SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
TEORI BAHASA AUTOMATA
“TBA”
Penyusun
Kelompok 8
1. RENOL : 09011519
2. ABDU RAHMAN HALIM : 08011073
3. TURNADO SARAGIH : 08010194
4. DOVI MITOAWAN : 08010236
STRATA 1 TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DEHASEN
BENGKULU
5-3. AHN DENGAN TRANSISI HAMPA (TRANSISI-^)
Pada bagian ini, pada AHN diperbolehkan adanya transisi Strata dengan
untai hampa digunakan sebagai input. Automata Hingga ini kita sebut AHN
dengan transisi-^.
Seperti yang kita duga. Autmata Hingga seperti itu kurang kuat lagi
dibandingkan dengan Automata Hingga yang diperkenalkan pada subbagian
terdaulu. Sungguhpun demikia, AHN dengan transisi-^ ini merupakansuatu
bentuk yang baik guna menyajikan Ekspresi Regular.
Digraf Transisi untuk suatu AHN dengan Transisi-^ diberikan pada
gambar 5-4. Mesin ini menerima untai berbentuk 1m
0n
,m,n >= 0. Setelah
membaca barisan simbol I dari dari untai input, Automata Hingga ini berubah ke
Stata q1. sebelum membaca 0 yang mengikutinya. Hal ini dilakukan dengan cara
membaca untai hampa yang ditempatkan antara I terakir dan 0 pertama.
Gambar 5-4
Definisi
Suatu Autmata Hingga Nondeterministik dengan Transisi-^ adalah suatu
tupel-5 (K,VT,M,S,Z) dengan K, VT, S dan Z adalah sama seperti pada defini
yang lalu terhadap Automata Hingga Nndeterministik dan M adalah pemetaan.
K x (VT U {^)  subhimpunan dari K
Dengan menggunakan definisi ini, AHN yang disajikan pada Gambar 4-8
dapat didefinisikan sebagai :
F = ({q0q1}.{0,1}), M,q0,{q1}
Dengan fungsi pemetaan didefinisikan pada Tabel 5-5.
Tabel 5-5
Stata
Input
0 1
Q0
Q1
{q1}
HAMPA
{q1}
HAMPA
Sebelum dapat dibuktikan ekivalensi antara suatu AHN dengan transisi-^
dan suatu AN tanpa transisi-^ adalah perlu untuk mendefinisikan pemetaan
M(q,x) untuk x anggota VT.
Definisi
CLOSURE-^ suatu subhimpunan dari F, Stata q, mengandung semua
Stata yang dapat dicapai dari suatu Stata q tersebut melalui transisi-^ dinyatakan
dengan CLOSURE-^(q).
Pada contoh Gambar 5-4, CLOSURE-^(q0) = {q0,q1}, dan CLOSURE-
^(q1) = {q1}.
Perhatikan bahwa CLOSURE-^(q) untuk setiap Stata q selalu
mengandung Stata q tersebut, karena suatu Stata selalu dapat dianggap
mempunyai suatu Transisi-^ terhadap dirinya sendiri.
Lebih lanjut, jika P adalah himpunan Stata, maka CLOSURE-^(P) =
U[CLOSURE-^(q)] untuk semua q anggota P.
Definisi CLOSURE-^ ini memungkinkan kita memperluas fungsi
pemetaan dengan mendefinisikan
1. M(q.^) = CLOSURE-^(q)
2. M(q.tT) = CLOSURE-^(P) sedemikian rupa sehinggatanggotaVT, T anggota
VT
P = {s | ranggotaM(q.t) dan s anggota M(r.T)
Sekarang barulah kita perlihatkan ekivalensi AHN dan AHN dengan
transisi-^ . Pembuktian teorem berikut. Sekaligus memberikan metode untuk
membentuk AHN tanpa transisi-^ dari AHN dengan transisi-^.
Teorema 5-2
Diketahui F = (K, VT, M,S,Z) suatu AHN dengan transisi-^ akan ada
suatu AHN F1
tanpa transisi-^ sedemikian sehingga L9F) = L(F). Dengan
perkataan lain, sedemikian sehingga bahasa yang diterima oleh kedua Automata
Hingga tersebut adalah sama.
Bukti :
Kita tentukan suatu AHN F1
tanpa transisi^ sebagai berikut :
F1
= (K,VT,M1
,S,Z1
) dengan K,VT
dan S adalah sama untuk F dan F1
Z1
= Z U {S} jika CLOSURE-^(S) memuat suatu Stata anggota Z
= Z dalah hal lain.
Dan M1
(q.a) adalah sama dengan M(q.a) untuk q anggota K, dan a
anggota VT
dengan M adalah fungsi pemetaan dari f ang diperluas untuk untai.
Dengan melakukan induksi pada |x| adalah perlu untuk memperlihatkan bahwa
M1
(S.x) = M (S.x) bila |x| >= 1. jelas jika x = ^ maka M1
(S.^) = S, dan M(S.^) =
CLOSURE-^(S) dan F1
, S anggota Z jika suatu Stata Akhir termuat dalam
CLOSURE-^(S) dari F.
Langkah induksi adalah sebagai berikut. Asumsikan
|x| >= I dan x = Tt untuk T anggota VT
dan t anggota VT
. Maka
M1
(S,Tt) = M1
(M1
(S,T).t)
= M1
(M(S,T).t) dengan hipotesis induksi
Misalkan M(S,Tt) = P. Maka M1
(P,T) = U M1
(q,t) = U M(q,t) untuk
setiap anggota P.
Sehingga U M(q,t) = M(S,Tt) dan M1
(S,Tt) = M(S,Tt)
Kita harus menunjukkan bahwa M1
(S,x) memuat suatu Stata Akhir jika
dan hanya jika M(S,x) memuat Stata Akhir memuat Stata Akhir. Telah
ditunjukkan sebelum ini bahwa hal demikian terjadi pada kasus dengan x = ^.
Perhatikan untuk x = Tt dengan T anggota VT
dan t anggota VT
. Dengan
konstruksi dari F1
, jika M(S,x) memuat suatu Stata Akhir, maka demikian pula
M1
(S,x). Kita juga harus menunjukkan kebalikkannya. Artinya M(S,x) memuat
Stata Akhir jika M1
(S,x). juga memuat Stata Akhir. Pandang M1
(S,x) yang
memuat suatu Stata Z1
selain S. Maka M(S,Tt) harus memuat suatu Stata yang
bersesuaian, katakanlah Z ini berasal dari konstruksi F1
, lebih lanjut jika S
anggota M(S,x) maka mempunyai suatu Stata pada CLOSURE-^(S) dan F juga
pada M(S,x) karena M (S,x) = CLOSURE-^(M(S,T),t).
Dengan menggunakan konstruksi dari pembuktian dari pembuktian di
atas, suatu AHN tanpa transisi-^ dapat kita bentuk dari AHN dengan konstruksi-
^ contoh kita pada awal bagian AHN F1
= ({q0,q1},{0,1},M1
,q0,{q0,q1})
mempunyai fungsi pemetaannya seperti didefinisikan pada Tabel 5-6, dan Digraf
Transisi untuk F1
tersebut diberikan pada Gambar 5-5.
Tabel 5-6
Stata
Inpt
0 1
Q0
Q1
{q1}
{q1}
{q1,1}
HAMPA
Gambar 5-5
5-4. EKIVALENSI GRAMMAR REGULAR DAN AUTMATA HINGGA
Ekivalensi Grammar Regular dan Autmata Hingga ditunjukkan pada
bagian ini. Pertama, diberikan suatu metode untuk mengkonstruksi suatu AHN
dari Grammar Regular, kemudian digambarkan suatu cara pengubahan suatu
AHD ke Grammar Regular.
Dapat dibuktikan bahwa bahasa yang diterima oleh Automata Hingga
Stata Hingga adalah sama dengan bahasa yang dapat dihasilkan oleh Grammar
Regular.
Teorema dan pembuktiannya berikut memberikan prosedur untuk
pengubahan suatu Grammar Regular ke suatu AHN.
Teorema 5-3.
Ada suatu AHN F = (K,VT,M,S,Z) yang menerima bahasa yang
dihasilkan oleh Grammar Regular G = (VN,VT,S,Q).
Bukti
Tentukan AHN F dengan Stata K sebagai VN U {X} dengan X bukan
anggota VN. Stata Awal dari Automata Hingga adalah S (simbl start dari
Grammar) dan Stata Akhirnya adalah X. Untuk masing-masing produksi
Grammar dibuat pemetaan M dengan cara berikut :
1. A1 anggota M(A1,a), jika terdapat produksi A1 aA1 pada G
2. A1 anggota M(A1,a), jika terdapat produksi A1 a pada G
AHN F, ketika memproses kalimat x, mensimulasikan suatu turunan x
pada Grammar G adalh perlu untuk menunjukkan bahwa
L(F) = L(G). Miasl x = a1,a2,...,am, m >=1 pada bahasa L(G), kemudian
ada beberapa turunan pada G sedemikian sehingga
S  a1A1
 a1 a2A1
 ....
 a1 a2A1
Untuk suatu urutan nonterminal A1A2.... dari konstruksi M, jelas bahwa
M(S,a) memuat A1.M(A1,az) memuat a2... dan M(Am-1,am) memuat X dan X
anggota Z.
Untuk mengambarkan bagaimana suatu AHN dikonstruksikan dari suatu
Grammar Regular. Perhatikan Grammar G (VNVT,S,O) dengan
VN = {S,A,B}.VT = {a,b} himpunan produksi 0 adalah :
1. S  aS 3. A aA 5. B  b
2. S  bA 4. A aB
Kita tentukan AHN F = (K,VT,M,S,Z) dengan K = {S,A,B,X}. VT =
{a.b}. Z = (X) dan M ditentukan oleh :
1. M(S.a) = {S} dari prduksi S  aS
2. M(S.b) = {A} dari prduksi S  bA
3. M(A.a) = {A,B} dari prduksi A  aA dan A  aB
4. M(B.b) = {B} dari prduksi B  b
5. M(A.b) = M(B,a) HAMPA{S}, karena tidak ada prduksi yang
berkorenponsi dengan pemetaan.
F adalah suatu Autmata Hingga Nondeterministik yang menerima bahasa
yang digambarkan oleh Grammar Regular G.
Sama halnya seperti Automata Hingga Nondeterministik yang dapat
dikonstruksi dari suatu Grammar Regular dengan cara yang cukup mudah, suatu
Grammar Regular juga dapat diturunkan dari suatu Automata Hingga dengan
cara yang sederhana. Teorem berikut ini. Seperti teorema terdahulu.
Memberikan prsedur yang diperlukan. Untuk membuat suatu Grammar dari
AHN yang diketahui.
Teorema 5-4
Akan selalu ada suatu Grammar Regular G = (VN,VT,S,P) menghasilkan
bahasa yang diterima oleh suatu AHD tertentu F = (K,VT,S,Z).
Bukti
Definisikan Grammar Regular G dengan Stata anggota K menjadi simbol
Determinal dari G. Simbol start dari G adalah S (Stata Awal dari F) dan
himpunan produksi P ditentukan sebagai berikut.
1. A1  aA, anggota P, jika M(A1,a) = A1
2. A1  a, anggota P, jika M(A1,a) = A1 dan A1 anggota Z
Harus ditunjukkan bahwa S ===> ... ===> x, jika dan hanya jika M(S,x)
anggota Z untuk |x| >= 1. Pada kasus x = ^ dan M(S,x) anggota Z, tambahkan
produksi S  ^ ke dalam P.
Misalnya x = a1, a2,..., an anggota L(F) dan n >= 1. kemudian terdapat
himpunan transisi :
M(S,a1) = A1
M(A1,a2) = A2
....
M(AN-1,an) = An
Dengan An adalah Stata Akhir dari F.
Jadi G memuat produksi
S  a1A1
A1  a2A2
....
Aa-1  an
Dan Grammar G dapat menghasilkan untai yang diterima oleh F
Sebaliknya jika x anggota L(G), maka suatu penerimaan x pada F yang
menstimulasi suatu derivasi pada G dapat diperoleh dengan mudah, sehingga
kesimpulannya adalah bahwa x anggota L(P).
Untuk mengambarkan konversi suatu Automata Hingga ke Grammar
Regular. Perhatikan Automata Hingga F = ({S,A,B,C},{0,1},M,S,{S}) dengan
fungsi pemetaan pada tabel 5-7.
Tabel 5-7
Stata
Inpt
0 1
Q0
Q1
{q1}
{q1}
{q1,1}
HAMPA
AHD ini menerima untai yang mempunyai sebanyak genap 0 dan
sebanyak genap 1. dengan menggunakan metode untuk mengkonstruksi
Grammar G seperti yang diberikan pada teorema 5-4, Grammar G didefinsikan
sebagai G = ({S,A,B,C},{0,1},S,P) dengan himpunan Produksi P didefinisikan
sebagai
1. S  0B 5. A  1S 9. B  1C
2. S  1A 6. A  1 10. C  0A
3. S  ^ 7. B  0S 11. C  1B
4. A  0C 8. B  0
Karena S adalah juga Stata Akhir, Prduksi S  ^ adalah juga anggota P.
Karena AHN adalah ekivalen dengan AHD, konversi Automata Hingga
ke Grammar Regular telah secara lengkap dinyatakan ditentukan oleh Terema 5-
3 dan 5-4. jadi Grammar Regular dapat digunakan untuk menggambarkan
Scanner yang diimplementasikan sebagai suatu Automata Hingga. Meskipun
demikian, nampaknya Ekpresi Regular lebih mudah digunakan untuk
menyajikan Scanner. Ekivalensi Ekspresi Regular dengan Automata Hingga
merupakan topik bagian berikut nanti.
5-5 EKIVALENSI EKSPRESI REGULAR DAN AUTOMATA HINGGA
Ekspresi Regular yang diperkenalkan pada bagian 4-3 seringkali
merupakan suatu cara yang mudah untuk menyajikan Scanner. Pentingnya hal
ini akan terbukti pada bagian berikut nanti, ketika disajikan Generator Scanner
yang menggunakan Ekspresi Regular sebagai input. Bagian 5-6 ini akan
menjelaskan secara rinci metode untuk menghasilkan suatu Automata Hingga
dari suatu Ekspresi Regular. Serta sebaliknya untuk mengubah Automata Hingga
menjadi Ekspresi Regular. Untuk itu akan ditunjukkan bahwa Ekspresi Regular
dan Automata Hingga tersebut adalah ekivalen dengan mengingat terema
terdahulu, yakni bahwa untuk bahasa yang ditunjukkan dari suatu Grammar
Regular ada suatu Ekspresi Regular menunjukkan bahasa yang sama.
Secara knseptual, mudah dipahami mengapa suatu Ekspresi Regular
dapat diknversi menjadi suatu Autmata Hingga dengan menggunakan Digraf
Transisi. Tetapi sebelum menlanjutkan pembicaraan. Adalah bermanfaat untuk
memperlihatkan bagaimana ketiga Ekspresi Regular ^, {} atau HAMPA, dan r
anggota VT, disajikan sebagai suatu Digraf Transisi.
Gambar 5-6 menggambarkan Digraf Automata yang berkaitan dengan
masing-masing Ekspresi ini. Ekspresi ^ digambarkan pada Grammar 5-6a. Di
sini tidak terjadi transisi Stata. Digraf menerima untai ^ Gambar 4-10b
menunjukkan bahwa ekspresi Regular {} tidak menerima unati apapun,
termasuk ^ Transisi yang terjadi pada Ekspresi Regular r, ditunjukkan pada
Gambar 5-6c.
Gambar 5-6
Dengan beranjak dari Digraf Transisi gambar 5-6 yang menggambarkan
Ekspresi Regular paling sederhana, maka Ekspresi Regular yang lebih kompleks
dapat kita kembangkan, dengan menggunakan operasi eltermasi, konkatenasi
serta closure.
Gambar 5-7 mengambarkan bagaimana dua Ekspresi Regular r1, dan r2,
dapat disajikan oleh suatu AHN dengan transisi-^ untuk masing-masing operasi
di atas. Pada masing-masing kasus, kita bentuk sebuah Stata Awal baru S dan
sebuah Stata pada Akhir baru Z.
Busur mengarah ke Ekspresi r1 atau ke r2 mengambarkan suatu transisi
ke Stata Awal dari Automata asal yang mewakili Ekspresi tersebut. Sementara
itu, busur yang mengarah ke luar dari Automata asal, mengambarkan suatu
transisi dari Stata Akhri Automata asal ke Stata berikutnya.
Gambar 5-7
Digraf transisi untuk Ekspresi r1r2 diberikan pada Gambar 5-7a.
Automata Hingga ini harus menerima salah satu dari r1 atau r2 di sini
digambarkan transisi-^ dari Stata Awal ke r1 dan ke r2, serta transisi-^ dari
masing-masing r1 dan r2 ke Stata Akhir. Di sini seolah-olah kita melakukan
penggabungan secara paralel.
Konkatenasi digambarkan pada Gambar 5-7b. Yakni menggambarkan
Ekspresi r1r2 di sini kita tambahkan suatu transisi-^ dari r1 ke r2 di samping
transisi-^ dari Stata Awal ke r1 dan dari r2 ke Stata Akhir. Di sini seolah-olah kita
melakukan penggabungan secara seri.
Gambar 5-7c menggambarkan Digraf Transisi untuk Ekspresi r, Transisi-
^ kita buat. Dari Stata Akhir r1 ke Stata Awalnya menggambarkan kemungkinan
lebih dari satu pengulangan r.
Untai hampa dari Ekspresi dimungkinkan dengan menambahkan transisi-
^ dari Stata Awal S ke Stata Akhir Z.
Untuk menggambarkan secara lebih jelas, bagaimana penerapan aturan
untuk membangun suatu AHN dengan transisi-^ dari Ekspresi Regular yang
diketahui, baiklah kita pergunakan Ekspresi ()(1|23) sebagai contoh. Gambar 5-8
menunjukkan langkah yang diperlukan pada penciptaan Automata Hingga dari
Ekspresi ini.
Dengan menulis kembali Ekspresi tersebut dalam bentuk bertanda
kurung penuh proses akan menjadi lebih mudah dikerjakan selangkah demi
selangkah, dimulai dari operasi di dalam kurung terdalam. Ekspresi kita, dapat
ditulis sebagai ()(1|(2,3)) dengan simbol terminal adalah himpunan {0,1,2,3}.
Maka operasi yang pertama dilakukan adalah konkatenasi dari dua Subekspresi
2 dan 3. Digraf untuk Ekspresi 23 yang dihasilkan. Ditunjukkan pada Gambar 5-
9a. Kemudian diterpakan operasi altemasi pada kedua Subekspresi 1 dan 23
yang menghasilkan Digraf Gambar 5-8c memberikan Digraf Autmata Hingga
untuk Ekspresi (1|23)1
u. Akhirnya () dikonkatenasikan dengan Ekspresi Gambar
5-8c yang menyajikan Ekspresi Regular keseluruhan. Dan Automata Hingga
yang dihasilkan diberikan pada Gambar 5-8d. Untuk mudahnya beberapa
transisi- pada Gambar 5-8a dihilangkan.

More Related Content

What's hot

Materi ajar-geometri-transformasi
Materi ajar-geometri-transformasiMateri ajar-geometri-transformasi
Materi ajar-geometri-transformasi
derin4n1
 
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integralFisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
jayamartha
 
Ruang Peta dan Ruang Nol
Ruang Peta dan Ruang NolRuang Peta dan Ruang Nol
Ruang Peta dan Ruang Nol
bagus222
 
Aturan produksi Finite State Automata
Aturan produksi Finite State AutomataAturan produksi Finite State Automata
Aturan produksi Finite State Automata
Materi Kuliah Online
 

What's hot (18)

BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi BAB 1 Transformasi
BAB 1 Transformasi
 
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi KesebangunanRangkuman materi Transformasi Kesebangunan
Rangkuman materi Transformasi Kesebangunan
 
Materi ajar-geometri-transformasi
Materi ajar-geometri-transformasiMateri ajar-geometri-transformasi
Materi ajar-geometri-transformasi
 
Mt3 #3 laplace
Mt3 #3 laplaceMt3 #3 laplace
Mt3 #3 laplace
 
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integralFisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
Fisika Matematika II (14 - 15) transformasi-integral
 
27 transformasi-laplace
27 transformasi-laplace27 transformasi-laplace
27 transformasi-laplace
 
Makalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikanMakalah transformasi balikan
Makalah transformasi balikan
 
transformasi
transformasitransformasi
transformasi
 
Teori bahasa-dan-otomata
Teori bahasa-dan-otomataTeori bahasa-dan-otomata
Teori bahasa-dan-otomata
 
Ruang Peta dan Ruang Nol
Ruang Peta dan Ruang NolRuang Peta dan Ruang Nol
Ruang Peta dan Ruang Nol
 
Finite state automata
Finite state automataFinite state automata
Finite state automata
 
Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)Transformasi laplace (bag. kedua)
Transformasi laplace (bag. kedua)
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)Transformasi Laplace (bag.1)
Transformasi Laplace (bag.1)
 
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri TransformasiSetengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
Setengah Putaran dan Ruas Garis Berarah | Geometri Transformasi
 
K10 arima
K10 arimaK10 arima
K10 arima
 
Rangkuman materi Isometri
Rangkuman materi IsometriRangkuman materi Isometri
Rangkuman materi Isometri
 
Aturan produksi Finite State Automata
Aturan produksi Finite State AutomataAturan produksi Finite State Automata
Aturan produksi Finite State Automata
 

Similar to Teori bahas automata (15)

Teori bahasa dan automata5b
Teori bahasa dan automata5bTeori bahasa dan automata5b
Teori bahasa dan automata5b
 
Modul tba
Modul tbaModul tba
Modul tba
 
Grup permutasi
Grup permutasiGrup permutasi
Grup permutasi
 
Bab 1 transformasi
Bab 1   transformasiBab 1   transformasi
Bab 1 transformasi
 
Rangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutanRangkuman materi isometri lanjutan
Rangkuman materi isometri lanjutan
 
Bahasa Regular - P3
Bahasa Regular - P3Bahasa Regular - P3
Bahasa Regular - P3
 
3. bhsregularfix
3. bhsregularfix3. bhsregularfix
3. bhsregularfix
 
Materi 3 Finite State Automata
Materi 3   Finite State AutomataMateri 3   Finite State Automata
Materi 3 Finite State Automata
 
Tbo.ppt
Tbo.pptTbo.ppt
Tbo.ppt
 
Pencerminan geser fix
Pencerminan geser fixPencerminan geser fix
Pencerminan geser fix
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Finite State Automata - Materi 3 - TBO
Finite State Automata - Materi 3 - TBOFinite State Automata - Materi 3 - TBO
Finite State Automata - Materi 3 - TBO
 
Tugas kelompok transformaus
Tugas kelompok transformausTugas kelompok transformaus
Tugas kelompok transformaus
 
Bab_3_Log_If_Logical_Entailment.pptx
Bab_3_Log_If_Logical_Entailment.pptxBab_3_Log_If_Logical_Entailment.pptx
Bab_3_Log_If_Logical_Entailment.pptx
 
Makalah fismat iii poisson
Makalah fismat iii poissonMakalah fismat iii poisson
Makalah fismat iii poisson
 

More from Renol Doang (20)

Gaussjordan
GaussjordanGaussjordan
Gaussjordan
 
Eliminasi gauss-jordan
Eliminasi gauss-jordanEliminasi gauss-jordan
Eliminasi gauss-jordan
 
Snort
SnortSnort
Snort
 
Teori bahas automata
Teori bahas automataTeori bahas automata
Teori bahas automata
 
Praktikum4 9
Praktikum4 9Praktikum4 9
Praktikum4 9
 
3.organisasi sequential
3.organisasi sequential3.organisasi sequential
3.organisasi sequential
 
6. organisasi multi key
6. organisasi multi key6. organisasi multi key
6. organisasi multi key
 
Mana jemen proyek bab 9
Mana jemen proyek bab 9Mana jemen proyek bab 9
Mana jemen proyek bab 9
 
5. organisasi indeks sequential
5. organisasi indeks sequential5. organisasi indeks sequential
5. organisasi indeks sequential
 
Komunikasi data
Komunikasi dataKomunikasi data
Komunikasi data
 
7 sort dan merge
7 sort dan merge7 sort dan merge
7 sort dan merge
 
I pv6(internet protokol)
I pv6(internet protokol)I pv6(internet protokol)
I pv6(internet protokol)
 
Permen 45 2010
Permen 45 2010Permen 45 2010
Permen 45 2010
 
8 pengenalan input output
8 pengenalan input output8 pengenalan input output
8 pengenalan input output
 
9.sistem file
9.sistem file9.sistem file
9.sistem file
 
Makalah sistem informasi bisnis bank syariah
Makalah sistem informasi bisnis bank syariahMakalah sistem informasi bisnis bank syariah
Makalah sistem informasi bisnis bank syariah
 
Model penil rev 18102013 lck sma
Model penil rev 18102013 lck smaModel penil rev 18102013 lck sma
Model penil rev 18102013 lck sma
 
Manajemen umum
Manajemen umumManajemen umum
Manajemen umum
 
Cara instalasi-linux-ubuntu
Cara instalasi-linux-ubuntuCara instalasi-linux-ubuntu
Cara instalasi-linux-ubuntu
 
Petunjuk pelaksanaan pemesanan dan pembayaran buku k 13
Petunjuk pelaksanaan pemesanan dan pembayaran buku k 13Petunjuk pelaksanaan pemesanan dan pembayaran buku k 13
Petunjuk pelaksanaan pemesanan dan pembayaran buku k 13
 

Recently uploaded

ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
AgusRahmat39
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
MetalinaSimanjuntak1
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 

Recently uploaded (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 

Teori bahas automata

  • 1. TEORI BAHASA AUTOMATA “TBA” Penyusun Kelompok 8 1. RENOL : 09011519 2. ABDU RAHMAN HALIM : 08011073 3. TURNADO SARAGIH : 08010194 4. DOVI MITOAWAN : 08010236 STRATA 1 TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
  • 2. 5-3. AHN DENGAN TRANSISI HAMPA (TRANSISI-^) Pada bagian ini, pada AHN diperbolehkan adanya transisi Strata dengan untai hampa digunakan sebagai input. Automata Hingga ini kita sebut AHN dengan transisi-^. Seperti yang kita duga. Autmata Hingga seperti itu kurang kuat lagi dibandingkan dengan Automata Hingga yang diperkenalkan pada subbagian terdaulu. Sungguhpun demikia, AHN dengan transisi-^ ini merupakansuatu bentuk yang baik guna menyajikan Ekspresi Regular. Digraf Transisi untuk suatu AHN dengan Transisi-^ diberikan pada gambar 5-4. Mesin ini menerima untai berbentuk 1m 0n ,m,n >= 0. Setelah membaca barisan simbol I dari dari untai input, Automata Hingga ini berubah ke Stata q1. sebelum membaca 0 yang mengikutinya. Hal ini dilakukan dengan cara membaca untai hampa yang ditempatkan antara I terakir dan 0 pertama. Gambar 5-4 Definisi Suatu Autmata Hingga Nondeterministik dengan Transisi-^ adalah suatu tupel-5 (K,VT,M,S,Z) dengan K, VT, S dan Z adalah sama seperti pada defini yang lalu terhadap Automata Hingga Nndeterministik dan M adalah pemetaan. K x (VT U {^)  subhimpunan dari K
  • 3. Dengan menggunakan definisi ini, AHN yang disajikan pada Gambar 4-8 dapat didefinisikan sebagai : F = ({q0q1}.{0,1}), M,q0,{q1} Dengan fungsi pemetaan didefinisikan pada Tabel 5-5. Tabel 5-5 Stata Input 0 1 Q0 Q1 {q1} HAMPA {q1} HAMPA Sebelum dapat dibuktikan ekivalensi antara suatu AHN dengan transisi-^ dan suatu AN tanpa transisi-^ adalah perlu untuk mendefinisikan pemetaan M(q,x) untuk x anggota VT. Definisi CLOSURE-^ suatu subhimpunan dari F, Stata q, mengandung semua Stata yang dapat dicapai dari suatu Stata q tersebut melalui transisi-^ dinyatakan dengan CLOSURE-^(q). Pada contoh Gambar 5-4, CLOSURE-^(q0) = {q0,q1}, dan CLOSURE- ^(q1) = {q1}. Perhatikan bahwa CLOSURE-^(q) untuk setiap Stata q selalu mengandung Stata q tersebut, karena suatu Stata selalu dapat dianggap mempunyai suatu Transisi-^ terhadap dirinya sendiri.
  • 4. Lebih lanjut, jika P adalah himpunan Stata, maka CLOSURE-^(P) = U[CLOSURE-^(q)] untuk semua q anggota P. Definisi CLOSURE-^ ini memungkinkan kita memperluas fungsi pemetaan dengan mendefinisikan 1. M(q.^) = CLOSURE-^(q) 2. M(q.tT) = CLOSURE-^(P) sedemikian rupa sehinggatanggotaVT, T anggota VT P = {s | ranggotaM(q.t) dan s anggota M(r.T) Sekarang barulah kita perlihatkan ekivalensi AHN dan AHN dengan transisi-^ . Pembuktian teorem berikut. Sekaligus memberikan metode untuk membentuk AHN tanpa transisi-^ dari AHN dengan transisi-^. Teorema 5-2 Diketahui F = (K, VT, M,S,Z) suatu AHN dengan transisi-^ akan ada suatu AHN F1 tanpa transisi-^ sedemikian sehingga L9F) = L(F). Dengan perkataan lain, sedemikian sehingga bahasa yang diterima oleh kedua Automata Hingga tersebut adalah sama. Bukti : Kita tentukan suatu AHN F1 tanpa transisi^ sebagai berikut : F1 = (K,VT,M1 ,S,Z1 ) dengan K,VT dan S adalah sama untuk F dan F1 Z1 = Z U {S} jika CLOSURE-^(S) memuat suatu Stata anggota Z
  • 5. = Z dalah hal lain. Dan M1 (q.a) adalah sama dengan M(q.a) untuk q anggota K, dan a anggota VT dengan M adalah fungsi pemetaan dari f ang diperluas untuk untai. Dengan melakukan induksi pada |x| adalah perlu untuk memperlihatkan bahwa M1 (S.x) = M (S.x) bila |x| >= 1. jelas jika x = ^ maka M1 (S.^) = S, dan M(S.^) = CLOSURE-^(S) dan F1 , S anggota Z jika suatu Stata Akhir termuat dalam CLOSURE-^(S) dari F. Langkah induksi adalah sebagai berikut. Asumsikan |x| >= I dan x = Tt untuk T anggota VT dan t anggota VT . Maka M1 (S,Tt) = M1 (M1 (S,T).t) = M1 (M(S,T).t) dengan hipotesis induksi Misalkan M(S,Tt) = P. Maka M1 (P,T) = U M1 (q,t) = U M(q,t) untuk setiap anggota P. Sehingga U M(q,t) = M(S,Tt) dan M1 (S,Tt) = M(S,Tt) Kita harus menunjukkan bahwa M1 (S,x) memuat suatu Stata Akhir jika dan hanya jika M(S,x) memuat Stata Akhir memuat Stata Akhir. Telah ditunjukkan sebelum ini bahwa hal demikian terjadi pada kasus dengan x = ^. Perhatikan untuk x = Tt dengan T anggota VT dan t anggota VT . Dengan konstruksi dari F1 , jika M(S,x) memuat suatu Stata Akhir, maka demikian pula M1 (S,x). Kita juga harus menunjukkan kebalikkannya. Artinya M(S,x) memuat Stata Akhir jika M1 (S,x). juga memuat Stata Akhir. Pandang M1 (S,x) yang memuat suatu Stata Z1 selain S. Maka M(S,Tt) harus memuat suatu Stata yang bersesuaian, katakanlah Z ini berasal dari konstruksi F1 , lebih lanjut jika S
  • 6. anggota M(S,x) maka mempunyai suatu Stata pada CLOSURE-^(S) dan F juga pada M(S,x) karena M (S,x) = CLOSURE-^(M(S,T),t). Dengan menggunakan konstruksi dari pembuktian dari pembuktian di atas, suatu AHN tanpa transisi-^ dapat kita bentuk dari AHN dengan konstruksi- ^ contoh kita pada awal bagian AHN F1 = ({q0,q1},{0,1},M1 ,q0,{q0,q1}) mempunyai fungsi pemetaannya seperti didefinisikan pada Tabel 5-6, dan Digraf Transisi untuk F1 tersebut diberikan pada Gambar 5-5. Tabel 5-6 Stata Inpt 0 1 Q0 Q1 {q1} {q1} {q1,1} HAMPA Gambar 5-5 5-4. EKIVALENSI GRAMMAR REGULAR DAN AUTMATA HINGGA Ekivalensi Grammar Regular dan Autmata Hingga ditunjukkan pada bagian ini. Pertama, diberikan suatu metode untuk mengkonstruksi suatu AHN dari Grammar Regular, kemudian digambarkan suatu cara pengubahan suatu AHD ke Grammar Regular.
  • 7. Dapat dibuktikan bahwa bahasa yang diterima oleh Automata Hingga Stata Hingga adalah sama dengan bahasa yang dapat dihasilkan oleh Grammar Regular. Teorema dan pembuktiannya berikut memberikan prosedur untuk pengubahan suatu Grammar Regular ke suatu AHN. Teorema 5-3. Ada suatu AHN F = (K,VT,M,S,Z) yang menerima bahasa yang dihasilkan oleh Grammar Regular G = (VN,VT,S,Q). Bukti Tentukan AHN F dengan Stata K sebagai VN U {X} dengan X bukan anggota VN. Stata Awal dari Automata Hingga adalah S (simbl start dari Grammar) dan Stata Akhirnya adalah X. Untuk masing-masing produksi Grammar dibuat pemetaan M dengan cara berikut : 1. A1 anggota M(A1,a), jika terdapat produksi A1 aA1 pada G 2. A1 anggota M(A1,a), jika terdapat produksi A1 a pada G AHN F, ketika memproses kalimat x, mensimulasikan suatu turunan x pada Grammar G adalh perlu untuk menunjukkan bahwa L(F) = L(G). Miasl x = a1,a2,...,am, m >=1 pada bahasa L(G), kemudian ada beberapa turunan pada G sedemikian sehingga S  a1A1
  • 8.  a1 a2A1  ....  a1 a2A1 Untuk suatu urutan nonterminal A1A2.... dari konstruksi M, jelas bahwa M(S,a) memuat A1.M(A1,az) memuat a2... dan M(Am-1,am) memuat X dan X anggota Z. Untuk mengambarkan bagaimana suatu AHN dikonstruksikan dari suatu Grammar Regular. Perhatikan Grammar G (VNVT,S,O) dengan VN = {S,A,B}.VT = {a,b} himpunan produksi 0 adalah : 1. S  aS 3. A aA 5. B  b 2. S  bA 4. A aB Kita tentukan AHN F = (K,VT,M,S,Z) dengan K = {S,A,B,X}. VT = {a.b}. Z = (X) dan M ditentukan oleh : 1. M(S.a) = {S} dari prduksi S  aS 2. M(S.b) = {A} dari prduksi S  bA 3. M(A.a) = {A,B} dari prduksi A  aA dan A  aB 4. M(B.b) = {B} dari prduksi B  b 5. M(A.b) = M(B,a) HAMPA{S}, karena tidak ada prduksi yang berkorenponsi dengan pemetaan. F adalah suatu Autmata Hingga Nondeterministik yang menerima bahasa yang digambarkan oleh Grammar Regular G.
  • 9. Sama halnya seperti Automata Hingga Nondeterministik yang dapat dikonstruksi dari suatu Grammar Regular dengan cara yang cukup mudah, suatu Grammar Regular juga dapat diturunkan dari suatu Automata Hingga dengan cara yang sederhana. Teorem berikut ini. Seperti teorema terdahulu. Memberikan prsedur yang diperlukan. Untuk membuat suatu Grammar dari AHN yang diketahui. Teorema 5-4 Akan selalu ada suatu Grammar Regular G = (VN,VT,S,P) menghasilkan bahasa yang diterima oleh suatu AHD tertentu F = (K,VT,S,Z). Bukti Definisikan Grammar Regular G dengan Stata anggota K menjadi simbol Determinal dari G. Simbol start dari G adalah S (Stata Awal dari F) dan himpunan produksi P ditentukan sebagai berikut. 1. A1  aA, anggota P, jika M(A1,a) = A1 2. A1  a, anggota P, jika M(A1,a) = A1 dan A1 anggota Z Harus ditunjukkan bahwa S ===> ... ===> x, jika dan hanya jika M(S,x) anggota Z untuk |x| >= 1. Pada kasus x = ^ dan M(S,x) anggota Z, tambahkan produksi S  ^ ke dalam P. Misalnya x = a1, a2,..., an anggota L(F) dan n >= 1. kemudian terdapat himpunan transisi : M(S,a1) = A1
  • 10. M(A1,a2) = A2 .... M(AN-1,an) = An Dengan An adalah Stata Akhir dari F. Jadi G memuat produksi S  a1A1 A1  a2A2 .... Aa-1  an Dan Grammar G dapat menghasilkan untai yang diterima oleh F Sebaliknya jika x anggota L(G), maka suatu penerimaan x pada F yang menstimulasi suatu derivasi pada G dapat diperoleh dengan mudah, sehingga kesimpulannya adalah bahwa x anggota L(P). Untuk mengambarkan konversi suatu Automata Hingga ke Grammar Regular. Perhatikan Automata Hingga F = ({S,A,B,C},{0,1},M,S,{S}) dengan fungsi pemetaan pada tabel 5-7. Tabel 5-7 Stata Inpt 0 1 Q0 Q1 {q1} {q1} {q1,1} HAMPA
  • 11. AHD ini menerima untai yang mempunyai sebanyak genap 0 dan sebanyak genap 1. dengan menggunakan metode untuk mengkonstruksi Grammar G seperti yang diberikan pada teorema 5-4, Grammar G didefinsikan sebagai G = ({S,A,B,C},{0,1},S,P) dengan himpunan Produksi P didefinisikan sebagai 1. S  0B 5. A  1S 9. B  1C 2. S  1A 6. A  1 10. C  0A 3. S  ^ 7. B  0S 11. C  1B 4. A  0C 8. B  0 Karena S adalah juga Stata Akhir, Prduksi S  ^ adalah juga anggota P. Karena AHN adalah ekivalen dengan AHD, konversi Automata Hingga ke Grammar Regular telah secara lengkap dinyatakan ditentukan oleh Terema 5- 3 dan 5-4. jadi Grammar Regular dapat digunakan untuk menggambarkan Scanner yang diimplementasikan sebagai suatu Automata Hingga. Meskipun demikian, nampaknya Ekpresi Regular lebih mudah digunakan untuk menyajikan Scanner. Ekivalensi Ekspresi Regular dengan Automata Hingga merupakan topik bagian berikut nanti.
  • 12. 5-5 EKIVALENSI EKSPRESI REGULAR DAN AUTOMATA HINGGA Ekspresi Regular yang diperkenalkan pada bagian 4-3 seringkali merupakan suatu cara yang mudah untuk menyajikan Scanner. Pentingnya hal ini akan terbukti pada bagian berikut nanti, ketika disajikan Generator Scanner yang menggunakan Ekspresi Regular sebagai input. Bagian 5-6 ini akan menjelaskan secara rinci metode untuk menghasilkan suatu Automata Hingga dari suatu Ekspresi Regular. Serta sebaliknya untuk mengubah Automata Hingga menjadi Ekspresi Regular. Untuk itu akan ditunjukkan bahwa Ekspresi Regular dan Automata Hingga tersebut adalah ekivalen dengan mengingat terema terdahulu, yakni bahwa untuk bahasa yang ditunjukkan dari suatu Grammar Regular ada suatu Ekspresi Regular menunjukkan bahasa yang sama. Secara knseptual, mudah dipahami mengapa suatu Ekspresi Regular dapat diknversi menjadi suatu Autmata Hingga dengan menggunakan Digraf Transisi. Tetapi sebelum menlanjutkan pembicaraan. Adalah bermanfaat untuk memperlihatkan bagaimana ketiga Ekspresi Regular ^, {} atau HAMPA, dan r anggota VT, disajikan sebagai suatu Digraf Transisi. Gambar 5-6 menggambarkan Digraf Automata yang berkaitan dengan masing-masing Ekspresi ini. Ekspresi ^ digambarkan pada Grammar 5-6a. Di sini tidak terjadi transisi Stata. Digraf menerima untai ^ Gambar 4-10b menunjukkan bahwa ekspresi Regular {} tidak menerima unati apapun, termasuk ^ Transisi yang terjadi pada Ekspresi Regular r, ditunjukkan pada Gambar 5-6c.
  • 13. Gambar 5-6 Dengan beranjak dari Digraf Transisi gambar 5-6 yang menggambarkan Ekspresi Regular paling sederhana, maka Ekspresi Regular yang lebih kompleks dapat kita kembangkan, dengan menggunakan operasi eltermasi, konkatenasi serta closure. Gambar 5-7 mengambarkan bagaimana dua Ekspresi Regular r1, dan r2, dapat disajikan oleh suatu AHN dengan transisi-^ untuk masing-masing operasi di atas. Pada masing-masing kasus, kita bentuk sebuah Stata Awal baru S dan sebuah Stata pada Akhir baru Z. Busur mengarah ke Ekspresi r1 atau ke r2 mengambarkan suatu transisi ke Stata Awal dari Automata asal yang mewakili Ekspresi tersebut. Sementara itu, busur yang mengarah ke luar dari Automata asal, mengambarkan suatu transisi dari Stata Akhri Automata asal ke Stata berikutnya.
  • 14. Gambar 5-7 Digraf transisi untuk Ekspresi r1r2 diberikan pada Gambar 5-7a. Automata Hingga ini harus menerima salah satu dari r1 atau r2 di sini digambarkan transisi-^ dari Stata Awal ke r1 dan ke r2, serta transisi-^ dari masing-masing r1 dan r2 ke Stata Akhir. Di sini seolah-olah kita melakukan penggabungan secara paralel. Konkatenasi digambarkan pada Gambar 5-7b. Yakni menggambarkan Ekspresi r1r2 di sini kita tambahkan suatu transisi-^ dari r1 ke r2 di samping transisi-^ dari Stata Awal ke r1 dan dari r2 ke Stata Akhir. Di sini seolah-olah kita melakukan penggabungan secara seri.
  • 15. Gambar 5-7c menggambarkan Digraf Transisi untuk Ekspresi r, Transisi- ^ kita buat. Dari Stata Akhir r1 ke Stata Awalnya menggambarkan kemungkinan lebih dari satu pengulangan r. Untai hampa dari Ekspresi dimungkinkan dengan menambahkan transisi- ^ dari Stata Awal S ke Stata Akhir Z. Untuk menggambarkan secara lebih jelas, bagaimana penerapan aturan untuk membangun suatu AHN dengan transisi-^ dari Ekspresi Regular yang diketahui, baiklah kita pergunakan Ekspresi ()(1|23) sebagai contoh. Gambar 5-8 menunjukkan langkah yang diperlukan pada penciptaan Automata Hingga dari Ekspresi ini. Dengan menulis kembali Ekspresi tersebut dalam bentuk bertanda kurung penuh proses akan menjadi lebih mudah dikerjakan selangkah demi selangkah, dimulai dari operasi di dalam kurung terdalam. Ekspresi kita, dapat ditulis sebagai ()(1|(2,3)) dengan simbol terminal adalah himpunan {0,1,2,3}. Maka operasi yang pertama dilakukan adalah konkatenasi dari dua Subekspresi 2 dan 3. Digraf untuk Ekspresi 23 yang dihasilkan. Ditunjukkan pada Gambar 5- 9a. Kemudian diterpakan operasi altemasi pada kedua Subekspresi 1 dan 23 yang menghasilkan Digraf Gambar 5-8c memberikan Digraf Autmata Hingga untuk Ekspresi (1|23)1 u. Akhirnya () dikonkatenasikan dengan Ekspresi Gambar 5-8c yang menyajikan Ekspresi Regular keseluruhan. Dan Automata Hingga yang dihasilkan diberikan pada Gambar 5-8d. Untuk mudahnya beberapa transisi- pada Gambar 5-8a dihilangkan.