SlideShare a Scribd company logo
IJMA’ dan QIYAS
  (          )
    Presented by :
   Rikza Adhia N R
  Jahid Murtadho A
Landasan Hukum
Landasan hukum dalam Islam :
• Al-Qur’an
• Hadits
• Ijma’ (yang tidak bertentangan dengan Al-
  qur’an dan hadits)
• Qiyas (yang tidak bertentangan dengan Al-
  qur’an dan hadits)
Ijma’
Ijma’
Ijma’ menurut bahasa mengandung dua arti :
• Pengertian pertama : berupaya (tekad) terhadap sesuatu.
   disebutkan                berarti berupaya di atasnya.
Seperti firman Allah SWT :
                                         ...               ...
“Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu-
sekutumu. (Qs.10:71)

• Pengertian kedua, berarti kesepakatan.
Perbedaan arti yang pertama dengan yang kedua ini bahwa arti
pertama berlaku untuk satu orang dan arti kedua lebih dari satu orang.
Ijma’
• Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan
  semua para mujtahid dari kaum muslimin dalam
  suatu masa setelah wafat Rasulullah SAW atas
  hukum syara.

Adapun pengertian Ijma’ dalam istilah teknis hukum
atau istilah syar’i terdapat perbedaan rumusan yang
mana terletak pada segi siapa yang melakukan
kesepakatan itu.
Kehujjahan ijma'
Ijma' menjadi hujah (pegangan) dengan sendirinya
   ditempat yang tidak didapati dalil (nash),yakni Al-Qur-
   an dan Al-Hadist. Dan tidak menjadi ijma' kecuali telah
   disepakati oleh segala ulama Islam,dan selama tidak
   menyalahi nash yang qath'i (Kitabullah dan hadist
   mutawatir).
Kebanyakan ulama berpendapat bahwa nilai kehujahan
   ijma' ialah dzanni, bukan qath'i. Oleh karena nilai ijma'
   itu dzanni, maka ijma' itu dapat dijadikan hujjah
   (pegangan) dalam urusan amal, bukan dalam urusan
   i'tiqad, sebab urusan i'tiqad itu mesti dengan dalil yang
   qath'i.
Pembagian ijma'
• Ijma' ummat itu dibagi menjadi dua:
1. Ijma' qauli (ucapan); yaitu ijma' dimana para Ulama ijtihad menetapkan
    pendapatnya baik dengan lisan maupun tulisan yang menerangkan
    persetujuannya atas pendapat mujtahid lain dimasanya.Ijma' ini disebut
    juga ijma' qath'i.
2. Ijma' sukuti (diam); ialah ijma' dimana para Ulama ijtihad berdiam diri
    tiada mengeluarkan pendapatnya atas mujtahid lain dan diamnya itu
    bukan karena takut atau malu. Ijma' ini disebut juga ijma'
    dzanni. Sebagian ulama berpendapat,bahwa suatu penetapan jika yang
    menetapkan hakim yang berkuasa dan didiamkan oleh para Ulama,
    belum dapat dijadikan hujjah. Tetapi sesuatu pendapat yang ditetapkan
    oleh seorang Faqih, lalu didiamkan para Ulama yang lain maka dapat
    dipandang ijma'.
Disamping ijma' ummat tersebut,masih ada macam-macam ijma' yang lain,
    yaitu (1). Ijma' sahabat, (2). Ijma' Ulama Medinah, (3). Ijma' Ulama
    Kufah, (4). Ijma' Khulafa yang empat, (5). Ijma' Abu Bakar dan Umar, dan
    (6). Ijma' itrah, yakni ahli bait= golongan syi'ah.
Ijma’ dalam rumusan Al-Ghozali

Kesepakatan umat Muhammad SAW secara khusus atas suatu urusan agama
Pandangan Imam Al-Ghozali ini mengikuti pandangan
Imam Syafi’i yang menetapkan Ijma’ itu sebagai
kesepakatan umat. Yang mana di dasarkan pada
keyakinan bahwa yang terhindar dari kesalahan
hanyalah umat secara keseluruhan bukan perorangan.
Namun pendapat Imam Syafi’i ini mengalami
perubahan dan perkembangan ditangan pengikutnya di
kemudian hari.
Rukun Ijma’
• Adapun rukun ijma’ dalam definisi di atas adalah adanya kesepakatan para
   mujtahid kaum muslimin dalam suatu masa atas hukum syara’ .
‘Kesepakatan’ itu dapat dikelompokan menjadi empat hal:
1. Tidak cukup ijma’ dikeluarkan oleh seorang mujtahid apabila
    keberadaanya hanya seorang (mujtahid) saja di suatu masa. Karena
    ‘kesepakatan’ dilakukan lebih dari satu orang, pendapatnya disepakati
    antara satu dengan yang lain.
2. Adanya kesepakatan sesama para mujtahid atas hukum syara’ dalam
    suatu masalah, dengan melihat negeri, jenis dan kelompok mereka.
    Andai yang disepakati atas hukum syara’ hanya para mujtahid haramain,
    para mujtahid Irak saja, Hijaz saja, mujtahid ahlu Sunnah, Mujtahid ahli
    Syiah, maka secara syara’ kesepakatan khusus ini tidak disebut Ijma’.
    Karena ijma’ tidak terbentuk kecuali dengan kesepakatan umum dari
    seluruh mujtahid di dunia Islam dalam suatu masa.
Rukun Ijma’
3. Hendaknya kesepakatan mereka dimulai setiap
   pendapat salah seorang mereka dengan pendapat
   yang jelas apakah dengan dalam bentuk perkataan,
   fatwa atau perbuatan.
4. Kesepakatan itu terwujudkan atas hukum kepada
   semua para mujtahid. Jika sebagian besar mereka
   sepakat maka tidak membatalkan kespekatan yang
   ‘banyak’ secara ijma’ sekalipun jumlah yang berbeda
   sedikit dan jumlah yang sepakat lebih banyak maka
   tidak menjadikan kesepakatan yang banyak itu hujjah
   syar’i yang pasti dan mengikat.
Syarat Mujtahid
- Para Mujtahid hendaknya sminimal memiliki 3 syarat:
• Syarat pertama, memiliki pengetahuan sebagai berikut:
a) Memiliki pengetahuan tentang Al Qur’an.
b) Memiliki pengetahuan tentang Sunnah.
c) Memiliki pengetahuan tentang masalah Ijma’
     sebelumnya.
• Syarat kedua, memiliki pengetahuan tentang ushul
   fiqh.
• Syarat ketiga, Menguasai ilmu bahasa.
Syarat Mujtahid
As-syatibi menambahkan syarat selain yang disebut
di atas, yaitu memiliki pengetahuan tentang
maqasid al-Syariah (tujuan syariat).
Karena menurutnya, seseorang tidak dapat
mencapai tingkatan mujtahid kecuali menguasai
dua hal:
1. ia harus mampu memahami maqasid al-syariah
   secara sempurna.
2. ia harus memiliki kemampuan menarik
   kandungan hukum berdasarkan pengetahuan
   dan pemahamannya atas maqasid al-Syariah.
Qiyas
Qiyas
• Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan
  sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al Qur’an
  dan hadits dengan cara membandingkan dengan
  sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan
  nash.
• Para ulama ushul juga membuat definisi lain,
  Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak
  ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada
  nash hukumnya karena adanya persamaan illat
  hukum.
Contoh :
• hukum meminum khamar, nash hukumnya telah dijelaskan
  dalam Al Qur’an yaitu hukumnya haram. Sebagaimana firman
  Allah Swt:

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan. (Qs.5:90)

“Haramnya meminum khamr berdasar illat hukumnya adalah
memabukan. Maka setiap minuman yang terdapat di dalamnya
illat sama dengan khamar dalam hukumnya maka minuman
tersebut adalah haram.
Pandangan ulama mengenai qiyas ini
       terbagi menjadi tiga kelompok:
1.    Kelompok jumhur, mereka menggunakan qiyas sebagai dasar
      hukum pada hal-hal yang tidak jelas nashnya baik dalam Al Qur’an,
      hadits, pendapat shahabat maupun ijma ulama.

2.    Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah, mereka sama sekali tidak
      menggunakan qiyas. Mazhab Zhahiri tidak mengakui adalanya illat
      nash dan tidak berusaha mengetahui sasaran dan tujuan nash
      termasuk menyingkap alasan-alasannya guna menetapkan suatu
      kepastian hukum yang sesuai dengan illat. Sebaliknya, mereka
      menetapkan hukum hanya dari teks nash semata.

3.    Kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas, yang
      berusaha berbagai hal karena persamaan illat. Bahkan dalam
      kondisi dan masalah tertentu, kelompok ini menerapkan qiyas
      sebagai pentakhsih dari keumuman dalil Al Qur’an dan hadits.
Kehujjahan Qiyas
•   Jumhur ulama kaum muslimin sepakat bahwa qiyas merupakan hujjah syar’i dan
    termasuk sumber hukum yang keempat dari sumber hukum yang lain. Apabila
    tidak terdapat hukum dalam suatu masalah baik dengan nash ataupun ijma’ dan
    yang kemudian ditetapkan hukumnya dengan cara analogi dengan persamaan illat
    maka berlakulah hukum qiyas dan selanjutnya menjadi hukum syar’i.
    Diantara ayat Al Qur’an yang dijadikan dalil dasar hukum qiyas adalah firman Allah:

“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung
kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. kamu tidak menyangka, bahwa
mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat
mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada
mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah
melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah
mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka
ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai
wawasan. (Qs.59:2)
Rukun Qiyas
Qiyas memiliki rukun yang terdiri dari empat hal:

1. Asal (pokok). Yaitu, apa yang terdapat dalam hukum
   nashnya. Disebut dengan al-maqis alaihi.
2. Fara’ (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat
   nash hukumnya, disebut pula al-maqîs.
3. Hukm al-asal, yaitu hukum syar’i yang terdapat dalam
   dalam nash dalam hukum asalnya. Yang kemudian
   menjadi ketetapan hukum untuk fara’.
4. Illat, adalah sifat yang didasarkan atas hukum asal
   atau dasar qiyas yang dibangun atasnya.
SELESAI . . . . !!




           Wassalam . . .

More Related Content

What's hot

Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Anas Wibowo
 
Saddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ahSaddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ah
Mahrus Ali
 
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaihTerminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Marhamah Saleh
 
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
NavenAbsurd
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Suya Yahya
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
guest4d5c082
 
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
 
Masa keemasan dan kemunduran fiqh
Masa keemasan dan kemunduran fiqhMasa keemasan dan kemunduran fiqh
Masa keemasan dan kemunduran fiqh
friskacaca
 
Presentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAPresentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAAini29
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyadMarhamah Saleh
 
IJTIHAD
IJTIHADIJTIHAD
Fiqih jinayah
Fiqih jinayahFiqih jinayah
Fiqih jinayahAzat Net
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Mawadah Warohmah
 
Pengantar perbandingan mazhab
Pengantar perbandingan mazhabPengantar perbandingan mazhab
Pengantar perbandingan mazhabMarhamah Saleh
 
7 ilmu ushul fiqih
7 ilmu ushul fiqih7 ilmu ushul fiqih
7 ilmu ushul fiqih
dwi agus qomarul hadi
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
Khusnul Kotimah
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratArif Arif
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Dodyk Fallen
 
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyahAliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
RezaQyu RezaQta
 

What's hot (20)

Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum IslamDalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
Dalil-Dalil Syariah - Sumber-Sumber Hukum Islam
 
Saddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ahSaddu al dzari'ah
Saddu al dzari'ah
 
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaihTerminologi  hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
Terminologi hakim, mahkum fih, mahkum 'alaih
 
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
PPT fiqh (sejarah pembentukan empat mahzab dalam fiqh) Kelompok 5
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
Maqashid Syariah
Maqashid SyariahMaqashid Syariah
Maqashid Syariah
 
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
Diskusi Kelas: Hakim, Mukallaf, Taklif, dan aliran-aliran dalam Islam (Ushul ...
 
Masa keemasan dan kemunduran fiqh
Masa keemasan dan kemunduran fiqhMasa keemasan dan kemunduran fiqh
Masa keemasan dan kemunduran fiqh
 
Presentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBAPresentasi Agama - RIBA
Presentasi Agama - RIBA
 
MAhkum Fih dan Mahkum Alaih
MAhkum Fih dan Mahkum AlaihMAhkum Fih dan Mahkum Alaih
MAhkum Fih dan Mahkum Alaih
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
IJTIHAD
IJTIHADIJTIHAD
IJTIHAD
 
Fiqih jinayah
Fiqih jinayahFiqih jinayah
Fiqih jinayah
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)
 
Pengantar perbandingan mazhab
Pengantar perbandingan mazhabPengantar perbandingan mazhab
Pengantar perbandingan mazhab
 
7 ilmu ushul fiqih
7 ilmu ushul fiqih7 ilmu ushul fiqih
7 ilmu ushul fiqih
 
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
PPT 'AM dan KHASH (Ulumul Qur'an 2)
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
 
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyahAliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
 

Similar to Ijma’ dan qiyas

4. Ijma_.pptx
4. Ijma_.pptx4. Ijma_.pptx
4. Ijma_.pptx
ellyrahmawati9
 
ijma dan qiyas
ijma dan qiyas ijma dan qiyas
ijma dan qiyas
npurwati yani
 
Ijma’ dan Qiyas.pdf
Ijma’ dan Qiyas.pdfIjma’ dan Qiyas.pdf
Ijma’ dan Qiyas.pdf
Zukét Printing
 
Ijma’ dan Qiyas.docx
Ijma’ dan Qiyas.docxIjma’ dan Qiyas.docx
Ijma’ dan Qiyas.docx
Zukét Printing
 
syarat ijma.docx
syarat ijma.docxsyarat ijma.docx
syarat ijma.docx
peri heriyanto
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islamModul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
manispajaran
 
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islamkelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
Tri Agustuti
 
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAHPEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
Alfiseptina
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdfMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
Zukét Printing
 
ppt Ijtihad kel 6.pptx
ppt Ijtihad kel 6.pptxppt Ijtihad kel 6.pptx
ppt Ijtihad kel 6.pptx
adindaarief
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docxMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
Zukét Printing
 
Ijmak
IjmakIjmak
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptxSUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
Synarigus
 
Thaharah (bersuci)
Thaharah (bersuci)Thaharah (bersuci)
Thaharah (bersuci)
Rinzani Cyzaria Putri
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Miftah Iqtishoduna
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Ijtihad
Fahmisetyawan
 
5 ppt ijtihad sebagai sumber ajaran islam.ppt
5 ppt ijtihad sebagai sumber ajaran islam.ppt5 ppt ijtihad sebagai sumber ajaran islam.ppt
5 ppt ijtihad sebagai sumber ajaran islam.ppt
HilyaMahmuda
 
Pendidikan agama islam
Pendidikan agama islamPendidikan agama islam
Pendidikan agama islam
taufiq_zhaen
 
IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
 IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
Evi Rohmatul Aini
 

Similar to Ijma’ dan qiyas (20)

4. Ijma_.pptx
4. Ijma_.pptx4. Ijma_.pptx
4. Ijma_.pptx
 
ijma dan qiyas
ijma dan qiyas ijma dan qiyas
ijma dan qiyas
 
Ijma’ dan Qiyas.pdf
Ijma’ dan Qiyas.pdfIjma’ dan Qiyas.pdf
Ijma’ dan Qiyas.pdf
 
Ijma’ dan Qiyas.docx
Ijma’ dan Qiyas.docxIjma’ dan Qiyas.docx
Ijma’ dan Qiyas.docx
 
syarat ijma.docx
syarat ijma.docxsyarat ijma.docx
syarat ijma.docx
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Ijtihad
 
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islamModul 5 kb 3   ijmak sebagai sumber hukum islam
Modul 5 kb 3 ijmak sebagai sumber hukum islam
 
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islamkelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
kelompok 3 bahan tugas mata kuliah ushul fiqh ekonomi islam
 
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAHPEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
PEND.Agama islam ijma' bab 11 ( kel 8)MAKALAH
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdfMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.pdf
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.pdf
 
ppt Ijtihad kel 6.pptx
ppt Ijtihad kel 6.pptxppt Ijtihad kel 6.pptx
ppt Ijtihad kel 6.pptx
 
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docxMendefinisikan  Ijma’ dan Qiyas.docx
Mendefinisikan Ijma’ dan Qiyas.docx
 
Ijmak
IjmakIjmak
Ijmak
 
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptxSUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
SUMBER HUKUM ISLAM 2vvvvvvvvvvvvvvvv.pptx
 
Thaharah (bersuci)
Thaharah (bersuci)Thaharah (bersuci)
Thaharah (bersuci)
 
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
Ijtihad-Ushul Fiqh (Miftah'll Everafter)
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Ijtihad
 
5 ppt ijtihad sebagai sumber ajaran islam.ppt
5 ppt ijtihad sebagai sumber ajaran islam.ppt5 ppt ijtihad sebagai sumber ajaran islam.ppt
5 ppt ijtihad sebagai sumber ajaran islam.ppt
 
Pendidikan agama islam
Pendidikan agama islamPendidikan agama islam
Pendidikan agama islam
 
IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
 IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
 

Ijma’ dan qiyas

  • 1. IJMA’ dan QIYAS ( ) Presented by : Rikza Adhia N R Jahid Murtadho A
  • 2. Landasan Hukum Landasan hukum dalam Islam : • Al-Qur’an • Hadits • Ijma’ (yang tidak bertentangan dengan Al- qur’an dan hadits) • Qiyas (yang tidak bertentangan dengan Al- qur’an dan hadits)
  • 4. Ijma’ Ijma’ menurut bahasa mengandung dua arti : • Pengertian pertama : berupaya (tekad) terhadap sesuatu. disebutkan berarti berupaya di atasnya. Seperti firman Allah SWT : ... ... “Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan (kumpulkanlah) sekutu- sekutumu. (Qs.10:71) • Pengertian kedua, berarti kesepakatan. Perbedaan arti yang pertama dengan yang kedua ini bahwa arti pertama berlaku untuk satu orang dan arti kedua lebih dari satu orang.
  • 5. Ijma’ • Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan semua para mujtahid dari kaum muslimin dalam suatu masa setelah wafat Rasulullah SAW atas hukum syara. Adapun pengertian Ijma’ dalam istilah teknis hukum atau istilah syar’i terdapat perbedaan rumusan yang mana terletak pada segi siapa yang melakukan kesepakatan itu.
  • 6. Kehujjahan ijma' Ijma' menjadi hujah (pegangan) dengan sendirinya ditempat yang tidak didapati dalil (nash),yakni Al-Qur- an dan Al-Hadist. Dan tidak menjadi ijma' kecuali telah disepakati oleh segala ulama Islam,dan selama tidak menyalahi nash yang qath'i (Kitabullah dan hadist mutawatir). Kebanyakan ulama berpendapat bahwa nilai kehujahan ijma' ialah dzanni, bukan qath'i. Oleh karena nilai ijma' itu dzanni, maka ijma' itu dapat dijadikan hujjah (pegangan) dalam urusan amal, bukan dalam urusan i'tiqad, sebab urusan i'tiqad itu mesti dengan dalil yang qath'i.
  • 7. Pembagian ijma' • Ijma' ummat itu dibagi menjadi dua: 1. Ijma' qauli (ucapan); yaitu ijma' dimana para Ulama ijtihad menetapkan pendapatnya baik dengan lisan maupun tulisan yang menerangkan persetujuannya atas pendapat mujtahid lain dimasanya.Ijma' ini disebut juga ijma' qath'i. 2. Ijma' sukuti (diam); ialah ijma' dimana para Ulama ijtihad berdiam diri tiada mengeluarkan pendapatnya atas mujtahid lain dan diamnya itu bukan karena takut atau malu. Ijma' ini disebut juga ijma' dzanni. Sebagian ulama berpendapat,bahwa suatu penetapan jika yang menetapkan hakim yang berkuasa dan didiamkan oleh para Ulama, belum dapat dijadikan hujjah. Tetapi sesuatu pendapat yang ditetapkan oleh seorang Faqih, lalu didiamkan para Ulama yang lain maka dapat dipandang ijma'. Disamping ijma' ummat tersebut,masih ada macam-macam ijma' yang lain, yaitu (1). Ijma' sahabat, (2). Ijma' Ulama Medinah, (3). Ijma' Ulama Kufah, (4). Ijma' Khulafa yang empat, (5). Ijma' Abu Bakar dan Umar, dan (6). Ijma' itrah, yakni ahli bait= golongan syi'ah.
  • 8. Ijma’ dalam rumusan Al-Ghozali Kesepakatan umat Muhammad SAW secara khusus atas suatu urusan agama Pandangan Imam Al-Ghozali ini mengikuti pandangan Imam Syafi’i yang menetapkan Ijma’ itu sebagai kesepakatan umat. Yang mana di dasarkan pada keyakinan bahwa yang terhindar dari kesalahan hanyalah umat secara keseluruhan bukan perorangan. Namun pendapat Imam Syafi’i ini mengalami perubahan dan perkembangan ditangan pengikutnya di kemudian hari.
  • 9. Rukun Ijma’ • Adapun rukun ijma’ dalam definisi di atas adalah adanya kesepakatan para mujtahid kaum muslimin dalam suatu masa atas hukum syara’ . ‘Kesepakatan’ itu dapat dikelompokan menjadi empat hal: 1. Tidak cukup ijma’ dikeluarkan oleh seorang mujtahid apabila keberadaanya hanya seorang (mujtahid) saja di suatu masa. Karena ‘kesepakatan’ dilakukan lebih dari satu orang, pendapatnya disepakati antara satu dengan yang lain. 2. Adanya kesepakatan sesama para mujtahid atas hukum syara’ dalam suatu masalah, dengan melihat negeri, jenis dan kelompok mereka. Andai yang disepakati atas hukum syara’ hanya para mujtahid haramain, para mujtahid Irak saja, Hijaz saja, mujtahid ahlu Sunnah, Mujtahid ahli Syiah, maka secara syara’ kesepakatan khusus ini tidak disebut Ijma’. Karena ijma’ tidak terbentuk kecuali dengan kesepakatan umum dari seluruh mujtahid di dunia Islam dalam suatu masa.
  • 10. Rukun Ijma’ 3. Hendaknya kesepakatan mereka dimulai setiap pendapat salah seorang mereka dengan pendapat yang jelas apakah dengan dalam bentuk perkataan, fatwa atau perbuatan. 4. Kesepakatan itu terwujudkan atas hukum kepada semua para mujtahid. Jika sebagian besar mereka sepakat maka tidak membatalkan kespekatan yang ‘banyak’ secara ijma’ sekalipun jumlah yang berbeda sedikit dan jumlah yang sepakat lebih banyak maka tidak menjadikan kesepakatan yang banyak itu hujjah syar’i yang pasti dan mengikat.
  • 11. Syarat Mujtahid - Para Mujtahid hendaknya sminimal memiliki 3 syarat: • Syarat pertama, memiliki pengetahuan sebagai berikut: a) Memiliki pengetahuan tentang Al Qur’an. b) Memiliki pengetahuan tentang Sunnah. c) Memiliki pengetahuan tentang masalah Ijma’ sebelumnya. • Syarat kedua, memiliki pengetahuan tentang ushul fiqh. • Syarat ketiga, Menguasai ilmu bahasa.
  • 12. Syarat Mujtahid As-syatibi menambahkan syarat selain yang disebut di atas, yaitu memiliki pengetahuan tentang maqasid al-Syariah (tujuan syariat). Karena menurutnya, seseorang tidak dapat mencapai tingkatan mujtahid kecuali menguasai dua hal: 1. ia harus mampu memahami maqasid al-syariah secara sempurna. 2. ia harus memiliki kemampuan menarik kandungan hukum berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya atas maqasid al-Syariah.
  • 13. Qiyas
  • 14. Qiyas • Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak ada nashnya dalam Al Qur’an dan hadits dengan cara membandingkan dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. • Para ulama ushul juga membuat definisi lain, Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya karena adanya persamaan illat hukum.
  • 15. Contoh : • hukum meminum khamar, nash hukumnya telah dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu hukumnya haram. Sebagaimana firman Allah Swt: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Qs.5:90) “Haramnya meminum khamr berdasar illat hukumnya adalah memabukan. Maka setiap minuman yang terdapat di dalamnya illat sama dengan khamar dalam hukumnya maka minuman tersebut adalah haram.
  • 16. Pandangan ulama mengenai qiyas ini terbagi menjadi tiga kelompok: 1. Kelompok jumhur, mereka menggunakan qiyas sebagai dasar hukum pada hal-hal yang tidak jelas nashnya baik dalam Al Qur’an, hadits, pendapat shahabat maupun ijma ulama. 2. Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah, mereka sama sekali tidak menggunakan qiyas. Mazhab Zhahiri tidak mengakui adalanya illat nash dan tidak berusaha mengetahui sasaran dan tujuan nash termasuk menyingkap alasan-alasannya guna menetapkan suatu kepastian hukum yang sesuai dengan illat. Sebaliknya, mereka menetapkan hukum hanya dari teks nash semata. 3. Kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas, yang berusaha berbagai hal karena persamaan illat. Bahkan dalam kondisi dan masalah tertentu, kelompok ini menerapkan qiyas sebagai pentakhsih dari keumuman dalil Al Qur’an dan hadits.
  • 17. Kehujjahan Qiyas • Jumhur ulama kaum muslimin sepakat bahwa qiyas merupakan hujjah syar’i dan termasuk sumber hukum yang keempat dari sumber hukum yang lain. Apabila tidak terdapat hukum dalam suatu masalah baik dengan nash ataupun ijma’ dan yang kemudian ditetapkan hukumnya dengan cara analogi dengan persamaan illat maka berlakulah hukum qiyas dan selanjutnya menjadi hukum syar’i. Diantara ayat Al Qur’an yang dijadikan dalil dasar hukum qiyas adalah firman Allah: “Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (Qs.59:2)
  • 18. Rukun Qiyas Qiyas memiliki rukun yang terdiri dari empat hal: 1. Asal (pokok). Yaitu, apa yang terdapat dalam hukum nashnya. Disebut dengan al-maqis alaihi. 2. Fara’ (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat nash hukumnya, disebut pula al-maqîs. 3. Hukm al-asal, yaitu hukum syar’i yang terdapat dalam dalam nash dalam hukum asalnya. Yang kemudian menjadi ketetapan hukum untuk fara’. 4. Illat, adalah sifat yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas yang dibangun atasnya.
  • 19. SELESAI . . . . !! Wassalam . . .