SlideShare a Scribd company logo
1
Tafsir QS Al-Mâidah/5: 77
Berislam Tanpa Ghuluw
Nash (Teks) Ayat al-Quran
“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas)
dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka
telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus".
[QS al-Mâ`idah/5: 77]
Tafsîr al-Mufradât
: Kamu sekalian berlebih-lebihan (melampaui batas). Alllah
mengingatkan (melarang) kepada mereka (Kaum Ahli Kitab)
yang telah melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan dan
melampaui batas (ketentuan syari’at Allah, agar tidak
melakukannya.
: Hawa nafsu. Pendapat-pendapat yang didorong oleh
keinginan hawa nafsu tanpa alasan yang benar.
: Mereka telah sesat sebelumnya, dan (mereka) telah
menyesatkan. Mereka Kaum Ahli Kitab telah berpikir,
bersikap dan bertindak melampaui batas (ketentuan) yang
telah disyari’atkan oleh Allah, dan mereka pun teah mengajak
orang lain untuk melakukan hal yang sama, dengan harapan
orang lain pun akan menjadi orang-orang sesat seperti
mereka.
Al-Îdhâh (Penjelasan)
ISLAM merupakan satu-satunya manhaj yang lurus (ash-sirāth al-
mustaqīm). Karakter inilah yang berbeda dengan tipe agama-agama sebelumnya.
Ajaran agama sebelumnya dikoreksi al-Qur’ān disebabkan mereka bersikap
ghuluw (berlebih-lebihan). Seperti Nasrani yang menuhankan Nabinya. Sikap ini
yang dijauhi Islam. Peringatan itu telah disampaikan Rasulullah shallalâhu ‘alihi
wa sallam:
2
“Jauhilah sikap berlebihan dalam beragama, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu
hancur karena sikap berlebihan dalam agama.” (HR an-Nasa’i dari Abdullah bin
Abbas, Sunan an-Nasâ’i, IV/228, hadits 3029).
Ada beberapa ungkapan lain yang digunakan oleh syariat Islam selain
ghuluw ini, di antaranya:
1. At-Tanaththu’ (Sikap Ekstrem)
Abdullah bin Mas’ûd r.a. meriwayatkan dari Rasulullah s.a.w., bahwa
beliau pernah bersabda:
“Celakalah orang-orang yang ekstrem!” Beliau mengucapkannya tiga kali.” [HR
Muslim, Shahîh Muslim, VIII/58, hadits no. 6955]
2. At-Tasyaddud (Memberat-beratkan Diri)
Anas bin Malik r.a. meriwayatkan, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah
bersabda:
"Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah Azza wa Jalla
akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah memberatkan diri mereka,
lalu Allah Azza wa Jalla memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu
saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan
rahbaniyyah (ketuhanan/kerahiban) padahal Kami tidak mewajibkannya atas mereka."
[HR Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud, IV/428, hadits no. 4906]
Dalam hadits lain Nabi s.a.w. juga pernah bersabda:
3
"Sesungguhnya agama ini mudah. Dan tiada seseorang yang mencoba mempersulit diri
dalam agama ini melainkan ia pasti kalah (gagal)." [HR al-Bukhari dari Abu
Hurairah, Shahîh al-Bukhâriy, I/16, hadits no. 39]
3. Al-I’tidâ’ (Melampaui Ketentuan Syariat)
Allah SWT berfirman:
ۚ
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah
kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” [QS al-Baqarah [2]: 190]
Dalam ayat lain Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman:
“Itulah batasan-batasan hukum Allah, maka janganlah kalian melampauinya.” [QS al-
Baqarah [2] :187]
4. At-Takalluf (Memaksa-maksa Diri)
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas
dakwahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” [QS Shâd
[38]: 86]
4
Ghuluw adalah sikap melampaui batas kebenaran. Sesuatu yang berlebih-
lebihan pasti akan keluar dari jalan yang lurus. Ibn Hajar al-Asqalani
menyatakan: “Ghuluw adalah berlebih-lebihan terhadap sesuatu dan menekan
hingga melampau batas.” (Fath al-Bāriy, XIII/278).
Sikap ghuluw telah lama menjangkiti umat-umat terdahulu. Sebelum
Nabi Muhammad s.a.w., umat Nabi Nuh a.s., Musa a.s. dan Isa a.s. dikecam
karena telah melebih-lebihkan aturan yang telah diberikan.
Allah berfirman:
“Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu putera Allah dan orang-orang Nasrani berkata:
"Al masih itu putera Allah. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka,
mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka ,
bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS at-Taubah [9]: 30)
Inilah sikap ghuluw, seorang nabi dilebih-lebihkan menjadi
dipertuhankan. Mereka melampau batas (had) yang telah ditentukan Allah.
Adakalanya ghuluw itu mulanya dilakukan oleh orang-orang yang baik,
bertujuan mengabdi kepadanya. Hanya saja, karena tidak berilmu, semangat
yang berlebihan tidak terarahkan.
Jadi ghuluw dalam beragama adalah sikap melampau batas-batas dalam
perintah agama. Hal itu dilakukan dengan cara menambah dengan porsi yang
berlebihan sehingga mengeluarkannya dari apa yang diinginkan syariat. Sebab
menjalankan perintah syariat itu tidak berlebihan (ifrāth) tidak pula menganggap
remeh (tafrīth) (Mas’ud Shabri, al-Ghuluw fi ad-Dīn wa al-Hayāh, hal. 14).
Seperti pendapat Imam Fakhruddin ar-Rāzi (Mafâtîh al-Ghaib, XII/410),
ghuluw yang dilarang di sini adalah ghuluw madzmūm (sikap berlebihan yang
dikecam). Yaitu ghuluwun bāthil. Imam ar-Rāzi mencontohkan ghuluw madzmūm
dalam QS al-Mā’idah, [5]: 77:
5
“Katakanlah: "Hai Ahlul Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas)
dengan cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka
telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus."
Secara umum, ghuluw dalam agama itu dilarang. Akan tetapi yang
dilarang itu yang telah melampaui batas syari’at seperti yang dilakukan oleh
kaum Ahlul Kitab. Mereka melewati batas-batas kebenaran, sehingga
mengeluarkannya dari agama yang diridhai. Adapun ghuluw yang dilakukan
dalam kerja penelitian, meneliti hakikat sesuatu dan berusaha menemukan
argumentasi yang tepat sebagaimana yang dilakukan oleh mutakallimun
menurut Imam ar-Razi disebut ghuluw mahmūdah (yang terpuji).
Sikap ghuluw madzmūmah (tercela) itu melingkupi ghuluw dalam ibadah,
ghuluw dalam hukum takfîr, ghuluw dalam aqidah dan ghuluw dalam hidup.
Pertama, ghuluw dalam ibadah. Yaitu mewajibkan dirinya kepada
sesuatu yang tidak pernah diwajibkan oleh Allah. Mengharamkan sesuatu untuk
dirinya, padahal Allah tidak pernah mengharamkan untuknya, atau ada pula
yang terlalu berlebihan melaksanakan ibadah sunnah tapi kewajiban-
kewajibannya dilalaikan. Seperti mengharamkan dirinya untuk tidak menikahi
wanita dengan tujuan untuk beribadah secara total. Sikap seperti ini meski
maksudnya baik, akan tetapi karena melampau batas, maka sikap tersebut
mengeluarkan dari jalur kebenaran.
Seperti kisah seorang sahabat Nabi Muhammad s.a.w. (Abdullah ibn
‘Amr ibn a-‘Ash) yang mengaku di depan Nabi s.a.w. bahwa dia shalat malam
tidak berhenti-berhenti, puasa setiap hari dan tidak menikah. Rasulullah s.a.w.
pun terperangah dengan sikap ekstrim tersebut. Beliau melarang sikap tersebut.
Beliau memberi saran, cukup laksanakan apa yang telah diperintahkan syariat.
Kedua, ghuluw dalam hukum takfir. Selama seorang Muslim itu
mengamalkan ijtihad fiqh para ulama, maka ia tidak boleh dikafirkan.
Perbedaan dalam ijtihad fiqih di kalangan para ulama tidak sampai kepada
hukum saling meng’kafir’kan. Seperti hukum membaca qunut subuh, jumlah
shalat tarawih dan ijtihad-ijtihad lainnya tidak diperkenankan sampai
6
mengkafirkan. Perkara-perkara ijtihad itu disebut ikhtilaf al-tanawwu’ (perbedaan
variatif).
Adapun jika seseorang telah keluar jauh dari al-haq, berbuat kekufuran
secara jelas, dan hal-hal lain yang dalam teks agama masuk ke dalam kelompok
yang dikafirkan, maka otoritas hukum tentu menghukumi kafir.
Ketiga, ghuluw dalam aqidah. Ghuluw jenis ini seperti yang dilakukan
oleh kaum Ahlul Kitab. Menuhankan para nabinya. Dan kaum nabi Nuh yang
menyembah matahari, bulan dan bintang padahal mengaku percaya pada Allah.
Dalam hal ini, para ulama’ menyebut kaum Yahudi paling ekstrim. Mereka
adalah kaum yang sangat mudah menyamakan makhluk dan khaliq (pencipta),
menyamakan Allah dengan manusia. Di antara kaum juga ada yang berlebihan
mencintai pemimpin hingga menyematkan sifat ketuhanan kepadanya.
Keempat, ghuluw dalam kehidupan. Di antaranya, makan, minum dan
memakai air secara berlebihan. Rasulullah sa.w. pun melarangnya,
sebagaimana dalam sabdanya:
” Manusia tidak memenuhi wadah yang buruk melebihi perut, cukup bagi manusia
beberapa suapan yang menegakkan tulang punggungnya, bila tidak bisa maka sepertiga
untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya." (HR at-
Tirmidzi dari Miqdam bin Ma’dikarib, Sunan at-Tirmidzi, IV/590, hadits no.
2380).
Meskipun, ghuluw jenis ini tidak sampai mengancam keislaman
seseorang, akan tetapi hal ini tetap dilarang. Akibatnya, bisa menjerumuskan
seseorang kepada kerusakan diri, kesehatan dan kehidupannya.
Seseorang bersikap ghuluw disebabkan karena bebarapa hal. Bisa
dikarenakan kekurangan ilmu dan tidak memahami hakikat agama.
Seseorang yang enggan menikah dengan alasan agar lebih konsentrasi
dalam beribadah, itu disebakan tidak memahami konsep nikah dan ibadah. Di
antara fenomena ghuluw disebabkan tidak memahami hakikat agama adalah
memahami nash agama dengan satu pandangan yang sempit serta
7
mengesampingkan persoalan yang lebih besar yang menimpa umat (Yusuf al-
Qaradhawi, al-Shahwah al-Islamiyah bain al-Juhud wa al-Tatharruf).
Bisa pula disebabkan oleh fanatisme buta dan sempitnya wawasan. Oleh
sebab itu, Islam itu ajaran yang komprehensif, maka setiap sesuatu dipandang
secara integral dan berdasarkan ilmu.
Pada hakikatnya, Islam juga melarang orang untuk meremehkan (tafrīth)
ajaran dan perintah agama. Orang meremehkan perintah agama juga akan jatuh
kepada kekeliruan. Ajaran Islam merupakan ajaran yang lurus, tidak tafrîth
tidak pula ifrâth. Karakter ini menyangkut setiap aspek, baik keyakinan, ibadah,
akhalk, muamalah, dan kehidupan sehari-hari.
(Dikutip dan diselaraskan dari tulisan Kholili Hasib, Jum'at, 06 April 2012,
dalam http://www.hidayatullah.com/read/22081/06/04/2012/berislam-
tanpa-ghuluw!.html)

More Related Content

What's hot

Sejarah peradaban islam 1
Sejarah peradaban islam 1Sejarah peradaban islam 1
Sejarah peradaban islam 1
Chaerul Uman
 
Sembayang menurut agama yahudi
Sembayang menurut agama yahudiSembayang menurut agama yahudi
Sembayang menurut agama yahudi
UIN JAKARTA
 
Problematika ummat
Problematika ummatProblematika ummat
Problematika ummat
el-hafiy
 
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Sri Apriyanti Husain
 
Adab berinteraksi dengan lawan jenis
Adab berinteraksi dengan lawan jenisAdab berinteraksi dengan lawan jenis
Adab berinteraksi dengan lawan jenis
Rizal Fuadi Muhammad
 
Urgensi dakwah
Urgensi dakwahUrgensi dakwah
Urgensi dakwah
el-hafiy
 

What's hot (20)

Keutamaan menuntut ilmu
Keutamaan menuntut ilmuKeutamaan menuntut ilmu
Keutamaan menuntut ilmu
 
Sejarah peradaban islam 1
Sejarah peradaban islam 1Sejarah peradaban islam 1
Sejarah peradaban islam 1
 
Perkembangan Islam di Asia Tenggara
Perkembangan Islam di Asia TenggaraPerkembangan Islam di Asia Tenggara
Perkembangan Islam di Asia Tenggara
 
Turki utsmani
Turki utsmaniTurki utsmani
Turki utsmani
 
Sejarah Dinasti Turki Usmani
Sejarah Dinasti Turki UsmaniSejarah Dinasti Turki Usmani
Sejarah Dinasti Turki Usmani
 
Jalan menuju iman
Jalan menuju iman Jalan menuju iman
Jalan menuju iman
 
PPt Perkembangan isam abad petengahan
PPt Perkembangan isam abad petengahanPPt Perkembangan isam abad petengahan
PPt Perkembangan isam abad petengahan
 
Adab Berpakaian Menurut ISLAM
Adab Berpakaian Menurut ISLAMAdab Berpakaian Menurut ISLAM
Adab Berpakaian Menurut ISLAM
 
Sembayang menurut agama yahudi
Sembayang menurut agama yahudiSembayang menurut agama yahudi
Sembayang menurut agama yahudi
 
Membentuk kader muntijah
Membentuk kader muntijahMembentuk kader muntijah
Membentuk kader muntijah
 
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyahAliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
Aliran Jabariyah dan Aliran qadariyah
 
Mencintai dan mengikuti rasul saw secara kâffah
Mencintai  dan mengikuti  rasul saw secara kâffahMencintai  dan mengikuti  rasul saw secara kâffah
Mencintai dan mengikuti rasul saw secara kâffah
 
Problematika ummat
Problematika ummatProblematika ummat
Problematika ummat
 
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
Muslimah only fiqih wanita 6-mahram - apa dan siapa sajakah -
 
Adab berinteraksi dengan lawan jenis
Adab berinteraksi dengan lawan jenisAdab berinteraksi dengan lawan jenis
Adab berinteraksi dengan lawan jenis
 
Kewajiban menuntut ilmu
Kewajiban menuntut ilmuKewajiban menuntut ilmu
Kewajiban menuntut ilmu
 
Mensyukuri Nikmat Al-Qur'an
Mensyukuri Nikmat Al-Qur'anMensyukuri Nikmat Al-Qur'an
Mensyukuri Nikmat Al-Qur'an
 
Urgensi dakwah
Urgensi dakwahUrgensi dakwah
Urgensi dakwah
 
Kisah nabi nuh as
Kisah nabi nuh asKisah nabi nuh as
Kisah nabi nuh as
 
Al Mutazilah
Al MutazilahAl Mutazilah
Al Mutazilah
 

Viewers also liked

Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
Muhsin Hariyanto
 

Viewers also liked (17)

Meraih haji mabrur
Meraih haji mabrurMeraih haji mabrur
Meraih haji mabrur
 
Kesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinyaKesurupan dan cara mengatasinya
Kesurupan dan cara mengatasinya
 
Agar rumah kita selalu dijauhi setan
Agar rumah kita selalu dijauhi setanAgar rumah kita selalu dijauhi setan
Agar rumah kita selalu dijauhi setan
 
Jadilah orang yang bermanfaat
Jadilah orang yang bermanfaatJadilah orang yang bermanfaat
Jadilah orang yang bermanfaat
 
Syirik bahaya miskin sinyal 01
Syirik bahaya miskin sinyal 01Syirik bahaya miskin sinyal 01
Syirik bahaya miskin sinyal 01
 
Makna dan hakikat hidayah allah
Makna dan hakikat hidayah allahMakna dan hakikat hidayah allah
Makna dan hakikat hidayah allah
 
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalatSelesaikan masalah dengan sabar dan shalat
Selesaikan masalah dengan sabar dan shalat
 
Peringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'banPeringatan malam nishfu sya'ban
Peringatan malam nishfu sya'ban
 
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4   ay...
Bersiaplah selalu untuk menghadapi mush musuh allah (tafsir qs an nisa 4 ay...
 
Hukum meminta jabatan
Hukum meminta jabatanHukum meminta jabatan
Hukum meminta jabatan
 
Berbuat ihsan dalam segala hal
Berbuat ihsan dalam segala halBerbuat ihsan dalam segala hal
Berbuat ihsan dalam segala hal
 
Klasifikasi orang islam
Klasifikasi orang islamKlasifikasi orang islam
Klasifikasi orang islam
 
Fenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserlFenomenologi transendental edmund husserl
Fenomenologi transendental edmund husserl
 
Al fatihah yang mencakup berbagai tuntutan
Al fatihah yang mencakup berbagai tuntutanAl fatihah yang mencakup berbagai tuntutan
Al fatihah yang mencakup berbagai tuntutan
 
Pemuda yang mendapatkan naungan allah
Pemuda yang mendapatkan naungan allahPemuda yang mendapatkan naungan allah
Pemuda yang mendapatkan naungan allah
 
Memahami makna dosa besar dan kecil
Memahami makna dosa besar dan kecilMemahami makna dosa besar dan kecil
Memahami makna dosa besar dan kecil
 
Sebab datang dan hilangnya hidayah allah
Sebab datang dan hilangnya hidayah allahSebab datang dan hilangnya hidayah allah
Sebab datang dan hilangnya hidayah allah
 

Similar to Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)

Menimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMenimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang da
Muhsin Hariyanto
 
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahPenutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Ra Hardianto
 
Pengertian al-wasath-dalam-agama
Pengertian al-wasath-dalam-agamaPengertian al-wasath-dalam-agama
Pengertian al-wasath-dalam-agama
Ra Hardianto
 
20 kesalahan dalam beraqidah
20 kesalahan dalam beraqidah20 kesalahan dalam beraqidah
20 kesalahan dalam beraqidah
Adhitya Ramadian
 
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuAmalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Kamarudin Jaafar
 
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuAmalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Kamarudin Jaafar
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2
darma wati
 
Dua komponen utama dakwah
Dua komponen utama dakwahDua komponen utama dakwah
Dua komponen utama dakwah
Alip Mulyono
 
Aliran sesat dan cara menghindarinya
Aliran sesat dan cara menghindarinyaAliran sesat dan cara menghindarinya
Aliran sesat dan cara menghindarinya
kalenderbijak
 

Similar to Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw) (20)

Slide sunnah dan bid ah
Slide sunnah dan bid ahSlide sunnah dan bid ah
Slide sunnah dan bid ah
 
Silde Bid'ah
Silde Bid'ahSilde Bid'ah
Silde Bid'ah
 
Menimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang daMenimbang sosok ideal seorang da
Menimbang sosok ideal seorang da
 
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahPenutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Penutup kitab-min-ushul-aqidah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
 
Bida'ah Dalam Masyarakat
Bida'ah Dalam MasyarakatBida'ah Dalam Masyarakat
Bida'ah Dalam Masyarakat
 
Bida'ah dalam masyarakat
Bida'ah dalam masyarakatBida'ah dalam masyarakat
Bida'ah dalam masyarakat
 
Pengertian al-wasath-dalam-agama
Pengertian al-wasath-dalam-agamaPengertian al-wasath-dalam-agama
Pengertian al-wasath-dalam-agama
 
20 kesalahan dalam beraqidah
20 kesalahan dalam beraqidah20 kesalahan dalam beraqidah
20 kesalahan dalam beraqidah
 
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuAmalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
 
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayuAmalan bidaah dalam masyarakat melayu
Amalan bidaah dalam masyarakat melayu
 
Ekstremisme Dalam Kalangan Muslim
Ekstremisme Dalam Kalangan MuslimEkstremisme Dalam Kalangan Muslim
Ekstremisme Dalam Kalangan Muslim
 
Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2Sifat sifat tercela2
Sifat sifat tercela2
 
Aqidah, syariah dan akhlaq mulia
Aqidah, syariah dan akhlaq muliaAqidah, syariah dan akhlaq mulia
Aqidah, syariah dan akhlaq mulia
 
fanatik dan taksub kepada guru
 fanatik dan taksub kepada guru fanatik dan taksub kepada guru
fanatik dan taksub kepada guru
 
Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5Rukun al fahmu pt 5
Rukun al fahmu pt 5
 
Amalan perbomohan atau jampi dalam masyarakat
Amalan perbomohan atau jampi dalam masyarakatAmalan perbomohan atau jampi dalam masyarakat
Amalan perbomohan atau jampi dalam masyarakat
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
 
Bid
BidBid
Bid
 
Dua komponen utama dakwah
Dua komponen utama dakwahDua komponen utama dakwah
Dua komponen utama dakwah
 
Aliran sesat dan cara menghindarinya
Aliran sesat dan cara menghindarinyaAliran sesat dan cara menghindarinya
Aliran sesat dan cara menghindarinya
 

More from Muhsin Hariyanto

Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkunMemahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01Al mukhbitun-01
Al mukhbitun-01
 
Membuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunciMembuka pintu (yang) terkunci
Membuka pintu (yang) terkunci
 
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’alaTawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
Tawakkal kepada allâh subhanahu wa ta’ala
 
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharramPuasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
Puasa ‘asyura, puasa sunnah pada bulan muharram
 
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
Pesan moral dari kisah ashhabul kahfi.pdf (muhsin hariyanto)
 
Jalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulisJalan hidupku adalah menulis
Jalan hidupku adalah menulis
 
Politik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politikPolitik filantropi atau filantropi politik
Politik filantropi atau filantropi politik
 
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulamaMenimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
Menimbang kembali peran dan tanggung jawab ulama
 
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosialMembangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
Membangun kesalehan pribadi menuju kesalehan sosial
 
Menjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halalMenjaga diri dengan yang halal
Menjaga diri dengan yang halal
 
Lailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta maknaLailatul qadr, malam sejuta makna
Lailatul qadr, malam sejuta makna
 
Belajar memberi maaf
Belajar memberi maafBelajar memberi maaf
Belajar memberi maaf
 
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raihKebahagiaan mana yang ingin anda raih
Kebahagiaan mana yang ingin anda raih
 
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezekiIstighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
Istighfar dan taubat sebagai pintu rezeki
 
Bermuhammadiyah
BermuhammadiyahBermuhammadiyah
Bermuhammadiyah
 
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434Tuntunan ibadah-ramadan-1434
Tuntunan ibadah-ramadan-1434
 
Mimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanyaMimpi, apa maknanya
Mimpi, apa maknanya
 
Strategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyahStrategi perjuangan muhammadiyah
Strategi perjuangan muhammadiyah
 
Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkunMemahami konsep dan implementasi at tamakkun
Memahami konsep dan implementasi at tamakkun
 
Menyoal nikah sirri
Menyoal nikah sirriMenyoal nikah sirri
Menyoal nikah sirri
 

Recently uploaded

Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 

Recently uploaded (20)

Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
 
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptxModul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
Modul P5 Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.pptx
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptxSolusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
Solusi dan Strategi ATHG yang di hadapi Indonesia (Kelas 11).pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawasPrensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
Prensentasi Visi Misi Sekolah dalam rangka observasi pengawas
 
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR PENDIDIKAN PANCASILA (PPKN) KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
Bukti dukung E kinerja kepala sekolah.pdf
Bukti dukung E kinerja  kepala sekolah.pdfBukti dukung E kinerja  kepala sekolah.pdf
Bukti dukung E kinerja kepala sekolah.pdf
 
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptxSolusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
Solusi Masalah Pendidikan Kelompok 9 Wawasan Pendidikan.pptx
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 

Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)

  • 1. 1 Tafsir QS Al-Mâidah/5: 77 Berislam Tanpa Ghuluw Nash (Teks) Ayat al-Quran “Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". [QS al-Mâ`idah/5: 77] Tafsîr al-Mufradât : Kamu sekalian berlebih-lebihan (melampaui batas). Alllah mengingatkan (melarang) kepada mereka (Kaum Ahli Kitab) yang telah melakukan sesuatu yang berlebih-lebihan dan melampaui batas (ketentuan syari’at Allah, agar tidak melakukannya. : Hawa nafsu. Pendapat-pendapat yang didorong oleh keinginan hawa nafsu tanpa alasan yang benar. : Mereka telah sesat sebelumnya, dan (mereka) telah menyesatkan. Mereka Kaum Ahli Kitab telah berpikir, bersikap dan bertindak melampaui batas (ketentuan) yang telah disyari’atkan oleh Allah, dan mereka pun teah mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama, dengan harapan orang lain pun akan menjadi orang-orang sesat seperti mereka. Al-Îdhâh (Penjelasan) ISLAM merupakan satu-satunya manhaj yang lurus (ash-sirāth al- mustaqīm). Karakter inilah yang berbeda dengan tipe agama-agama sebelumnya. Ajaran agama sebelumnya dikoreksi al-Qur’ān disebabkan mereka bersikap ghuluw (berlebih-lebihan). Seperti Nasrani yang menuhankan Nabinya. Sikap ini yang dijauhi Islam. Peringatan itu telah disampaikan Rasulullah shallalâhu ‘alihi wa sallam:
  • 2. 2 “Jauhilah sikap berlebihan dalam beragama, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu hancur karena sikap berlebihan dalam agama.” (HR an-Nasa’i dari Abdullah bin Abbas, Sunan an-Nasâ’i, IV/228, hadits 3029). Ada beberapa ungkapan lain yang digunakan oleh syariat Islam selain ghuluw ini, di antaranya: 1. At-Tanaththu’ (Sikap Ekstrem) Abdullah bin Mas’ûd r.a. meriwayatkan dari Rasulullah s.a.w., bahwa beliau pernah bersabda: “Celakalah orang-orang yang ekstrem!” Beliau mengucapkannya tiga kali.” [HR Muslim, Shahîh Muslim, VIII/58, hadits no. 6955] 2. At-Tasyaddud (Memberat-beratkan Diri) Anas bin Malik r.a. meriwayatkan, bahwa Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: "Janganlah kamu memberat-beratkan dirimu sendiri, sehingga Allah Azza wa Jalla akan memberatkan dirimu. Sesungguhnya suatu kaum telah memberatkan diri mereka, lalu Allah Azza wa Jalla memberatkan mereka. Sisa-sisa mereka masih dapat kamu saksikan dalam biara-biara dan rumah-rumah peribadatan, mereka mengada-adakan rahbaniyyah (ketuhanan/kerahiban) padahal Kami tidak mewajibkannya atas mereka." [HR Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud, IV/428, hadits no. 4906] Dalam hadits lain Nabi s.a.w. juga pernah bersabda:
  • 3. 3 "Sesungguhnya agama ini mudah. Dan tiada seseorang yang mencoba mempersulit diri dalam agama ini melainkan ia pasti kalah (gagal)." [HR al-Bukhari dari Abu Hurairah, Shahîh al-Bukhâriy, I/16, hadits no. 39] 3. Al-I’tidâ’ (Melampaui Ketentuan Syariat) Allah SWT berfirman: ۚ “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” [QS al-Baqarah [2]: 190] Dalam ayat lain Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman: “Itulah batasan-batasan hukum Allah, maka janganlah kalian melampauinya.” [QS al- Baqarah [2] :187] 4. At-Takalluf (Memaksa-maksa Diri) Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta upah sedikitpun padamu atas dakwahku dan bukanlah aku termasuk orang-orang yang mengada-adakan.” [QS Shâd [38]: 86]
  • 4. 4 Ghuluw adalah sikap melampaui batas kebenaran. Sesuatu yang berlebih- lebihan pasti akan keluar dari jalan yang lurus. Ibn Hajar al-Asqalani menyatakan: “Ghuluw adalah berlebih-lebihan terhadap sesuatu dan menekan hingga melampau batas.” (Fath al-Bāriy, XIII/278). Sikap ghuluw telah lama menjangkiti umat-umat terdahulu. Sebelum Nabi Muhammad s.a.w., umat Nabi Nuh a.s., Musa a.s. dan Isa a.s. dikecam karena telah melebih-lebihkan aturan yang telah diberikan. Allah berfirman: “Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu putera Allah dan orang-orang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS at-Taubah [9]: 30) Inilah sikap ghuluw, seorang nabi dilebih-lebihkan menjadi dipertuhankan. Mereka melampau batas (had) yang telah ditentukan Allah. Adakalanya ghuluw itu mulanya dilakukan oleh orang-orang yang baik, bertujuan mengabdi kepadanya. Hanya saja, karena tidak berilmu, semangat yang berlebihan tidak terarahkan. Jadi ghuluw dalam beragama adalah sikap melampau batas-batas dalam perintah agama. Hal itu dilakukan dengan cara menambah dengan porsi yang berlebihan sehingga mengeluarkannya dari apa yang diinginkan syariat. Sebab menjalankan perintah syariat itu tidak berlebihan (ifrāth) tidak pula menganggap remeh (tafrīth) (Mas’ud Shabri, al-Ghuluw fi ad-Dīn wa al-Hayāh, hal. 14). Seperti pendapat Imam Fakhruddin ar-Rāzi (Mafâtîh al-Ghaib, XII/410), ghuluw yang dilarang di sini adalah ghuluw madzmūm (sikap berlebihan yang dikecam). Yaitu ghuluwun bāthil. Imam ar-Rāzi mencontohkan ghuluw madzmūm dalam QS al-Mā’idah, [5]: 77:
  • 5. 5 “Katakanlah: "Hai Ahlul Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." Secara umum, ghuluw dalam agama itu dilarang. Akan tetapi yang dilarang itu yang telah melampaui batas syari’at seperti yang dilakukan oleh kaum Ahlul Kitab. Mereka melewati batas-batas kebenaran, sehingga mengeluarkannya dari agama yang diridhai. Adapun ghuluw yang dilakukan dalam kerja penelitian, meneliti hakikat sesuatu dan berusaha menemukan argumentasi yang tepat sebagaimana yang dilakukan oleh mutakallimun menurut Imam ar-Razi disebut ghuluw mahmūdah (yang terpuji). Sikap ghuluw madzmūmah (tercela) itu melingkupi ghuluw dalam ibadah, ghuluw dalam hukum takfîr, ghuluw dalam aqidah dan ghuluw dalam hidup. Pertama, ghuluw dalam ibadah. Yaitu mewajibkan dirinya kepada sesuatu yang tidak pernah diwajibkan oleh Allah. Mengharamkan sesuatu untuk dirinya, padahal Allah tidak pernah mengharamkan untuknya, atau ada pula yang terlalu berlebihan melaksanakan ibadah sunnah tapi kewajiban- kewajibannya dilalaikan. Seperti mengharamkan dirinya untuk tidak menikahi wanita dengan tujuan untuk beribadah secara total. Sikap seperti ini meski maksudnya baik, akan tetapi karena melampau batas, maka sikap tersebut mengeluarkan dari jalur kebenaran. Seperti kisah seorang sahabat Nabi Muhammad s.a.w. (Abdullah ibn ‘Amr ibn a-‘Ash) yang mengaku di depan Nabi s.a.w. bahwa dia shalat malam tidak berhenti-berhenti, puasa setiap hari dan tidak menikah. Rasulullah s.a.w. pun terperangah dengan sikap ekstrim tersebut. Beliau melarang sikap tersebut. Beliau memberi saran, cukup laksanakan apa yang telah diperintahkan syariat. Kedua, ghuluw dalam hukum takfir. Selama seorang Muslim itu mengamalkan ijtihad fiqh para ulama, maka ia tidak boleh dikafirkan. Perbedaan dalam ijtihad fiqih di kalangan para ulama tidak sampai kepada hukum saling meng’kafir’kan. Seperti hukum membaca qunut subuh, jumlah shalat tarawih dan ijtihad-ijtihad lainnya tidak diperkenankan sampai
  • 6. 6 mengkafirkan. Perkara-perkara ijtihad itu disebut ikhtilaf al-tanawwu’ (perbedaan variatif). Adapun jika seseorang telah keluar jauh dari al-haq, berbuat kekufuran secara jelas, dan hal-hal lain yang dalam teks agama masuk ke dalam kelompok yang dikafirkan, maka otoritas hukum tentu menghukumi kafir. Ketiga, ghuluw dalam aqidah. Ghuluw jenis ini seperti yang dilakukan oleh kaum Ahlul Kitab. Menuhankan para nabinya. Dan kaum nabi Nuh yang menyembah matahari, bulan dan bintang padahal mengaku percaya pada Allah. Dalam hal ini, para ulama’ menyebut kaum Yahudi paling ekstrim. Mereka adalah kaum yang sangat mudah menyamakan makhluk dan khaliq (pencipta), menyamakan Allah dengan manusia. Di antara kaum juga ada yang berlebihan mencintai pemimpin hingga menyematkan sifat ketuhanan kepadanya. Keempat, ghuluw dalam kehidupan. Di antaranya, makan, minum dan memakai air secara berlebihan. Rasulullah sa.w. pun melarangnya, sebagaimana dalam sabdanya: ” Manusia tidak memenuhi wadah yang buruk melebihi perut, cukup bagi manusia beberapa suapan yang menegakkan tulang punggungnya, bila tidak bisa maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga untuk nafasnya." (HR at- Tirmidzi dari Miqdam bin Ma’dikarib, Sunan at-Tirmidzi, IV/590, hadits no. 2380). Meskipun, ghuluw jenis ini tidak sampai mengancam keislaman seseorang, akan tetapi hal ini tetap dilarang. Akibatnya, bisa menjerumuskan seseorang kepada kerusakan diri, kesehatan dan kehidupannya. Seseorang bersikap ghuluw disebabkan karena bebarapa hal. Bisa dikarenakan kekurangan ilmu dan tidak memahami hakikat agama. Seseorang yang enggan menikah dengan alasan agar lebih konsentrasi dalam beribadah, itu disebakan tidak memahami konsep nikah dan ibadah. Di antara fenomena ghuluw disebabkan tidak memahami hakikat agama adalah memahami nash agama dengan satu pandangan yang sempit serta
  • 7. 7 mengesampingkan persoalan yang lebih besar yang menimpa umat (Yusuf al- Qaradhawi, al-Shahwah al-Islamiyah bain al-Juhud wa al-Tatharruf). Bisa pula disebabkan oleh fanatisme buta dan sempitnya wawasan. Oleh sebab itu, Islam itu ajaran yang komprehensif, maka setiap sesuatu dipandang secara integral dan berdasarkan ilmu. Pada hakikatnya, Islam juga melarang orang untuk meremehkan (tafrīth) ajaran dan perintah agama. Orang meremehkan perintah agama juga akan jatuh kepada kekeliruan. Ajaran Islam merupakan ajaran yang lurus, tidak tafrîth tidak pula ifrâth. Karakter ini menyangkut setiap aspek, baik keyakinan, ibadah, akhalk, muamalah, dan kehidupan sehari-hari. (Dikutip dan diselaraskan dari tulisan Kholili Hasib, Jum'at, 06 April 2012, dalam http://www.hidayatullah.com/read/22081/06/04/2012/berislam- tanpa-ghuluw!.html)