3. • Asuhan Gizi adalah
serangkaian kegiatan yang
terorganisir/terstruktur
yang memungkinkan untuk
identifikasi kebutuhan gizi
dan penyediaan asuhan
untuk memenuhi
kebutuhan gizi.
ASUHAN GIZI
4.
5.
6.
7. KEGIATAN PELAYANAN GIZI DI RUMAH SAKIT MELIPUTI 4 HAL YAITU:
PERATURAN MENKES RI NO. 78 TAHUN 2013
TENTANG PEDOMAN PELAYANAN GIZI RS
1. ASUHAN GIZI RAWAT JALAN
2. ASUHAN GIZI RAWAT INAP
3. PENYELENGGARAAN MAKANAN
4. PENELITIAN DAN PENGEMBAGAN
13. • PAGT Pendekatan
sistematik dalam
memberikan pelayanan
yang berkualitas, melalui
serangkaian aktivitas yang
terorganisir meliputi
identifikasi kebutuhan gizi
sampai pemberian
pelayanannya untuk
memenuhi kebutuhan gizi.
PAGT/Proses asuhan gizi terstandar
14. • AsDI memperkenalkan
PAGT yang diadopsi
dari NCP-ADA.
• PAGT dilakukan pada
pasien yang berisiko
malnutrisi
PAGT
15. Kata kunci : Pendekatan Proses, berpikir
kritis, membuat keputusan,
memecahkan masalah dan kolaborasi
16.
17.
18.
19.
20.
21. • PAGT dapat meningkatkan
profesionalisme dietesien,
secara efektif sebagai pemberi
pelayanan asuhan gizi, melalui
cara berpikir dan membuat
keputusan secara kritis dalam
upaya menangani masalah gizi,
sehingga dapat memberikan
asuhan gizi yang berkualitas,
aman dan efektif.
PAGT
22. PAGT
Proses Asuhan Gizi Terstandar disusun
sebagai upaya peningkatan kualitas
pemberian asuhan gizi.
Proses Asuhan Gizi Terstandar adalah
struktur dan kerangka yang konsisten
yang digunakan untuk memberikan
asuhan gizi dan menunjukkan
bagaimana asuhan gizi dilakukan.
Proses tersebut mendukung dan
mengarah pada asuhan gizi secara
individual.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46. FORMAT NCP
IDENTITAS PASIEN Nama :
CH 1.1.1 Umur :
1.1.2 JK :
1.1.3 Suku :
1.1.4 Bahasa :
1.1.5 Kemamp membaca :
1.1.6 Edukasi/pendidikan:
1.1.7 Peran dlm keluarga :
1.1.8 Penggunaan rokok :
1.1.9 Keterbatasan fisik :
1.1.10 Mobilitas :
3.1.6.Pekerjaan :
3.1.7 Agama :
HASIL SKRINING GIZI
47.
48.
49.
50. PD 1.1.9 Vital Sign
Vital
Sign
Nilai Nilai Normal Interpretasi
TD 140/90
mmHg
Sistole<130 mg/Hg
Diastole<85
Tidak normal
Nadi 80x/’ 60-100 Normal
Suhu 370C 35,8-37,3 Normal
RR 20x/’ 14-20 Normal
Identifikasi : pasien mengalami hipertensi
51.
52.
53.
54. CH 2.1.1 Keluhan Pasien/klien terkait gizi
CH 2.2 perawatan/terapi/pengobatan yang pernah dialami
Riwayat Obat-
obatan dan
suplemen yang
dikonsumsi
1. Obat-obatan yang digunakan baik berdasarkan resep
dokter maupun obat bebas, yang berkaitan dengan
masalah gizi
2. Suplemen gizi yang dikonsumsi
Sosial Budaya 1. Status sosial ekonomi, budaya, kepercayaan, agama
2. Situasi rumah/tempat tinggal
3. Dukungan pelayanan kesehatan dan sosial
4. Hubungan social
5. Kejadian bencana yang dialami
Riwayat
Penyakit
1. Keluhan utama terkait dengan masalah gizi
2. Riwayat penyakit dulu dan sekarang
3. Riwayat pembedahan yang berdampak pada status gizi
4. Penyakit kronis atau resiko komplikasi
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Status Kesehatan mental/emosi
7. Kemampuan kognitif misalnya pasien stroke
60. • Model asuhan
gizi di
Indonesia saat
ini mengacu
pada model
yang
dikembangkan
oleh ADA.
MODEL ASUHAN GIZI
61. • Model ini mencerminkan
langkah-langkah kunci
PAGT, faktor-faktor yang
berperan, dan bagaimana
faktor-faktor tersebut
saling bersinggungan,
bergantung dan bergerak
secara dinamis untuk
memberikan asuhan gizi
yang berkualitas.
MODEL ASUHAN GIZI
68. • Kotak terdalam
menggambarkan
kemampuan dietesien
dalam menerapkan PAGT,
berdasarkan 4 langkah
yang berkesinambungan
yaitu pengkajian gizi,
diagnosis gizi, intervensi
gizi sampai monitoring
dan evaluasi gizi.
Ket
Gambar
2
72. • Pengetahuan dan
keterampilan dietetik
dietesien
mengembangkan
kapasitasnya untuk berpikir
kritis, berkolaborasi dan
berkomunikasi serta
mendorong dietesien
bekerja berdasarkan fakta-
fakta dan kode etik profesi.
Ket
Gambar
3
74. • Kotak terluar
menunjukkan faktor
lingkungan yang
dapat berpengaruh
terhadap
kemampuan
klien/pasien/
kelompok untuk
menerima dan
memperoleh
manfaat dari
intervensi asuhan
gizi.
Ket
Gambar
4
75. • Faktor lingkungan
tersebut antara lain :
1. Tempat pelayanan
asuhan gizi
2. Sistem pelayanan
kesehatan yang
menunjang
pelayanana asuhan
gizi
3. Ekonomi dan sistem
sosial yang ada
Ket
Gambar
4
78. • Fokus utama dalam
model ini adalah
hubungan antara
klien/pasien dengan
dietesien.
79. • Kunci keberhasilan
pelayanan asuhan gizi
terpusat pada hubungan
ini, yaitu bagaimana
dietesien dapat
berkolaborasi dengan
klien/pasien, memberikan
pelayanan yang terfokus
pada klien/pasien melalui
pendekatan individu.
80. Kualitas hubungan antara dietesien
dan klien dipengaruhi oleh :
• Pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki
sebelumnya oleh klien/pasien/kelompok dan
kesiapan mereka untuk berubah
• Tingkat pendidikan dan pelatihan yang dimiliki
seseorang dietesien yang menunjang
pengetahuan dan keterampilannya dalam
mengembangkan kemampuan berkomunikasi
atau melakukan hubungan antar personal seperti
mendengarkan, empati, melatih dan memberikan
motivasi.
81. • Agar dicapai asuhan gizi
yang berkualitas,
dietesien perlu
mengevaluasi apakah
PAGT berdampak positif
atau negative terhadap
hasil asuhan gizi. Diluar
area terdapat 2 sistem
yang menunjang PAGT.
82. • Sistem pertama adalah
skrining dan rujukan yang
merupakan akses masuk
kedalam siklus PAGT.
Pasien yang mendapat
PAGT adalah pasien yang
teridentifikasi
membutuhkan asuhan
gizi melalui proses
skrining dan rujukan.
83. • Proses ini bukan
termasuk dalam PAGT,
namun merupakan kunci
untuk masuk dalam
PAGT. Dalam
mengidentifikasi
individu membutuhkan
asuhan gizi dibutuhkan
integrasi dari tim
kesehatan
84. • Sistem pelaporan dan
evaluasi dampak
merupakan sistem
penunjang kedua.
Efektifitas dan efisiensi
proses dapat diukur
melalui sistem ini. Data
yang terkait dikumpulkan,
dianalisis secara periodic
dan dibandingkan dengan
standar tertentu yang
disepakati.
85. • Monitoring dan evaluasi
gizi dalam PAGT menjadi
dasar mengukur
hubungan antara proses
dan dampak asuhan gizi.
dengan demikian kualitas
pelayanan asuhan gizi
dapat dinilai.
90. TERAPI GIZI
• Terapi Gizi adalah pelayanan
gizi yang diberikan kepada
klien berdasarkan pengkajian
gizi, yang meliputi terapi diet,
konseling gizi dan atau
pemberian makanan khusus
dalam rangka penyembuhan
penyakit pasien (Peraturan Menkes RI
No. 78 Tahun 2013 tentang pedoman pelayanan
gizi RS)
91. TERAPI DIET
• Terapi diet merupakan
preskripsi atau terapi yang
memanfaatkan diet yang
berbeda dengan diet orang
normal untuk mempercepat
kesembuhan dan
memperbaiki status gizi
(Hartono, 2006).
92. • MNT (=Terapi Gizi Medik/TGM) adalah konsep
dalam asuhan gizi yang awalnya adalah
rekomendasi dari The American Diabetes
Association (1994) atas keberhasilan peran
Dietesien dalam mengintegrasikan pelayanan
gizi dengan pelayanan dan penatalaksanaan
penyakit DM secara total.
TERAPI GIZI MEDIK
93. TERAPI GIZI MEDIK
• TGM
menunjukkan
manfaat dari
pemberian gizi
yang tepat dalam
mengelola atau
merawat suatu
penyakit.
94. DEFINISI
• MNT = These of
specific nutritional
intervention to treat
an illness, injury or
condition.
• NCP = The process
of planning for and
meeting the
nutritional needs
of an individual
• (L.K. Mahan and S. Escott-Stump.2004. Krause’s Food, Nutrition, & Diet Therapy.11th ed.
95. TERAPI GIZI MEDIK
• TGM pengaturan
jumlah serta jenis
makanan dan jadwal
makana setiap hari
yang bertujuan
membantu
peyembuhan pasien.
• TGM alur proses
kegiatan
perencanaan makan
sampai makanan
disajikan kepada
pasien.
• TGM preskripsi diet, pelabelan makanan,
pemorsian makanan dan sampai makanan
disajikan kepada pasien (Almatsier, 2012)
96. KOMPONEN TGM
1. PENGKAJIAN STATUS GIZI PASIEN
2. PENYEDIAAN MODIFIKASI DIET
3. PELAYANAN KONSELING DIET /
TERAPI GIZI KHUSUS
97.
98. TGM
1. Komponen asuhan
pada penyakit tertentu
2. “Apa yang harus”
dilakukan
3. Tidak dapat mewakili
seluruh gambaran
pelayanan gz yang
diberikan dietition
TGM VS PAGT
PAGT
1. Proses terstandar
2. “Bagaimana asuhan
(TGM) dilakukan”
3. Langkah yang
terstandar dan
konsisten dalam
pelayanan asuhan
gizi (ADIME)
99. TGM VS PAGT
TGM
4. Langkah belum
kompleks
5. Tidak terstandar dan
pelaksanaan dibbrp
RS bisa jadi berbeda
6. Satu komponen
dalam penerapan
PAGT
PAGT
4. Pedoman dalam
edukasi gizi
5. Langkah terstandar
walau dilakukan
ditempat berbeda
6. Langkah yang spesifik
dan konsisten dari
dietition saat
memberikan TGM
100. TGM VS PAGT
TGM
7. Sulit terukur tingkat
keberhasilan
8. Komponen langkah
monitoring evaluasi
tidak terlihat jelas
9. Peran dietition
sebagai pelaku
yankes belum terlihat
secara jelas
PAGT
7. Dapat diukur tingkat
keberhasilan dari
asuhan gizi yang
diberikan
8. Asuhan gizi secara
individual/pendekatan
individual
9. Menguatkan
keberadaan dietition
sebagai pelaku
pelayanan kesehatan
101. MNT
• MNT Memberikan Intervensi berdasarkan
penyakitnya saja
• Jika pasien berisiko saat screening NCP
• Jika pasien tidak berisiko saat screening
lakukan MNT
102.
103. SKRINING GIZI
• Suatu proses yang
sederhana dan cepat
untuk mengidentifikasi
individu yang
mengalami malnutrisi
atau beresiko
malnutrisi (Charney &
Marian, 2009)
104. DEFINISI
• The American Dietetic Association’s (ADA)
Skrining adalah tindakan preventif menggunakan prosedur
pemeriksaan yang terstandar yang digunakan untuk
mengidentifikasi pasien yang membutuhkan intervensi
khusus
• American Society for Parenteral and Enteral Nutrition
(A.S.P.E.N.)
Skrining gizi adalah proses untuk mengidentifkasi individu
yang mengalami malnutrisi atau berisiko malnutrisi untuk
menentukan apakah perlu dilakukan pemeriksaan status
gizi (nutrition assessment) yang lebih detail
105. TUJUAN SKRINING
* Untuk menentukan
seseorang beresiko
malnutrisi atau tidak
(Mahan, 2008).
**Mengidentifikasi
individu yang malnutrisi
atau beresiko
malnutrisi (Charney and
Marian, 2009)
106.
107. WAKTU YANG TEPAT UNTUK
PELAKSANAAN SKRINING
• Saat pasien masuk RS untuk dirawat inap.
• Biasanya pasien diskrining dalam 24 jam awal
masuk RS (Acute Care) atau Long Term Care
(Saat dirawat atau dalam jangka waktu 14 hari
saat dirawat) (Charney & Marian, 2009).
108.
109. WAKTU YANG DIGUNAKAN DALAM SKRINING
(Jones, 2005)
No Pasien Time Assesment
1 Pasien RS (Usila) Awal masuk RS, dlm jangka waktu 24 jam, diulang
mingguan
2 Juvenile Rheumatoid
Arthritis
Selama Clinic visit
3 Long term care resident Awal dirawat, rescreen dlm 2-4 mgg
4 Medical dan Surgical Saat masuk RS dan diulang mingguan
5 Oncologi Saat masuk RS / dalam 48 jam pasien baru masuk
RS, Rescreen dalam 7-10 hr
6 Pasien RS (Dws) Saat masuk RS dalam 24 jam s.d 48 jam pasien
baru masuk dan Rescreen weekly
7 Pasien RS (Dws dan anak) Saat masuk RS dalam 24 jam /48 jam atau 72 jam
pasien baru masuk dan Rescreen weekly/4/7 hr
110. KRITERIA PASIEN
YANG MENDAPAT SKRINING GIZI
• Skrining gizi bisa dilakukan pada semua
pengunjung RS baik rawat inap maupun rawat
jalan.
• Pada pasien rawat jalan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah pasien membutuhkan
asuhan gizi secara khusus atau tidak.
• Pada pasien rawat inap (ketika pertama
masuk) untuk menentukan asuhan gizi yang
tepat (Andry Hartono,2006)
111.
112.
113. PERBEDAAN SCREENING
DAN ASSESMENT
Nutrition Screening Nutrition Assessment
1. Bisa dilakukan oleh ahli gizi atau
profesi lain seperti perawat,dokter
dll
2. Mendapatkan interpretasi data
dari pasien yang selanjutnya
dirujuk ke ahli gizi.
3. Mengidentifikasi secara cepat
pada individu yang malnourished
atau beresiko malnourished dan
menentukan apakah membutuhkan
assessment lebih lanjut
1. Dilakukan oleh ahli gizi
2. Melibatkan interpretasi
data dari skrining gizi.
3. Mengumpulkan informasi
yang adekuat untuk
membuat keputusan yang
professional tentang status
gizi.
114. SYARAT SKRINING GIZI
(Charney & Marian, 2009)
1. Simpel
2. Efisien
3. Cepat
4. Reliabel
5. Tidak mahal
6. Resiko rendah pada individu yang diskrining
7. Dapat diterima tingkat sensitivity, specificity
115. 1. Simpel
2. Mudah dan lengkap
3. Biaya efektif
4. Efektif mengidentifikasi masalah gizi yang
membutuhkan assesment lebih lanjut,
reliabel dan valid
SYARAT SKRINING GIZI
(Charney & Marian, 2009)
116. DATA UMUM YG DIPERLUKAN
DALAM SKRINING GIZI
(Charney & Marian, 2009)
1. TB
2. BB
3. Perubahan BB yg tidak disengaja
4. Food alergies
5. Diet
6. Data Laboratorium (Albumin, hematokrit)
Rapid test
7. Perubahan rasa kecap, mual/muntah, bowel
habits, ketidakmampuan mengunyah/menelan
dan diagnosis
117. 1. Riwayat kehilangan BB pasien
2. Dukungan nutrisi saat ini
3. Kerusakan kulit/turgor kulit
4. Rendah Intake
5. Kronisnya penggunaan dari modifikasi diet
DATA UMUM YG DIPERLUKAN
DALAM SKRINING GIZI
(Mahan, 2008)
118. TAHAPAN SKRINING GIZI SECARA UMUM
(Hunt et al, 1985)
1. Mengisi form dengan lengkap saat pasien
masuk RS
2. Mengukur masing-masing TB,BB pasien saat
masuk RS (Bisa oleh AG/Perawat)
3. Bisa ditambahkan dg pemeriksaan Lab(Rapid
test)
4. Kesimpulan dan rekomendasi untuk
intervensi gizi oleh Registered Dietetion
119. 1. Screening with a single biochemical index
• Parameter :
• Albumin, dan transferin
• Serum transferin biasa dikaitkan dengan angka
kematian di RS.
• Serum albumin menunjukkan performa yang
lebih baik dibandingkan dengan kebanyakan
serum protein yang lain dalam mengidentifikasi
pasien yang gagal untuk merespon dukungan
nutrisi atau pasien yang berhasil memperoleh
manfaat dari dukungan nutrisi.
METODE-METODE SKRINING GIZI
SINGLE PARAMETER INDEX
120. CUT OFF :
Albumin Jumlah
Normal 3,5 – 5,0 g/dl
Depletion
- Mild
- Moderate
- Severe
3,0 – 3,4 g/dl
2,4 – 2,9 g/dl
< 2,4 g/dl
121. KELEBIHAN/KELEMAHAN
• Interpretasi level
serum protein pd
pasien RS sering
dikacaukan dengan
keadaan penyakit
yang mendasari
Dapat
memperkirakan
lamanya tinggal di RS
terhadap rendahnya
serum albumin.
122. 2). Screening using anthropometri
• Parameter
• IMT, penurunan BB
dalam % , LILA ,
tinggi badan,berat
badan
(Gibson, 2005 ;
BAPEN,2003).
• Parameter
• IMT, penurunan BB
dalam % , LILA ,
tinggi badan,berat
badan
(Gibson, 2005 ;
BAPEN,2003).
123. 3). Screening Using Other Functional
Indices
• Efek fungsional dari kekurangan gizi mempunyai
hubungan yang signifikan dengan dampak klinis.
• Parameter :
• Lemah otot ( khususnya otot-otot pernapasan )
• Penyembuhan luka yang buruk
• Depresi dan kelelahan
(Gibson, 2005)
124. MULTIPARAMETER INDEX
• Berdasarkan
kelompok usia,
multiple parameter
screening tools
dibedakan menjadi
3 yaitu:
• Kelompok anak,
dewasa, dan
lansia.
• Anak : STAMP, PNRS
(Pediatric Nutritional
Risk Score),
Subjective Global
Nutrtional
Assessment (SGNA),
Pediatric Yorkhill
Malnutrition Score
(PYMS)
125.
126. MULTIPARAMETER INDEX
• Dewasa : SGA,
MUST, MST, PNI
(Prognostic
Nutritional Index),
NRI ( Nutrition Risk
Index ), SNAQ
(Short Nutritional
Assessment
Questionnaire),
NRS 2002
(Nutritional Risk
Screening)
Lansia :
Mini Nutritional
Assessment – Short
Form (MNA-SF),
GNRI (Geriatric
Nutrition Risk
Index), NSI
(Nutrition
Screening Initiative)
127. MACAM-MACAM SKRINING BERDASAR KLPK UMUR
(Queesland Health Dietetion, 2011)
Patient
Population
Ref Tool
Elderly Queesland Health Diet, 2011 Mini Nutritional Assesment -Short
Form (MNA-SF)
Jones, 2005 Nutritional Risk Assesment Scale
(NURAS)
Jones, 2005 Nursing Nutrition Screening
Assesment
Jones, 2005 Nursing Nutritional Screening
Tool
Bouillane, et al, 2005 Geriatric Nutritional Risk Indekx
(GNRI)
Limonta, et al, 2006 Nutritional Risk Indeks (NRI)
Wrieden, et al, 2003 Nutriitonal Assesment
Questionnaire (NAQ)
128. MACAM-MACAM SKRINING BERDASAR KLPK UMUR
(Queesland Health Dietetion, 2011)
Patient
Population
Ref Tool
Pediatric Wong et al, 2013 STAMP (Screening Tool For The
Assesment of Malnutrition in
Paediatrics)
Meilyana et al, 2010 SGA (Subjective Global
Assesment)
Wiskin et al, 2012 STRONG Kids (Screening Tool for
Risk on Nutrition Status and
Growth)
Wiskin et al, 2012 PNRS (Simple Paediatric Nutrition
Risk Score)
Wiskin et al, 2012 PYMS (Paediatiric Yorkhill
Malnutrition Score)
129. MACAM-MACAM SKRINING BERDASAR KLPK UMUR
(Queesland Health Dietetion, 2011)
Patient
Population
Ref Tool
Dewasa Ferguson et al, 1999 MST (Malnutrition Screening
Tool)
BAPEN, 2003 MUST (Malnutrition Universal
Screening Tool)
Kondrup et al, 2003 NRS (Nutrition Risk Screening)
Detsky et al, 1986
Makhija et al, 2008
SGA (Subjective Global
Assesment)
Charney & Marian, 2009 SNAQ (The Short Nutritional
Assesment Questionaire)
Goudge dlm Jones, 2009 Derby Nutritional Score
130. MACAM-MACAM SKRINING BERDASAR PENYAKIT
Penyakit Ref Tool
Chronic dialysis patient Mutsert et al, 2009 SGA
Chronic Renal Insufficiency
And stage renal disease of Dyalisis
Tapiawala et al, 2006 SGA
Surgical & Oncology patient Makhija et al, 2008 SGA
Cancer Bauer et al, 2002 SGA
Sirosis Hati Warastuti & Isnawati SGA
Inflammantory Bowel Disease (Paediatric) Wiskin et al, 2012 PYMS
Chronic Dialysis Patient (Elderly) Kobayashi et al, 2010 GNRI
Haemodialysis Patients Sincic et al, 2007 NRS
141. HASIL PENELITIAN
• Hasil kongres dan abstrak ASPEN dan ESPEN
pada tahun 2000 sampai 2005. Dari semua
hasil didapatkan MST merupakan metode
yang tingkat keakuratannya lebih tinggi dari
pada metode skrining lainnya (Venrooij dkk.,
2007)
147. HASIL PENELITIAN
• The American Society For Parenteral and Enteral
Nutrition (ASPEN) menyarankan penggunaan
metode SGA untuk mendeteksi prevalensi gizi
kurang pada pasien rawat inap di RS (Alberda
dkk.,2006).
• Menurut Sacks dkk. (2000) metode SGA
merupakan indikator yang tepat untuk identifikasi
pasien gizi kurang dalam memprediksi komplikasi
maupun kematian selama rawat inap.
154. FORM MNA
A. Apakah terjadi penurunan asupan makan selama 3 bulan terakhir berkaitan dengan
penurunan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan mengunyah atau
kesulitan menelan?
0=penurunan nafsu makan tingkat berat
1=penurunan nafsu makan tingkat sedang
2=tidak kehilangan penurunan nafsu makan
B. Penurunan BB selama 3 bulan terakhir
0=penurunan BB > 3 kg
1=Penurunan BB tidak diketahui
2=penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg
3-=tidak terjadi penurunan BB
C. Mobilitas
0= hanya diatas kasur atau dikursi roda
1=dapat beranjak dari kursi/kasur, tapi tdk mampu beraktivitas normal
2=mampu beraktivitas normal
D. Menderita penyakit psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir
0=ya 2=tidak
155. FORM MNA
E. Masalah Neuropsikologis
0= demensia tingkat berat atau depresi
1=Demensia tkt sedang
2=Tidak ada masalah psikologis
F. BMI
0=BMI < 19
1=BMI 19-<21
2=BMI 21-<23
3=bmi > 23
SKOR SKRINING (SUBTOTAL MAKSIMAL 14 POIN)
12-14 POIN = STATUS GIZI NORMAL
8-11=BERISIKO MALNUTRISI
0-7 POIN = MALNUTRISI
156. ASSESMEN GIZI
F. Hidup mandiri (tidak sedang dalam perawatan di rumah atau RS)
1= ya 0=tidak
G. Konsumsi > 3 resep obat dalam satu hari
1= ya 0=tidak
H. Ada luka tekan atau ulkus pada kulit
1= ya 0=tidak
I. Berapa kali pasien makan dalam sehari ?
0-1 kali
1-2 kali
2-3 kali
J. Konsumsi bahan makanan spesifik untuk asupan protein
< 1 porsi makanan sumber protein atau produk susu Ya Tidak
(susu, keju, yoghurt) dalam sehari
> 2 porsi kacang-kacangan atau telur dalam seminggu Ya Tidak
Daging, ikan, atau unggas setiap hari Ya Tidak
0,0= jika 0 atau 1 jawaban ya
0,5=jika 2 jawaban ya
1,0=jika 3 jawaban ya
157. ASSESMEN GIZI
K. Konsumsi > 2 porsi sayur dan buah setiap hari
0 = tidak 1=ya
l. Berapa banyak cairan (air puith, jus, kopi, the, susu) yang dikonsumsi perhari ?
0,0= < 3 cangkir
0,5=3-5 cangkir
1,0=> 5 cangkir
M. Cara pemberian makan
0=tidak dapat makan tanpa bantuan orang lain
1=makan sendiri dengan beberapa kesulitan
2=makan sendiri tanpa kesulitan
N. Pandangan terhadap status gizi pribadi
0=menganggap dirinya mengalami malnutrisi
1=tidak pasti terhadap status gizinya
2=menganggap dirinya tidak mengalami masalah gizi
O. Jika dibandingkan dengan oranglain pd tingkat umur yg sama, bagaimana pendapat
pasien terhadap status kesehatannya?
0,0=tidak ckp baik
0,5=tidak tahu
1,0=tidak ckp
2=lebih baik
158. ASSESMEN GIZI
p. Lingkar lengan atas dalam (cm)
0,0=LILA < 21
0,5=LILA 21-22
1,0=LILA > 22
Q. Lingkar Betis dalam (cm)
0=lingkar betis <31
1=lingkar betis > 31
Assesmen (maksimal 16 poin) =
Skor skrining =
Total asesment (maksimal 30 point) =
Skor indikator malnutrisi :
24-30 poin : status gizi normal
17-23,5 poin : beresiko malnutrisi
< 17 poin : Malnutrisi
159. MNA
• Terdiri dari dua bagian :
1). Skrining Gizi
2). Asesmen Gizi
MNA-SF bagian penapisan/skrining terdiri dari 6
parameter (IMT, penurunan BB 3 bln terakhir,
Penilaian umum (mobilitas, stress psikologis, dan
penyakit akut 3 bln terakhir, masalah
neuropsikologis), dan penilaian diet , sedangkan
bagian penilaian/ assesment yait pada 12
pertanyaan lainnya.
166. GNRI
• Merupakan
adaptasi dari
NRI untuk
pasien lansia
dan dikalkulasi
dengan rumus
sbb :
• GNRI = (1, 489 x serum
albumin dlm g/L) +(
41,7 x Present BW/
IBW)
167. GNRI
• Cut off point
• Berdasarkan 5% dan 10% penurunan berat badan dan
konsentrasi albumin abnormal 3,8; 3,5 & 3,0 g/ dl pada
lansia
• Interpretasi
• level resiko berkaitan dengan gizi:
– Mayor risk : GNRI < 82
– Moderate risk : GNRI 82 - < 92
– Low risk : GNRI 92 - < 98
– Tidak beresiko : GNRI > 98
• Parameter
• Perubahan berat badan, obat-obatan, dietary intake
168. GNRI
• (1,489XALBUMIN G/DL)+ (41,7X BB/BBI)
• DENGAN KATEGORI :
• level resiko berkaitan dengan gizi:
– Mayor risk : GNRI < 82
– Moderate risk : GNRI 82 - < 92
– Low risk : GNRI 92 - < 98
– Tidak beresiko : GNRI > 98
170. GNRI
• GNRI = (1,489Xalbumin (g/l)+(41,7x (BB/Wlo)
• Dimana :
• Wlo = Lorentz equations
• Wlo pada laki2
• (H-100)-(H-150)/4
• Wanita
• H-100-((H-150)/2,5)
• H merupakan TB yang dihitung dg rumus Cumlea
171. Penelitian di RS Sanglah Bali
• GNRI = (1,489Xalbumin (g/l)+(41,7x (BB/Wlo)
• Kadar albumin untuk menilai status nutrisi
1. Malnutrisi berat = albumin < 30 g/l
2. Moderate = 30-35
3. Ringan = 35-38
4. Tidak malntrisi => 38
173. CUT OFF
RISIKO MAYOR = GNRI<82
RISIKO SEDANG = GNRI 82-<92
RISIKO RENDAH = GNRI 92-< 98
TANPA RISIKO = GNRI >98
JADI PASIEN TERSEBUT TERMASUK KATEGORI
RESIKO SEDANG
175. • NRI = {1,159xalbumin (g/l)}+(41,7 x present
body weight/usual body weight)
• Keterangan :
• ALB = serum albumin
• Present weight = berat badan aktual/skrg
• Usual weight = berat badan yang
stabil/biasa, pengukuran BB > 6 bulan yang
lalu
NRI
177. HASIL PENELITIAN
• Metode skrining gizi yang digunakan untuk
usia lanjut adalah Nutrition Risk Indekx (NRI),
Geriatric Nutrition Risk Indeks (GNRI), MNA,
Nutrition Screening Initiative (NSI).
• Dari beberapa metode skrining gizi tersebut,
MNA merupakan salah satu alat skrining gizi
untuk pasien usila yang telah banyak
digunakan RS
178. HASIL PENELITIAN
• Beberapa hasil penelitian tentang MNA memiliki
nilai sensitivitas, spesifisitas, dan reliabilitas yang
baik untuk mengidentifikasi kejadian malnutrisi
pada pasien lansia yang memiliki hubungan yang
erat dengan outcome seperti lama tawat inap,
status pulang dan indikator biokimia untuk
menggambarkan status gizi.
• MNA merupakan pilihan utama untuk usia lanjut.
179. HASIL PENELITIAN
• Bila MNA tidak dapat dilaksanakan dianjurkan
menggunakan NRS 2002 dan mungkin dapat
digunakan pula SGA.
• SGA merupakan baku emas dalam skrining
gizi.
• MNA mengidentifikasi lebih banyak pasien
beresiko malnutrisi dan SGA lebih baik dalam
menentukan status gizi.
180. STRONG KIDS
Kuesioner STONG kids
Dijawab oleh tenaga kesehatan
Apakah ada penyakit yang mendasari dengan resiko malnutrisi atau apakah ada
pembedahan besar ?
Ya = 2 poin
Apakah pasien dalam kondisi status gizi buruk berdasarkan pemeriksaan klinis secara
subjekctif?
Ya = 1 poin
Dijawab oleh pengasuh anak
Apakah hal-hal dibawah ini ditemukan pada anak?
Diare yang berlebihan >5x/hari dan/atau muntah > 3x/hari
Penurunan asupan makan selama beberapa hari terakhir
Intervensi gizi yang sudah ada sebelumnya
Ketidakcukupan asupan gizi karena sakit
Ya = 1 poin
Apakah ada penurunan berat badan atau tidak adanya penambahan berat badan
(bayi<1 tahun) selama beberapa minggu/bulan terakhir?
Ya = 1poin
181. NEXT….
Risiko tinggi 4-5 poin
Risiko sedang 1-3 poin
Risiko rendah 0 poin
Risiko tinggi
Konsultasikan kepada dokter dan dietetian untuk diagnosis lengkap serta
konsultasikan kepada dokter/dietetian untuk rekomendasi gizi individu dan
tindak lanjut
Risiko sedang
Konsultasikan kepada dokter untuk diagnosis lengkap. Pertimbangkan
intervensi gizi dengan dietetian. Periksa BB 2x/minggu dan evaluasi risiko gizi
tiap minggu. Bila perlu konsultasikan pada spesialis dokter untuk diagnosis
lengkap.
Risiko Rendah
Tidak ada intervensi gizi yang dioerlukan. Periksa BB secara teratur dan
evaluasi risiko gizi setiap minggu (atau menurut kebijakan RS)
182. HASIL PENELITIAN
• Penelitian Moeni, dkk (2012) di Iran
membandingkan STRONG kids , STAMP dan PYMS
pada 119 anak saat masuk RS. Hasilnya bahwa
ketiga alat skrining tersebut dapat
mengidentifikasi risiko malnutrisi pada anak,
tetapi dengan penggunaan yang berbeda.
• Metode PYMS dapat mengklasifikasikan risiko
tinggi malnutrisi dalam jumlah besar sedangkan
gagal untuk mengidentifikasi malnutrisi anak.
183. • STRONG kids memiliki korelasi yang kuat
dengan indeks antropometri dan mudah
untuk diaplikasikan, tanpa melakukan
pengukuran TB dan BB.
• STRONG kids dapat mendeteksi lebih besar
pasien malnourished.
• Studi ini menunjukkan STRONG kids
merupakan alat yang bermanfaat dan reliabel.
HASIL PENELITIAN
184. NEXT…….
• The STRONG-kids detected more children with moderate
undernutrition compared to PYMS () and STAMP ().
• High risk determined by STRONG-kids was also associated with
length of stay ().
• PYMS was superior in detection of the severely undernourished
children compared to STRONG-kids () [13].
• Another study conducted by Moeeni et al. [26] that evaluated 162
children with PYMS, STAMP, and STRONG-kids to full nutritional
assessment in New Zealand recommended that STRONG-kids was
the most reliable tool.
• Only high and moderate risk children using PYMS ( and , resp.) and
STRONG-kids ( and , resp.) had significantly longer admissions than
low risk group [26].
185. HASIL PENELITIAN
• Penelitian yang dilakukan di RSHS
Bandung,2014 tentang validitas skrining gizi
untuk anak-anak di RS dimana dalam
penelitian tersebut membandingkan skrining
gizi antara STRONG kids, PYMS, STAMP dan
SGNA.
• Berdasarkan penelitian tersebut bahwa PYMS
merupakan alat skrining yang dapat
diandalkan.
186. 13). Adaptasi Strong Kids(STRONG-Kids)
Parameter Skor :
1.
Apakah pasien tampak kurus?
a. Tidak
b. Ya
0
1
2.
Apakah terdapat penurunan BB selama satu bulan terakhir?
(Berdasarkan penilaian objektif data BB bila ada/penilaian
subjektif dari orang tua pasien ATAU untuk bayi<1 tahun : BB naik
selama 3 bulan terakhir )
a. Tidak 0
a. Ya 1
3.
Apakah terdapat salah satu dari kondisi berikut ?
Diare > 5 kali/hari dan atau muntah> 3 kali/hr dalam seminggu
terakhir
0
Asupan makanan berkurang selama 1 minggu terakhir 1
4.
Apakah terdapat penyakit atau keadaan yang mengakibatkan
pasien berisiko mengalami malntrisi? (lihat tabel dibawah ini)
a. Tidak 0
a. Ya 2
TOTAL SKOR
Sudah dibaca dan diketahui oleh Dietesien (diisi oleh dietesien)
diberitahukan ke Dokter (Coret salah satu)
Ya, pukul…………………….
187. 13). STRONG-Kids
Diare kronik (lebih dari 2 mgg)
(Suspect) PJB
(Suspect) Infeksi HIV
(Suspect) Kanker
Penyakit hati kronik
Penyakit Ginjal Kronik
TB Paru
Luka Bakar luas
Lain-lain (berdasarkan pertimbangan
dokter )……………
Kelainan anatomi daerah mulut yang
menyebabkan kesulitan makan (misal : bibir
sumbing)
Trauma
Kelainan metabolic bawaan (inborn error
metabolism)
retardasi mental
keterlambatan perkembangan
Rencana/paskaoperasi mayor (misal :
laparatomi, toraktomi)
Terpasang stoma
INTERPRETASI :
1. = Risiko Rendah
1-3 = Risiko sedang
4-5 = Risiko Berat
Daftar penyakit/keadaan yang berisiko mengakibatkan malnutrisi
189. TUGAS
• KOMPILASI SEMUA SCREENING TOOLS YANG TELAH DIBUAT
Too
ls
Tujuan Sasaran Yang
Melakukan
Parameter Kelebihan Kekurangan Validitas Reliabilitas Kapan Analisis
Interpretasi
SGA
Mengidentifikasi
pasien yang
malnutrisi atau
yang beresiko
malnutrisi
Dewasa
Anak-
anak
Pasien
Kanker,
bedah,
kronik
renal
insufici
ency,
dialysis,
sirosis
hati
dan ICU
Ahli gizi,
perawat
1. Riwayat Medis
Perubahan
Berat Badan
Perubahan
asupan makan
Gejala
gangguan
gastrointestinal
Perubahan
kapasitas
fungsional
Ada tidaknya
kaitan penyakit
dengan
kebutuhan gizi
2. Pemeriksaan fisik
Hilangnya
lemak
subkutan
Hilangnya
massa otot
Edema
Relative
sederhana
non
invasive
Murah
Cepat
tidak
membutuhk
an alat
medis
Merupakan
gold standar
dan
direkomend
asikan oleh
ESPEN
cukup
akurat
mudah
dilakukan
referensi
untuk
pengemban
gan skrining
tool lain.
Tidak
mampu
mendet
eksi st
atus
gizi
akut,
dan
hanya
fokus
pada
undern
utrisi
tidak
efektif
untuk
mempr
ediksi
outcom
e dari
ganggu
an zat
gizi .
Sensitifit
as 84,3
%
Spesi
fisitas
91,4 %
Kappa 0,78 24 jam
pertam
a
masuk
rumah
sakit
Tiap
parameter
diberi
penilaian
A,B,atau C
Jika
A = Gizi
Baik
B =
Malnutrisi
ringan
dan
beresiko
malnutrisi
sedang
C =
malnutrisi
berat
(Sacks,
2000 dan
Detsky,
1987)
190. DAFTAR PUSTAKA
1. KeMenkes RI. 2014. Peraturan Menkes RI No. 78
Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi RS.
Kemenkes RI, Jakarta.
2. Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diet RS.
EGC, Jakarta.
3. Soenardi, Tuti., dkk. 2014. Mengangkat Gizi dan
Kuliner Makanan RS. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
4. Gutawa, Miranti., Fayakun, YL & Widyastuti,
Dyah. 2011. PAGT. Abadi Publishing & Printing,
Jakarta
191. TUGAS
• DARI 13 SKRINING :
1. TERJEMAHKAN KE B. INA
2. SKRINING DITUJUKAN UNTUK SIAPA?
3. BAGAIMANA CARA
PENGISIAN/PENGGUNAAN SKRINING
4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
198. Dietary (Riwayat Terkait Gizi dan
Makanan/Riwayat Gizi) (FH)
FH.1. Asupan Makanan dan Zat Gizi
FH.2. Pemberian Makanan dan Zat Gizi
FH.3 .Penggunaan Obat2an atau obat alternatif
FH.4. Pengetahuan/kepercayaan/sikap
FH.5. Perilaku
FH.6. Faktor yang Mempengarhi Akses Makanan
dan Terkait Suplai Makanan/Gizi
FH.7. Aktifitas dan Fungsi Fisik
FH.8. Nilai-nilai Pasien/Klien Terkait Gizi
199. FH.1 ASUPAN MAKANAN DAN ZAT GIZI
• Komposisi dan kecukupan asupan
makanan dan zat gizi, pola makan
dan snack, diet saat ini dan
sebelumnya dan atau modifikasi
makanan, dan lingkungan makanan
200. FH.1.1 ASUPAN ENERGI
• Jumlah asupan energi dari berbagai sumber,
termasuk makanan, minuman, ASI/formula,
suplemen, dan melalui rute enteral maupun
parenteral
• FH.1.1.1 Asupan Energi
1. Asupan Energi Total
201. FH.1.2. ASUPAN MAKANAN DAN
MINUMAN
• Jenis, jumlah dan pola asupan makanan dan
kelompok bahan makanan, indikator kualitas
diet, asupan cairan, ASI dann Formula Bayi
• FH 1.2.1 Asupan Cairan /Minuman
1. Jumlah cairan melalui oral
2. Cairan dari makanan
3. Suplemen /Cairan pengganti makanan
202. FH.1.2. ASUPAN MAKANAN DAN
MINUMAN
• FH 1.2.2 Asupan Makanan
1. Jumlah Makanan
2. Jenis makanan
3. Pola Makan/ Snack
4. Indeks Kualitas Diet
5. Variasi Makanan
• FH 1.2.3 Asupan ASI/Formula Bayi
1. Asupan ASI
2. Asupan PASI/Formula Bayi
203. • Asupan makanan pendukung khusus dari
berbagai sumber, misalnya rute enteral dan
parenteral
FH.1.3. ASUPAN ENTERAL PARENTERAL
• FH 1.3.1 Asupan Enteral
1. Formula/Cairan
2. Pembilasan pipa Makanan
• FH 1.3.2 Parenteral
1. Formula/Larutan
2. Cairan Intravena (IV)
204. • Asupan alkohol, stanol tumbuhan dan sterol
ester, protein kedele, psyilium dan B glucan
dan kafein dari berbagai sumber. Misalnya
minuman, makana, suplemen, dan melalui rte
enteral maupun parenteral
FH.1.4. ASUPAN SUBSTANSI BIOAKTIF
• FH 1.4.1 Asupan Alkohol
1. Ukuran/ Vol yang diminum
2. Frekuensi
3. Pola konsumsi alkohol
205. FH.1.4. ASUPAN SUBSTANSI BIOAKTIF
• FH 1.4.2 Asupan Substansi Bioaktif
1. Ester stanol/plant sterol
2. Protein Kedele
3. Psyllium/B Glucan
4. Bahan Makanan Tambahan (Food Additive)
5. Lain-lain, Sebutkan ……………….
• FH 1.4.3 Asupan Kafein
1. Kafein Total
206. • Asupan lemak dan kolesterol, protein, KH, dan
serat dari berbagai sumber termasuk
makanan, minuman, suplemen, dan rute
melalui enteral dan parenteral
FH.1.5. ASUPAN ZAT GIZI MAKRO
• FH 1.5.1 Asupan Lemak dan KOlesterol
1. Lemak Total
2. Lemak Jenuh
3. Asam Lemak Trans
4. PUFA
5. MUFA
6. Asam Lemak Omega 3
7. Kolesterol Makanan
8. Asam lemak essensial
207. FH.1.5. ASUPAN ZAT GIZI MAKRO
• FH 1.5.2. Asupan Protein
1. Protein Total
2. Protein HBV
3. Casein
4. Whey
5. Asam Amino
6. Asam Amino Essensial
• FH 1.5.3. Asupan KH
1. KH Total
2. Gula
3. Zat Pati
4. IG
5. Beban Glikemik
6. Sumber KH
7. Ratio Insulin : KH
208. • FH 1.5.4. Asupan Serat
1. Serat Total
2. Serat Larut
3. Serat Tidak Larut
FH.1.5. ASUPAN ZAT GIZI MAKRO
209. Depkes RI tahun 1996, tingkat asupan gizi
dibagi menjadi lima dengan cut of points
• Diatas Kebutuhan : > 120%
• Normal : 90-119%
• Defisit ringan : 80-89%
• Defisit sedang : 70-79%
• Defisit Berat : < 70%
210. FH.1.6 ASUPAN ZAT GIZI MIKRO
• Asupan vitamin dan mineral dari berbagai
sumber, misalnya minuman, suplemen, dan
melalui enteral dan parenteral
• FH 1.6.1 Asupan Vitamin
1. Vitamin A
2. Vitamin C
3. Vitamin D
4. Vitamin E
5. Vitamin K
6. Thiamin
7. Riboflavin
8. Niacin
9. B6
10. B12
11. Asam Pantotenat
13. Biotin
13. Multivitamin
211. FH.1.6 ASUPAN ZAT GIZI MIKRO
• FH 1.6.2 Asupan
Mineral/Elemen
1. Kalsium
2. Chlorida
3. Zat Besi
4. Mg
5. K
6. Phosfor
7. Na
8. Zn
9. Sulfat
10. Flour
• FH 1.6.2 Asupan
Mineral/Elemen
11. Cuprum
13. Iodium
13. Se
14. Mangan
15. Cr
16. Mo
17. Boron
18. Cobalt
19. Multimineral
20. Multi trace element
227. PD. NUTRITION-FOKUS PD
FISIK/KLINIS
• Temuan dari evaluasi sistem tubuh, otot dan
pengerutan lemak subkutan, kesehatan mulut,
kemampuan mengisap, menelan, bernafas,
nafsu makan, dan pengaruhnya
228. PD.1.1 NUTRITION-FOKUS PD
FISIK/KLINIS
• PD. 1.1 Nutrition-Focus pada Fisik/Klinis
1. Penampilan Keseluruhan
2. Bahas Tubuh *
3. Jantung-Paru
4. Extremities, otot dan tulang
5. Sistem Pencernaan (Mulut –rektum)
6. Kepala dan Mata
7. Syaraf dan Kognitif
8. Kulit
9. Tanda-tanda Vital
230. CH. CLIENT HISTORY
• Informasi Umum dari pasien/klien seperti
umur, jenis kelamin, etnis, bahasa, pendidikan
dan peran keluarga
• CH. 1 Riwayat Personal *
• CH. 2 Riwayat medis/kesehatan
pasien/klien/keluarga
• CH. 3 Riwayat Sosial
239. URUTAN ASESMENT BERDASAR KASUS
2. FOOD HISTORY/RIWAYAT GIZI
FH.1. Asupan Makanan dan Zat Gizi
FH.2. Pemberian Makanan dan Zat Gizi
FH.3 .Penggunaan Obat2an atau obat alternatif
FH.4.Pengetahuan/kepercayaan/sikap
FH.5. Perilaku
FH.6. Faktor yang Mempengarhi Akses Makanan
dan Terkait Suplai Makanan/Gizi
FH.7. Aktifitas dan Fungsi Fisik
FH.8. Nilai-nilai Pasien/Klien Terkait Gizi