Pendidikan keluarga, kelembagaan, dan masyarakat memiliki pengaruh penting dalam membentuk jiwa keagamaan seseorang. Pendidikan di ketiga lembaga tersebut saling melengkapi dan perlu bekerja sama untuk mencapai tujuan pembentukan jiwa keagamaan yang kuat pada anak didik. Tanpa dukungan dari ketiga lembaga tersebut, pembentukan jiwa keagamaan menjadi tidak sempurna.
Pendidikan Islam adalah salah satu aspek dari ajaran Islam. Karenanya tujuan pendidikan Islam menjadi tujuan hidup manusia yang diharapkan dalam Islam, yaitu menciptakan pribadi sebagai hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat.
Pendidikan Islam adalah salah satu aspek dari ajaran Islam. Karenanya tujuan pendidikan Islam menjadi tujuan hidup manusia yang diharapkan dalam Islam, yaitu menciptakan pribadi sebagai hamba Allah yang bertakwa kepada-Nya, dan dapat mencapai kebahagian hidup di dunia maupun di akhirat.
"(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada Al Khair (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran 104)
Ayat yang mulia ini merupakan seruan yang sangat jelas kepada umat Islam untuk membentuk suatu jama'ah, kelompok da'wah atau sebuah partai politik Islam, sekaligus membatasi aktivitasnya ke dalam dua kegiatan: pertama, berda'wah kepada Islam (terhadap pengikut agama lain); dan kedua, melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar di tengah-tengah kaum Muslimin.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KURIKULUM 2013Nurul Fadilah
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DITETAPKAN UNTUK MENGGUNAKAN KURIKULUM 2013 DALAM IMPLEMENTASINYA OLEH SEBAB ITU, KARENA RASA PENASARAN DARI TEMAN-TEMAN TERKAIT WAJAH BARU PAI DALAM KURIKULUM 2013, TULISAN INI DIMUNCULKAN. HAPPY READING.
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Diterbitkan dua kali setahun
Oleh Jurusan Pendidikan Matematika (PMTK)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Antasari Banjarmasin
"(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada Al Khair (Islam), menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung." (Ali Imran 104)
Ayat yang mulia ini merupakan seruan yang sangat jelas kepada umat Islam untuk membentuk suatu jama'ah, kelompok da'wah atau sebuah partai politik Islam, sekaligus membatasi aktivitasnya ke dalam dua kegiatan: pertama, berda'wah kepada Islam (terhadap pengikut agama lain); dan kedua, melakukan amar ma'ruf dan nahi munkar di tengah-tengah kaum Muslimin.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM KURIKULUM 2013Nurul Fadilah
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DITETAPKAN UNTUK MENGGUNAKAN KURIKULUM 2013 DALAM IMPLEMENTASINYA OLEH SEBAB ITU, KARENA RASA PENASARAN DARI TEMAN-TEMAN TERKAIT WAJAH BARU PAI DALAM KURIKULUM 2013, TULISAN INI DIMUNCULKAN. HAPPY READING.
PENGARUH PERBEDAAN TIPE KEPRIBADIAN TERHADAP SIKAP BELAJAR MATEMATIKA SISWA S...IAIN SEKH NURJATI CIREBON
JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA
Diterbitkan dua kali setahun
Oleh Jurusan Pendidikan Matematika (PMTK)
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Antasari Banjarmasin
Однокомнатная квартира в Жилом Комплексе Наш дом на ул. Шевченко д.№82 г. РязаньRight Decision Real Estate
Продается однокомнатная квартира на 10-м этаже, нового дома в ЖК "Наш Дом" Свидетельство на руках. Высокий технический этаж. Лоджия с панорамным остеклением. Индивидуальное отопление, котёл BERETTA. В доме лифт бизнес-класса Wellmaks. Удобное месторасположение, в доме находятся супермаркет и хоз.магазин, аптека. Закрытый двор, детские и спортивные площадки.
Software architecture categories and viewsJohn Chou
This is note of the topic which is about Software Design Architecture and Patterns for Embedded Systems, the chapter 4 of 《software engineering for embedded systems methods practical techniques and applications》.
1. Definisi Psikologi Eksperimen
Pendekatan penelitian eksperimen adalah sebuah desain penelitian kuantitatif untuk menemukan efek dari sebab yang diduga. Eksperimen dikembangkan untuk mempelajari fenomena dalam kerangka hubungan sebab-akibat. Dalam penelitian eksperimen perilaku individu diamati dengan cara manipulasi. Penelitian ini bersifat prediktif, yaitu meramalkan akibat dari suatu manipulasi terhadap variabel terikatnya. Menurut Zymney (dalam Susanti dan Fitriyani, 2015) bahwa penelitian eksperimen merupakan suatu observasi yang dibuat agar terjadi dalam suatu kondisi yang terkontrol ketat, dimana satu atau lebih faktor dimanipulasi serta divariasikan dan faktor lain dibuat konstan dengan tujuan kausalitas atau menggambarkan hubungan sebab akibat. Menurut Solso dan Mclin (2002) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian dengan memberikan suatu perlakuan langsung dengan manipulasi satu variabel untuk mempelajari sebab akibat (Susanti dan Fitriyani, 2015)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi.
Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif ?
2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ?
1.3 TUJUAN
Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan dengan teori belajar.
Emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat atau keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiaraan, keharuan, kecintaan, dan keberanian yang bersifat subjektif (KBBI)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Tiap ahli psikologi memberikan batasan yang berbeda tentang belajar dan terdapat keragaman dalam hal menjelaskan atau mendefinisikan belajar itu sendiri. Belajar merupakan hal yang paling penting sekali dalam kehidupan manusia. Dengan belajar manusia akan mengalami proses ke arah yang lebih baik lagi.
Dalam kaitannya dengan belajar ini, banyak sekali para ahli psikologi yang membahas tentang belajar. Tanpa teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak teori-teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi. Dalam makalah ini akan dibahas teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif, serta teori sosial kognitif.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran pemprosesan informasi dan kognitif ?
2. Bagaimana penjelasan teori pembelajaran sosial kognitif ?
1.3 TUJUAN
Dengan adanya makalah pendekatan belajar pemprosesan informasi dan sosial kognitif ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca berkaitan dengan teori belajar.
2.2 Identitas Sosial
1. Definisi
Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.
Hogg dan Abram (1990) menjelaskan social identity sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai minat. Menurut William James (dalam Walgito, 2002), social identity lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya, uangnya dan lain–lain. Sementara Fiske dan Taylor (1991) menekankan nilai positif atau negatif dari keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu.
Untuk menjelaskan identitas sosial, terdapat konsep penting yang berkaitan, yaitu kategori sosial. Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk., (2002) mengungkapkan kategori sosial sebagai pembagian individu berdasarkan ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Kategori sosial berkaitan dengan kelompok sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan diri atau menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang sama. Seorang individu pada saat yang sama merupakan anggota dari berbagai kategori dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990). Kategorisasi adalah suatu proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam kategori-kategori tertentu yang bermakna (Turner dan Giles, 1985; Branscombe dkk., 1993). Pada umumnya, individu-individu membagi dunia sosial ke dalam dua kategori yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah ingroup, sedangkan mereka adalah outgroup. Berdasarkan uraian beberapa tokoh mengenai pengertian social identity, maka dapat disimpulkan bahwa social identity adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam suatu kelompok sosial tertentu, yang di dalamnya disertai dengan nilai-nilai, emosi, tingkat keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga terhadap keanggotaannya dalam kelompok tersebut.
Perkembangan Fisik dan Motorik siswa dalam bidang Pendidikan.
Perkembangan Fisik anak Prasekolah (0-6 tahun)
Tugas Perkembangan
Belajar memakan makanan padat.
Belajar berdiri dan berjalan.
Belajar berbicara.
Belajar mengendalikan pembuangan.
Belajar membedakan jenis kelamin.
Belajar mempersiapkan diri untuk membaca, menulis, dan berhitung.
Belajar mengadakan hubungan emosional selain subjek lekatnya.
Belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta mengembangkan kata hati.
B. Ciri-ciri Usia Prasekolah
Sebutan dari orang tua :
Usia sulit atau masalah
Usia bermain
Sebutan para pendidik :
Usia prasekolah
Sebutan para ahli psikologi :
Usia psrakelompok
Usia menjelajah
Usia bertanya
Usia meniru
Usia kreatif
C. Perkembangan Fisik
Perubahan tubuh masa kanak-kanak awal saat usia prasekolah tumbuh lebih besar, Pada umumnya masa kanak-kanak awal, rata-rata anak bertambah tinggi 6,25 cm setiap tahun, dan bertambah berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun.
Pertumbuhan otak mencapai 75% pada usia 5 tahun.
Perbandingan tubuh sangat berubah dan penampilan bayi tidak nampak lagi.
Gumpalan pada bagian-bagian tubuh berangsur berkurang tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang rata, dengan dada yang berbidang, dan bahu lebih luas dan lebih persegi.
Lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki tumbuh lebih besar.
Gigi mulai tanggal dan digantikan oleh gigi tetap.
F. Penerapan dalam Bidang Pendidikan
Motorik Halus :
Melukis
Bermain puzzle
Bermain lego dan balok
Motorik Kasar :
Berlari
Melompat
Bermain jingkat
Bermain bola
dll
More from Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (10)
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenAdrianAgoes9
sosialisasi untuk dosen dalam mengisi dan memadankan sister akunnya, sehingga bisa memutakhirkan data di dalam sister tersebut. ini adalah untuk kepentingan jabatan akademik dan jabatan fungsional dosen. penting untuk karir dan jabatan dosen juga untuk kepentingan akademik perguruan tinggi terkait.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa
Keagamaan
Hanum Hasmarlin
Nurita Oktafani
Ruziqna
Sardiani Wahyuni
Kelompok 8
UIN SUSKA RIAU-2016
2. A. Pendidikan Keluarga
• Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak
sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak dari bangun
tidur hingga ke saat akan tidur kembali, anak-anak menerima pengaruh
dan pendidikan dari keluarga. Hal ini mengandung pengertian, bahwa
dalam usia bayi sampai usia sekolah keluarga mempunyai peran yang
dominan dalam menumbuh kembangkan rasa keagamaan dalam seorang
anak.
• Menurut Walter Houston Clark, perkembangan bayi tak mungkin
berlangsung secara normal tanpa adanya intervensi dari luar, walaupun
secara alami ia memiliki potensi bawaan. Pendapat ini menunjukkan
bahwa tanpa bimbingan dan pengawasan yang teratur, bayi akan
kehilangan kemampuan berkembang secara normal, walaupun ia memiliki
potensi untuk bertumbuh dan berkembang serta potensi-potensi lainnya.
UIN SUSKA RIAU-2016
3. Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama
dalam proses perkembangan rasa keagamaan
setiap individu. Kedekatan orang tua dengan
anaknya menjadikan orang tua sebagai
significant person bagi anaknya. Semua perilaku
keagamaan orang tua terserap oleh anak menjadi
bahan identifikasi diri anak terhadap orang
tuanya. Maka terjadilah proses imitasi perilaku,
karena proses imitasi yang terus menerus maka
perilaku keagamaan orang tua terinternalisasi
dalam diri anak.
UIN SUSKA RIAU-2016
4. Dalam sebuah hadist yang berbunyi :
Hadits shohih bukhari no. 1296
Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan kepada
kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin
'Abdurrahman dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi
Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan
menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi
sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan
sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?"
UIN SUSKA RIAU-2016
5. Maka dari itu Rasul memerintahkan untuk
mendidik seorang anak sebaik mungkin, bahkan
ia mengatakan orang tua mempunyai peran yang
sangat penting dalam menentukan masa depan
dan jiwa keagamaan seorang anak, seperti yang
telah dijelaskan pada hadits di atas. Walaupun
pada dasarnya manusia sudah mempunyai fitrah
(potensi dasar) yang ada pada dirinya, namun
bentuk keyakinan yang akan ia anut selanjutnya
bergantung kepada peran dan pemeliharaan
kedua orang tuanya.
UIN SUSKA RIAU-2016
6. B. Pendidikan Kelembagaan
• Berdasarkan penelitian Gillesphy dan Young, walaupun latar belakang
pendidikan agama di lingkungan keluarga lebih dominan dalam
pembentukan jiwa keagamaan pada anak, barangkali pendidikan agama
yang diberikan di kelembagaan ikut berpengaruh terhadap pembentukan
jiwa keagamaan anak. Contohnya yaitu banyak sekali tokoh-tokoh
keagamaan yang dilahirkan atau dihasilkan oleh kelembagaan seperti
pondok pesantren.
• Pendidikan agama di lembaga pendidikan bagaimanapun akan memberi
pengaruh bagi pembentukan jiwa keagamaan pada anak. Namun demikian
besar kecilnya pengaruh yang dimaksud sangat tergantung berbagai faktor
yang dapat memotivasi anak untuk memahami nilai-nilai agama. Sebab
pendidikan agama pada hakekatnya merupakan pendidikan nilai. Oleh
karena itu pendidikan agama lebih dititikberatkan bagaimana membentuk
kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.
UIN SUSKA RIAU-2016
7. • Menurut Wetherington pembentukan kebiasaan bisa dilakukan melalui dua
cara, yakni: pengulangan dan disengaja/direncanakan
• Jika pada lembaga keluarga jiwa keagamaan dapat dibentuk dengan cara
pengulangan dan menjadi kebiasaan, maka pada pendidikan kelembagaan
dibentuk dengan cara yang sudah disengaja dan direncanakan. Dengan
demikian pengaruh pendidikan kelembagaan terhadap jiwa keagamaan
tergantung dari perencanaan pendidikan agama yang diberikan sekolah.
• Fungsi sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan
pada anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan
keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak
menerima pendidikan agama dalam keluarga.
UIN SUSKA RIAU-2016
8. • Proses perubahan sikap dari tidak menerima ke sikap
menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan
sikap. Proses pertama adanya perhatian, kedua
pemahaman, dan ketiga adanya penerimaan.
• Caranya yaitu pertama pendidikan agama harus dapat
menarik perhatian peserta didik. Kedua pendidik
harus mampu memberikan pemahaman tentang
materi pendidikan yang diberikannya kepada anak
didik. Ketiga yaitu penerimaan siswa terhadap materi
yang diberikan.
UIN SUSKA RIAU-2016
9. Dalam pendidikan agama yang objeknya
adalah pribadi anak yang sedang berkembang, maka
adanya hubungan timbal balik antara penanggung
jawab pendidikan, yaitu kepala sekolah, para guru,
staf tata usaha, orang tua, dan anggota keluarga
lainnya mutlak diperlukan. Hal ini bukan hanya
karena peserta didik masih memerlukan
perlindungan dan bimbingan sekolah dan keluarga,
tetapi pengaruh pendidikan dan perkembangan
kejiwaan yang diterima peserta didik dari kedua
lingkungan tidak boleh menimbulkan pecahnya
kepribadian anak.
UIN SUSKA RIAU-2016
10. Pendidikan Agama di Lembaga
Sekolah
• Taman Kanak-Kanak
Kegiatan pendidikan yang dikembangkan lebih
bersifat pengenalan, latihan, dan pembiasaan.
Peran guru sangat menentukan pembinaan jiwa
agama.
• Sekolah Dasar
Usia sekolah dasar 6 s.d 12 tahun, mulai tumbuh
pemikiran logis, daya fantasi berkembang pesat,
sehingga cerita agama akan lebih menarik.
UIN SUSKA RIAU-2016
11. • Sekolah Menengah Pertama
Peserta didik pada tingkat SMP sedang
mengalami perubahan jasmani yang cepat dan
mengakibatkan keguncangan emosi, sehingga
sangat memerlukan agama untuk menentramkan
batinnya. Guru diharapkan mampu memahami
keadaan jiwanya yang sedang kegoncangan dan
dapat membantunya dalam mengatasi berbagai
kesulitan yang dialaminya.
UIN SUSKA RIAU-2016
12. • Sekolah Menengah Atas
Usia tingkat SMA umumnya berada pada usia
yang paling goncang. Pertumbuhan jasmani telah
selesai tetapi yang masih terjadi adalah
pertumbuhan kepribadian dan sosial. Anak masih
bergantung pada orangtua. Keinginan untuk
bergaul dengan lawan jenis semakin kuat karena
kematangan seksual. Pengaruh bacaan dan
tulisan tokoh yang jauh dari agama dapat
mempengaruhi keyakinan bergamanya.
UIN SUSKA RIAU-2016
13. C. Pendidikan di Masyarakat
• Keserasian antara ketiga lembaga pendidikan yang sudah disebutkan tadi
(Keluarga, Kelembagaan, Masyarakat) akan memberikan dampak yang
positif bagi perkembangan anak didik, terlebih lagi yaitu perkembangan
jiwa keagamaannya.
• Jika pertumbuhan fisik berhenti pada saat anak mencapai usia dewasa,
namun pertumbuhan psikis akan berlangsung seumur hidup. Hal ini
menunjukkan bahwa masa asuhan di kelembagaan hanya berlangsung
selama waktu tertentu. Sebaliknya, asuhan oleh masyarakat akan
berlangsung seumur hidup.
• Dalam kaitan ini pula terlihat besarnya pengaruh masyarakat terhadap
pertumbuhan jiwa keagamaan sebagai bagian dari aspek kepribadian yang
terintegrasi dalam pertumbuhan psikis.
UIN SUSKA RIAU-2016
14. • Lingkungan masyrakat juga mempengaruhi
pendidikan anak di sekolah. Pendidikan agama yang
berlangsung di masyarakat harus menjadi penunjang
dan pelengkap yang mampu mengembangkan
pengetahuan keagamaan anak. Demikian juga
hendaknya yang terjadi di lingkungan keluarga,
pendidikan agama harus menjadi pendorong yang
menguatkan.
• Pendidikan agama pada ketiga lingkungan tersebut
diusahakan agar tidak tumpang tindih, tidak saling
melemahkan, dan tidak bertentangan satu sama lain.
UIN SUSKA RIAU-2016
15. • Pembentukan nilai-nilai kesopanan atau nila-nilai yang
berkaitan dengan aspek-aspek spiritual akan lebih efektif jika
seseorang berada dalam lingkungan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai tersebut.
• Contoh: Hasil penelitian Singarimbun terhadap kasus kumpul
kebo di Mojolama. Ia menemukan bahwa 13 kasus tersebut
ada hubungannya dengan sikap toleran masyarakat terhadap
hidup bersama tanpa nikah (Djamaluddin Ancok, 1994:27).
Kasus seperti ini mungkin akan lebih kecil di lingkungan
masyarakat yang menentang pola hidup seperti itu.
• Dengan demikian, fungsi dan peran masyarakat dalam
pembentukan jiwa keagaamaan akan sangat tergantung dari
seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung norma-norma
keagamaan itu sendiri.
UIN SUSKA RIAU-2016
16. D. Agama dan Masalah Sosial
• Tumbuh dan berkembangnya kesadaran agama (religious consciousness)
dan pengalaman agama (religious experience), ternyata melalui proses yang
gradual, tidak sekaligus. Pengaruh luar sangat berperan dalam
menumbuhkembangkannya, khususnya pendidikan. Adapun pendidikan
yang paling berpengaruh yakni pendidikan dalam keluarga. Apabila dalam
lingkungan keluarga anak tidak diberikan pendidikan agama, biasanya sulit
untuk memperoleh kesadaran dan pengalaman beragama yang memadai.
• Kita dapat mengambil contoh disini yaitu masalah anak jalanan, mereka
seakan-akan mempunyai dunia sendiri yang serba membolehkan dan
mempunyai pengaruh buruk. Walaupun jika kita melihat mereka, mereka
dari golongan yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda.
UIN SUSKA RIAU-2016
17. • Bila konflik agama dapat ditimbulkan oleh tindakan radikal, karena sikap
fanatisme agama, maka dalam kasus anak jalanan ini mungkin sebaliknya.
Konflik dapat terjadi karena kosongnya nilai-nilai agama. Dalam kondisi
kehidupan yang seperti ini, tindakan emosional dapat terjadi sewaktu-
waktu. Hal ini dikarenakan tidak adanya nilai-nilai agama yang dapat
mengikat dan mengatur sikap dan perilaku negatif. Dengan demikian
mereka akan mudah terprovokasi dengan berbagai isu yang berkembang.
• Meskipun anak-anak jalanan ini sering digolongkan sebagai kelompok
masyarakat yang termarginalisasikan, namun mereka merupakan generasi
muda bangsa. Nasib dan pengaruh lingkungan yang membawa mereka ke
dalam kehidupan yang demikian.
• Dalam konteks ini sebenarnya institusi keagamaan dan kependidikan dapat
berperan. Kasus ini memerlukan penanganan yang serius dari seluruh
lapisan masyarakat, agar kasus ini tidak menjadi masalah sosial yang
berkepanjangan dan itu merupakan aplikasi dari kesadaran beragama.
Semoga Allah memberikan jalan kepada kita untuk selalu saling tolong-
menolong sesama.
UIN SUSKA RIAU-2016
18. Daftar Pustaka
Jalaluddin.2015.Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan
Mengaplikasikan Prinsip-Prinsip Psikologi.Jakarta:PT RajaGrafindo
Persada.
Shaleh, Abdul Rachman.2006.Pendidikan Agama & Pembangunan Watak
Bangsa.Jakarta:PT RajaGrafindo Persada.
UIN SUSKA RIAU-2016