SlideShare a Scribd company logo
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli
psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat
keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar
merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan
belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi.
Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang
membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka
konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam
perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh
psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan
informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan
kognitif ?
2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ?
1.3 TUJUAN
Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan
sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan
dengan teori belajar.
2
BAB II
TEORI
2.1 PENDEKATAN INFORMATION PROCESSING & COGNITIF
2.1.1 Teori Pembelajaran Kognitif
A. Teori Kognitif Bruner
Bruner menekankan adanya pengaruh budaya terhadap tingkah laku
seseorang dengan teorinya yang disebut free discovery learning. Ia mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap
yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu, enactive, icomic, dan
symbolic.
1) Tahap inaktif. Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam memahami
lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak
menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan,
pegangan, dan sebagainya.
2) Tahap ikomik. Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya
anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3) Tahap simbolik. Seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-
gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa
dan berlogika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-
simbol bahasa, logika, mataematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin
matang seseorang dalam proses berfikirnya., semakin dominan sistem simbolnya.
Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan enaktif dan ikomik.
Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti
masih diperlukannya sistem enaktif dan ikomik dalam proses belajar.
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan
dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap
perkembangan orang tersebut. Gagasannya mengenai kurikulum spiral (a spiral
3
curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro,
menunjukkan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi
secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkna yang sama dalam
cakupan yang lebih rinci. Pendekatan penataan materi dari umum ke rinci yang
dikemukankannya dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian
antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang yang
belajar.
Di saat yang sama, tiap jenis kemampuan pembelajaran individu
mempunyai fitur yang unik. Bruner (1985) dengan lugas berkata bahwa pandangan
pembelajaran tidaklah sesuatu yang mutlak mengenai benar atau salah, melainkan
sesuatu yang bisa dievaluasi hanya dalam kondisi dimana sifat tugas tersebut
dipelajari, jenis pembelajaran tercapai, dan sifat-sifat yang dibawa siswa ke dalam
situasi tersebut (pada saat pembelajaran berlangsung).
B. Teori Kognitif Piaget
Piaget adalah seorang psikolog perkembangan karena penelitianya
mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang
mempengaruhi kemampuan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif
merupakan suatu proses genetik yaitu proses yang didasarkan oleh mekanisme
biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur
seseorang maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat
kemampuannya.
Menurut Piaget pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari
keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi
dengan apa yang mereka lihat suatu penomena baru sebagai pengalaman atau
persoalan. Bila seseorang dalam kondisi sekarang dapat mengatasi situasi baru,
keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus melakukan
adaptasi dengan lingkungannya.
Proses adaptasi dibagi menjadi dua bentuk dan terjadi secara simultan,
yaitu:
1. Asimilasi
Proses perubahan apa yang dipahami adalah proses sesuai dengan struktur
kognitif yang ada sekarang,
4
2. Akomodasi
Proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Hal ini berarti
apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi
tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang sudah
dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi yang dipunyai.
C. Teori Kognitif Ausubel
Ausubel menyatakan bahwa konsep belajar berhubungan dengan
bagaimana memperoleh pengetahuan baru dan mengaitkan pengetahuan yang
diperoleh pada struktur kognitif yang dimiliki.
Menurut ausubel proses belajar peserta didik dipengaruhi oleh
kebermaknaan teknik pengajaran, adanya bahan yang relevan dengan struktur
kognitif dan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran.
2.1.2 Teori Pemrosesan Informasi (Information-Processing-Theory)
Pendekatan pemprosesan informasi adalah murid menyatakan bahwa
mengilah informasi, memonitornya, dan menyusun strategis berkenaan dengan
informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses
berfikir. Menurut pendekatan pemprosesan informasi, anak secara bertahap
mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara
bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Beberapa pendekatan pemprosesan informasi memiliki kecenderungan
yang lebih konstruktivis ketimbang pendekatan lainnya. Memandang guru sebagai
pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan murid sebagai pelajar yang
berusaha memahami tugas-tugas tersebut (mayer,2001, 2002).
Teori ini merupakan salah satu teori kognitif tentang belajar yang pertama
dan paling berpengaruh (Eggen dan Kauchak,1997). Teori pemrosesan informasi
adalah teori kognitif tentang belajar yang menggambarkan pemrosesan,
penyimpanan dan perolehan pengetahuan oleh pikiran (Byrnes, 1996 ). Teori yang
berakar pada lapangan Arificial Intelegence ( AI ) ini merupakan karya dari
Alexandra Lauria (1902-1077) dalam Sukadji (1998).
Menurut teori ini, belajar adalah menyangkut tentang bagaimana informasi
dari lingkungan dapat disimpan dalam memori. Untuk menggambarkan proses
5
tersebut digunakan permodelan. Model proses penyimpanan informasi yang paling
berpengaruh dalam hal ini adalah model yang dikemukakan oleh Atkinson dan
Siffrin pada tahun 1968. Model tersebut memiliki tiga komponen mayor, yaitu:
penyimpanan informasi ( information store ), proses kognitif ( cognitive process ),
dan metakognisi ( metakognition ) ( Eggen dan Kauchak,1997 ).
Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakter utama dari pendekatan
pemprosesan informasi: proses berfikir, mekanisme perubahan, dan modifikasi diri:
a. Proses Berfikir
Menurut Siegler (2002), berfikir adalah pemprosesan informasi. Dalam hal
ini Siegler berpendapat bahwa ketika anak merasakan (perceive), melakukan
penyandian (encording), mempresentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia
sekelilingnya, mereka melakukan proses berfikir. Siegler percaya bahwa pikiran
adalah suatu yang fleksibel, yang menyebabkan individu dapat beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. Tetapi,
ada batasan kemampuan berfikir manusia ini.
b. Mekanisme perubahan
Siegler berpendapat ada empat mekanisme yang bekerja sama menciptakan
perubahan dalam keterampilan kognitif anak:
1) Encoding
Proses memasukkan informasi kedalam memori. Siegler mengatakan bahwa
aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi yang
relevan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan.
2) Otomatisitas
Adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa
usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemprosesan
informasi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan
antara ide dan kejadian (kail, 2002).
3) Konstruksi Strategis
Adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Siegler
(2001) mengatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk
suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan
pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
6
c. Modifikasi diri
Pendekatan pemprosesan informasi kontemporer menyatakan bahwa,
seperti dalam teori perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran aktif
dalam perkembangan meraka. Mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang
telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respon pada situasi pembelajaran yang
baru. Dengan cara ini, anak membangun respon baru yang lebih canggih
berdasarkan pengetahuan dan strategi sebelumnya.
2.2 PENDEKATAN KOGNITIF SOSIAL UNTUK PEMBELAJARAN
Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga
faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura
(1986, 1997, 2000, 2001) adalah salah satu arsitek utama teori kognitif sosial. Pada
teori ini, faktor internal maupun eksternal dianggap penting. Bandura
mengembangkan determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama, yaitu
perilaku, person/kognitif, dan lingkungan. Ketiga faktor ini saling berinteraksi satu
sama lain. faktor-faktor sosial seperti model, dapat mempengaruhi faktor personal
siswa, seperti tujuan, sense of efficacy untuk suatu tugas, atribusi, dan proses
regulasi diri, seperti merencanakan, memantau, dan mengontrol distraksi. Sebagai
contoh, umpan balik guru dapat membuat siswa menetapkan tujuan yang lebih
tinggi. Contoh lain, bila siswa mencapai sesuatu, keyakinan diri dan minatnya
meningkat.
Pengaruh Resiprokal
Ketiga kekuatan-personal, sosial/lingkungan, dan perilaku-berinteraksi
secara konstan. Mereka saling mempengaruhi dan dipengaruhi.
Pengaruh-Pengaruh Sosial
(Variabel-Variabel
Lingkungan)
Model
Instruksi
Umpan balik
Pengaruh-Pengaruh Self
(Variabel-Variabel Personal)
Tujuan
Efikasi Diri
Ekspektasi Hasil Atribusi
Evaluasi-Diri atas Kemajuan
Self-Regulatory Progress
Hasil-Hasil Pencapaian
(Perilaku)
Kemajuan Tujuan
Motivasi
Belajar
7
Sumber: Dari “Social-Self Interaction and Achievement Behavior” oleh D. H.
Schunk, 1999. Educational Psychologist, 34, hlm. 221. Diadaptasi dengan seizin
Lawrence Erlbaum Associates, Inc. dan penulis.
Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan
peran penting. Faktor person yang ditekankan Bandura ialah self-efficacy, yakni
keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif.
Definisi lain mengatakan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang akan
kapabilitasnya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan rangkaian tindakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan pencapaian tertentu.
Sumber-Sumber Efikasi Diri. Bandura mengidentifikasi empat sumber
efikasi diri: mastery experince, physiological and emotional arousal, vicarious
experinces, dan social persuasion. Mastery experince adalah pengalaman
langsung kita. Kesuksesan menaikkan efikasi, sementara kegagalan menurunkan
efikasi. Tingkat arousal mempengaruhi efikasi diri, tergantung bagaimana arousal
itu diinterpretasikan. Dalam vicarious experience (pengalaman orang lain),
seseorang memberikan penyelesaian. Bila sang model bekerja dengan baik, maka
efikasi siswa meningkat, tetapi bila sang model bekerja dengan buruk, maka efikasi
siswa menurun. Social persuasion berupa umpan balik spesifik atas kinerja.
2.2.1 PENERAPAN TEORI KOGNITIF SOSIAL
1. Pembelajaran Observasional
Pembelajaran observasional, juga dinamakan imitasi atau modeling, adalah
pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku
orang lain. Kapasitas untuk mempelajari pola perilaku dengan observasi dapat
mengeliminasi pembelajaran trial and error yang membosankan. Dalam banyak
kasus, pembelajaran observasional membutuhkan lebih sedikit waktu ketimbang
pengkondisian operan.
Model Pembelajaran Observasional Kontemporer Bandura
Ada empat proses yang terlibat dalam pembelajaran observasional Bandura.
Proses itu adalah: atensi, retensi, produksi, dan motivasi.
a) Atensi. Sebelum murid dapat meniru tindakan model, mereka harus
memperhatikan apa yang dilakukan oleh model. Atensi model
8
dipengaruhi oleh sejumlah karakteristik. Misalnya, orang yang hangat,
kuat, dan ramah akan lebih diperhatikan ketimbang orang yang dingin,
lemah, dan kaku. Murid lebih mungkin memperhatikan model yang
memiliki status tinggi daripada model yang memiliki status rendah.
b) Retensi. Untuk memproduksi tindakan model, murid harus mengodekan
informasi dan menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga
informasi itu bisa diambil kembali. Deskripsi verbal dan gambar yang
menarik akan membantu daya retensi murid.
c) Produksi. Anak mungkin memerhatikan model dan mengingat apa yang
mereka lihat, tetapi karena keterbatasan dalam kemampuan geraknya,
mereka tidak bisa mereproduksi perilaku model. Belajar, berlatih, dan
berusaha dapat membantu murid untuk meningkatkan kinerja motor
mereka.
d) Motivasi. Sering kali anak memerhatikan apa yang dikatakan atau
dilakukan oleh model, menyimpan informasi dalam memori, dan
memiliki kemampuan gerak dalam meniru tindakan model, namun tidak
termotivasi untuk melakukannya. Maka dari itu diperlukan penguat
untuk memotivasi anak. Bandura percaya bahwa penguatan tidak selalu
dibutuhkan agar pembelajaran observasional terjadi. Tetapi, jika si anak
tidak meniru perilaku yang diinginkan, ada tiga jenis penguat yang bisa
menolong: (1) memberi imbalan pada model; (2) memberi imbalan pada
anak; atau (3) memerintahkan anak untuk membuat pernyataan untuk
memperkuat diri.
Pembelajaran Observasional dalam Pengajaran
a) Mengarahkan perhatian. Dengan mengobservasi orang lain, kita bukan
hanya belajar tentang berbagai tindakan, tetapi juga melihat berbagai
objek yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu.
b) Menyempurnakan perilaku yang sudah dipelajari. Semua orang
pernah mengalami mencari isyarat dari orang lain ketika berada dalam
situasi yang asing. Mengobservasi perilaku orang lain menunjukkan
perilaku mana yang sudah dipelajari yang akan digunakan.
9
c) Memperkuat atau memperlemah hambatan. Bila para anggota kelas
melihat seorang siswa melanggar aturan kelas dan tidak mendapat sanksi
apa-apa, mereka belajar bahwa konsekuensi yang tidak diinginkan tidak
selalu mengikuti pelanggaran aturan. Bila guru dapat menangani seorang
pelanggar aturan dengan baik, terlebih bila pelanggar adalah ketua kelas,
ide melanggar aturan ini dapat dihambat oleh siswa-siswa lain yang
melihat interaksi itu.
d) Mengajarkan perilaku baru. Modeling dapat diterapkan di kelas untuk
mengajarkan berbagai keterampilan mental dan memperluas wawasan-
untuk mengajarkan cara berpikir baru. Guru bertindak sebagai model
untuk mengajarkan berbagai macam perilaku, seperti melafalkan kata-
kata.
e) Membangkitkan emosi. Melalui pembelajaran observasional, orang
dapat mengembangkan reaksi emosional terhadap situasi yang belum
pernah mereka alami secara pribadi. Misalnya seorang anak yang melihat
temannya jatuh dari ayunan dan lengannya patah mungkin menjadi takut
bermain ayunan.
2. Pendekatan Perilaku Kognitif dan Regulasi Diri
Dalam pendekatan perilaku kognitif, penekanannya adalah untuk membuat
murid memonitor, mengelola, dan mengatur perilaku mereka sendiri, bukan
mengontrol mereka melalui faktor eksternal. Pendekatan perilaku kognitif berasal
dari psikologi kognitif, yang menekankan pada efek pikiran terhadap perilaku, dan
behaviorisme, yang menekankan pada teknik mengubah perilaku.
Metode instruksi-diri adalah sebuah teknik perilaku kognitif yang
dimaksudkan guna mengajari individu untuk memodifikasi perilaku mereka
sendiri. Bayangkan sebuah situasi di mana murid SMA sangat gugup saat akan
menempuh ujian standar, misalnya UAN. Murid itu bisa diajak untuk berbicara
pada dirinya sendiri secara positif. Strateginya adalah mengubah pernyataan negatif
menjadi pernyataan positif.
Pembelajaran Regulasi Diri. Pembelajaran regulasi diri adalah
memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk
10
mencapai suatu tujuan. Tujuan dapat berupa tujuan akademik ataupun tujuan
sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).
11
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pendekatan Belajar Pemprosesan Informasi dan Kognitif
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori
belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para
penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik
yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model
belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai
model Perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan presepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Asumsi dari teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan
pengetahuan dalam dirinya.
Diantara para pakar kognitif terdapat 3 pakar terkenal yaitu: Piaget, Bruner,
dan Ausubel. Ketiga tokoh aliran kognitif di atas secara umum memiliki pandangan
yang sama yaitu mementingkan ketertiban siswa secara aktif dalam belajar.
Menurut salah satu tokoh kognitif mengatakan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Teori kognitif pembelajaran
tidaklah sesuatu yang mutlak mengenai benar atau salah, melainkan sesuatu yang
bisa dievaluasi hanya dalam kondisi dimana sifat tugas tersebut dipelajari, jenis
pembelajaran tercapai, dan sifat-sifat yang dibawa siswa kedalam situasi tersebut.
Menurut pandangan kognitif bahwa, proses-proses kognitif adalah hal-hal
yang dikerjakan pembelajar secara mental ketika mereka berusaha menafsirkan dan
mengingat apa yang mereka lihat, dengar, dan pelajari. Proses kognitif dapat
memberikan efek besar pada apa yang dipelajari dan diingat secara spesifik oleh
pembelajar. Sebagai contoh, dorongan siswa untuk berfikir tentang materi pelajaran
dengan cara yang akan membantu mereka mengingatnya. Seperti ketika guru
mengenalkan konsep mamalia, dan meminta siswa untuk memberikan banyak
12
contoh dan siswa mampu menyebutkan beberapa contoh mamalia yang diinginkan
guru tersebut.
Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif ini sudah banyak
digunakan baik dalam rumusan tujuan, maupun dalam pengembangan strategi,
belajar. Kegiatan pembelajaran mengikuti prinsip-prinsip seperti:
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui
tahapan-tahapan tertentu.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar baik
terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit
3. Ketertiban siswa secara aktif dalam belajar yang amat dipentingkan,
karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi,
akomodasi pengetahuan, dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu
mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif
yg telah dimiliki siswa.
3.2 Pendekatan Belajar Kognitif Sosial
Pendekatan belajar kognitif sosial menekankan adanya pengaruh dari tiga
faktor yang membentuk perilaku dalam proses belajar, yaitu faktor kognitif/person,
faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Ketiganya saling mempengaruhi satu sama
lain. hal yang paling ditekankan oleh Bandura dalam proses belajar adalah adanya
efikasi diri pada seseorang. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap
kemampuan yang dimilikinya sehingga ia dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi dengan baik. Efikasi diri memainkan peran penting dalam proses
pembelajaran.
Seorang murid yang self-efficacy-nya rendah mungkin tidak mau berusaha
belajar untuk mengerjakan ujian karena dia tidak percaya bahwa belajar akan bisa
membantunya mengerjakan soal. Efikasi diri tidak tergantung pada jenis
keterampilan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang, tetapi berhubungan
dengan keyakinan tentang apa yang dapat dilakukan menyangkut seberapa besar
usaha yang dikeluarkan seseorang dalam suatu tugas dan seberapa lama ia akan
bertahan. Keyakinan yang kuat akan kemampuan diri menyebabkan seseorang terus
13
berusaha sampai tujuannya tercapai. Namun, apabila keyakinan akan kemampuan
diri tidak kuat, seseorang cenderung akan mengurangi usahanya bila menemui
masalah. Selain itu efikasi diri juga mempengaruhi pola berpikir, reaksi emosional,
dan perilaku seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya. Seseorang yang
menilai dirinya mampu akan memusatkan perhatiannya dan berusaha lebih keras
lagi bila ia mengalami kegagalan.
Efikasi diri turut mempengaruhi siswa dalam memilih suatu tugas, usaha,
ketekunannya, dan prestasinya. Dibandingkan dengan siswa yang meragukan
kemampuan belajarnya, siswa yang merasa mampu menguasai suatu keahlian atau
melaksanakan suatu tugas akan lebih siap untuk berpartisipasi, bekerja keras, lebih
gigih dalam menghadapi kesulitan, dan mencapai level yang lebih tinggi. Jadi,
dalam belajar siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi tidak memandang tugas
tersebut sebagai suatu ancaman yang harus dihindari, melainkan menganggap
tantangan yang harus dihadapi.
Setiap orang pasti memiliki efikasi diri, namun yang membedakan adalah
tingkat efikasi diri yang dimiliki, apakah tinggi atau rendah. Pada kegiatan
pembelajaran, banyak sekali siswa yang memiliki efikasi diri rendah. Contoh kasus:
banyaknya siswa yang tidak percaya diri ketika mengerjakan soal ulangan.
Mengapa hal ini terjadi ? Hal ini terjadi karena mereka tidak mempunyai keyakinan
dan motivasi sehingga memiliki dorongan yang kurang untuk menapai tujuan yang
diinginkan. Akibatnya banyak dari siswa lebih memilih jalan pintas yang tidak baik
untuk memenuhi keinginanya. Menyontek merupakan salah satu perbuatan yang
mengatakan bahwa siswa memiliki efikasi diri yang rendah.
Salah satu cara untuk dapat meningkatkan efikasi diri pada siswa ialah
dengan adanya pelatihan berpikir positif. Elfiky menyebutkan bahwa proses
berpikir berkaitan erat dengan konsentrasi, perasaan, sikap, dan perilaku. Berpikir
positif dapat dideskripsikan sebagai suatu cara berpikir yang lebih menekankan
pada sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain
maupun situasi yang dihadapi (Elfiky, 2008, h.269). Berpikir positif juga membuat
individu mampu bertahan dalam situasi yang rawan distres (Brissette dkk. dalam
Kivimaki dkk, 2005, h.413). Selain itu, Fordyce (dalam Seligman dkk, 2005, h.
419) juga menemukan bahwa kondisi psikologis yang positif pada diri individu
14
dapat meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan beragam masalah dan tugas.
Berpikir positif juga membantu seseorang dalam memberikan sugesti positif pada
diri saat menghadapi kegagalan, saat berperilaku tertentu, dan membangkitkan
motivasi (Hill & Ritt, 2004, h. 175).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwitanyanov, dkk tentang pengaruh
pelatihan berpikir positif pada efikasi akademik mengatakan bahwa pelatihan
berpikir positif memiliki pengaruh dalam meningkatkan efikasi diri akademik
mahasiswa. Efikasi diri akademik kelompok eksperimen terbukti lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Suryani tentang pengaruh berpikir positif terhadap
efikasi diri mahasiswa. Pada penelitian itu didapatkan hasil bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah
dilakukan pelatihan berpikir positif yang berupa persuasi verbal. Hasilnya berbeda
karena penelitian pertama mengamati pengaruh efikasi diri mahasiswa pada bidang
akademik, sedangkan pada penelitian kedua dilakukan pada mahasiswa profesi
pada tahap klinik yang melakukan praktek lapangan.
Pada konsep belajar Bandura terdapat pembelajaran observasional.
Pembelajaran observasional juga disebut pembelajaran modeling. Pembelajaran
observasional Bandura memiliki keunggulan dalam hal mengakomodir
kompleksitas perilaku, lingkungan dan individu siswa sehingga pembelajaran dapat
bermanfaat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Teknik pembelajaran
modeling merupakan pembelajaran yang diawali melalui pengamatan terhadap
seorang model. Dengan melakukan pengamatan, maka siswa akan memperoleh
gambaran yang jalas dan akurat terhadap konsep gerak yang akan dilakukan.
Pengamatan akan secara langsung menjadi sebuah proses mengingat sehingga
sangat bermanfaat dalam melakukan gerakan yang telah diingat melalui proses
mengingat. Dengan berbekal ingatan yang diperkuat dengan peran model maka
dimungkinkan seorang siswa akan lebih fokus, berkonsentrasi, tertarik dan
memiliki semangat tinggi untuk belajar. Jika dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional (ceramah dan demontrasi), proses belajar hanya sampai pada proses
pengamatan tanpa ada penguatan yang lebih lanjut dengan model, sehingga jika
dibandingkan dengan pembelajaran observasional Bandura dengan menggunakan
15
model, maka akan nyata terlihat perbedaan hasil belajarnya, karena tanpa penguatan
model, proses belajar siswa melalui model pembelajaran konvensional akan kurang
berkonsentrasi, dan kurang menciptakan motivasi dalam belajarnya. Pembelajaran
observasional Bandura juga menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada
siswa (student center). Hal ini terbukti dengan tahapan dalam pembelajaran
obervasional yang terdiri dari retensi dan produksi. Pada tahap retensi, siswa
dibebaskan untuk melakukan konsep berpikir dan mengingat serta membayangkan
secara seluas-luasnya baik individu maupun kelompok berdasarkan apa yang telah
diamati dari model, dengan keleluasaaan ini, maka siswa secara aktif berpikir dan
berprilaku sesuai dngan kebutuhannya sehingga meningkatkan transfer
mengingatnya ke dalam fase gerakan. Sedangkan pada tahap produksi, siswa
diberikan keleluasaan untuk melakukan latihan dan mempraktekkan secara seluas-
luasnya gerakan yang telah diingat dan diamati, sehingga secara konseptual siswa
terpola hasil gerakannya dari mengamati, mengingat dan mempraktekkan.
Pembelajaran observasional dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian oleh Gus Rohmat, dkk tentang
pengaruh pembelajaran observasional dapal meningkatkan motivasi belajar siswa.
Secara keseluruhan motivasi belajar IPS siswa meningkat di setiap tindakan. Dalam
pembelajaran observasional, di-perlukan model yang akan menjadi sarana bagi
pebelajar untuk memberi stimuli bagi respon pebelajar. Lebih jauh lagi, Lapono
menjelaskan model yang dapat digunakan dalam peniruan dapat berupa real life
model (model kehidupan nyata), symbolic model (model disajikan secara simbolis
lewat pembelajaran lisan, tertulis, peraga dan kombinasi serta gambar), dan repre-
sentative model (model yang ditayangkan melalui televisi maupun video).
Kelemahan dari teori Bandura adalah teori belajar sosial Albert Bandura
sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena teknik
pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan perilaku dan adakalanya cara
peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya
dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat individu yang
menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku akan meniru
tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima masyarakat.
16
Namun hal itu tetap kembali pada individu itu sendiri, ketika individu menerima
informasi, apakah diolah dengan baik melalui proses kognitifnya atau tidak.
Kelebihan dari teori Bandura adalah teori belajar sosial Albert Bandura
lebih lengkap dari teori sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan
erilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura
memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus,
melainkan juga atas reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan
kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning
(pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar
social menekankan pentngnya perhatian empiris dalam mempelajari perkembangan
anak-anak. Penelitian ini berfokus pada perkembangan anak-anak faktor sosial dan
kognitif.
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pada teori kognitif, terdapat dua teori yang dibahas yaitu teori kognitif
Bruner dan teori kognitif Piaget. Bruner menekankan adanya pengaruh budaya
terhadap tingkah laku seseorang dengan teorinya yang disebut free discovery
learning. Ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,
teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupan. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetik yaitu proses yang didasarkan oleh mekanisme biologis perkembangan
sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang maka makin
komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat kemampuannya.
Pada pendekatan belajar pemprosesan informasi, inti dari pendekatan ini
adalah proses memori dan proses berfikir. Menurut pendekatan pemprosesan
informasi, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses
informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Pada teori kognitif sosial, menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan
juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert
Bandura (1986, 1997, 2000, 2001) adalah salah satu arsitek utama teori kognitif
sosial. Pada teori ini, faktor internal maupun eksternal dianggap penting. Aplikasi
dari teori kognitif sosial adalah adanya pembelajaran modeling serta pembelajaran
regulasi diri. Bandura juga mengatakan bahwa faktor terpenting dari belajar adalah
efikasi diri. Semakin tinggi efikasi diri seseorang maka semakin bagus hasil yang
akan didapatkan dari proses belajar.
4.2 SARAN
Dengan adanya teori belajar pemprosesan informasi dan kognitif, serta
sosial kognitif modeling, semoga dapat menjadi referensi dalam memilih
pendekatan pembelajaran yang sesuai sehingga tujuan yang hendak diraih berhasil
dicapai. Pada teori pemprosesan informasi dan kognitif telah dijelaskan tahap-tahap
18
pemprosesan informasi sehingga terbentuk perilaku baru. Hendaknya dalam
mengajarkan siswanya, guru menyampaikan contoh-contoh sembari menjelaskan
pelajaran, sehingga dengan contoh-contoh yang kongkrit, siswa dapat dengan
mudah mengerti dalam proses belajar. Guru juga hendaknya dapat menghubungkan
suatu masalah dengan informasi yang telah dimiliki oleh siswanya.
Pada teori modeling Albert Bandura, hendaknya dalam proses peniruan,
pilihlah hal yang positif dari apa yang ditiru. Meniru bukan berarti harus sesuai
dengan hasil observasi. kita dapat memodifikasi perilaku sesuai dengan keyakinan
dan kemampuan diri yang kita miliki, sehingga kita dapat meningkatkan
kemampuan untuk memecahkan masalah secara efektif. Dalam teori ini hendaknya
kita dapat belajar bagaimana menjadi individu yang memiliki efikasi diri yang
tinggi. Individu dengan efikasi diri yang tinggi tidak akan cepat menyerah ketika
mengalami kegagalan, melainkan dapat bengkit kembali dan dengan
mengintropeksi kekurangan sehingga dapat memaksimalkan usaha untuk
menghadapi masalah kedepannya.
19
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W.2008.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Kencana Prenada Media
Group.
Woolfolk, Anita.2009.Educational Psychology Bagian
Pertama.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Woolfolk, Anita.2009.Educational Psychology Bagian Kedua.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Zalnaya.2014.Psikologi Pembelajaran.Pekanbaru:Mutiara Pesisir Sumatra.

More Related Content

What's hot

Modul Perkembangan Peserta Didik KB 1- Perkembangan Fisik & Psikomotorik Pese...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 1- Perkembangan Fisik & Psikomotorik Pese...Modul Perkembangan Peserta Didik KB 1- Perkembangan Fisik & Psikomotorik Pese...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 1- Perkembangan Fisik & Psikomotorik Pese...
Istna Zakia Iriana
 
pengembngan kurikulum makro......
pengembngan  kurikulum makro......pengembngan  kurikulum makro......
pengembngan kurikulum makro......Tri Ajeng
 
Perkembangan bahasa ...
Perkembangan bahasa                                                          ...Perkembangan bahasa                                                          ...
Perkembangan bahasa ...Dedi Yulianto
 
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta DidikMakalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
PutriMeka
 
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPT
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPTPengantar Perkembangan Peserta Didik PPT
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPTAndhika Pratama
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Ali Murfi
 
Analisis karakteristik siswa dan lingkungan
Analisis karakteristik  siswa dan lingkunganAnalisis karakteristik  siswa dan lingkungan
Analisis karakteristik siswa dan lingkunganSalsabila Arini
 
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
steffaniemalauhollo
 
Sejarah perkembangan ips
Sejarah perkembangan ipsSejarah perkembangan ips
Sejarah perkembangan ips
Enmoiya
 
Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-taba
Princess Indry
 
Evaluasi pendidikan kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda dan tes uraian
Evaluasi pendidikan kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda dan tes uraianEvaluasi pendidikan kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda dan tes uraian
Evaluasi pendidikan kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda dan tes uraian
JFF Channel
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Warman Tateuteu
 
KONSEP DASAR PAUD
KONSEP DASAR PAUDKONSEP DASAR PAUD
KONSEP DASAR PAUD
IAIN Padangsidimpuan
 
Pedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikPedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikTyasMommy Cozy Azalea
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Hafiza .h
 
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdfKurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
APRILIANYUNTIARI
 
Teori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky pptTeori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky ppt
Rahmah Salsabila
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
eli priyatna laidan
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaIkhsan Muhammad
 
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianperkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
Septia Darmayanti
 

What's hot (20)

Modul Perkembangan Peserta Didik KB 1- Perkembangan Fisik & Psikomotorik Pese...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 1- Perkembangan Fisik & Psikomotorik Pese...Modul Perkembangan Peserta Didik KB 1- Perkembangan Fisik & Psikomotorik Pese...
Modul Perkembangan Peserta Didik KB 1- Perkembangan Fisik & Psikomotorik Pese...
 
pengembngan kurikulum makro......
pengembngan  kurikulum makro......pengembngan  kurikulum makro......
pengembngan kurikulum makro......
 
Perkembangan bahasa ...
Perkembangan bahasa                                                          ...Perkembangan bahasa                                                          ...
Perkembangan bahasa ...
 
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta DidikMakalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
Makalah ilmu Pendidikan Perkembangan Fisik Peserta Didik
 
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPT
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPTPengantar Perkembangan Peserta Didik PPT
Pengantar Perkembangan Peserta Didik PPT
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
 
Analisis karakteristik siswa dan lingkungan
Analisis karakteristik  siswa dan lingkunganAnalisis karakteristik  siswa dan lingkungan
Analisis karakteristik siswa dan lingkungan
 
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdfTopik 1_  Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
Topik 1_ Perjalanan Pendidikan Nasional (1).pdf
 
Sejarah perkembangan ips
Sejarah perkembangan ipsSejarah perkembangan ips
Sejarah perkembangan ips
 
Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-taba
 
Evaluasi pendidikan kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda dan tes uraian
Evaluasi pendidikan kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda dan tes uraianEvaluasi pendidikan kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda dan tes uraian
Evaluasi pendidikan kelebihan dan kekurangan tes pilihan ganda dan tes uraian
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
 
KONSEP DASAR PAUD
KONSEP DASAR PAUDKONSEP DASAR PAUD
KONSEP DASAR PAUD
 
Pedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didikPedoman observasi untuk peserta didik
Pedoman observasi untuk peserta didik
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
 
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdfKurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
Kurikulum Hilda Taba, Olivia Beauchamp dan Rogers, .pdf
 
Teori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky pptTeori belajar vygotsky ppt
Teori belajar vygotsky ppt
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
 
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadianperkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
perkembangan masa remaja kognitif, emosional dan kepribadian
 

Similar to Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifPriyaRav
 
Full asiment abad ke 21
Full asiment abad ke 21Full asiment abad ke 21
Full asiment abad ke 21Mohd Kasman
 
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismeTeori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
PratiwiKartikaSari
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
Dadang DjokoKaryanto
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
Dadang DjokoKaryanto
 
Pendekatan Pemrosesan Informasi FIX.docx
Pendekatan Pemrosesan Informasi FIX.docxPendekatan Pemrosesan Informasi FIX.docx
Pendekatan Pemrosesan Informasi FIX.docx
Ferihana
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
Dadang DjokoKaryanto
 
Teori kognitif
Teori kognitif  Teori kognitif
Teori kognitif
PratiwiKartikaSari
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
Dadang DjokoKaryanto
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifCikgu Zatiah
 
Learning theory kognitif
Learning theory kognitifLearning theory kognitif
Learning theory kognitif
Jeny Hardiah
 
Makalah proses belajar
Makalah proses belajarMakalah proses belajar
Makalah proses belajar
azmah fikriyah
 
Kelompok 2 sbm jadi
Kelompok 2 sbm   jadiKelompok 2 sbm   jadi
Kelompok 2 sbm jadiMitha Ye Es
 
Ppt Kelompok 2 Kognitivisme.pptx dan bela
Ppt Kelompok 2 Kognitivisme.pptx dan belaPpt Kelompok 2 Kognitivisme.pptx dan bela
Ppt Kelompok 2 Kognitivisme.pptx dan bela
AdrianusNdolu
 
Hmef5043
Hmef5043Hmef5043
Hmef5043
latiba
 
Teori Kognitivistik
Teori KognitivistikTeori Kognitivistik
Teori Kognitivistik
3ry21
 
786-Article Text-1807-1-10-20200619.pdf
786-Article Text-1807-1-10-20200619.pdf786-Article Text-1807-1-10-20200619.pdf
786-Article Text-1807-1-10-20200619.pdf
MukhlisKaloy
 
TOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptxTOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptx
narul456
 
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiMakalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Dedy Wiranto
 

Similar to Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran (20)

Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Full asiment abad ke 21
Full asiment abad ke 21Full asiment abad ke 21
Full asiment abad ke 21
 
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan KonstruktivismeTeori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
Teori belajar Kognitivisme, Behaviorisme, Humanisme, Dan Konstruktivisme
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Pendekatan Pemrosesan Informasi FIX.docx
Pendekatan Pemrosesan Informasi FIX.docxPendekatan Pemrosesan Informasi FIX.docx
Pendekatan Pemrosesan Informasi FIX.docx
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Teori kognitif
Teori kognitif  Teori kognitif
Teori kognitif
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Learning theory kognitif
Learning theory kognitifLearning theory kognitif
Learning theory kognitif
 
Makalah proses belajar
Makalah proses belajarMakalah proses belajar
Makalah proses belajar
 
Kelompok 2 sbm jadi
Kelompok 2 sbm   jadiKelompok 2 sbm   jadi
Kelompok 2 sbm jadi
 
Ppt Kelompok 2 Kognitivisme.pptx dan bela
Ppt Kelompok 2 Kognitivisme.pptx dan belaPpt Kelompok 2 Kognitivisme.pptx dan bela
Ppt Kelompok 2 Kognitivisme.pptx dan bela
 
Hmef5043
Hmef5043Hmef5043
Hmef5043
 
Teori Kognitivistik
Teori KognitivistikTeori Kognitivistik
Teori Kognitivistik
 
786-Article Text-1807-1-10-20200619.pdf
786-Article Text-1807-1-10-20200619.pdf786-Article Text-1807-1-10-20200619.pdf
786-Article Text-1807-1-10-20200619.pdf
 
TOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptxTOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptx
 
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiMakalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan Informasi
 

More from Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Pengukuran Psikologi
Pengukuran PsikologiPengukuran Psikologi
Metode Eksperimen dalam Psikologi
Metode Eksperimen dalam PsikologiMetode Eksperimen dalam Psikologi
Metode Eksperimen dalam Psikologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa KeagamaanPengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
Emosi, hawa nafsu, syahwat
Emosi, hawa nafsu, syahwatEmosi, hawa nafsu, syahwat
Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial
Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas SosialTugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial
Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
Tugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworthTugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworth
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan AgamaProblematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKANPERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
 

More from Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (10)

Pengukuran Psikologi
Pengukuran PsikologiPengukuran Psikologi
Pengukuran Psikologi
 
Metode Eksperimen dalam Psikologi
Metode Eksperimen dalam PsikologiMetode Eksperimen dalam Psikologi
Metode Eksperimen dalam Psikologi
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDER
 
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa KeagamaanPengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
 
Emosi, hawa nafsu, syahwat
Emosi, hawa nafsu, syahwatEmosi, hawa nafsu, syahwat
Emosi, hawa nafsu, syahwat
 
Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial
Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas SosialTugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial
Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial
 
Tugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworthTugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworth
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan Diroyah
 
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan AgamaProblematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
 
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKANPERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
 

Recently uploaded

Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
kusnen59
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
jaya35ml2
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
zakkimushoffi41
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
VenyHandayani2
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
jodikurniawan341
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
arianferdana
 

Recently uploaded (20)

Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala SekolahVisi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
Visi Misi SDN 2 Krenceng dalam Observasi Kepala Sekolah
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkdpenjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
penjelasan tentang tugas dan wewenang pkd
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
1.4.a.4.5. Restitusi - Lima Posisi Kontrol.pdf
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
CGP.10.Pendampingan Individual 2 - VISI DAN PRAKARSA PERUBAHAN.pdf_20240528_1...
 
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakatPPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
PPT LANDASAN PENDIDIKAN.pptx tentang hubungan sekolah dengan masyarakat
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
2. Kerangka Kompetensi Literasi Guru SD_Rev.pptx
 

Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi. Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif ? 2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ? 1.3 TUJUAN Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan dengan teori belajar.
  • 2. 2 BAB II TEORI 2.1 PENDEKATAN INFORMATION PROCESSING & COGNITIF 2.1.1 Teori Pembelajaran Kognitif A. Teori Kognitif Bruner Bruner menekankan adanya pengaruh budaya terhadap tingkah laku seseorang dengan teorinya yang disebut free discovery learning. Ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu, enactive, icomic, dan symbolic. 1) Tahap inaktif. Seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya, melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. 2) Tahap ikomik. Seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). 3) Tahap simbolik. Seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan- gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan berlogika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol- simbol bahasa, logika, mataematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berfikirnya., semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi menggunakan enaktif dan ikomik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ikomik dalam proses belajar. Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Gagasannya mengenai kurikulum spiral (a spiral
  • 3. 3 curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjukkan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkna yang sama dalam cakupan yang lebih rinci. Pendekatan penataan materi dari umum ke rinci yang dikemukankannya dalam model kurikulum spiral merupakan bentuk penyesuaian antara materi yang dipelajari dengan tahap perkembangan kognitif orang yang belajar. Di saat yang sama, tiap jenis kemampuan pembelajaran individu mempunyai fitur yang unik. Bruner (1985) dengan lugas berkata bahwa pandangan pembelajaran tidaklah sesuatu yang mutlak mengenai benar atau salah, melainkan sesuatu yang bisa dievaluasi hanya dalam kondisi dimana sifat tugas tersebut dipelajari, jenis pembelajaran tercapai, dan sifat-sifat yang dibawa siswa ke dalam situasi tersebut (pada saat pembelajaran berlangsung). B. Teori Kognitif Piaget Piaget adalah seorang psikolog perkembangan karena penelitianya mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan individu. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu proses yang didasarkan oleh mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat kemampuannya. Menurut Piaget pada umumnya akan berhubungan dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu penomena baru sebagai pengalaman atau persoalan. Bila seseorang dalam kondisi sekarang dapat mengatasi situasi baru, keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus melakukan adaptasi dengan lingkungannya. Proses adaptasi dibagi menjadi dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu: 1. Asimilasi Proses perubahan apa yang dipahami adalah proses sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang,
  • 4. 4 2. Akomodasi Proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat dipahami. Hal ini berarti apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang sudah dimilikinya yang harus disesuaikan dengan informasi yang dipunyai. C. Teori Kognitif Ausubel Ausubel menyatakan bahwa konsep belajar berhubungan dengan bagaimana memperoleh pengetahuan baru dan mengaitkan pengetahuan yang diperoleh pada struktur kognitif yang dimiliki. Menurut ausubel proses belajar peserta didik dipengaruhi oleh kebermaknaan teknik pengajaran, adanya bahan yang relevan dengan struktur kognitif dan keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran. 2.1.2 Teori Pemrosesan Informasi (Information-Processing-Theory) Pendekatan pemprosesan informasi adalah murid menyatakan bahwa mengilah informasi, memonitornya, dan menyusun strategis berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berfikir. Menurut pendekatan pemprosesan informasi, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Beberapa pendekatan pemprosesan informasi memiliki kecenderungan yang lebih konstruktivis ketimbang pendekatan lainnya. Memandang guru sebagai pembimbing kognitif untuk tugas akademik dan murid sebagai pelajar yang berusaha memahami tugas-tugas tersebut (mayer,2001, 2002). Teori ini merupakan salah satu teori kognitif tentang belajar yang pertama dan paling berpengaruh (Eggen dan Kauchak,1997). Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menggambarkan pemrosesan, penyimpanan dan perolehan pengetahuan oleh pikiran (Byrnes, 1996 ). Teori yang berakar pada lapangan Arificial Intelegence ( AI ) ini merupakan karya dari Alexandra Lauria (1902-1077) dalam Sukadji (1998). Menurut teori ini, belajar adalah menyangkut tentang bagaimana informasi dari lingkungan dapat disimpan dalam memori. Untuk menggambarkan proses
  • 5. 5 tersebut digunakan permodelan. Model proses penyimpanan informasi yang paling berpengaruh dalam hal ini adalah model yang dikemukakan oleh Atkinson dan Siffrin pada tahun 1968. Model tersebut memiliki tiga komponen mayor, yaitu: penyimpanan informasi ( information store ), proses kognitif ( cognitive process ), dan metakognisi ( metakognition ) ( Eggen dan Kauchak,1997 ). Robert Siegler (1998) mendeskripsikan tiga karakter utama dari pendekatan pemprosesan informasi: proses berfikir, mekanisme perubahan, dan modifikasi diri: a. Proses Berfikir Menurut Siegler (2002), berfikir adalah pemprosesan informasi. Dalam hal ini Siegler berpendapat bahwa ketika anak merasakan (perceive), melakukan penyandian (encording), mempresentasikan, dan menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka melakukan proses berfikir. Siegler percaya bahwa pikiran adalah suatu yang fleksibel, yang menyebabkan individu dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas, dan tujuan. Tetapi, ada batasan kemampuan berfikir manusia ini. b. Mekanisme perubahan Siegler berpendapat ada empat mekanisme yang bekerja sama menciptakan perubahan dalam keterampilan kognitif anak: 1) Encoding Proses memasukkan informasi kedalam memori. Siegler mengatakan bahwa aspek utama dari pemecahan problem adalah menyandikan informasi yang relevan dan mengabaikan informasi yang tidak relevan. 2) Otomatisitas Adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemprosesan informasi makin otomatis, dan anak bisa mendeteksi hubungan-hubungan antara ide dan kejadian (kail, 2002). 3) Konstruksi Strategis Adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Siegler (2001) mengatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah.
  • 6. 6 c. Modifikasi diri Pendekatan pemprosesan informasi kontemporer menyatakan bahwa, seperti dalam teori perkembangan kognitif Piaget, anak memainkan peran aktif dalam perkembangan meraka. Mereka menggunakan pengetahuan dan strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respon pada situasi pembelajaran yang baru. Dengan cara ini, anak membangun respon baru yang lebih canggih berdasarkan pengetahuan dan strategi sebelumnya. 2.2 PENDEKATAN KOGNITIF SOSIAL UNTUK PEMBELAJARAN Teori kognitif sosial menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura (1986, 1997, 2000, 2001) adalah salah satu arsitek utama teori kognitif sosial. Pada teori ini, faktor internal maupun eksternal dianggap penting. Bandura mengembangkan determinisme resiprokal yang terdiri dari tiga faktor utama, yaitu perilaku, person/kognitif, dan lingkungan. Ketiga faktor ini saling berinteraksi satu sama lain. faktor-faktor sosial seperti model, dapat mempengaruhi faktor personal siswa, seperti tujuan, sense of efficacy untuk suatu tugas, atribusi, dan proses regulasi diri, seperti merencanakan, memantau, dan mengontrol distraksi. Sebagai contoh, umpan balik guru dapat membuat siswa menetapkan tujuan yang lebih tinggi. Contoh lain, bila siswa mencapai sesuatu, keyakinan diri dan minatnya meningkat. Pengaruh Resiprokal Ketiga kekuatan-personal, sosial/lingkungan, dan perilaku-berinteraksi secara konstan. Mereka saling mempengaruhi dan dipengaruhi. Pengaruh-Pengaruh Sosial (Variabel-Variabel Lingkungan) Model Instruksi Umpan balik Pengaruh-Pengaruh Self (Variabel-Variabel Personal) Tujuan Efikasi Diri Ekspektasi Hasil Atribusi Evaluasi-Diri atas Kemajuan Self-Regulatory Progress Hasil-Hasil Pencapaian (Perilaku) Kemajuan Tujuan Motivasi Belajar
  • 7. 7 Sumber: Dari “Social-Self Interaction and Achievement Behavior” oleh D. H. Schunk, 1999. Educational Psychologist, 34, hlm. 221. Diadaptasi dengan seizin Lawrence Erlbaum Associates, Inc. dan penulis. Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran penting. Faktor person yang ditekankan Bandura ialah self-efficacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Definisi lain mengatakan self-efficacy sebagai keyakinan seseorang akan kapabilitasnya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan rangkaian tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan pencapaian tertentu. Sumber-Sumber Efikasi Diri. Bandura mengidentifikasi empat sumber efikasi diri: mastery experince, physiological and emotional arousal, vicarious experinces, dan social persuasion. Mastery experince adalah pengalaman langsung kita. Kesuksesan menaikkan efikasi, sementara kegagalan menurunkan efikasi. Tingkat arousal mempengaruhi efikasi diri, tergantung bagaimana arousal itu diinterpretasikan. Dalam vicarious experience (pengalaman orang lain), seseorang memberikan penyelesaian. Bila sang model bekerja dengan baik, maka efikasi siswa meningkat, tetapi bila sang model bekerja dengan buruk, maka efikasi siswa menurun. Social persuasion berupa umpan balik spesifik atas kinerja. 2.2.1 PENERAPAN TEORI KOGNITIF SOSIAL 1. Pembelajaran Observasional Pembelajaran observasional, juga dinamakan imitasi atau modeling, adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain. Kapasitas untuk mempelajari pola perilaku dengan observasi dapat mengeliminasi pembelajaran trial and error yang membosankan. Dalam banyak kasus, pembelajaran observasional membutuhkan lebih sedikit waktu ketimbang pengkondisian operan. Model Pembelajaran Observasional Kontemporer Bandura Ada empat proses yang terlibat dalam pembelajaran observasional Bandura. Proses itu adalah: atensi, retensi, produksi, dan motivasi. a) Atensi. Sebelum murid dapat meniru tindakan model, mereka harus memperhatikan apa yang dilakukan oleh model. Atensi model
  • 8. 8 dipengaruhi oleh sejumlah karakteristik. Misalnya, orang yang hangat, kuat, dan ramah akan lebih diperhatikan ketimbang orang yang dingin, lemah, dan kaku. Murid lebih mungkin memperhatikan model yang memiliki status tinggi daripada model yang memiliki status rendah. b) Retensi. Untuk memproduksi tindakan model, murid harus mengodekan informasi dan menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga informasi itu bisa diambil kembali. Deskripsi verbal dan gambar yang menarik akan membantu daya retensi murid. c) Produksi. Anak mungkin memerhatikan model dan mengingat apa yang mereka lihat, tetapi karena keterbatasan dalam kemampuan geraknya, mereka tidak bisa mereproduksi perilaku model. Belajar, berlatih, dan berusaha dapat membantu murid untuk meningkatkan kinerja motor mereka. d) Motivasi. Sering kali anak memerhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan oleh model, menyimpan informasi dalam memori, dan memiliki kemampuan gerak dalam meniru tindakan model, namun tidak termotivasi untuk melakukannya. Maka dari itu diperlukan penguat untuk memotivasi anak. Bandura percaya bahwa penguatan tidak selalu dibutuhkan agar pembelajaran observasional terjadi. Tetapi, jika si anak tidak meniru perilaku yang diinginkan, ada tiga jenis penguat yang bisa menolong: (1) memberi imbalan pada model; (2) memberi imbalan pada anak; atau (3) memerintahkan anak untuk membuat pernyataan untuk memperkuat diri. Pembelajaran Observasional dalam Pengajaran a) Mengarahkan perhatian. Dengan mengobservasi orang lain, kita bukan hanya belajar tentang berbagai tindakan, tetapi juga melihat berbagai objek yang terlibat dalam tindakan-tindakan itu. b) Menyempurnakan perilaku yang sudah dipelajari. Semua orang pernah mengalami mencari isyarat dari orang lain ketika berada dalam situasi yang asing. Mengobservasi perilaku orang lain menunjukkan perilaku mana yang sudah dipelajari yang akan digunakan.
  • 9. 9 c) Memperkuat atau memperlemah hambatan. Bila para anggota kelas melihat seorang siswa melanggar aturan kelas dan tidak mendapat sanksi apa-apa, mereka belajar bahwa konsekuensi yang tidak diinginkan tidak selalu mengikuti pelanggaran aturan. Bila guru dapat menangani seorang pelanggar aturan dengan baik, terlebih bila pelanggar adalah ketua kelas, ide melanggar aturan ini dapat dihambat oleh siswa-siswa lain yang melihat interaksi itu. d) Mengajarkan perilaku baru. Modeling dapat diterapkan di kelas untuk mengajarkan berbagai keterampilan mental dan memperluas wawasan- untuk mengajarkan cara berpikir baru. Guru bertindak sebagai model untuk mengajarkan berbagai macam perilaku, seperti melafalkan kata- kata. e) Membangkitkan emosi. Melalui pembelajaran observasional, orang dapat mengembangkan reaksi emosional terhadap situasi yang belum pernah mereka alami secara pribadi. Misalnya seorang anak yang melihat temannya jatuh dari ayunan dan lengannya patah mungkin menjadi takut bermain ayunan. 2. Pendekatan Perilaku Kognitif dan Regulasi Diri Dalam pendekatan perilaku kognitif, penekanannya adalah untuk membuat murid memonitor, mengelola, dan mengatur perilaku mereka sendiri, bukan mengontrol mereka melalui faktor eksternal. Pendekatan perilaku kognitif berasal dari psikologi kognitif, yang menekankan pada efek pikiran terhadap perilaku, dan behaviorisme, yang menekankan pada teknik mengubah perilaku. Metode instruksi-diri adalah sebuah teknik perilaku kognitif yang dimaksudkan guna mengajari individu untuk memodifikasi perilaku mereka sendiri. Bayangkan sebuah situasi di mana murid SMA sangat gugup saat akan menempuh ujian standar, misalnya UAN. Murid itu bisa diajak untuk berbicara pada dirinya sendiri secara positif. Strateginya adalah mengubah pernyataan negatif menjadi pernyataan positif. Pembelajaran Regulasi Diri. Pembelajaran regulasi diri adalah memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk
  • 10. 10 mencapai suatu tujuan. Tujuan dapat berupa tujuan akademik ataupun tujuan sosioemosional (mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya).
  • 11. 11 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pendekatan Belajar Pemprosesan Informasi dan Kognitif Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model Perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan presepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Asumsi dari teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Diantara para pakar kognitif terdapat 3 pakar terkenal yaitu: Piaget, Bruner, dan Ausubel. Ketiga tokoh aliran kognitif di atas secara umum memiliki pandangan yang sama yaitu mementingkan ketertiban siswa secara aktif dalam belajar. Menurut salah satu tokoh kognitif mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh- contoh yang ia jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Teori kognitif pembelajaran tidaklah sesuatu yang mutlak mengenai benar atau salah, melainkan sesuatu yang bisa dievaluasi hanya dalam kondisi dimana sifat tugas tersebut dipelajari, jenis pembelajaran tercapai, dan sifat-sifat yang dibawa siswa kedalam situasi tersebut. Menurut pandangan kognitif bahwa, proses-proses kognitif adalah hal-hal yang dikerjakan pembelajar secara mental ketika mereka berusaha menafsirkan dan mengingat apa yang mereka lihat, dengar, dan pelajari. Proses kognitif dapat memberikan efek besar pada apa yang dipelajari dan diingat secara spesifik oleh pembelajar. Sebagai contoh, dorongan siswa untuk berfikir tentang materi pelajaran dengan cara yang akan membantu mereka mengingatnya. Seperti ketika guru mengenalkan konsep mamalia, dan meminta siswa untuk memberikan banyak
  • 12. 12 contoh dan siswa mampu menyebutkan beberapa contoh mamalia yang diinginkan guru tersebut. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif ini sudah banyak digunakan baik dalam rumusan tujuan, maupun dalam pengembangan strategi, belajar. Kegiatan pembelajaran mengikuti prinsip-prinsip seperti: 1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berfikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahapan-tahapan tertentu. 2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar baik terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit 3. Ketertiban siswa secara aktif dalam belajar yang amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi, akomodasi pengetahuan, dan pengalaman dapat terjadi dengan baik. 4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yg telah dimiliki siswa. 3.2 Pendekatan Belajar Kognitif Sosial Pendekatan belajar kognitif sosial menekankan adanya pengaruh dari tiga faktor yang membentuk perilaku dalam proses belajar, yaitu faktor kognitif/person, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain. hal yang paling ditekankan oleh Bandura dalam proses belajar adalah adanya efikasi diri pada seseorang. Efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya sehingga ia dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan baik. Efikasi diri memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Seorang murid yang self-efficacy-nya rendah mungkin tidak mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian karena dia tidak percaya bahwa belajar akan bisa membantunya mengerjakan soal. Efikasi diri tidak tergantung pada jenis keterampilan atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang, tetapi berhubungan dengan keyakinan tentang apa yang dapat dilakukan menyangkut seberapa besar usaha yang dikeluarkan seseorang dalam suatu tugas dan seberapa lama ia akan bertahan. Keyakinan yang kuat akan kemampuan diri menyebabkan seseorang terus
  • 13. 13 berusaha sampai tujuannya tercapai. Namun, apabila keyakinan akan kemampuan diri tidak kuat, seseorang cenderung akan mengurangi usahanya bila menemui masalah. Selain itu efikasi diri juga mempengaruhi pola berpikir, reaksi emosional, dan perilaku seseorang dalam berhubungan dengan lingkungannya. Seseorang yang menilai dirinya mampu akan memusatkan perhatiannya dan berusaha lebih keras lagi bila ia mengalami kegagalan. Efikasi diri turut mempengaruhi siswa dalam memilih suatu tugas, usaha, ketekunannya, dan prestasinya. Dibandingkan dengan siswa yang meragukan kemampuan belajarnya, siswa yang merasa mampu menguasai suatu keahlian atau melaksanakan suatu tugas akan lebih siap untuk berpartisipasi, bekerja keras, lebih gigih dalam menghadapi kesulitan, dan mencapai level yang lebih tinggi. Jadi, dalam belajar siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi tidak memandang tugas tersebut sebagai suatu ancaman yang harus dihindari, melainkan menganggap tantangan yang harus dihadapi. Setiap orang pasti memiliki efikasi diri, namun yang membedakan adalah tingkat efikasi diri yang dimiliki, apakah tinggi atau rendah. Pada kegiatan pembelajaran, banyak sekali siswa yang memiliki efikasi diri rendah. Contoh kasus: banyaknya siswa yang tidak percaya diri ketika mengerjakan soal ulangan. Mengapa hal ini terjadi ? Hal ini terjadi karena mereka tidak mempunyai keyakinan dan motivasi sehingga memiliki dorongan yang kurang untuk menapai tujuan yang diinginkan. Akibatnya banyak dari siswa lebih memilih jalan pintas yang tidak baik untuk memenuhi keinginanya. Menyontek merupakan salah satu perbuatan yang mengatakan bahwa siswa memiliki efikasi diri yang rendah. Salah satu cara untuk dapat meningkatkan efikasi diri pada siswa ialah dengan adanya pelatihan berpikir positif. Elfiky menyebutkan bahwa proses berpikir berkaitan erat dengan konsentrasi, perasaan, sikap, dan perilaku. Berpikir positif dapat dideskripsikan sebagai suatu cara berpikir yang lebih menekankan pada sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang dihadapi (Elfiky, 2008, h.269). Berpikir positif juga membuat individu mampu bertahan dalam situasi yang rawan distres (Brissette dkk. dalam Kivimaki dkk, 2005, h.413). Selain itu, Fordyce (dalam Seligman dkk, 2005, h. 419) juga menemukan bahwa kondisi psikologis yang positif pada diri individu
  • 14. 14 dapat meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan beragam masalah dan tugas. Berpikir positif juga membantu seseorang dalam memberikan sugesti positif pada diri saat menghadapi kegagalan, saat berperilaku tertentu, dan membangkitkan motivasi (Hill & Ritt, 2004, h. 175). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwitanyanov, dkk tentang pengaruh pelatihan berpikir positif pada efikasi akademik mengatakan bahwa pelatihan berpikir positif memiliki pengaruh dalam meningkatkan efikasi diri akademik mahasiswa. Efikasi diri akademik kelompok eksperimen terbukti lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani tentang pengaruh berpikir positif terhadap efikasi diri mahasiswa. Pada penelitian itu didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah dilakukan pelatihan berpikir positif yang berupa persuasi verbal. Hasilnya berbeda karena penelitian pertama mengamati pengaruh efikasi diri mahasiswa pada bidang akademik, sedangkan pada penelitian kedua dilakukan pada mahasiswa profesi pada tahap klinik yang melakukan praktek lapangan. Pada konsep belajar Bandura terdapat pembelajaran observasional. Pembelajaran observasional juga disebut pembelajaran modeling. Pembelajaran observasional Bandura memiliki keunggulan dalam hal mengakomodir kompleksitas perilaku, lingkungan dan individu siswa sehingga pembelajaran dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Teknik pembelajaran modeling merupakan pembelajaran yang diawali melalui pengamatan terhadap seorang model. Dengan melakukan pengamatan, maka siswa akan memperoleh gambaran yang jalas dan akurat terhadap konsep gerak yang akan dilakukan. Pengamatan akan secara langsung menjadi sebuah proses mengingat sehingga sangat bermanfaat dalam melakukan gerakan yang telah diingat melalui proses mengingat. Dengan berbekal ingatan yang diperkuat dengan peran model maka dimungkinkan seorang siswa akan lebih fokus, berkonsentrasi, tertarik dan memiliki semangat tinggi untuk belajar. Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (ceramah dan demontrasi), proses belajar hanya sampai pada proses pengamatan tanpa ada penguatan yang lebih lanjut dengan model, sehingga jika dibandingkan dengan pembelajaran observasional Bandura dengan menggunakan
  • 15. 15 model, maka akan nyata terlihat perbedaan hasil belajarnya, karena tanpa penguatan model, proses belajar siswa melalui model pembelajaran konvensional akan kurang berkonsentrasi, dan kurang menciptakan motivasi dalam belajarnya. Pembelajaran observasional Bandura juga menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Hal ini terbukti dengan tahapan dalam pembelajaran obervasional yang terdiri dari retensi dan produksi. Pada tahap retensi, siswa dibebaskan untuk melakukan konsep berpikir dan mengingat serta membayangkan secara seluas-luasnya baik individu maupun kelompok berdasarkan apa yang telah diamati dari model, dengan keleluasaaan ini, maka siswa secara aktif berpikir dan berprilaku sesuai dngan kebutuhannya sehingga meningkatkan transfer mengingatnya ke dalam fase gerakan. Sedangkan pada tahap produksi, siswa diberikan keleluasaan untuk melakukan latihan dan mempraktekkan secara seluas- luasnya gerakan yang telah diingat dan diamati, sehingga secara konseptual siswa terpola hasil gerakannya dari mengamati, mengingat dan mempraktekkan. Pembelajaran observasional dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan adanya penelitian oleh Gus Rohmat, dkk tentang pengaruh pembelajaran observasional dapal meningkatkan motivasi belajar siswa. Secara keseluruhan motivasi belajar IPS siswa meningkat di setiap tindakan. Dalam pembelajaran observasional, di-perlukan model yang akan menjadi sarana bagi pebelajar untuk memberi stimuli bagi respon pebelajar. Lebih jauh lagi, Lapono menjelaskan model yang dapat digunakan dalam peniruan dapat berupa real life model (model kehidupan nyata), symbolic model (model disajikan secara simbolis lewat pembelajaran lisan, tertulis, peraga dan kombinasi serta gambar), dan repre- sentative model (model yang ditayangkan melalui televisi maupun video). Kelemahan dari teori Bandura adalah teori belajar sosial Albert Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori behavioristik. Ini karena teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan perilaku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru. Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui peniruan (modeling), sudah pasti terdapat individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku akan meniru tingkah laku yang negatif, termasuk perlakuan yang tidak diterima masyarakat.
  • 16. 16 Namun hal itu tetap kembali pada individu itu sendiri, ketika individu menerima informasi, apakah diolah dengan baik melalui proses kognitifnya atau tidak. Kelebihan dari teori Bandura adalah teori belajar sosial Albert Bandura lebih lengkap dari teori sebelumnya, karena itu menekankan bahwa lingkungan dan erilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus, melainkan juga atas reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri. Pendekatan teori belajar sosial lebih ditekankan pada perlunya conditioning (pembiasaan merespon) dan imitation (peniruan). Selain itu pendekatan belajar social menekankan pentngnya perhatian empiris dalam mempelajari perkembangan anak-anak. Penelitian ini berfokus pada perkembangan anak-anak faktor sosial dan kognitif.
  • 17. 17 BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Pada teori kognitif, terdapat dua teori yang dibahas yaitu teori kognitif Bruner dan teori kognitif Piaget. Bruner menekankan adanya pengaruh budaya terhadap tingkah laku seseorang dengan teorinya yang disebut free discovery learning. Ia mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupan. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu proses yang didasarkan oleh mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat kemampuannya. Pada pendekatan belajar pemprosesan informasi, inti dari pendekatan ini adalah proses memori dan proses berfikir. Menurut pendekatan pemprosesan informasi, anak secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Pada teori kognitif sosial, menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif, dan juga faktor perilaku, memainkan peran penting dalam pembelajaran. Albert Bandura (1986, 1997, 2000, 2001) adalah salah satu arsitek utama teori kognitif sosial. Pada teori ini, faktor internal maupun eksternal dianggap penting. Aplikasi dari teori kognitif sosial adalah adanya pembelajaran modeling serta pembelajaran regulasi diri. Bandura juga mengatakan bahwa faktor terpenting dari belajar adalah efikasi diri. Semakin tinggi efikasi diri seseorang maka semakin bagus hasil yang akan didapatkan dari proses belajar. 4.2 SARAN Dengan adanya teori belajar pemprosesan informasi dan kognitif, serta sosial kognitif modeling, semoga dapat menjadi referensi dalam memilih pendekatan pembelajaran yang sesuai sehingga tujuan yang hendak diraih berhasil dicapai. Pada teori pemprosesan informasi dan kognitif telah dijelaskan tahap-tahap
  • 18. 18 pemprosesan informasi sehingga terbentuk perilaku baru. Hendaknya dalam mengajarkan siswanya, guru menyampaikan contoh-contoh sembari menjelaskan pelajaran, sehingga dengan contoh-contoh yang kongkrit, siswa dapat dengan mudah mengerti dalam proses belajar. Guru juga hendaknya dapat menghubungkan suatu masalah dengan informasi yang telah dimiliki oleh siswanya. Pada teori modeling Albert Bandura, hendaknya dalam proses peniruan, pilihlah hal yang positif dari apa yang ditiru. Meniru bukan berarti harus sesuai dengan hasil observasi. kita dapat memodifikasi perilaku sesuai dengan keyakinan dan kemampuan diri yang kita miliki, sehingga kita dapat meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah secara efektif. Dalam teori ini hendaknya kita dapat belajar bagaimana menjadi individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi. Individu dengan efikasi diri yang tinggi tidak akan cepat menyerah ketika mengalami kegagalan, melainkan dapat bengkit kembali dan dengan mengintropeksi kekurangan sehingga dapat memaksimalkan usaha untuk menghadapi masalah kedepannya.
  • 19. 19 DAFTAR PUSTAKA Santrock, John W.2008.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Kencana Prenada Media Group. Woolfolk, Anita.2009.Educational Psychology Bagian Pertama.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Woolfolk, Anita.2009.Educational Psychology Bagian Kedua.Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Zalnaya.2014.Psikologi Pembelajaran.Pekanbaru:Mutiara Pesisir Sumatra.