Dokumen tersebut membahas tentang formulasi dan teknologi sediaan steril. Menguraikan konsep sterilisasi, jenis-jenis sediaan steril seperti sediaan parenteral dan persyaratannya, serta metode-metode pengaturan tonisitas sediaan untuk mendapatkan sediaan yang isotonis seperti metode kelas satu dan dua.
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
BAB 1 PENDAHULUAN memberikan tujuan percobaan untuk membantu mahasiswa mempelajari prinsip farmakologi secara praktis dan menghargai peran hewan percobaan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penanganan hewan percobaan seperti mencit dan tikus serta cara-cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuscular, dan intraperitoneal.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi formulasi sediaan steril. Secara singkat, dibahas mengenai definisi steril dan sterilisasi untuk membuat suatu bahan atau sediaan bebas dari mikroorganisme. Jenis-jenis sediaan steril dan eksipien yang digunakan dalam pembuatan sediaan steril pun dibahas secara ringkas.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Materi pertemuan ke-2 Mata Kuliah TFS Steril. Menjelaskan tentang macam-macam sediaan steril. Semoga materi ini bermanfaat.
S1 Farmasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
BAB 1 PENDAHULUAN memberikan tujuan percobaan untuk membantu mahasiswa mempelajari prinsip farmakologi secara praktis dan menghargai peran hewan percobaan. Dokumen ini juga menjelaskan tentang penanganan hewan percobaan seperti mencit dan tikus serta cara-cara pemberian obat secara oral, subkutan, intravena, intramuscular, dan intraperitoneal.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi formulasi sediaan steril. Secara singkat, dibahas mengenai definisi steril dan sterilisasi untuk membuat suatu bahan atau sediaan bebas dari mikroorganisme. Jenis-jenis sediaan steril dan eksipien yang digunakan dalam pembuatan sediaan steril pun dibahas secara ringkas.
Laporan akhir praktikum sediaan solid parasetamol dengan metode granulasi basah yang dilakukan oleh kelompok mahasiswa farmasi UMM. Granulasi basah digunakan untuk meningkatkan kompaktibilitas dan aliran parasetamol yang buruk dengan menambahkan zat pengikat air untuk membentuk granul."
Materi pertemuan ke-2 Mata Kuliah TFS Steril. Menjelaskan tentang macam-macam sediaan steril. Semoga materi ini bermanfaat.
S1 Farmasi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
1. Hipnotik dan sedatif adalah golongan obat penenang sistem saraf pusat yang efeknya bergantung pada dosis, dari ringan hingga berat seperti koma dan kematian.
2. Obat-obatan hipnotik sedative mampu mendepresi sistem saraf pusat dan diklasifikasikan menjadi benzodiazepin, barbiturat, dan non-barbiturat non-benzodiazepin seperti propofol.
3. Mekanisme kerja obat-
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
Makalah ini membahas tentang spektrofotometri UV dan flouresensi. Dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi serapan dalam spektrofotometri UV-VIS, pengaruh polaritas pelarut, dan metode kurva kalibrasi dan satu titik dalam analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometri."
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan daya analgetik asetosal dan parasetamol pada tikus. Tikus diberi obat secara oral kemudian disuntik asam asetat untuk menimbulkan nyeri. Jumlah gelitikan tikus dicatat selama 60 menit. Hasilnya menunjukkan jumlah gelitikan tikus asetosal paling banyak, diikuti tilosa, dan parasetamol paling sedikit. Namun hasil ini bertentangan dengan teori. Kes
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan larutan isotonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotis sama dengan cairan tubuh. Terdapat beberapa cara untuk menghitung larutan isotonis yakni menggunakan penurunan titik beku air, ekivalensi NaCl, dan volume isotonik. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung larutan isotonis dengan memperhatikan faktor pH tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga kelompok obat, yaitu analgesik, antipiretik, dan anestetik. Analgesik berfungsi mengurangi rasa nyeri, antipiretik menurunkan demam, sedangkan anestetik menghilangkan rasa sakit dengan menghilangkan kesadaran. Ketiga kelompok obat tersebut dibedakan berdasarkan sistem kerja farmakologisnya.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, keuntungan, keterbatasan, teknik pembuatan, karakterisasi, dan aplikasi nanoemulsi. Nanoemulsi adalah sistem emulsi yang transparan dengan ukuran tetesan antara 50-500 nm yang stabil secara kinetik dan termodinamika. Keuntungan nanoemulsi antara lain penetrasi obat yang lebih baik dan stabilitas jangka panjang. Teknik pembuatannya meliputi homogenisasi tekanan tinggi
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Ulfah Hanum
Materi pelatihan ini membahas pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas, meliputi perencanaan dan permintaan obat, penerimaan, penyimpanan dan distribusi obat, pencatatan dan pelaporan obat, supervisi dan evaluasi pengelolaan obat, serta indikator pengelolaan obat. Materi lain yang dibahas adalah pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling obat, pelayanan kefarmasian di rumah, kon
Dokumen tersebut membahas tentang persentase dalam bidang farmasi, termasuk definisi persentase, jenis-jenis hitungan persentase berdasarkan berat/berat, berat/volume, dan volume/volume, serta contoh soal perhitungan persentase.
1. Tonisitas adalah kemampuan suatu larutan dalam memvariasikan ukuran dan bentuk sel dengan mengubah jumlah air dalam sel tersebut.
2. Ada tiga jenis larutan berdasarkan tonisitasnya: isotonik, hipertonik, dan hipotonik.
3. Metode perhitungan tonisitas meliputi penurunan titik beku, ekivalensi NaCl, dan White Vincent.
Dokumen tersebut membahas tentang pembuatan sirup parasetamol. Secara singkat, dokumen tersebut menjelaskan tentang latar belakang parasetamol dan sirup, dasar teori pembuatan sirup, preformulasi parasetamol, analisis permasalahan dalam pembuatan sirup parasetamol, dan pendekatan formula pembuatan sirup parasetamol.
1. Hipnotik dan sedatif adalah golongan obat penenang sistem saraf pusat yang efeknya bergantung pada dosis, dari ringan hingga berat seperti koma dan kematian.
2. Obat-obatan hipnotik sedative mampu mendepresi sistem saraf pusat dan diklasifikasikan menjadi benzodiazepin, barbiturat, dan non-barbiturat non-benzodiazepin seperti propofol.
3. Mekanisme kerja obat-
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
Makalah ini membahas tentang spektrofotometri UV dan flouresensi. Dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi serapan dalam spektrofotometri UV-VIS, pengaruh polaritas pelarut, dan metode kurva kalibrasi dan satu titik dalam analisis kuantitatif menggunakan spektrofotometri."
Percobaan ini bertujuan untuk membandingkan daya analgetik asetosal dan parasetamol pada tikus. Tikus diberi obat secara oral kemudian disuntik asam asetat untuk menimbulkan nyeri. Jumlah gelitikan tikus dicatat selama 60 menit. Hasilnya menunjukkan jumlah gelitikan tikus asetosal paling banyak, diikuti tilosa, dan parasetamol paling sedikit. Namun hasil ini bertentangan dengan teori. Kes
Dokumen tersebut membahas tentang perhitungan larutan isotonis, yaitu larutan yang memiliki tekanan osmotis sama dengan cairan tubuh. Terdapat beberapa cara untuk menghitung larutan isotonis yakni menggunakan penurunan titik beku air, ekivalensi NaCl, dan volume isotonik. Dokumen juga menjelaskan cara menghitung larutan isotonis dengan memperhatikan faktor pH tertentu.
Dokumen tersebut membahas tentang tiga kelompok obat, yaitu analgesik, antipiretik, dan anestetik. Analgesik berfungsi mengurangi rasa nyeri, antipiretik menurunkan demam, sedangkan anestetik menghilangkan rasa sakit dengan menghilangkan kesadaran. Ketiga kelompok obat tersebut dibedakan berdasarkan sistem kerja farmakologisnya.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi, keuntungan, keterbatasan, teknik pembuatan, karakterisasi, dan aplikasi nanoemulsi. Nanoemulsi adalah sistem emulsi yang transparan dengan ukuran tetesan antara 50-500 nm yang stabil secara kinetik dan termodinamika. Keuntungan nanoemulsi antara lain penetrasi obat yang lebih baik dan stabilitas jangka panjang. Teknik pembuatannya meliputi homogenisasi tekanan tinggi
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Ulfah Hanum
Materi pelatihan ini membahas pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas, meliputi perencanaan dan permintaan obat, penerimaan, penyimpanan dan distribusi obat, pencatatan dan pelaporan obat, supervisi dan evaluasi pengelolaan obat, serta indikator pengelolaan obat. Materi lain yang dibahas adalah pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling obat, pelayanan kefarmasian di rumah, kon
Dokumen tersebut membahas tentang persentase dalam bidang farmasi, termasuk definisi persentase, jenis-jenis hitungan persentase berdasarkan berat/berat, berat/volume, dan volume/volume, serta contoh soal perhitungan persentase.
1. Tonisitas adalah kemampuan suatu larutan dalam memvariasikan ukuran dan bentuk sel dengan mengubah jumlah air dalam sel tersebut.
2. Ada tiga jenis larutan berdasarkan tonisitasnya: isotonik, hipertonik, dan hipotonik.
3. Metode perhitungan tonisitas meliputi penurunan titik beku, ekivalensi NaCl, dan White Vincent.
Dokumen ini membandingkan tiga metode analisis, yaitu perbandingan visual berat tablet, titrasi potensiometri, dan spektrofotometri UV, untuk menentukan kandungan ibuprofen dalam delapan merek tablet yang berbeda. Hasilnya menunjukkan bahwa metode titrasi visual klasik menunjukkan semua sampel lolos, sedangkan metode instrumental menunjukkan beberapa sampel tidak sesuai dengan standar. Oleh karena itu, penggunaan lebi
Dokumen tersebut membahas tentang penetapan potensi antibiotik secara mikrobiologi. Metode yang digunakan adalah metode lempeng silinder dan turbidimetri untuk menentukan kadar hambatan minimum (KHM) antibiotik terhadap mikroba patogen. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pengujian potensi antibiotik secara mikrobiologi mulai dari persiapan bahan sampai perhitungan hasil.
Bahan presentasi tugas mata kuliah Farmasi Industri tentang Praregistrasi Sediaan Farmasi, Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
1. Metode pengeringan digunakan untuk menentukan kadar air dalam minyak goreng. Minyak dipanaskan hingga suhu 105°C selama satu jam untuk menguapkan airnya.
2. Kadar air dalam minyak tersebut adalah 0,08% yang tergolong normal menurut standar.
3. Dokumen ini memberikan prosedur penentuan kadar air dalam minyak menggunakan metode pengeringan.
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHMas Mahardika
Laporan ini membahas praktikum biokimia tentang enzim dan kadar glukosa darah. Terdapat empat percobaan utama yaitu hidrolisa pati oleh air liur, pengaruh suhu dan pH terhadap kerja enzim ptyalin, serta penetapan kadar glukosa darah menggunakan metode O-toluidin. Hasilnya menunjukkan bahwa ptyalin dapat menghidrolisis pati menjadi maltose dan suhu optimal kerjanya adalah 37°C.
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHMas Mahardika
Laporan ini membahas praktikum biokimia tentang enzim dan kadar glukosa darah. Terdapat empat percobaan utama yaitu hidrolisa pati oleh air liur, pengaruh suhu dan pH terhadap kerja enzim ptyalin, serta penetapan kadar glukosa darah menggunakan metode O-toluidin. Hasilnya menunjukkan bahwa ptyalin dapat menghidrolisis pati menjadi maltose dan suhu optimal kerjanya adalah 37°C.
Analisis kadar parasetamol pada sediaan cair dengan metode KCKT untuk menentukan kadar asetaminofen aktif dalam sirup. Tahapan meliputi pemisahan zat aktif, identifikasi kualitatif, pembuatan larutan baku dan uji, kromatografi larutan uji dan baku untuk menghitung kadar parasetamol dalam sirup.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai tanaman ciplukan (Physalis angulata). Ia menjelaskan tentang klasifikasi, kandungan zat aktif, kegunaan, dan proses pembuatan simplisia daun ciplukan melalui tahapan pengumpulan, sortasi basah dan kering, pencucian, porajangan, pengeringan, pengepakan, dan penyimpanan. Dokumen ini juga membahas hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan aktivitas antihip
DEFINISI MANAJEMEN DAN ILMU MANAJEMEN (5 November 2022) P-1.pptekasaputri27
Dokumen tersebut membahas tentang manajemen farmasi dan akuntansi. Terdapat penjelasan mengenai definisi manajemen, jenis-jenis manajemen berdasarkan tingkatannya, serta beberapa teori dan prinsip dasar manajemen.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1Arumdwikinasih
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang mengakomodasi dari semua perbedaan murid, terbuka untuk semua dan memberikan kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan oleh setiap individu.kelas 1 ........
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka, Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka
2. Satuan Acara Perkuliahan
(SAP)
• Deskripsi Mata Kuliah:
• 1. Konsep steril dengan menghitung D-value
• 2. Dasar sterilisasi yg digunakan di industri Farmasi dan RS
• 3. Latar belakang pembuatan dan penggunaan produk
steril
• 4. Teori dan tata cara sterilisasi
• 5. Konsep dasar kerja aseptis
3. • 6. Tingkatan clean room dan persyaratan
• 7. Macam-macam persyaratan air di industri farmasi, cara
kerja membuat air
• 8. Kontrol kualitas
• 9. Tonisitas
• 10. Macam-macam penghitungan dosis
• 11. Pembuatan sediaan larutan steril
• 12. Pembuatan sediaan serbuk steril rekonstusi
• 13. Faktor fisikokimia obat dan bahan tambahan pada
sediaan steril
• 14. Pembuatan medical device
4. • Sediaan steril yaitu sediaan terapetis yang bebas
mikroroganisme baik vegetatif atau bentuk sporanya baik
patogen atau nonpatogen.
• Yang termasuk dalam sediaan steril : sediaan parenteral volum
besar, sediaan parenteral volum kecil (injeksi), sediaan
mata(tetes/salep mata)
5. Rute pemberian sediaan
parenteral
• Intravena, intramuskuler,, subcutan, intradermal, dan
intraspinal
• Absorbsi obat dipengaruhi oleh: banyaknya pembuluh darah
yang mensuplai jaringan, sifat fisikokikima obat, karakteristik
bentuk sediaan (larutan, suspensi, atau emulsi), sifat
pembawa, dan pH
• Pemberian intravena dan intraspinal harus dalam bentuk
larutan, sedangkan intramuskuler, subcutan, intradermal
sediaan dapat berbentuk larutan, suspensi atau emulsi
• Pembawanya dapat berupa air, glikol ataupun minyak lemak
6. • Perhatikan adanya logam-logam dalam pembawa, misal
adanya Cu (bisa bersumber dari air atau wadah) dapat
mengoksidasi asam askorbat dalam larutan.
7. Keuntungan dan kerugian sediaan
parenteral
• Keuntungan: -lebih cepat efek terapinya dibandingkan
penggunaan oral, dan dapat juga digunakan dengan tujuan
memberikan efek yang lambat (sistem depot) , implant, dapat
digunakan oleh pasien dalam keadaan tidak sadar, dapat
digunakan untuk obat yang mengiritasi lambung atau rusak
oleh cairan lambung, dapat untuk terapi keseimbangan
elektrolit dalam tubuh
8. • Kerugian : mahal , butuh keahlian khusus dan alat khusus
dalam menggunakannya, menimbulkan rasa sakit (tidak
nyaman), adanya kekeliruan dosis atau obat tidak mungkin
diperbaiki, terutama sesudah pemberian intravena.
9. Syarat-syarat sediaan steril
• 1. steril
• 2. isotonis
• 3.Isohidris
• 4. bebas pirogen
• 5. bebas partikel asing
• 6. kejernihan
• 7. Stabil baik secara fisika, kimia, maupun mikrobiologi
• 8. aman (tidak toksik)
• 9. Tidak terjadi reaksi antar bahan dalam formula
• 10. Penggunaan wadah yang sesuai, sehingga mencegah terjadinya interaksi
dengan bahan obat
• 11. Sesuai antara bahan obat yang ada dalam wadah dengan etiket, dan tidak
terjadi pengurangan kualitas selama penyimpanan
10. Tonisitas
• Tonisitas menggambarkan tekanan osmose yang diberikan
oleh suatu larutan (zat padat yang terlarut di dalamnya)
• Suatu larutan dapat bersifat isotonis, hipotonis, atau
hipertonis
• NaCl 0,9 % sebagai larutan pengisotoni
• Tidak semua sediaan steril harus isotonis, tapi tidak boleh
hipotonis, beberapa boleh hipertonis
11. Pengaturan Tonisitas
Pengaturan tonisitas adalah suatu upaya untuk mendapatkan
larutan yang isotonis. Upaya tersebut meliputi pengaturan
formula sehingga formula yang semula hipotonis menjadi
isotonis,dan langkah kerja pengerjaan formula tersebut.
Ada dua kelas untuk pengaturan tonisitas :
1. Metode Kelas satu
2. Metode kelas 2
12. Metode Pengaturan tonisitas
• Metode Kelas Satu
Dari formula yang ada (termasuk jumlah solvennya) dihitung
tonisitasnya dengan menentukan ΔTf – nya, atau kesetaraan dengan
NaCl. Jika ΔTf-nya kurang dari 0,52O atau kesetaraannya dengan NaCl
kurang dari 0,9 %, dihitung banyaknya padatan NaCl, yang harus
ditambahkan supaya larutan menjadi isotonis. Cara pengerjaannya
semua obat ditimbang, ditambah NaCl padat, diatamabah air sesuai
formula. Metode kelas satu meliputi metode kriskopik (penurunan titik
beku), perhitungan dengan faktor disosiasi dan metode ekuivalensi NaCl
13. Metode Pengaturan tonisitas (lanjutan)
• Metode Kelas Dua
Dari formula yang ada (selain solven) hitung volume larutannya yang
memungkinkan larutan menjadi isotonis. Jika volume ini lebih kecil dari
pada volume dalam formula, artinya larutan bersifat hipotonis.
Kemudian hitunglah volume larutan isotonis, atau larutan dapar
isotonis, yang ditambahkan berupa larutan NaCl 0,9%, bukan padatan
NaCl, misalnya NaCl 0,9 % yang harus ditambahkan dalam formula tadi
untuk mengganti posisi solven selisih volume formula dan volume
larutan isotonis. Metode kelas dua meliputi metode White-Vincent dan
metode Sprowls.
14. Contoh Soal
• Suatu formula injeksi tiap 500 ml mengandung Morfin HCl
(BM=375,84 g/mol dan Liso=3,3) 3 gram dan nicotinamida
(BM=122,13 g/mol dan Liso=1,9) 10 gram. Aturlah tonisitasnya
dengan 4 metode di atas
16. Contoh soal
Pengaturan tonisitas kelas satu mengubah formula menjadi
sebagai berikut:
R/ Morfin HCl 3
Nikotinamida 10
NaCl x gram
Aquadest ad 500 ml
X dapat dihitung dengan metode Kriskopik, metode ekuivalensi
NaCl, dan faktor disosiasi
17. Contoh soal
Pengaturan tonisitas kelas dua mengubah formula menjadi sebagai
berikut
R/ Morfin HCl 3
Nikotinamida 10
Aqua ad y ml
(y < 500 ml, sehingga larutan yang didapat isotonis)
NaCl 0,9 % ad 500 ml
Harga y dapat dihitung dengan metode white vincent dan metode
sprowls
18. Contoh soal
• Metode Kriskopik
Memerlukan data ΔTf
1% data bisa dicari di Farmakope
Indonesia Ed IV atau buku lainnya. Dengan diketahui harga
BM dan Liso sebenarnya harga ΔTf
1% bisa dihitung.
• Morfin HCl → ΔTf
1% = Liso x C = 3,3 x (3 g/375,84 g/mol):
1 L = 0,026O
• Nickotinamida → ΔTf
1% = Liso x C = 1,9 x (10
g/122,13 g/mol): 1 L = 0,16O
19. Metode Kriskopik (lanjutan)
• 1 % Morfin HCl mempunyai ΔTf = 0,026O, formula: 0,6%, maka ΔTf-nya 0,6x0,026=0,016O
• 1 % Nikotinamid mempunyai ΔTf = 0,16O, formula: 2%, maka ΔTf-nya 2x0,16=0,32O
• Maka ΔTf formula adalah 0,016+0,32 = 0,336 < 0,52 hipotonis, maka perlu penambahan
NaCl untuk menurunkan titik bekunya sehingga ΔTf-nya menjadi 0,52, Hafalkan ΔTf
% NaCl
adalah 0,58. NaCl yang diperlukan untuk 100 ml formula adalah
0,52 – 0,336
--------------- x 1 g = 0,317 gram, sehingga untuk 500 ml perlu 1,586 gram
0,58
• X dalam formula perubahan adalah 1,586
20. Metode Ekuivalensi NaCL
• Metode Ekuivalensi NaCl memerlukan data E yang bisa dilihat di Farmakope Indonesia Ed IV atau
buku lainnya. Dengan diketahui harga BM dan Liso sebenarnya harga E bisa dihitung. E adalah
banyaknya NaCl yang secara koligatif setara dengan 1 gram obat
(Penurunan TB oleh Obat 1 gram=Penurunan TB oleh NaCl E gram)
• Untuk Morfin HCl
1/1 L E/ 1 L
3,3 ----------- = 3,4 ------------ Emorfin HCl = 0,15
375,84 58, 45
• Untuk nikotinamida
1/1 L E/1 L
1,9 ----------- = 3,4 ------------ E nikotinamida = 0,27
122,13 58, 45
21. Metode Ekuivalensi NaCl
• Metode Ekuivalensi NaCl dimulai dari sini
• 1 g morfin HCl setara dengan 0,15 g NaCl, di formula 3 g maka setara
0,45 g NaCl
• 1 g nikotinamida setara dengan 0,27 g NaCl, di formula 10 g maka
setara 2,7 g NaCl
• Maka tonisitas formula setara dengan 0,45+2,7 g NaCl dalam 500 ml
larutan, kurang dari 0,9 % (0,9 g dalam 100 ml) atau 4,5 g per 500
ml, hipotonis
• Kekurangan NaCl = 4,5 g – 3,15 g = 1,35 gram tiap 500 ml
22. Contoh soal latihan
• Injeksi fenobarbital
R/ Na fenobarbital 1 g
etil morfin HCl 0,5 g
aqua ad 1 liter
Diketahui: etil morfin E = 0,16, ∆Tf1%=0,09
na fenobarbital E=0,24, ∆Tf1%=0,14
Cek isotonis/blm?
Kalau belum aturlah
23. MetodeKelasDua
Dari formula yang ada (selain solven) hitung volume larutannya yang memungkinkan
larutan menjadi isotonis. Jika volume ini lebih kecil dari pada volume dalam formula,
artinya larutan bersifat hipotonis. Kemudian hitunglah volume larutan isotonis, atau
larutandaparisotonis,misalnyaNaCl0,9%yangharusditambahkandalamformulatadi
untuk mengganti posisi solven selisih volume formula dan volume larutan isotonis.
MetodekelasduameliputimetodeWhite-VincentdanmetodeSprowls.
24. Metode White Vincent
• memerlukan data E, dengan perhitungan dimulai seperti
metode Ekuivalensi NaCL. Formula setara dengan 3, 15 gram
NaCl, supaya isotonis maka volumenya (3,15/0,9) x 100 ml =
350 ml, maka jumlah NaCl 0,9 % yang dibutuhkan adalah 500
ml – 350 ml = 150 ml
25. Formula menjadi:
. R/ Morfin HCl 3
Nikotinamida 10
Aquadest ad 350 ml (dengan volume segini, di dapat
larutan isotonis, tetapi kadar obatnya terlalu besar, maka perlu
diencerkan. Supaya tetap isotonis maka pengenceran
menggunakan larutan yang isotonis pula, yaitu NaCl 0,9%)
NaCl 0,9 % ad 500 ml
Pengerjaan: Morfin HCl 3 gram, Nikotinamida 10 gram,
dilarutkan dalam air sampai 350 ml (didapat larutan obat
isotonis dengan kadar terlalu tinggi), kemudian larutan ini
diencerkan dengan NaCl 0,9 % sampai volume 500 ml
26. Metode Sprowls
Metode Sprowls memerlukan data V, yaitu volume larutan dalam ml yang mengandung 0,3
gram obat dan bersifat isotonis. Harga V dapat dilihat di buku-buku farmasi fisika. Dengan
diketahui harga BM dan Liso sebenarnya harga V bisa dihitung
Untuk Morfin HCl
0,52=3,3x(300 mg/375,84g/mol):Vmorfin HCl maka Vmorfin HCl=5,07 ml
Untuk Nikotinamida
0,52=1,9x(300 mg/122,13g/mol):Vnikotinamida maka Vnikotinamida=8,98 ml
27. 0,3 g Morfin HCl supaya isotonis volumenya 5,07 ml, formula 3 g
maka volumenya 50,7
0,3 g nikotinamida supaya isotonis volumenya 8,98 ml, formula
10 g maka volumenya 299,3
Maka volume larutan obat isotonis adalah 350 ml, kadar obat
belum sesuai yang diinginkan maka perlu diencerkan dengan
NaCl 0,9 % sampai 500 ml.
28. Formula menjadi:
R/ Morfin HCl 3
Nikotinamida 10
Aquadest ad 350 ml
NaCl 0,9 % ad 500 ml
Pengerjaan: Morfin HCl 3 gram, Nikotinamida 10 gram,
dilarutkan dalam air sampai 350 ml (didapat larutan obat
isotonis dengan kadar terlalu tinggi), kemudian larutan ini
diencerkan dengan NaCl 0,9 % sampai volume 500 ml
29. latihan
R/ antipirin 0,10
Penisilin G potassium 0,20
Aqua ad 10 ml
Hitung tonisitas dengan kedua metode di atas (metode kelas satu dan kelas
dua)
Diketahui data untuk beberapa senyawa sebagai berikut
Senyawa BM Liso E
Antipirin 188,22 1,9
0,17
Penisilin G potassium 372,47 3,9
0,18