SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
PENGANTAR MATA KULIAH MASA`IL FIQHIYYAH

A. Pendahuluan.

Pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, umat Islam apabila

menghadapi suatu persoalan langsung menanyakan kepada Raulullahshallallahu ‘alaihi wa

sallam, dan Rasul-lah yang langsung memberikan jawaban, terkadang dengan al-Qur‟an yang

turun berkenaan dengan masalah tersebut (sebagai jawaban), dan terkadang dengan sunnah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ketiga bentuknya yakni

secara qauli (perkataan), fi’li(perbuatan), dan taqriri (ketetapan). Adakalanya pula

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunda masalah itu atau menunggu hingga turunnya

wahyu. Adapun bentuk jawab rasul, pada hakikatnya tidak terlepas dari petunjuk Ilahi, sesuai

firman Allah swt :

                                                                                                }

Artinya : “dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.[3]Ucapannya

itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)[4]. ” (QS. An-Najm : 3-4)
Namun,       semuanya    berubah   setelah  Rasulullah  Muhammad shallallahu     ‘alaihi       wa
sallam meninggal dunia dan mengakibatkan terputusnya wahyu, sehingga para sahabat.

dalam menyelesaikan masalah-masalah yang memerlukan penjelasan hukumnya, menempuh

jalan sebagai berikut :

1.    Mencari ketentuan hukumnya dalam al-Qur‟an.

2.    Mencari ketentuan hukumnya dalam Sunnah Rasul Allah.

3.    Memusyawarahkan masalah itu, di mana Khalifah mengundang para tokoh Shahabat untuk

dimintai pendapatnya tentang hukum masalah yang dihadapinya. Bila mereka mendapatkan kata

sepakat, maka Khalifah melaksanakan hasil musyawarah tersebut. Apabila tidak mendapat kata

sepakat, maka Khalifah mengambil alih dan menentukan yang kiranya dipandang lebih maslahat.

Dengan demikian, sumber hukum pada masa Shahabat adalah sebagai           berikut :

1.    Al-Wahyu (al-Qur‟an)

2.    Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

3.    Al-Ijtihad dan al-Ra‟yu.
Al-Ra’yu menurut pengertian Shahabat meliputi pengertian : Dilalah al-Nash, al-Qiyas, al-

Istihsan, Saad al-Dzara’i, al-Mashlahah al-Mursalah dan lain-lain. Dasar inilah yang kemudian

diikuti dan dijadikan dasar oleh para Imam Mujtahidin dalam mengistinbath hukum. Sistematika

di atas terus berjalan sampai kepada para Imam Mujtahidin yang terkenal, di mana mereka

dalam menetapkan suatu hukum pada dasarnya tidak keluar dari prinsip-prinsip tersebut. Hal ini

disebabkan, sistematika tersebut sesuai dengan petunjuk Allah :



                                                                                   -              }

Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri

wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika

kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan

kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan

kepada mereka dan supaya mereka memikirkan“

Dalam ayat lain juga disebutkan ;



                                                                                                  }

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di

antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia

kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah

dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.“

Juga dari petunjuk Rasululllah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (seperti terlihat dalam

Hadits dari Mu‟adz bin Jabal mengenai ijtihad), dan Atsar Shahabat :




                                                                                                  }

Artinya : “diceritakan kepada kami oleh Hafs bin Umar dari Syu’bah dari Abi ‘Aun dari al-Harits

bin Amru bin Akhi al-Mughirah bin Syu’bah dari Anas ahli Himso dari keluarga Mu’adz, bahwa

ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mengutus Mu’adz ke Yaman, kemudian

(Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata : bagaimana kamu memutuskan suatu perkara
apabila dihadapkan kepadamu suatu permasalahan?, (Mu’adz) berkata : aku memutuskan sesuai

dengan apa yang ada didalam Al-Qur’an, (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata : bila

tidak ada di dalam Al-Qur’an?, (Mu’adz) berkata : maka dengan sunnah Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam, (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata : bila tidak ada di dalam

sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak juga dalam Al-Qur’an?, (Mu’adz)

berkata : maka aku berijtihad dengan akalku, (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata :

segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq utusan yang di utus oleh Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam.”[1]

Pada masa Mujtahidin, sumber-sumber hukum Islam bertambah sesuai perkembangan dan

kebutuhan zaman, yang penambahan ini pada hakikatnya bukanlah sesuatu yang baru (bid’ah),

melainkan sebagai pengembangan dan penjabaran secara lebih konkrit dari sumber hukum

ketiga, yaitu al-Ijtihad wa al-Ra’yu yang telah diratifikasi oleh al-Qur‟an, al-Sunnah

dan Atsar Shahabat di atas. Sumber-sumber hukum yang bersifat ijtihadi ini dijadikan dasar dan

pedoman oleh para Imam Mujtahidin dan madzhabnya masing-masing. Dengan demikian

jelaslah, bahwa sumber-sumber hukum bagi semua madzhab ada yang sama dan ada yang

berbeda. Yang sama bahwa semua madzhab berdasarkan pada al-Qur‟an, Sunnah Rasul, al-

Qiyas dan Ijma‟. Sebab itu, keempat dalil tersebut oleh Ahli Ushul Fiqh disebut dalil

yang muttafaq ‘alaih, dengan mengenyampingkan adanya khilaf dari Imam Ahmad bin Hanbal

yang tidak mengakui Ijma‟ sebagai sumber hukum dengan alasan ketidak mungkinan terjadinya.

Semua kembali berubah setelah para imam madzhab telah meninggalkan dunia (wafat). Di mana

umat Islam terus menemui permalasahan-permasalahan baru yang dibutuhkan jawaban

hukumnya. Oleh karenanya, demi mempelajari cara untuk mencari jawaban-jawaban atas

permasalahan baru ini, di perguruan tinggi Islam, khsusnya konsetrasi syari‟ah diadakan mata

kuliah al-masa`il al-fiqhiyyah.
Al-mas`ail al-fiqhiyyah (           ) merupakan rangkaian dari dua lafazh,

yakni mas`ail dan fiqhiyyah. Hubungan dari kedua lafadz ini, dalam nahwudisebut
hubungan shifah dengan maushuf, atau na’at dengan man’ut. Lafadzmasail (             ) adalah

bentuk plural (jamak) dari mas`alatun (       ) yang bermakna masalah atau problem. Kata

dasarnya adalah sa`ala (      ) dan bermakna “bertanya”. Artinya, masa`il adalah masalah-

masalah baru yang muncul akibat pertanyaan-pertanyaan untuk dicari jawabannya. Adapaun

lafadzal-fiqhiyyah adalah berasal dari lafadz al-fiqhu yang artinya al-fahmu yang dirangkai
dengan (        ) yang huruf (    ) berfungsi membangsakan. Jadi al-masa`il al-fiqhiyah menurut

pengertian bahasa adalah, “permasalahan-permasalahan baru yang bertalian dengan masalah-
masalah atau jenis-jenis hukum (fiqh) dan dicari jawabannya.” Berdasarkan definisi secara

kebahasaan di atas, maka secara istilah, al-masa`il al-fiqhiyah adalah problem-problem hukum

Islam baru al-waqi’iyyah (faktual) dan dipertanyakan oleh umat jawaban hukumnya karena

secara eksplisit permasalahan tersebut tidak tertuang di dalam sumber-sumber hukum Islam.

B. Isi Kajian al-Masa`il al-Fiqhiyyah.

Isi kajian al-masa`il al-fiqhiyyah di dalam buku ini menyangkut kajian di dalam kesyari‟ahan.

1.     Kompetensi Mata Kuliah.

Mahasiswa memahami dengan baik tentang problema-problema yang timbul dalam Fiqh Islam

memberikan kemampuan untuk membahas dan memecahkan masalah-masalah Fiqh yang aktual

dan memasyarakatkannya dengan pendekatan yang luas, yang tidak hanya terfokus pada teks-

teks fiqh klasik akan tetapi juga pada pendekatan-pendekatan rasional lainnya, seperti

pendekatan sosiologis, politis, dll.

2.     Deskripsi Mata Kuliah.

Mata Kuliah ini meliputi kajian tentang, pengantar MK masail fiqhiyyah; Kementerian Agama

sebagai rumah ijtihad kolektif di Indonesia; infotainment; daur ulang air limbah dan

air mutanajjis; bank ASI; pola hidup konsumtif; standar upah yang adil; feminisme dalam Islam;

memberi uang untuk menjadi PNS; zakat sebagai bagian dari sumber PAD (Pendapatan Asli

Daerah); penyembelihan hewan sapi dengan niat kurban dan „aqiqah; transaksi jual-beli di

supermarket dan elektrik; pembunuhan dengan daya paksa (overmacht); kupon berhadiah di

departemen store; nikah di bawah tangan; penyitaan harta debitur yang wanprestasi; Islam,

Pancasila, demokrasi dan HAM; nikah beda agama; grasi; dan bid’ah.

Langkah -Langkah Penyelesaian Masail Fiqhiyah[3]
Dasar –dasar penyelesaian masalah dalam bentuk beberapa kidah penting
1. Menghindari sifat taqlid dan fanatisme
Upaya menghindarkan diri dari fanatisme mazhab tertentu dan taqlid buta terhadap pendapat ulama klasik
seperti pendapat Umar bin al-Khattab, Zaid bin Tsabit atau pendapat ualama moderen, kecuali ia adalah
seorang yang bodoh dan telah melakukan kesalahan. Pelakunya disebut muqallid yang dilawankan
dengn muttabi’. Yaitu muttabi‟ dengan kriteria sebagai berikut :
     Menetapkan suatu pendapat yang dianutnya dengan dalil-dalil yang kuat, diakui dan tidak
     mengundang kontroversi.
     Memiliki kemampuan untuk mentarjih beberapa pendapat yang secara lahiriyah terjadi perbedaan
     melalui perbandingan dalil-dalil yang digunakan masing-masing.
     Diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan berijtihad terhadap hukum persoalan
    tertentu yang tidak didapati jawabannya pada ulama terdahulu.
2.Prinsip mempermudah dan menghindarkan kesulitan
Kaedah ini patut diperlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan nash qath‟i atau kaidah syari‟at yang
bersifat pasti. Dengan dua pertimbangan sebagai berkut:
    Bahwa keberadaan syari‟at didasarkan kepada prinsip mempermudah dan menghindarkan kesulitan
    manusia seperti sakit, dalam perjalanan, lupa, tidak tahu dan tidak sempurna akal. Taklif Allah
    atas hambanya disesuaikan dengan kadar kemampuan yang dimiliki.
    Memahami situasi dan kondisi suatu zaman yang dialami pada saat munculnya persoalan. Adapun
    kriteria maslahat sebagaimana yang biasa dikenal adalah menrealisasikan lima kepentingan pokok
    dan disebut dengan darurat khomsa, yaitu memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal,
    memelihara harta, memelihara keturunan.
3.Berdialog dengan masyarakat melalui bahasa kondisi masanya dan melalui pendekatan persuasif aktif
serta komunikatif.
Ketentuan hukum yang akan diputuskan harus disesuaikan masyarakat yang diinginkannya dan
menggunakan bahasa layak sebagaimana bahasa masyarakat dimana persoalan itu muncul. Bahasa
masyarakat yang ideal :
    bahasa yang dapat dipahami sebagai bahasa sehari-hari dan mampu menjangkau pemahaman
    umum.
    Menghindarkan istilah-istilah rumit yang mengundang pengertian kontroversi.
    Ketetapan hukum bersifat ilmiah karena didasarkan pertimbangan hikmah, illat, filisofis dan Islami.
4.Bersifat moderat terhadap kelompok tekstualis dan kelompok kontekstualis.
Dalam merespon persoalan baru yang muncul, ulama bersandar kepada al-nash sesuai bunyi literal ayat
tanpa menginterpretasi lebih lanjut diluar teks itu. Dipihak lain, kelompok kontekstualis lebih berani
menginterprestasikan produk hukum al-nash dengan melihat kondisi zaman dan lingkungan. Sementara
kelompok ini dinilai terlalu berani bahkan dianggap melampaui kewenangan ulama salaf yang tidak
diragukan kehandalannya dalam masalah ini. Menurut mereka perbedaan masa, masyarakat, geografis,
pemerintahan dan perkembangan teknologi moderen patut dipertimbangkan serta layak mendapat
perhatian.
5.Ketentuan hukum bersifat jelas tidak mengandung interpretasi.
Bahasa hukum relatif tegas dan membutuhkan beberapa butir alternatif keterangan dan diperlukan
pengecualian-pengecualian pada bagian tersebut. Pengecualian ini merupakan langkah elastis guna
menjangkau kemungkinan lain diluar jangkauan ketentuan yang ada. Misalnya ketentuan hukum potong
tangan terhadap pencuri sebuah barang yang telah mencapai nisab. Umar bin Khatthab pernah tidak
memberlakukan hukum ”had” atau potong tangan terhadap pencuri barang tuannya, karena sang tuan pelit,
dan tidak membayar upah si pelayan, maka ia memcuri barang sang tuan demi kebutuhan mendesak yaitu
kelaparan.
A. Pengertian Masailul Fiqh

          Masail dalam bahasa arab merupakan jamak taksir dari kata masalah yang artinya perkara (persoalan).
  Masalah adalah ketimpangan antara teori dan kenyataan. Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya
  kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu fenomena , adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya
  halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antarkegiatan atau antarfenomena, baik yang telah ada
  ataupun yang akan ada.

           Fiqh secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam tentang hukum-hukum islam. Secara
  terminologi berarti :”mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil-
  dalilnya yang terperinci.

          B.       FAKTOR-FAKTOR KEMUNCULAN MASAILUL FIQHIYAH

          a.      Kondisi Geografis

        Setiap daerah di belahan dunia ini pasti memiliki kondisi geografis yang
  berbeda. Ada yang memiliki udara tropis, subtropics dan sebagainya.
          Perbedaan kondisis seperti ini lah yang akan memunculkan masalah yang
  berbeda-beda pula, terutama fiqh. Contohnya, pada kondisi daerah yang abnormal,
  persoalan yang muncul dari keadaa dan letak geografis itu antara lain:
          Hukum bertayamum pada daerah yang kekeringan(tandus) yang kesulitan air.

          Hukum atau tehnik pelaksanaan sholat dan puasa pada geografis yang
  abnormal dalam hal penentuaan waktu.

          Pelaksanaan pernikahan via telfon, internet, transaksi muamalat dan
  seterusnya pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertemu langsung.

          b.      Struktur dan pola budaya masyarakat

        Keberadaan suatu kebudayaan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat dan
  dengan demikian kehadiran syari’at dalam hal ini hukum Islam (fiqh) tidak serta
  merta menggantikan posisi kebudayaan yang telah melekat pada masyarakat.
  Didalam masyarakat yang sangat kental dengan nilai-nilai budayanya sangat sulit
  diterapkan nilai-nilai agama terutama sudut fiqihnya.
Apabila terjadi pembenturan antara keduanya, maka akan timbul persoalan
baru yang kemudian disebut ‘masailul fiqhiyah’. Beberapa contoh dalam masalah ini
antara lain;
      Masalah pembagian harta warisan pada daerah tertentu.

      Upacara sesajen untuk keselamatan dan berkah.

      Budaya dangdutan yang dipaksakan demi khormatan sampai-sampai
menghutang untuk resepsi pernikahan.

      Budaya tukar cincin sebelum khitbah (lamaran) yang telah dianggap telah sah
bergaul bebas.

      c.       Perkembangan Teknologi

     Dewasaini kemajuan ilmu pengetahuan menunjukan prestasi yang cukup
signufikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern selalu aktif
menuju sasaran tepat dan berdampak positif sekaligus negative. Hasil kemampuan
IPTEK dalam sekop umuum adalah salah satunyya computer. Alat ini dapat
menunjukan arah kiblat, puasa, perhitungan zakat, warisan dan lainnya.


      Faktor Penyebab Masalah Fiqh
      1.       Perbedaan Qiraat : yaitu perbedaan tentang arti dari kata disetiap
      ayat yang berbeda.

      2.       Adam al-Ittila ala al-hadist : adanya hadist yang belum ditelaah oleh
      sebagian sahabat karena secara real pengetahuan mereka dalam hal ini tidak
      sama. Dan keadaan seperti ini merupakan sesuatu yang wajar, sebab tidak
      selamanya para sahabat pada waktu yang sama dapat
      menyertai Rasulullah SAW, disamping itu dari sisi tingkat kecerdasannnya
      pun berbeda pula.

      3.       Adanya Syak atau keraguan dalam menetapkan hadist : Setiap ada
      hadist atau riwayat yang datang, tidak langsung dapat di amalkan begitu saja
      sebelum dipersaksikan di depan para sahabat lain agar menjaga
otentisitasnya dapat dipertanggung jawabkan bahwa hadist tersebut benar-
           benar berasal dari Rasulluloh SW.

           4.       Perbedaan dalam memahami nash dan perbedaan penafsirannya.

           5.       Adanya lafadz Musytarak : yaitu lafadz yang memiliki dua makna atau
           lebih.

           6.       Ta’arud al-Adillah : adanya dalil-dalil yang secara lahiriah kontradiktif.
           Sesungguhnya dalil-dalil yang dijadiakan landasan para ulama dalam
           menyelesaikan suatu kasus bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist, hanya saja
           karena sudut pandang mereka berbeda sesuai dengan perbedaan latar
           belakang mereka masing-masing, maka berbeda pula h




B. Ruang Lingkup Masailul Fiqh

           Kajian masailul fiqh tidak hanya membahas persoalan fiqh (hukum islam) saja. Tetapi juga membahas
   persoalan aqidah (kepercayaan), persoalan akhlaq (moral).



C. Tujuan Mempelajari Masailul Fiqh

1) Untuk beribadah

2) Untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah fiqh yang berkembang ditengah masyarakat

3) Untuk mengkaji dan merumuskan persoalan-persoalan atau permasalahan yang bersifat amaliyah



D. Manfaat Mempelajari Masailul Fiqh

a) Menambah wawasan bagi intelektual dalam menyelesaikan suatu permasalahan fiqh kontempore

b) Menjawab persoalan yang ada

c) Menjawab pertanyaan masyarakat



E. Penyebab Suatu Masalah
Penyebab timbulnya suatu masalah klasik dalam masailul fiqh adalah :

a.   Karena ulama berbeda dalam memahami makna-makna lafaz dalam bahasa arab yang bersifat mujmal/
     musytarak, dikeragui umum atau khusus dan dikeragui mana yang hakiki atau maknawi

b. Perbedaan cara meriwayatkan suatu hadis

c.   Karena perbedaan rujukan atau sumber

d. Karena perbedaan menetapkan kaidah-kaidah ushul

e.   Karena perbedaan dalam menanggapi adanya pertentangan antara dalil atau cara mentarjihnya.

             Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah ada beberapa penyebab timbulnya masailul fiqh yaitu: waktu,
     tempat, kondisi sosial, niat, adat istiadat yang berlaku.



F. Cara Menyelesaikan Permasalahan Fiqh

              Masalah keagamaan yang aktual (baru) lebih banyak menggunakan metode ijtihad daripada metode
     istinbath. Metode ijtihad yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah masalah-masalah yang tidak ada
     ketentuannya dalam nash, sedangkan dihadapi dan dilakukan oleh umat islam karena sangat dibutuhkan dalam
     kelangsungan hidupnya. Tetapi metode istinbath adalah upaya maksimal untuk menarik suatu ketentuan
     hukum dari nash yang ada baik nash al-quran maupun hadis.

             Jadi pembahasan masailul fiqh lebih banyak menggunakan metode ijtihad daripada metode istinbath
     karena      kebanyakan     masalahnya        tidak    ditemukan    ketentuannya        dalam      nash.
     Abdul al-Qadir Ahmad ’Ata mengatakan, pembahasan masalah aktual yang tidak ada nashnya sekurang-
     kurangnya ada tiga macam cara yang harus dilakukan ketika menentukan hukumnya dengan metode ijtihad
     yaitu :

a. Harus selalu menjaga dasar-dasar aqidah islam, yaitu tidak boleh ada produk hukum yang dapat melemahkan
   tau merusaknya, sehingga dapat menggantikan dengan kepercayaan yang musyrik atau atheis.

b. Harus menghindari dan menolak perbuatan sesat yang pernah dilakukan oleh ahlul kitab atau orang musyrik.

c. Harus selalu mengutamakan kehidupan yang bermoral

More Related Content

What's hot

Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)Marhamah Saleh
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhSuya Yahya
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMuli Bluelovers
 
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkan
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkanKaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkan
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkanUzairi Azali
 
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Miftah Iqtishoduna
 
Qawaid fiqh koleksi pt 2
Qawaid fiqh koleksi pt 2Qawaid fiqh koleksi pt 2
Qawaid fiqh koleksi pt 2Amiruddin Ahmad
 
Modul ushul-fiqh
Modul ushul-fiqhModul ushul-fiqh
Modul ushul-fiqhsaeffull
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaDodyk Fallen
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Mawadah Warohmah
 
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadisikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadisMarhamah Saleh
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamharis budi
 

What's hot (20)

Makalah u. fiqh
Makalah u. fiqhMakalah u. fiqh
Makalah u. fiqh
 
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
Presentasi Ushul Fiqh (Ta'rif, Tarikh, Mashadir)
 
Nasihat As - Sya'rawi
Nasihat As - Sya'rawiNasihat As - Sya'rawi
Nasihat As - Sya'rawi
 
Tasyri' abad 2-4 H.
Tasyri' abad 2-4 H.Tasyri' abad 2-4 H.
Tasyri' abad 2-4 H.
 
Qawaid fiqh pt 2
Qawaid fiqh  pt 2Qawaid fiqh  pt 2
Qawaid fiqh pt 2
 
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul FiqhDaftar Pertanyaan Ushul Fiqh
Daftar Pertanyaan Ushul Fiqh
 
Makalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsanMakalah ushul fiqh istihsan
Makalah ushul fiqh istihsan
 
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkan
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkanKaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkan
Kaedah kedua dalam al qawaid al-fiqhiyyah(keyakinan tidak boleh dihilangkan
 
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
Qiyas-Ushul Fiqh Powerpoint (Miftah'll Everafter)
 
Qawaid fiqh koleksi pt 2
Qawaid fiqh koleksi pt 2Qawaid fiqh koleksi pt 2
Qawaid fiqh koleksi pt 2
 
Makalah agama
Makalah agamaMakalah agama
Makalah agama
 
Agama
AgamaAgama
Agama
 
Modul ushul-fiqh
Modul ushul-fiqhModul ushul-fiqh
Modul ushul-fiqh
 
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidihaKaidah cabang al umuru bi maqasidiha
Kaidah cabang al umuru bi maqasidiha
 
Sumber sumber-hukum-islam-new
Sumber sumber-hukum-islam-newSumber sumber-hukum-islam-new
Sumber sumber-hukum-islam-new
 
Penyusunan sunnah
Penyusunan sunnahPenyusunan sunnah
Penyusunan sunnah
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)
 
Qawaid fiqh pt 1
Qawaid fiqh  pt 1Qawaid fiqh  pt 1
Qawaid fiqh pt 1
 
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadisikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
ikhtilaf, Sebab Ikhtilaf ahlu ra’yi & ahlu hadis
 
Bab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islamBab v-sumber-hukum-islam
Bab v-sumber-hukum-islam
 

Similar to Masa'il Fiqih Kontemporer

Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahpebriyanti
 
Pertemuan 7 sumber hukum islam part.1
Pertemuan 7 sumber hukum islam part.1Pertemuan 7 sumber hukum islam part.1
Pertemuan 7 sumber hukum islam part.1yadilia
 
ushul fiqh kelas x agama SELESAI.docx
ushul fiqh kelas x agama SELESAI.docxushul fiqh kelas x agama SELESAI.docx
ushul fiqh kelas x agama SELESAI.docxYandikaDesipriansya1
 
AIK 2 KELOMPOKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.3.pptx
AIK 2 KELOMPOKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.3.pptxAIK 2 KELOMPOKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.3.pptx
AIK 2 KELOMPOKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.3.pptxAnggita854299
 
Pelajaran tentang-manhaj-salaf-2-2
Pelajaran tentang-manhaj-salaf-2-2Pelajaran tentang-manhaj-salaf-2-2
Pelajaran tentang-manhaj-salaf-2-2Ra Hardianto
 
Sejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikihSejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikihAs Kum
 
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docxIrwnSptr
 
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zamanKarakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zamanAndi Mutmainnah Salam
 
3sumberhukumislam.ppt
3sumberhukumislam.ppt3sumberhukumislam.ppt
3sumberhukumislam.pptMamanGumay
 
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docx
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docxMAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docx
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docxGilankSantosa
 
Risalah ahlussunnah
Risalah ahlussunnahRisalah ahlussunnah
Risalah ahlussunnahEko Sufian
 
IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
 IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUMEvi Rohmatul Aini
 

Similar to Masa'il Fiqih Kontemporer (20)

Makalah ushul fiqih_kel.1
Makalah ushul fiqih_kel.1Makalah ushul fiqih_kel.1
Makalah ushul fiqih_kel.1
 
4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam4. sumber hukum islam
4. sumber hukum islam
 
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyahAntara ahlus sunnah dan salafiyah
Antara ahlus sunnah dan salafiyah
 
Pertemuan 7 sumber hukum islam part.1
Pertemuan 7 sumber hukum islam part.1Pertemuan 7 sumber hukum islam part.1
Pertemuan 7 sumber hukum islam part.1
 
ushul fiqh kelas x agama SELESAI.docx
ushul fiqh kelas x agama SELESAI.docxushul fiqh kelas x agama SELESAI.docx
ushul fiqh kelas x agama SELESAI.docx
 
hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)hukum islam (kel.1)
hukum islam (kel.1)
 
AIK 2 KELOMPOKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.3.pptx
AIK 2 KELOMPOKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.3.pptxAIK 2 KELOMPOKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.3.pptx
AIK 2 KELOMPOKKKKKKKKKKKKKKKKKKKK.3.pptx
 
Pelajaran tentang-manhaj-salaf-2-2
Pelajaran tentang-manhaj-salaf-2-2Pelajaran tentang-manhaj-salaf-2-2
Pelajaran tentang-manhaj-salaf-2-2
 
Thaharah (bersuci)
Thaharah (bersuci)Thaharah (bersuci)
Thaharah (bersuci)
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Sejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikihSejarah perkembangan ilmu fikih
Sejarah perkembangan ilmu fikih
 
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
83712170-MAKALAH-IJTIHAD.docx
 
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zamanKarakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
Karakteristik hukum islam dalam menghadapi perkembagan zaman
 
Sumber ajaran islam
Sumber ajaran islamSumber ajaran islam
Sumber ajaran islam
 
08 isi pelajaran
08 isi pelajaran08 isi pelajaran
08 isi pelajaran
 
3sumberhukumislam.ppt
3sumberhukumislam.ppt3sumberhukumislam.ppt
3sumberhukumislam.ppt
 
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docx
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docxMAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docx
MAKALAH USUL FIQIH KELOMPOK II.docx
 
Risalah ahlussunnah
Risalah ahlussunnahRisalah ahlussunnah
Risalah ahlussunnah
 
IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
 IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
IJTIHAD SEBAGAI METODE PENGGALIAN HUKUM
 

Recently uploaded

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 

Recently uploaded (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 

Masa'il Fiqih Kontemporer

  • 1. PENGANTAR MATA KULIAH MASA`IL FIQHIYYAH A. Pendahuluan. Pada masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup, umat Islam apabila menghadapi suatu persoalan langsung menanyakan kepada Raulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, dan Rasul-lah yang langsung memberikan jawaban, terkadang dengan al-Qur‟an yang turun berkenaan dengan masalah tersebut (sebagai jawaban), dan terkadang dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan ketiga bentuknya yakni secara qauli (perkataan), fi’li(perbuatan), dan taqriri (ketetapan). Adakalanya pula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menunda masalah itu atau menunggu hingga turunnya wahyu. Adapun bentuk jawab rasul, pada hakikatnya tidak terlepas dari petunjuk Ilahi, sesuai firman Allah swt : } Artinya : “dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.[3]Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)[4]. ” (QS. An-Najm : 3-4) Namun, semuanya berubah setelah Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia dan mengakibatkan terputusnya wahyu, sehingga para sahabat. dalam menyelesaikan masalah-masalah yang memerlukan penjelasan hukumnya, menempuh jalan sebagai berikut : 1. Mencari ketentuan hukumnya dalam al-Qur‟an. 2. Mencari ketentuan hukumnya dalam Sunnah Rasul Allah. 3. Memusyawarahkan masalah itu, di mana Khalifah mengundang para tokoh Shahabat untuk dimintai pendapatnya tentang hukum masalah yang dihadapinya. Bila mereka mendapatkan kata sepakat, maka Khalifah melaksanakan hasil musyawarah tersebut. Apabila tidak mendapat kata sepakat, maka Khalifah mengambil alih dan menentukan yang kiranya dipandang lebih maslahat. Dengan demikian, sumber hukum pada masa Shahabat adalah sebagai berikut : 1. Al-Wahyu (al-Qur‟an) 2. Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. 3. Al-Ijtihad dan al-Ra‟yu.
  • 2. Al-Ra’yu menurut pengertian Shahabat meliputi pengertian : Dilalah al-Nash, al-Qiyas, al- Istihsan, Saad al-Dzara’i, al-Mashlahah al-Mursalah dan lain-lain. Dasar inilah yang kemudian diikuti dan dijadikan dasar oleh para Imam Mujtahidin dalam mengistinbath hukum. Sistematika di atas terus berjalan sampai kepada para Imam Mujtahidin yang terkenal, di mana mereka dalam menetapkan suatu hukum pada dasarnya tidak keluar dari prinsip-prinsip tersebut. Hal ini disebabkan, sistematika tersebut sesuai dengan petunjuk Allah : - } Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan“ Dalam ayat lain juga disebutkan ; } Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.“ Juga dari petunjuk Rasululllah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam (seperti terlihat dalam Hadits dari Mu‟adz bin Jabal mengenai ijtihad), dan Atsar Shahabat : } Artinya : “diceritakan kepada kami oleh Hafs bin Umar dari Syu’bah dari Abi ‘Aun dari al-Harits bin Amru bin Akhi al-Mughirah bin Syu’bah dari Anas ahli Himso dari keluarga Mu’adz, bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mengutus Mu’adz ke Yaman, kemudian (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata : bagaimana kamu memutuskan suatu perkara
  • 3. apabila dihadapkan kepadamu suatu permasalahan?, (Mu’adz) berkata : aku memutuskan sesuai dengan apa yang ada didalam Al-Qur’an, (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata : bila tidak ada di dalam Al-Qur’an?, (Mu’adz) berkata : maka dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata : bila tidak ada di dalam sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak juga dalam Al-Qur’an?, (Mu’adz) berkata : maka aku berijtihad dengan akalku, (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) berkata : segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq utusan yang di utus oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[1] Pada masa Mujtahidin, sumber-sumber hukum Islam bertambah sesuai perkembangan dan kebutuhan zaman, yang penambahan ini pada hakikatnya bukanlah sesuatu yang baru (bid’ah), melainkan sebagai pengembangan dan penjabaran secara lebih konkrit dari sumber hukum ketiga, yaitu al-Ijtihad wa al-Ra’yu yang telah diratifikasi oleh al-Qur‟an, al-Sunnah dan Atsar Shahabat di atas. Sumber-sumber hukum yang bersifat ijtihadi ini dijadikan dasar dan pedoman oleh para Imam Mujtahidin dan madzhabnya masing-masing. Dengan demikian jelaslah, bahwa sumber-sumber hukum bagi semua madzhab ada yang sama dan ada yang berbeda. Yang sama bahwa semua madzhab berdasarkan pada al-Qur‟an, Sunnah Rasul, al- Qiyas dan Ijma‟. Sebab itu, keempat dalil tersebut oleh Ahli Ushul Fiqh disebut dalil yang muttafaq ‘alaih, dengan mengenyampingkan adanya khilaf dari Imam Ahmad bin Hanbal yang tidak mengakui Ijma‟ sebagai sumber hukum dengan alasan ketidak mungkinan terjadinya. Semua kembali berubah setelah para imam madzhab telah meninggalkan dunia (wafat). Di mana umat Islam terus menemui permalasahan-permasalahan baru yang dibutuhkan jawaban hukumnya. Oleh karenanya, demi mempelajari cara untuk mencari jawaban-jawaban atas permasalahan baru ini, di perguruan tinggi Islam, khsusnya konsetrasi syari‟ah diadakan mata kuliah al-masa`il al-fiqhiyyah. Al-mas`ail al-fiqhiyyah ( ) merupakan rangkaian dari dua lafazh, yakni mas`ail dan fiqhiyyah. Hubungan dari kedua lafadz ini, dalam nahwudisebut hubungan shifah dengan maushuf, atau na’at dengan man’ut. Lafadzmasail ( ) adalah bentuk plural (jamak) dari mas`alatun ( ) yang bermakna masalah atau problem. Kata dasarnya adalah sa`ala ( ) dan bermakna “bertanya”. Artinya, masa`il adalah masalah- masalah baru yang muncul akibat pertanyaan-pertanyaan untuk dicari jawabannya. Adapaun lafadzal-fiqhiyyah adalah berasal dari lafadz al-fiqhu yang artinya al-fahmu yang dirangkai dengan ( ) yang huruf ( ) berfungsi membangsakan. Jadi al-masa`il al-fiqhiyah menurut pengertian bahasa adalah, “permasalahan-permasalahan baru yang bertalian dengan masalah-
  • 4. masalah atau jenis-jenis hukum (fiqh) dan dicari jawabannya.” Berdasarkan definisi secara kebahasaan di atas, maka secara istilah, al-masa`il al-fiqhiyah adalah problem-problem hukum Islam baru al-waqi’iyyah (faktual) dan dipertanyakan oleh umat jawaban hukumnya karena secara eksplisit permasalahan tersebut tidak tertuang di dalam sumber-sumber hukum Islam. B. Isi Kajian al-Masa`il al-Fiqhiyyah. Isi kajian al-masa`il al-fiqhiyyah di dalam buku ini menyangkut kajian di dalam kesyari‟ahan. 1. Kompetensi Mata Kuliah. Mahasiswa memahami dengan baik tentang problema-problema yang timbul dalam Fiqh Islam memberikan kemampuan untuk membahas dan memecahkan masalah-masalah Fiqh yang aktual dan memasyarakatkannya dengan pendekatan yang luas, yang tidak hanya terfokus pada teks- teks fiqh klasik akan tetapi juga pada pendekatan-pendekatan rasional lainnya, seperti pendekatan sosiologis, politis, dll. 2. Deskripsi Mata Kuliah. Mata Kuliah ini meliputi kajian tentang, pengantar MK masail fiqhiyyah; Kementerian Agama sebagai rumah ijtihad kolektif di Indonesia; infotainment; daur ulang air limbah dan air mutanajjis; bank ASI; pola hidup konsumtif; standar upah yang adil; feminisme dalam Islam; memberi uang untuk menjadi PNS; zakat sebagai bagian dari sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah); penyembelihan hewan sapi dengan niat kurban dan „aqiqah; transaksi jual-beli di supermarket dan elektrik; pembunuhan dengan daya paksa (overmacht); kupon berhadiah di departemen store; nikah di bawah tangan; penyitaan harta debitur yang wanprestasi; Islam, Pancasila, demokrasi dan HAM; nikah beda agama; grasi; dan bid’ah. Langkah -Langkah Penyelesaian Masail Fiqhiyah[3] Dasar –dasar penyelesaian masalah dalam bentuk beberapa kidah penting 1. Menghindari sifat taqlid dan fanatisme Upaya menghindarkan diri dari fanatisme mazhab tertentu dan taqlid buta terhadap pendapat ulama klasik seperti pendapat Umar bin al-Khattab, Zaid bin Tsabit atau pendapat ualama moderen, kecuali ia adalah seorang yang bodoh dan telah melakukan kesalahan. Pelakunya disebut muqallid yang dilawankan dengn muttabi’. Yaitu muttabi‟ dengan kriteria sebagai berikut : Menetapkan suatu pendapat yang dianutnya dengan dalil-dalil yang kuat, diakui dan tidak mengundang kontroversi. Memiliki kemampuan untuk mentarjih beberapa pendapat yang secara lahiriyah terjadi perbedaan melalui perbandingan dalil-dalil yang digunakan masing-masing. Diharapkan memiliki kemampuan untuk melakukan kegiatan berijtihad terhadap hukum persoalan tertentu yang tidak didapati jawabannya pada ulama terdahulu. 2.Prinsip mempermudah dan menghindarkan kesulitan
  • 5. Kaedah ini patut diperlakukan sepanjang tidak bertentangan dengan nash qath‟i atau kaidah syari‟at yang bersifat pasti. Dengan dua pertimbangan sebagai berkut: Bahwa keberadaan syari‟at didasarkan kepada prinsip mempermudah dan menghindarkan kesulitan manusia seperti sakit, dalam perjalanan, lupa, tidak tahu dan tidak sempurna akal. Taklif Allah atas hambanya disesuaikan dengan kadar kemampuan yang dimiliki. Memahami situasi dan kondisi suatu zaman yang dialami pada saat munculnya persoalan. Adapun kriteria maslahat sebagaimana yang biasa dikenal adalah menrealisasikan lima kepentingan pokok dan disebut dengan darurat khomsa, yaitu memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara harta, memelihara keturunan. 3.Berdialog dengan masyarakat melalui bahasa kondisi masanya dan melalui pendekatan persuasif aktif serta komunikatif. Ketentuan hukum yang akan diputuskan harus disesuaikan masyarakat yang diinginkannya dan menggunakan bahasa layak sebagaimana bahasa masyarakat dimana persoalan itu muncul. Bahasa masyarakat yang ideal : bahasa yang dapat dipahami sebagai bahasa sehari-hari dan mampu menjangkau pemahaman umum. Menghindarkan istilah-istilah rumit yang mengundang pengertian kontroversi. Ketetapan hukum bersifat ilmiah karena didasarkan pertimbangan hikmah, illat, filisofis dan Islami. 4.Bersifat moderat terhadap kelompok tekstualis dan kelompok kontekstualis. Dalam merespon persoalan baru yang muncul, ulama bersandar kepada al-nash sesuai bunyi literal ayat tanpa menginterpretasi lebih lanjut diluar teks itu. Dipihak lain, kelompok kontekstualis lebih berani menginterprestasikan produk hukum al-nash dengan melihat kondisi zaman dan lingkungan. Sementara kelompok ini dinilai terlalu berani bahkan dianggap melampaui kewenangan ulama salaf yang tidak diragukan kehandalannya dalam masalah ini. Menurut mereka perbedaan masa, masyarakat, geografis, pemerintahan dan perkembangan teknologi moderen patut dipertimbangkan serta layak mendapat perhatian. 5.Ketentuan hukum bersifat jelas tidak mengandung interpretasi. Bahasa hukum relatif tegas dan membutuhkan beberapa butir alternatif keterangan dan diperlukan pengecualian-pengecualian pada bagian tersebut. Pengecualian ini merupakan langkah elastis guna menjangkau kemungkinan lain diluar jangkauan ketentuan yang ada. Misalnya ketentuan hukum potong tangan terhadap pencuri sebuah barang yang telah mencapai nisab. Umar bin Khatthab pernah tidak memberlakukan hukum ”had” atau potong tangan terhadap pencuri barang tuannya, karena sang tuan pelit, dan tidak membayar upah si pelayan, maka ia memcuri barang sang tuan demi kebutuhan mendesak yaitu kelaparan.
  • 6. A. Pengertian Masailul Fiqh Masail dalam bahasa arab merupakan jamak taksir dari kata masalah yang artinya perkara (persoalan). Masalah adalah ketimpangan antara teori dan kenyataan. Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu fenomena , adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antarkegiatan atau antarfenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada. Fiqh secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam tentang hukum-hukum islam. Secara terminologi berarti :”mengetahui hukum-hukum syara’ yang bersifat amaliyah yang diperoleh melalui dalil- dalilnya yang terperinci. B. FAKTOR-FAKTOR KEMUNCULAN MASAILUL FIQHIYAH a. Kondisi Geografis Setiap daerah di belahan dunia ini pasti memiliki kondisi geografis yang berbeda. Ada yang memiliki udara tropis, subtropics dan sebagainya. Perbedaan kondisis seperti ini lah yang akan memunculkan masalah yang berbeda-beda pula, terutama fiqh. Contohnya, pada kondisi daerah yang abnormal, persoalan yang muncul dari keadaa dan letak geografis itu antara lain: Hukum bertayamum pada daerah yang kekeringan(tandus) yang kesulitan air. Hukum atau tehnik pelaksanaan sholat dan puasa pada geografis yang abnormal dalam hal penentuaan waktu. Pelaksanaan pernikahan via telfon, internet, transaksi muamalat dan seterusnya pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk bertemu langsung. b. Struktur dan pola budaya masyarakat Keberadaan suatu kebudayaan tidak bisa dipisahkan dari masyarakat dan dengan demikian kehadiran syari’at dalam hal ini hukum Islam (fiqh) tidak serta merta menggantikan posisi kebudayaan yang telah melekat pada masyarakat. Didalam masyarakat yang sangat kental dengan nilai-nilai budayanya sangat sulit diterapkan nilai-nilai agama terutama sudut fiqihnya.
  • 7. Apabila terjadi pembenturan antara keduanya, maka akan timbul persoalan baru yang kemudian disebut ‘masailul fiqhiyah’. Beberapa contoh dalam masalah ini antara lain; Masalah pembagian harta warisan pada daerah tertentu. Upacara sesajen untuk keselamatan dan berkah. Budaya dangdutan yang dipaksakan demi khormatan sampai-sampai menghutang untuk resepsi pernikahan. Budaya tukar cincin sebelum khitbah (lamaran) yang telah dianggap telah sah bergaul bebas. c. Perkembangan Teknologi Dewasaini kemajuan ilmu pengetahuan menunjukan prestasi yang cukup signufikan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern selalu aktif menuju sasaran tepat dan berdampak positif sekaligus negative. Hasil kemampuan IPTEK dalam sekop umuum adalah salah satunyya computer. Alat ini dapat menunjukan arah kiblat, puasa, perhitungan zakat, warisan dan lainnya. Faktor Penyebab Masalah Fiqh 1. Perbedaan Qiraat : yaitu perbedaan tentang arti dari kata disetiap ayat yang berbeda. 2. Adam al-Ittila ala al-hadist : adanya hadist yang belum ditelaah oleh sebagian sahabat karena secara real pengetahuan mereka dalam hal ini tidak sama. Dan keadaan seperti ini merupakan sesuatu yang wajar, sebab tidak selamanya para sahabat pada waktu yang sama dapat menyertai Rasulullah SAW, disamping itu dari sisi tingkat kecerdasannnya pun berbeda pula. 3. Adanya Syak atau keraguan dalam menetapkan hadist : Setiap ada hadist atau riwayat yang datang, tidak langsung dapat di amalkan begitu saja sebelum dipersaksikan di depan para sahabat lain agar menjaga
  • 8. otentisitasnya dapat dipertanggung jawabkan bahwa hadist tersebut benar- benar berasal dari Rasulluloh SW. 4. Perbedaan dalam memahami nash dan perbedaan penafsirannya. 5. Adanya lafadz Musytarak : yaitu lafadz yang memiliki dua makna atau lebih. 6. Ta’arud al-Adillah : adanya dalil-dalil yang secara lahiriah kontradiktif. Sesungguhnya dalil-dalil yang dijadiakan landasan para ulama dalam menyelesaikan suatu kasus bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist, hanya saja karena sudut pandang mereka berbeda sesuai dengan perbedaan latar belakang mereka masing-masing, maka berbeda pula h B. Ruang Lingkup Masailul Fiqh Kajian masailul fiqh tidak hanya membahas persoalan fiqh (hukum islam) saja. Tetapi juga membahas persoalan aqidah (kepercayaan), persoalan akhlaq (moral). C. Tujuan Mempelajari Masailul Fiqh 1) Untuk beribadah 2) Untuk mengetahui dan mengidentifikasi masalah-masalah fiqh yang berkembang ditengah masyarakat 3) Untuk mengkaji dan merumuskan persoalan-persoalan atau permasalahan yang bersifat amaliyah D. Manfaat Mempelajari Masailul Fiqh a) Menambah wawasan bagi intelektual dalam menyelesaikan suatu permasalahan fiqh kontempore b) Menjawab persoalan yang ada c) Menjawab pertanyaan masyarakat E. Penyebab Suatu Masalah
  • 9. Penyebab timbulnya suatu masalah klasik dalam masailul fiqh adalah : a. Karena ulama berbeda dalam memahami makna-makna lafaz dalam bahasa arab yang bersifat mujmal/ musytarak, dikeragui umum atau khusus dan dikeragui mana yang hakiki atau maknawi b. Perbedaan cara meriwayatkan suatu hadis c. Karena perbedaan rujukan atau sumber d. Karena perbedaan menetapkan kaidah-kaidah ushul e. Karena perbedaan dalam menanggapi adanya pertentangan antara dalil atau cara mentarjihnya. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyah ada beberapa penyebab timbulnya masailul fiqh yaitu: waktu, tempat, kondisi sosial, niat, adat istiadat yang berlaku. F. Cara Menyelesaikan Permasalahan Fiqh Masalah keagamaan yang aktual (baru) lebih banyak menggunakan metode ijtihad daripada metode istinbath. Metode ijtihad yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah masalah-masalah yang tidak ada ketentuannya dalam nash, sedangkan dihadapi dan dilakukan oleh umat islam karena sangat dibutuhkan dalam kelangsungan hidupnya. Tetapi metode istinbath adalah upaya maksimal untuk menarik suatu ketentuan hukum dari nash yang ada baik nash al-quran maupun hadis. Jadi pembahasan masailul fiqh lebih banyak menggunakan metode ijtihad daripada metode istinbath karena kebanyakan masalahnya tidak ditemukan ketentuannya dalam nash. Abdul al-Qadir Ahmad ’Ata mengatakan, pembahasan masalah aktual yang tidak ada nashnya sekurang- kurangnya ada tiga macam cara yang harus dilakukan ketika menentukan hukumnya dengan metode ijtihad yaitu : a. Harus selalu menjaga dasar-dasar aqidah islam, yaitu tidak boleh ada produk hukum yang dapat melemahkan tau merusaknya, sehingga dapat menggantikan dengan kepercayaan yang musyrik atau atheis. b. Harus menghindari dan menolak perbuatan sesat yang pernah dilakukan oleh ahlul kitab atau orang musyrik. c. Harus selalu mengutamakan kehidupan yang bermoral