Studi ini menilai tingkat skrining nutrisi dan konsultasi diet di Unit Evaluasi dan Manajemen Geriatri. Hasilnya menunjukkan bahwa hanya 65,7% pasien yang melakukan skrining nutrisi lengkap dengan Mini Nutritional Assessment (MNA), dan hanya 58% pasien malnutrisi yang mendapat konsultasi diet. Studi ini menunjukkan perlunya peningkatan edukasi staf perawat tentang skrining nutrisi dan kerja sama dengan ahli gizi untuk menceg
2. PENDAHULUAN
2
Malnutrisi
Merupakan kondisi geriatrik
yang berkaitan dengan
mortalitas dan kelemahan yang
signifikan
Prevalensi: sebesar 12 – 79%
pada pasien dewasa tua yang
dirawat
Dapat tidak terdeteksi jika tidak
dilakukan skrining nutrisi
Skrining nutrisi
• Cara cepat dan
sederhana untuk
identifikasi pasien yang
malnutrisi atau berisiko
untuk dirujuk ke the
Nutrition Care Process
(NCP)
NCP
• Pemeriksaan penuh
pada status nutrisi
• Diikuti intervensi
bertarget dan evaluasi
follow-up
Masalah skrining
malnutrisi
• Belum rutin dilakukan
akibat faktor biaya dan
kurangnya informasi
penggunaan alat
skrining yang baik
4. METODE PENELITIAN
4
Desain dan Subjek Studi
•Studi prospektif dan
observasional
•Merekrut pasien berusia 70
tahun keatas secara konsekutif
pada lebih dari 20 tempat
tidur Geriatric Evaluation and
Management Unit (GEMU) di
TQEH, Australia Selatan
•Dari Oktober 2010 sampai
Desember 2011
Kriteria Eksklusi
• Pasien dalam kondisi
buruk dan tidak dapat
sembuh
• Pasien agresif secara fisik
atau dengan elder abuse
• Hambatan bahasa atau
demensia/delirium yang
tidak dapat ditangani
Mini Nutritional
Assessment (MNA)
• Merupakan alat standar yang
objektif yang tervalidasi baik untuk
mendiagnosis malnutrisi
• Dinilai pemeriksaan antropometrik
sebagai bagian dari 18 pertanyaan
• Definisi skor:
• < 17 = malnutrisi
• 17 – 23,5 = risiko malnutrisi
• ≥24 = nutrisi baik
• Dilakukan perbandingan antar skor
MNA
5. 5
HASIL
Tabel 1. Karakteristik Pasien yang termasuk dalam GEMU
Total pasien sebanyak 172 dengan
rerata usia 85,2 tahun
• Rerata skor MNA 19,0 (5,3)
Pasien malnutrisi cenderung lebih lemah,
dependen untuk aktivitas sehari-hari (ADL),
memiliki masalah untuk memotong makanan
dan mengakses suplai makanan
Pasien malnutrisi juga memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk:
•Depresi
•Memiliki nilai yang rendah pada: MMSE, indeks Barthel,
kondisi kulit, kadar albumin, kualitas hidup, LSA, nafsu
makan, IADL, BMI, CC, MAC dan kekuatan genggaman
MNA-SF yang dinilai oleh peneliti memiliki
korelasi rendah dengan MNA-SF yang dinilai
oleh perawat.
Penilaian MNA-SF oleh perawat menunjukkan
sensitivitas 45% dan spesifisitas 90%
6. 6
HASIL
Tabel 2. Evaluasi Skrining Nutrisi pada Pasien Dewasa Tua yang dirawat pada GEMU (n = 172)
Skrining nutrisi oleh
perawat GEMU
dilakukan dengan
lengkap pada 113
pasien (65,7%)
dengan kategori:
•Malnutrisi = 33 (62,2%)
•Berisiko = 59 (70,2%)
•Nutrisi baik = 21 (60,0)
Sebanyak 62 pasien
(36%) dari total
pasien studi dilihat
oleh ahli diet, lalu
diberikan:
•Saran verbal = 10 (16%)
•Rencana personal = 43
(69%)
•Kombinasi rencana
personal dan saran verbal
= 6 (10%)
•Lainnya = 3 (4%)
Pasien yang tidak melakukan
skrining nutrisi cenderung
berusia lebih tua dan memiliki
skor MMSE lebih rendah
Pasien dengan nutrisi inadekuat
yang tidak melakukan konsultasi
diet cenderung:
•Kurang beredukasi
•Lebih tua
•Berjenis kelamin perempuan
•Mengalami depresi
7. 7
DISKUSI
Studi saat ini menunjukkan
•Sebanyak 34% pasien tidak bisa
menyelesaikan MNA-SF karena
tidak ada data IMT dan lingkat
betis
•Hanya sebanyak 58% pasien
malnutrisi yang mendapatkan
konsultasi nutrisi
Walaupun demikian,
didapatkan:
•Tidak ada pasien yang mengalami
kehilangan >1% berat badan
ataupun 5% dari fungsi fisik dasar
di GEMU
Hal tersebut disebabkan
oleh strategi nutrisi yang
sudah dilakukan pada
GEMU
•Lebih lemah
•Memiliki nafsu makan yang buruk
•Memiliki nilai yang rendah pada:
albumin, kognitif, fungsi aktivitas sehari-
hari, kekuatan genggaman, dan kualitas
hidup
Pada studi didapatkan bahwa
pasien malnutrisi cenderung:
• Staf perawat lebih tidak akurat dalam menilai
malnutrisi dibandingkan peneliti terlatih
• Diperlukannya edukasi dan latihan untuk staf
perawat mengenai alat skrining
• Diperlukan pula ahli gizi/diet di bangsal untuk
meningkatkan pengetahuan skrining perawat
Pada studi ini juga didapatkan:
8. 8
DISKUSI
Tingkat tes skrining nutrisi
yang terselesaikan pada studi
ini 66%
Hasil serupa didapatkan
pada Australian
and New Zealand acute-care
wards by the Australasian
Nutrition Care Day Survey
(ANCDS) = 64%
ANCDS menyatakan bahwa
beberapa alat skrining
nutrisi pada Rumah Sakit
Australia belum tervalidasi
dengan baik
Studi saat ini
menggunakan MNA-SF
karena memiliki
validitas dan reliabilitas
tinggi
Staf perawat sering
menghilangkan komponen
lingkar betis pada MNA-SF
Penelitian selanjutnya perlu untuk
identifikasi hambatan dalam
pengukuran lingkar betis dan
dalam melengkapi alat skrining
Penelitian selanjutnya perlu
berfokus pada pelacakan jalur
nutrisi pasien selama rawat inap
Untuk identifikasi strategi
system pelayanan makanan
dalam mencegah malnutrisi
9. 9
•Studi ini merupakan studi kohort observasional
hasil tidak bisa digunakan secara tunggal
dalam mengomentari efektivitas skrining nutrisi
pada rumah sakit
•Pasien dipilih untuk masuk GEMU berdasarkan
potensi untuk membaik selama perawatan
bias hasil
•Rerata rawat inap sebelum GEMU adalah 4 hari
ada kemungkinan telah terjadi penurunan IMT
sebelum GEMU
•Tidak meneliti proses skrining nutrisi pada
bangsal lain sebelum masuk ke GEMU
•Rujukan ke ahli gizi tidak tercatat
Keterbatasan Studi
•Tidak ada variasi antar peneliti
•Pasien demensia dimasukkan ke dalam studi
•Kumpulan data bersifat komprehensif
Keuntungan Studi
KESIMPULAN
• Staf perawat sering menghilangkan
komponen antropometrik dari MNA-SF
• Tujuan dan manfaat penuh dari skrining
nutrisi oleh MNA-SF tidak dapat
direalisasikan jika pasien malnutrisi
tidak menerima konsultasi ahli gizi