan pewarnaan Basil Tahan Asam dimana bahan diambil dari kerokan mukosa hidung atau biopsi lesi kulit. Basil akan sangat banyak ditemukan pada lesi lepromatosa dan sangat sedikit pada lesi tuberkuloid.9
  • 4. LEPRA SECARA MOLEKULAR Menurut Marwa Abdallah et al, dalam penelitian mereka ditemukan bahwa pada penderita lepra terjadi penambahan dalam IL-4 pada penderita lepromatosa dan tuberkuloid. Interleukin 4 (IL-4) adalah sitokin yang menginduksi diferensiasi dari prekursor sel T helper (Th0) menjadi sel Th2.10 IL-4 berfungsi penting dalam meregulasi produksi antibodi, hematopoiesis dan inflamasi serta merespon untuk pengaktifan efektor sel T. IL-4 sendiri selain bertugas dalam imunitas juga berperan penting dalam pertumbuhan neuron terutama sistem saraf perifer.11 Gambar 2. Terjadinya penambahan IL-4 pada penderita lepra10 Menurut penelitian Bellakonda et al, ditemukan bahwa IL-4 akan mengonversi makrofag yang akan mengoneksikan neuron untuk melaksanakan regenerasi. Penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Elke et al, mereka menemukan reseptor sel trigger M2 (termasuk IL-4) yang akan menginduksi makrofag untuk memperbaiki sistem saraf perifer yang rusak diserang. IL-4 sendiri mengurangi produksi dari sel Th1.12
  • 5. Mycobacterium leprae menyerang sistem saraf perifer yang mana ada IL-4 yang bertugas untuk meregulasi dan meregenasi sistem saraf perifer yang telah diserang oleh Mycobacterium leprae tersebut. Penyerangan dari Mycobacterium leprae tidak secara langsung main serang karena IL-4 berfungsi sebagai produksi prekursor antibodi sehingga Mycobacterium leprae bersembunyi dibalik IL-4 dan menyerang sistem saraf perifer secara perlahan.13 Oleh karena itu, periode dari Mycobacterium leprae terjangkau lama. PERAN LINTAH SEBAGAI HIRUDOTERAPI Ide dari penulis adalah menggunakan lintah dalam penanganan penyakit lepra. Lintah dapat hidup di berbagai macam daerah yang ekstrim maupun tidak, seperti halnya mereka dapat hidup di tempat yang sedikit oksigen dan temperatur yang selalu berubah. Lintah merupakan hewan yang menghisap darah, selain menghisap darah ternyata mereka memiliki kelenjar ludah dan hirudin yang sangat bermanfaat.14 Kelenjar ludah yang dihasilkan tersebut dapat meningkatkan produksi interleukin 16. 15 IL-16 berfungsi dalam inhibisi dari produksi IL-4 yang dihasilkan oleh allergen-specific T cells. Kehadiran IL-16 ini adalah menetralisasikan konsentrasi dari antibody yang relevan.16 Selain adanya kelenjar ludah, lintah juga terdapat hirudin yang memiliki fungsi penting dalam memperbaiki kembali atau mengoding peptida asam amino, produksi antibody dan sebagai antikoagulan.17 Peran hirudin sendiri masih dalam tahap penelitian. Gambar 3. Kerja Hirudin dalam mengoding peptida asam amino18
  • 6. Penulis berpendapat bahwa saat Mycobacterium leprae sudah menyerang sistem saraf tepi dan bersembunyi mengakibatkan antibodi tidak menyerang sesuai dengan tes lepromin di atas bahwa pemeriksaan laboratorium untuk lepra sangat sulit. Oleh karena itu lepra dapat menyerang. Saat diberikan hirudoterapi berupa lintah yang memiliki saliva dan hirudin dimana saliva terkandung IL-16 yang akan menghambat kerja dari IL-4 dan melakukan netralisasi konsentrasi dari antibody yang telah ditipu oleh Mycobacterium lepra dan di kembalikan fungsi sistem saraf tepi dengan menambahkan hirudin yang diproduksi oleh lintah yang akan mengoding kembali produksi antibody yang telah rusak di serang Mycobacterium leprae. Referensi : 1. Brown RG, Burns T. Lecture notes dermatology. 8th ed. Jakarta: Erlangga; 2005. pp 23-5 2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2010 3. World Health Organization. Global leprosy situation 2006. Weekly Epidemiological Record. 2006; 81(32): 309-12 4. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. Menuju Indonesia bebas kusta. Buletin PERDOSKI. 2013; 001(X): 2 5. Ryan KJ, Ray CG. Sherris Medical Microbiology. 4th ed. New york: McGraw- Hill; 2004. pp. 451–3 6. Bhat RM, Prakash C. Leprosy: an overview of pathophysiology.Interdisciplinary Perspectives on Infectious Diseases. 2012; 181089: 1-4 7. Sehgal A. Deadly Diseases and Epidemics : Leprosy. Chelsea House : Philadelphia;2005 8. Rea TH, Modlin RL. Leprosy. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, et al. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. Ney York: McGraw-Hill Companies; 2008. pp 1786- 96 9. Renault CA, Ernst JD. Mycobacterium leprae. Dalam: Mandell GL,
  • 7. Bennett JE, Dolin R. Principles and practice of infectious diseases. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Churchill Livingstone; 2009: 1689-95. 10. Marwa Abdallah, Hanaa E, Enas A, Jihan H, Noha M. Estimation of serum level of Interleukin-17 and interleukin-4 in leprosy, towards more understanding of leprosy immunopathogenesis. Indian J Dermatol Venereol Leprol.2013 Nov-Dec;79(6):772-6. doi: 10.4103/0378- 6323.120723. 11. Brown MA, Hural J. Function of IL-4 and control of its expression. Crit Rev Immunol. 1997;17(1):1-32. 12. Elke Ydens, Anje C, Bob A, Solfie F, Lieve P, Guillaume L, Leonardo A- S, Jo A V G, Vincent T, Sophie J. Acute injury in the peripheral nervous system triggers and alternative macrophage response. Journal of neuroinflammation. 2012, 9:176 doi:10.1186/1742-2094-9-176. 13. Martina S. Radoslav M, Petra M, Jelena S, Martina V. Role of interleukin and its receptor in clinical presentation of chronic extrinsic allergic alveolitis: a pilot study. Multidisciplinary Respiratory Medicine. 2013, 8:35 doi:10.1186/2049-6958-8-35. 14. Abdualkader A, Ghawi A, Alaama A, Awang M, Merzouk A. Leech Therapeutic Applications. Indian J Pharm Sci. 2013 Mar-Apr;75(2): 127- 137. 15. Crog F, Vizioli J, Tuzova M, Tahtouh M. Sautiere PE, Van Camp C, Salzet M, Cruikshank WW, Pestel J, Lefebvre C. A homologous form of human interleukin 16 is implicated in microglia recruitment following nervous system injury in leech Hirudo medicinalis. Glia. 2010 Nov 1;58(14):1649-62. doi: 10.1002/glia.21036. 16. El-Bassam S, Pinsonneault S, Kornfeld H, Ren F, Menezes J, Laberge S. Interleukin-16 inhibits interleukin-13 production by allergen-stimulated blood mononuclear cells.Immunology.2006 Jan;117(1):89-96. 17. Markwardt F. Hirudin as alternative anticoagulant—a historical review. Semin Thromb Hemost. 2002 Oct;28(5):405-14. 18. Wolf. Chimeric hirudin proteins. Greenfield & Sacks;2013