1. Walimah nikah merupakan sunnah mu'akkadah yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi dan menghindari fitnah.
2. Dalam menyelenggarakan walimah harus memperhatikan ketentuan syariat Islam seperti memisahkan tamu pria dan wanita, tidak memperbolehkan hiburan yang menyalahi syariat.
3. Kewajiban menghadiri undangan walimah gugur jika di dalamnya terdapat pelanggaran syariat seperti
3. PERINTAH
WALIMAT
AL-’URS
• Rasullah SAW bersabda,
“Sebarkanlah berita
pernikahan.”
(HR. Ahmad, Ibn Hibban, al-Hakim, al-
Thabarani)
• Beliau SAW juga bersabda
kepada Abdurrahman bin ‘Auf
ra, “Semoga Allah
memberkahimu, adakanlah
walimah meskipun dengan
seekor kambing.”
(HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ahmad)
4. HUKUM
WALIMAT
AL-’URS
Syaikhul Islam Ibn Hajar al-
Haitami (w. 974 H)
menegaskan dalam Fath al-
Mu’in bahwa mengadakan
walimah nikah hukumnya
sunnah mu’akkadah
(yakni sunnah yang sangat
dianjurkan), berpahala bagi
mereka yang mengadakan
walimah sesuai rambu-
rambu Syariah.
5. WAKTU
TERBAIK
WALIMAT
AL-’URS
Syekh Zainuddin Abdul Aziz al-
Malibari al-Syafi’i mengatakan
waktu terbaik untuk
melaksanakan walimah
adalah setelah bersetubuh,
sebagai ittiba’ kepada
Rasulullah SAW, meskipun
penyelenggaraan walimah
sebelum malam pengantin
tetap mendapat ganjaran
sunnah.
6. HUKUM
MENGHADIRI
WALIMAT
AL-’URS
• Menjawab undangan walimat al-’urs
yang diselenggarakan secara syar’i, tidak
mengandung kemaksiyatan, hukumnya
fardhu ‘ain.
• Rasulullah SAW bersabda, “Jika diundang
salah seorang di antara kalian kepada
walimah ‘urs maka jawablah
(hadirilah).” (HR. Muslim, Ahmad, Ibn
Majah, al-Darimi)
• Dari Abu Hurairah ra. “Seburuk-buruknya
hidangan adalah hidangan dalam
walimah, orang-orang kaya raya
diundang, orang-orang miskin papa
diabaikan, dan siapa saja yang tidak
menghadiri undangan tersebut maka ia
telah bermaksiyat kepada Allah dan
Rasul-Nya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7. HUKUM
MENYANTAP
HIDANGAN
WALIMAT
AL-’URS
Syaikh Muhammad bin Qasim al-
Ghazzi (w. 918 H) dalam kitab Fath
al-Qarib mengatakan,
“(Menghadiri undangan tersebut)
yakni walimah nikah (hukumnya
wajib) dalam arti fardhu ‘ain
menurut pendapat yang lebih
tepat, meskipun tidak wajib
menyantap hidangan di dalamnya
menurut pendapat yang lebih
tepat. Adapun menghadiri
undangan selain resepsi
pernikahan maka tidak dihukumi
fardhu ‘ain, akan tetapi sunnah.”
8. MENGHADIRI
WALIMAT AL-
’URS
KETIKA
SEDANG
SHAUM
Imam al-Syafi’i (w. 204 H) dalam al-
Umm mengatakan,
“Jika pihak yang diundang sedang
menunaikan ibadah shaum, maka ia
wajib menghadiri undangan tersebut,
mendo’akan keberkahan dan kembali
pulang, dan kami tidak
mengharuskan dirinya untuk
menyantap hidangan tersebut,
meskipun diriku lebih senang jika ia
menghadiri undangan dan berbuka
jika shaumnya bukan shaum wajib,
jika tidak maka hendaknya ia meminta
ijin sebelum dan sesudahnya kepada
pengatur resepsi.”
9. MAKAN
TANPA
DIUNDANG
Imam al-Syafi’i mengatakan,
“Dan siapa saja yang tidak
diundang (dalam walimah),
kemudian datang lalu
menyantap hidangan,
maka apa yang ia makan
tersebut tidak halal
baginya, hingga
penyelenggara walimah
menghalalkannya
(meridhainya).”
10. GUGURNYA
KEWAJIBAN
MENGHADIRI
WALIMAT
AL-’URS
• Kefardhuan menghadiri walimah al-’urs
gugur jika di dalam walimah tersebut
terdapat pelanggaran terhadap akidah
dan Syariah Islam, yakni adanya halangan
syar’i semisal hadirnya biduanita yang
tampil menebar godaan syahwat di muka
publik, adanya khamr dan para pemabuk,
dll.
• Allah SWT berfirman:
َم اَذِإ َو َورُّالز َونُدَهْشَي َ
َل َِينذَّال َو
ام َرِك واُّرَم ِوْغَّاللِب واُّر
ا
“Dan orang-orang yang tidak
menyaksikan al-zur (kedustaan dan
kebatilan), dan apabila mereka bertemu
dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya.” (QS. al-
Furqan, 25:72)
11. GUGURNYA
KEWAJIBAN
MENGHADIRI
WALIMAT
AL-’URS
Imam al-Syafi’i (w. 204 H) dalam Al-Umm
menegaskan,
“Jika seseorang diundang ke acara resepsi
pernikahan, dimana di dalamnya terdapat
kemaksiyatan adanya orang yang mabuk
atau khamr, atau yang menyerupai hal
tersebut berupa kemaksiyatan yang
tampak nyata, maka ia wajib melarang
mereka dari hal tersebut, jika ia mampu
melakukannya, jika tidak, maka aku tidak
suka jika ia duduk di dalamnya, dan jika ia
mengetahui hal tersebut (adanya
kemaksiyatan) sebelumnya, maka aku
tidak suka jika ia menghadiri undangan
tersebut, dan tidak boleh memasuki
tempat yang di dalamnya terdapat
kemaksiyatan.”
12. ESENSI
WALIMAH
• Menghindari fitnah dan sebagai
wujud syukur kepada Allah
SWT atas pernikahan yang
menyatukan dua sejoli dan dua
keluarga besar.
• Bukan ajang untuk pamer
kekayaan, kejayaan, nasab,
ketampanan atau kecantikan
pasangan, bukan pula sebagai
ajang menghambur-hamburkan
uang dengan
membelanjakannya di jalan
yang batil (tabdzir/
pemborosan).
13. MOTIF
MENGUNDANG
Imam Syihabuddin al-Qalyubi (w. 1069 H)
mengatakan,
“Bahwa sebagian dari syarat (wajibnya
menghadiri walimah) adalah adanya
undangan menghadiri walimah tersebut,
bukan karena adanya rasa takut (pihak
pengundang) kepada (perlakukan buruk)
tamu yang diundang, baik pada fisik, harta
dan kehormatannya, bukan pula karena
mengharapkan jabatan atau harta pihak
yang diundang, atau kehadiran pihak lain
yang memiliki hal tersebut demi
mengharapkan hal-hal diatas, akan tetapi
pihak pengundang mengundang orang
lain semata-mata untuk mempererat
hubungan, memperbaiki hubungan atau
memberi tahu, dan yang semisalnya.”
16. WALIMAH NIKAH TERPISAH DI
ZAMAN RASUL SAW
Pada masa Rasulullah SAW terdapat
upacara diantarkannya mempelai
wanita ke rumah suaminya, setelah
sampai di tempat suami maka kaum
pria dan wanita dipisah. Hal ini
dibenarkan oleh beliau SAW.
17. TENTANG IKHTILAT
“Campur baur antara pria dan
wanita, dengan duduk-duduk
membersamai mereka dan
berinteraksi dengannya.”
(Prof. Dr. Rawwas Qal’ah Ji, Mu’jam Lughah al-
Fuqaha)
18. PEMISAHAN PRIA DAN WANITA
DI ZAMAN RASULULLAH SAW
• Dari Ummu Salamah ra dia berkata, Rasulullah SAW, jika
beliau salam (selesai shalat) maka kaum wanita segera
bangkit saat beliau selesai salam, lalu beliau diam sebentar
sebelum bangun. Ibnu Syihab berkata, ‘Saya berpendapat
bahwa diamnya beliau adalah agar kaum wanita sudah
habis sebelum disusul oleh jamaah laki-laki yang hendak
keluar masjid.” (HR. Bukhari)
• Dari Ibnu Umar beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Hendaknya kita khususkan pintu ini untuk wanita.” Nafi
berkata, “Maka Ibnu Umar tidak pernah masuk lewat pintu
itu hingga wafat.” (HR. Abu Daud)
19. PEMISAHAN PRIA DAN WANITA
DI ZAMAN RASULULLAH SAW
Abu Usaid Al-Anshari meriwayatkan bahwa dia
mendengar sabda Rasulullah SAW saat beliau keluar
masjid didapatinya laki-laki dan wanita bercampur baur
di jalan, beliau bersabda kepada kaum wanita,
“Menepilah karena kalian tidak layak berada di tengah
jalan, hendaknya kalian berada di tepi jalan.” Maka
seorang wanita menempelkan tubuhnya di dinding
hingga bajunya menempel karena saking rapatnya dia
dengan dinding tersebut.” (HR. Abu Daud)
21. TABARRUJ DAN LARANGANNYA
• Tabarruj adalah menampakkan perhiasaan dan
semua hal yang bisa merangsang syahwat laki-
laki. (Zad al-Masir, juz 6/38-382)
• Allah SWT berfirman,
ُ ْ
ٱل ِةَّيِلِه ََٰجْٱل َجُّرَبَت َنْجَّرَبَت َ
َل َو
َٰ َلو
“Dan janganlah kamu berhias dan bertingkah
laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.”
(QS. al-Ahzab, 33: 33)
22. SIFAT-SIFAT TABARRUJ DI JAMAN
JAHILIYYAH
1. Seorang wanita yang keluar dari rumah dan berjalan
diantara laki-laki.
2. Wanita yang berjalan berlenggak-lenggok dan penuh gaya
dan genit.
3. Wanita yang memakai wewangian.
4. Wanita yang mengenakan pakaian yang terbuat dari batu
permata, kemudian ia memakainya, dan berjalan di tengah
jalan.
5. Wanita yang mengenakan kerudung namun tidak
menutupnya, hingga anting-anting dan kalungnya terlihat.
(Zad al-Masir, juz 6/38-382)
23. • “Wanita mana saja yang memakai wewangian lalu ia keluar dan
melewati para lelaki sehingga tercium sebagian dari wanginya
tersebut, maka ia adalah seorang pezina. Dan setiap mata yang
melihatnya juga pezina.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
• “Ada dua golongan di antara penghuni neraka yang belum pernah
aku lihat keduanya: (1) suatu kaum yang membawa cambuk seperti
ekor sapi yang mereka gunakan untuk memukul orang-orang; dan
(2) perempuan yang berpakaian tapi telanjang (pakainnya terlalu
minim, terlalu ketat, tembus pandang, sebagiannya terbuka) yang
berjalan dengan berlenggak-lenggok, rambut mereka seperti punuk
onta yang condong. Mereka ini tidak akan masuk surga dan tidak
akan mencium aroma surga.” (HR. Muslim)
ANCAMAN UNTUK WANITA
YANG TABARRUJ
25. HIBURAN YANG MENGANDUNG
MAKSIYAT
• Menampilkan biadunita yang
menyalahi syariah (tabarruj,
menampakkan aurat, dsb).
• Menampilkan lantunan musik-musik
jahiliyyah (lirik dan kata-kata yang
mengandung kemungkaran).
26. HIBURAN YANG
DIPERBOLEHKAN
Penampilan musik yang jauh dari
kemungkaran, semisal penampilan duff
(rebana) disertai nyanyian pria di
hadapan tamu pria yang mengandung
dzikruLlah, syair-syair penggugah
semangat beribadah, berdakwah
maupun menyeru pada kebaikan.
27. HIBURAN YANG MENGANDUNG
MAKSIYAT
• “Pembeda antara yang halal dan yang haram adalah (tabuhan) duff
dan lantunan (syair-syair) saat (pesta) pernikahan.” (HR. Ahmad)
• Di dalam hadits ini terdapat dalil bahwasanya boleh ditabuh rebana-
rebana dalam resepsi pernikahan, diperbolehkan pula didendangkan
sejumlah kalimat semisal (syair); “kami datang kami datang”, dan
semisalnya selama bukan lagu-lagu yang membangkitkan kekejian
dan kejahatan; yang menyebut-nyebut kecantikan dan keelokan,
perbuatan dosa maupun menyemangati meminum khamr. Yang
demikian itu hukumnya haram baik di dalam resepsi pernikahan
maupun di luarnya, sama halnya dengan keharaman seluruh alat
musik yang melenakan. (Muhammad bin Ali al-Syaukani, Nayl al-
Awthar, Mesir: Dar al-Hadits, cet. I, 1413 H, juz VI, hlm. 223)
29. WALIMAH MELALAIKAN SHALAT
• Penyelenggaraan walimah nikah hukumnya
sunnah, sedangkan shalat lima waktu hukumnya
wajib (fardhu ‘ain), maka sangat tercela walimah
nikah yang mengabaikan urusan shalat.
• Lebih buruk lagi jika shalat dilalaikan karena
adanya beragam kemaksiyatan dalam walimah,
semisal penampilan biduanita yang mengundang
syahwat dan pesta mabuk-mabukan yang merusak
akal pikiran.
30. ANCAMAN UNTUK YANG
MELALAIKAN SHALAT
• Allah SWT berfirman:
َينِلَصُمْلِل ٌلْي َوَف
.
َص ْنَع ْمُه َينِذَّال
َونُهاَس ْمِهِت َ
َل
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang
shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya.” (QS. Al-Ma’un, 107: 4-5)
• ”Yakni mereka yang mengakhirkan shalat
dari waktunya karena memandang remeh
padanya.” (HR. al-Baihaqi dan al-Bazzar)
32. MAKANAN/MINUMAN HARAM
Tidak boleh menyajikan makanan dan
minuman yang diharamkan syari’ah,
semisal olahan daging babi atau
olahan kue yang dibuat dengan
campuran bahan khamr, atau sajian
minuman dari berbagai jenis khamr
itu sendiri.
33. Rasûlullâh SAW bersabda:
ُهَّنِإ َةَرْجُع َْنب ُبْعَك اَي
َةَّنَجْال ُلُخْدَي ََل
ٌمْحَل
تْحُس ْنِم َتَبَن
“Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya
tidak akan masuk surga daging yang
tumbuh dari makanan haram.”
(HR. Ibn Hibban)
MAKANAN/MINUMAN HARAM
35. NIAT WALIMAH NIKAH
Walimah nikah diselenggarakan semata-mata
sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT
dan mengamalkan sunnah mengumumkan
pernikahan yang diperintahkan baginda
Rasulullah SAW yang dilakukan atas momentum
kebahagiaan, menebar kebahagiaan bagi kaum
muslim yang lain, tanpa maksud memamerkan
kekayaan, kecantikan, dan ketampanan.
36. NIAT WALIMAH NIKAH
ُم َ َّ
َّللا ُوادُبْعَيِل َّ
َلِإ واُرِمُأ اَم َو
َنُح َينِالد ُهَل َين ِ
صِلْخ
َءاَف
َكَّالز واُتْؤُي َو َة َ
َلَّصال واُميِقُي َو
ِيَقْال ُينِد َكِلََٰذ َو ۚ َةا
ِةَم
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya
menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama
yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah, 98:5)
38. TIDAK MEMBEDAKAN ORANG
KAYA DAN ORANG MISKIN
• Dalam kitab Sullam at-Taufik tertulis, “Dan
janganlah mendahulukan orang-orang yang kaya
daripada orang-orang yang miskin papa.”
• Syekh Muhammad bin Qasim al-Ghazzi al-Syafi’i (w.
918 H) mengatakan, “Kewajiban menghadiri
undangan walimah nikah, atau kesunnahan
menghadiri jamuan makan lainnya, ialah dengan
syarat sang pengundang tidak mengkhususkan
orang kaya dalam undangan, tetapi mengundang
juga orang-orang yang miskin papa.”
40. FORMAT I:
SATU WAKTU DAN SATU TEMPAT
Tamu
Undangan
Wanita
Pelaminan
Mempelai Wanita
dan Para Bunda
Penerima
Tamu Wanita
Sekat
Sempurna
Pelaminan
dan
Tamu
Undangan
Penerima
Tamu Pria
Tamu
Undangan
Pria
Pelaminan
Mempelai Pria
dan Para Ayah
41. FORMAT II:
SATU WAKTU, BERBEDA TEMPAT
RESEPSI ALTERNATIF TEMPAT WAKTU KETERANGAN
Undangan
Wanita
Rumah Mempelai
Wanita
Satu Waktu
• Tempat
resepsi bisa
disesuaikan
dengan
kemampuan
budget
• Jarak dari
tempat pria
tidak terlalu
jauh dengan
tempat
wanita
Undangan Pria
Rumah Tetangga
Majelis
Tenda Out, dsb
42. FORMAT III:
BEDA WAKTU, SATU TEMPAT
RESEPSI
ALTERNATIF
TEMPAT
WAKTU KETERANGAN
Undangan
Wanita
Satu Tempat
Siang (Setelah
Shalat Dhuhur)
• Pembagian waktu,
disesuaikan dengan
alokasi waktu yang
diberikan oleh
penyelnggara resepsi
• Tempat yang dipilih
tergantung
kemampuan budget
dari penyelenggara,
bisa rumah/Gedung
sewaan/majelis, dsb.
Undangan
Pria
Sore (Setelah Shalat
Ashar)
44. TEKNIS PENYELENGGARAAN
WALIMAT AL-’URS
• Persiapkan panitia khusus yang bertugas
mengarahkan tamu undangan dan menjelaskan
kepada tamu undangan yang kebingungan soal
pemisahan tempat.
• Pasang banner edukatif yang mengandung
penjelasan walimat al-'urs yang syar’i.
• Sampaikan informasi resepsi pernikahan yang
syar’i di kertas undangan sebagai media dakwah
dan edukasi kepada masyarakat secara luas,
bahwa resepsi pernikahan diselenggarakan
secara syar’i.
45. CONTOH CATATAN YANG
TERDAPAT PADA UNDANGAN
Dengan tidak mengurangi rasa hormat,
1. Khusus muslimah yang sudah baligh, mohon untuk
mengenakan jilbab syar’i, no make up, dan tidak
merias diri berlebihan (tabarruj).
2. Tamu undangan pria dan wanita terpisah (kecuali
anak-anak yang belum baligh).
3. Tidak perlu menyiapkan pemberian khusus untuk
mempelai atau orang tua mempelai, karena
kedatangan dan doa dari Bapak/Ibu/Sdr/i sudah
cukup bagi kami.
46. NASIHAT PENTING DARI
BAGINDA NABI SAW
ْيَرْمَأ ْمُكْيِف ُتْكَرَت
َم ا ْوُّل ِ
ضَت ْنَل ِن
ْمُتْكَّسَمَت ا
اَمِهِب
:
َّنُس َو ِهللا َابَتِك
ِهِل ْوُسَر َة
“Aku telah tinggalkan kepada kamu dua
perkara. Kamu tidak akan sesat selama
berpegang kepada keduanya, (yaitu)
Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”
(HR. Malik)
47. NASIHAT PENTING DARI
BAGINDA NABI SAW
َّنال َِطخَسِب ِ َّ
َّللا اَض ِ
ر َسَمَتْال ْنَم
ا َةَنْؤُم ُ َّ
َّللا ُهاَفَك ِ
اس
ِ
اسَّنل
ِ َّ
َّللا َِطخَسِب ِ
اسَّنال اَض ِ
ر َ
سَمَتْال ْنَم َو
َلِإ ُ َّ
َّللا ُهَلَك َو
ِ
اسَّنال
“Barangsiapa yang mencari keridhaan Allah sekalipun
memperoleh kebencian manusia, Allah akan
mencukupkan dia dari ketergantungan kepada
manusia, dan barangsiapa yang mencari keridhaan
manusia dengan mendatangkan kemurkaan dari
Allah, maka Allah akan membiarkannya bergantung
kepada manusia (Allah tidak membantunya)”.
(HR Tirmidzi)