1. Nama Mahasiswa : Dadang Lukmanul Hakim
NPM : 2203014
Mata Kuliah : Kebijakan Dan Kepemimpinan Lembaga Pendidikan
Dosen : Dr. Hendrawan, Drs., M. Si.
MODEL PENDIDIKAN KEPEMIMPINAN
Bab ini membahas tentang hubungan kepemimpinan pendidikan dengan hasil sekolah dan siswa.
Keragaman Teori dan Konteks Pendidikan
• Tidak ada satu teori kepemimpinan pendidikan yang mencakup semua aspek karena keragaman lembaga
pendidikan dan konteks internasional yang berbeda.
• Sifat permasalahan yang dihadapi di sekolah dan perguruan tinggi juga bervariasi, sehingga membutuhkan
pendekatan dan penyelesaian yang berbeda.
• Keragaman teori kepemimpinan dan manajemen pendidikan mencerminkan sifatnya yang kompleks.
Pluralisme Konseptual dan Perspektif
• Berbagai model kepemimpinan pendidikan adalah cara-cara alternatif untuk menggambarkan peristiwa
dalam pendidikan.
• Bolman dan Deal (1997) menyebutnya sebagai "pluralisme konseptual", sebuah perselisihan yang melibatkan
banyak suara.
• Setiap teori memiliki nilai dalam menjelaskan perilaku dan peristiwa di lembaga pendidikan.
• Perspektif yang disukai oleh para pemimpin, secara eksplisit atau implisit, akan mempengaruhi pengambilan
keputusan.
Keterbatasan Teori dan Metafora
• Morgan (1997) menyatakan bahwa setiap teori memiliki keterbatasan, bias, dan berpotensi menyesatkan.
• Berbagai teori kepemimpinan dan manajemen pendidikan mencerminkan cara pandang yang berbeda dalam
memahami peristiwa dan perilaku di sekolah dan perguruan tinggi.
• Teori-teori ini seringkali didasarkan pada ideologi yang berbeda tentang bagaimana institusi pendidikan harus
dikelola.
• Waite (2002) menyebutnya sebagai "perang paradigma" dalam menggambarkan perbedaan pendapat antara
akademisi.
MODEL KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
Bab ini akan membahas berbagai model kepemimpinan dan pengelolaan dalam konteks pendidikan. Terdapat
banyak model kepemimpinan yang berbeda, dan Bush dan Glover (2003) mengelompokkannya menjadi delapan
model: Transaksional, Transformasional, Karismatik, Pedagogis, Moral, Otonom, Demokratis, Kontinjensi.
1. Kepemimpinan manajerial
Kepemimpinan manajerial menekankan peran pemimpin dalam mengelola organisasi secara rasional dan
efektif. Hal ini penting dalam berbagai jenis organisasi, termasuk sekolah.
• Kepemimpinan manajerial berfokus pada fungsi, tugas, dan perilaku pemimpin untuk memfasilitasi
pekerjaan orang lain dalam organisasi.
• Perilaku anggota organisasi diasumsikan rasional.
• Wewenang dan pengaruh dialokasikan berdasarkan posisi formal dalam hierarki organisasi.
Persamaan dengan Model Formal: Organisasi adalah sistem hierarki dengan cara-cara rasional untuk
mencapai tujuan, Pemimpin memiliki wewenang formal dan bertanggung jawab kepada badan sponsor.
Kepemimpinan Manajerial Caldwell (1992)
1. Fungsi Manajerial: Penetapan tujuan, Identifikasi kebutuhan, Penetapan prioritas, Perencanaan,
Penganggaran, Penerapan, Evaluasi.
2. Karakteristik: Tidak fokus pada visi masa depan sekolah, Berfokus pada pengelolaan kegiatan yang ada
dengan sukses, Cocok untuk pemimpin sekolah dalam sistem terpusat, Mengutamakan implementasi
efisien atas perintah eksternal.
2. Model Birokrasi dalam Sistem Pendidikan: Model yang banyak disukai di seluruh dunia, termasuk Republik
Ceko, Cina, Yunani, Israel, Polandia, Afrika Selatan, Slovenia, dan sebagian besar Amerika Selatan.
• Kelemahan model birokrasi: Sentralisasi dan birokratisasi berlebihan, Kurang efisien, Kurang fleksibel
Kepemimpinan Manajerial dan Peran Guru
• Kepemimpinan manajerial memiliki keuntungan dalam sistem birokrasi.
• Penerapannya di sekolah dan perguruan tinggi harus mempertimbangkan peran profesional guru.
• Guru harus memiliki rasa memiliki dalam inovasi dan perubahan, bukan hanya sebagai pelaksana.
• Penerapan yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan.
2. Kepemimpinan transformasional
Bush (2003) menghubungkan tiga model kepemimpinan dengan model manajemen "kolegial". Salah satunya
adalah "kepemimpinan transformasional.
Caldwell dan Spinks (1992): bahwa kepemimpinan transformasional sangat penting untuk otonomi sekolah.
Fokus Kepemimpinan Transformasional : Meningkatkan komitmen dan kapasitas anggota organisasi,
menghasilkan usaha ekstra dan produktivitas yang lebih besar
Pemimpin transformasional: Mendapatkan komitmen pengikutnya, Meningkatkan tingkat pencapaian,
Diperlukan untuk transisi menuju sistem sekolah yang dikelola sendiri
Model Kepemimpinan Transformasional
• Dukungan empiris: model kepemimpinan transformasional memiliki dampak positif pada kemajuan
restrukturisasi sekolah dan hasil yang dirasakan guru terhadap siswa.
• Pendekatan normatif: Model ini berfokus pada proses di mana pemimpin mempengaruhi hasil sekolah,
bukan pada sifat atau arah hasil tersebut.
• Kritik: Sarana kontrol terhadap guru, Berpotensi menjadi "despotik" karena sifatnya yang kuat, heroik,
dan karismatik, Kurang sesuai dengan sistem pendidikan yang tersentralisasi dan terkendali.
• Kondisi ideal: Model ini ideal ketika pemimpin dan staf memiliki nilai-nilai dan kepentingan bersama,
memungkinkan pengambilan keputusan yang harmonis dan konvergen.
• Kekhawatiran: Ketika "transformasi" digunakan untuk memaksakan nilai-nilai pemimpin atau
pemerintah, prosesnya menjadi politis dan bukan kolegial.
3. Kepemimpinan partisipatif: berfokus pada proses pengambilan keputusan bersama dalam kelompok.
Asumsi Dasar: Partisipasi meningkatkan efektivitas kelompok/sekolah, Partisipasi sejalan dengan prinsip
demokrasi, Kepemimpinan dapat dibagikan kepada pemangku kepentingan yang sah.
Manfaat: Mengikat staf dan mengurangi tekanan pada pemimpin, Membagi fungsi dan peran kepemimpinan,
Meningkatkan kemungkinan penerimaan dan pelaksanaan keputusan.
4. Kepemimpinan Interpersonal: relevan dengan kolegialitas, Menekankan pentingnya kecerdasan
interpersonal.
Kecerdasan interpersonal: Serangkaian perilaku intuitif otentik, Berasal dari kesadaran diri yang canggih,
Memfasilitasi keterlibatan efektif dengan orang lain.
Hubungan dengan Kolegialitas: Kepemimpinan interpersonal berhubungan dengan kolegialitas, Kolegialitas
menekankan pentingnya: Kolaborasi, Hubungan interpersonal.
5. Kepemimpinan transaksional: adalah gaya kepemimpinan di mana hubungan antara pemimpin
(administrator/kepala sekolah) dan pengikut (guru) didasarkan pada pertukaran sumber daya yang berharga.
• Karakteristik
1. Hubungan episodik: Interaksi antara pemimpin dan pengikut bersifat singkat dan terbatas pada
transaksi pertukaran.
2. Pertukaran sumber daya: Pemimpin menawarkan imbalan (promosi, referensi) kepada pengikut yang
mencapai tujuan.
3. Kekuasaan pemimpin: Pemimpin memiliki wewenang dan kekuasaan yang berasal dari posisinya.
4. Motivasi jangka pendek: Pengikut termotivasi oleh imbalan dan hukuman.
5. Kurang komitmen: Pengikut tidak memiliki komitmen jangka panjang terhadap nilai-nilai dan visi
pemimpin.
3. • Perbandingan dengan Kepemimpinan Transformasional: Kepemimpinan transformasional lebih kuat dan
kompleks, Pemimpin dan pengikut saling meningkatkan komitmen dan dedikasi, motivasi dan moralitas,
Motif pemimpin dan pengikut menyatu.
6. Kepemimpinan pasca modern: Model kepemimpinan yang relatif baru dan belum disepakati secara umum,
Menekankan keragaman kebenaran subjektif dan hilangnya otoritas absolut.
• Memiliki ciri-ciri utama: Bahasa tidak mencerminkan realitas, Realitas tidak ada; ada banyak realitas,
Situasi apa pun terbuka terhadap berbagai penafsiran, Situasi harus dipahami pada tingkat lokal dengan
perhatian khusus terhadap keberagaman.
• Kelemahan: Memberikan sedikit petunjuk mengenai bagaimana pemimpin diharapkan bertindak,
Menghilangkan fokus dari visi dan letakkan pada suara.
• Implikasi bagi Pemimpin: Menghormati dan memberikan perhatian terhadap perspektif individu dan
beragam dari para pemangku kepentingan, Menghindari ketergantungan pada hierarki, Menganut sikap
yang lebih konsultatif, partisipatif, dan inklusif, Memfokuskan pada struktur makna budaya dan simbolik
yang ditafsirkan oleh individu dan kelompok, Mendukung banyak visi dan makna budaya yang beragam.
7. Moral leadership
Karakteristik Kepemimpinan Moral: Memiliki nilai-nilai dan keyakinan yang kuat, Menggunakan keahlian
moral untuk mengelola, Bertindak berdasarkan rasionalitas normatif (apa yang baik dan benar), Memiliki
perspektif "tingkatan yang lebih tinggi" (misalnya, afiliasi agama), Memiliki kepercayaan moral yang kuat,
Menunjukkan konsistensi antara prinsip dan praktik, Menerapkan prinsip pada situasi baru, Menciptakan
pemahaman bersama dan kosa kata umum, Menjelaskan dan membenarkan keputusan dalam konteks moral.
Pentingnya Kepemimpinan Moral: Membangun sekolah unggul dengan budaya yang kuat, Meningkatkan
kepercayaan dan pengikut, Membuat keputusan yang etis dan bertanggung jawab, Menciptakan lingkungan
yang aman dan positif.
8. Instructional leadership: adalah model kepemimpinan yang berfokus pada peningkatan pembelajaran
siswa melalui pengaruh pada guru. Model ini menekankan pentingnya komunikasi, pertumbuhan
profesional, dan refleksi bagi guru. Bush dan Glover (2003): "Kepemimpinan instruksional berfokus pada
pengajaran dan pembelajaran dan pada perilaku guru dalam bekerja dengan siswa. Pengaruh pemimpin
ditargetkan pada pembelajaran siswa melalui guru."
• Aspek Penting: Berbicara dengan guru (konferensi), Mendorong pertumbuhan profesional guru,
Menumbuhkan refleksi guru
• Tiga strategi efektif untuk meningkatkan proses belajar mengajar: Pemodelan, Pemantauan, Dialog
dan diskusi professional
• Leithwood (1994): Kepemimpinan instruksional terlalu fokus pada kelas dan tidak membahas
perubahan tingkat kedua seperti pembangunan organisasi, Kepemimpinan instruksional adalah
paradigma yang sedang sekarat.
9. Contingent leadership
• Model kepemimpinan yang ada bersifat parsial: Memberikan wawasan tentang satu aspek
kepemimpinan, Menekankan proses pengaruh atau dimensi kepemimpinan, Tidak ada satu model yang
memberikan gambaran lengkap tentang kepemimpinan.
• Model kontingen: Mengakui konteks sekolah yang beragam, Membutuhkan adaptasi gaya
kepemimpinan terhadap situasi tertentu, Menekankan respon pemimpin terhadap situasi atau masalah
organisasi.
• Kepemimpinan yang efektif: Tergantung pada respon pemimpin terhadap situasi, Memerlukan
diagnosis masalah yang efektif, Memerlukan penerapan solusi yang tepat.
• Pentingnya refleksi: Pemimpin harus mampu menilai situasi dengan hati-hati, Pemimpin harus bereaksi
dengan tepat, bukan mengandalkan mode kepemimpinan standar.