SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan
hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang
merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk
kepentingan kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme
yang tidak menguntungkan kita yaitu dengan menyebabkan terjadinya penyakit pada
tubuh manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi
manusia adalam Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit
tuberculosis pada manusia. Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang
mematikan dan berbahaya di dunia.
Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan kematian di
dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakan
nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Sampai hari ini, penyakit TBC masih
menempatkan Indonesia dalam tiga besar negara dengan jumlah penderita terbanyak.
Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC terjadi disebabkan terapi yang terputus
karena pasien merasa sudah sembuh. Kendala lain yang sering timbul adalah lamanya
waktu pengobatan.
B. TUJUAN DAN MANFAAT PENULSAN

Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu agar kami dapat mengetahui apa itu
Mycobacterium Tuberculosis, yang dapat menginfeksi manusia bahkan dapat mematikan.
Apa yang menyebabkan penyakit ini sehingga kami dapat melakukan pencegahan mulai
dari saat ini. Sedangkan manfaat yang dapat kami ambil dari penulisan makalah ini yaitu
dapat menambah wawasan kami sebagai mahasiswa kesehatan, sehingga kami dapat
membagi pengetahuan yang kami miliki untuk kedepan nantinya. Dan merupakan suatu
informasi yang penting untuk mencegahnya terjadi dalam diri kita masing-masing.

C. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu menjelaskan tentang Mycobacterium
Tuberculosis
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mycobacterium Tuberculosis Sebagai Penyebab Penyakit Tuberculosis
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan
hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme terdapat dimanamana. Interaksinya dengan sesama mikroorganisme ataupun organisme lain dapat
berlangsung dengan cara yang aman dan menguntungkan maupun merugikan (Pratiwi,
2008).
Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang
merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk
kepentingan kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme
yang tidak menguntungkan kita yaitu dengan menyebabkan terjadinya penyakit pada
tubuh manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi
manusia adalam Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit
tuberculosis pada manusia. Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang
mematikan dan berbahaya di dunia.
Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan kematian di
dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakan
nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Saat ini tuberculosis disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menginfeksi sepertiga populasi
dunia, setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yang
aktif yang menyebabkan orang menjadi sakit. Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita
tuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi penderita yang tidak menular. Hal ini
menggambarkan setiap tahun di dunia akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru,
dan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini.
Sampai hari ini, penyakit TBC masih menempatkan Indonesia dalam tiga besar
negara dengan jumlah penderita terbanyak. Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC
terjadi disebabkan terapi yang terputus karena pasien merasa sudah sembuh. Kendala lain
yang sering timbul adalah lamanya waktu pengobatan. Obat untuk TBC harus dimakan
sedikitnya enam bulan. Sementara biasanya setelah makan obat selama dua bulan, pasien
malas meneruskan pengobatan karena merasa sembuh dan tidak merasakan gejala lagi.
Padahal kalau pengobatan berhenti di tengah jalan, maka bukan saja penyakitnya tidak
sembuh dengan tuntas, tetapi juga menyebabkan bakteri TBC menjadi kebal terhadap
obat yang digunakan. Ketiadaan biaya malah membuat seseorang tidak berobat, karena
tidak mengetahui program pemerintah yang menggratiskan obat TBC di seluruh
Puskesmas di Indonesia. Penyakit ini sering dianggap enteng oleh penderita karena masih
bisa bekerja seperti biasa, namun tanpa disadari keparahan penyakit yang semakin
meningkat sebanding dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh.
Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar untuk para tenaga
kesehatan. Untuk memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati perhatian lintas
sektoral karena berkaitan dengan faktor sosial budaya dan tempat hunian. Namun pada
dasarnya penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila pasien mengikuti anjuran
tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang
dianjurkan. Selain itu diperlukan juga kepedulian dan pengawasan dari tenaga kesehatan
untuk mengawal perkembangan terapi pasien. Penyebab TBC memang bukan bakteri
biasa, karena itu diperlukan konsistensi dan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi
untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
B. TAKSONOMI, MORFOLOGI, FISIOLOGI SERTA EKOLOGI MYCOBACTERIUM
TUBERCULOSIS.
Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret
1882 oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri tersebut diberi nama
baksil Koch. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit
tuberkulosa (TBC) (Wikipedia, 2010). Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal
juga sebagai Koch Pulmonum (KP).
Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium tuberculosis.
Kingdom

: Bacteria

Filum

: Actinobacteria

Ordo

: Actinomycetales

Upaordo

: Corynebacterineae

Famili

: Mycobacteriaceae

Genus

: Mycobacterium

Spesies

: Mycobacterium tuberculosis

Adapun bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel
yang merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang
panjangnya sekitar 2-4 mm dan lebar 0,2 – 0,5 mm yang bergabung membentuk rantai.
Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Wikipedia, 2010).
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram
positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa,
warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Oleh
sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium tuberculosis
cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat
hidrofobik

permukaan

selnya

dan

pertumbuhan

bergerombol.

Mycobacterium

tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari
peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60% (Simbahgaul,
2008). Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan
peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga
mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam
dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan
Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag (Indah, 2010).
Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati pada 6°C
selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar matahari lansung
selama 2 jam. Dalam dahak, bakteri mycobacterium dapat bertahan selama 20-30 jam.
Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini
apabila berada dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari
dengan suhu 20°C selama 2 tahun. Mycobacterim tahan terhadap berbagai khemikalia
dan disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%.
Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan
hancur dalam 2-10 menit (Hiswani M.Kes, 2010).
Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam
keadaan dingin atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini dapat terjadi
apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini apabila suatu
saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untuk berkembang, kuman tuberculosis ini
dapat bangkit kembali (Hiswani M.Kes, 2010).
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob, oleh karena itu pada kasus
TBC biasanya mereka ditemukan pada daerah yang banyak udaranya. Mikobakteria
mendapat energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Aktivitas
biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari kebanyakan bakteri
lain karena sifatnya yang cukup kompleks dan dinding selnya yang impermeable,
sehingga penggandaannya hanya berlangsung setiap kurang lebih 18 jam. Karena
pertumbuhannya yang lamban, seringkali sulit untuk mendiagnostik tuberculosis dengan
cepat. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembangbiak dengan baik pada
suhu 22-23oC, menghasilkan lebih banyak pigmen, dan kurang tahan asam dari pada
bentuk yang pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab (Simbahgaul, 2008).
Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh manusia ke manusia lainnya melalui
saluran pernafasan, keluar melalui udara yang dihembuskan pada proses respirasi dan
terhisap masuk saat seseorang menarik nafas. Habitat asli bakteri Mycobacterium
tuberculosis sendiri adalah paru-paru manusia. Droplet yang terhirup sangat kecil
ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus
berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman
tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di dalam paru-paru
(Anonim a, 2010).
Bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit tuberkolosis atau disingkat TBC. Sumber penularan adalah penderita
Tuberculosis (TB) yang dahaknya mengandung kuman TB hidup (BTA (+)). Infeksi
kuman ini paling sering disebarkan melalui udara (air borne, droplets infection).
Penyebaran melalui udara berupa partikel-partikel percikan dahak yang mengandung
kuman berasal dari penderita saat batuk, bersin, tertawa, bernyanyi atau bicara. Partikel
mengandung kuman ini akan terhisap oleh orang sehat dan menimbulkan infeksi di
saluran napas. Bakteri aktif mikobakteria mencemari udara yang ditinggali atau ditempati
banyak manusia, karena sumber dari bakteri ini adalah manusia. Bakteri ini dapat hidup
selama beberapa jam pada udara terbuka, dan selama itulah dia akan berterbangan di
udara hingga akhirnya menemukan manusia sebagai tempat hidup. (U-knee, 2008).
Biasanya pencemaran oleh bakteri ini terjadi pada rumah yang penuh dengan
orang namun memiliki ventilasi yang buruk. Juga ditempat-tempat ramai yaitu sarana
perhubungan seperti bis sekolah, kapal laut, juga pada asrama, penjara, bahkan dari
dokter yang kurang memperhatikan sanitasi tubuhnya. Habitat asli dari bakteri ini adalah
manusia, dan hanya menjadikan lingkungan sebagai perantara (Tin-U, 2005).
C. PENYAKIT TUBERCULOSIS (TBC)
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC dapat
menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta
dimana saja. Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberculosis
akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan
kepada orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat
menyebabkan kematian. Pada penyakit tuberkulosis jaringan pang paling sering diserang
adalah paru-paru (95,9 %) (Hiswani M.Kes, 2010).
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan
gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan
gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru
(Anonim b, 2010).
a. Gejala umum (Sistemik)
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza
dan bersifat hilang timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

b. Gejala khusus (Khas)
1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah
bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah
yang disertai sesak.
2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan
keluhan sakit dada.
3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada
muara ini akan keluar cairan nanah.
4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC
dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-
50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan
hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan
penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah (Anonim b, 2010).
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan
kurus atau berat badan menurun. Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah
bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi
yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan
berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan
pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah.
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.


Pemeriksaan fisik.



Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).



Pemeriksaan patologi anatomi (PA).



Rontgen dada (thorax photo).



Uji tuberkulin.
Penyakit tuberculosis memiliki beberapa variasi jenisnya. Adapun jenis-jenis dari

penyakit tuberculosis tersebut adalah:


Tuberculosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologist



Tuberculosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologist



Tuberculosis pada sistem saraf



Tuberculosis pada organ-organ lainnya



Tuberculosis millier
Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak
termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi
2 yaitu Tuberkulosis Paru BTA positif dan Tuberkulosis Paru BTA negatif (Avicenna,
2009)
Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain
jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe,
tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu : tuberculosis
ekstra paru ringan seperti misalnya adalah TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal serta tuberculosis
ekstra paru berat, misalnya adalah meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis
eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin
(Avicenna, 2009).
Dalam kasus TBC terdapat beberapa tipe penderita yang ditentukan berdasarkan
riwayat pengobatan sebelumnya. Adapun beberapa tipe penderita tersebut yaitu: kasus
baru adalah dimana penderita tersebut belum pernah diobati dengan OAT (Obat Anti
Tuberculosis) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
(Avicenna, 2009).
Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapatkan
terapi TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi
berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif (Avicenna, 2009).
Pindahan (transfer in) adalah penderita TB yang sedang mendapatkan pengobatan
disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut
harus membawa surat rujukan/pindahan (FORM TB 09) (Avicenna, 2009).
Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita
TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus
berobat 2 bulan atau lebih. (Avicenna, 2009).
Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih atau penderita BTA negative, rontgen positif
yang menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan. (Avicenna, 2009).
Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas merupakan
tipe yang lain. Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang
masih BTA positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2)
(Avicenna, 2009).
D. INVASI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS SERTA RIWAYAT TERJADINYA
TUBERCULOSIS
Penyebaran penyakit TBC biasanya dimulai melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk.
Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri
tuberculosis ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang
biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan
dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah
infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak,
ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun
demikian organ tubuh yang paling sering terkena infeksi bakteri ini adalah paru-paru
(Anonim d, 2010)
Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan
dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan
menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat
sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen (Anonim d, 2010)
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel
bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paruparu. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang
yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC (Anonim d, 2010).
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak
dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya
jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi
HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman
merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC
(Anonim d, 2010).
Adapun riwayat terjadinya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap
infeksi primer dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama
kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di
alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak
dengan cara pembelahan diri di paru-paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam
paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah 4 – 6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan
dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif (Anonim c,
2010).
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya
respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada
beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadangkadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya
dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa
inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,
diperkirakan sekitar 6 bulan (Anonim c, 2010).
Tahap kedua yaitu Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) biasanya terjadi
setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan
tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari
tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura (Anonim c, 2010).
Penderita penyakit tuberculosis dapat mengalami komplikasi dimana komplikasi
ini sering terjadi pada penderita stadium lanjut. Beberapa komplikasinya adalah sebagai
berikut:


Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas.



Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.



Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru.



Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.



Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.



Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Komplikasi akibat penyakit TBC dapat menyerang beberapa organ vital tubuh, di

antaranya adalah tulang, usus, otak serta ginjal. TBC tulang ini bisa disebabkan oleh
bakteri TBC yang mengendap di paru-paru, lalu terjadi komplikasi dan masuk ke tulang.
Atau bisa juga bakteri TBC langsung masuk ke tulang lewat aliran darah dari paru-paru.
Waktu yang dibutuhkan bakteri untuk masuk dan merusak tulang bervariasi. Ada yang
singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-tahun. Bakteri TBC biasanya akan
berkembang biak dengan pesat saat kondisi tubuh sedang lemah, misalnya selagi anak
terkena penyakit berat. Saat itu kekebalan tubuhnya menurun, sehingga bakteri pun
leluasa menjalankan aksinya (Anonim e, 2010).
Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah sendi panggul, panggul
dan tulang belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari bentuk tulang belakang
penderita. Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring ke kiri, ke kanan, atau ke depan. Sendi
panggul yang rusak pun membuat penderita tidak bisa berjalan dengan normal.
Sedangkan pada ibu hamil, kelainan panggul membuatnya tidak bisa melahirkan secara
normal. Jika kelainannya masih ringan, upaya pemberian obat-obatan dan operasi bisa
dilakukan. Lain halnya jika berat, tindakan operasi tidak bisa menolong karena sendi atau
tulang sudah hancur. Penderita bisa cacat seumur hidup (Anonim e, 2010).
Selain karena komplikasi, TBC usus ini bisa timbul karena penderita
mengonsumsi makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini bisa
menyebabkan gangguan seperti penyumbatan, penyempitan, bahkan membusuknya usus.
Ciri penderita TBC usus antara lain anak sering muntah akibat penyempitan usus hingga
menyumbat saluran cerna. Mendiagnosis TBC usus tidaklah mudah karena gejalanya
hampir sama dengan penyakit lain. Ciri lainnya tergantung bagian mana dan seberapa
luas bakteri itu merusak usus. Demikian juga dengan pengobatannya. Jika ada bagian
usus yang membusuk, dokter akan membuang bagian usus itu lalu menyambungnya
dengan bagian usus lain (Anonim e, 2010).
Bakteri TBC juga bisa menyerang otak. Gejalanya hampir sama dengan orang
yang terkena radang selaput otak, seperti panas tinggi, gangguan kesadaran, kejangkejang, juga penyempitan sel-sel saraf di otak. Kalau sampai menyerang selaput otak,
penderita harus menjalani perawatan yang lama. Sayangnya, gara-gara sel-sel sarafnya
rusak, penderita tidak bisa kembali ke kondisi normal. (Anonim e, 2010).
Bakteri TBC pun bisa merusak fungsi ginjal. Akibatnya, proses pembuangan
racun tubuh akan terganggu. Selanjutnya bukan tidak mungkin bakal mengalami gagal
ginjal. Gejala yang biasa terjadi antara lain mual-muntah, nafsu makan menurun, sakit
kepala, lemah, dan sejenisnya. Gagal ginjal akut bisa sembuh sempurna dengan
perawatan dan pengobatan yang tepat. Sedangkan gagal ginjal kronik sudah tidak dapat
disembuhkan. Beberapa di antaranya harus menjalani cangkok ginjal (Anonim e, 2010).
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit.
Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif)
masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus
kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) tidak
diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simptomatis. Bila perdarahan berat,
penderita harus dirujuk ke unit spesialistik (Anonim c, 2010).
E. PENGOBATAN PENYAKIT TUBERCULOSIS
Pengobatan TBC harus dilakukan secara tepat sehingga secara tidak langsung
akan mencegah penyebaran penyakit ini. Berikut adalah beberapa obat yang biasanya
digunakan dalam pengobatan penyakit TBC:
1) Isoniazid (INH)
Obat yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) ini
merupakan prodrug yang perlu diaktifkan dengan enzim katalase untuk menimbulkan
efek. Bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel mikrobakteri (Anonim f,
2010).
2) Rifampisin / Rifampin
Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah
transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri (Anonim f, 2010).
3) Pirazinamid
Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam
lemak yang diperlukan dalam pertumbuhan bakteri (Anonim f, 2010).
4) Streptomisin
Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba
dengan cara menghambat sintesis protein (Anonim f, 2010).
5) Ethambutol
Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel
bakteri dengan meningkatkan permeabilitas dinding (Anonim f, 2010).
6) Fluoroquinolone
Fluoroquinolone adalah obat yang menghambat replikasi bakteri M.
tuberculosis. Replikasi dihambat melalui interaksi dengan enzim gyrase, salah enzim
yang mutlak diperlukan dalam proses replikasi bakteri M. Tuberculosis. Enzim ini
tepatnya bekerja pada proses perubahan struktur DNA dari bakteri, yaitu perubahan
dari struktur double helix menjadi super coil (Gambar 5). Dengan struktur super coil
ini DNA lebih mudah dan praktis disimpan di dalam sel. Pada proses tersebut enzim
gyrase berikatan dengan DNA, dan memotong salah satu rantai DNA dan kemudian
menyambung kembali (Gambar 5). Dalam proses ini terbentuk produk sementara
(intermediate product) berupa ikatan antara enzim gyrase dan DNA (kompleks
gyrase-DNA) (Anonim g, 2008)

Fluoroquinolone mamiliki kemampuan untuk berikatan dengan kompleks
gyrase-DNA ini, dan membuat gyrase tetap bisa memotong DNA, tetapi tidak bisa
menyambungnya kembali. Akibatnya, DNA bakteri tidak akan berfungsi sehingga
akhirnya bakteri akan mati. Selain itu, ikatan fluoroquinolone dengan kompleks
gyrase-DNA merupakan ikatan reversible, artinya bisa lepas kembali sehingga bisa di
daur ulang. Akibatnya, dengan jumlah yang sedikit fluoroquinolone bisa bekerja
secara efektif (Anonim g, 2008)

Dalam terapi TBC, biasanya dipilih pemberian dalam bentuk kombinasi dari
3-4 macam obat tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya
resistensi bakteri terhadap obat. Dosis yang diberikan berbeda untuk tiap penderita,
bergantung tingkat keparahan infeksi. Karena bakteri tuberkulosa sangat lambat
pertumbuhannya, maka penanganan TBC cukup lama, antara 6 hingga 12 bulan yaitu
untuk membunuh seluruh bakteri secara tuntas (Anonim f, 2010).

Pengobatan harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus, walaupun
pasien telah merasa lebih baik / sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat
menyebabkan bakteri menjadi resisten. Jika hal ini terjadi, maka TBC akan lebih
sukar untuk disembuhkan dan perlu waktu yang lebih lama untuk ditangani. Untuk
membantu memastikan penderita TBC meminum obat secara teratur dan benar,
keterlibatan anggota keluarga atau petugas kesehatan diperlukan yaitu mengawasi dan
jika perlu menyiapkan obat yang hendak dikonsumsi. Oleh karena itu, perlunya
dukungan terutama dari keluarga penderita untuk menuntaskan pengobatan agar
benar-benar tercapai kesembuhan (Anonim f, 2010).

Obat diminum pada waktu yang sama setiap harinya untuk memudahkan
penderita dalam mengkonsumsi obat. Lebih baik obat diminum saat perut kosong
sekitar setengah jam sebelum makan atau menjelang tidur (Anonim f, 2010).

Selain dengan menggunakan obat-obatan tersebut, pengobatan penyakit akibat
infeksi bakteri mycobacterium ini dapat dilakukan dengan menggunakan jahe dan
mengkudu. Jahe dan mengkudu dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan
bakteri berbentuk batang tersebut karena kedua bahan itu kaya akan senyawa
antibakteri. Misalnya jahe mempunyai gingerol yang bersifat antibakteri. Demikian
juga mengkudu yang mengandung senyawa aktif antrakuinon, acubin, asperuloside,
dan alizarin. Keempat senyawa itu juga berkhasiat untuk membunuh bakteri
tuberculosis (Anonim h, 2010)

Kedua bahan itu mempunyai sifat antibakteri lebih kuat ketika disatukan.
Sebaliknya bila dipisah, kekuatannya berkurang. Jahe dan mengkudu juga bersifat
imunostimulan alias meningkatkan daya tahan tubuh. Duet mengkudu dan jahe
menyusul meniran yang lebih dulu diuji klinis sebagai penyembuh tuberkulosis.
Phyllanthus niruri itu terbukti sebagai antituberkulosis. Pemberian 50 mg kapsul
meniran selama 3 kali sehari menyembuhkan TB pada pekan ke-6 atau lebih cepat 8
minggu

dibandingkan

pasien

yang

tidak

mengkonsumsi

meniran.

Meniran juga bersifat sebagai imunomodulator alias penguat sistem kekebalan tubuh.
Ketika kekebalan tubuh meningkat, bibit-bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh
dapat dilemahkan. Jika sel-sel imun seseorang diganggu, maka orang tersebut akan
rentan sakit (Anonim h, 2010).
Perpaduan ekstrak jahe dan mengkudu itu mampu menyempurnakan obat
standar resep dokter seperti rifampisin serta pirazinamid yang selama ini digunakan
untuk mengatasi TB. Untuk yang tidak cocok mengkonsumsi obat-obatan dokter
tersebut, menyebabkan gangguan hati. Namun, apabila penggunaannya disertai
dengan konsumsi jahe dan mengkudu, hal tersebut tidak akan terjadi. Ekstrak jahe
dan mengkudu juga mencegah resistensi (Anonim h, 2010)

F. RESISTENSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
Bakteri Mycobacterium tuberculosis secara alami resisten terhadap berbagai
antibiotik yang telah ada sebelumnya. Hal ini menyebabkan sulitnya pengobatan penyakit
TB secara tuntas. Sifat resisten ini dipengaruhi oleh adanya enzim-enzim yang mampu
memodifikasi obat seperti b-lactamase dan aminoglycosida acetyl transferase. Jika
diterapi dengan benar, tuberkulosis dapat disembuhkan yang disebabkan oleh
kompleks Mycobacterium tuberculosis,

yang peka terhadap obat, praktis dapat

disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun
pertama pada lebih dari setengah kasus (Palit, 2010)
Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap fluoroquinolone melalui struktur
unik protein MfpA. Berdasarkan analisa model dengan menggunakan komputer
(computer modeling) ditemukan bahwa protein MfpA bisa masuk ke dalam bagian aktif
(active site) dari enzim gyrase, seperti halnya DNA. Ini disebabkan karena protein MfpA
memiliki struktur yang sama dengan DNA. Akan tetapi berbeda dengan interaksi gyrase
dengan DNA, interaksi gyrase dengan MfpA mengakibatkan gyrase tidak bisa
berinteraksi dengan fluoroquinolone. Dengan kata lain, kompleks MfpA-gyrase tidak bisa
berinterkasi dengan fluoroquinolone, sehingga fluoroquinolone tidak bisa berfungsi
sebagaimana mestinya (Anonim g, 2008).
Interaksi gyrase dan DNA penting dalam proses replikasi bakteri M. tuberculosis.
Interaksi protein MfpA dengan gyrase, secara otomatis juga menghambat interaksi gyrase
dengan DNA. Dengan kata lain, protein MfpA merupakan inhibitor dari enzim gyrase,
yakni menghambat aktivitas enzim gyrase itu senditi. Hambatan fungsi enzim gyrase ini
mengakibatkan proses replikasi M. tuberculosis terganggu. Pada kenyataannya memang
demikian. Artinya, perkembangbiakan bakteri M. tuberculosis menurun, akan tetapi hal
ini lebih baik bagi bakteri dari pada mati karena obat fluoroquinolone. Dan biasanya
bakteri yang resisten terhadap suatu obat bukan secara tiba-tiba, melainkan mulai dari
jumlah yang sedikit dan kemudian perlahan-lahan bertambah sesuai dengan perjalanan
waktu (Anonim g, 2008).
Mekanisme fungsi protein MfpA dalam proses resistensi M. tuberculosis sangat
unik. Pada umumnya resistensi disebabkan oleh penguraian obat anti-bakteri oleh enzim
atau protein tertentu. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan protein MfpA. Protein ini
hanya memproteksi interaksi obat dengan targetnya. MfpA adalah protein yang pertama
kali dibuktikan mempunyai fungsi demikian (Anonim g, 2008).
Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC terjadi disebabkan terapi yang
terputus karena pasien merasa sudah sembuh. Masalah yang sering timbul adalah
lamanya waktu pengobatan. Obat untuk TBC harus dimakan sedikitnya enam bulan.
Sementara biasanya setelah makan obat selama dua bulan, pasien malas meneruskan
pengobatan karena merasa sembuh dan tidak merasakan gejala lagi. Padahal apabila
pengobatan berhenti di tengah jalan, maka tidah hanya penyakitnya saja yang tidak
sembuh dengan tuntas, tetapi juga menyebabkan bakteri TBC menjadi kebal terhadap
obat yang digunakan. Ketiadaan biaya juga membuat seseorang tidak berobat, karena
tidak mengetahui program pemerintah yang menggratiskan obat TBC di seluruh
Puskesmas di Indonesia. Penyakit ini sering dianggap enteng oleh penderita karena masih
bisa bekerja seperti biasa, namun tanpa disadari keparahan penyakit yang semakin
meningkat sebanding dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh.
G. EPIDEMIOLOGI DAN PENYEBARAN PENYAKIT TUBERCULOSIS
TBC umumnya menyerang orang dewasa muda dan banyak terjadi di negara
berkembang. Setengahnya terdapat di Asia. Pada tahun 2008, WHO memprediksi ada
sekitar 9,4 juta orang yang menjadi penderita TBC aktif. Dari 15 negara dengan tingkat
TBC paling tinggi, 13 diantaranya ada di Afrika. Sementara itu setengahnya ada di
negara Asia, diantaranya Bangladesh, China, India, Indonesia, Pakistan dan Filipina
(Anonim i, 2010)
Apabila penyakit tuberculosis ini tidak diobati, maka setelah lima tahun, 50 %
dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh
tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO 1996).
Menurut WHO (1999), di Indonesia setiap tahun terjadi 583 kasus baru dengan
kematian130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut
hasil penelitian kusnindar 1990, Jumlah kematian yang disebabkan karena tuberkulosis
diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini
paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi lemah.
Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status
gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian lingkungan tempat tinggal
(Hiswani M.Kes, 2010).
HIV juga memberikan pengaruh signifikan terhadap penyebaran penyakit
tuberculosis ini. Hal ini terjadi karena infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem
daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik,
seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan
mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah
penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan
meningkat pula (Anonim j, 2010).
H. PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERCULOSIS
Pencegahan terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit ini merupakan langkah
yang paling efektif dan efisien. Adapun yang dapat kita lakukan sebagai upaya
pencegahan adalah sebagai berikut:
Konsumsi makanan bergizi
Dengan asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan meningkat. Produksi
leukosit pun tidak akan mengalami gangguan, hingga siap melawan bakteri TBC yang
kemungkinan terhirup. Selain itu, konsumsi makanan bergizi juga menghindarkan
terjadinya komplikasi berat akibat TBC (Anonim e, 2010).
Vaksinasi
Dengan vaksinasi BCG yang benar dan di usia yang tepat, sel-sel darah putih
menjadi cukup matang dan memiliki kemampuan melawan bakteri TBC. Meski
begitu, vaksinasi ini tidak menjamin penderita bebas sama sekali dari penyakit TBC,
khususnya TBC paru. Hanya saja kuman TBC yang masuk ke paru-paru tidak akan
berkembang dan menimbulkan komplikasi. Bakteri juga tidak bisa menembus aliran
darah dan komplikasi pun bisa dihindarkan. Dengan kata lain, karena sudah divaksin
BCG, anak hanya menderita TBC ringan (Anonim e, 2010).
Lingkungan
Lingkungan yang kumuh dan padat akan membuat penularan TBC
berlangsung cepat. Untuk itulah mengapa lingkungan yang sehat dan kebersihan
makanan dan minuman sangat perlu untuk dijaga (Anonim e, 2010).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang dapat menyebabkan
penyakit tuberkolosis atau disingkat TBC. Sumber penularan adalah penderita
Tuberculosis (TB) yang dahaknya mengandung kuman TB hidup (BTA (+)).
2. Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan
gejala khusus
3. Adapun riwayat terjadinya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap
infeksi primer dan pasca primer yaitu
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB.
Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak
dengan cara pembelahan diri di paru-paru, yang mengakibatkan peradangan di
dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe
disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer
Tahap kedua yaitu Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) biasanya
terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya
karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang
buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang
luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura (Anonim c, 2010).

4. Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan TBC yaitu :
-

Isoniazid (INH)

-

Rifampisin / Rifampin -

-

Streptomisin

-

Fluoroquinolone
Pirazinamid

- Ethambutol

5. Pencegahan terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit ini merupakan langkah
yang paling efektif dan efisien. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu :
-

Konsumsi makanan bergizi

-

Vaksinasi

-

Lingkungan

B. SARAN
Adapun saran yang ingin di sampaikan dalam penulisan makalah ini yaitu agar
makalah ini di jadikan sebagai pedoman pembelajaran terutama bagi kita sendiri
dalam kehidupan. Jangan pernah malu untuik menyampaikan apa yang kita ketahui
termaksut tentang TBC ini pada orang-orang yang ada disekeliling kita semua.

More Related Content

What's hot

Buku ajar mikrobiologi
Buku ajar mikrobiologiBuku ajar mikrobiologi
Buku ajar mikrobiologiYudi Aditya
 
Pengantar Mikrobiologi
Pengantar MikrobiologiPengantar Mikrobiologi
Pengantar MikrobiologiHetty Astri
 
Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi pjj_kemenkes
 
Artikel Sejarah Perkembangan Mikrobiologi
Artikel Sejarah Perkembangan Mikrobiologi Artikel Sejarah Perkembangan Mikrobiologi
Artikel Sejarah Perkembangan Mikrobiologi Gilva Illavi
 
Proses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksiProses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksiWarnet Raha
 
Bab 1. pengenalan mikrobiologi
Bab 1. pengenalan mikrobiologiBab 1. pengenalan mikrobiologi
Bab 1. pengenalan mikrobiologiAmir Uddin
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarJoni Iswanto
 
Mikrobiologi farmasi- revisi
Mikrobiologi farmasi- revisiMikrobiologi farmasi- revisi
Mikrobiologi farmasi- revisiAdriani Hasyim
 
Pengantar Mikrobiologi-Parasitologi
Pengantar Mikrobiologi-ParasitologiPengantar Mikrobiologi-Parasitologi
Pengantar Mikrobiologi-ParasitologiPrastuti Waraharini
 
Sejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologiSejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologifikri asyura
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiDokter Tekno
 
Sains Tahun 6: Unit 2 Mikroorganisma
Sains Tahun 6: Unit 2 MikroorganismaSains Tahun 6: Unit 2 Mikroorganisma
Sains Tahun 6: Unit 2 MikroorganismaTutor
 
Pengantar Mikrobiologi
 Pengantar Mikrobiologi   Pengantar Mikrobiologi
Pengantar Mikrobiologi pjj_kemenkes
 
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"Nur Djufry
 

What's hot (20)

Buku ajar mikrobiologi
Buku ajar mikrobiologiBuku ajar mikrobiologi
Buku ajar mikrobiologi
 
Pengantar Mikrobiologi
Pengantar MikrobiologiPengantar Mikrobiologi
Pengantar Mikrobiologi
 
Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi Dasar-Dasar Mikrobiologi
Dasar-Dasar Mikrobiologi
 
Artikel Sejarah Perkembangan Mikrobiologi
Artikel Sejarah Perkembangan Mikrobiologi Artikel Sejarah Perkembangan Mikrobiologi
Artikel Sejarah Perkembangan Mikrobiologi
 
Proses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksiProses terjadinya infeksi
Proses terjadinya infeksi
 
Bab 1. pengenalan mikrobiologi
Bab 1. pengenalan mikrobiologiBab 1. pengenalan mikrobiologi
Bab 1. pengenalan mikrobiologi
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
 
Mikrobiologi farmasi- revisi
Mikrobiologi farmasi- revisiMikrobiologi farmasi- revisi
Mikrobiologi farmasi- revisi
 
Pengantar Mikrobiologi-Parasitologi
Pengantar Mikrobiologi-ParasitologiPengantar Mikrobiologi-Parasitologi
Pengantar Mikrobiologi-Parasitologi
 
Obat antibiotik
Obat antibiotikObat antibiotik
Obat antibiotik
 
Sejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologiSejarah mikrobiologi
Sejarah mikrobiologi
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
 
Sains Tahun 6: Unit 2 Mikroorganisma
Sains Tahun 6: Unit 2 MikroorganismaSains Tahun 6: Unit 2 Mikroorganisma
Sains Tahun 6: Unit 2 Mikroorganisma
 
Bacteria
BacteriaBacteria
Bacteria
 
Pengantar Mikrobiologi
 Pengantar Mikrobiologi   Pengantar Mikrobiologi
Pengantar Mikrobiologi
 
Dasar Bakteriologi
Dasar BakteriologiDasar Bakteriologi
Dasar Bakteriologi
 
Bakteriologi
BakteriologiBakteriologi
Bakteriologi
 
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI "BAKTERI"
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 

Similar to Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit

Similar to Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit (20)

Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tbPenanganan terkini tuberkulosis atau tb
Penanganan terkini tuberkulosis atau tb
 
Ppt TBC 1
Ppt TBC 1Ppt TBC 1
Ppt TBC 1
 
Makalah ikm revisi baruuuuuu pdf
Makalah ikm revisi baruuuuuu pdfMakalah ikm revisi baruuuuuu pdf
Makalah ikm revisi baruuuuuu pdf
 
pengendalian pengetahuan mikroorganisme.pptx
pengendalian pengetahuan mikroorganisme.pptxpengendalian pengetahuan mikroorganisme.pptx
pengendalian pengetahuan mikroorganisme.pptx
 
kelompok B bakteri
kelompok B bakterikelompok B bakteri
kelompok B bakteri
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Pengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa kalumpang dalam
Pengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa  kalumpang dalamPengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa  kalumpang dalam
Pengaruh fasciolopsis buski terhadap anemi di desa kalumpang dalam
 
Makalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anakMakalah tbc pada anak
Makalah tbc pada anak
 
Uas bahasa indonesia baru
Uas bahasa indonesia baruUas bahasa indonesia baru
Uas bahasa indonesia baru
 
Uas bahasa indonesia refisi
Uas bahasa indonesia refisiUas bahasa indonesia refisi
Uas bahasa indonesia refisi
 
Uas bahasa indonesia
Uas bahasa indonesiaUas bahasa indonesia
Uas bahasa indonesia
 
Mikrobiologi
MikrobiologiMikrobiologi
Mikrobiologi
 
1227 1795-1-pb
1227 1795-1-pb1227 1795-1-pb
1227 1795-1-pb
 
Makalah TBC
Makalah TBCMakalah TBC
Makalah TBC
 
Bakteri
BakteriBakteri
Bakteri
 
MIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1B
MIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1BMIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1B
MIKROBIOLOGI DA VIROLOGI KEL3 KELAS 1B
 
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNATbc AKPER PEMKAB MUNA
Tbc AKPER PEMKAB MUNA
 
Vaksin BCG (Bacillus Calmette–Guérin)
Vaksin BCG (Bacillus Calmette–Guérin)Vaksin BCG (Bacillus Calmette–Guérin)
Vaksin BCG (Bacillus Calmette–Guérin)
 
Tb
TbTb
Tb
 
Tbc epid
Tbc  epidTbc  epid
Tbc epid
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Mycobacterium tuberculosis sebagai penyebab penyakit

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme yang tidak menguntungkan kita yaitu dengan menyebabkan terjadinya penyakit pada tubuh manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi manusia adalam Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit tuberculosis pada manusia. Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan berbahaya di dunia. Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan kematian di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Sampai hari ini, penyakit TBC masih menempatkan Indonesia dalam tiga besar negara dengan jumlah penderita terbanyak. Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC terjadi disebabkan terapi yang terputus karena pasien merasa sudah sembuh. Kendala lain yang sering timbul adalah lamanya waktu pengobatan. B. TUJUAN DAN MANFAAT PENULSAN Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu agar kami dapat mengetahui apa itu Mycobacterium Tuberculosis, yang dapat menginfeksi manusia bahkan dapat mematikan. Apa yang menyebabkan penyakit ini sehingga kami dapat melakukan pencegahan mulai dari saat ini. Sedangkan manfaat yang dapat kami ambil dari penulisan makalah ini yaitu dapat menambah wawasan kami sebagai mahasiswa kesehatan, sehingga kami dapat
  • 2. membagi pengetahuan yang kami miliki untuk kedepan nantinya. Dan merupakan suatu informasi yang penting untuk mencegahnya terjadi dalam diri kita masing-masing. C. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu menjelaskan tentang Mycobacterium Tuberculosis
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Mycobacterium Tuberculosis Sebagai Penyebab Penyakit Tuberculosis Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme terdapat dimanamana. Interaksinya dengan sesama mikroorganisme ataupun organisme lain dapat berlangsung dengan cara yang aman dan menguntungkan maupun merugikan (Pratiwi, 2008). Mikroorganisme di dunia ini ada yang menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan dapat kita manfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan hidup manusia. Akan tetapi, banyak juga mikroorganisme yang tidak menguntungkan kita yaitu dengan menyebabkan terjadinya penyakit pada tubuh manusia. Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau menginfeksi manusia adalam Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat mengakibatkn penyakit tuberculosis pada manusia. Tuberculosis itu sendiri merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan berbahaya di dunia. Tuberculosis merupakan penyakit berbahaya ke-3 yang menyebabkan kematian di dunia setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Saat ini tuberculosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat menginfeksi sepertiga populasi dunia, setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberculosis, tetapi hanya bakteri yang aktif yang menyebabkan orang menjadi sakit. Setiap tahunnya sekitar 4 juta penderita tuberkulosis paru menular di dunia, ditambah lagi penderita yang tidak menular. Hal ini menggambarkan setiap tahun di dunia akan ada sekitar 8 juta penderita tuberkulosis paru, dan ada sekitar 3 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Sampai hari ini, penyakit TBC masih menempatkan Indonesia dalam tiga besar negara dengan jumlah penderita terbanyak. Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC
  • 4. terjadi disebabkan terapi yang terputus karena pasien merasa sudah sembuh. Kendala lain yang sering timbul adalah lamanya waktu pengobatan. Obat untuk TBC harus dimakan sedikitnya enam bulan. Sementara biasanya setelah makan obat selama dua bulan, pasien malas meneruskan pengobatan karena merasa sembuh dan tidak merasakan gejala lagi. Padahal kalau pengobatan berhenti di tengah jalan, maka bukan saja penyakitnya tidak sembuh dengan tuntas, tetapi juga menyebabkan bakteri TBC menjadi kebal terhadap obat yang digunakan. Ketiadaan biaya malah membuat seseorang tidak berobat, karena tidak mengetahui program pemerintah yang menggratiskan obat TBC di seluruh Puskesmas di Indonesia. Penyakit ini sering dianggap enteng oleh penderita karena masih bisa bekerja seperti biasa, namun tanpa disadari keparahan penyakit yang semakin meningkat sebanding dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh. Penanganan TBC masih terus menjadi tantangan besar untuk para tenaga kesehatan. Untuk memutuskan rantai penularan perlu pula mendapati perhatian lintas sektoral karena berkaitan dengan faktor sosial budaya dan tempat hunian. Namun pada dasarnya penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila pasien mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Selain itu diperlukan juga kepedulian dan pengawasan dari tenaga kesehatan untuk mengawal perkembangan terapi pasien. Penyebab TBC memang bukan bakteri biasa, karena itu diperlukan konsistensi dan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi untuk mencapai hasil terapi yang optimal. B. TAKSONOMI, MORFOLOGI, FISIOLOGI SERTA EKOLOGI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS. Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret 1882 oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosa (TBC) (Wikipedia, 2010). Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP). Berikut adalah taksonomi dari Mycobacterium tuberculosis.
  • 5. Kingdom : Bacteria Filum : Actinobacteria Ordo : Actinomycetales Upaordo : Corynebacterineae Famili : Mycobacteriaceae Genus : Mycobacterium Spesies : Mycobacterium tuberculosis Adapun bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 mm dan lebar 0,2 – 0,5 mm yang bergabung membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan (Wikipedia, 2010). Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri tahan asam. Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol. Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60% (Simbahgaul, 2008). Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag (Indah, 2010).
  • 6. Bakteri Mycobacterium memiliki sifat tidak tahan panas serta akan mati pada 6°C selama 15-20 menit. Biakan bakteri ini dapat mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. Dalam dahak, bakteri mycobacterium dapat bertahan selama 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat bertahan hidup 8-10 hari. Biakan basil ini apabila berada dalam suhu kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam lemari dengan suhu 20°C selama 2 tahun. Mycobacterim tahan terhadap berbagai khemikalia dan disinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2-10 menit (Hiswani M.Kes, 2010). Mycobacterium tuberculosis dapat tahan hidup diudara kering maupun dalam keadaan dingin atau dapat hidup bertahun-tahun dalam lemari es. Hal ini dapat terjadi apabila kuman berada dalam sifat dormant (tidur). Pada sifat dormant ini apabila suatu saat terdapat keadaan dimana memungkinkan untuk berkembang, kuman tuberculosis ini dapat bangkit kembali (Hiswani M.Kes, 2010). Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob, oleh karena itu pada kasus TBC biasanya mereka ditemukan pada daerah yang banyak udaranya. Mikobakteria mendapat energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari kebanyakan bakteri lain karena sifatnya yang cukup kompleks dan dinding selnya yang impermeable, sehingga penggandaannya hanya berlangsung setiap kurang lebih 18 jam. Karena pertumbuhannya yang lamban, seringkali sulit untuk mendiagnostik tuberculosis dengan cepat. Bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, berkembangbiak dengan baik pada suhu 22-23oC, menghasilkan lebih banyak pigmen, dan kurang tahan asam dari pada bentuk yang pathogen. Mikobakteria cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab (Simbahgaul, 2008). Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh manusia ke manusia lainnya melalui saluran pernafasan, keluar melalui udara yang dihembuskan pada proses respirasi dan terhisap masuk saat seseorang menarik nafas. Habitat asli bakteri Mycobacterium tuberculosis sendiri adalah paru-paru manusia. Droplet yang terhirup sangat kecil
  • 7. ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di dalam paru-paru (Anonim a, 2010). Bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tuberkolosis atau disingkat TBC. Sumber penularan adalah penderita Tuberculosis (TB) yang dahaknya mengandung kuman TB hidup (BTA (+)). Infeksi kuman ini paling sering disebarkan melalui udara (air borne, droplets infection). Penyebaran melalui udara berupa partikel-partikel percikan dahak yang mengandung kuman berasal dari penderita saat batuk, bersin, tertawa, bernyanyi atau bicara. Partikel mengandung kuman ini akan terhisap oleh orang sehat dan menimbulkan infeksi di saluran napas. Bakteri aktif mikobakteria mencemari udara yang ditinggali atau ditempati banyak manusia, karena sumber dari bakteri ini adalah manusia. Bakteri ini dapat hidup selama beberapa jam pada udara terbuka, dan selama itulah dia akan berterbangan di udara hingga akhirnya menemukan manusia sebagai tempat hidup. (U-knee, 2008). Biasanya pencemaran oleh bakteri ini terjadi pada rumah yang penuh dengan orang namun memiliki ventilasi yang buruk. Juga ditempat-tempat ramai yaitu sarana perhubungan seperti bis sekolah, kapal laut, juga pada asrama, penjara, bahkan dari dokter yang kurang memperhatikan sanitasi tubuhnya. Habitat asli dari bakteri ini adalah manusia, dan hanya menjadikan lingkungan sebagai perantara (Tin-U, 2005). C. PENYAKIT TUBERCULOSIS (TBC) Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Apabila seseorang sudah terpapar dengan bakteri penyebab tuberculosis akan berakibat buruk seperti menurunkan daya kerja atau produktivitas kerja, menularkan kepada orang lain terutama pada keluarga yang bertempat tinggal serumah, dan dapat
  • 8. menyebabkan kematian. Pada penyakit tuberkulosis jaringan pang paling sering diserang adalah paru-paru (95,9 %) (Hiswani M.Kes, 2010). Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru (Anonim b, 2010). a. Gejala umum (Sistemik) 1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. 2) Penurunan nafsu makan dan berat badan. 3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). 4) Perasaan tidak enak (malaise), lemah. b. Gejala khusus (Khas) 1. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak. 2. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. 3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. 4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang. Pada penderita usia anak-anak apabila tidak menimbulkan gejala, Maka TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Sekitar 30-
  • 9. 50% anak-anak yang terjadi kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah (Anonim b, 2010). Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun. Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah. Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah: Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.  Pemeriksaan fisik.  Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).  Pemeriksaan patologi anatomi (PA).  Rontgen dada (thorax photo).  Uji tuberkulin. Penyakit tuberculosis memiliki beberapa variasi jenisnya. Adapun jenis-jenis dari penyakit tuberculosis tersebut adalah:  Tuberculosis paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologist  Tuberculosis paru tidak terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologist  Tuberculosis pada sistem saraf  Tuberculosis pada organ-organ lainnya  Tuberculosis millier
  • 10. Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu Tuberkulosis Paru BTA positif dan Tuberkulosis Paru BTA negatif (Avicenna, 2009) Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu : tuberculosis ekstra paru ringan seperti misalnya adalah TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal serta tuberculosis ekstra paru berat, misalnya adalah meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin (Avicenna, 2009). Dalam kasus TBC terdapat beberapa tipe penderita yang ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Adapun beberapa tipe penderita tersebut yaitu: kasus baru adalah dimana penderita tersebut belum pernah diobati dengan OAT (Obat Anti Tuberculosis) atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian) (Avicenna, 2009). Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapatkan terapi TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif (Avicenna, 2009). Pindahan (transfer in) adalah penderita TB yang sedang mendapatkan pengobatan disuatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita tersebut harus membawa surat rujukan/pindahan (FORM TB 09) (Avicenna, 2009). Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih. (Avicenna, 2009).
  • 11. Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 atau lebih atau penderita BTA negative, rontgen positif yang menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan. (Avicenna, 2009). Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas merupakan tipe yang lain. Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih BTA positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2) (Avicenna, 2009). D. INVASI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS SERTA RIWAYAT TERJADINYA TUBERCULOSIS Penyebaran penyakit TBC biasanya dimulai melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk. Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri tuberculosis ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena infeksi bakteri ini adalah paru-paru (Anonim d, 2010) Saat Mycobacterium tuberculosis berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen (Anonim d, 2010) Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan
  • 12. tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paruparu. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC (Anonim d, 2010). Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC (Anonim d, 2010). Adapun riwayat terjadinya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap infeksi primer dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru-paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 – 6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif (Anonim c, 2010). Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadangkadang daya tahan tubuh tidak mampu mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkulosis. Masa
  • 13. inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan (Anonim c, 2010). Tahap kedua yaitu Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura (Anonim c, 2010). Penderita penyakit tuberculosis dapat mengalami komplikasi dimana komplikasi ini sering terjadi pada penderita stadium lanjut. Beberapa komplikasinya adalah sebagai berikut:  Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan napas.  Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.  Bronkiectasis dan Fibrosis pada paru.  Pneumotoraks spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.  Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.  Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency). Komplikasi akibat penyakit TBC dapat menyerang beberapa organ vital tubuh, di antaranya adalah tulang, usus, otak serta ginjal. TBC tulang ini bisa disebabkan oleh bakteri TBC yang mengendap di paru-paru, lalu terjadi komplikasi dan masuk ke tulang. Atau bisa juga bakteri TBC langsung masuk ke tulang lewat aliran darah dari paru-paru. Waktu yang dibutuhkan bakteri untuk masuk dan merusak tulang bervariasi. Ada yang singkat, tapi ada pula yang lama hingga bertahun-tahun. Bakteri TBC biasanya akan berkembang biak dengan pesat saat kondisi tubuh sedang lemah, misalnya selagi anak terkena penyakit berat. Saat itu kekebalan tubuhnya menurun, sehingga bakteri pun leluasa menjalankan aksinya (Anonim e, 2010).
  • 14. Bagian tulang yang biasa diserang bakteri TBC adalah sendi panggul, panggul dan tulang belakang. Gangguan tulang belakang bisa terlihat dari bentuk tulang belakang penderita. Biasanya tidak bisa tegak, bisa miring ke kiri, ke kanan, atau ke depan. Sendi panggul yang rusak pun membuat penderita tidak bisa berjalan dengan normal. Sedangkan pada ibu hamil, kelainan panggul membuatnya tidak bisa melahirkan secara normal. Jika kelainannya masih ringan, upaya pemberian obat-obatan dan operasi bisa dilakukan. Lain halnya jika berat, tindakan operasi tidak bisa menolong karena sendi atau tulang sudah hancur. Penderita bisa cacat seumur hidup (Anonim e, 2010). Selain karena komplikasi, TBC usus ini bisa timbul karena penderita mengonsumsi makanan/minuman yang tercemar bakteri TBC. Bakteri ini bisa menyebabkan gangguan seperti penyumbatan, penyempitan, bahkan membusuknya usus. Ciri penderita TBC usus antara lain anak sering muntah akibat penyempitan usus hingga menyumbat saluran cerna. Mendiagnosis TBC usus tidaklah mudah karena gejalanya hampir sama dengan penyakit lain. Ciri lainnya tergantung bagian mana dan seberapa luas bakteri itu merusak usus. Demikian juga dengan pengobatannya. Jika ada bagian usus yang membusuk, dokter akan membuang bagian usus itu lalu menyambungnya dengan bagian usus lain (Anonim e, 2010). Bakteri TBC juga bisa menyerang otak. Gejalanya hampir sama dengan orang yang terkena radang selaput otak, seperti panas tinggi, gangguan kesadaran, kejangkejang, juga penyempitan sel-sel saraf di otak. Kalau sampai menyerang selaput otak, penderita harus menjalani perawatan yang lama. Sayangnya, gara-gara sel-sel sarafnya rusak, penderita tidak bisa kembali ke kondisi normal. (Anonim e, 2010). Bakteri TBC pun bisa merusak fungsi ginjal. Akibatnya, proses pembuangan racun tubuh akan terganggu. Selanjutnya bukan tidak mungkin bakal mengalami gagal ginjal. Gejala yang biasa terjadi antara lain mual-muntah, nafsu makan menurun, sakit kepala, lemah, dan sejenisnya. Gagal ginjal akut bisa sembuh sempurna dengan perawatan dan pengobatan yang tepat. Sedangkan gagal ginjal kronik sudah tidak dapat disembuhkan. Beberapa di antaranya harus menjalani cangkok ginjal (Anonim e, 2010).
  • 15. Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit. Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT (Obat Anti Tuberkulosis) tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simptomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik (Anonim c, 2010). E. PENGOBATAN PENYAKIT TUBERCULOSIS Pengobatan TBC harus dilakukan secara tepat sehingga secara tidak langsung akan mencegah penyebaran penyakit ini. Berikut adalah beberapa obat yang biasanya digunakan dalam pengobatan penyakit TBC: 1) Isoniazid (INH) Obat yang bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) ini merupakan prodrug yang perlu diaktifkan dengan enzim katalase untuk menimbulkan efek. Bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel mikrobakteri (Anonim f, 2010). 2) Rifampisin / Rifampin Bersifat bakterisidal (membunuh bakteri) dan bekerja dengan mencegah transkripsi RNA dalam proses sintesis protein dinding sel bakteri (Anonim f, 2010). 3) Pirazinamid Bersifat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat pembentukan asam lemak yang diperlukan dalam pertumbuhan bakteri (Anonim f, 2010). 4) Streptomisin Termasuk dalam golongan aminoglikosida dan dapat membunuh sel mikroba dengan cara menghambat sintesis protein (Anonim f, 2010). 5) Ethambutol Bersifat bakteriostatik. Bekerja dengan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri dengan meningkatkan permeabilitas dinding (Anonim f, 2010). 6) Fluoroquinolone
  • 16. Fluoroquinolone adalah obat yang menghambat replikasi bakteri M. tuberculosis. Replikasi dihambat melalui interaksi dengan enzim gyrase, salah enzim yang mutlak diperlukan dalam proses replikasi bakteri M. Tuberculosis. Enzim ini tepatnya bekerja pada proses perubahan struktur DNA dari bakteri, yaitu perubahan dari struktur double helix menjadi super coil (Gambar 5). Dengan struktur super coil ini DNA lebih mudah dan praktis disimpan di dalam sel. Pada proses tersebut enzim gyrase berikatan dengan DNA, dan memotong salah satu rantai DNA dan kemudian menyambung kembali (Gambar 5). Dalam proses ini terbentuk produk sementara (intermediate product) berupa ikatan antara enzim gyrase dan DNA (kompleks gyrase-DNA) (Anonim g, 2008) Fluoroquinolone mamiliki kemampuan untuk berikatan dengan kompleks gyrase-DNA ini, dan membuat gyrase tetap bisa memotong DNA, tetapi tidak bisa menyambungnya kembali. Akibatnya, DNA bakteri tidak akan berfungsi sehingga akhirnya bakteri akan mati. Selain itu, ikatan fluoroquinolone dengan kompleks gyrase-DNA merupakan ikatan reversible, artinya bisa lepas kembali sehingga bisa di daur ulang. Akibatnya, dengan jumlah yang sedikit fluoroquinolone bisa bekerja secara efektif (Anonim g, 2008) Dalam terapi TBC, biasanya dipilih pemberian dalam bentuk kombinasi dari 3-4 macam obat tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya resistensi bakteri terhadap obat. Dosis yang diberikan berbeda untuk tiap penderita, bergantung tingkat keparahan infeksi. Karena bakteri tuberkulosa sangat lambat pertumbuhannya, maka penanganan TBC cukup lama, antara 6 hingga 12 bulan yaitu untuk membunuh seluruh bakteri secara tuntas (Anonim f, 2010). Pengobatan harus dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus, walaupun pasien telah merasa lebih baik / sehat. Pengobatan yang terhenti ditengah jalan dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten. Jika hal ini terjadi, maka TBC akan lebih sukar untuk disembuhkan dan perlu waktu yang lebih lama untuk ditangani. Untuk membantu memastikan penderita TBC meminum obat secara teratur dan benar,
  • 17. keterlibatan anggota keluarga atau petugas kesehatan diperlukan yaitu mengawasi dan jika perlu menyiapkan obat yang hendak dikonsumsi. Oleh karena itu, perlunya dukungan terutama dari keluarga penderita untuk menuntaskan pengobatan agar benar-benar tercapai kesembuhan (Anonim f, 2010). Obat diminum pada waktu yang sama setiap harinya untuk memudahkan penderita dalam mengkonsumsi obat. Lebih baik obat diminum saat perut kosong sekitar setengah jam sebelum makan atau menjelang tidur (Anonim f, 2010). Selain dengan menggunakan obat-obatan tersebut, pengobatan penyakit akibat infeksi bakteri mycobacterium ini dapat dilakukan dengan menggunakan jahe dan mengkudu. Jahe dan mengkudu dapat menyembuhkan penyakit yang disebabkan bakteri berbentuk batang tersebut karena kedua bahan itu kaya akan senyawa antibakteri. Misalnya jahe mempunyai gingerol yang bersifat antibakteri. Demikian juga mengkudu yang mengandung senyawa aktif antrakuinon, acubin, asperuloside, dan alizarin. Keempat senyawa itu juga berkhasiat untuk membunuh bakteri tuberculosis (Anonim h, 2010) Kedua bahan itu mempunyai sifat antibakteri lebih kuat ketika disatukan. Sebaliknya bila dipisah, kekuatannya berkurang. Jahe dan mengkudu juga bersifat imunostimulan alias meningkatkan daya tahan tubuh. Duet mengkudu dan jahe menyusul meniran yang lebih dulu diuji klinis sebagai penyembuh tuberkulosis. Phyllanthus niruri itu terbukti sebagai antituberkulosis. Pemberian 50 mg kapsul meniran selama 3 kali sehari menyembuhkan TB pada pekan ke-6 atau lebih cepat 8 minggu dibandingkan pasien yang tidak mengkonsumsi meniran. Meniran juga bersifat sebagai imunomodulator alias penguat sistem kekebalan tubuh. Ketika kekebalan tubuh meningkat, bibit-bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh dapat dilemahkan. Jika sel-sel imun seseorang diganggu, maka orang tersebut akan rentan sakit (Anonim h, 2010).
  • 18. Perpaduan ekstrak jahe dan mengkudu itu mampu menyempurnakan obat standar resep dokter seperti rifampisin serta pirazinamid yang selama ini digunakan untuk mengatasi TB. Untuk yang tidak cocok mengkonsumsi obat-obatan dokter tersebut, menyebabkan gangguan hati. Namun, apabila penggunaannya disertai dengan konsumsi jahe dan mengkudu, hal tersebut tidak akan terjadi. Ekstrak jahe dan mengkudu juga mencegah resistensi (Anonim h, 2010) F. RESISTENSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS Bakteri Mycobacterium tuberculosis secara alami resisten terhadap berbagai antibiotik yang telah ada sebelumnya. Hal ini menyebabkan sulitnya pengobatan penyakit TB secara tuntas. Sifat resisten ini dipengaruhi oleh adanya enzim-enzim yang mampu memodifikasi obat seperti b-lactamase dan aminoglycosida acetyl transferase. Jika diterapi dengan benar, tuberkulosis dapat disembuhkan yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus (Palit, 2010) Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap fluoroquinolone melalui struktur unik protein MfpA. Berdasarkan analisa model dengan menggunakan komputer (computer modeling) ditemukan bahwa protein MfpA bisa masuk ke dalam bagian aktif (active site) dari enzim gyrase, seperti halnya DNA. Ini disebabkan karena protein MfpA memiliki struktur yang sama dengan DNA. Akan tetapi berbeda dengan interaksi gyrase dengan DNA, interaksi gyrase dengan MfpA mengakibatkan gyrase tidak bisa berinteraksi dengan fluoroquinolone. Dengan kata lain, kompleks MfpA-gyrase tidak bisa berinterkasi dengan fluoroquinolone, sehingga fluoroquinolone tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Anonim g, 2008). Interaksi gyrase dan DNA penting dalam proses replikasi bakteri M. tuberculosis. Interaksi protein MfpA dengan gyrase, secara otomatis juga menghambat interaksi gyrase dengan DNA. Dengan kata lain, protein MfpA merupakan inhibitor dari enzim gyrase, yakni menghambat aktivitas enzim gyrase itu senditi. Hambatan fungsi enzim gyrase ini
  • 19. mengakibatkan proses replikasi M. tuberculosis terganggu. Pada kenyataannya memang demikian. Artinya, perkembangbiakan bakteri M. tuberculosis menurun, akan tetapi hal ini lebih baik bagi bakteri dari pada mati karena obat fluoroquinolone. Dan biasanya bakteri yang resisten terhadap suatu obat bukan secara tiba-tiba, melainkan mulai dari jumlah yang sedikit dan kemudian perlahan-lahan bertambah sesuai dengan perjalanan waktu (Anonim g, 2008). Mekanisme fungsi protein MfpA dalam proses resistensi M. tuberculosis sangat unik. Pada umumnya resistensi disebabkan oleh penguraian obat anti-bakteri oleh enzim atau protein tertentu. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan protein MfpA. Protein ini hanya memproteksi interaksi obat dengan targetnya. MfpA adalah protein yang pertama kali dibuktikan mempunyai fungsi demikian (Anonim g, 2008). Pada umumnya kegagalan pengobatan TBC terjadi disebabkan terapi yang terputus karena pasien merasa sudah sembuh. Masalah yang sering timbul adalah lamanya waktu pengobatan. Obat untuk TBC harus dimakan sedikitnya enam bulan. Sementara biasanya setelah makan obat selama dua bulan, pasien malas meneruskan pengobatan karena merasa sembuh dan tidak merasakan gejala lagi. Padahal apabila pengobatan berhenti di tengah jalan, maka tidah hanya penyakitnya saja yang tidak sembuh dengan tuntas, tetapi juga menyebabkan bakteri TBC menjadi kebal terhadap obat yang digunakan. Ketiadaan biaya juga membuat seseorang tidak berobat, karena tidak mengetahui program pemerintah yang menggratiskan obat TBC di seluruh Puskesmas di Indonesia. Penyakit ini sering dianggap enteng oleh penderita karena masih bisa bekerja seperti biasa, namun tanpa disadari keparahan penyakit yang semakin meningkat sebanding dengan perjalanan waktu dan menurunnya daya tahan tubuh. G. EPIDEMIOLOGI DAN PENYEBARAN PENYAKIT TUBERCULOSIS TBC umumnya menyerang orang dewasa muda dan banyak terjadi di negara berkembang. Setengahnya terdapat di Asia. Pada tahun 2008, WHO memprediksi ada sekitar 9,4 juta orang yang menjadi penderita TBC aktif. Dari 15 negara dengan tingkat TBC paling tinggi, 13 diantaranya ada di Afrika. Sementara itu setengahnya ada di
  • 20. negara Asia, diantaranya Bangladesh, China, India, Indonesia, Pakistan dan Filipina (Anonim i, 2010) Apabila penyakit tuberculosis ini tidak diobati, maka setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap menular (WHO 1996). Menurut WHO (1999), di Indonesia setiap tahun terjadi 583 kasus baru dengan kematian130 penderita dengan tuberkulosis positif pada dahaknya. Sedangkan menurut hasil penelitian kusnindar 1990, Jumlah kematian yang disebabkan karena tuberkulosis diperkirakan 105,952 orang pertahun. Kejadian kasus tuberkulosa paru yang tinggi ini paling banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi lemah. Terjadinya peningkatan kasus ini disebabkan dipengaruhi oleh daya tahan tubuh, status gizi dan kebersihan diri individu dan kepadatan hunian lingkungan tempat tinggal (Hiswani M.Kes, 2010). HIV juga memberikan pengaruh signifikan terhadap penyebaran penyakit tuberculosis ini. Hal ini terjadi karena infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula (Anonim j, 2010). H. PENCEGAHAN PENYAKIT TUBERCULOSIS Pencegahan terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit ini merupakan langkah yang paling efektif dan efisien. Adapun yang dapat kita lakukan sebagai upaya pencegahan adalah sebagai berikut: Konsumsi makanan bergizi
  • 21. Dengan asupan makanan bergizi, daya tahan tubuh akan meningkat. Produksi leukosit pun tidak akan mengalami gangguan, hingga siap melawan bakteri TBC yang kemungkinan terhirup. Selain itu, konsumsi makanan bergizi juga menghindarkan terjadinya komplikasi berat akibat TBC (Anonim e, 2010). Vaksinasi Dengan vaksinasi BCG yang benar dan di usia yang tepat, sel-sel darah putih menjadi cukup matang dan memiliki kemampuan melawan bakteri TBC. Meski begitu, vaksinasi ini tidak menjamin penderita bebas sama sekali dari penyakit TBC, khususnya TBC paru. Hanya saja kuman TBC yang masuk ke paru-paru tidak akan berkembang dan menimbulkan komplikasi. Bakteri juga tidak bisa menembus aliran darah dan komplikasi pun bisa dihindarkan. Dengan kata lain, karena sudah divaksin BCG, anak hanya menderita TBC ringan (Anonim e, 2010). Lingkungan Lingkungan yang kumuh dan padat akan membuat penularan TBC berlangsung cepat. Untuk itulah mengapa lingkungan yang sehat dan kebersihan makanan dan minuman sangat perlu untuk dijaga (Anonim e, 2010).
  • 22. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Bakteri Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang dapat menyebabkan penyakit tuberkolosis atau disingkat TBC. Sumber penularan adalah penderita Tuberculosis (TB) yang dahaknya mengandung kuman TB hidup (BTA (+)). 2. Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus 3. Adapun riwayat terjadinya tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 tahap yaitu tahap infeksi primer dan pasca primer yaitu Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru-paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer Tahap kedua yaitu Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB) biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura (Anonim c, 2010). 4. Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan TBC yaitu : - Isoniazid (INH) - Rifampisin / Rifampin - - Streptomisin - Fluoroquinolone Pirazinamid - Ethambutol 5. Pencegahan terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit ini merupakan langkah yang paling efektif dan efisien. Pencegahan yang dapat dilakukan yaitu :
  • 23. - Konsumsi makanan bergizi - Vaksinasi - Lingkungan B. SARAN Adapun saran yang ingin di sampaikan dalam penulisan makalah ini yaitu agar makalah ini di jadikan sebagai pedoman pembelajaran terutama bagi kita sendiri dalam kehidupan. Jangan pernah malu untuik menyampaikan apa yang kita ketahui termaksut tentang TBC ini pada orang-orang yang ada disekeliling kita semua.