Makalah ini membahas pemikiran hukum Islam menurut Imam Maliki dan Imam Hanafi, khususnya sumber hukum, metode ijtihad, dan pengaruh masing-masing mazhab.
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
EduLink - your gateway to sharing school informationovernetdata
++Student performance and pastoral data in your hands 24/7++
EduLink gives all teachers, students and parents within a school a suite of software management tools to access real-time data from their school’s MIS - accessible online, within Moodle or via an app. EduLink brings data to life, with real-time reporting helping teachers make better informed decisions.
With Write Back teachers can update the MIS with mobile electronic registration, as well as recording grades, achievement and behaviour for complete assessment and anytime, anywhere reporting.
Parental reporting and communication tools encourage parental engagement and participation, helping to build a strong whole-school partnership.
Sejak masa Sahabat, kegiatan ijtihad dapat dikategorikan dalam dua aliran, yaitu aliran rasional (ahlu al-ra’yi) dan tradisional (ahlu al-hadits). Akan tetapi secara institusional, kedua aliran ini terbentuk pada masa Tabi’in, di mana aliran rasional (ahlu al-ra’yi) berkembang di Irak, sedangkan aliran tradisional (ahlu al-hadits) berkembang di Hijaz Makkah dan Madinah Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya ulama tradisionalis (ahlu al-hadits) di Irak dan ulama rasionalis (ahlu al-ra’yi) di kawasan Hijaz.
Secara umum, yang dimaksud dengan aliran rasional (ahlu al-ra’yi) adalah aliran ijtihad yang berpandangan bahwa hukum syara’ merupakan sesuatu yang dapat ditelaah esensi-esensi yang mendasari ketentuan-ketentuan doktrinnya yang mengacu pada kemaslahatan kehidupan manusia. Dalam hal ini, para mujtahid rasionalis mengkaji illat untuk setiap norma hukum dengan melihat pada sisi yang memungkinkannya untuk memperoleh illat sebanyak-banyaknya, sehingga mereka dapat leluasa melakukan kajian analogis dengan memelihara kepentingan kehidupan manusia dan masyarakat secara keseluruhan.
Filsafat hukum islam di masa ulama klasik danratnasuraiya
Filsafat adalah alam berpikir, yaitu berpikir untuk mengungkap hakekat, tujuan dan rahasia dari obyek analisa, melalui tata tertib logika ilmiah dan sistematis
FHI sebagai cabang filsafat akan menelaah hakekat, tujuan dan rahasia atas hukum Islam secara ilmiah dan sistematis
Hukum Islam adalah hukum agama, maka obyek analisa pertama adalah sejarah awal pensyariatan hukum Islam di masa kenabian, kemudian masa Sahabat dan Tabi’in.
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM AL SYAIBANI
Konsep Teori yang Dikemukakan Imam Al-Syaibani
PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM IMAM AL MAWARDI
Pemikiran Ekonomi Al-Mawardi
1. PEMIKIRAN HUKUM ISLAM
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Studi Hukum Islam
Penyusun :
A. Chabib Syaiful Basri (B36213048)
Ulit Taufiqoh (B76213093)
Ummul Farihah (B76213094)
Kelas :
2 – F4
Dosen Pengampu :
Drs. Syahroni Ahmad Jaswadi, M.Ag
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN 2013 - 2014
2. KATA PENGANTAR
Puji Serta Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya.
Makalah ini di buat berdasarkan tugas mata kuliah Studi Hukum Islam. Berisi tentang
Pemikiran Hukum Islam. Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu teman-teman
dalam mencari informasi tentang pemikiran hukum islam.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Drs. Syahroni
Ahmad Jaswadi, M.Ag, yang telah membimbing kami, serta kepada pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami sangat menyadari bahwa belum sempurnanya makalah ini, maka dari itu kami
sangat mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca
Surabaya, 11 April 2014
Penulis
3. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam mempelajari dan memahami studi hukum islam , kita sebaiknya tidak
hanya belajar tentang dasar – dasar hukum islam saja, akan tetapi pemikiran hukum
islam menurut para ulama’, Dalam makalah ini kami akan membahas pemikiran hukum
islam menurut Imam Malik dan Imam Hanafi
1.2.Rumusan masalah
1. Bagaimana pemikiran hukum islam menurut Imam Hanafi ?
2. Bagaimana pemikiran hukum Islam menurut Imam Maliki ?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui pemikiran hukum islam menurut Imam Hanafi
2. Untuk mengetahui pemikiran hukum islam menurut Imam Malik
4. BAB II
PEMIKIRAN HUKUM ISLAM
Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Al-qur’an sdan menjadi bagian dari
agama Islam, sebagai sistem hukum ia mempunyai beberapa istilah kunci yang perlu
dijelaskan lebih dulu kadang kala membingungkan kalau tidak tahu persis maknanya, dalam
kajian makalah studi hukum Islam ini penulis akan mengawali pembahasan dari istilah-istilah
kunci dalan hukum Islam (Syari’ah, Fiqh, Ushul al-Fiqh, Mazhab, Fatwa, Qaul), Islam
sebagai norma hukum dan etika, mazhab utama dan pendekatan hukum yang mereka pakai
terhadap kajian hukum Islam sampai kepada disiplin-disiplin utama studi hukum dan cabang
cabangnya serta yang terakhir mengenai tokoh dan karya terpenting dalam perkembangan
mutakhir kajian-kajian hukum Islam. Semoga bermanfaat.
A. PEMIKIRAN HUKUM MADZHAB HANAFI
a) Riwayat hidup Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah an-Nu’man bin Tsabit al-Kufiy merupakan orang yang faqih di
negara Irak, beliau adalah salah satu dari empat Imam yang mempunyai Madzhab. Di
kalangan umat Islam, beliau lebih dikenal dengan nama Imam Hanafi. Beliau adalah
keturunan Persia yang dilahirkan 80 H.
Abu Hanifah memiliki tinggi badan yang sedang, memiliki postur tubuh yang bagus,
jelas dalam berbicara, dan selalu memakai wewangian.
b) Wafatnya Abu Hanifah
pada masa kerajaan Bani Abbasiyah tepatnya pada masa pemerintahan Abu Ja’far al-
Manshur yaitu raja yang kedua, Abu Hanifah dipanggil kehadapannya untuk diminta menjadi
Qodhi (hakim), akan tetapi beliau menolak permintaan raja tersebut karena beliau tidak
menyukai harta dan kedudukan, sehingga beliau ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara
hingga akhirnya mereka wafat di dalam penjara yang bertepatan pada bulan Rajab pada usia
ke-70 pada tahun 150 H.
c) Madzhab Imam Hanafi
Sunni, dan bercorak rasional yang berkedudukan di Kufah. Madzhab fiqh ini
dibentuk oleh Nu’manbin Tsabit bin Zutha (80-150H), yang populer dengan nama Abu
Hanifah. Gelarnya ini diberikan oleh masyarakat Kufah karena ketekunannya dalam
beribadah, kejujuran serta kecenderungannya pada kebenaran.
5. Abu Hanifah merupakan salah seorang faqih dari ras Persia. Kakeknya yang bernama
Zutha masuk Islam pada saat Persia jatuh ke tangan Islam, kemudian diamasuk ke bawah
perwalian bani Taim bin Tsa’labah dari suku Quraisy. Namun berdomisili di Kufah. Dan
Tsabit, ayah Abu Hanifah mengembangkan usaha perdagangan, yang diwarisi oleh Abu
Hanifah dengan jasa utama sebagai pedagang kain sutra.
Kendati besar di lingkungan perdagangan, Abu Hanifah memiliki kecenderungan
untuk memperdalam ilmu-ilmu keagamaan dengan atensi yang amat tinggi, sehingga sejak
dini beliau telah menghafal al-Qur’an, dan mempelajari Qira’ah langsung dari Imam ‘Ashim
salah seorang tokoh dari Qiro’ah Sab’ah.1 Kemudian beliau mempelajari hadits-hadits nabi
dari para Muhaddits Thabi’in ‘Amir bin Wailah di Mekkah. Bahkan menurut al-Maraghi,
bekiau sempat berjumpa Anas bin Malik di Kufah.2 Informasi ini bisa diterima sejauh hanya
perjumpaan belaka, pada saat Abu Hanifah berusia 10 tahun, karena Anas bin Malik
meninggal pada tahun 92 H. Perjalanan Abu Hanifah menjumpai para Ulama’ hadits serta
mempelajarinya, yang akhirnya membuat beliau menjadi seorang Ulama’ hadits dengan
karyanya Musnad Abu Hanifah.
Di samping itu, Abu Hanifah juga mempelajari fiqh dengan teori-teori kajiannya dari
Hammadbin Abu Sulaimansalah seorang ulama’ fiqh dari aliran rasional di Kufah. Beliau
belajar dengan Hammad dalam tempo yang tidak kurang dari 18 tahun.
Pemikiran Hukum Islam yang menjadi objek pencarian Imam Abu Hanifah adalah
sebagai berikut :
a. Fiqih Umar bin al – Khathab, yang di dasarkan pada maslahah (Kebaikan umum)
b. Fiqih Imam Ali bin Abi Thalin, yang didasarkan pada penggalian hukum secara
mendalam untuk menemukan hakekat – hekekat Syari’ah
c. Fiqih Abdullah bin Mas’ud, yang didasarkan pada takhrij terhadap berbagai pendapat
d. Fiqih Abdullah bin Abbas yang didasarkan pada tafsir al – Qur’an.3
1 Abu Zahrah, Tarikh. Al – Madzahib al Islamiyah fi arikh al – Madzahib al – Fiqhiyyah ( Kiro: Dar al-
Fikr al-Arabi, tt.) hlm.131
2 Pakar – Pakar Fiqh Sepanjang Sejarah (Yogyakarta: LKSPM, Abdullah Musthafa al-Maraghi, 2001)
hlm,101
3 Studi Hukum Islam (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press,Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel,
2013), Hlm 179
6. Selain di Kufah Imam Abu hanafi juga mempelajari hukum islam di daerah lain.
Namun, Imam Abu Hanifa selain di luar Kufah hanya sekedar memperkaya koleksi hadist –
hadistnya, sementara metode pemikirannya tetap mencerminkan rasionalitas.
Pemikiran hukum Imam Abu Hanafi adalah sebagai berikut :
a. Al – Qur’an adalah sumber segala ketentuan syari’ah yang dijadikan rujukan dalam
proses analogis atau legislasi terhadap berbagai metode kajian hukum yang
dirumuskan.
b. Al – Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah Al – Qur’an yang berperan
sebagai penjelas terhadap berbagai ketentuan hukum dari Al – Qur’an yang masih
belum jelas maksudnya.
c. Pendapat sahabat memperoleh posisi yang kuat, karena mereka adalah orang – orang
yang membawa ajaran Nabi kepada generasi sesudahnya. Ketetapan sahabat itu ada
dua bentuk, yaitu ketentuan hukum ang ditetapkan dalam bentuk fatwa.
Ketentuanhukum yang ditetapkan lewat ijma’ mengikat, sementara yang ditetapkan
lewat fatwa tidak mengikat.
d. Qiyas dilakukan bila Al – Qur’an dan Al – Sunnah tidak menyatakan secara eksplisit
tentang kententuan hukum bagi persoalan – persoalan yang dihadapinya. Qiyas
adalah menghubungkan kasus hukum (furu’) kepada dalil (ashl) yang telah
ditetapkan hukumnya (hukmashl) dengan melihat kesamaan – kesamaan alasan
hukum (‘illat), sehingga hukum dalam dalil untuk hukum dalam kasus.
e. Istihsan diajukan kalau hasil Qiyas itu terlehat kurangsesuai dengan kebutuhan sosial
dilihat dari sisi kebaikan umumnya.4
d) Pengaruh Madzhab Imam Hanafi
Secara umum murid Imam Abu Hanifah, di bagi menjadi dua kelompok besar, yaitu :
kelompok yang tidak selalu mendampinginya dan kelompok yang selalu mendampinginya
(Mulazamah Daimah) sekaligus mengambil ilmu darinya sampai Imam Abu Hanifah
meninggal dunia.
Imam Abu Hanifah tidak meninggalkan karya apapun kecuali artikel – artikel pendek
yang ditulis atas namanya, seperti al – fiqh al – akbar, al’ Alim wa al – Muta’alim. Artikelnya
yang menyanggah pendpat Qadariyyah. Semua artikel ini berisi tentang ilmu kalam dan
4 Ibid, Hlm 180 – 183
7. nasehat kebaikan. Tidak satu pun buku ditulis Imam Abu Hanifah mengenai hukum islam,
akan tetapi para muridnya telah berjasa membukukan pemikiran dan pendapat – pendapatnya.
Diantara muridnya yang berjasa ada dua orang yaitu Imam Abu Yusuf dan Muhammad bin al
– Hasan asy – Syaibani.
Imam Abu yusuf telah membukukan pendapat – pendapat Imam Abu Hanifah dalam
karya – karya berikut :
a. Kitab al – Atsar, kitab ini berisi mengenai fatwa murid sahabat Nabi (Tabi’in) dari
kalangan akar fiqih daerah Iraq
b. Ikhlifah ibn Abi Laila, kitab ini berisi peebedaan pendangan hukum antara Imam Abu
Hanifah dengan Ibn Abi Laila, kitab ini memenangkan pendapat Imam Abu Hanifah.
c. Ar – Radd ‘ala Siyar al – Auza’i, kita ini berisi pendapat al – Auza’i tentang
hubungan antara kaum muslimin dan non muslim pada saat perang jihad.
d. Kitab al – Kharaj, buku ini berisi sistem keuangan bagi Negara Islam. Imam Abu
Yusuf kadang – kadang berbeda pendapat dengan gurunya Imam Abu Hanifah, dan
kadang – kadang membela pendapat gurunya dengan argumentasi yang mendetail.5
B. PEMIKIRAN HUKUM MADZHAB MALIKI
a) Riwayat Hidup
Iman malik adalah pendiri Madzhab Maliki. Terkenal juga dengan sebutan Imam Dar
Al-Hijrah. Menurut buku ulumul hadist mengatakan “Ia lahir pada tahun 94 H /712 M” tetapi
pendapat mayoritas adalah beliau lahir pada 93 H6, di kota Madinah daerah Hijaz. Dari
riwayat ini, ia adalah keturunan Arab dari dusun Dzu Ashbah, sebuah dusun di kota Hamyar.7
b) wafatnya Imam Malik
menjelang wafat, Imam Malik ditanya masalah kenapa beliau tidak pernah
berkunjung lagi ke masjid Nabawi selama tujuh tahun? Beliu menjawab “Seandainya bukan
karena akhir kehidupan saya di dunia dan awal kehidupan di akhirat, saya tidak akan
memberitahukan hal ini kepada kalian. Yang sering menghalangiku adalah penyakit sering
buang air kecil, karena sebab itu aku tak sanggup untuk mendatangi masjid Rasulullah dan
aku tidak ingin menyebutkan penyakitku karena khawatir aku akan selalu mengadu kepada
5 Ibid, Hlm 185 – 186
6 Hukum Islam dan Pranata Sosial (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Dede Rosyada, 1995),hlm.179
7 Ulumul Hadis (Bandung: Cv.Mustika Abadi, M.Agus Solahudin & Agus Suyadi, 2008),hlm. 224-226
8. Allah”. Sejak saat itu beliau sering jatuh sakit, setelah 22 hari didera kesakitan hingga tepat
pada hari minggu tanggal 10 rabi’ul awal 179 Hijaiyyah 800 Miladiyah beliau wafat.
c) Madzhab Imam Maliki
Sejak kecil beliau telah rajin menghadiri majelis-majelis ilmu pengetahuan, sehingga
sejak kecil itu pula beliau telah hafal al-Qur’an. Pada mulanya beliau belajar dari Ribiah,
seorang ulama’ yang sangat terkenal pada waktu itu. Selain itu, beliau juga mempelajari ilmu
fiqih dari para sahabat.
Beliau dikenal sangat berhati-hati dalam memberi fatwa, yang di dahului dengan
meneliti hadits-hadits Rasulullah saw. dan bermusyawarah dengan ulama’ lain. Diriwayatkan,
bahwa beliau mempunyai tujuh puluh orang yang biasa diajak bermusyawarah untuk
mengeluarkan suatu fatwa.
Imam Malik dikenal mempunyai daya ingat yang sangat kuat. Pernah, beliau
mendengar tiga puluh satu hadits dari Ibn Syihab tanpa menuliskannya. Ketika kepadanya
diminta mengulangi seluruh hadits tersebut, tak satupun dilupakannya.
Imam Malik adalah seorang ulama’ yang sangat terkemuka, terutama dalam ilmu
hadits an fiqih. Beliau mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam kedua cabang ilmu itu .
Imam Malik menulis kitab al-Muwaththa’, yang merupakan kitab hadits dan fiqih. Imam
Malik meninggal dunia pada usia 86 tahun.
Berdasarkan pengetahuan dan pengalamnya, pemikiran hukum islam Imam Malik
cenderung mengutamakan riwayat, yakni mengedepankan hadis dan fatwa sahabat.
Pemikiran Imam Malik tentang Mashlahah Mursalah (kebaikan yang tidak ditegaskan
dalam sumber hukum islam) mengemuka. Secara sistematis, pola pemikian hukum islam
Imam Malik dapat dikemukakan sebagai berikut :
a. Al – Qur’an sebagai sumber hukum yang pertama dan berada di atas yang lainnya.
b. Al – Sunnah merupakan sumber hukum kedua setelah Al – Qur’an, karena fungsinya
adalah menjelaskan ayat – ayat Al – Qur’an serta menetapkan hukum tersendiri.
Imam Malik lebih mengutamakan Sunnah Mutawatir, kemudian Sunnah Masyhur.
Sedangkan Sunnah Ahad ditinggalkan jika bertentangan dengan tradisi masyarakat
Madinah.
9. c. Tradisi masyarakat Madinah adalah sejumlah norma adat yang ditaati seluruh
masyarakat kota ini. Oleh karena itu, tradisi tersebut bisa juga sebagai kesepakatan
(ijma’) masyarakat Madinah. Norma – norma tersebut diangkat menjadi norma
hukum islam, karena punya akar pada tradisi sahabat zamn Nabi dan terus diwariskan
pada generasi berikutnya secara turun – menurun.
d. Ijma’ seluruh para pakar hukum islam dan pakar lainnya yang bekaitan dengan
masalah umat. Ijma’ seringkali terjadi ketika masalah – masalah tidak memiliki
pijakan dalam sumber hukum al – qur’an dan sunnah Nabi. Ijma’ juga diperlukan
untuk menjelaskan sumber hukum tersebut.
e. Fatwa sahabat yang dipandang oleh Imam Malik sebagai hadis. Namun, hadis seperti
ini lemah, karena sanadnya terhenti pada sahabat. Oleh karena itu, kalau bertentangan
dengan hadis marfu’ (langsung bersumber dari Nabi), otomatis hadis – hadis tersebut
tertolak.
f. Qiyas, bagi Imam Malik mencakup tiga hal. Pertama, menyampaikan hukum kasus
dengan sumber hukum karena terdapat alasan yang sama (Qiyas Ishthilahi). Kedua
menguatkan hukum yang di kehendaki oleh kebaikan individu atas hukum yang
dimunculkan oleh Qiyas (Istihsan Ishthilahi). Ketiga, kebaikna umum yang tidak di
tegaskan oleh sumber hukum, namun ia ambil untuk menghindari kesulitan (al –
mashlahah al - mursalah).
g. Al – Mashlahah al – Mursalah menetapkan hukum untuk kasus hukum dengan
mempertimbangkan tujuan Syari’ah yakni memelihara agama, jiwa akal, harta dan
keturunan, yang proses anaisisnya lebih banyak ditentukan oleh nalar pakar hukum
islam sendiri.
h. Istihsan, menurut Imam Malik adalah menetapakan hukum berdasarkan kebaikan
umum (Maslahah) bila ditemukan jawabannya dalam sumber hukum, karena Syariat
hanya hadir demi kemaslahatan
i. Sadd al – Dzari’ah (menutup sarana kerusakan) adalah menutup sarana atau jalan
maksiat atas menimbulkan kerusakan. Imam Malik sering menetapkan hukum dengan
melihat kemungkinan – kemungkinan akibat yang timbul dari sesuatu perbuatan.
Meski hukum asal perbuatan itu boleh, namun bila akan menimbulkan kerusakan atau
kemaksiatan.8
8 Op. Cit, Hlm 193 – 195
10. d) Pengaruh Madzhab Imam Malik
Pemikiran hukum Imam Malik dikembangkan kepada generasi selanjutnya melalui
dua jalan, yaitu melalui kitab yang ditulis Imam Malikterutama al – Muwatha’ serta melalui
para muridnya.
Imam Malik tidak pernah meninggalkan Madinah, kecuali untuk menunaikan ibadah
Haj. Pada saat itu, pengunjung Madinah bertemu dengan Imam Malikyang mengadakan
pengajian di Masjid nabi dan tertarik untuk mengikuti pengajiannya.
Imam Malik memiliki murid – murid yang termukadan berperan penting dalam
penyebaran Madzhab Maliki.
a) Abdullah bin Wahib ia belajar kepada Imam Malik selama 20 tahun dan menyebarkan
Madzhab Maliki di Mesir.
b) Abdurrahman bin Qasim ia belajar bersama Imam Malik selam 20 tahun. Ia
merupakan murid yang palaing berjasa dalam membukukan pendapat Imam Malik
juga memiliki beberapa pendapat yang berbeda dengan Imam Malik.
c) Asyhab bin Abdul Aziz al – Qaisi al – Amiri. Ia merupakan murid Imam malik yang
memiliki hubungan pertemanan akrab dengan Imam Syafi’i. Ia telah menyusun kitab
yang dinamakan “Mudawwanah Asyhab” atau “Kutub Asyab”.
d) Asad bin Fuat bin Sinan
e) Abdul Malik bin al – Majisun.
f) Imam Syafi’in. Pendiri madzhab Syafi’i.
11. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar.(2010).Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar
Ringkas.Jakarta:RajaGrafindo Persada.
Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel, (2013) Studi Hukum Islam. Surabaya : UIN
Sunan Ampel Press.
Rosyada, Dede (1995). Hukum Islam dan Pranata Sosial.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.,
Suyadi, Agus, Solahudin, M.Agus (2008) Ulumul Hadis. Bandung : Cv.Mustika Abadi