SlideShare a Scribd company logo
Al-Ghurbah
(Keterasingan)
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalam kitab Madârijus Sâlikîn, secara
khusus membahas masalah al-ghurbah dengan pembahasan yang cukup
panjang. Karena al-ghurbah (keterasingan) merupakan kondisi yang –
biasanya – dianggap tidak menyenangkan, dan oleh orang yang belum
mampu menikmatinya, selalu disikapi dengan upaya pencarian solusi
dengan satu cara: “mencari keramaian dengan berteman”. Tetapi, kata
beliau, bagi seorang pencari kebenaran, al-ghurbah – dalam pengertian
positif -- bisa jadi merupakan sesuatu yang selalu dicari, dan ketika
diperolehnya akan dipertahankan dan dinikmati dengan senang hati.
Sementara itu, Abu Isma’il al-Harawi -- pengarang kitab ManâzilusSâ'irîn -- ketika membahas pemasalahan yang berkaitan dengan masalah alghurbah (keterasingan), menyitir firman Allah:

ٍ ِّ َ ْ ُْ ْ َِْ ِ ِ ُ ُ ْ َ ِ َ َ ْ ََ
‫فلول َ كان من القرون من قبلكُم أ ُولوا بقية‬
ْ‫ينهون عن الفساد في ال َرض إ ِل ّ قليل ً ممن‬
ّ ّ
َِ
ِ ْ
ِ ِ َ َ ْ ِ َ َ ْ َ َْ
ِ‫أنجينا منهم واتبع الذين ظلموا ما أ ُترفوا فيه‬
ِ ْ ُ ِ ْ َ ْ ُ ََ َ ِ ّ َ َّ َ ْ ُ ِْ ََْ َ
َ ِ ِ ْ ُ ْ ُ َ َ
‫وكانوا مجرمين‬
“Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orangorang yang memunyai keutamaan yang melarang untuk
(mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di
antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan
orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang
mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang
berdosa.” (QS Hûd/11: 116).
Pelandasannya kepada ayat ini -- dalam masalah ghurbah -menunjukkan kedalamannya dalam ilmu dan ma'rifah serta pemahamannya
tentang al-Quran. Orang-orang yang asing di dunia ini adalah mereka yang

1
disifati dalam ayat di atas dan mereka yang telah diisyaratkan Nabi s.a.w.
dalam sabdanya,

ََ َ َ َ ً ِ َ ُ ُ َ ّ ُ ً ِ َ ُ ْ ِ َ َ
،‫بدأ َ السل َم غريبا، ثم يعود غريبا كما بدأ‬
ِ َ َ ِ َ ُ َ َ َ ِ ِ ََ ُ ِْ َ ُ َ
‫فطوبى للغرباء قيل : يا رسول ا، ومن‬
َ َ َ َ َ ُ ِْ ُ َ ِ ّ َ َ ُ ََ ُ ْ
‫الغرباء؟ قال: الذين يصلحون إ ِذا فسد‬
ُ ّ
‫.الناس‬
“Islam itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi
asing seperti permulaannya. Maka beruntunglah orang-orang yang
asing”. Ada yang bertanya, “Siapakah orang-orang yang asing itu
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang
berbuat baik selagi manusia berbuat kerusakan.” (HR Ahmad dari
Abdurrahman bin Sanah, Musnad Ahmad ibn Hanbal, IV/73,
hadits no. 16736)
Imam Ahmad ibn Hanbal berkata: “Kami diberitahu Abdurrahman
bin Mahdi, dari Zuhair, dari Amr bin Abu Amr, dari Al-Muththalib bin
Hanthab, dari Nabi s.aw.. Beliau bersabda,

ِ َ َ ِ َ ُ َ َ
‫طوبى للغرباء قالوا : يا رسول ا ومن‬
ُ َ ِ ََ ُ ِْ َ ُ
َ َ َ َ َ ُ ِ َ َ ِ ّ َ َ ُ ََ ُ ْ
‫الغرباء؟ قال: الذين يزيدون إ ِذا نقص‬
ُ ّ
‫.الناس‬
“Beruntunglah orang-orang yang asing”. Mereka bertanya, “Wahai
Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu?” Beliau menjawab,

2
“Orang-orang yang bertambah (iman dan takwanya) selagi manusia
berkurang (iman dan takwanya).” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah,
Madârijus Sâlikîn, III/194; Isma’il bin Ja’far, Hadîts Ismâ’îl ibn
Ja’far, I/377, hadits no. 366)
Abdullah bin ‘Amr bin al’Ash berkata,

‫طوبى للغرباء، فقيل :من الغرباء يا‬
َ ُ ََ ُ ْ ِ َ َ ِ َ ِ ََ ُ ِْ َ ُ
ِ َ ِ َ ُ ِ َ ٌ َ َ َ ِ َ ُ َ
‫رسول ا؟ قال : ناس صالحون في ناس‬

ْ ُ ُ ِ ُ ْ ّ ِ ُ َْ ْ ِ ِ ْ َ ْ َ ٍ َِ ٍ ْ َ
‫.سوء كثير، من يعصيهم أَكثر ممن يطيعهم‬
“Suatu kali selagi kami bersama Nabi s.a.w., Beliau bersabda,
“Beruntunglah orang-orang yang asing”. Mereka bertanya, “Wahai
Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu?” Beliau menjawab,
“Orang-orang shalih yang sedikit jumlahnya di tengah orang-orang
yang banyak. Siapa yang mendurhakai mereka lebih banyak daripada
yang taat kepada mereka.” (HR Ahmad dari ‘Abdullah bin ‘Amr,
Musnad Ahmad ibn Hanbal, II/222, hadits no. 7072)
Beliau juga bersabda,

َ ِ َ َ ُ ََ ُ َْ ِ ّ َ َ ٍ ْ َ ّ َ ّ
‫إ ِن أ َحب شيء إِلى الله الغرباء .قال :قيل‬
ْ ِ ِ ِ ِ َ ُ ّ َ ْ َ َ ِ ََ ُ ْ ِ َ ُ َ
‫له :من الغرباء؟ قال: الفرارون بدينهم‬
َ ْ َ َ َْ َ ِ ْ
‫يجمعون إِلى عيسى ابن مريم يوم‬
َ ِ
َ َ ُ َ ْ ُ
ِ َ َِ ْ
‫.القيامة‬
“Sesungguhnya yang paling disukai Allah adalah orang-orang yang
asing”. Ada yang bertanya, “Siapakah orang-orang yang asing itu?”
Beliau menjawab, “Orang-orang yang lari sambil membawa
agamanya. Mereka berkumpul bersama Isa bin Maryam a.s.pada hari

3
kiamat.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madârijus Sâlikîn, III/195; HR
Ahmad bin Ibrahim bin Katsir ad-Dauqaqi dari ‘Abdullah bin
‘Amr bin al-‘Ash, Musnad Sa’d ibn Abî Waqqâsh, I/165, hadits no.
94; HR Ibn al-Mubarak dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, AzZuhd li ibn al-Mubârak, I/532, hadits no. 1513; HR Muhammad
bin al-Husain al-Ajiri dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, AlGhurabâ, I/49, hadits no. 37)
Dalam hadits lain disebutkan,

َ ‫بدأ َ السلم غريبا وسيعود غريبا كما بدأ‬
َ َ َ َ ً ِ َ ُ ُ ََ َ ً ِ َ ُ َ ْ ِْ َ َ
َ ْ ُ َ َ ُ ََ ُ ْ ِ َ َ َ ِْ ِ ََ ُ ِْ َ ُ َ
‫فطوبى للغرباء قيل ومن الغرباء يا رسول‬
‫ا قال الذي يحيون سنتي ويَعلمونها‬
َ َْ ُ َّ َ
ُِّ َ ْ ُْ ُ ْ ِ ّ َ َ
َ ّ
‫.الناس‬
“Islam itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi
asing seperti permulaannya. Maka beruntunglah orang-orang yang
asing”. Ada yang bertanya, “Siapakah orang-orang yang asing itu
wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang
menghidupkan Sunnahku dan mengajarkannya kepada manusia.”
(Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madârijus Sâlikîn, III/195; Yusuf alQaradhawi, Fatâwâ Mu’âshirah, II/46; HR al-Baihaqi dari ‘Auf bi
Malik, Az-Zuhd al-Kabîr li al-Baihaqiy, I/219, hadits no. 215)
Ada sebuah riwayat yang mengisahkan dialog antara antara Umar
bin al-Khathtab dengan Mu’adz bin Jabal,

ِ ِ ْ َ
‫عن عمر بن الخطاب أَنه خرج يوما إِلى مسجد‬
َ ً ْ َ َ َ َ ُ ّ ِ ّ َ ْ ِ ْ َ َ ُ ْ َ
َ‫رسول الله صلى الله عليه وسلم فوجد معاذ بن‬
ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ َّ َ ِ ََْ ُ ّ
َّ ِ ّ ِ ُ َ
4
‫جبل قاعدا عند قبر النبي صلى الله عليه وسلم يبكي‬
ِ َْ َ َّ َ ِ ََْ ُ ّ
َّ ّ ِّ ِ َْ َ ِْ ً ِ َ ٍ ََ
ِ ُ َ ْ ِ ُ ُْ ِ َ ٌ ْ َ
‫فَقال ما يبكيك قال يبكيني شيء سمعته من رسول‬
ِ ِ ُْ َ َ َ ِ ُْ َ َ َ
‫الله صلى الله عليه وسلم سمعت رسول الله صلى‬
َّ ِ ّ َ ُ َ ُ ْ ِ َ َ َّ َ ِ ََْ ُ ّ
َّ ِ ّ
ْ َ ّ َ ٌ ْ ِ ِ َّ َ ِ َ ّ ُ ُ َ َ َّ َ ِ ََْ ُ ّ
‫الله عليه وسلم يقول إِن يسير الرياء شرك وإ ِن من‬
ّ ِ ُ َ ّ ّ ِ َ َ ُ ْ ِ َ ّ َ َ َ ْ َ َ َِّ ِ ِّ َ َ
‫عادى لله وليا فقد بارز الله بالمحارَبة إِن الله يحب‬
‫ال َْبرار ال َْتقياء ال َخفياء الذين إِذا غابوا لم يفتقدوا‬
ُ َ َْ ُ ْ َ ُ َ َ َ ِ ّ َ َِ ْ ْ َ َِ ْ َ َ ْ
ُ ِ َ َ ْ ُ ُ ُُ ُ َ ْ ُ ْ ََ ْ َ ْ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ
‫و إِن حضروا لم يدعوا ولم يعرفوا قلوبهم مصابيح‬
ٍ َ ِْ ُ َ َ َْ ّ ُ ْ ِ َ ُ ُ ْ َ َ ُ ْ
‫الهدى يخرجون من كل غبراء مظلمة‬
“Dari Umar bin Khattab, bahwa suatu ketika dia keluar menuju masjid Nabi s.a.w.,
lalu berjumpa dengan Mu'adz bin Jabal yang sedang duduk di sisi Kuburan Nabi
s.a.w. sambil menangis. Maka ia pun bertanya, "Apa yang membuatmu
menangis?" Mu'adz menjawab, "Aku menangis karena sesuatu yang aku dengar
dari Rasulullah s.a.w.. Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya
riya' yang paling ringan pun sudah terhitung syirik, dan sesungguhnya orang
yang memusuhi wali Allah maka dia telah menantang bertarung dengan Allah.
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang baik lagi bertakwa dan tidak
dikenal, yaitu orang-orang yang apabila menghilang maka mereka tidak dicari-cari,
dan jika mereka hadir maka mereka tidak di kenal, hati mereka ibarat lentera-lentera
petunjuk yang muncul dari setiap bumi yang gelap." ((HR Ibnu Majah, Sunan ibn
Mâjah, V/126, hadits no. 3989).
Mereka – yang disebut dalam hadits di atas -- adalah orang-orang
asing yang terpuji dan berbahagia. Karena jumlah mereka yang sedikit di
tengah manusia yang banyak, maka mereka disebut ghurabâ' (orang-orang
yang asing). Mayoritas manusia tidak memiliki sifat-sifat ini. Para pemeluk
Islam di tengah manusia adalah orang-orang asing. Orang-orang yang
beriman di tengah para pemeluk Islam adalah orang-orang asing. Orang-

5
orang yang memiliki ma’rifah di tengah orang-orang yang beriman adalah
orang-orang asing.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengisahkan, bahwa ketika Musa a.s.
melarikan diri dari kaum Fir'aun hingga tiba di Madyan dalam keadaan
seperti yang telah dijelaskan Allah, sendirian, asing, takut dan lapar. Lalu
beliau berkata, “Ya Rabbi, aku dalam keadaan sendirian, sakit dan asing.”
Dikatakan kepada beliau, “Hai Musa, yang sendirian adalah yang tidak
memunyai pendamping seperti Aku. Orang sakit adalah yang tidak
memunyai tabib seperti Aku, dan orang yang asing adalah yang tidak
memunyai mu'amalah antara Aku dan dirinya.” (Madârijus Sâlikîn, III/196)
Selanjutnya, Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyatakan bahwa ada tiga
macam ghurbah, yaitu:
Ghurbah Pertama: Keterasingan orang-orang yang mengikuti Allah
dan Sunnah Rasul-Nya di antara manusia ini. Ini merupakan keterasingan
yang pelakunya dipuji Rasulullah s.a.w. dan tentang agama yang
dikabarkan, bahwa ia bermula dalam keadaan asing dan kembali menjadi
asing seperti permulaannya serta yang pelakunya menjadi asing.
Keterasingan ini bisa terjadi di satu tempat tanpa yang lain, di satu
waktu tanpa yang lain dan di tengah suatu kaum tanpa yang lain. Tapi yang
pasti, orang-orang yang asing ini adalah mereka yang mengikuti Allah
dengan sebenarnya. Mereka tidak berlindung kepada selain Allah, tidak
mengaitkan dengan selain Rasulullah s.a.w. dan tidak menyeru kepada
selain yang dikabarkan Rasulullah s.a.w.. Jika manusia muncul pada hari
kiamat bersama sesembahan mereka, maka orang-orang yang asing itu tetap
berada di tempat semula. Dikatakan kepada mereka: “Mengapa kalian tidak
menghadap seperti yang dilakukan manusia?” Maka mereka menjawab:
“Kami berbeda dengan manusia, dan pada hari ini kami lebih
membutuhkan karunia daripada mereka. Kami sedang menunggu Rabb
yang dulu kami sembah.”
Keterasingan ini bukan merupakan keliaran bagi orangnya, tetapi
itu merupakan kejinakan selagi manusia menjadi liar. Pelindungnya adalah

6
Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, sekalipun mayoritas
manusia memusuhi dan menelantarkannya. Di antara orang-orang yang
asing ialah seperti yang disebutkan Anas dalam haditsnya dari Nabi s.a.w.,

ْ َ ُ َ ُ َْ ُ
‫رب أ َشعث أَغبر ذي طمرين، ل َ يؤبه له، لو‬
ِ َْ ْ ِ ْ ِ َ َْ َ َ ْ ّ ُ
ُ ّ
‫.أَقسم على ا ل ََبره‬
ِ
ََ َ َ ْ
“Berapa banyak orang yang kusut dan berdebu, mengenakan dua
lembar pakaian lusuh yang tidak mengundang perhatian, namun
sekiranya dia bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah
mengabulkannya.” (Al-Bazzar, Musnad al-Bazzâr, XIII/97, hadits
no. 6459; Lajnah Fatawa bisy-Syabakah al-Islamiyyah, Fatawa
asy-Syabakah al-Islamiyyah, III/1025; Bandingkan, Ahmad ibn
Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal, III/145, hadits no. 12504; AtTirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, V/692, hadits no. 3854; ‘Abd alHamîd, Al-Muntakhab min Musnad ‘Abd ibn Hamîd, I/370, hadits
no. 1236; Al-Baihaqi, Syu’ab al-Îmân, XIII/89, hadits no. 100000,
dari Anas bin Malik; Ibnu Hibban dari Abu Hurairah, Shahîh ibn
Hibbân, XIV/403, hadits no. 6483)
Dalam hadits lain dinyatakan:

‫رب أَشعث مدفوع بال َْبواب لو أ َقسم على‬
ََ َ َ ْ ْ َ ِ َ
ِ ٍ ُ ْ َ َ َ ْ ّ ُ
ُ ّ
‫.الله ل ََبره‬
ِ ّ
“Berapa banyak orang yang rambutnya kusut, tampak dihinakan dan
di usir oleh orang-orang, namun apabila dia berdo'a kepada Allah,
pasti Allah akan mengambulkannya.” (HR Muslim dari Abu
Hurairah, Shahîh Muslim, VIII/36, hadits. No. 4754)

7
Al-Hasan berkata, “Orang yang beriman di dunia seperti orang
asing, yang kehinaannya tidak mengundang kesedihan dan yang
kemuliaannya tidak perlu disaingi. Manusia dalam satu keadaan dan dia
dalam keadaan yang lain. Manusia tidak takut terhadap dirinya, sementara
dia dalam kepayahan.”
Di antara sifat orang yang asing itu seperti yang digambarkan Nabi
s.a.w. adalah berpegang kepada as-Sunnah selagi manusia membenci asSunnah. Dia meninggalkan bid'ah yang mereka ciptakan, sekalipun bid'ah
itulah yang menjadi tradisi di tengah mereka. Dia memurnikan tauhid
sekalipun mayoritas manusia mengingkarinya. Dia meninggalkan
penisbatan kepada seseorang selain Allah dan RasulNya, entah kepada
syaikh, thariqah, madzhab dan golongan. Seperti inilah gambaran orangorang asing yang menisbatkan kepada Allah dengan ubudiyah, kepada
Rasul-Nya dengan mengikuti apa yang beliau bawa.
Orang-orang yang memenuhi dakwah Islam harus meninggalkan
kabilah dan kerabatnya, lalu masuk Islam. Mereka adalah orang-orang asing
yang sebenarnya. Setelah Islam kuat dan dakwahnya menyebar ke-manamana serta manusia masuk Islam secara berbondong-bondong, maka
keterasingan itu pun menjadi hilang. Tetapi kemudian mereka mengasingkan diri sehingga menjadi orang asing seperti keadaan semula. Islam
yang sebenarnya seperti yang ada pada masa Nabi s.a.w. dan para shahabat
benar-benar lebih asing pada zaman sekarang daripada keterasingan Islam
pada permulaannya. Sekalipun simbol, rupa dan tandatandanya yang
zhahir ada di mana-mana, tetapi Islam yang hakiki dalam keadaan asing
sekali dan para pemeluknya asing di tengah manusia. Orang yang beriman
yang meniti jalan kepada Allah berdasarkan ittibâ' dalam keadaan asing di
tengah orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan keinginannya,
mematuhi kekikirannya dan bangga dengan pendapat-pendapatnya,
sebagaimana yang disabdakan Rasulullah s.a.w.,

8
‫مروا بالمعروف وانهوا عن المنكرحتى إ ِذا‬
َ
َّ ِ َ ُْ ْ ِ َ ْ َ ْ َ ِ ُ ْ َ ْ ِ ُ ُ
ً َ َْ ُ َُْ َ ً َُّ
‫شحا مطاعا وهوى متبعا ودنيا مؤثرة‬
ً َ َ ً َ ُ ّ ُ
ّ ُ َ ً ْ َ ْ َ َ ِ َِْ ِ ٍ َْ ِ ّ ُ َ َ ْ َ
‫وإِعجاب كل ذى رأى برأيه ورأ َيت أَمرا ل بد‬
َ ّ َ َ ِ ْ َ ِ ّ َ ِ َ ََْ َ
‫لك به فعليك بخاصة نفسك وإ ِياك‬
َ َ
ٌ َْ ِ ّْ
‫وعوامهم فإن وراءكم أَيام الصبر صبر‬
َ ّ ْ ُ َ َ َ ّ َِ ْ ُ ّ َ َ َ
ُ ْ ّ ِ ِ ِ ِ َ ِْ ِ ْ َ ْ
‫فيهن كقبض على الجمر للعامل فيهن أ َجر‬
ََ ٍ َْ َ ّ ِ ِ
ِ َِ َ َ ِْ ُ َ ْ َ َ ِ ْ َ
‫.خمسين يعمل مثل عمله‬
“Suruhlah kepada yang ma'ruf dan cegahlah dari yang mungkar,
hingga jika kalian melihat kekikiran yang dipatuhi, hawa nafsu yang
diikuti, dunia yanglebih dipentingkan, setiap orangyang mengeluarkan
pendapat, kagum terhadap pendapatnya sendiri, dan jika engkau
melihat suatu urusan yang tiada penolong bagimu, maka hendaklah
engkau mengikuti dirimu sendiri secara khusus dan tinggalkanlah
mereka secara umum, karena di belakang kalian ada hari-hari, yang
pada saat itu orang-orang yang sabar seperti orang yang sedang
memegang bara api dan orang yang beramal pada saat itu pahalanya
sebanding dengan lima puluh kali amalan orang yang beramal seperti
amalnya.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madârijus Sâlikîn, III/198;
Bandingkan, Yusuf al-Qaradhawi, Fatâwâ Muâshirah, II/51)
Dalam hadits lain dinyatakan:

9
‫أَما والله لقد سألت عنها خبيرا سألت عنها‬
َ َْ ُ ََْ ً َِ َ َْ َ ََْ ْ َ َ ِ ّ َ َ
ْ‫رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال بل‬
َ َ َ َ َ َّ َ ِ ََْ ُ ّ
َّ ِ ّ َ ُ َ
‫ائتمروا بالمعروف وتناهوا عن المنكر حتى‬
َّ ِ َ ُْ ْ ْ َ ْ َ َََ ِ ُ ْ َ ْ ِ ُ ِ َْ
‫إ ِذا رأَيت شحا مطاعا وهوى متّبعا ودنيا‬
َُْ َ ً َ ُ ً َ َ ً َ ُ ّ ُ َ ْ َ َ
َ ََْ َ ِ َِْ ِ ٍ َْ ِ ّ ُ َ َ ْ َ ً َ َْ ُ
‫مؤثرة وإِعجاب كل ذي رأي برأيه فعليك‬
ْ ِ ّ َِ ّ َ َ ْ َ َْ ْ َ َ َ ِ ْ َِ ِْ َ
‫يعني بنفسك ودع عنك العوام فإن من‬
ٍ َْ ُ ْ ِ ِ ُ ّْ
‫ورائكم أَيام الصبر الصبر فيه مِثل قبض‬
ِ ّْ
َ ّ ْ ُ ِ َ َ
َ ِ ْ َ ِ ْ ُ ِْ ْ ِ ِ ِ ِ َ ِْ ِ ْ َ ْ
‫على الجمر للعامل فيهم مثل أَجر خمسين‬
ََ
‫رجل يعملون مثل عمله وزادني غيره قال يا‬
َ َ َ ُ ُ َْ
َِ َ َ ِ َِ َ َ ِْ َ َُ ْ َ ً ُ َ
ُ ْ َ َ ْ ُ ِْ َ ِ ْ َ ُ ْ ِ ّ َ ُ َ
‫رسول الله أَجر خمسين منهم قال أ َجر‬
ْ ُ ِْ َ ِ ْ َ
‫.خمسين منكم‬
“Demi Allah, engkau telah menanyakan hal itu kepada orang yang
tepat. Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, beliau lalu menjawab: “Bahkan perintahkanlah
kepada perkara yang ma'ruf dan cegahlah dari perkara yang mungkar,
sehingga ketika engkau melihat sifat kikir ditaati, hawa nafsu diikuti,
dunia lebih diutamakan (dari urusan agama), dan setiap orang bangga
dengan pendapatnya sendiri, maka hendaklah engkau jaga dirimu
sendiri, dan jauhilah orang-orang awam (bodoh). Sebab di belakang
kalian ada hari-hari (yang kalian wajib) bersabar, sabar pada saat itu
seperti seseorang yang memegang bara api, dan orang yang beramal
pada saat itu pahalanya sebanding dengan lima puluh kali amalan
orang yang beramal seperti amalnya, ia menambahkan untukku,
“seperti amalan selainnya.” Abu Tsa'labah bertanya, “Wahai
Rasulullah, seperti pahala lima puluh orang dari mereka!” beliau

10
menjawab: “(Bahkan) seperti pahala lima puluh orang dari kalian.”
(HR Abu Dawud dari Abu Tsa'labah al-Khusyani, Sunan Abî
Dâwud, IV/215, hadits no. 3778)
Orang yang beriman yang benar adalah orang asing dalam
agamanya karena kerusakan agama manusia, asing dalam keteguhannya
berpegang kepada as-Sunnah karena manusia berpegang kepada bid'ah,
asing dalam akidahnya karena kerusakan keyakinan mereka, asing dalam
shalatnya karena keburukan shalat mereka, asing dalam jalannya karena
kesesatan jalan mereka, asing dalam pergaulannya dengan mereka karena
dia mempergauli mereka tidak seperti yang mereka kehendaki. Secara
umum dia adalah orang asing dalam urusan dunia dan akhiratnya, tidak
mendapatkan dukungan dan pertolongan dari manusia secara umum.
Ghurbah Kedua: Ghurbah yang tercela, yaitu keterasingan orangorang yang batil dan yang berbuat keji di tengah orang-orang yang benar
dan lurus. Ini berarti mengasingkan diri dari golongan Allah yang
mendapat keberuntungan. Sekalipun jumlah mereka itu banyak, tetapi
mereka tetap disebut orang-orang asing. Mereka dikenal di antara penghuni
bumi namun tidak dikenal di antara penghuni langit.
Ghurbah Ketiga: Ghurbah yang tidak terpuji dan juga tidak tercela.
Ini merupakan keterasingan karena meninggalkan kampung halaman.
Semua manusia di dunia ini adalah orang asing, karena memang dunia ini
bukan merupakan tempat yang abadi bagi mereka dan bukan merupakan
tempat yang diciptakan sebagai tempat yang abadi. Nabi s.a.w. pernah
bersabda kepada Abdullah bin Umar r.a.,

،‫كن في الدنيا كأنك غريب، أَو عابر سبيل‬
ٍ َِ ُ ِ َ ْ ٌ ِ َ َ ََّ َّْ
ِ ْ ُ
ِ ِ ََْ َ َ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ
‫وكان ابن عمر يقول إ ِذا أَمسيْت فل َ تنتظر‬
َ َ َ ْ ِ ِ ََْ َ َ ْ َْ
‫الصباح، وإ ِذا أَصبحت فل َ تنتظر المساء‬
َ َ َ َّ
11
‫وخذ من صحتك لمرضك ومن حياتك‬
َ ِ ََ ْ ِ َ َ ِ َ َ ِ َ ِّ ِ ْ ِ ْ ُ َ
َ ِْ َ ِ
‫.لموتك‬
“Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang
pengembara.” Ibnu Umar juga berkata; 'Bila kamu berada di sore hari,
maka janganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila
kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore,
pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu
sebelum matimu.” (HR al-Bukhari dari Abdullah bin Umar, Shahîh
al-Bukhâriy, VIII/110, hadits no. 6416)
Bagaimana tidak disebut orang asing jika di dunia ini seorang
hamba adalah orang yang sedang dalam perjalanan, yang dalam
perjalanannya itu dia hanya bisa beristirahat di antara orang-orang yang
berbaring di kuburnya?
Al-Harawi, pengarang kitab Manâzilus-Sâ'irîn, mengatakan:
“Keterasingan merupakan perkara yang diisyaratkan kepada kesendirian
tanpa ada yang menyertai.”Artinya, setiap orang yang menyendiri dengan
suatu sifat yang mulia, sementara orang lain tidak memilikinya, maka dia
adalah orang asing di tengah-tengah mereka.
Ada tiga derajat ghurbah, yaitu:
1. Ghurbah karena meninggalkan kampung halaman. Kematian orang

asing ini merupakan mati syahid. Jarak antara kuburannya dan
kampung halamannya akan diukur, dan pada hari kiamat akan
dihimpun bersama Isa bin Maryam.

Ghurbah dalam pengertian ini adalah memisahkan atau
meninggalkan, bisa dengan fisik atau dengan tujuan dan keadaan,
atau dengan kedua-duanya secara berbarengan. Kematian orang

12
asing yang berarti mati syahid, diisyaratkan kepada hadits yang
diriwayatkan dari Hisyam bin Hassan, dari Ibnu Sirin, dari Abu
Hurairah r.a., dari Nabi s.a.w., beliau bersabda, “Kematian orang
asing adalah syahid.” Tetapi hadits ini tidak kuat dan diriwayatkan
dari beberapa jalan yang sedikit pun tidak ada yang shahih. Menurut
Al-Imam Ahmad, ini adalah ‘hadits mungkar’.

Pengukuran antara kuburannya dan kampung halamannya,
diisyaratkan kepada riwayat Abdullah bin Wahb, dia berkata, “Aku
diberitahu Huyai bin Abdullah, dari Abdurrahman al-Bajaliy, dari
Abdullah bin Amr, dia berkata, “Ada seseorang meninggal dunia di
Madinah dan dia termasuk orang yang dilahirkan di sana. Lalu
Rasulullah s.a.w. menshalati jenazahnya. Beliau bersabda, “Sekiranya
dia meninggal tidak di tempat dia dilahirkan.” Ada seseorang yang
bertanya, “Mengapa begitu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,
“Sesungguhnya jika seseorang meninggal dunia, maka akan diukur
pahala bagi dirinya di surga antara tempat kelahirannya dan tempat
meninggalnya.” Hadits ini diriwayatkan Ibnu Luhai'ah dengan isnad
ini.

Suatu kali Rasulullah s.a.w. berdiri di dekat kuburan seseorang di
Madinah. Lalu beliau bersabda, “Sekiranya dia meninggal sebagai
orang asing.” Ada yang bertanya, “Ada apa dengan orang asing yang
meninggal tidak di kampung halamannya?” Beliau menjawab,
“Tidaklah ada orang asing yang meninggal dunia tidak di kampung
halamannya, melainkan di surga akan diukur antara tempat
meninggalnya dan tempat kelahirannya. Perkataannya: “Pada hari
kiamat akan dihimpun bersama Isa bin Maryam”, diisyaratkan
kepada hadits riwayat Al-Imam Ahmad, dari Al-Qasim bin Jamil,
dari Muhammad bin Muslim, dari Utsman bin Abdullah bin Idris,
dari Sulaiman bin Hurmuz, dari Abdullah bin ‘Amr, dia berkata,
“Rasulullah s.a.w. bersabda, “Yang paling disukai Allah adalah

13
orang-orang asing.” Ada yang bertanya, “Ada apa dengan orangorang asing wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka yang
melarikan diri sambil membawa agamanya akan berhimpun bersama
Isa bin Maryam pada hari kiamat.”

2. Ghurbah keadaan. Ini termasuk orang-orang asing yang mendapat

keberuntungan, yaitu orang shalih pada zaman yang rusak dan
berada di tengah kaum yang rusak, atau orang pandai di antara
orang-orang yang bodoh, atau orang jujur di antara orang-orang
munafik. Yang dimaksudkan keadaan di sini adalah sifat yang
dimiliki, berupa agama dan berpegang kepada as-Sunnah, dan bukan
keadaan menurut pemahaman yang umum dipakai. Pelakunya
adalah orang yang mengetahui kebenaran, melaksanakan dan juga
mendakwahkannya. Syaikh mengelompokkan orang-orang asing
dalam derajat ini menjadi tiga macam: (1) Orang yang shalih dan
berpegang kepada agama di tengah orang-orang yang rusak, (2)
orang yang memiliki ilmu dan ma’rifah di tengah orang-orang yang
bodoh, (3) orang jujur dan ikhlas di tengah orang-orang yang
munafik dan pendusta. Sifat dan keadaan mereka menajikan sifat
orang-orang di sekelilingnya. Perumpamaan orang-orang asing di
tengah kaumnya ini seperti seekor burung yang asing di tengah
gerombolan burung.

3. Ghurbah hasrat, yaitu keterasingan dalam mencari kebenaran, atau

ghurbah orang yang memiliki ma’rifah. Sebab orang yang memiliki
ma’rifah adalah orang asing dalam kesaksiannya, apa yang menyertai
kesaksiannya juga asing. Wujud dzatnya tidak terbebani ilmu.
Keterasingan orang yang memiliki ma’rifah adalah keterasingan dari
keterasingan. Sebab dia orang asing bagi penghuni dunia dan juga
orang asing bagi penghuni akhirat.

14
Derajat ini lebih tinggi tingkatannya daripada derajat sebelumnya.
Karena yang pertama merupakan ghurbah dengan fisik, dan yang
kedua merupakan ghurbah dengan perbuatan dan keadaan.
Sedangkan derajat ini merupakan ghurbah dengan hasrat. Hasrat
orang yang memiliki ma’rifah berkutat di sekitar ma’rifah. Dia tidak
dikenal di antara orang-orang yang menghendaki akhirat, terlebih
lagi di antara orang-orang yang menghendaki dunia, sebagaimana
orang yang mencari akhirat adalah orang asing di tengah orangorang yang mencari akhirat.
Demikianlah kajian tentang al-ghurbah yang diketengahkan oleh
Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Dan pertanyaan pentingnya: “Sejauhmanakah kita
telah menikmati keberadaannya dalam proses pencarian kebenaran kita?”

15

More Related Content

What's hot

kesempurnaan islam
kesempurnaan islamkesempurnaan islam
kesempurnaan islam
irwanimaduddin
 
Syaksiyyah da’iyah
Syaksiyyah da’iyahSyaksiyyah da’iyah
Syaksiyyah da’iyah
Asdianur Hadi
 
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuanNikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
FitriHastuti2
 
Pentingnya Taqwa dalam Kehidupan
Pentingnya Taqwa dalam KehidupanPentingnya Taqwa dalam Kehidupan
Pentingnya Taqwa dalam Kehidupan
Erwin Wahyu
 
Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk
Sirah Nabawiyah: Perang TabukSirah Nabawiyah: Perang Tabuk
Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk
PAUSIL ABU
 
Ilmu Kalam - Khawarij
Ilmu Kalam - KhawarijIlmu Kalam - Khawarij
Ilmu Kalam - Khawarij
Islamic Studies
 
Urgensi Tarbiyah
Urgensi Tarbiyah Urgensi Tarbiyah
Urgensi Tarbiyah
yahdi siradj
 
PPT_Berpikir-Kritis-dan-Demokrasi RPP 2 DAN 3.pptx
PPT_Berpikir-Kritis-dan-Demokrasi RPP 2 DAN 3.pptxPPT_Berpikir-Kritis-dan-Demokrasi RPP 2 DAN 3.pptx
PPT_Berpikir-Kritis-dan-Demokrasi RPP 2 DAN 3.pptx
choco921
 
Presentasi Fiqh Siyasah 2
Presentasi Fiqh Siyasah 2Presentasi Fiqh Siyasah 2
Presentasi Fiqh Siyasah 2Marhamah Saleh
 
Sirah Nabawiyah 01: Muqaddimah
Sirah Nabawiyah 01: MuqaddimahSirah Nabawiyah 01: Muqaddimah
Sirah Nabawiyah 01: Muqaddimah
AbuNailah
 
Rukun ke 5 tadhiyah
Rukun ke 5 tadhiyahRukun ke 5 tadhiyah
Rukun ke 5 tadhiyah
artja_id
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
arfian kurniawan
 
Apa bentuk komitmen saya kepada Islam
Apa bentuk komitmen saya kepada IslamApa bentuk komitmen saya kepada Islam
Apa bentuk komitmen saya kepada Islam
Salman Al-Farisi
 
Perilaku jujur (agama Islam) kelas X
Perilaku jujur (agama Islam) kelas XPerilaku jujur (agama Islam) kelas X
Perilaku jujur (agama Islam) kelas X
ecstasya
 
4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah
4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah
4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah
Ahmad Harmoko
 
Urgensi tarbiyah
Urgensi tarbiyahUrgensi tarbiyah
Urgensi tarbiyah
mumtaz01
 

What's hot (20)

Fathu Makkah
Fathu MakkahFathu Makkah
Fathu Makkah
 
kesempurnaan islam
kesempurnaan islamkesempurnaan islam
kesempurnaan islam
 
Syaksiyyah da’iyah
Syaksiyyah da’iyahSyaksiyyah da’iyah
Syaksiyyah da’iyah
 
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuanNikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
Nikmatnya menuntut ilmu dan berbagi ilmu pengetahuan
 
Pentingnya Taqwa dalam Kehidupan
Pentingnya Taqwa dalam KehidupanPentingnya Taqwa dalam Kehidupan
Pentingnya Taqwa dalam Kehidupan
 
Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk
Sirah Nabawiyah: Perang TabukSirah Nabawiyah: Perang Tabuk
Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk
 
Ilmu Kalam - Khawarij
Ilmu Kalam - KhawarijIlmu Kalam - Khawarij
Ilmu Kalam - Khawarij
 
Urgensi Tarbiyah
Urgensi Tarbiyah Urgensi Tarbiyah
Urgensi Tarbiyah
 
Jalan dakwah
Jalan dakwahJalan dakwah
Jalan dakwah
 
PPT_Berpikir-Kritis-dan-Demokrasi RPP 2 DAN 3.pptx
PPT_Berpikir-Kritis-dan-Demokrasi RPP 2 DAN 3.pptxPPT_Berpikir-Kritis-dan-Demokrasi RPP 2 DAN 3.pptx
PPT_Berpikir-Kritis-dan-Demokrasi RPP 2 DAN 3.pptx
 
Presentasi Fiqh Siyasah 2
Presentasi Fiqh Siyasah 2Presentasi Fiqh Siyasah 2
Presentasi Fiqh Siyasah 2
 
Sirah Nabawiyah 01: Muqaddimah
Sirah Nabawiyah 01: MuqaddimahSirah Nabawiyah 01: Muqaddimah
Sirah Nabawiyah 01: Muqaddimah
 
Rukun ke 5 tadhiyah
Rukun ke 5 tadhiyahRukun ke 5 tadhiyah
Rukun ke 5 tadhiyah
 
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARITAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
 
Apa bentuk komitmen saya kepada Islam
Apa bentuk komitmen saya kepada IslamApa bentuk komitmen saya kepada Islam
Apa bentuk komitmen saya kepada Islam
 
Tafsir surat al adiyat
Tafsir surat al adiyatTafsir surat al adiyat
Tafsir surat al adiyat
 
Perilaku jujur (agama Islam) kelas X
Perilaku jujur (agama Islam) kelas XPerilaku jujur (agama Islam) kelas X
Perilaku jujur (agama Islam) kelas X
 
4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah
4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah
4. ISLAM aqidah siyasiyyah Dan Aqidah Ruhiyah
 
Ppt fiqh syahadat
Ppt fiqh syahadatPpt fiqh syahadat
Ppt fiqh syahadat
 
Urgensi tarbiyah
Urgensi tarbiyahUrgensi tarbiyah
Urgensi tarbiyah
 

Similar to Al ghurbah (keterasingan)

36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
Gua Syed Al Yahya
 
Sikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
Sikap Para Imam Terhadap KhilafiyahSikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
Sikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
Agus Suhartono
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Hadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'ifHadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'if
Jimatul Arrobi
 
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelEdi Awaludin
 
kesesatan kitab barzanji, qashidah burdah dan maulid syarafil anam
 kesesatan kitab barzanji, qashidah burdah dan maulid syarafil anam kesesatan kitab barzanji, qashidah burdah dan maulid syarafil anam
kesesatan kitab barzanji, qashidah burdah dan maulid syarafil anam
R&R Darulkautsar
 
Hukum doa berjamaah
Hukum doa berjamaahHukum doa berjamaah
Hukum doa berjamaah
El Wafi
 
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlahPokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlahbar-bar
 
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlahPokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlahbar-bar
 
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdfZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
LongMarch2
 
Khutbah rasulullah saaw di ghadir khum (pengangkatan imam ali as)
Khutbah rasulullah saaw di ghadir khum (pengangkatan imam ali as)Khutbah rasulullah saaw di ghadir khum (pengangkatan imam ali as)
Khutbah rasulullah saaw di ghadir khum (pengangkatan imam ali as)
Toto Dwiarso
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
Muhsin Hariyanto
 
Bab i hr. bukhari muslim
Bab i hr. bukhari muslimBab i hr. bukhari muslim
Bab i hr. bukhari muslimDhya Ramdhani
 
KHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUM
KHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUMKHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUM
KHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUM
primagraphology consulting
 
Buletin jumat al furqon tahun 05 volume 03 nomor 01 turunnya isa almasih di ...
Buletin jumat al furqon tahun 05 volume 03 nomor 01  turunnya isa almasih di ...Buletin jumat al furqon tahun 05 volume 03 nomor 01  turunnya isa almasih di ...
Buletin jumat al furqon tahun 05 volume 03 nomor 01 turunnya isa almasih di ...
muslimdocuments
 

Similar to Al ghurbah (keterasingan) (20)

Al ghurbah
Al ghurbahAl ghurbah
Al ghurbah
 
Al ghurbah
Al ghurbahAl ghurbah
Al ghurbah
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
 
Sikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
Sikap Para Imam Terhadap KhilafiyahSikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
Sikap Para Imam Terhadap Khilafiyah
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Hadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'ifHadits Shohih, Hasan, Dha'if
Hadits Shohih, Hasan, Dha'if
 
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
 
kesesatan kitab barzanji, qashidah burdah dan maulid syarafil anam
 kesesatan kitab barzanji, qashidah burdah dan maulid syarafil anam kesesatan kitab barzanji, qashidah burdah dan maulid syarafil anam
kesesatan kitab barzanji, qashidah burdah dan maulid syarafil anam
 
Hukum doa berjamaah
Hukum doa berjamaahHukum doa berjamaah
Hukum doa berjamaah
 
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlahPokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
 
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlahPokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
Pokok pokok kesesatan aqidah rafidlah
 
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdfZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
ZIARAH KUBUR, arti, hukum, hilmah dan manfaat.pdf
 
Khutbah rasulullah saaw di ghadir khum (pengangkatan imam ali as)
Khutbah rasulullah saaw di ghadir khum (pengangkatan imam ali as)Khutbah rasulullah saaw di ghadir khum (pengangkatan imam ali as)
Khutbah rasulullah saaw di ghadir khum (pengangkatan imam ali as)
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
qus bin sa'adah
qus bin sa'adahqus bin sa'adah
qus bin sa'adah
 
Bab i hr. bukhari muslim
Bab i hr. bukhari muslimBab i hr. bukhari muslim
Bab i hr. bukhari muslim
 
KHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUM
KHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUMKHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUM
KHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUM
 
Buletin jumat al furqon tahun 05 volume 03 nomor 01 turunnya isa almasih di ...
Buletin jumat al furqon tahun 05 volume 03 nomor 01  turunnya isa almasih di ...Buletin jumat al furqon tahun 05 volume 03 nomor 01  turunnya isa almasih di ...
Buletin jumat al furqon tahun 05 volume 03 nomor 01 turunnya isa almasih di ...
 

More from Muhsin Hariyanto

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
Muhsin Hariyanto
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Al ghurbah (keterasingan)

  • 1. Al-Ghurbah (Keterasingan) Ibnu Qayyim al-Jauziyah, dalam kitab Madârijus Sâlikîn, secara khusus membahas masalah al-ghurbah dengan pembahasan yang cukup panjang. Karena al-ghurbah (keterasingan) merupakan kondisi yang – biasanya – dianggap tidak menyenangkan, dan oleh orang yang belum mampu menikmatinya, selalu disikapi dengan upaya pencarian solusi dengan satu cara: “mencari keramaian dengan berteman”. Tetapi, kata beliau, bagi seorang pencari kebenaran, al-ghurbah – dalam pengertian positif -- bisa jadi merupakan sesuatu yang selalu dicari, dan ketika diperolehnya akan dipertahankan dan dinikmati dengan senang hati. Sementara itu, Abu Isma’il al-Harawi -- pengarang kitab ManâzilusSâ'irîn -- ketika membahas pemasalahan yang berkaitan dengan masalah alghurbah (keterasingan), menyitir firman Allah: ٍ ِّ َ ْ ُْ ْ َِْ ِ ِ ُ ُ ْ َ ِ َ َ ْ ََ ‫فلول َ كان من القرون من قبلكُم أ ُولوا بقية‬ ْ‫ينهون عن الفساد في ال َرض إ ِل ّ قليل ً ممن‬ ّ ّ َِ ِ ْ ِ ِ َ َ ْ ِ َ َ ْ َ َْ ِ‫أنجينا منهم واتبع الذين ظلموا ما أ ُترفوا فيه‬ ِ ْ ُ ِ ْ َ ْ ُ ََ َ ِ ّ َ َّ َ ْ ُ ِْ ََْ َ َ ِ ِ ْ ُ ْ ُ َ َ ‫وكانوا مجرمين‬ “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orangorang yang memunyai keutamaan yang melarang untuk (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa.” (QS Hûd/11: 116). Pelandasannya kepada ayat ini -- dalam masalah ghurbah -menunjukkan kedalamannya dalam ilmu dan ma'rifah serta pemahamannya tentang al-Quran. Orang-orang yang asing di dunia ini adalah mereka yang 1
  • 2. disifati dalam ayat di atas dan mereka yang telah diisyaratkan Nabi s.a.w. dalam sabdanya, ََ َ َ َ ً ِ َ ُ ُ َ ّ ُ ً ِ َ ُ ْ ِ َ َ ،‫بدأ َ السل َم غريبا، ثم يعود غريبا كما بدأ‬ ِ َ َ ِ َ ُ َ َ َ ِ ِ ََ ُ ِْ َ ُ َ ‫فطوبى للغرباء قيل : يا رسول ا، ومن‬ َ َ َ َ َ ُ ِْ ُ َ ِ ّ َ َ ُ ََ ُ ْ ‫الغرباء؟ قال: الذين يصلحون إ ِذا فسد‬ ُ ّ ‫.الناس‬ “Islam itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing seperti permulaannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing”. Ada yang bertanya, “Siapakah orang-orang yang asing itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang berbuat baik selagi manusia berbuat kerusakan.” (HR Ahmad dari Abdurrahman bin Sanah, Musnad Ahmad ibn Hanbal, IV/73, hadits no. 16736) Imam Ahmad ibn Hanbal berkata: “Kami diberitahu Abdurrahman bin Mahdi, dari Zuhair, dari Amr bin Abu Amr, dari Al-Muththalib bin Hanthab, dari Nabi s.aw.. Beliau bersabda, ِ َ َ ِ َ ُ َ َ ‫طوبى للغرباء قالوا : يا رسول ا ومن‬ ُ َ ِ ََ ُ ِْ َ ُ َ َ َ َ َ ُ ِ َ َ ِ ّ َ َ ُ ََ ُ ْ ‫الغرباء؟ قال: الذين يزيدون إ ِذا نقص‬ ُ ّ ‫.الناس‬ “Beruntunglah orang-orang yang asing”. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu?” Beliau menjawab, 2
  • 3. “Orang-orang yang bertambah (iman dan takwanya) selagi manusia berkurang (iman dan takwanya).” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madârijus Sâlikîn, III/194; Isma’il bin Ja’far, Hadîts Ismâ’îl ibn Ja’far, I/377, hadits no. 366) Abdullah bin ‘Amr bin al’Ash berkata, ‫طوبى للغرباء، فقيل :من الغرباء يا‬ َ ُ ََ ُ ْ ِ َ َ ِ َ ِ ََ ُ ِْ َ ُ ِ َ ِ َ ُ ِ َ ٌ َ َ َ ِ َ ُ َ ‫رسول ا؟ قال : ناس صالحون في ناس‬ ْ ُ ُ ِ ُ ْ ّ ِ ُ َْ ْ ِ ِ ْ َ ْ َ ٍ َِ ٍ ْ َ ‫.سوء كثير، من يعصيهم أَكثر ممن يطيعهم‬ “Suatu kali selagi kami bersama Nabi s.a.w., Beliau bersabda, “Beruntunglah orang-orang yang asing”. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang-orang yang asing itu?” Beliau menjawab, “Orang-orang shalih yang sedikit jumlahnya di tengah orang-orang yang banyak. Siapa yang mendurhakai mereka lebih banyak daripada yang taat kepada mereka.” (HR Ahmad dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Musnad Ahmad ibn Hanbal, II/222, hadits no. 7072) Beliau juga bersabda, َ ِ َ َ ُ ََ ُ َْ ِ ّ َ َ ٍ ْ َ ّ َ ّ ‫إ ِن أ َحب شيء إِلى الله الغرباء .قال :قيل‬ ْ ِ ِ ِ ِ َ ُ ّ َ ْ َ َ ِ ََ ُ ْ ِ َ ُ َ ‫له :من الغرباء؟ قال: الفرارون بدينهم‬ َ ْ َ َ َْ َ ِ ْ ‫يجمعون إِلى عيسى ابن مريم يوم‬ َ ِ َ َ ُ َ ْ ُ ِ َ َِ ْ ‫.القيامة‬ “Sesungguhnya yang paling disukai Allah adalah orang-orang yang asing”. Ada yang bertanya, “Siapakah orang-orang yang asing itu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang lari sambil membawa agamanya. Mereka berkumpul bersama Isa bin Maryam a.s.pada hari 3
  • 4. kiamat.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madârijus Sâlikîn, III/195; HR Ahmad bin Ibrahim bin Katsir ad-Dauqaqi dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, Musnad Sa’d ibn Abî Waqqâsh, I/165, hadits no. 94; HR Ibn al-Mubarak dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, AzZuhd li ibn al-Mubârak, I/532, hadits no. 1513; HR Muhammad bin al-Husain al-Ajiri dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash, AlGhurabâ, I/49, hadits no. 37) Dalam hadits lain disebutkan, َ ‫بدأ َ السلم غريبا وسيعود غريبا كما بدأ‬ َ َ َ َ ً ِ َ ُ ُ ََ َ ً ِ َ ُ َ ْ ِْ َ َ َ ْ ُ َ َ ُ ََ ُ ْ ِ َ َ َ ِْ ِ ََ ُ ِْ َ ُ َ ‫فطوبى للغرباء قيل ومن الغرباء يا رسول‬ ‫ا قال الذي يحيون سنتي ويَعلمونها‬ َ َْ ُ َّ َ ُِّ َ ْ ُْ ُ ْ ِ ّ َ َ َ ّ ‫.الناس‬ “Islam itu bermula dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing seperti permulaannya. Maka beruntunglah orang-orang yang asing”. Ada yang bertanya, “Siapakah orang-orang yang asing itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Yaitu orang-orang yang menghidupkan Sunnahku dan mengajarkannya kepada manusia.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madârijus Sâlikîn, III/195; Yusuf alQaradhawi, Fatâwâ Mu’âshirah, II/46; HR al-Baihaqi dari ‘Auf bi Malik, Az-Zuhd al-Kabîr li al-Baihaqiy, I/219, hadits no. 215) Ada sebuah riwayat yang mengisahkan dialog antara antara Umar bin al-Khathtab dengan Mu’adz bin Jabal, ِ ِ ْ َ ‫عن عمر بن الخطاب أَنه خرج يوما إِلى مسجد‬ َ ً ْ َ َ َ َ ُ ّ ِ ّ َ ْ ِ ْ َ َ ُ ْ َ َ‫رسول الله صلى الله عليه وسلم فوجد معاذ بن‬ ْ َ َ ُ َ َ َ َ َ َّ َ ِ ََْ ُ ّ َّ ِ ّ ِ ُ َ 4
  • 5. ‫جبل قاعدا عند قبر النبي صلى الله عليه وسلم يبكي‬ ِ َْ َ َّ َ ِ ََْ ُ ّ َّ ّ ِّ ِ َْ َ ِْ ً ِ َ ٍ ََ ِ ُ َ ْ ِ ُ ُْ ِ َ ٌ ْ َ ‫فَقال ما يبكيك قال يبكيني شيء سمعته من رسول‬ ِ ِ ُْ َ َ َ ِ ُْ َ َ َ ‫الله صلى الله عليه وسلم سمعت رسول الله صلى‬ َّ ِ ّ َ ُ َ ُ ْ ِ َ َ َّ َ ِ ََْ ُ ّ َّ ِ ّ ْ َ ّ َ ٌ ْ ِ ِ َّ َ ِ َ ّ ُ ُ َ َ َّ َ ِ ََْ ُ ّ ‫الله عليه وسلم يقول إِن يسير الرياء شرك وإ ِن من‬ ّ ِ ُ َ ّ ّ ِ َ َ ُ ْ ِ َ ّ َ َ َ ْ َ َ َِّ ِ ِّ َ َ ‫عادى لله وليا فقد بارز الله بالمحارَبة إِن الله يحب‬ ‫ال َْبرار ال َْتقياء ال َخفياء الذين إِذا غابوا لم يفتقدوا‬ ُ َ َْ ُ ْ َ ُ َ َ َ ِ ّ َ َِ ْ ْ َ َِ ْ َ َ ْ ُ ِ َ َ ْ ُ ُ ُُ ُ َ ْ ُ ْ ََ ْ َ ْ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ ‫و إِن حضروا لم يدعوا ولم يعرفوا قلوبهم مصابيح‬ ٍ َ ِْ ُ َ َ َْ ّ ُ ْ ِ َ ُ ُ ْ َ َ ُ ْ ‫الهدى يخرجون من كل غبراء مظلمة‬ “Dari Umar bin Khattab, bahwa suatu ketika dia keluar menuju masjid Nabi s.a.w., lalu berjumpa dengan Mu'adz bin Jabal yang sedang duduk di sisi Kuburan Nabi s.a.w. sambil menangis. Maka ia pun bertanya, "Apa yang membuatmu menangis?" Mu'adz menjawab, "Aku menangis karena sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah s.a.w.. Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya riya' yang paling ringan pun sudah terhitung syirik, dan sesungguhnya orang yang memusuhi wali Allah maka dia telah menantang bertarung dengan Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang baik lagi bertakwa dan tidak dikenal, yaitu orang-orang yang apabila menghilang maka mereka tidak dicari-cari, dan jika mereka hadir maka mereka tidak di kenal, hati mereka ibarat lentera-lentera petunjuk yang muncul dari setiap bumi yang gelap." ((HR Ibnu Majah, Sunan ibn Mâjah, V/126, hadits no. 3989). Mereka – yang disebut dalam hadits di atas -- adalah orang-orang asing yang terpuji dan berbahagia. Karena jumlah mereka yang sedikit di tengah manusia yang banyak, maka mereka disebut ghurabâ' (orang-orang yang asing). Mayoritas manusia tidak memiliki sifat-sifat ini. Para pemeluk Islam di tengah manusia adalah orang-orang asing. Orang-orang yang beriman di tengah para pemeluk Islam adalah orang-orang asing. Orang- 5
  • 6. orang yang memiliki ma’rifah di tengah orang-orang yang beriman adalah orang-orang asing. Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengisahkan, bahwa ketika Musa a.s. melarikan diri dari kaum Fir'aun hingga tiba di Madyan dalam keadaan seperti yang telah dijelaskan Allah, sendirian, asing, takut dan lapar. Lalu beliau berkata, “Ya Rabbi, aku dalam keadaan sendirian, sakit dan asing.” Dikatakan kepada beliau, “Hai Musa, yang sendirian adalah yang tidak memunyai pendamping seperti Aku. Orang sakit adalah yang tidak memunyai tabib seperti Aku, dan orang yang asing adalah yang tidak memunyai mu'amalah antara Aku dan dirinya.” (Madârijus Sâlikîn, III/196) Selanjutnya, Ibnu Qayyim al-Jauziyah menyatakan bahwa ada tiga macam ghurbah, yaitu: Ghurbah Pertama: Keterasingan orang-orang yang mengikuti Allah dan Sunnah Rasul-Nya di antara manusia ini. Ini merupakan keterasingan yang pelakunya dipuji Rasulullah s.a.w. dan tentang agama yang dikabarkan, bahwa ia bermula dalam keadaan asing dan kembali menjadi asing seperti permulaannya serta yang pelakunya menjadi asing. Keterasingan ini bisa terjadi di satu tempat tanpa yang lain, di satu waktu tanpa yang lain dan di tengah suatu kaum tanpa yang lain. Tapi yang pasti, orang-orang yang asing ini adalah mereka yang mengikuti Allah dengan sebenarnya. Mereka tidak berlindung kepada selain Allah, tidak mengaitkan dengan selain Rasulullah s.a.w. dan tidak menyeru kepada selain yang dikabarkan Rasulullah s.a.w.. Jika manusia muncul pada hari kiamat bersama sesembahan mereka, maka orang-orang yang asing itu tetap berada di tempat semula. Dikatakan kepada mereka: “Mengapa kalian tidak menghadap seperti yang dilakukan manusia?” Maka mereka menjawab: “Kami berbeda dengan manusia, dan pada hari ini kami lebih membutuhkan karunia daripada mereka. Kami sedang menunggu Rabb yang dulu kami sembah.” Keterasingan ini bukan merupakan keliaran bagi orangnya, tetapi itu merupakan kejinakan selagi manusia menjadi liar. Pelindungnya adalah 6
  • 7. Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, sekalipun mayoritas manusia memusuhi dan menelantarkannya. Di antara orang-orang yang asing ialah seperti yang disebutkan Anas dalam haditsnya dari Nabi s.a.w., ْ َ ُ َ ُ َْ ُ ‫رب أ َشعث أَغبر ذي طمرين، ل َ يؤبه له، لو‬ ِ َْ ْ ِ ْ ِ َ َْ َ َ ْ ّ ُ ُ ّ ‫.أَقسم على ا ل ََبره‬ ِ ََ َ َ ْ “Berapa banyak orang yang kusut dan berdebu, mengenakan dua lembar pakaian lusuh yang tidak mengundang perhatian, namun sekiranya dia bersumpah atas nama Allah, niscaya Allah mengabulkannya.” (Al-Bazzar, Musnad al-Bazzâr, XIII/97, hadits no. 6459; Lajnah Fatawa bisy-Syabakah al-Islamiyyah, Fatawa asy-Syabakah al-Islamiyyah, III/1025; Bandingkan, Ahmad ibn Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal, III/145, hadits no. 12504; AtTirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, V/692, hadits no. 3854; ‘Abd alHamîd, Al-Muntakhab min Musnad ‘Abd ibn Hamîd, I/370, hadits no. 1236; Al-Baihaqi, Syu’ab al-Îmân, XIII/89, hadits no. 100000, dari Anas bin Malik; Ibnu Hibban dari Abu Hurairah, Shahîh ibn Hibbân, XIV/403, hadits no. 6483) Dalam hadits lain dinyatakan: ‫رب أَشعث مدفوع بال َْبواب لو أ َقسم على‬ ََ َ َ ْ ْ َ ِ َ ِ ٍ ُ ْ َ َ َ ْ ّ ُ ُ ّ ‫.الله ل ََبره‬ ِ ّ “Berapa banyak orang yang rambutnya kusut, tampak dihinakan dan di usir oleh orang-orang, namun apabila dia berdo'a kepada Allah, pasti Allah akan mengambulkannya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah, Shahîh Muslim, VIII/36, hadits. No. 4754) 7
  • 8. Al-Hasan berkata, “Orang yang beriman di dunia seperti orang asing, yang kehinaannya tidak mengundang kesedihan dan yang kemuliaannya tidak perlu disaingi. Manusia dalam satu keadaan dan dia dalam keadaan yang lain. Manusia tidak takut terhadap dirinya, sementara dia dalam kepayahan.” Di antara sifat orang yang asing itu seperti yang digambarkan Nabi s.a.w. adalah berpegang kepada as-Sunnah selagi manusia membenci asSunnah. Dia meninggalkan bid'ah yang mereka ciptakan, sekalipun bid'ah itulah yang menjadi tradisi di tengah mereka. Dia memurnikan tauhid sekalipun mayoritas manusia mengingkarinya. Dia meninggalkan penisbatan kepada seseorang selain Allah dan RasulNya, entah kepada syaikh, thariqah, madzhab dan golongan. Seperti inilah gambaran orangorang asing yang menisbatkan kepada Allah dengan ubudiyah, kepada Rasul-Nya dengan mengikuti apa yang beliau bawa. Orang-orang yang memenuhi dakwah Islam harus meninggalkan kabilah dan kerabatnya, lalu masuk Islam. Mereka adalah orang-orang asing yang sebenarnya. Setelah Islam kuat dan dakwahnya menyebar ke-manamana serta manusia masuk Islam secara berbondong-bondong, maka keterasingan itu pun menjadi hilang. Tetapi kemudian mereka mengasingkan diri sehingga menjadi orang asing seperti keadaan semula. Islam yang sebenarnya seperti yang ada pada masa Nabi s.a.w. dan para shahabat benar-benar lebih asing pada zaman sekarang daripada keterasingan Islam pada permulaannya. Sekalipun simbol, rupa dan tandatandanya yang zhahir ada di mana-mana, tetapi Islam yang hakiki dalam keadaan asing sekali dan para pemeluknya asing di tengah manusia. Orang yang beriman yang meniti jalan kepada Allah berdasarkan ittibâ' dalam keadaan asing di tengah orang-orang yang mengikuti hawa nafsu dan keinginannya, mematuhi kekikirannya dan bangga dengan pendapat-pendapatnya, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah s.a.w., 8
  • 9. ‫مروا بالمعروف وانهوا عن المنكرحتى إ ِذا‬ َ َّ ِ َ ُْ ْ ِ َ ْ َ ْ َ ِ ُ ْ َ ْ ِ ُ ُ ً َ َْ ُ َُْ َ ً َُّ ‫شحا مطاعا وهوى متبعا ودنيا مؤثرة‬ ً َ َ ً َ ُ ّ ُ ّ ُ َ ً ْ َ ْ َ َ ِ َِْ ِ ٍ َْ ِ ّ ُ َ َ ْ َ ‫وإِعجاب كل ذى رأى برأيه ورأ َيت أَمرا ل بد‬ َ ّ َ َ ِ ْ َ ِ ّ َ ِ َ ََْ َ ‫لك به فعليك بخاصة نفسك وإ ِياك‬ َ َ ٌ َْ ِ ّْ ‫وعوامهم فإن وراءكم أَيام الصبر صبر‬ َ ّ ْ ُ َ َ َ ّ َِ ْ ُ ّ َ َ َ ُ ْ ّ ِ ِ ِ ِ َ ِْ ِ ْ َ ْ ‫فيهن كقبض على الجمر للعامل فيهن أ َجر‬ ََ ٍ َْ َ ّ ِ ِ ِ َِ َ َ ِْ ُ َ ْ َ َ ِ ْ َ ‫.خمسين يعمل مثل عمله‬ “Suruhlah kepada yang ma'ruf dan cegahlah dari yang mungkar, hingga jika kalian melihat kekikiran yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dunia yanglebih dipentingkan, setiap orangyang mengeluarkan pendapat, kagum terhadap pendapatnya sendiri, dan jika engkau melihat suatu urusan yang tiada penolong bagimu, maka hendaklah engkau mengikuti dirimu sendiri secara khusus dan tinggalkanlah mereka secara umum, karena di belakang kalian ada hari-hari, yang pada saat itu orang-orang yang sabar seperti orang yang sedang memegang bara api dan orang yang beramal pada saat itu pahalanya sebanding dengan lima puluh kali amalan orang yang beramal seperti amalnya.” (Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Madârijus Sâlikîn, III/198; Bandingkan, Yusuf al-Qaradhawi, Fatâwâ Muâshirah, II/51) Dalam hadits lain dinyatakan: 9
  • 10. ‫أَما والله لقد سألت عنها خبيرا سألت عنها‬ َ َْ ُ ََْ ً َِ َ َْ َ ََْ ْ َ َ ِ ّ َ َ ْ‫رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال بل‬ َ َ َ َ َ َّ َ ِ ََْ ُ ّ َّ ِ ّ َ ُ َ ‫ائتمروا بالمعروف وتناهوا عن المنكر حتى‬ َّ ِ َ ُْ ْ ْ َ ْ َ َََ ِ ُ ْ َ ْ ِ ُ ِ َْ ‫إ ِذا رأَيت شحا مطاعا وهوى متّبعا ودنيا‬ َُْ َ ً َ ُ ً َ َ ً َ ُ ّ ُ َ ْ َ َ َ ََْ َ ِ َِْ ِ ٍ َْ ِ ّ ُ َ َ ْ َ ً َ َْ ُ ‫مؤثرة وإِعجاب كل ذي رأي برأيه فعليك‬ ْ ِ ّ َِ ّ َ َ ْ َ َْ ْ َ َ َ ِ ْ َِ ِْ َ ‫يعني بنفسك ودع عنك العوام فإن من‬ ٍ َْ ُ ْ ِ ِ ُ ّْ ‫ورائكم أَيام الصبر الصبر فيه مِثل قبض‬ ِ ّْ َ ّ ْ ُ ِ َ َ َ ِ ْ َ ِ ْ ُ ِْ ْ ِ ِ ِ ِ َ ِْ ِ ْ َ ْ ‫على الجمر للعامل فيهم مثل أَجر خمسين‬ ََ ‫رجل يعملون مثل عمله وزادني غيره قال يا‬ َ َ َ ُ ُ َْ َِ َ َ ِ َِ َ َ ِْ َ َُ ْ َ ً ُ َ ُ ْ َ َ ْ ُ ِْ َ ِ ْ َ ُ ْ ِ ّ َ ُ َ ‫رسول الله أَجر خمسين منهم قال أ َجر‬ ْ ُ ِْ َ ِ ْ َ ‫.خمسين منكم‬ “Demi Allah, engkau telah menanyakan hal itu kepada orang yang tepat. Aku pernah menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau lalu menjawab: “Bahkan perintahkanlah kepada perkara yang ma'ruf dan cegahlah dari perkara yang mungkar, sehingga ketika engkau melihat sifat kikir ditaati, hawa nafsu diikuti, dunia lebih diutamakan (dari urusan agama), dan setiap orang bangga dengan pendapatnya sendiri, maka hendaklah engkau jaga dirimu sendiri, dan jauhilah orang-orang awam (bodoh). Sebab di belakang kalian ada hari-hari (yang kalian wajib) bersabar, sabar pada saat itu seperti seseorang yang memegang bara api, dan orang yang beramal pada saat itu pahalanya sebanding dengan lima puluh kali amalan orang yang beramal seperti amalnya, ia menambahkan untukku, “seperti amalan selainnya.” Abu Tsa'labah bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti pahala lima puluh orang dari mereka!” beliau 10
  • 11. menjawab: “(Bahkan) seperti pahala lima puluh orang dari kalian.” (HR Abu Dawud dari Abu Tsa'labah al-Khusyani, Sunan Abî Dâwud, IV/215, hadits no. 3778) Orang yang beriman yang benar adalah orang asing dalam agamanya karena kerusakan agama manusia, asing dalam keteguhannya berpegang kepada as-Sunnah karena manusia berpegang kepada bid'ah, asing dalam akidahnya karena kerusakan keyakinan mereka, asing dalam shalatnya karena keburukan shalat mereka, asing dalam jalannya karena kesesatan jalan mereka, asing dalam pergaulannya dengan mereka karena dia mempergauli mereka tidak seperti yang mereka kehendaki. Secara umum dia adalah orang asing dalam urusan dunia dan akhiratnya, tidak mendapatkan dukungan dan pertolongan dari manusia secara umum. Ghurbah Kedua: Ghurbah yang tercela, yaitu keterasingan orangorang yang batil dan yang berbuat keji di tengah orang-orang yang benar dan lurus. Ini berarti mengasingkan diri dari golongan Allah yang mendapat keberuntungan. Sekalipun jumlah mereka itu banyak, tetapi mereka tetap disebut orang-orang asing. Mereka dikenal di antara penghuni bumi namun tidak dikenal di antara penghuni langit. Ghurbah Ketiga: Ghurbah yang tidak terpuji dan juga tidak tercela. Ini merupakan keterasingan karena meninggalkan kampung halaman. Semua manusia di dunia ini adalah orang asing, karena memang dunia ini bukan merupakan tempat yang abadi bagi mereka dan bukan merupakan tempat yang diciptakan sebagai tempat yang abadi. Nabi s.a.w. pernah bersabda kepada Abdullah bin Umar r.a., ،‫كن في الدنيا كأنك غريب، أَو عابر سبيل‬ ٍ َِ ُ ِ َ ْ ٌ ِ َ َ ََّ َّْ ِ ْ ُ ِ ِ ََْ َ َ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ ُ ُ ْ َ َ َ ‫وكان ابن عمر يقول إ ِذا أَمسيْت فل َ تنتظر‬ َ َ َ ْ ِ ِ ََْ َ َ ْ َْ ‫الصباح، وإ ِذا أَصبحت فل َ تنتظر المساء‬ َ َ َ َّ 11
  • 12. ‫وخذ من صحتك لمرضك ومن حياتك‬ َ ِ ََ ْ ِ َ َ ِ َ َ ِ َ ِّ ِ ْ ِ ْ ُ َ َ ِْ َ ِ ‫.لموتك‬ “Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau seorang pengembara.” Ibnu Umar juga berkata; 'Bila kamu berada di sore hari, maka janganlah kamu menunggu datangnya waktu pagi, dan bila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore, pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR al-Bukhari dari Abdullah bin Umar, Shahîh al-Bukhâriy, VIII/110, hadits no. 6416) Bagaimana tidak disebut orang asing jika di dunia ini seorang hamba adalah orang yang sedang dalam perjalanan, yang dalam perjalanannya itu dia hanya bisa beristirahat di antara orang-orang yang berbaring di kuburnya? Al-Harawi, pengarang kitab Manâzilus-Sâ'irîn, mengatakan: “Keterasingan merupakan perkara yang diisyaratkan kepada kesendirian tanpa ada yang menyertai.”Artinya, setiap orang yang menyendiri dengan suatu sifat yang mulia, sementara orang lain tidak memilikinya, maka dia adalah orang asing di tengah-tengah mereka. Ada tiga derajat ghurbah, yaitu: 1. Ghurbah karena meninggalkan kampung halaman. Kematian orang asing ini merupakan mati syahid. Jarak antara kuburannya dan kampung halamannya akan diukur, dan pada hari kiamat akan dihimpun bersama Isa bin Maryam. Ghurbah dalam pengertian ini adalah memisahkan atau meninggalkan, bisa dengan fisik atau dengan tujuan dan keadaan, atau dengan kedua-duanya secara berbarengan. Kematian orang 12
  • 13. asing yang berarti mati syahid, diisyaratkan kepada hadits yang diriwayatkan dari Hisyam bin Hassan, dari Ibnu Sirin, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi s.a.w., beliau bersabda, “Kematian orang asing adalah syahid.” Tetapi hadits ini tidak kuat dan diriwayatkan dari beberapa jalan yang sedikit pun tidak ada yang shahih. Menurut Al-Imam Ahmad, ini adalah ‘hadits mungkar’. Pengukuran antara kuburannya dan kampung halamannya, diisyaratkan kepada riwayat Abdullah bin Wahb, dia berkata, “Aku diberitahu Huyai bin Abdullah, dari Abdurrahman al-Bajaliy, dari Abdullah bin Amr, dia berkata, “Ada seseorang meninggal dunia di Madinah dan dia termasuk orang yang dilahirkan di sana. Lalu Rasulullah s.a.w. menshalati jenazahnya. Beliau bersabda, “Sekiranya dia meninggal tidak di tempat dia dilahirkan.” Ada seseorang yang bertanya, “Mengapa begitu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya jika seseorang meninggal dunia, maka akan diukur pahala bagi dirinya di surga antara tempat kelahirannya dan tempat meninggalnya.” Hadits ini diriwayatkan Ibnu Luhai'ah dengan isnad ini. Suatu kali Rasulullah s.a.w. berdiri di dekat kuburan seseorang di Madinah. Lalu beliau bersabda, “Sekiranya dia meninggal sebagai orang asing.” Ada yang bertanya, “Ada apa dengan orang asing yang meninggal tidak di kampung halamannya?” Beliau menjawab, “Tidaklah ada orang asing yang meninggal dunia tidak di kampung halamannya, melainkan di surga akan diukur antara tempat meninggalnya dan tempat kelahirannya. Perkataannya: “Pada hari kiamat akan dihimpun bersama Isa bin Maryam”, diisyaratkan kepada hadits riwayat Al-Imam Ahmad, dari Al-Qasim bin Jamil, dari Muhammad bin Muslim, dari Utsman bin Abdullah bin Idris, dari Sulaiman bin Hurmuz, dari Abdullah bin ‘Amr, dia berkata, “Rasulullah s.a.w. bersabda, “Yang paling disukai Allah adalah 13
  • 14. orang-orang asing.” Ada yang bertanya, “Ada apa dengan orangorang asing wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka yang melarikan diri sambil membawa agamanya akan berhimpun bersama Isa bin Maryam pada hari kiamat.” 2. Ghurbah keadaan. Ini termasuk orang-orang asing yang mendapat keberuntungan, yaitu orang shalih pada zaman yang rusak dan berada di tengah kaum yang rusak, atau orang pandai di antara orang-orang yang bodoh, atau orang jujur di antara orang-orang munafik. Yang dimaksudkan keadaan di sini adalah sifat yang dimiliki, berupa agama dan berpegang kepada as-Sunnah, dan bukan keadaan menurut pemahaman yang umum dipakai. Pelakunya adalah orang yang mengetahui kebenaran, melaksanakan dan juga mendakwahkannya. Syaikh mengelompokkan orang-orang asing dalam derajat ini menjadi tiga macam: (1) Orang yang shalih dan berpegang kepada agama di tengah orang-orang yang rusak, (2) orang yang memiliki ilmu dan ma’rifah di tengah orang-orang yang bodoh, (3) orang jujur dan ikhlas di tengah orang-orang yang munafik dan pendusta. Sifat dan keadaan mereka menajikan sifat orang-orang di sekelilingnya. Perumpamaan orang-orang asing di tengah kaumnya ini seperti seekor burung yang asing di tengah gerombolan burung. 3. Ghurbah hasrat, yaitu keterasingan dalam mencari kebenaran, atau ghurbah orang yang memiliki ma’rifah. Sebab orang yang memiliki ma’rifah adalah orang asing dalam kesaksiannya, apa yang menyertai kesaksiannya juga asing. Wujud dzatnya tidak terbebani ilmu. Keterasingan orang yang memiliki ma’rifah adalah keterasingan dari keterasingan. Sebab dia orang asing bagi penghuni dunia dan juga orang asing bagi penghuni akhirat. 14
  • 15. Derajat ini lebih tinggi tingkatannya daripada derajat sebelumnya. Karena yang pertama merupakan ghurbah dengan fisik, dan yang kedua merupakan ghurbah dengan perbuatan dan keadaan. Sedangkan derajat ini merupakan ghurbah dengan hasrat. Hasrat orang yang memiliki ma’rifah berkutat di sekitar ma’rifah. Dia tidak dikenal di antara orang-orang yang menghendaki akhirat, terlebih lagi di antara orang-orang yang menghendaki dunia, sebagaimana orang yang mencari akhirat adalah orang asing di tengah orangorang yang mencari akhirat. Demikianlah kajian tentang al-ghurbah yang diketengahkan oleh Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Dan pertanyaan pentingnya: “Sejauhmanakah kita telah menikmati keberadaannya dalam proses pencarian kebenaran kita?” 15