SlideShare a Scribd company logo
1 of 38
1
TUGAS PATOFISIOLOGI PADA KULIT
DISUSUN OLEH :
MARANATA GULTOM
A 163 021
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2017
2
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan dan
kekuatan untuk dapat menyelesaikan tugas patofisiologi yang berjudul infeksi pada
kulit.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak, yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi
penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk
sempurnanya makalah ini.
Bandung, Juni 2017
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................................1
KATA PENGANTAR .................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................................4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................5
2.1 Biologi Kulit.......................................................................................................5
BAB III. PEMBAHASAN.........................................................................................21
3.1 Infeksi Kulit Akibat Virus................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................38
4
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang
Kulit merupakan barier penting untuk mencegah mikroorganisme dan agen
perusak lain masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam. Kelainan kulit yang terjadi
dapat langsung disebabkan mikroorganisme pada kulit, penyebaran toksin spesifik
yang dihasilkan mikroorganisme, atau penyakit sistemik berdasarkan proses
imunologik. Sistem imun berkembang dengan fungsi yang khusus dan bekerja di kulit.
Sel Langerhans, keratinosit, selendotel, dendrosit dan sel lainnya semua ikut berperan
dalam skin associated lymphoid tissue (SALT).Mediator yang berperanantara lain IL-
1, IL-2, IL-3, produk selmast, limfokin dan sitokin lain yang sebagian besardihasilkan
oleh keratinosit.
Tubuh manusia mempunyai berbagai cara untuk melakukan proteksi.
Pertahanan pertama adalah barier mekanik, seperti kulit yang menutupi permukaan
tubuh. Kulit termasuk lapisan epidermis, stratum korneum, keratinosit dan lapisan
basal bersifat sebagai barier yang penting, mencegah mikroorganisme dan agen
perusak potensial lain masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam. Misalnya asam
laktat dan substansi lain dalam keringat mengatur pH permukaan epidermis dalam
suasana asam yang membantu mencegah kolonisasi oleh bakteri dan organisme lain.
Terdapat berbagai infeksi pada anak disertai dengan kelainan (tanda) pada kulit. Pada
beberapa kasus kelainan kulit dapat merupakan tanda penting penyebab infeksi yang
merupakan indikator bermakna adanya infeksi yang mendasarinya. Walaupun
kebanyakan penyakit eksantema pada anak bersifat ringan, diagnosis banding penting
sekali oleh karena beberapa infeksi pada anak yang fatal sering mempunyai kelainan
(tanda) pada kulit sebagai manifestasi awal.
Dermis dengan kolagen dan elastin memberikan dukungan dan pencegahan
banyak elemen seperti saraf, pembuluh darah, dan lain-lain sedangkan subkutis
merupakan insolator panas dan persediaan kalori. Kekurangan kolagen akan
memudahkan terjadinya edema, terutama pada bayi prematur.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan utama yaitu :
1. Epidermis (lapisan bagian luar tipis)
2. Dermis (lapisan tengah)
3. Subkutis (bagian paling dalam).
2.2 Epidermis
Lapisan epidermis tebalnya relatif, bervariasi dari 75- 150µ, kecuali pada
telapak tangan dan kaki lebih tebal; terdiri dari stratum korneum dan lapisan Malpighi,
terdapat desmosom, melanosit dan lain-lain.
6
2.3 Dermis
Ketebalan dermis bervariasi di berbagai tempat tubuh, biasanya 1-4mm.
Dermis merupakan jaringan metabolik aktif, mengandung kolagen, elastin, sel saraf,
pembuluh darah dan jaringan limfatik. Juga terdapat kelenjar ekrin, apokrin, sebaseus
di samping folikel rambut.
2.4 Subkutis
Terletak di bawah dermis, terdiri dari jaringan ikat dan lemak
7
2.5 Patogenesis Kelainan Kulit karena Infeksi
Patogenesis kelainan kulit yang ditimbulkan infeksi dapat dibagi dalam 3
kategori:
2.5.1 Mikroorganisme patogen dari aliran darah menyebabkan infeksi sekunder pada kulit.
1. Mikroorganisme patogen yang menyebar ke dalam darah infeksi sekunder pada kulit.
Kelainan kulit pada keadaan ini dapat langsung akibat mikroorganisme patogen itu
pada epidermis, dermis, atau endotel kapiler dermis, atau dapat disebabkan respons
imun antara organisme dan antibodi atau faktor selular pada kulit. Tahap pertama
pertahanan adalah mekanisme antibakteri yang tidak tergantung dari pengenalan
antigen. Kulit dan permukaan epitel mempunyai sistem non-spesifik atau innate
protective system yang membatasi masuknya organisme invasif. Asam lemak yang
dihasilkan kulit juga bersifat toksik terhadap banyak organisme. Kulit merupakan
barier fisik yang dapat mempertahankan tubuh dari agen patogen. Apabila terdapat
kerusakan kulit, maka kulit akan mempertahankan tubuh dengan proses imunologik
yang cepatterhadapagen patogen tersebutdan mengeluarkan mikroorganisme tersebut
dari epidermis dan dermis. Sistem imun berkembang dengan fungsi yang khusus dan
bekerja pada kulit. Sel Langerhans, dendrosit kulit, sel endotel, keratinosit dan sel
lainnya semuanya ikut berpartisipasi dalam skin associated lymphoid tissue (SALT)
yang mempunyai sistem imun pada kulit. Ketika mikroorganisme menembus barier
kulit akan merangsang respons imun. Kulit seperti halnya organ lain akan merusak
mikroorganisme tersebut dan mengeliminasi antigen. Varisela, infeksi enterovirus dan
meningococcemia merupakan contoh mikroorganisme sampai ke kulit melalui aliran
darah dan menyebabkan kelainan pada kulit tanpa kontribusi faktor imun pejamu. Pada
penyakit seperti morbili, rubela dan gonococcemia sukarnya mikroorganisme
ditemukan pada kultur menandakan kemungkinan efek langsung atau peranan respons
imun (immune-mediated response). Banyak penelitian telah dilakukan untuk
menentukan keasamanyang berbeda pada kulit yang berbeda pada waktu yang berbeda
dan pada individu yang berbeda. Umumnya dikatakan bahwa pH normal kulit
berfluktuasi antara 4,2 dan 7,0 (rata-rata 5,2). Reaksi asam kulit dapat membunuh
kebanyakan bakteri patogen. Asam laktat telah lama dipakai untuk keasaman kulit
sejak tahun1934, Marchionini melaporkan keberhasilan terapi dengan asamlaktat pada
pasien seborrheic eczema. Sedangkan Pennoyer dan Sullivan melaporkan pada tahun
8
1954 bahwa mereka telah berhasil dalam menurunkan insidens impetigo pada bayi dari
2% menjadi 0,13% dengan memakai preparat yang mengandung asam laktat.
Penelitian multisenter pemakaian Lactacyd di Perancis telah dilaporkan oleh dokter
umum, dokter kulit dan dokter anak pada pasien dengan seborrheic dermatitis,
hiperhidrosis dan diaper rash menunjukkan efikasi 87,6% dan tidak ditemukan efek
samping.
2. Patogenesis berhubungan dengan penyebaran toksin spesifik yang berasal dari
mikroorganisme patogen Infeksi mikroorganisme pada daerah lokal, namun toksin
yang dibebaskan mencapai kulit melalui aliran darah. Seperti diketahui bakteri
mempunyai banyak antigen permukaan yang berbeda dan mengeluarkan bermacam-
macam faktor virulen (misalnya toksin) yang dapat merangsang respons imun.10
Contoh penyakit eksantema yang disebabkan toksin ini adalah demam skarlet karena
streptokokus, toxic shock syndrome, dan lain-lain. Streptokokus merupakan kokus
Gram-positif, anaerob, menyebabkan infeksi toksigenik dan piogenik pada manusia,
sepertipada demam skarlet (eksotoksin). Stafilokokus merupakan kokus Gram-positif,
fakultatif anaerob, merupakan patogen kulit yang paling prevalen. Pertahanan pertama
terhadap stafilokokus adalah leukosit PMN yang memfagositosis dan membunuh
bakteri. Staphylococcus aureus menghasilkan sejumlah faktor virulen termasuk toksin
yang menentukan patogenisitasnya. S. aureus mengeluarkan exfoliative toxin yang
menyebabkan nekrolisis epidermis dan eksotoksin yang menyebabkan toxic shock
syndrome. Galur stafilokokus lain yang menyebabkan penyakit pada manusia adalah
S. epidermis, merupakan flora bakteri pada kulit yang sering ditemukan. Infeksi
nosokomial karena bakteri pada bayi baru lahir selama perawatan di ruang bersalin
terutama disebabkan S. aureus. Penelitian yang dilaporkan Meberg dan Schoyen
menunjukkan terjadi penurunan insidens infeksi S. aureus (pioderma, infeksi
umbilikus) selama 3 minggu pertama kehidupan sesudah pemberian Hibiscrub sebagai
disinfeksi umbilicus.
3. Terjadinya kelainan kulit pada penyakit sistemik yang kurang dimengerti, namun
tampaknya mempunyai dasar imunologik Umumnya tidak dapat diidentifikasi baik
lokasi antigen ataupun toksin yang dibebaskan. Kelainan kulit yang terpenting pada
kategori ini adalah eritema nodosum dan eritema multiforme.
9
2.5.2 Penyebaran toksin spesifik yang berasal dari mikroorganisme patogen menyebabkan
kelainan pada kulit.
2.5.3 Penyakit sistemik menimbulkan kelainan kulit karena proses imunologik.
2.6 Proses terjadinya respons imun
Antigen terikat pada sel yang dapat mempresentasikan antigen seperti sel
Langerhans,makrofag dan dendrosit dermis. Sel tersebut akan memproses antigen dan
mempresentasikan fragmen antigen kepada limfosit spesifik.6 Dalam keadaan normal
sejumlah kecil limfosit akan melalui dermis di luar pembuluh darah. Limfosit
kemudian akan membentuk sel inflamasi perivaskular.
Banyak ahli imunologis berpendapat bahwa populasi limfosit di kulit dilengkapi
oleh suatu program untuk beraksi dengan antigen yang sebelumnya telah pernah
kontak dengan kulit. Sirkulasi limfosit dari kulit ke kelenjar limfe kembali ke kulit
disebut homing. Limfosit homing masuk ke dalam kulit yang tidak mengalami
inflamasi untuk mencari adanya antigen.
Bila ada antigen, limfosit akan mengaktivasi sel endotel gepeng untuk
mengumpulkan limfosit lain sebagaibagian dari reaksiinflamasi yang ditimbulkannya.
Bila limfosit spesifik yang telah tersentisisasi bereaksi dengan antigen, respons imun
dapat timbul. Kurang lebih 5% dari limfosit di dermis pada reaksi imun yang
diperantarai oleh sel adalah limfosit yang secara spesifik bereaksi terhadap antigen.
Limfosit tambahan dapat dikumpulkan ke area tersebut oleh limfokin yang
dikeluarkan oleh limfosit spesifik sebagai respons terhadap adanya antigen. Respons
imun dapat pula ditimbulkan di epidermis. Sel T masuk ke dalam epidermis dari
dermis. Agar hal ini dapat terjadi sel T harus melewati daerah membran basalis dan
menembus keratinosit.
Substansi mediator seperti IL-8 dianggap berperan terhadap penarikan limfosit
ke dalam epidermis. Keratinosit memproduksi IL-8 terutama bila dirangsang oleh
gamma-interferon. Bila telah terdapat dalam epidermis, limfosit dapat diaktivasi oleh
selLangerhans. Keadaanini dapat memperkuat respons imun dan membantu eliminasi
antigen atau menghancurkan sel yang terinfeksi. Sejumlah sel helper dan sel supresor
pada infiltrat akan mengatur proses inflamasi yang terjadi.
10
2.7 Penyakit penyakit pada kulit
Kulit dan apendicesnya merupakan struktur kompleks yang membentuk
jaringan tubuh yang kuat dan keras. Fungsinya dapat dipengaruhi oleh
kerusakan terhadap struktur demikian juga oleh penyakit. Kulit merupakan
organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan
(Sudirman, 2012). Penyakit Kulit (Dermatologi) merupakan bidang kedokteran
yang berorientasi pada morfologi atau Ujud Kelainan Kulit (UKK) yang
ditemukan. Akurasi diagnostik akan tinggi apabila pemeriksaan dilakukan
secara obyektif tanpa dipengaruhi oleh interpretasi pasien yang didapat dari
anamnesis. Anamnesis harus selalu dilakukan pada saat maupun setelah
pemeriksaan visual dan fisik sehingga didapatkan diagnosis yang lebih obyektif
Penyakit kulit dapat terjadi karena berbagai faktor, mulai dari karena terkena
virus, lingkungan yang terkontaminasi dan masih banyak faktor-faktor lainnya.
Berikut adalah beberapa jenis penyakit kulit dan cara pencegahannya
1. Bisul (Furunkel)
Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih daripada
sebuah disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Keluhannya
nyeri. Kelainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya
terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan
nekrotik, lalu memecah membentuk fistel. Tempat predileksi ialah yang banyak
friksi, misalnya aksila dan bokong (Djuanda, 2011).
2. Cacar air
Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster
yang sering terjadi pada anak-anak. Pada penyakit ini biasanya ditandai dengan
11
bintikbintik pada seluruh tubuh (termasuk wajah), berwarna kemerahan, dan isi
dari benjolan (jika sudah membesar) tersebut adalah cairan. Jika seseorang
menderita penyakit ini, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan yang sangat
kuat seumur hidup, jadi penyakit ini hanya terjadi satu kali seumur hidup pada
setiap orang. Cacar air sangat menular dan memiliki tiga tahap dalam
pembentukannya. Gejala penyakit cacar air Ini dimulai dengan munculnya
sedikit benjolan gatal di seluruh tubuh yang menyerupai seperti gigitan
serangga. Kemudian, bintik tadi berubah menjadi benjolan yang berisi cairan,
diikuti oleh tahap akhir yaitu pada saat tahap penyembuhan, dimana benjolan
tersebut pecah dan membuat bekas pada kulit (Djuanda, 2011).
3. Campak (Rubella)
Merupakan penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus.
Biasanya menyerang anak-anak. Gejala awal campak adalah demam, pilek,
bersin, badan terasa lesu, sakit kepala, nafsu makan menurun drastis dan radang
mata. Setelah beberapa hari dari gejala tersebut timbul ruam merah yang gatal,
bertambah besar, tersebar ke beberapa bagian tubuh (Djuanda, 2011).
4. Eksim (Dermatitis)
Gejala utama yang dirasakan penderita eksim adalah rasa gatal yang
berlebihan pada kulit. Lalu disertai dengan kulit memerah, bersisik dan pecah-
12
pecah, timbul gelembung-gelembung kecil yang mengandung air atau nanah.
Bagian tubuh yang sering terkena eksim biasanya tangan, kaki, lipatan paha dan
telinga. Eksim terbagi menjadi dua, yaitu eksim kering dan basah. Pada eksim
basah, juga akan terasa panas dan dingin yang berlebihan pada kulit.Eksim
disebabkan karena alergi terhadap rangsangan zat kimia tertentu seperti yang
terdapat dalam detergen, sabun, obat-obatan dan kosmetik, kepekaan terhadap
jenis makanan tertentu seperti udang, ikan laut, telur, daging ayam, alkohol,
vetsin (MSG), dan lain-lain. Eksim juga dapat disebabkan karena alergi serbuk
sari tanaman, debu, rangangan iklim, bahkan gangguan emosi. Eksim lebih
sering menyerang orang-orang yang mudah terkena alergi. Penyakit ini sering
terjadi berulang-ulang atau kambuh. Oleh karena itu harus diperhatikan untuk
menghindari hal-hal atau bahanbahan yang dapat menimbulkan alergi
(alergen.) Tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat
dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan. Pada
beberapa kasus, eksim akan menghilang seiring dengan pertambahan usia
penderita (Djuanda, 2011).
5. Impetigo
Impetigo adalah penyakit kulit menular yang biasanya disebabkan oleh
bakteri. Impetigo menyebabkan kulit menjadi gatal, melepuh berisi cairan dan
kulit menjadi merah. Impetigo sangat mudah terjadi pada anak berusia dua
sampai enam tahun. Bakteri biasanya masuk ke dalam kulit melalui gigitan
13
serangga, luka, atau goresan. Kebersihan sangat penting bagi orang yang
mengalami impetigo (Djuanda, 2011).
6. Jerawat (Acne)
Berdasarkan penelitian, sekitar 80 persen dari seluruh manusia pernah
memiliki jerawat. Jerawat sebagai salah satu penyakit kulit yang disebabkan
oleh bakteri yang tumbuh di kulit dan menghubungkan pori-pori dengan
kelenjar minyak di bawah kulit. Jerawat merupakan penyakit dari folikel
sebasea yaitu folikel yang mempunyai glandula sebasea yang banyak dan tidak
mempunyai bulu. Arpertura dari glandula sebasea terblokir oleh sumbat tanduk
(blackheads) dan terdapat retensi dari sebum yang diubah oleh organisme yang
menimbulkan inflamasi pada jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan
pembentukan pustul dan abses yang menyebabkan parut. Jerawat dapat
berkembang jika pengobatan tidak dilakukan di tahap awal kemunculannya.
Jerawat tidak hanya tumbuh di wajah, namun juga bisa tumbuh di bagian tubuh
lain terutama punggung (Djuanda, 2011).
7. Kudis (Skabies)
14
Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasite tungau yang gatal
yaitu sarcoptes scabiei var hominis. Kulit yang terjangkit kudis lebih banyak
terjadi di daerah kumuh dan tidak menjaga kebersihan tubuh. Gejala kudis
adalah adanya rasa gatal yang begitu hebat pada malam hari, terutama di sela-
sela jari kaki, tangan, di bawah ketiak, alat kelamin, pinggang dan lain-lain.
Kudis sangat gampang menular pada orang lain, secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung tentu saja melalui sentuhan kulit terkena kudis
dengan kulit orang lain. Secara tidak langsung bisa menular melalui handuk
atau pakaian yang dipakai secara bergantian dengan penderita kudis. Cara
sangat mudah untuk menghindari kudis tentu saja dengan menjaga kebersihan
lingkungan dan tubuh. Salah satu cara pencegahan penyakit kudis dapat
dilakukan dengan mencuci sperai tempat tidur, handuk dan pakaian yan dipakai
dalam 2 hari belakangan dengan air hangat dan deterjen (Djuanda, 2011).
8. Kurap
Kurap terjadi karena jamur, biasanya yang menjadi gejalanya adalah
kulit menjadi tebal dan pada kulit timbul lingkaran-lingkaran yang semakin
jelas, bersisik, lembab dan berair dan terasa gatal. Kemudian pada lingkaran-
lingkaran akan timbul bercak-bercak putih. Kurap timbul karena kurang
menjaga kebersihan kulit. Bagian tubuh yang biasanya terserang kurap yaitu
tengkuk, leher, dan kulit kepala.Kurap dapat dicegah dengan cara mencuci
tangan yang sempurna, menjaga kebersihan tubuh, dan mengindari kontak
dengan penderita. Kurap dapat diobati dengan anti jamur yang mengandung
15
mikonazol dan kloritomazol dengan benar yang dapat menghilangkan infeksi
(Djuanda, 2011).
9. Psoriasis
Psoriasis termasuk penyakit kulit yang sulit didiagnosa. Bagian tubuh
yang biasa terkena eksim sama dengan bagian tubuh yang biasa terkena
psoriasis, ditambah kulit kepala, punggung bagian bawah, telapak tangan, dan
telapak kaki. Stres, menyebabkan psoriasis. Psoriasis bukan penyakit menular,
tetapi bersifat menurun (diwariskan). Gejala psoriasis adalah timbulnya bercak-
bercak merah yang di atasnya terdapat sisik-sisik putih tebal dan menempel
berlapis-lapis. Bila digaruk, sisik-sisik tersebut akan rontok. Mula-mula, luas
permukaan kulit yang terkena hanya kecil, dan semakin lama semakin melebar
(Djuanda, 2011).
10. Panu
Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.
Penyakit panu ditandai dengan bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa
16
gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bias berwarna putih, coklat atau
merah tergantung warna kulit si penderita. Panu paling banyak dijumpai pada
remaja usia belasan. Meskipun begitu panau juga bias ditemukan pada penderita
berumur tua. Cara pencegahan penyakit kulit Panu dapat dilakukan dengan
menjaga kebersihan kulit, dan dapat diobati dengan obat anti jamur yang dijual
di pasaran, dan dapat juga diobati dengan obat-obatan tradisional seperti daun
sirih yang dicampur dengan kapur sirih dan dioleh pada kulit yang terserang
Panu (Djuanda, 2011).
2.7 Pengobatan penyakit pada kulit
Penyakit kulit dikenal bermacam-macam, seperti kudis, eksema, kutu air,
biang keringat, koreng dan sebagainya. Untuk mengobati penyakit-penyakit kulit
tersebut digunakan bahan-bahan yang sifatnya mampu melindungi kulit yang luka,
mampu menghaluskan dan melemaskan kulit, mengurangi rasa gatal dan mempunyai
kerja khusus serta bersifat antiseptika (Widjajanti, 1988).
Sediaan farmasi yang digunakan pada kulit adalah untuk memberikan aksi
lokal, berlangsung lama pada tempat yang sakit dan sedikit mungkin diabsorpsi. Oleh
karena itu sediaan pada kulit biasanya digunakan sebagai antiseptik, antifungi,
antiinflamasi, anestetik lokal, emolien, pelindung terhadap sinar matahari, udara dan
iritasi zat kimia. Biasanya bentuk sediaannya berupa salep, krim dan pasta,sedangkan
sediaan lain yang juga digunakan adalah berupa serbuk tabur, aerosol, larutan dan losio
(Anief, 2007).
Contoh obat-obatan yang sering digunakan pada pengobatan penyakit kulit:
1. Obat antibakteri dan germisida, seperti fenol, kresol, timol alkohol dan lain-lain.
17
2. Antibiotik topikal, terdiri dari Penisilin, Neomisin, Framisetin, Gramisidin,
Gentamisin, Polimixin B, Tetrasiklin HCl, Eritromisin dan lainnya.
3. Antifungi topikal, seperti natrium propionat, asam undesilenat, salisilamid,
asam benzoat, asam salisilat dan lain sebagainya (Anief, 1997).
2.7.1 Antibiotik
Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan darifungi dan bakteri, yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertmubuhan kuman, sedangkan toksisitasnya
bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara semi-sintesis juga
termasuk kelompok ini, begitu pula semua senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri
(Tan dan Raharja, 2007).
Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan suatu
organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat
mikroorganisme lain. Dengan perkataan lain antibiotik merupakan zat kimia yang
dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang mengahambat mikroorganisme lain
(Pelczar, 1988). Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiosis, yang berarti
substansi yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain dan berasal
dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya antibiosis ini disebut sebagai
antibiotik (Pratiwi, 2008).
Penghambatan mikroba yang disebabkan oleh suatu antibiotik mungkin
bersifat tetap atau sementara. Apabila penghambatan itu hanya bersifat sementara
maka keaktifan antibiotik itu disebut sebagai bakteriostatik. Walaupun antibiotik ini
menghambat pertumbuhan sel bakteri, mikroba terus berkembang jika pemberian
antibiotik dihentikan. Sedangkan agen bakterisid mekanisme tindakannya adalah
memusnahkan mikroba (Hadisahputra dan Harahap, 1994).
Antibiotik yang pertama dikenal adalah penisilin, suatu zat yang dihasilkan
oleh jamur Penicillium.Penisilin ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929,
namun saat tahun 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri.
Selama Perang Dunia Kedua dan sesudahnya bermacam-macam antibiotik ditemukan
dan sekarang jumlahnya ratusan (Waluyo, 2010).
18
2.7.2 Antibiotik dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain sebagai
berikut:
a. Golongan Beta laktam, antara lain golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin,
sefuroksin, sefadroksil, seftazidim) golongan monosiklik dan golongan penisilin
(penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatuagen antibakterial alami yang dihasilkan
dari jamur jenis Penicillium chrysogenum.
b. Antibiotik golongan Aminoglikosida, aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis
fungi Streptomyces dan Micromonospora. Semua senyawa dan turunan semi
sintetisnya mengandung dua atau tiga gula amino di dalam molekulnya yang saling
terikat secara glikosidis. Spektrum kerjanya luas, aktifitasnya adalah bakterisid.
Contohnya neomisin, streptomisin, amikasin, gentamisin dan paranomisin.
c. Antibiotik golongan Tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatis. Mekanisme
kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum antibakterinya
luas dan meliputi banyak cocci Gram positif dan Gram negatif. Contohnya tetrasiklin,
doksisiklin dan monosiklin.
d. Antibiotik golongan Makrolida, bekerja bakteriostatis terutama terhadap bakteri
Gram positif. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom
kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lama bisa
menyebabkan resistensi.
e. Antibiotik golongan Linkomisin, dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis.
Khasiatnya bakteriostatis, spektrum kerjanya lebih sempit dari pada makrolida
terutama terhadap kuman Gram positif dan anaerob. Contohnya linkomisin.
f. Antibiotik golongan Kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat bakterisid
pada fase pertumbuhan kuman. Golongan ini hanya dapat digunakan pada infeksi
saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi.
g. Antibiotik golongan Kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai spektrum luas.
Bersifat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman Gram positif dan sejumlah
kuman Gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa
polipeptida kuman. Contohnya kloramfenikol (Tan dan Rahardja, 2007).
19
2.7.3 Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum atau kisaran kerja
Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi dua
yaitu :
a. Berspektrum sempit (narrow spectrum), hanya mampu menghambat segolongan
jenis bakterisaja, contohnya hanya mampu menghambat ataumembunuh bakteri Gram
positif atau Gram negatif saja.
b. Berspektrum luas (broad spectrum), dapat menghambat atau membunuh bakteridari
golongan Gram positif maupun Gram negatif (Pratiwi, 2008).
2.7.4 Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima
golongan yaitu :
a. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin dan
vankomisin.
b. Antibiotik yang merusak membran plasma
Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah polimiksin, nistatin dan amfoterisin B.
c. Antibiotik yang menghambat sintesis protein
Antibiotik yang termasuk kelompok ini adalah golongan aminoglikosida, makrolida,
kloramfenikol, linkomisin dan tetrasiklin.
d. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA)
Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon.
e. Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial
Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah sulfonamid, kotrimoksazol dan asam p-
amino salisilat (PAS) (Pratiwi, 2008).
2.7.5 Bahaya pemakaian antibiotik
Beberapa bahaya yang dapat diakibatkan pada pemakaian antibiotik antara lain:
a. Gejala resistensi, pada pengobatan yang tidak cukup yaitu terlalu singkat waktunya
atau terlalu lama dengan dosis terlalu rendah atau digunakan pada pengobatan yang
tidak perlu misalnya pada luka kecil dan sebagainya dapat mengakibatkan resistensi,
artinya bakteri akan memberikan perlawanan terhadap kerja antibiotik, sehingga
khasiat antibiotik akanmenjadi berkurang atau tidak berkhasiat sama sekali. Bila sudah
terjadi resistensi antibiotik ini sudah tidak efektif lagi melawan kuman dan pada
20
pengobatan selanjutnya harus diganti dengan antibiotik lain yang mempunyai khasiat
yang sama.
c. Supra infeksi, yaitu seseorang yang telah ketularan suatu kuman, ketularan kuman
sekali lagi dengan kuman yang sama. Ini terutama terjadi pada pemakaian antibiotik
broad spectrum,karena kegiatannya demikian luasnya sehingga flora bakteri usus juga
dimatikan dan keseimbangan bakteri normal juga terganggu (Widjajanti, 1988).
2.7.4 Resistensi
Resistensi terhadap obat antibiotik, ialah obatnya tidak mampu membunuh
kuman atau kumannya menjadi kebal terhadap obat. Beberapa jenis resistensi yaitu:
• Resistensi bawaan (primer), terjadi secara alamiah. Pada kuman sudah terdapat
resistensi secara alamiah, misalkan adanya enzim penisilinase yang merusak penisilin
dan sefaloridin.
• Resistensi yang diperoleh (sekunder), disebabkan kontak kuman dengan antibiotik.
• Resistensi episomal, tipe resistensi ini pembawa faktor genetika berada diluar
kromosom yang ditulari bakteri lain.
• Resistensi silang
Salah satu contoh antibiotik yang beredar dipasaran adalah Neomisin sulfat
yang terdapat dalam krim Betason-N produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant
Medan. Neomisin dikenal sebagai suatu antibiotik yang aktif terhadap sejumlah besar
bakteri yang umumnya menyertai radang kulit.
2.7.6 Resistensi terhadap aminoglikosida
Resistensi terhadap antibiotik golongan aminoglikosida muncul karena sel
bakteri memproduksi enzim-enzim yang dapat menambahkan fosfat,asetat,atau gugus
adenil pada berbagai macam tempat pada antibiotik aminoglikosida. Antibiotik
aminoglikosida yang telah dimodifikasi tersebut nantinya tidak akan mampu terikat
pada subunit 30S ribosom sehingga tidak lagi dapat menghambat sintesis protein
(Pratiwi, 2008).
21
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Infeksi kulit akibat virus
3.1.1 Penyakit Cacar (Herpes)
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis
adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-
gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2
macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.
Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet)
pada kulit terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu
dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus
herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain
'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang
menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.
Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan
lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama,
Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar
gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di
bagian punggung, dahi atau dada.
3.1.2 Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes)
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak
langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar
(chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan
sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis
(genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis
ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa
7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster.
22
Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh,
sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di
dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh
(Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpeszosterdimana
gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang
yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka
tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air
terlebih dahulu.
3.1.3 Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes)
Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum
adalah demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian
rubuh, munculnya bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah
gelembung cair. Keluhan lain yang kadang dirasakan penderita adalah sakit perut.
3.1.4 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Cacar (Herpes)
Pada penderita penyakit cacar halyang terpenting adalah menjaga gelembung
cairan tidak pecahagartidak meninggalkan bekasdan menjadi jalan masuk bagi kuman
lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu
melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan
untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock.
Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk
mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan
paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet(Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan
penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi
serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus
herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas
membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters).
Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangatlemah, penderita
penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV)
Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi
vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi
dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan
23
menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali
lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.
3.2 Infeksi Kulit Akibat Jamur
Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini
tergantung dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur
superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua
yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan yang tidak memicu respon inflamasi.
Infeksi yang memicu respon inflamasi disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang
tidak memicu respon inflamasi disebabkan oleh piedra.
3.2.1 Mikosis
Mikosis ialah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis dibagi menjadi
mikosis profunda dan superfisialis :
1. Mikosis Superfisialis
a. Dermatofitosis
Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang
disebabkan oleh dermatofit. Dermatofit adalah suatu kelompok jamur yang
memiliki kemampuan untuk membentuk perlekatan molekular pada keratin dan
menjadikannya sebagai sumber nutrisi. Dermatofit dapat dibagi menjadi
organisme geofilik, zoofilik dan antropofilik. Organisme geofilik merupakan
organisme yang berada di tanah dan secara sporadik menginfeksi manusia
secara kontak langsung dengan tanah. Infeksi akibat organisme ini biasanya
menimbulkan inflamasi. Contohnya adalah Microsporum gypseum. Zoofilik,
spesies yang ditemukan di hewan, juga ditransmisikan ke manusia.
Transmisinya dapat langsung maupun tidak langsung. Contohnya M. canis pada
kucing dan anjing. Infeksi ini juga menimbulkan inflamasi. Antropofilik
menjadikan manusia sebagai host nya, ditransmisikan dari manusia ke manusia
24
secara kontak langsung. Infeksi geofilik dan zoofilik menyebabkan lesi yang
lebih iritatif dan inflamatif dibandingkan dengan yang bertransmisi secara
antropofili. Dermatofit termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3
genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi:
a. Tinea kapitis: dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala.
b. Tinea barbe : dermatofitosis pada dagu dan jenggot.
c. Tinea kruris: dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong,
dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki.
f. Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk
5 tinea di atas (leher atau badan).
Berdasarkan gambaran klinis:
a. Tinea imbrikata : ditandai susunan skuama yang konsentris.
b. Tinea favosa atau favus : dermatofitosis (infeksi dermatofit kronik) di kulit
kepala dan di kuku yang ditandai dengan terbentuk skutula yang tebal dan
kuning dan berbau seperti tikus (mousy odor).
c. Tinea in kognito : bentuk klinis tidak khas karena telah diobati dengan steroid
topikal kuat.
25
a. Tinea kapitis1
merupakan dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala yang
disebabkan oleh dermatofit patogen dari genus Tricophyton dan Microsporum
kecuali T. concentricum. Penyebab terbanyak adalah M. canis.
Epidemiologi
Biasanya terjadi pada anak usia 3 sampai 14 tahun. Jarang terjadi pada
orang dewasa. Tinea kapitis sering terjadi pada anak-anak keturunan Afrika.
Transmisi meningkat dengan menurunnya kebersihan diri, padat penduduk, dan
status ekonomi rendah.
Gambaran klinis
Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan,
alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat disebut
kerion.
Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas, yaitu :
1. Grey patch ringworm
Tinea kapitis yang disebabkan oleh genus Microsporum dan sering
ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di
sekitar rambut. Papul melebar, membentuk bercak, yang menjadi pucat dan
bersisik. Keluhannya adalah gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak
mengkilat lagi. Semua rambut daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga
dapat terbentuk alopesia setempat.
Pemeriksaan dengan lampu wood dapat dilihat fluoresensi hijau
kekunung-kuningan pada rambut yang sakit.
2. Kerion
Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis beupa
pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang
26
padat disekitarnya. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan
berakibat alopesia yang menetap.
3. Black dot ringworm
Terutama disebabkan oleh Trycophyton tonsurans dan Trycophyton
violaceum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan
yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang
hitam di dalam folikel rambut ini memberikan gambaran yang khas yaitu black
dot.
Diagnosis Banding
Dermatitis seborrheic, dermatitis atopik, impetigo, pustular atau plak
psoriasis, foliculitis decalvans.
Pengobatan
Pada Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini
dilakukan pengobatan topikal dan disertai penyinaran dengan sinar X untuk
merontokkan rambut di bagian yang sakit. …..
b. Tinea barbe
Epidemiologi
Ditemukan pada pria. Transmisi tersering berasal dari alat cukur.
Etiologi
Sebagian besar disebabkan oleh organisme zoopilik yaitu T.
mentagrophytes dan T.verrusocum.
Gambaran Klinis
Unilateral dan lebih sering di jenggot daripada di kumis. Terdapat tiga bentuk,
yaitu
27
1. Tipe inflammatory
Biasanya disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T.verrusocum. Tipe ini
analog dengan bentuk korion pada Tinea kapitis. Bentuk lesinya nodular
dengan keropeng seropurulen. Rambut pada area ini tidak bercahaya, rapuh dan
terdapat purulen pada akar rambut.
2. Tipe superfisial
Disebabkan oleh antropofili, bentuk menyerupai bakteri folikulitis
dengan eritema yang difus, perifolikular pustul dan papul. Rambut didaerah ini
rapuh dan membuat infeksi endothrix oleh T.violaceum.
3. Tipe circinate
Tinea barbe circinate memperlihatkan suatu batas vesikulopustular
yang aktif dengan pusat yang bersisik dan mirip seperti Tinea korporis.
Diagnosis banding
Sikosis barbe/vulgaris, perioral dermatitis, candida folikulitis,
dermatitis kontak, dan acne vulgaris.
c. Tinea kruris
adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar
anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun.
Etiologi
Sebagian besar disebabkan oleh T.rubrum dan Epidermophyton floccosum.
Epidemiologi
Tinea kruris menyebar dengan kontak langsung dan diperburuk dengan
panas dan lembab. Terjadi tiga kali lebih sering pada pria daripada wanita dan
terjadi lebih sering pada orang dewasa daripada anak-anak.
28
Gambaran klinis
Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke
daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh
lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas.
Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri
dari bermacam-macam bentuk. Bila penyakit ini menjadi menahun dapat
berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya
karena garukan.
Diagnosis banding
Candidiasis, intertrigo (dermatitis pada lipatan), seborheic dermatitis,
dan psoriasis.
d. Tinea pedis dan Tinea manus (kutu air)
Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari
dan telapak kaki. Sedangkan Tinea manus menyerang telapak tangan dan sela-
sela jari tangan.
Epidemiologi
Tinea manus didapatkan secara kontak langsung terhadap orang atau
binatang yang terinfeksi dan dari tanah. Tinea pedis banyak terlihat pada orang
yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan
kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah.
Etiologi
Disebabkan oleh T.rubrum (yang paling sering), T. mentagrophytes,
dan E. floccosum.
Gambaran klinis
1. Tinea pedis yang sering terlihat adalah bentuk interdigitalis. Diantara jari IV
dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat
29
meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena
daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa
kulit putih dan rapuh. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi
sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan
dapat pula terjadi erysipelas yang disertai gejala-gejala umum.
2. Bentuk lain ialah moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai
punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan
terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat
papul dan kadang-kadang vesikel.
3. Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesikopustul dan kadang-kadang bula.
Dimulai dari daerah sela jari kaki, kemudian meluas ke punggung kaki atau
telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel
tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran disebut koleret. Jamur
terletak di atap vesikel.
Semua bentuk yang dilihat di kaki dapat terjadi pula pada tangan.
Diagnosis banding
Psoriasis, candidiasis, bakteri pyodermal, dan dyshydrosis.
e. Tinea unguium
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita.
Gambaran Klinis
1. Bentuk subungual distalis
Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke
proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.
2. Leukonikia trikofita
30
Merupakan keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktika n
adanya elemen jamur.
3. Bentuk subungual proksimalis
Kuku dibagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak.
Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan.
Kelainan pada kuku kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku tangan.
f. Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap,
herpes sircine trichophytique)
Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut
(glabrous skin).
Epidemiologi
Tinea korporis dapat ditransmisikan secara langsung dari manusia atau hewan
yang terinfeksi. Pada anak-anak lebih sering kontak dengan pathogen zoofilik
khususnya M.canis dari anjing atau kucing.
Gambaran klinis
1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong,
berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan
papul di tepi. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada
umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain, selain itu
dapat terlihat lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit
yang menjadi satu.
2. Pada tinea corporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak
terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-
sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea corporis et
31
cruris. Bentuk menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum biasanya
dilihat bersama-sama dengan tinea unguium.
3. Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton
concentricum disebut tinea imbrikata. Dimulai dengan papul berwarna coklat,
yang perlahan-lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas
dari dasarnya dan melebar. Proses ini, setelah beberapa waktu mulai lagi dari
bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang
konsentris. Pada permulaan infeksi penderita dapat merasa sangat gatal, akan
tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pada
kasus menahun, lesi kulit kadang-kadang dapat menyerupai iktiosis.
Diagnosis banding
Erythema annulare, nummular eczema, granuloma annulare.
g. Tinea favosa atau favus
merupakan bentuk lain tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut.
Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan
(skutula ) dengan berbagai ukuran. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy
odor) pada penderita favus. Kadang-kadang penyakit ini dapat menyerupai
dermatitis seboroika. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai kelainan
kulit papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan kulit berbentuk
cawan yang khas, yang kemudian menjadi jaringan parut.
Tiga spesies dermatofita yang dapat menyebabkan favus yaitu Trichophyton
schoenleini, Trichophyton violaceum, dan Microsporum gypseum.
3.2.2. Nondermatofitosis
1. Pitiriasis Versikolor (Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, tinea
flava, pitiriasis versikolor plava dan panau)
32
Merupakan penyakit jamur superficial yang kronik biasanya tidak
memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna
putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat
menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala
yang berambut.
Patogenesis
Flora normal yang berhubungan adalah Pityrosporum orbiculare atau
Pityrosporum ovale. Pitiriasis versikolor ini merupakan infeksi ringan yang
sering terjadi yang Nampak sebagai akibat Malassezia furor yang tumbuh
berlebihan.
Gejala klinis
Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak, berwarna-warni, bentuk
tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut
berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat
terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik. Kadang-kadang
penderita dapat merasakan gatal ringan.
b. Pitirosporum Folikulitis
Merupakan penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang disebabkan
oleh spesies Pitirosporum berupa papul dan pustule folikular yang biasanya
gatal dan terutama berlokasi di batang tubuh, leher, dan lengan bagian atas.
Etiologi
Jamur penyebab adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan
Malassezia furfur penyebab pitiriasis versikolor. Spesies ini sekarang disebut
kembali sebagai Malassezia.
33
Gejala klinis
Memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi. Terlihat papul dan
pustule perifolikular, berukuran 2-3 mm diameter dengan peradangan minimal.
c. Piedra
Adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus)
sepanjang rambut dan disebabkan oleh Piedra hortai (black piedra) atau
Trichosporon beigelii (white piedra)
Gejala klinis
Menyerang rambut kepala, janggut, dan kumis tanpa memberikan
keluhan. Krusta melekat erat pada rambut yang terserang.
Piedra hitam, contoh Piedra hortaihanya menyerang rambut kepala.
Jmaur ini menyerang rambut di bawah kutikel, kemudian membengkak dan
pecah untuk menyebar di sekitar rambut dan membentuk benjolan tengguli dan
hitam.
Piedra putih, menyerang janggut dan kumis. Benjolan berwarna coklat
muda dan tidak begitu melekat pada rambut.
d. Tinea Nigra Palmaris
Disebabkan oleh Cladosporium wermeckii adalah infeksi jamur
superficial yang asimtomatik pada stratum korneum. Kelainan kulit berupa
macula tengguli sampai hitam. Biasanya yang terserang adalah telapak tangan.
e. Otomikosis
Adalah infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan
lubang telinga luar yang ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal.
34
Gejala klinis
Liang telinga merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai
eksfoliasi permukaan kulit atau pendengaran dapat terganggu karena liang
telinga tertutup oleh massa kotoran kulit dan jamur. Infeksi bakteri dan dan
invasi jaringan dibawah kulit menyebabkan nyeri dan dan supurasi.
f. Keratomikosis
Adalah infeksi jamur pada kornea mata yang menyebabkan ulserasi dan
inflamasi setelah trauma pada bagian tersebut diobati dengan obat-obat
antibiotic dan kortikosteroid.
Gejala klinis
Lesi mulai dengan benjolan yang menonjol sedikit di atas permukaan,
berwarna putih kelabu dan berambut halus. Vaskularisasi sering tidak tampak.
2. MIKOSIS PROFUNDA
Terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur, dengan
gejala klinis tertentu yang menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus
intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan kardiovaskular,
susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang-kadang kulit.
Penyakit ini bersifat kronis. Manifestasinya berupa tumor, infiltrasi
peradangan, ulkus atau sinus tersendiri maupun bersamaan.
Jamur yang menyebabkan mikosis subkutan tumbuh dalam tanah atau
pada tanaman yang membusuk. Beberapa penyakit jamur subkutan yang
ditemukan di Indonesia adalah :
35
a) Sporotrikosis
Adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii yang
masuk ke dalam kulit melalui trauma dan ditandai dengan pembesaran kelenjar
getah bening.
Lesi lokal terbentuk sebagai pustul, abses, atau tukak, dan saluran getah
bening yang berasal dari tempat ini menjadi tebal dan menyerupai tali. Lesi
menunjukkan peradangan menahun dan granulomatosa yang mengalami
nekrosis.
b) Kromoblastomikosis (Kromomikosis)
Adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur
berwarna (demataceous) yaitu Phialophora verrucosa, Fonsecaea pedrosoi,
Rhinocladiella aquaspersa, dan Cladosporium carrionii.
Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit, seringkali pada tungkai
atau kaki. Secara lambat, pertumbuhan mirip kutil tersebar di sepanjang aliran
getah bening yang berasal dari daerah yang terserang. Walaupun jarang,
elefantiasis mungkin timbul akibat infeksi sekunder.
c) Misetoma
Adalah penyakit kronik, supuratif dan granulomatosa yang disebabkan
oleh bakteri Actinomyces dan jamur Nocardia yang merupakan jamur
berfilamen. Gejala klinis biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, dan sinus.
Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang
kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Misetoma timbul bila organisme tanah
ini tertanam ke dalam jaringan subkutan melalui trauma.
d) Kandidosis
Adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh
spesies Candida, dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru.
36
Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albikans yang dapat diisolasi
dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal.
Klasifikasi
Berdasarkan tempat yang terkena:
a. Kandisosis selaput lendir:
1. Kandidosis oral (thrush): mengenai bayi. Tampak pseudomembran putih
coklat muda kelabu yang menutup lidah, palatum mole, pipi bagian dalam dan
permukaan rongga mulut lain. Terdapat lesi berwarna putih di tepi atau di
bawah permukaan lidah.
2. Periechem: fisur pada sudut mulut. Faktor predisposisi adalah defisiensi
riboflavin
3. Vulvovaginitis: keluhan utama adalah gatal didaerah vulva. Merupakan
vulva vagina (keputihan)
4. Balanitis: pada glans penis dan sulkus koronarius glandis
5. Kandidosis mukokutan kronik: karena kekurangan fungsi leukosit atau
sistem hormonal.
6. Kandidosis bronkopulmonar dan paru.
b. Kandidosis kutis:
-daerah intertriginosa - daerah perianal
2. Generalisata
3. Paronikia dan onikomikosis
4. Kandidosis kutis granulomatosa
37
c. Kandisosis sistemik
1. Endokarditis
2. Meningitis
3. Pielonefritis
4. Septikemia
38
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan , Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2008, Dinas Kesehatan kota
Medan, 2008
Deputi Bidang Pengkajian Sumber daya UKMK. www.smecda.com, Diakses 12 Mei
2009, 17:33 WIB. Kajian Model Pengembangan Usaha Di Kalangan
Pemulung. Jakarta. 2008.
Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000
Notoatmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Edisi Revisi.
Cetakan Ketiga. Jakarta. 2005.

More Related Content

What's hot (12)

Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontakasuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
29 rani pujiningtyas-1 c (kusta)
 
Esai ilmiah muhammad sobri maulana-ui
Esai ilmiah muhammad sobri maulana-uiEsai ilmiah muhammad sobri maulana-ui
Esai ilmiah muhammad sobri maulana-ui
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA
Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA
Askep gigitan ular AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNA
Askep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNAAskep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNA
Askep kgd '' gigitan ular'' AKPER PEMKAB MUNA
 

Similar to penyakit pada kulit

Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfMateri Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
AsharEmong
 
Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptxAyu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
AyuPuspita79
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Teye Onti
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Teye Onti
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Teye Onti
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologi
Azmi Yunita
 

Similar to penyakit pada kulit (20)

Tugas patofisiologi pada kulit maranata
Tugas patofisiologi pada kulit maranataTugas patofisiologi pada kulit maranata
Tugas patofisiologi pada kulit maranata
 
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdfMateri Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
Materi Infeksi Kulit oleh Bakteri-1.pdf
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Imunologi terhadap infeksi
Imunologi terhadap infeksiImunologi terhadap infeksi
Imunologi terhadap infeksi
 
Kb 5
Kb 5Kb 5
Kb 5
 
Pncegahan dan Pengendalian Infeksi
Pncegahan dan Pengendalian InfeksiPncegahan dan Pengendalian Infeksi
Pncegahan dan Pengendalian Infeksi
 
Bab 1 3
Bab 1 3Bab 1 3
Bab 1 3
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
Infeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi kulit dan jaringan lunakInfeksi kulit dan jaringan lunak
Infeksi kulit dan jaringan lunak
 
Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptxAyu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
Ayu Puspita_12 IPA 2_Imun & Pertahanan Nonspesifik_SMT 4.pptx
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Akne vulgaris
Akne vulgarisAkne vulgaris
Akne vulgaris
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologi
 

Recently uploaded

Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
cheatingw995
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
PeniMSaptoargo2
 
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
DavyPratikto1
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Halo Docter
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
DwiDamayantiJonathan1
 
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptxPengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
NadhifahRahmawati
 

Recently uploaded (20)

Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptxTata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
Tata laksana batuk disesuaikan dengan penyakit dasar.pptx
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxCRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
 
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptxPPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
PPS (perencanaan perbaikan strategis) PUSKESMAS.pptx
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
 
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptxPengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
Pengaturan suhu tubuh materi 2023/24.pptx
 

penyakit pada kulit

  • 1. 1 TUGAS PATOFISIOLOGI PADA KULIT DISUSUN OLEH : MARANATA GULTOM A 163 021 SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA YAYASAN HAZANAH BANDUNG 2017
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk dapat menyelesaikan tugas patofisiologi yang berjudul infeksi pada kulit. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak, yang telah membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk sempurnanya makalah ini. Bandung, Juni 2017 Penulis
  • 3. 3 DAFTAR ISI COVER ........................................................................................................................1 KATA PENGANTAR .................................................................................................2 DAFTAR ISI................................................................................................................3 BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................................4 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................5 2.1 Biologi Kulit.......................................................................................................5 BAB III. PEMBAHASAN.........................................................................................21 3.1 Infeksi Kulit Akibat Virus................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................38
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Kulit merupakan barier penting untuk mencegah mikroorganisme dan agen perusak lain masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam. Kelainan kulit yang terjadi dapat langsung disebabkan mikroorganisme pada kulit, penyebaran toksin spesifik yang dihasilkan mikroorganisme, atau penyakit sistemik berdasarkan proses imunologik. Sistem imun berkembang dengan fungsi yang khusus dan bekerja di kulit. Sel Langerhans, keratinosit, selendotel, dendrosit dan sel lainnya semua ikut berperan dalam skin associated lymphoid tissue (SALT).Mediator yang berperanantara lain IL- 1, IL-2, IL-3, produk selmast, limfokin dan sitokin lain yang sebagian besardihasilkan oleh keratinosit. Tubuh manusia mempunyai berbagai cara untuk melakukan proteksi. Pertahanan pertama adalah barier mekanik, seperti kulit yang menutupi permukaan tubuh. Kulit termasuk lapisan epidermis, stratum korneum, keratinosit dan lapisan basal bersifat sebagai barier yang penting, mencegah mikroorganisme dan agen perusak potensial lain masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam. Misalnya asam laktat dan substansi lain dalam keringat mengatur pH permukaan epidermis dalam suasana asam yang membantu mencegah kolonisasi oleh bakteri dan organisme lain. Terdapat berbagai infeksi pada anak disertai dengan kelainan (tanda) pada kulit. Pada beberapa kasus kelainan kulit dapat merupakan tanda penting penyebab infeksi yang merupakan indikator bermakna adanya infeksi yang mendasarinya. Walaupun kebanyakan penyakit eksantema pada anak bersifat ringan, diagnosis banding penting sekali oleh karena beberapa infeksi pada anak yang fatal sering mempunyai kelainan (tanda) pada kulit sebagai manifestasi awal. Dermis dengan kolagen dan elastin memberikan dukungan dan pencegahan banyak elemen seperti saraf, pembuluh darah, dan lain-lain sedangkan subkutis merupakan insolator panas dan persediaan kalori. Kekurangan kolagen akan memudahkan terjadinya edema, terutama pada bayi prematur.
  • 5. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Kulit Kulit terdiri dari tiga lapisan utama yaitu : 1. Epidermis (lapisan bagian luar tipis) 2. Dermis (lapisan tengah) 3. Subkutis (bagian paling dalam). 2.2 Epidermis Lapisan epidermis tebalnya relatif, bervariasi dari 75- 150µ, kecuali pada telapak tangan dan kaki lebih tebal; terdiri dari stratum korneum dan lapisan Malpighi, terdapat desmosom, melanosit dan lain-lain.
  • 6. 6 2.3 Dermis Ketebalan dermis bervariasi di berbagai tempat tubuh, biasanya 1-4mm. Dermis merupakan jaringan metabolik aktif, mengandung kolagen, elastin, sel saraf, pembuluh darah dan jaringan limfatik. Juga terdapat kelenjar ekrin, apokrin, sebaseus di samping folikel rambut. 2.4 Subkutis Terletak di bawah dermis, terdiri dari jaringan ikat dan lemak
  • 7. 7 2.5 Patogenesis Kelainan Kulit karena Infeksi Patogenesis kelainan kulit yang ditimbulkan infeksi dapat dibagi dalam 3 kategori: 2.5.1 Mikroorganisme patogen dari aliran darah menyebabkan infeksi sekunder pada kulit. 1. Mikroorganisme patogen yang menyebar ke dalam darah infeksi sekunder pada kulit. Kelainan kulit pada keadaan ini dapat langsung akibat mikroorganisme patogen itu pada epidermis, dermis, atau endotel kapiler dermis, atau dapat disebabkan respons imun antara organisme dan antibodi atau faktor selular pada kulit. Tahap pertama pertahanan adalah mekanisme antibakteri yang tidak tergantung dari pengenalan antigen. Kulit dan permukaan epitel mempunyai sistem non-spesifik atau innate protective system yang membatasi masuknya organisme invasif. Asam lemak yang dihasilkan kulit juga bersifat toksik terhadap banyak organisme. Kulit merupakan barier fisik yang dapat mempertahankan tubuh dari agen patogen. Apabila terdapat kerusakan kulit, maka kulit akan mempertahankan tubuh dengan proses imunologik yang cepatterhadapagen patogen tersebutdan mengeluarkan mikroorganisme tersebut dari epidermis dan dermis. Sistem imun berkembang dengan fungsi yang khusus dan bekerja pada kulit. Sel Langerhans, dendrosit kulit, sel endotel, keratinosit dan sel lainnya semuanya ikut berpartisipasi dalam skin associated lymphoid tissue (SALT) yang mempunyai sistem imun pada kulit. Ketika mikroorganisme menembus barier kulit akan merangsang respons imun. Kulit seperti halnya organ lain akan merusak mikroorganisme tersebut dan mengeliminasi antigen. Varisela, infeksi enterovirus dan meningococcemia merupakan contoh mikroorganisme sampai ke kulit melalui aliran darah dan menyebabkan kelainan pada kulit tanpa kontribusi faktor imun pejamu. Pada penyakit seperti morbili, rubela dan gonococcemia sukarnya mikroorganisme ditemukan pada kultur menandakan kemungkinan efek langsung atau peranan respons imun (immune-mediated response). Banyak penelitian telah dilakukan untuk menentukan keasamanyang berbeda pada kulit yang berbeda pada waktu yang berbeda dan pada individu yang berbeda. Umumnya dikatakan bahwa pH normal kulit berfluktuasi antara 4,2 dan 7,0 (rata-rata 5,2). Reaksi asam kulit dapat membunuh kebanyakan bakteri patogen. Asam laktat telah lama dipakai untuk keasaman kulit sejak tahun1934, Marchionini melaporkan keberhasilan terapi dengan asamlaktat pada pasien seborrheic eczema. Sedangkan Pennoyer dan Sullivan melaporkan pada tahun
  • 8. 8 1954 bahwa mereka telah berhasil dalam menurunkan insidens impetigo pada bayi dari 2% menjadi 0,13% dengan memakai preparat yang mengandung asam laktat. Penelitian multisenter pemakaian Lactacyd di Perancis telah dilaporkan oleh dokter umum, dokter kulit dan dokter anak pada pasien dengan seborrheic dermatitis, hiperhidrosis dan diaper rash menunjukkan efikasi 87,6% dan tidak ditemukan efek samping. 2. Patogenesis berhubungan dengan penyebaran toksin spesifik yang berasal dari mikroorganisme patogen Infeksi mikroorganisme pada daerah lokal, namun toksin yang dibebaskan mencapai kulit melalui aliran darah. Seperti diketahui bakteri mempunyai banyak antigen permukaan yang berbeda dan mengeluarkan bermacam- macam faktor virulen (misalnya toksin) yang dapat merangsang respons imun.10 Contoh penyakit eksantema yang disebabkan toksin ini adalah demam skarlet karena streptokokus, toxic shock syndrome, dan lain-lain. Streptokokus merupakan kokus Gram-positif, anaerob, menyebabkan infeksi toksigenik dan piogenik pada manusia, sepertipada demam skarlet (eksotoksin). Stafilokokus merupakan kokus Gram-positif, fakultatif anaerob, merupakan patogen kulit yang paling prevalen. Pertahanan pertama terhadap stafilokokus adalah leukosit PMN yang memfagositosis dan membunuh bakteri. Staphylococcus aureus menghasilkan sejumlah faktor virulen termasuk toksin yang menentukan patogenisitasnya. S. aureus mengeluarkan exfoliative toxin yang menyebabkan nekrolisis epidermis dan eksotoksin yang menyebabkan toxic shock syndrome. Galur stafilokokus lain yang menyebabkan penyakit pada manusia adalah S. epidermis, merupakan flora bakteri pada kulit yang sering ditemukan. Infeksi nosokomial karena bakteri pada bayi baru lahir selama perawatan di ruang bersalin terutama disebabkan S. aureus. Penelitian yang dilaporkan Meberg dan Schoyen menunjukkan terjadi penurunan insidens infeksi S. aureus (pioderma, infeksi umbilikus) selama 3 minggu pertama kehidupan sesudah pemberian Hibiscrub sebagai disinfeksi umbilicus. 3. Terjadinya kelainan kulit pada penyakit sistemik yang kurang dimengerti, namun tampaknya mempunyai dasar imunologik Umumnya tidak dapat diidentifikasi baik lokasi antigen ataupun toksin yang dibebaskan. Kelainan kulit yang terpenting pada kategori ini adalah eritema nodosum dan eritema multiforme.
  • 9. 9 2.5.2 Penyebaran toksin spesifik yang berasal dari mikroorganisme patogen menyebabkan kelainan pada kulit. 2.5.3 Penyakit sistemik menimbulkan kelainan kulit karena proses imunologik. 2.6 Proses terjadinya respons imun Antigen terikat pada sel yang dapat mempresentasikan antigen seperti sel Langerhans,makrofag dan dendrosit dermis. Sel tersebut akan memproses antigen dan mempresentasikan fragmen antigen kepada limfosit spesifik.6 Dalam keadaan normal sejumlah kecil limfosit akan melalui dermis di luar pembuluh darah. Limfosit kemudian akan membentuk sel inflamasi perivaskular. Banyak ahli imunologis berpendapat bahwa populasi limfosit di kulit dilengkapi oleh suatu program untuk beraksi dengan antigen yang sebelumnya telah pernah kontak dengan kulit. Sirkulasi limfosit dari kulit ke kelenjar limfe kembali ke kulit disebut homing. Limfosit homing masuk ke dalam kulit yang tidak mengalami inflamasi untuk mencari adanya antigen. Bila ada antigen, limfosit akan mengaktivasi sel endotel gepeng untuk mengumpulkan limfosit lain sebagaibagian dari reaksiinflamasi yang ditimbulkannya. Bila limfosit spesifik yang telah tersentisisasi bereaksi dengan antigen, respons imun dapat timbul. Kurang lebih 5% dari limfosit di dermis pada reaksi imun yang diperantarai oleh sel adalah limfosit yang secara spesifik bereaksi terhadap antigen. Limfosit tambahan dapat dikumpulkan ke area tersebut oleh limfokin yang dikeluarkan oleh limfosit spesifik sebagai respons terhadap adanya antigen. Respons imun dapat pula ditimbulkan di epidermis. Sel T masuk ke dalam epidermis dari dermis. Agar hal ini dapat terjadi sel T harus melewati daerah membran basalis dan menembus keratinosit. Substansi mediator seperti IL-8 dianggap berperan terhadap penarikan limfosit ke dalam epidermis. Keratinosit memproduksi IL-8 terutama bila dirangsang oleh gamma-interferon. Bila telah terdapat dalam epidermis, limfosit dapat diaktivasi oleh selLangerhans. Keadaanini dapat memperkuat respons imun dan membantu eliminasi antigen atau menghancurkan sel yang terinfeksi. Sejumlah sel helper dan sel supresor pada infiltrat akan mengatur proses inflamasi yang terjadi.
  • 10. 10 2.7 Penyakit penyakit pada kulit Kulit dan apendicesnya merupakan struktur kompleks yang membentuk jaringan tubuh yang kuat dan keras. Fungsinya dapat dipengaruhi oleh kerusakan terhadap struktur demikian juga oleh penyakit. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Sudirman, 2012). Penyakit Kulit (Dermatologi) merupakan bidang kedokteran yang berorientasi pada morfologi atau Ujud Kelainan Kulit (UKK) yang ditemukan. Akurasi diagnostik akan tinggi apabila pemeriksaan dilakukan secara obyektif tanpa dipengaruhi oleh interpretasi pasien yang didapat dari anamnesis. Anamnesis harus selalu dilakukan pada saat maupun setelah pemeriksaan visual dan fisik sehingga didapatkan diagnosis yang lebih obyektif Penyakit kulit dapat terjadi karena berbagai faktor, mulai dari karena terkena virus, lingkungan yang terkontaminasi dan masih banyak faktor-faktor lainnya. Berikut adalah beberapa jenis penyakit kulit dan cara pencegahannya 1. Bisul (Furunkel) Furunkel ialah radang folikel rambut dan sekitarnya. Jika lebih daripada sebuah disebut furunkulosis. Karbunkel ialah kumpulan furunkel. Keluhannya nyeri. Kelainan berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut, di tengahnya terdapat pustul. Kemudian melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik, lalu memecah membentuk fistel. Tempat predileksi ialah yang banyak friksi, misalnya aksila dan bokong (Djuanda, 2011). 2. Cacar air Cacar air adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang sering terjadi pada anak-anak. Pada penyakit ini biasanya ditandai dengan
  • 11. 11 bintikbintik pada seluruh tubuh (termasuk wajah), berwarna kemerahan, dan isi dari benjolan (jika sudah membesar) tersebut adalah cairan. Jika seseorang menderita penyakit ini, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan yang sangat kuat seumur hidup, jadi penyakit ini hanya terjadi satu kali seumur hidup pada setiap orang. Cacar air sangat menular dan memiliki tiga tahap dalam pembentukannya. Gejala penyakit cacar air Ini dimulai dengan munculnya sedikit benjolan gatal di seluruh tubuh yang menyerupai seperti gigitan serangga. Kemudian, bintik tadi berubah menjadi benjolan yang berisi cairan, diikuti oleh tahap akhir yaitu pada saat tahap penyembuhan, dimana benjolan tersebut pecah dan membuat bekas pada kulit (Djuanda, 2011). 3. Campak (Rubella) Merupakan penyakit akut menular yang disebabkan oleh virus. Biasanya menyerang anak-anak. Gejala awal campak adalah demam, pilek, bersin, badan terasa lesu, sakit kepala, nafsu makan menurun drastis dan radang mata. Setelah beberapa hari dari gejala tersebut timbul ruam merah yang gatal, bertambah besar, tersebar ke beberapa bagian tubuh (Djuanda, 2011). 4. Eksim (Dermatitis) Gejala utama yang dirasakan penderita eksim adalah rasa gatal yang berlebihan pada kulit. Lalu disertai dengan kulit memerah, bersisik dan pecah-
  • 12. 12 pecah, timbul gelembung-gelembung kecil yang mengandung air atau nanah. Bagian tubuh yang sering terkena eksim biasanya tangan, kaki, lipatan paha dan telinga. Eksim terbagi menjadi dua, yaitu eksim kering dan basah. Pada eksim basah, juga akan terasa panas dan dingin yang berlebihan pada kulit.Eksim disebabkan karena alergi terhadap rangsangan zat kimia tertentu seperti yang terdapat dalam detergen, sabun, obat-obatan dan kosmetik, kepekaan terhadap jenis makanan tertentu seperti udang, ikan laut, telur, daging ayam, alkohol, vetsin (MSG), dan lain-lain. Eksim juga dapat disebabkan karena alergi serbuk sari tanaman, debu, rangangan iklim, bahkan gangguan emosi. Eksim lebih sering menyerang orang-orang yang mudah terkena alergi. Penyakit ini sering terjadi berulang-ulang atau kambuh. Oleh karena itu harus diperhatikan untuk menghindari hal-hal atau bahanbahan yang dapat menimbulkan alergi (alergen.) Tetapi, dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang seiring dengan pertambahan usia penderita (Djuanda, 2011). 5. Impetigo Impetigo adalah penyakit kulit menular yang biasanya disebabkan oleh bakteri. Impetigo menyebabkan kulit menjadi gatal, melepuh berisi cairan dan kulit menjadi merah. Impetigo sangat mudah terjadi pada anak berusia dua sampai enam tahun. Bakteri biasanya masuk ke dalam kulit melalui gigitan
  • 13. 13 serangga, luka, atau goresan. Kebersihan sangat penting bagi orang yang mengalami impetigo (Djuanda, 2011). 6. Jerawat (Acne) Berdasarkan penelitian, sekitar 80 persen dari seluruh manusia pernah memiliki jerawat. Jerawat sebagai salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri yang tumbuh di kulit dan menghubungkan pori-pori dengan kelenjar minyak di bawah kulit. Jerawat merupakan penyakit dari folikel sebasea yaitu folikel yang mempunyai glandula sebasea yang banyak dan tidak mempunyai bulu. Arpertura dari glandula sebasea terblokir oleh sumbat tanduk (blackheads) dan terdapat retensi dari sebum yang diubah oleh organisme yang menimbulkan inflamasi pada jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan pembentukan pustul dan abses yang menyebabkan parut. Jerawat dapat berkembang jika pengobatan tidak dilakukan di tahap awal kemunculannya. Jerawat tidak hanya tumbuh di wajah, namun juga bisa tumbuh di bagian tubuh lain terutama punggung (Djuanda, 2011). 7. Kudis (Skabies)
  • 14. 14 Kudis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasite tungau yang gatal yaitu sarcoptes scabiei var hominis. Kulit yang terjangkit kudis lebih banyak terjadi di daerah kumuh dan tidak menjaga kebersihan tubuh. Gejala kudis adalah adanya rasa gatal yang begitu hebat pada malam hari, terutama di sela- sela jari kaki, tangan, di bawah ketiak, alat kelamin, pinggang dan lain-lain. Kudis sangat gampang menular pada orang lain, secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung tentu saja melalui sentuhan kulit terkena kudis dengan kulit orang lain. Secara tidak langsung bisa menular melalui handuk atau pakaian yang dipakai secara bergantian dengan penderita kudis. Cara sangat mudah untuk menghindari kudis tentu saja dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh. Salah satu cara pencegahan penyakit kudis dapat dilakukan dengan mencuci sperai tempat tidur, handuk dan pakaian yan dipakai dalam 2 hari belakangan dengan air hangat dan deterjen (Djuanda, 2011). 8. Kurap Kurap terjadi karena jamur, biasanya yang menjadi gejalanya adalah kulit menjadi tebal dan pada kulit timbul lingkaran-lingkaran yang semakin jelas, bersisik, lembab dan berair dan terasa gatal. Kemudian pada lingkaran- lingkaran akan timbul bercak-bercak putih. Kurap timbul karena kurang menjaga kebersihan kulit. Bagian tubuh yang biasanya terserang kurap yaitu tengkuk, leher, dan kulit kepala.Kurap dapat dicegah dengan cara mencuci tangan yang sempurna, menjaga kebersihan tubuh, dan mengindari kontak dengan penderita. Kurap dapat diobati dengan anti jamur yang mengandung
  • 15. 15 mikonazol dan kloritomazol dengan benar yang dapat menghilangkan infeksi (Djuanda, 2011). 9. Psoriasis Psoriasis termasuk penyakit kulit yang sulit didiagnosa. Bagian tubuh yang biasa terkena eksim sama dengan bagian tubuh yang biasa terkena psoriasis, ditambah kulit kepala, punggung bagian bawah, telapak tangan, dan telapak kaki. Stres, menyebabkan psoriasis. Psoriasis bukan penyakit menular, tetapi bersifat menurun (diwariskan). Gejala psoriasis adalah timbulnya bercak- bercak merah yang di atasnya terdapat sisik-sisik putih tebal dan menempel berlapis-lapis. Bila digaruk, sisik-sisik tersebut akan rontok. Mula-mula, luas permukaan kulit yang terkena hanya kecil, dan semakin lama semakin melebar (Djuanda, 2011). 10. Panu Panu adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit panu ditandai dengan bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa
  • 16. 16 gatal pada saat berkeringat. Bercak-bercak ini bias berwarna putih, coklat atau merah tergantung warna kulit si penderita. Panu paling banyak dijumpai pada remaja usia belasan. Meskipun begitu panau juga bias ditemukan pada penderita berumur tua. Cara pencegahan penyakit kulit Panu dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan kulit, dan dapat diobati dengan obat anti jamur yang dijual di pasaran, dan dapat juga diobati dengan obat-obatan tradisional seperti daun sirih yang dicampur dengan kapur sirih dan dioleh pada kulit yang terserang Panu (Djuanda, 2011). 2.7 Pengobatan penyakit pada kulit Penyakit kulit dikenal bermacam-macam, seperti kudis, eksema, kutu air, biang keringat, koreng dan sebagainya. Untuk mengobati penyakit-penyakit kulit tersebut digunakan bahan-bahan yang sifatnya mampu melindungi kulit yang luka, mampu menghaluskan dan melemaskan kulit, mengurangi rasa gatal dan mempunyai kerja khusus serta bersifat antiseptika (Widjajanti, 1988). Sediaan farmasi yang digunakan pada kulit adalah untuk memberikan aksi lokal, berlangsung lama pada tempat yang sakit dan sedikit mungkin diabsorpsi. Oleh karena itu sediaan pada kulit biasanya digunakan sebagai antiseptik, antifungi, antiinflamasi, anestetik lokal, emolien, pelindung terhadap sinar matahari, udara dan iritasi zat kimia. Biasanya bentuk sediaannya berupa salep, krim dan pasta,sedangkan sediaan lain yang juga digunakan adalah berupa serbuk tabur, aerosol, larutan dan losio (Anief, 2007). Contoh obat-obatan yang sering digunakan pada pengobatan penyakit kulit: 1. Obat antibakteri dan germisida, seperti fenol, kresol, timol alkohol dan lain-lain.
  • 17. 17 2. Antibiotik topikal, terdiri dari Penisilin, Neomisin, Framisetin, Gramisidin, Gentamisin, Polimixin B, Tetrasiklin HCl, Eritromisin dan lainnya. 3. Antifungi topikal, seperti natrium propionat, asam undesilenat, salisilamid, asam benzoat, asam salisilat dan lain sebagainya (Anief, 1997). 2.7.1 Antibiotik Antibiotik adalah zat-zat yang dihasilkan darifungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertmubuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara semi-sintesis juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri (Tan dan Raharja, 2007). Kata antibiotik diberikan pada produk metabolik yang dihasilkan suatu organisme tertentu, yang dalam jumlah amat kecil bersifat merusak atau menghambat mikroorganisme lain. Dengan perkataan lain antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang mengahambat mikroorganisme lain (Pelczar, 1988). Pada awalnya istilah yang digunakan adalah antibiosis, yang berarti substansi yang dapat menghambat pertumbuhan organisme hidup yang lain dan berasal dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya antibiosis ini disebut sebagai antibiotik (Pratiwi, 2008). Penghambatan mikroba yang disebabkan oleh suatu antibiotik mungkin bersifat tetap atau sementara. Apabila penghambatan itu hanya bersifat sementara maka keaktifan antibiotik itu disebut sebagai bakteriostatik. Walaupun antibiotik ini menghambat pertumbuhan sel bakteri, mikroba terus berkembang jika pemberian antibiotik dihentikan. Sedangkan agen bakterisid mekanisme tindakannya adalah memusnahkan mikroba (Hadisahputra dan Harahap, 1994). Antibiotik yang pertama dikenal adalah penisilin, suatu zat yang dihasilkan oleh jamur Penicillium.Penisilin ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1929, namun saat tahun 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri. Selama Perang Dunia Kedua dan sesudahnya bermacam-macam antibiotik ditemukan dan sekarang jumlahnya ratusan (Waluyo, 2010).
  • 18. 18 2.7.2 Antibiotik dapat digolongkan menjadi beberapa golongan antara lain sebagai berikut: a. Golongan Beta laktam, antara lain golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksin, sefadroksil, seftazidim) golongan monosiklik dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin). Penisilin adalah suatuagen antibakterial alami yang dihasilkan dari jamur jenis Penicillium chrysogenum. b. Antibiotik golongan Aminoglikosida, aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungi Streptomyces dan Micromonospora. Semua senyawa dan turunan semi sintetisnya mengandung dua atau tiga gula amino di dalam molekulnya yang saling terikat secara glikosidis. Spektrum kerjanya luas, aktifitasnya adalah bakterisid. Contohnya neomisin, streptomisin, amikasin, gentamisin dan paranomisin. c. Antibiotik golongan Tetrasiklin, khasiatnya bersifat bakteriostatis. Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum antibakterinya luas dan meliputi banyak cocci Gram positif dan Gram negatif. Contohnya tetrasiklin, doksisiklin dan monosiklin. d. Antibiotik golongan Makrolida, bekerja bakteriostatis terutama terhadap bakteri Gram positif. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga sintesa proteinnya dirintangi. Bila digunakan terlalu lama bisa menyebabkan resistensi. e. Antibiotik golongan Linkomisin, dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis. Khasiatnya bakteriostatis, spektrum kerjanya lebih sempit dari pada makrolida terutama terhadap kuman Gram positif dan anaerob. Contohnya linkomisin. f. Antibiotik golongan Kuinolon, senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman. Golongan ini hanya dapat digunakan pada infeksi saluran kemih (ISK) tanpa komplikasi. g. Antibiotik golongan Kloramfenikol, kloramfenikol mempunyai spektrum luas. Bersifat bakteriostatis terhadap hampir semua kuman Gram positif dan sejumlah kuman Gram negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Contohnya kloramfenikol (Tan dan Rahardja, 2007).
  • 19. 19 2.7.3 Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum atau kisaran kerja Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a. Berspektrum sempit (narrow spectrum), hanya mampu menghambat segolongan jenis bakterisaja, contohnya hanya mampu menghambat ataumembunuh bakteri Gram positif atau Gram negatif saja. b. Berspektrum luas (broad spectrum), dapat menghambat atau membunuh bakteridari golongan Gram positif maupun Gram negatif (Pratiwi, 2008). 2.7.4 Penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dapat dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu : a. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin dan vankomisin. b. Antibiotik yang merusak membran plasma Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah polimiksin, nistatin dan amfoterisin B. c. Antibiotik yang menghambat sintesis protein Antibiotik yang termasuk kelompok ini adalah golongan aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan tetrasiklin. d. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA) Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon. e. Antibiotik yang menghambat sintesis metabolit esensial Antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah sulfonamid, kotrimoksazol dan asam p- amino salisilat (PAS) (Pratiwi, 2008). 2.7.5 Bahaya pemakaian antibiotik Beberapa bahaya yang dapat diakibatkan pada pemakaian antibiotik antara lain: a. Gejala resistensi, pada pengobatan yang tidak cukup yaitu terlalu singkat waktunya atau terlalu lama dengan dosis terlalu rendah atau digunakan pada pengobatan yang tidak perlu misalnya pada luka kecil dan sebagainya dapat mengakibatkan resistensi, artinya bakteri akan memberikan perlawanan terhadap kerja antibiotik, sehingga khasiat antibiotik akanmenjadi berkurang atau tidak berkhasiat sama sekali. Bila sudah terjadi resistensi antibiotik ini sudah tidak efektif lagi melawan kuman dan pada
  • 20. 20 pengobatan selanjutnya harus diganti dengan antibiotik lain yang mempunyai khasiat yang sama. c. Supra infeksi, yaitu seseorang yang telah ketularan suatu kuman, ketularan kuman sekali lagi dengan kuman yang sama. Ini terutama terjadi pada pemakaian antibiotik broad spectrum,karena kegiatannya demikian luasnya sehingga flora bakteri usus juga dimatikan dan keseimbangan bakteri normal juga terganggu (Widjajanti, 1988). 2.7.4 Resistensi Resistensi terhadap obat antibiotik, ialah obatnya tidak mampu membunuh kuman atau kumannya menjadi kebal terhadap obat. Beberapa jenis resistensi yaitu: • Resistensi bawaan (primer), terjadi secara alamiah. Pada kuman sudah terdapat resistensi secara alamiah, misalkan adanya enzim penisilinase yang merusak penisilin dan sefaloridin. • Resistensi yang diperoleh (sekunder), disebabkan kontak kuman dengan antibiotik. • Resistensi episomal, tipe resistensi ini pembawa faktor genetika berada diluar kromosom yang ditulari bakteri lain. • Resistensi silang Salah satu contoh antibiotik yang beredar dipasaran adalah Neomisin sulfat yang terdapat dalam krim Betason-N produksi PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan. Neomisin dikenal sebagai suatu antibiotik yang aktif terhadap sejumlah besar bakteri yang umumnya menyertai radang kulit. 2.7.6 Resistensi terhadap aminoglikosida Resistensi terhadap antibiotik golongan aminoglikosida muncul karena sel bakteri memproduksi enzim-enzim yang dapat menambahkan fosfat,asetat,atau gugus adenil pada berbagai macam tempat pada antibiotik aminoglikosida. Antibiotik aminoglikosida yang telah dimodifikasi tersebut nantinya tidak akan mampu terikat pada subunit 30S ribosom sehingga tidak lagi dapat menghambat sintesis protein (Pratiwi, 2008).
  • 21. 21 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Infeksi kulit akibat virus 3.1.1 Penyakit Cacar (Herpes) Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung- gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster. Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh. Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada. 3.1.2 Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes) Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster.
  • 22. 22 Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpeszosterdimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu. 3.1.3 Tanda dan Gejala Penyakit Cacar (Herpes) Tanda dan gejala yang timbul akibat serangan virus herpes secara umum adalah demam, menggigil, sesak napas, nyeri dipersendian atau pegal di satu bagian rubuh, munculnya bintik kemerahan pada kulit yang akhirnya membentuk sebuah gelembung cair. Keluhan lain yang kadang dirasakan penderita adalah sakit perut. 3.1.4 Penanganan dan Pengobatan Penyakit Cacar (Herpes) Pada penderita penyakit cacar halyang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecahagartidak meninggalkan bekasdan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock. Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet(Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters). Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangatlemah, penderita penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan
  • 23. 23 menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun. 3.2 Infeksi Kulit Akibat Jamur Infeksi jamur dapat terjadi di superfisial, subkutan, atau sistemik, hal ini tergantung dari karakteristik organisme yang menginfeksi host nya. Pada infeksi jamur superfisial, yaitu pada stratum korneum, rambut, dan kuku, dapat dibagi menjadi dua yaitu infeksi yang memicu respon inflamasi dan yang tidak memicu respon inflamasi. Infeksi yang memicu respon inflamasi disebabkan oleh dermatofit sedangkan yang tidak memicu respon inflamasi disebabkan oleh piedra. 3.2.1 Mikosis Mikosis ialah penyakit yang disebabkan oleh jamur. Mikosis dibagi menjadi mikosis profunda dan superfisialis : 1. Mikosis Superfisialis a. Dermatofitosis Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan oleh dermatofit. Dermatofit adalah suatu kelompok jamur yang memiliki kemampuan untuk membentuk perlekatan molekular pada keratin dan menjadikannya sebagai sumber nutrisi. Dermatofit dapat dibagi menjadi organisme geofilik, zoofilik dan antropofilik. Organisme geofilik merupakan organisme yang berada di tanah dan secara sporadik menginfeksi manusia secara kontak langsung dengan tanah. Infeksi akibat organisme ini biasanya menimbulkan inflamasi. Contohnya adalah Microsporum gypseum. Zoofilik, spesies yang ditemukan di hewan, juga ditransmisikan ke manusia. Transmisinya dapat langsung maupun tidak langsung. Contohnya M. canis pada kucing dan anjing. Infeksi ini juga menimbulkan inflamasi. Antropofilik menjadikan manusia sebagai host nya, ditransmisikan dari manusia ke manusia
  • 24. 24 secara kontak langsung. Infeksi geofilik dan zoofilik menyebabkan lesi yang lebih iritatif dan inflamatif dibandingkan dengan yang bertransmisi secara antropofili. Dermatofit termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Klasifikasi Berdasarkan lokasi: a. Tinea kapitis: dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala. b. Tinea barbe : dermatofitosis pada dagu dan jenggot. c. Tinea kruris: dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah. d. Tinea pedis et manum : dermatofitosis pada kaki dan tangan. e. Tinea unguium : dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki. f. Tinea korporis : dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas (leher atau badan). Berdasarkan gambaran klinis: a. Tinea imbrikata : ditandai susunan skuama yang konsentris. b. Tinea favosa atau favus : dermatofitosis (infeksi dermatofit kronik) di kulit kepala dan di kuku yang ditandai dengan terbentuk skutula yang tebal dan kuning dan berbau seperti tikus (mousy odor). c. Tinea in kognito : bentuk klinis tidak khas karena telah diobati dengan steroid topikal kuat.
  • 25. 25 a. Tinea kapitis1 merupakan dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh dermatofit patogen dari genus Tricophyton dan Microsporum kecuali T. concentricum. Penyebab terbanyak adalah M. canis. Epidemiologi Biasanya terjadi pada anak usia 3 sampai 14 tahun. Jarang terjadi pada orang dewasa. Tinea kapitis sering terjadi pada anak-anak keturunan Afrika. Transmisi meningkat dengan menurunnya kebersihan diri, padat penduduk, dan status ekonomi rendah. Gambaran klinis Kelainan dapat ditandai dengan lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi gambaran klinis yang lebih berat disebut kerion. Di dalam klinik tinea kapitis dapat dilihat sebagai 3 bentuk yang jelas, yaitu : 1. Grey patch ringworm Tinea kapitis yang disebabkan oleh genus Microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul merah yang kecil di sekitar rambut. Papul melebar, membentuk bercak, yang menjadi pucat dan bersisik. Keluhannya adalah gatal. Warna rambut menjadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi. Semua rambut daerah tersebut terserang oleh jamur, sehingga dapat terbentuk alopesia setempat. Pemeriksaan dengan lampu wood dapat dilihat fluoresensi hijau kekunung-kuningan pada rambut yang sakit. 2. Kerion Adalah reaksi peradangan yang berat pada tinea kapitis beupa pembengkakan yang menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang yang
  • 26. 26 padat disekitarnya. Kelainan ini dapat menimbulkan jaringan parut dan berakibat alopesia yang menetap. 3. Black dot ringworm Terutama disebabkan oleh Trycophyton tonsurans dan Trycophyton violaceum. Rambut yang terkena infeksi patah, tepat pada muara folikel, dan yang tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora. Ujung rambut yang hitam di dalam folikel rambut ini memberikan gambaran yang khas yaitu black dot. Diagnosis Banding Dermatitis seborrheic, dermatitis atopik, impetigo, pustular atau plak psoriasis, foliculitis decalvans. Pengobatan Pada Tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum audouini dilakukan pengobatan topikal dan disertai penyinaran dengan sinar X untuk merontokkan rambut di bagian yang sakit. ….. b. Tinea barbe Epidemiologi Ditemukan pada pria. Transmisi tersering berasal dari alat cukur. Etiologi Sebagian besar disebabkan oleh organisme zoopilik yaitu T. mentagrophytes dan T.verrusocum. Gambaran Klinis Unilateral dan lebih sering di jenggot daripada di kumis. Terdapat tiga bentuk, yaitu
  • 27. 27 1. Tipe inflammatory Biasanya disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T.verrusocum. Tipe ini analog dengan bentuk korion pada Tinea kapitis. Bentuk lesinya nodular dengan keropeng seropurulen. Rambut pada area ini tidak bercahaya, rapuh dan terdapat purulen pada akar rambut. 2. Tipe superfisial Disebabkan oleh antropofili, bentuk menyerupai bakteri folikulitis dengan eritema yang difus, perifolikular pustul dan papul. Rambut didaerah ini rapuh dan membuat infeksi endothrix oleh T.violaceum. 3. Tipe circinate Tinea barbe circinate memperlihatkan suatu batas vesikulopustular yang aktif dengan pusat yang bersisik dan mirip seperti Tinea korporis. Diagnosis banding Sikosis barbe/vulgaris, perioral dermatitis, candida folikulitis, dermatitis kontak, dan acne vulgaris. c. Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun. Etiologi Sebagian besar disebabkan oleh T.rubrum dan Epidermophyton floccosum. Epidemiologi Tinea kruris menyebar dengan kontak langsung dan diperburuk dengan panas dan lembab. Terjadi tiga kali lebih sering pada pria daripada wanita dan terjadi lebih sering pada orang dewasa daripada anak-anak.
  • 28. 28 Gambaran klinis Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-krural saja, atau meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah atau bagian tubuh lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas tegas. Peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya. Efloresensi terdiri dari bermacam-macam bentuk. Bila penyakit ini menjadi menahun dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya karena garukan. Diagnosis banding Candidiasis, intertrigo (dermatitis pada lipatan), seborheic dermatitis, dan psoriasis. d. Tinea pedis dan Tinea manus (kutu air) Tinea pedis ialah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Sedangkan Tinea manus menyerang telapak tangan dan sela- sela jari tangan. Epidemiologi Tinea manus didapatkan secara kontak langsung terhadap orang atau binatang yang terinfeksi dan dari tanah. Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Etiologi Disebabkan oleh T.rubrum (yang paling sering), T. mentagrophytes, dan E. floccosum. Gambaran klinis 1. Tinea pedis yang sering terlihat adalah bentuk interdigitalis. Diantara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat
  • 29. 29 meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erysipelas yang disertai gejala-gejala umum. 2. Bentuk lain ialah moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel. 3. Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesikopustul dan kadang-kadang bula. Dimulai dari daerah sela jari kaki, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran disebut koleret. Jamur terletak di atap vesikel. Semua bentuk yang dilihat di kaki dapat terjadi pula pada tangan. Diagnosis banding Psoriasis, candidiasis, bakteri pyodermal, dan dyshydrosis. e. Tinea unguium Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Gambaran Klinis 1. Bentuk subungual distalis Bentuk ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Proses ini menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh. 2. Leukonikia trikofita
  • 30. 30 Merupakan keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk dibuktika n adanya elemen jamur. 3. Bentuk subungual proksimalis Kuku dibagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. Tinea unguium adalah dermatofitosis yang paling sukar dan lama disembuhkan. Kelainan pada kuku kaki lebih sukar disembuhkan daripada kuku tangan. f. Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, Scherende Flechte, kurap, herpes sircine trichophytique) Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glabrous skin). Epidemiologi Tinea korporis dapat ditransmisikan secara langsung dari manusia atau hewan yang terinfeksi. Pada anak-anak lebih sering kontak dengan pathogen zoofilik khususnya M.canis dari anjing atau kucing. Gambaran klinis 1. Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain, selain itu dapat terlihat lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. 2. Pada tinea corporis yang menahun, tanda radang mendadak biasanya tidak terlihat lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama- sama dengan kelainan pada sela paha. Dalam hal ini disebut tinea corporis et
  • 31. 31 cruris. Bentuk menahun yang disebabkan oleh Trichophyton rubrum biasanya dilihat bersama-sama dengan tinea unguium. 3. Bentuk khas tinea korporis yang disebabkan oleh Trichophyton concentricum disebut tinea imbrikata. Dimulai dengan papul berwarna coklat, yang perlahan-lahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari dasarnya dan melebar. Proses ini, setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran skuama yang konsentris. Pada permulaan infeksi penderita dapat merasa sangat gatal, akan tetapi kelainan yang menahun tidak menimbulkan keluhan pada penderita. Pada kasus menahun, lesi kulit kadang-kadang dapat menyerupai iktiosis. Diagnosis banding Erythema annulare, nummular eczema, granuloma annulare. g. Tinea favosa atau favus merupakan bentuk lain tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut. Penyakit ini biasanya dimulai di kepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula ) dengan berbagai ukuran. Biasanya dapat tercium bau tikus (mousy odor) pada penderita favus. Kadang-kadang penyakit ini dapat menyerupai dermatitis seboroika. Tinea favosa pada kulit dapat dilihat sebagai kelainan kulit papulovesikel dan papuloskuamosa, disertai kelainan kulit berbentuk cawan yang khas, yang kemudian menjadi jaringan parut. Tiga spesies dermatofita yang dapat menyebabkan favus yaitu Trichophyton schoenleini, Trichophyton violaceum, dan Microsporum gypseum. 3.2.2. Nondermatofitosis 1. Pitiriasis Versikolor (Tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, tinea flava, pitiriasis versikolor plava dan panau)
  • 32. 32 Merupakan penyakit jamur superficial yang kronik biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, berupa bercak berskuama halus yang berwarna putih sampai coklat hitam, terutama meliputi badan dan kadang-kadang dapat menyerang ketiak, lipat paha, lengan, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala yang berambut. Patogenesis Flora normal yang berhubungan adalah Pityrosporum orbiculare atau Pityrosporum ovale. Pitiriasis versikolor ini merupakan infeksi ringan yang sering terjadi yang Nampak sebagai akibat Malassezia furor yang tumbuh berlebihan. Gejala klinis Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak, berwarna-warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Bercak-bercak tersebut berfluoresensi bila dilihat dengan lampu Wood. Bentuk papulo-vesikular dapat terlihat walaupun jarang. Kelainan biasanya asimtomatik. Kadang-kadang penderita dapat merasakan gatal ringan. b. Pitirosporum Folikulitis Merupakan penyakit kronis pada folikel pilosebasea yang disebabkan oleh spesies Pitirosporum berupa papul dan pustule folikular yang biasanya gatal dan terutama berlokasi di batang tubuh, leher, dan lengan bagian atas. Etiologi Jamur penyebab adalah spesies Pityrosporum yang identik dengan Malassezia furfur penyebab pitiriasis versikolor. Spesies ini sekarang disebut kembali sebagai Malassezia.
  • 33. 33 Gejala klinis Memberikan keluhan gatal pada tempat predileksi. Terlihat papul dan pustule perifolikular, berukuran 2-3 mm diameter dengan peradangan minimal. c. Piedra Adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus) sepanjang rambut dan disebabkan oleh Piedra hortai (black piedra) atau Trichosporon beigelii (white piedra) Gejala klinis Menyerang rambut kepala, janggut, dan kumis tanpa memberikan keluhan. Krusta melekat erat pada rambut yang terserang. Piedra hitam, contoh Piedra hortaihanya menyerang rambut kepala. Jmaur ini menyerang rambut di bawah kutikel, kemudian membengkak dan pecah untuk menyebar di sekitar rambut dan membentuk benjolan tengguli dan hitam. Piedra putih, menyerang janggut dan kumis. Benjolan berwarna coklat muda dan tidak begitu melekat pada rambut. d. Tinea Nigra Palmaris Disebabkan oleh Cladosporium wermeckii adalah infeksi jamur superficial yang asimtomatik pada stratum korneum. Kelainan kulit berupa macula tengguli sampai hitam. Biasanya yang terserang adalah telapak tangan. e. Otomikosis Adalah infeksi jamur kronik atau subakut pada liang telinga luar dan lubang telinga luar yang ditandai dengan inflamasi eksudatif dan gatal.
  • 34. 34 Gejala klinis Liang telinga merah sembab dan banyak krusta. Inflamasi disertai eksfoliasi permukaan kulit atau pendengaran dapat terganggu karena liang telinga tertutup oleh massa kotoran kulit dan jamur. Infeksi bakteri dan dan invasi jaringan dibawah kulit menyebabkan nyeri dan dan supurasi. f. Keratomikosis Adalah infeksi jamur pada kornea mata yang menyebabkan ulserasi dan inflamasi setelah trauma pada bagian tersebut diobati dengan obat-obat antibiotic dan kortikosteroid. Gejala klinis Lesi mulai dengan benjolan yang menonjol sedikit di atas permukaan, berwarna putih kelabu dan berambut halus. Vaskularisasi sering tidak tampak. 2. MIKOSIS PROFUNDA Terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur, dengan gejala klinis tertentu yang menyerang alat di bawah kulit, misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang-kadang kulit. Penyakit ini bersifat kronis. Manifestasinya berupa tumor, infiltrasi peradangan, ulkus atau sinus tersendiri maupun bersamaan. Jamur yang menyebabkan mikosis subkutan tumbuh dalam tanah atau pada tanaman yang membusuk. Beberapa penyakit jamur subkutan yang ditemukan di Indonesia adalah :
  • 35. 35 a) Sporotrikosis Adalah infeksi kronis yang disebabkan oleh Sporotrichium schenkii yang masuk ke dalam kulit melalui trauma dan ditandai dengan pembesaran kelenjar getah bening. Lesi lokal terbentuk sebagai pustul, abses, atau tukak, dan saluran getah bening yang berasal dari tempat ini menjadi tebal dan menyerupai tali. Lesi menunjukkan peradangan menahun dan granulomatosa yang mengalami nekrosis. b) Kromoblastomikosis (Kromomikosis) Adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh bermacam-macam jamur berwarna (demataceous) yaitu Phialophora verrucosa, Fonsecaea pedrosoi, Rhinocladiella aquaspersa, dan Cladosporium carrionii. Jamur masuk melalui trauma ke dalam kulit, seringkali pada tungkai atau kaki. Secara lambat, pertumbuhan mirip kutil tersebar di sepanjang aliran getah bening yang berasal dari daerah yang terserang. Walaupun jarang, elefantiasis mungkin timbul akibat infeksi sekunder. c) Misetoma Adalah penyakit kronik, supuratif dan granulomatosa yang disebabkan oleh bakteri Actinomyces dan jamur Nocardia yang merupakan jamur berfilamen. Gejala klinis biasanya terdiri atas pembengkakan, abses, dan sinus. Di dalam sinus ditemukan butir-butir (granules) yang berpigmen yang kemudian dikeluarkan melalui eksudat. Misetoma timbul bila organisme tanah ini tertanam ke dalam jaringan subkutan melalui trauma. d) Kandidosis Adalah penyakit jamur yang bersifat akut atau subakut, disebabkan oleh spesies Candida, dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru.
  • 36. 36 Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albikans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal. Klasifikasi Berdasarkan tempat yang terkena: a. Kandisosis selaput lendir: 1. Kandidosis oral (thrush): mengenai bayi. Tampak pseudomembran putih coklat muda kelabu yang menutup lidah, palatum mole, pipi bagian dalam dan permukaan rongga mulut lain. Terdapat lesi berwarna putih di tepi atau di bawah permukaan lidah. 2. Periechem: fisur pada sudut mulut. Faktor predisposisi adalah defisiensi riboflavin 3. Vulvovaginitis: keluhan utama adalah gatal didaerah vulva. Merupakan vulva vagina (keputihan) 4. Balanitis: pada glans penis dan sulkus koronarius glandis 5. Kandidosis mukokutan kronik: karena kekurangan fungsi leukosit atau sistem hormonal. 6. Kandidosis bronkopulmonar dan paru. b. Kandidosis kutis: -daerah intertriginosa - daerah perianal 2. Generalisata 3. Paronikia dan onikomikosis 4. Kandidosis kutis granulomatosa
  • 37. 37 c. Kandisosis sistemik 1. Endokarditis 2. Meningitis 3. Pielonefritis 4. Septikemia
  • 38. 38 DAFTAR PUSTAKA Dinas Kesehatan , Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2008, Dinas Kesehatan kota Medan, 2008 Deputi Bidang Pengkajian Sumber daya UKMK. www.smecda.com, Diakses 12 Mei 2009, 17:33 WIB. Kajian Model Pengembangan Usaha Di Kalangan Pemulung. Jakarta. 2008. Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000 Notoatmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Edisi Revisi. Cetakan Ketiga. Jakarta. 2005.