SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lepra merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
di Indonesia (Halim dan Menaldi, 2010). Indonesia merupakan penyumbang
penderita lepra terbesar ketiga di dunia setelah India dan Brazil, sementara
Provinsi Jawa Timur sendiri menduduki peringkat pertama di Indonesia sebagai
penyumbang kasus lepra (Anonim1, 2010). Sampang, Sumenep, Tuban, dan
Lamongan adalah kabupaten/kota yang memiliki prevalensi penyakit lepra diatas
satu per 10.000 warga. Hingga tahun 2008 terdapat 17.441 penderita baru lepra
(Anonim2, 2009 dalam Halim dan Menaldi, 2010). Prevelansi penyakit lepra di
Indonesia tahun 2006 berdasarkan data WHO adalah 0,97/10.000 populasi
(Anonim3, 2010 dalam Halim dan Menaldi, 2010).
Menurut data profil kesehatan provinsi Jawa Timur (2010) Kusta tipe MB
merupakan penyakit terbanyak ditemukan pada Rumah Sakit Sentinel di Provinsi
Jawa Timur dengan presentase sebesar 0,51%. Untuk mengurangi angka
prevalensi penyakit lepra maka pemerintah provinsi Jawa Timur harus
mencanangkan program dalam memberantas penyakit melalui usaha preventif
(pencegahan dini) dan atau memutuskan rantai penularan.
Dari statement yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis merasa
dibutuhkannya pengetahuan mengenai penyakit lepra dan sudut pandang lepra
secara mikrobiologi agar kita dapat mencegah dan memberantas penyakitnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berikut adalah rumusan masalah dari makalah ini adalah :
a. Apakah penyakit lepra itu?
b. Bagaimana cara mencegah dan menangani penyakit lepra?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Mendeskripsikan mengenai penyakit lepra.

1
b. Menerapkan pencegahan dan penanganan penyakit lepra.
BAB II
ISI
2.1 Definisi Penyakit Lepra
Penyakit Lepra atau disebut juga dengan Kusta, yaitu penyakit infeksi yang
bersifat kronis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang
kulit dan saraf tepi dan selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran
nafas bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis
(Amirudin dkk, 1997 dalam Lubis, 2008).
2.1.1 Etiologi Penyakit Lepra
Penyebab kusta adalah Mycobacterium leprae, yang ditemukan oleh
warganegara Norwegia, G.A Armauer Hansen pada tahun 1873 dan sampai
sekarang belum dapat dibiakkan dalam media buatan. Kuman Mycobacterium
leprae berbentuk basil dengan ukuran 3-8 µm x 0,5 µm, tahan asam dan alkohol
serta bersifat gram positif. Mycobacterium leprae hidup intraseluler dan
mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf (Schwan cell) dan sistem retikulo
endotelial. Masa inkubasi kusta bervariasi antara 40 hari sampai 40 tahun, dengan
rata-rata 3-5 tahun. Masa inkubasi berkaitan dengan pembelahan sel yang lama,
yaitu antara 2-3 minggu dan di luar tubuh manusia (kondisi tropis) kuman kusta
dapat bertahan sampai 9 hari. Pertumbuhan optimal in vivo kuman kusta pada
tikus pada suhu suhu 27-300C (Prawoto, 2008). M. lepra dimasukkan ke dalam
genus Mycobacterium, famili Mycobacteriaceae, ordo Actinomycetales, kelas
Schyzomycetes dengan bentuk pleomorf, lurus, batang ramping dan sisanya
berbentuk paralel dengan kedua ujungnya membulat. Basil ini menyerupai bakteri
bentuk batang gram positif, tidak bergerak, dan tidak berspora. Dengan mikroskop
elektron, bakteri inin akan terlihat gambaran ultrastruktur yang umumnya sama
dengan mikobakteria lain. M. leprae terdiri atas:
•

Kapsul: terdiri atas 2 macam lemak yaitu phtioceral dimycerosate, lemak
yang berperan sebagai protektif pasif dan phenolic glycolipid 1 (PGL1),
lemak dengan 3 molekul gula metilat yang melekat pada molekul fenol

2
pada lemak phtioceral. Kapsul lemak akan melindungi bakteri dari efek
toksis enzim lisosom dan metabolit oksigen reaktif lainnya dalam
makrofag host. Adaanya ikatan trisakarida spesifik pada PGL1 terhadap
laminin-2 lamina basalis sel schwan saraf menyebabkan M. leprae dapat
memasuki sel saraf perifer.
•

Dinding sel mempunyai ketebalan 20 nm yang terdiri atas 2 lapisan, yaitu:
a) Lapisan luar: transparan dan mengandung lipopolisakarida yang terdiri
dari rantai cabang arabinogalaktan tersterifikasi dengan rantai panjang
asam nikolat, mirip dengan yang ditemukan pada mikobakterium lain
serta kompleks protein lipopolisakarida.
b) Lapisan dalam: terdiri atas peptidoglikan yang berbeda dengan
peptidoglikan mikobakteria lainnya, dimana L alanin diganti dengan
glisin.

•

Membran sel berada si bawah dinidng sel, penting untuk transportasi
molekul ke dalam dan ke luar mikroorganisme. Membran ini terdiri dari
lemak dan protein.

•

Sitoplasma merupakan isi sel dan terdiri dari granul – granul cadangan,
DNA, dan RNA (Amiruddin, 2013).

Gambar 1. Bakteri Mycobacterium leprae melalui pewarnaan metode Ziehl’s
2.1.2 Klasifikasi Penyakit Lepra
Sampai saat ini untuk klasifikasi yang dipakai pada penelitian terbanyak adalah
klasifikasi Ridley dan Jopling. Klasifikasi ini berdasarkan gambaran klinis, bakteriologis,
hispatologis, dan mempunyai korelasi dengan tingkat immunologis, yaitu membagi
penyakit lepra dalam 5 tipe yaitu:

3
1. Tipe Tuberkoloid (TT);
2. Tipe Borderline Tuberkuloid (BT);
3. Tipe Borderline (BB);
4. Tipe Borderline Lepromatous (BL);
5. Tipe Lepromatous (LL).
Dalam pemakaian obat kombinasi (MDT) untuk pemberantasan penyakit lepra, maka
WHO mengelompokkan penyakit lepra atas dua kelompok berdasarkan jumlah lesi kulit
dan pemeriksaan apusa lesi kulit, yaitu:
1. Tipe Pausibasiler (PB) terdiri atas tipe Indeterminate (I), Tuberkuloid (TT),
Borderline Tuberkuloid (BT). Jumlah lesi sebanyak 1 hingga 5 lesi kulit. Hasil
pemeriksaan basil tahan asam (BTA) negatif.
2. Tipe Multibasiler (MB) terdiri atas tipe Borderline (BB), Borderline Lepromatous
(BL), Lepromatous (LL). Jumlah lesi lebih atau sama dengan 6 lesi kulit. Hasil
pemeriksaan BTA positif (Amiruddin dkk, 2013).
2.1.3

Epidemiologi Penyakit Kusta

Gambaran epidemiologis penyakit lepra adalah sebagai berikut:
a. Distribusi Menurut Tempat
Penyakit kusta tersebar di dunia dengan endemitas berbeda. Dari 122 negara endemis
tahun 1985, 98 negara telah mencapai elimanasi lepra dengan angka prevalensi < 1/
10.000 penduduk. Lebih dari 10 juta penderita telah disembuhkan dengan MDT pada
akhir 1999. Beberapa faktor yang dapa berperan dalam kejadian dan penyebaran lepra
yaitu: iklim (panas dan lembap), diet, status gizi, status sosial ekonomi dan genetik.
Perkiraan jumlah penderita lepra di dunia pada tahun 2005 dan 2006 dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:

Tabel 1. Situasi Penderita Lepra Menurut Regional WHO tahun 2005-2006 (diluar
regional Eropa)

4
Sedangkan situasi penderita kusta di Indonesia tahun 2000-2005 selengkapnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Situasi Penderita Lepra di Indonesia tahun 2000-2005
b. Distribusi Menurut Waktu
Pada tahun 2005 sebanyak 17 negara melaporkan 1000 atau lebih kasus baru, yang
semuanya menyumbang 94% kasus lepra baru di dunia. Secara global terjadi penurunan
kasus baru, tetapi sejak tahun 2002 terjadi peningkatan kasus baru di beberapa negara
seperti Republik Demokrasi Kongo, Philipina, dan Indonesia. Pada tahun 2005 Indonesia
menempati urutan ketiga dalam jumlah kasus baru setelah Brazil dan India.
c. Distribusi Menurut Orang
1. Distribusi Menurut Umur
Lepra dapat terjadi pada semua umur (antara 3 minggu sampai 70 tahun), terbanyak pada
umur muda dan produktif. Angka kejadian lepra meningkat sesuai umur dengan puncak
pada umur 20-30 kemudian menurun. Di Indonesia penderita lepra anak-anak dibawah 14
tahun sebanyak 13% tetapi anak dibawah 1 tahun jarang ditemukan.
2. Distribusi Menurut Jenis Kelamin
Penyakit lepra dapat mengenai laki-laki maupun perempuan. Insiden prevelansi laki-laki
lebih banyak daripada wanita. Menurut laporan WHO tahun 2001 di Indonesia insidensi
laki-laki lebih tinggi pada usia 15-19 tahun, sebaliknya pada wanita menurun pada
rentang usia tersebut (Prawoto, 2008).

2.2 Tanda – Tanda Penyakit Lepra
Tanda – tanda penyakit lepra bermacam – macam, tergantung dari tingkat atau tipe
dari penyakit tersebut. Adapun tanda – tanda umum pada penyakit ini yaitu:
•

Adanya bercak tipis seperti panu pada badan / tubuh manusia

5
•

Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin
melebar dan banyak

•

Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis
magnus serta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi
tipis dan mengkilat

•

Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit

•

Rambut alis rontok

•

Muka berbenjol – benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)

Gejala – gejala umum pada lepra, reaksi:
•

Panas dari derajat rendah sampai dengan mengginggil

•

Anoreksia

•

Nausea, kadang – kadang disertai vomitus

•

Cephalgia

•

Kadang – kadang disertai iritasi, orchitis, dan pleuritis.

•

Kadang – kadang disertai dengan nephrosia, nepritis, dan hepatospleenomegali

•

Neuritis (Zulkifli, 2003).

2.3 Pengobatan Penyakit Lepra
Pengobatan penyakit lepra dilakukan dengan Dapson 1952 di Indonesia,
memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya saja pengobatan mono terapi ini
sering mengakibatkan timbul masalah resistensi, hal ini disebabkan karena;
•

Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari reaksi lepra

•

Waktu makan obat sangat lama sehingga membosankan, akibatnya penderita
makan obat tidak teratur

Selain menggunakan Dapson (DDS), pengobatan penderita lepra dapat menggunakan
Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison, Sulfat Feros dan vitamin A (untuk menyehatkan
kulit yang bersisik).
2.4 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Lepra
Sampai saat ini ada berbagai penelitian vaksin untuk penyakit lepra, salah satu
diantaranya adalah vaksin BCG, baik menggunakan BCG saja maupun dengan
menggunakan campuran BCG dan kuman M. leprae. Dalam upaya pengembangan vaksin
lepra, ada 2 pendekatan, yaitu:

6
1. Immunoprofilaksis yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan pada
orang sehat yang mempunyai risiko untuk tertular lepra.
2. Immuniterapi yaitu untuk memperbaiki sistem immunitas seluler pada penderita
lepra lepromatosa di daerah endemik kusta yang tinggi (Amiruddin, 2013).
Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman lepra yang masih utuh bentuknya,
lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh.
Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana lepra dapat dihancurkan, sehingga
penularan dapat dicegah. Pengobatan pada penderita lepra adalah salah satu cara
pemutusan mata rantai penularan. Kuman lepra diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48
jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dengan cuaca di luar tubuh
manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman lepra mati. Jadi dalam hal ini
pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempattempat yang lembap.
Penanggulangan penyakit lepra telah banyak didengar dimana-mana dengan maksud
mengembalikan penderita lepra menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktid, dan
percaya diri. Metode penanggulangannya yakni berupa: metode pemberantasan dan
pengobatan, metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial,
rehabilitasi karya, dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari
rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat dapat membaur, sehingga tidak ada
kelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut adalah sistem yang saling berkaitan dan
tidak dapat dipisahkan (Zulkifli, 2003).

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit lepra adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri tahan asam (BTA)
Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi. Angka prevalensi lepra di Indonesia,
khususnya provinsi Jawa Timur sangat tinggi. Sehingga dibutuhkan pengetahuan
mengenai pengenalan, pencegahan dan pemberantasn terhadap penyakit lepra.
3.2 Saran
Harus ada penelitian lebih lanjut mengenai pemberantasan mikroba penyebab
penyakit lepra secara mikrobiologi.

8
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, M.D., dkk. 2013. Penyakit Kulit di Daerah Tropis Penyakit Kusta
dalam Bidang Kedokteran. LKPP Universitas Hasanudin.
Anonim1. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dinas Kesehatan.
Anonim2. 2009. Online. Available from: (http: //cetak. kompas. com/read
/xml/2009/06/15/03432442/prevalensi.turun.indonesia.belum.aman.dari.kusta)
Jakarta: Kompas
Anonim3. 2010. Online. Available from: World Health Organization. South
East Asia region: Leprosy situation by country at the end of 2006. (http:
//www.who.int/lep/situation/ SEA-ROStatsEnd2006.pdf) Switzerland: WHO.
Lubis, R.D. 2008. Anemia Pada Penyakit Kusta. Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Prawoto. 2008. Faktor – Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap
Terjadinya Reaksi Kusta. Magister Epidemiologi Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Zulfikli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin, M.D., dkk. 2013. Penyakit Kulit di Daerah Tropis Penyakit Kusta
dalam Bidang Kedokteran. LKPP Universitas Hasanudin.
Anonim1. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dinas Kesehatan.
Anonim2. 2009. Online. Available from: (http: //cetak. kompas. com/read
/xml/2009/06/15/03432442/prevalensi.turun.indonesia.belum.aman.dari.kusta)
Jakarta: Kompas
Anonim3. 2010. Online. Available from: World Health Organization. South
East Asia region: Leprosy situation by country at the end of 2006. (http:
//www.who.int/lep/situation/ SEA-ROStatsEnd2006.pdf) Switzerland: WHO.
Lubis, R.D. 2008. Anemia Pada Penyakit Kusta. Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Prawoto. 2008. Faktor – Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap
Terjadinya Reaksi Kusta. Magister Epidemiologi Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro.
Zulfikli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9

More Related Content

What's hot

Telaah kasus misetoma
Telaah kasus misetomaTelaah kasus misetoma
Telaah kasus misetomaNiPutri2
 
Kel 7 kusta
Kel 7   kustaKel 7   kusta
Kel 7 kustagustians
 
Sekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kustaSekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kustafitriamfk
 
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...bagadang s
 
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"DION RANGGA
 
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...KANDA IZUL
 
86646107 case-control
86646107 case-control86646107 case-control
86646107 case-controlhomeworkping3
 
48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendikhriesna
 
Asuhan keperawatan pada pasien ekzema
Asuhan keperawatan pada pasien ekzemaAsuhan keperawatan pada pasien ekzema
Asuhan keperawatan pada pasien ekzemaYie Sufyan
 

What's hot (19)

Telaah kasus misetoma
Telaah kasus misetomaTelaah kasus misetoma
Telaah kasus misetoma
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Kel 7 kusta
Kel 7   kustaKel 7   kusta
Kel 7 kusta
 
Makalah kusta
Makalah kustaMakalah kusta
Makalah kusta
 
Makalah kulit
Makalah kulitMakalah kulit
Makalah kulit
 
Sekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kustaSekilas mengenal penyakit kusta
Sekilas mengenal penyakit kusta
 
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
Skripsi perilaku masyarakat terhadap penyakit filariasis di desa kanyurang ke...
 
Kusta
KustaKusta
Kusta
 
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
MAKALAH IMUNOLOGI "LUPUS"
 
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...
FAKTOR LINGKUNGAN YANG DAPAT MENINGKATKAN RISIKO PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSUS ...
 
86646107 case-control
86646107 case-control86646107 case-control
86646107 case-control
 
Ayo cegah kusta
Ayo cegah kustaAyo cegah kusta
Ayo cegah kusta
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran  sindrom steven johnsonSatuan pembelajaran  sindrom steven johnson
Satuan pembelajaran sindrom steven johnson
 
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
151642549 satuan-acara-penyuluhan-ssj
 
48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi48401693 tb-tulang-dan-sendi
48401693 tb-tulang-dan-sendi
 
Lepra osce
Lepra osceLepra osce
Lepra osce
 
Askep kista,malaria,sifilis,kanker
Askep kista,malaria,sifilis,kankerAskep kista,malaria,sifilis,kanker
Askep kista,malaria,sifilis,kanker
 
Asuhan keperawatan pada pasien ekzema
Asuhan keperawatan pada pasien ekzemaAsuhan keperawatan pada pasien ekzema
Asuhan keperawatan pada pasien ekzema
 

Similar to Micobacterium leprosy

Similar to Micobacterium leprosy (20)

Tb
TbTb
Tb
 
pdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docx
pdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docxpdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docx
pdfcoffee.com_tuberkulosis-pdpi-5-pdf-free.docx
 
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tbPenanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
 
Konsep medis kasus morbili AKPER PEMKAB MUNA
Konsep medis kasus morbili  AKPER PEMKAB MUNA Konsep medis kasus morbili  AKPER PEMKAB MUNA
Konsep medis kasus morbili AKPER PEMKAB MUNA
 
Tbc
TbcTbc
Tbc
 
Makalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakkMakalah tbc pada anakk
Makalah tbc pada anakk
 
Askep pernapasan tbc
Askep pernapasan tbcAskep pernapasan tbc
Askep pernapasan tbc
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Esai ilmiah muhammad sobri maulana-ui
Esai ilmiah muhammad sobri maulana-uiEsai ilmiah muhammad sobri maulana-ui
Esai ilmiah muhammad sobri maulana-ui
 
194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid194982607 demam-tifoid
194982607 demam-tifoid
 
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNATbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
 
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNATbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
 
Konsensus nasional tuberculosis 2002
Konsensus nasional tuberculosis 2002Konsensus nasional tuberculosis 2002
Konsensus nasional tuberculosis 2002
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Surveilans TBC
Surveilans TBC Surveilans TBC
Surveilans TBC
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 
Makalah ikm revisi baruuuuuu pdf
Makalah ikm revisi baruuuuuu pdfMakalah ikm revisi baruuuuuu pdf
Makalah ikm revisi baruuuuuu pdf
 
Askep dhf print
Askep dhf printAskep dhf print
Askep dhf print
 
Makalah penanganan malaria
Makalah penanganan malariaMakalah penanganan malaria
Makalah penanganan malaria
 
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKITContoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT
Contoh Buku Skrap Tentang PENYAKIT BERJANGKIT
 

More from Awe Wardani

Diferrences of prokaryotic cell and eukaryotik cell
Diferrences of prokaryotic cell and eukaryotik cellDiferrences of prokaryotic cell and eukaryotik cell
Diferrences of prokaryotic cell and eukaryotik cellAwe Wardani
 
ANATOMI BATANG TUMBUHAN
ANATOMI BATANG TUMBUHANANATOMI BATANG TUMBUHAN
ANATOMI BATANG TUMBUHANAwe Wardani
 
Macam sel sitoplasma dll
Macam sel sitoplasma dllMacam sel sitoplasma dll
Macam sel sitoplasma dllAwe Wardani
 
Nukleus kelompok
Nukleus kelompokNukleus kelompok
Nukleus kelompokAwe Wardani
 
Laporan Praktikum Biokimia
Laporan Praktikum BiokimiaLaporan Praktikum Biokimia
Laporan Praktikum BiokimiaAwe Wardani
 
Werkstuk Tagetes erecta (kenikir)
Werkstuk Tagetes erecta (kenikir)Werkstuk Tagetes erecta (kenikir)
Werkstuk Tagetes erecta (kenikir)Awe Wardani
 
Hara sulfur-tanaman
Hara sulfur-tanamanHara sulfur-tanaman
Hara sulfur-tanamanAwe Wardani
 
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalamSel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalamAwe Wardani
 
Praktikum FAKTOR ABIOTIK
Praktikum FAKTOR ABIOTIKPraktikum FAKTOR ABIOTIK
Praktikum FAKTOR ABIOTIKAwe Wardani
 
RANGKUMAN GENETIKA
RANGKUMAN GENETIKARANGKUMAN GENETIKA
RANGKUMAN GENETIKAAwe Wardani
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1Awe Wardani
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Awe Wardani
 
Parasit Endemik di Jawa
Parasit Endemik di JawaParasit Endemik di Jawa
Parasit Endemik di JawaAwe Wardani
 

More from Awe Wardani (17)

Diferrences of prokaryotic cell and eukaryotik cell
Diferrences of prokaryotic cell and eukaryotik cellDiferrences of prokaryotic cell and eukaryotik cell
Diferrences of prokaryotic cell and eukaryotik cell
 
ANATOMI BATANG TUMBUHAN
ANATOMI BATANG TUMBUHANANATOMI BATANG TUMBUHAN
ANATOMI BATANG TUMBUHAN
 
Macam sel sitoplasma dll
Macam sel sitoplasma dllMacam sel sitoplasma dll
Macam sel sitoplasma dll
 
Nukleus kelompok
Nukleus kelompokNukleus kelompok
Nukleus kelompok
 
Laporan Praktikum Biokimia
Laporan Praktikum BiokimiaLaporan Praktikum Biokimia
Laporan Praktikum Biokimia
 
Artikel Ilmiah
Artikel IlmiahArtikel Ilmiah
Artikel Ilmiah
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Werkstuk Tagetes erecta (kenikir)
Werkstuk Tagetes erecta (kenikir)Werkstuk Tagetes erecta (kenikir)
Werkstuk Tagetes erecta (kenikir)
 
Hara sulfur-tanaman
Hara sulfur-tanamanHara sulfur-tanaman
Hara sulfur-tanaman
 
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalamSel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
Sel epitel pada permukaan pipi bagian dalam
 
Proposal usaha
Proposal usahaProposal usaha
Proposal usaha
 
Praktikum FAKTOR ABIOTIK
Praktikum FAKTOR ABIOTIKPraktikum FAKTOR ABIOTIK
Praktikum FAKTOR ABIOTIK
 
RANGKUMAN GENETIKA
RANGKUMAN GENETIKARANGKUMAN GENETIKA
RANGKUMAN GENETIKA
 
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI DASAR 1
 
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
Menghitung Keanekaragan Hayati Menggunakan Rumus -H= jumlah dari (pi log pi)
 
Parasit Endemik di Jawa
Parasit Endemik di JawaParasit Endemik di Jawa
Parasit Endemik di Jawa
 
BIOPESTISIDA
BIOPESTISIDABIOPESTISIDA
BIOPESTISIDA
 

Recently uploaded

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikThomasAntonWibowo
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 

Recently uploaded (20)

Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolikDasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
Dasar-Dasar Sakramen dalam gereja katolik
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 

Micobacterium leprosy

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lepra merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia (Halim dan Menaldi, 2010). Indonesia merupakan penyumbang penderita lepra terbesar ketiga di dunia setelah India dan Brazil, sementara Provinsi Jawa Timur sendiri menduduki peringkat pertama di Indonesia sebagai penyumbang kasus lepra (Anonim1, 2010). Sampang, Sumenep, Tuban, dan Lamongan adalah kabupaten/kota yang memiliki prevalensi penyakit lepra diatas satu per 10.000 warga. Hingga tahun 2008 terdapat 17.441 penderita baru lepra (Anonim2, 2009 dalam Halim dan Menaldi, 2010). Prevelansi penyakit lepra di Indonesia tahun 2006 berdasarkan data WHO adalah 0,97/10.000 populasi (Anonim3, 2010 dalam Halim dan Menaldi, 2010). Menurut data profil kesehatan provinsi Jawa Timur (2010) Kusta tipe MB merupakan penyakit terbanyak ditemukan pada Rumah Sakit Sentinel di Provinsi Jawa Timur dengan presentase sebesar 0,51%. Untuk mengurangi angka prevalensi penyakit lepra maka pemerintah provinsi Jawa Timur harus mencanangkan program dalam memberantas penyakit melalui usaha preventif (pencegahan dini) dan atau memutuskan rantai penularan. Dari statement yang sudah dipaparkan di atas, maka penulis merasa dibutuhkannya pengetahuan mengenai penyakit lepra dan sudut pandang lepra secara mikrobiologi agar kita dapat mencegah dan memberantas penyakitnya. 1.2 Rumusan Masalah Berikut adalah rumusan masalah dari makalah ini adalah : a. Apakah penyakit lepra itu? b. Bagaimana cara mencegah dan menangani penyakit lepra? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : a. Mendeskripsikan mengenai penyakit lepra. 1
  • 2. b. Menerapkan pencegahan dan penanganan penyakit lepra. BAB II ISI 2.1 Definisi Penyakit Lepra Penyakit Lepra atau disebut juga dengan Kusta, yaitu penyakit infeksi yang bersifat kronis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang kulit dan saraf tepi dan selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikulo endotelial, mata, otot, tulang dan testis (Amirudin dkk, 1997 dalam Lubis, 2008). 2.1.1 Etiologi Penyakit Lepra Penyebab kusta adalah Mycobacterium leprae, yang ditemukan oleh warganegara Norwegia, G.A Armauer Hansen pada tahun 1873 dan sampai sekarang belum dapat dibiakkan dalam media buatan. Kuman Mycobacterium leprae berbentuk basil dengan ukuran 3-8 µm x 0,5 µm, tahan asam dan alkohol serta bersifat gram positif. Mycobacterium leprae hidup intraseluler dan mempunyai afinitas yang besar pada sel saraf (Schwan cell) dan sistem retikulo endotelial. Masa inkubasi kusta bervariasi antara 40 hari sampai 40 tahun, dengan rata-rata 3-5 tahun. Masa inkubasi berkaitan dengan pembelahan sel yang lama, yaitu antara 2-3 minggu dan di luar tubuh manusia (kondisi tropis) kuman kusta dapat bertahan sampai 9 hari. Pertumbuhan optimal in vivo kuman kusta pada tikus pada suhu suhu 27-300C (Prawoto, 2008). M. lepra dimasukkan ke dalam genus Mycobacterium, famili Mycobacteriaceae, ordo Actinomycetales, kelas Schyzomycetes dengan bentuk pleomorf, lurus, batang ramping dan sisanya berbentuk paralel dengan kedua ujungnya membulat. Basil ini menyerupai bakteri bentuk batang gram positif, tidak bergerak, dan tidak berspora. Dengan mikroskop elektron, bakteri inin akan terlihat gambaran ultrastruktur yang umumnya sama dengan mikobakteria lain. M. leprae terdiri atas: • Kapsul: terdiri atas 2 macam lemak yaitu phtioceral dimycerosate, lemak yang berperan sebagai protektif pasif dan phenolic glycolipid 1 (PGL1), lemak dengan 3 molekul gula metilat yang melekat pada molekul fenol 2
  • 3. pada lemak phtioceral. Kapsul lemak akan melindungi bakteri dari efek toksis enzim lisosom dan metabolit oksigen reaktif lainnya dalam makrofag host. Adaanya ikatan trisakarida spesifik pada PGL1 terhadap laminin-2 lamina basalis sel schwan saraf menyebabkan M. leprae dapat memasuki sel saraf perifer. • Dinding sel mempunyai ketebalan 20 nm yang terdiri atas 2 lapisan, yaitu: a) Lapisan luar: transparan dan mengandung lipopolisakarida yang terdiri dari rantai cabang arabinogalaktan tersterifikasi dengan rantai panjang asam nikolat, mirip dengan yang ditemukan pada mikobakterium lain serta kompleks protein lipopolisakarida. b) Lapisan dalam: terdiri atas peptidoglikan yang berbeda dengan peptidoglikan mikobakteria lainnya, dimana L alanin diganti dengan glisin. • Membran sel berada si bawah dinidng sel, penting untuk transportasi molekul ke dalam dan ke luar mikroorganisme. Membran ini terdiri dari lemak dan protein. • Sitoplasma merupakan isi sel dan terdiri dari granul – granul cadangan, DNA, dan RNA (Amiruddin, 2013). Gambar 1. Bakteri Mycobacterium leprae melalui pewarnaan metode Ziehl’s 2.1.2 Klasifikasi Penyakit Lepra Sampai saat ini untuk klasifikasi yang dipakai pada penelitian terbanyak adalah klasifikasi Ridley dan Jopling. Klasifikasi ini berdasarkan gambaran klinis, bakteriologis, hispatologis, dan mempunyai korelasi dengan tingkat immunologis, yaitu membagi penyakit lepra dalam 5 tipe yaitu: 3
  • 4. 1. Tipe Tuberkoloid (TT); 2. Tipe Borderline Tuberkuloid (BT); 3. Tipe Borderline (BB); 4. Tipe Borderline Lepromatous (BL); 5. Tipe Lepromatous (LL). Dalam pemakaian obat kombinasi (MDT) untuk pemberantasan penyakit lepra, maka WHO mengelompokkan penyakit lepra atas dua kelompok berdasarkan jumlah lesi kulit dan pemeriksaan apusa lesi kulit, yaitu: 1. Tipe Pausibasiler (PB) terdiri atas tipe Indeterminate (I), Tuberkuloid (TT), Borderline Tuberkuloid (BT). Jumlah lesi sebanyak 1 hingga 5 lesi kulit. Hasil pemeriksaan basil tahan asam (BTA) negatif. 2. Tipe Multibasiler (MB) terdiri atas tipe Borderline (BB), Borderline Lepromatous (BL), Lepromatous (LL). Jumlah lesi lebih atau sama dengan 6 lesi kulit. Hasil pemeriksaan BTA positif (Amiruddin dkk, 2013). 2.1.3 Epidemiologi Penyakit Kusta Gambaran epidemiologis penyakit lepra adalah sebagai berikut: a. Distribusi Menurut Tempat Penyakit kusta tersebar di dunia dengan endemitas berbeda. Dari 122 negara endemis tahun 1985, 98 negara telah mencapai elimanasi lepra dengan angka prevalensi < 1/ 10.000 penduduk. Lebih dari 10 juta penderita telah disembuhkan dengan MDT pada akhir 1999. Beberapa faktor yang dapa berperan dalam kejadian dan penyebaran lepra yaitu: iklim (panas dan lembap), diet, status gizi, status sosial ekonomi dan genetik. Perkiraan jumlah penderita lepra di dunia pada tahun 2005 dan 2006 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Situasi Penderita Lepra Menurut Regional WHO tahun 2005-2006 (diluar regional Eropa) 4
  • 5. Sedangkan situasi penderita kusta di Indonesia tahun 2000-2005 selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Situasi Penderita Lepra di Indonesia tahun 2000-2005 b. Distribusi Menurut Waktu Pada tahun 2005 sebanyak 17 negara melaporkan 1000 atau lebih kasus baru, yang semuanya menyumbang 94% kasus lepra baru di dunia. Secara global terjadi penurunan kasus baru, tetapi sejak tahun 2002 terjadi peningkatan kasus baru di beberapa negara seperti Republik Demokrasi Kongo, Philipina, dan Indonesia. Pada tahun 2005 Indonesia menempati urutan ketiga dalam jumlah kasus baru setelah Brazil dan India. c. Distribusi Menurut Orang 1. Distribusi Menurut Umur Lepra dapat terjadi pada semua umur (antara 3 minggu sampai 70 tahun), terbanyak pada umur muda dan produktif. Angka kejadian lepra meningkat sesuai umur dengan puncak pada umur 20-30 kemudian menurun. Di Indonesia penderita lepra anak-anak dibawah 14 tahun sebanyak 13% tetapi anak dibawah 1 tahun jarang ditemukan. 2. Distribusi Menurut Jenis Kelamin Penyakit lepra dapat mengenai laki-laki maupun perempuan. Insiden prevelansi laki-laki lebih banyak daripada wanita. Menurut laporan WHO tahun 2001 di Indonesia insidensi laki-laki lebih tinggi pada usia 15-19 tahun, sebaliknya pada wanita menurun pada rentang usia tersebut (Prawoto, 2008). 2.2 Tanda – Tanda Penyakit Lepra Tanda – tanda penyakit lepra bermacam – macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Adapun tanda – tanda umum pada penyakit ini yaitu: • Adanya bercak tipis seperti panu pada badan / tubuh manusia 5
  • 6. • Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak • Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus serta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat • Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit • Rambut alis rontok • Muka berbenjol – benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa) Gejala – gejala umum pada lepra, reaksi: • Panas dari derajat rendah sampai dengan mengginggil • Anoreksia • Nausea, kadang – kadang disertai vomitus • Cephalgia • Kadang – kadang disertai iritasi, orchitis, dan pleuritis. • Kadang – kadang disertai dengan nephrosia, nepritis, dan hepatospleenomegali • Neuritis (Zulkifli, 2003). 2.3 Pengobatan Penyakit Lepra Pengobatan penyakit lepra dilakukan dengan Dapson 1952 di Indonesia, memperhatikan hasil yang cukup memuaskan, hanya saja pengobatan mono terapi ini sering mengakibatkan timbul masalah resistensi, hal ini disebabkan karena; • Dosis rendah pengobatan yang tidak teratur dan terputus akibat dari reaksi lepra • Waktu makan obat sangat lama sehingga membosankan, akibatnya penderita makan obat tidak teratur Selain menggunakan Dapson (DDS), pengobatan penderita lepra dapat menggunakan Lamprine (B663), Rifanficin, Prednison, Sulfat Feros dan vitamin A (untuk menyehatkan kulit yang bersisik). 2.4 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Lepra Sampai saat ini ada berbagai penelitian vaksin untuk penyakit lepra, salah satu diantaranya adalah vaksin BCG, baik menggunakan BCG saja maupun dengan menggunakan campuran BCG dan kuman M. leprae. Dalam upaya pengembangan vaksin lepra, ada 2 pendekatan, yaitu: 6
  • 7. 1. Immunoprofilaksis yang merupakan upaya untuk mendapatkan kekebalan pada orang sehat yang mempunyai risiko untuk tertular lepra. 2. Immuniterapi yaitu untuk memperbaiki sistem immunitas seluler pada penderita lepra lepromatosa di daerah endemik kusta yang tinggi (Amiruddin, 2013). Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman lepra yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana lepra dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. Pengobatan pada penderita lepra adalah salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. Kuman lepra diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dengan cuaca di luar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman lepra mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempattempat yang lembap. Penanggulangan penyakit lepra telah banyak didengar dimana-mana dengan maksud mengembalikan penderita lepra menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktid, dan percaya diri. Metode penanggulangannya yakni berupa: metode pemberantasan dan pengobatan, metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, rehabilitasi karya, dan metode pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat dapat membaur, sehingga tidak ada kelompok tersendiri. Ketiga metode tersebut adalah sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan (Zulkifli, 2003). 7
  • 8. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Penyakit lepra adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri tahan asam (BTA) Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi. Angka prevalensi lepra di Indonesia, khususnya provinsi Jawa Timur sangat tinggi. Sehingga dibutuhkan pengetahuan mengenai pengenalan, pencegahan dan pemberantasn terhadap penyakit lepra. 3.2 Saran Harus ada penelitian lebih lanjut mengenai pemberantasan mikroba penyebab penyakit lepra secara mikrobiologi. 8
  • 9. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin, M.D., dkk. 2013. Penyakit Kulit di Daerah Tropis Penyakit Kusta dalam Bidang Kedokteran. LKPP Universitas Hasanudin. Anonim1. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dinas Kesehatan. Anonim2. 2009. Online. Available from: (http: //cetak. kompas. com/read /xml/2009/06/15/03432442/prevalensi.turun.indonesia.belum.aman.dari.kusta) Jakarta: Kompas Anonim3. 2010. Online. Available from: World Health Organization. South East Asia region: Leprosy situation by country at the end of 2006. (http: //www.who.int/lep/situation/ SEA-ROStatsEnd2006.pdf) Switzerland: WHO. Lubis, R.D. 2008. Anemia Pada Penyakit Kusta. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Prawoto. 2008. Faktor – Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Terjadinya Reaksi Kusta. Magister Epidemiologi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Zulfikli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 9
  • 10. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin, M.D., dkk. 2013. Penyakit Kulit di Daerah Tropis Penyakit Kusta dalam Bidang Kedokteran. LKPP Universitas Hasanudin. Anonim1. 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Dinas Kesehatan. Anonim2. 2009. Online. Available from: (http: //cetak. kompas. com/read /xml/2009/06/15/03432442/prevalensi.turun.indonesia.belum.aman.dari.kusta) Jakarta: Kompas Anonim3. 2010. Online. Available from: World Health Organization. South East Asia region: Leprosy situation by country at the end of 2006. (http: //www.who.int/lep/situation/ SEA-ROStatsEnd2006.pdf) Switzerland: WHO. Lubis, R.D. 2008. Anemia Pada Penyakit Kusta. Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Prawoto. 2008. Faktor – Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Terjadinya Reaksi Kusta. Magister Epidemiologi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Zulfikli. 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 9