Eksperimen merupakan metode penelitian kuantitatif untuk menemukan hubungan sebab akibat dengan manipulasi variabel independen dan pengukuran variabel dependen. Terdapat tujuh tahapan pelaksanaan eksperimen yaitu mengenal masalah, memilih variabel, desain, pelaksanaan, analisis data, kesimpulan, dan etika untuk melindungi subjek. Validitas internal penting untuk memastikan hasil penelitian hanya dipengaruhi variabel independen.
Dalam power point ini akan dijelaskan tentang psikologi kepribadian yang dibuat oleh kelompok kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Prodi Gizi S1 guna kepentingan tugas persentasi yang di berikan oleh dosen psikologi, dalam PPT ini masih belum sempurna harap maklum adanya.
Dalam power point ini akan dijelaskan tentang psikologi kepribadian yang dibuat oleh kelompok kami mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Prodi Gizi S1 guna kepentingan tugas persentasi yang di berikan oleh dosen psikologi, dalam PPT ini masih belum sempurna harap maklum adanya.
Paper yang membahas apa itu diri dan konsep diri--yang juga dihubungkan dengan fenomena terkini. Dilengkapi dengan pendapat para tokoh psikologi sosil.
Paper yang membahas apa itu diri dan konsep diri--yang juga dihubungkan dengan fenomena terkini. Dilengkapi dengan pendapat para tokoh psikologi sosil.
Social Psychology; Social Cognition
The manner about how we think, analyze and interpret about other people and the social world.
Psikologi Sosial; Kognisi Sosial
Membahas mengenai perilaku tentang bagaimana kita menganalisa dan menginterpretasikan orang lain dan lingkungan sosial.
Terdapat banyak teori dari para ahli yang menjelaskan tentang determinan perilaku manusia. Dalam teori-teori tersebut para ahli memaparkan pendapatnya tentang bagaimana suatu perilaku terbentuk dan faktor apa saja yang mempengaruhi. Dalam makalah ini yang akan dibahas lebih dalam adalah mengenai determinan perilaku kesehatan.
Pendidikan Keluarga
Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari keluarga. Hal ini mengandung pengertian, bahwa dalam usia bayi sampai usia sekolah keluarga mempunyai peran yang dominan dalam menumbuh kembangkan rasa keagamaan dalam seorang anak.
Menurut Walter Houston Clark, perkembangan bayi tak mungkin berlangsung secara normal tanpa adanya intervensi dari luar, walaupun secara alami ia memiliki potensi bawaan. Pendapat ini menunjukkan bahwa tanpa bimbingan dan pengawasan yang teratur, bayi akan kehilangan kemampuan berkembang secara normal, walaupun ia memiliki potensi untuk bertumbuh dan berkembang serta potensi-potensi lainnya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi.
Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif ?
2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ?
1.3 TUJUAN
Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan dengan teori belajar.
Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat atau keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiaraan, keharuan, kecintaan, dan keberanian yang bersifat subjektif (KBBI)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi.
Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif ?
2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ?
1.3 TUJUAN
Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan dengan teori belajar.
2.2 Identitas Sosial
1. Definisi
Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.
Hogg dan Abram (1990) menjelaskan social identity sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai minat. Menurut William James (dalam Walgito, 2002), social identity lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya, uangnya dan lain–lain. Sementara Fiske dan Taylor (1991) menekankan nilai positif atau negatif dari keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu.
Untuk menjelaskan identitas sosial, terdapat konsep penting yang berkaitan, yaitu kategori sosial. Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk., (2002) mengungkapkan kategori sosial sebagai pembagian individu berdasarkan ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Kategori sosial berkaitan dengan kelompok sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan diri atau menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang sama. Seorang individu pada saat yang sama merupakan anggota dari berbagai kategori dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990). Kategorisasi adalah suatu proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam kategori-kategori tertentu yang bermakna (Turner dan Giles, 1985; Branscombe dkk., 1993). Pada umumnya, individu-individu membagi dunia sosial ke dalam dua kategori yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah ingroup, sedangkan mereka adalah outgroup. Berdasarkan uraian beberapa tokoh mengenai pengertian social identity, maka dapat disimpulkan bahwa social identity adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam suatu kelompok sosial tertentu, yang di dalamnya disertai dengan nilai-nilai, emosi, tingkat keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga terhadap keanggotaannya dalam kelompok tersebut.
Perkembangan Fisik dan Motorik siswa dalam bidang Pendidikan.
Perkembangan Fisik anak Prasekolah (0-6 tahun)
Tugas Perkembangan
Belajar memakan makanan padat.
Belajar berdiri dan berjalan.
Belajar berbicara.
Belajar mengendalikan pembuangan.
Belajar membedakan jenis kelamin.
Belajar mempersiapkan diri untuk membaca, menulis, dan berhitung.
Belajar mengadakan hubungan emosional selain subjek lekatnya.
Belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta mengembangkan kata hati.
B. Ciri-ciri Usia Prasekolah
Sebutan dari orang tua :
Usia sulit atau masalah
Usia bermain
Sebutan para pendidik :
Usia prasekolah
Sebutan para ahli psikologi :
Usia psrakelompok
Usia menjelajah
Usia bertanya
Usia meniru
Usia kreatif
C. Perkembangan Fisik
Perubahan tubuh masa kanak-kanak awal saat usia prasekolah tumbuh lebih besar, Pada umumnya masa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun.
Pertumbuhan otak mencapai 75% pada usia 5 tahun.
Perbandingan tubuh sangat berubah dan penampilan bayi tidak nampak lagi.
Gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur berkurang tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dengan dada yang berbidang, dan bahu lebih luas dan lebih persegi.
Lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.
Gigi mulai tanggal dan digantikan oleh gigi tetap.
F. Penerapan dalam Bidang Pendidikan
Motorik Halus :
Melukis
Bermain puzzle
Bermain lego dan balok
Motorik Kasar :
Berlari
Melompat
Bermain jingkat
Bermain bola
dll
More from Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (10)
1. A. Konsep Dasar Psikologi Eksperimen
1. Definisi Psikologi Eksperimen
Pendekatan penelitian eksperimen adalah sebuah desain penelitian kuantitatif untuk
menemukan efek dari sebab yang diduga. Eksperimen dikembangkan untuk mempelajari
fenomena dalam kerangka hubungan sebab-akibat. Dalam penelitian eksperimen perilaku
individu diamati dengan cara manipulasi. Penelitian ini bersifat prediktif, yaitu meramalkan
akibat dari suatu manipulasi terhadap variabel terikatnya. Menurut Zymney (dalam Susanti
dan Fitriyani, 2015) bahwa penelitian eksperimen merupakan suatu observasi yang dibuat agar
terjadi dalam suatu kondisi yang terkontrol ketat, dimana satu atau lebih faktor dimanipulasi
serta divariasikan dan faktor lain dibuat konstan dengan tujuan kausalitas atau menggambarkan
hubungan sebab akibat. Menurut Solso dan Mclin (2002) penelitian eksperimen adalah suatu
penelitian dengan memberikan suatu perlakuan langsung dengan manipulasi satu variabel
untuk mempelajari sebab akibat (Susanti dan Fitriyani, 2015)
2. Karakteristik Penelitian Eksperimen
Karakteristik penelitian eksperimen antara lain:
a. Adanya manipulasi terhadap variabel independen
Variabel yang diberikan manipulasi pada penelitian eksperimen adalah variabel
independen. Hal ini bertujuan untuk mengukur efek manipulasi terhadap perubahan
perilaku. Manipulasi dimaksudkan peneliti memberikan perlakuan atau
mengkondisikan keadaan yang berbeda kepada subjek penelitian.
b. Memonitor akibat atau efek perlakuan
Peneliti perlu memonitor akibat yang ditimbulkan terhadap manipulasi yang diberikan.
Monitor ini dilakukan pada variabel dependen. Perubahan yang terjadi pada variabel
dependen adalah perubahan yang benar-benar disebabkan karena manipulasi yang
diberikan dengan cara melakukan observasi.
c. Fenomena yang dibuat agar terjadi
Fenomena dibuat agar terjadi maksudnya adalah peneliti menciptakan sesuatu agar
terjadi. fenomena ini merupakan variabel terikat yang diobservasi dan diukur dalam
penelitian.
d. Adanya kontrol
Kontrol diperlukan dalam penelitian eksperimen agar suatu akibat (variabel dependen)
hanya ditimbulkan oleh penyebabnya (variabel independen) dan bukan disebebkan oleh
2. faktor lain. salah satu cara yang dilakukan untuk mengontrol adalah dengan melakukan
random assignment terhaddap subjek penelitian.
e. Satu faktor divariasikan dan faktor lain tetap konstan
Faktor yang divariasikan adalah variabel bebas dengan memberikan jenis atau kuantitas
yang berbeda pada kelompok subjek yang berbeda.
f. Randomisasi
Randomisasi adalah memasukkan subjek penelitian secara acak ke dalam masing-
masing kelompok penelitian (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).
(dalam Susanti dan Fitriyani, 2015)
3. Sejarah Penelitian Eksperimen
Rintisan psikologi eksperimen telah berlangsung sejak awal abad ke 19. Cikal bakal
psikologi eksperimen telah dimulai sejak Johanes Mueller (1801-1858) yang meneliti sensasi.
Perintis psikologi eksperimen yang lain adalah Hermawann von Helmholtz (1821-1984) yang
melanjutkan eksperimen sensasi dengan menghubungkan warna-warna utama. Asisten
Helmholtz yang bernama Wilhelm M. Wundt (1832-1920) tertarik mempelajari psikologi.
Setelah cukup lama berguru kepada Helmholtz, Wundt melakukan studi mengenai sensasi,
persepsi, perasaan, dan kesadaran. Eksperimennya yang lain adalah pengindraan. Berdasarkan
eksperimennya, Wundt berkesimpulan bahwa dia tidak mendengar suara bel hingga bandulan
jam itu telah mulai turun. Pada 1879, Wundt mendirikan laboratorium psikologi eksperimen di
Leipzig, Jerman. Laboratorium ini dipandang sebagai laboratorium psikologi formal pertama
kali. Pada saat itu psikologi ditetapkan sebagai cabang ilmu tersendiri, dan terus berkembang
pesat hingga saat ini. Saat ini eksperimen telah menjadi metode yang berkembang pesat dan
dikembangkan pada berbagai bidang psikologi (dalam Marliani, 2013, hal. 49:51)
4. Tahapan Pelaksanaan Penelitian eksperimen
Tahapan dalam penelitian eksperimen adalah sebagai berikut:
a. Mengenal dan menyatakan masalah
Sebelum melakukan penelitian eksperimen, perlu untuk mengetahui tujuan dalam
bereksperimen sehingga dapat mengenal masalah. Tujuannya yaitu: konfirmasi,
penemuan, dan stabilitas.
b. Memilih faktor-faktor, taraf-tarafnya, dan rentangnya.
Faktor terbeda atas faktor desain potensial dan faktor gangguan. Faktor desain potensial
adalah faktor yang mana peneliti menginginkan mengubah-ubahnya dalam eksperimen.
Faktor jenis ini terbagi atas tiga kelompok, faktor desain (faktor-faktor yang dipilih
3. untuk dikaji di dalam eksperimen), faktor konstan (variabel yang dapat mempengaruhi
respon tetapi keberadaannya bukan menjadi perhatian utama), faktor yang memberikan
variasi (dikaitkan dengan unit eksperimen dan material yang homogen). Faktor
gangguan sering dikelompokkan sebagai faktor terkontrol, tidak terkontrol dan noise.
c. Menentukan variabel respon
Rataan dan deviasi standar dari karakteristik yang diukur akan merupakan variabel
respon.
d. Memilih desain eksperimen
Pemilihan desain meliputi penentuan ukuran sampel (banyaknya ulangan), pemilihan
urutan pengejaan yang sesuai dalam eksperimen, dan menentukan apakah perlu
tidaknya pemblokan atau pembatasan pengacakan.
e. Menyelenggarakan eksperimen
Penyelenggaraan eksperimen meliputi persiapan, pelaksanaan, pengontrolan, dan
pencatatan atau pengukuran terhadap respon hasil eksperimen.
f. Analisis Data statistik
Terdapat beberapa paket software yang menyediakan analisis data, misalnya Excel,
Minitab, SAS, SPSS, Design Expert, dan Matlab.
g. Menyimpulkan dan merekomendasi.
Peneliti harus menggambarkan kesimpulan praktis tentang hasil dan
merekomendasikan suatu tindakan berikutnya. Follow up runs dan pengujian
konfirmasi akan juga dikerjakan untuk memvalidasi kesimpulan dan eksperimen.
(dalam Suwanda, 2011)
Selain itu, di dalam buku yang berbeda disebutkan ada tujuh tahapan dalam penelitian
eksperimental, yaitu:
a. Memilih ide atau topik penelitian
Topik penelitian biasanya muncul karena ada yang dipertanyakan mengenai sesuatu
atau ada gejala tertentu yang ingin diamati. Ada banyak hal yang dapat menjadi sumber
topik penelitian, diantaranya peristiwa kehidupan sehari-hari, masalah praktis, seperti
produktivitas tenaga kerja, hasil penelitian sebelumnya, dan teori.
b. Merumuskan masalah dan hipotesis penelitian
Masalah penelitian merupakan kalimat pertanyaan yang menyatakan hubungan antara
dua atau lebih variabel. Dalam membuat masalah penelitian, ada tiga syarat yang harus
dipenuhi, yaitu: harus menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel, dinyatakan
4. dalam bentuk pertanyaan yang jelas dan tidak ambigu, dan harus memungkinkannya
dilakukan pengukuran secara empiris. Agar dapat menjawab maslah, maka kita harus
menyusun hipotesis. Hipotesis merupakan pernyataan mengenai dugaan hubungan
antara dua atau lebih variabel (Kerllinger & Lee, 2000).
c. Menentukan variabel penelitian
Variabel merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara
organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). Variabel bebas adalah variabel
yang dimanipulasi dalam penelitian karena diduga memiliki pengaruh terhadap variabel
lain, sedangkan variabel terikat adalah respons subjek penelitian yang diukur sebagai
pengaruh dari variabel bebas.
d. Menentukan tipe dan desain penelitian
Ada dua desain umum dalam penelitian eksperimental, yaitu between-subject design
(desain antar-kelompok) dan within-subject design (desain dalam kelompok).
e. Perencanaan dan pelaksanaan penelitian
Perencanaan penelitian meliputi menentukan subjek penelitian, menjelaskan secara
detail bagaimana peralatan yang ada digunakan dalam penelitian, menentukan prosedur
penelitian, menentukan teknik analisis data, dan sebelum penelitian dilaksanakan
sebaiknya melakukan penelitian dalam skala kecil (uji coba). Pada pelaksanaan
penelitian dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
f. Menganalisis hasil penelitian
Perhitungan statistik dilakukan sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan
sebelumnya. Perhitungan dapat dilakukan secara manual, dengan bantuan kalkulator,
ataupun dengan program komputer yang sudah ada (SPSS, Excel, SAS, dan
sebagainya).
g. Membuat kesimpulan
Dari intrepretasi terhadap hasil perhitungan statistik, kita dapat menerima atau menolak
Ho. Bila Ho diterima berarti Ha didukung oleh data.
(dalam Seniati dkk, 2011)
5. Etika dalam Penelitian Eksperimen
Etika adalah suatu ilmu yang memperlajari mengenai perbuatan manusia yang
memperhatikan nilai baik dan buruk sesuai pedoman. Semua penelitian yang melibatkan
manusia sebagai subjek penelitiannya harus berdasarkan lima prinsip dasar etika penelitian
yaitu:
5. a. Menghormati harkat dan martabat manusia
Peneliti mempertimbangkan hak-hak subjek untuk mendapatkan informasi yang terbuka
berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan
bebas dari paksaan. Salah satu caranya adalah peneliti mempersipkan formulir
persetujuan subjek.
b. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian
Dalam penelitian, peneliti harus menjaga informasi mengenai identitas baik nama dan
alamat yang telah diisi dalam kuesioner demi menjaga kerahasiaan subjek.
c. Keadilan dan inklusivitas
Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional, berperikemanusiaan, dan
memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis,
serta perasaan religiusitas subjek.
d. Memperhitungkan manfaat dan kerugian
Pelaksanaan penelitian harus sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil
yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan
di tingkat populasi. Apabila intervensi berpotensi mengakibatkan cedera, maka subjek
dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera.
e. Menghilangkan bahaya terhadap subjek seperti bahaya fisik, bahaya psikologis, dan
bahaya sosial
Subjek penelitian harus terlindungi keselamatan dan keamanan, terhindar dari gangguan
psikologis seperti rasa cemas dan malu.
(dalam Susanti dan Fitriyani, 2015)
B. Validitas Penelitian
Pengertian menyangkut dua hal, yaitu validitas alat ukur dan validitas penelitian.
Validitas alat ukur berkaitan dengan seberapa besar suatu alat ukur mampu mengukur apa yang
ingin diukur, sedangkan validitas penelitian berkaitan dengan hubungan sebab akibat yang
dihasilkan. Validitas penelitian berkaitan dengan kontrol terhadap variabel sekunder (dalam
Seniati dkk, 2011). Untuk mengetahui apakah penelitian eksperimen yang dilakukan
menghasilkan hasil yang valid, maka diperlukan validitas eksperimen. Ada dua macam
validitas, yaitu:
6. 1. Validitas internal
Validitas ini berhubungan dengan pertanyaan: sejauh mana perubahan yang diamati (Y)
dalam suatu eksperimen benar-benar hanya terjadi karena X yaitu perlakuan yang diberikan
(variabel perlakuan) dan bukan karena pengaruh faktor lain (variabel luar). Validitas ini tidak
mudah dicapai. Terdapat beberapa faktor pengganggu validitas ini. Cook dan Campbell, 1979
(dalam Latipun, 2015) mengemukakan sejumlah pengganggu yang perlu diperhatikan:
a. Historis, yaitu kejadian-kejadian di lingkungan penelitian di luar perlakuan yang
muncul selama penelitian berlangsung, yaitu antara tes pertama dan berikutnya.
Contohnya perubahan dalam bidang sosial, politik, iklim sosial ekonomi, dan cuaca.
b. Maturasi, yaitu perubahan yang terjadi pada subjek sehingga terjadi perubahan.
Maturasi mencakup berbagai dan segala perubahan sistemtis dalam suatu waktu yang
meliputi perubahan fisik maupun kejiwaan. Termasuk di dalamnya lebih dewasa,
menjadi apatis, lebih berpengalaman, lebih kuat, makin terampil, dan makin lapar.
c. Pengujian, dapat terjadi jika peneliti menggunakan tes IQ. Namun, akan kesulitan
apakah hasil pengukuran pada tes kedua benar-benar karena perlakuan atau telah terjadi
pembelajaran melalui tes pertamanya.
d. Instrumentasi, merupakan pengukuran yang digunakan dalam eksperimen.
Instrumentasi yang tidak memenuhi syarat dapat menghasilkan skor yang tidak akurat.
Sumber invaliditasnya dapat berupa derajat kesukaran yang berbeda atau petugas
pengukuran yang tidak sama tingkat keterampilannya.
e. Regresi Statistik, kecenderungan hasil pengukuran variabel terikat untuk bergeser ke
arah pusat. Hal ini terjadi kalau subjek penelitian dipilih atas dasar nilai ekstrim.
f. Bias dalam seleksi, merupakan sejumlah perbedaan sistematis yang terjadi pada
perbandingan antar kelompok sebelum pemberian perlakuan. Prinsipnya bias dalam
seleksi sampel ini terjadi karena peneliti sejak awal menggunakan subjek yang memang
mempunyai nilai variabel perlakuan yang berbeda.
g. Subjek keluar, merupakan kehilangan subjek dari satu atau beberapa kelompok yang
dipelajari yang terjadi selama penelitian berlangsung. Peneliti perlu memperhitungkan
sejak awal tentang kemingkinan adanya subjek yang keluar, karena subjek yang keluar
apalagi dalam jumlah yang besar akan dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
h. Difusi atau imitasi perlakuan, hal ini sering terjadi pada kelompok kontrol. Interaksi
yang terjadi antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, memungkinkan
7. kelompok kontrol mempelajari perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen
serta menirukannya.
i. Demoralisasi, dapat terjadi ketika individu atau kelompok yang tidak memperoleh
perlakuancberusaha mempelajari perlakuan yang diperoleh kelompok lain dan
menuntut mendapatkan perlakuan yang sama “baiknya” dengan kelompok yang
mendapatkan perlakuan.
j. Interaksi kematangan dengan seleksi, jenis interaksi ini terjadi pada desain quasi
eksperimen.
(dalam Latipun, 2015)
2. Validitas Eksternal
Validitas eksternal merupakan validitas yang menyangkut pertanyaan: sejauh mana hasil
suatu penlitian dapat digeneralisasikan pada populasi. Dengan demikian validitas eksternal
merujuk pada kerepresentatifan atau kemungkinan generalisasi. Bracht dan Glass
mengemukakan terdapat dua golongan validitas eksternal, yaitu validitas populasi dan validitas
ekologi (Ary, dkk., 1982 dalam Latipun, 2015).
a. Validitas populasi, merupakan validitas yang berhubungan dengan generalisasi kepada
populasi. Dapat tidaknya generalisasi tersebut diterapkan bergantung pada kesamaan
efek suatu perlakuan pada subjek yang berbeda.
b. Validitas ekologi, merupakan validitas yang berhubungan dengan generalisasi pada
populasi dengan kondisi yang lain. dengan demikian validitas ekologi ini menanyakan
persoalan apakah suatu eksperimen tersebut akan memberi efek yang sama jika dilakukan
pada populasi yang memiliki kondisi budaya dan karakteristik personalnya berbeda.
(dalam Latipun, 2015)
3. Variabel Penelitian
Variabel merupakan konsep yang mempunyai variabilitas. Dalam desain eksperimen
terdapat sejumlah variabel yang digunakan. Variabel penelitian dibedakan dalam tiga macam,
yaitu variabel eksperimental, variabel terikat, dan variabel non-eksperimental.
a. Variabel eksperimental, disebut pula variabel bebas, variabel pengaruh, variabel
perlakuan, dan variabel kuasa. Variabel eksperimen merupakan variabel yang
dimanipulasi untuk dipelajari efeknya pada variabel-variabel lain. contoh variabel
eksperimental adalah psikoterapi, pemberian situasi, dan pemberian stimuli.
b. Variabel terikat, disebut juga variabel terpengaruh, variabel tak bebas, variabel efek,
variabel tergantung. Variabel terikat merupakan variabel yang berubah jika berhbungan
8. dengan variabel bebas. Variabel ini merupakan variabel yang dipelajari perubahannya
setelah diberikan pemaparan.
c. Variabel non-eksperimental, disebut juga vaiabel luar, variabel pengacau, variabel
ekstra. Variabel non-eksperimental merupakan variabel yang diketahui atau secara
teoritis mempunyai pengaruh terhadap variabel tarikat, tetapi tidak diinginkan
pengaruhnya.
Teknik Kontrol Variabel Eksperimen
Pengendalian variabel merupakan usaha-usaha yang harus dilakukan oleh peneliti untuk
menghilangkan pengaruh variabel-variabel yang tidak dikehendaki yang mungkin turut
mempengaruhi variabel terikat (dalam Marliani, 2013). Untuk hasil yang lebih baik, maka
suatu eksperimental seharusnya melakukan pengendalian terhadap variabel-variabel yang tidak
dikehendaki pengaruhnya. Cara pengendalian variabel non-eksperimental di antaranya:
a. Mengeleminasi variabel ekstra, maksudnya adalah menghomogenkan variabel yang
dianggap turut mempengaruhi variabel terikat.
b. Randomisasi, maksudnya adalah membagi kelompok penelitian secara random.
c. Menjodohkan subjek, maksudnya dalah upaya penyamaan atau penyeimbangan kondisi
subjek kelompok perlakuan dengan subjek kelompok kontrol untuk beberapa variabel,
yaitu variabel yang akan dikendalikan pengaruhnya.
d. Kontrol statistik, merupakan kontrol yang dilakukan dengan mengisolasi dan
mengkuantifikasi varians. Pengendalian dengan analisis statistik ini dilakukan bila
terdapat kesulitan teknik variabel non-eksperimental yang tidak dapat dikendalikan
dengan desain penelitian di atas.
( Marliani, 2013)
Contoh Penelitian Eksperimen dengan Konsep Islam
Contoh ringkasan desain penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Maimunah dan Retnowati
(2011):
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Program Pelatihan Relaksasi dengan
Dzikir untuk mengurangi kecemasan ibu hamil. Subjek adalah 2 kelompok ibu hamil dengan
kehamilan pertama. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Kecemasan
Menghadapi Kehamilan Pertama yang diberikan dua kali kepada subjek yaitu sesaat sebelum
dan setelah intervensi. Kelompok pertama mendapatkan Pelatihan Relaksasi dengan Dzikir
untuk mengurangi kecemasan saat kehamilan, sedangkan kelompok kedua dijadikan sebagai
9. kelompok kontrol (waiting list). Selisih (gain score) pretest dan posttest kedua kelompok
subjek kemudian dibandingkan menggunakan analisis Mann-Whitney untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan gain score kecemasan yang signifikan. Hasilnya adalah kelompok
subjek yang mengikuti Pelatihan Relaksasi dengan Dzikir mengalami penurunan kecemasan
yang signifikan pada p=0,008 (p<0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penelitian ini
menunjukkan bahwa Pelatihan Relaksasi dengan Dzikir dapat digunakan sebagai salah satu
cara untuk menurunkan kecemasan kehamilan ibu hamil pertama.
Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen kuasi dengan desain penelitian
the untreated control group design with dependent pretest and posttest samples.
10. Daftar Pustaka
Latipun. 2015. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.
Maimunah, Annisa dan Retnowati. 2001. Pengaruh Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir Untuk
Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil Pertama. Psikoislamika Jurnal Psikologi Islam. Vol 8.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian Pengembangan dan Keislaman.
Marliani, Rosleny. 2013. Psikologi Eksperimen. Bandung: Pustaka Setia.
Seniati, Liche, Yulianto dan Setiadi. 2011. Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks.
Susanti, Rita dan Fitriyani. 2015. Psikologi Eksperimen. Pekanbaru: Al-Mujtahadah Press.
Suwanda. 2011. Desain Eksperimen untuk Penelitian Ilmiah. Bandung: Alfabeta.