SlideShare a Scribd company logo
1
Menimbang Sosok Ideal Seorang Da'i
Banyak orang yang – hingga saat – bertanya: “Seperti apakah sosok
ideal seorang da’i?” Jawabnya, tentu saja tidak mudah. Tetapi, sekadar untuk
menggambarkan secara selintas, kita bisa menyimak – antara lain -- firman
Allah berikut:
“Katakanlah: "Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS Yûsuf/12:108)
As-Sa’di – di dalam kitab tafsirnya “Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî
Tafsîr Kalâm al-Mannân, juz I, hal. 406 ” -- berkata tentang ayat ini: “Ini
adalah jalanku yang aku menyeru kepadanya, dan jalan inilah yang
mengantarkan kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ menuju taman
kemuliaanNya dan mengandung makna mengetahui kebenaran, beramal
dengannya, mendahulukan itu semua sebelum yang lainnya, serta
mengikhlaskan agama hanya untuk Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ semata tidak
ada sekutu bagiNya”.
Para ulama menyatakan, bahwa tujuan ‘esensial’ dakwah para rasul
dan juga para pengikutnya, secara keseluruhan ialah: “mengeluarkan
manusia dari gelapnya kejahilan menuju cahaya Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ,
dari kekufuran kepada keimanan, dari kesyirikan menuju tauhid dan dari
kesempitan dunia menuju kemaha-luasan akhirat”. Ini merupakan tugas
yang sangat mulia, tugas para da’i, para penyeru menuju jalan Allah
Subhânahu Wa Ta'âlâ, jalan menuju keimanan, ikhlas dalam beribadah
kepadaNya, tunduk kepada hukum-hukumNya dan merealisasikannya
dalam kehidupan; dan juga seruan untuk berakhlak mulia, menunaikan hak-
hak sesama dan berbuat adil. Dengan semua ini, akan terwujudlah rasa
kasih-sayang, persaudaraan di antara orang-orang yang beriman,
memunculkan rasa aman secara sempurna, terbentuk aturan yang tertib dan
rapi di bawah naungan undang-undang Ilahi, dan tersingkirkanlah aturan-
aturan jahiliyah, keyakinan-keyakinan batil dan juga akhlak yang tercela dari
kehidupan kaum muslimin.
Oleh karena itu, dakwah mempunyai kedudukan sangat tinggi
dalam agama. Demikian juga dengan para juru dakwah, sebagaimana
dipaparkan Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dalam KitabNya:
2
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka
adalah orang-orang yang beruntung." (QS Āli ‘Imrân/3: 104)
Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ juga menjelaskan tentang keutamaan
seorang da’i,
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata "sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri." (QS Fushshilat/41: 33)
Sehingga apabila seorang da’i menghendaki dakwahnya
membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka selayaknya
menghiasi pribadinya dengan akhlak yang merupakan sebagian faktor utama
yang dapat mendukung keberhasilan dakwahnya, di antaranya sebagai
berikut ini.
Pertama: Ikhlas Dalam Berdakwah
Motivasi utama bagi seorang da’i tatkala berdakwah ialah rasa cinta
kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ, kepada agamaNya, kepada sesamanya,
mengharapkan kebaikan untuk orang yang didakwahi. Keikhlasan da’i
dalam dakwahnya, merupakan perkara yang paling penting bagi keberhasilan
dakwahnya, sebagaimana Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ kabarkan tentang para
nabi tatkala mereka berkata kepada kaumnya:
3
"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun
daripadamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya
aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepadaNya)". (QS
Yûnus/10: 72)
Jika dakwah didasarkan bukan karena ikhlas, tetapi karena riya’,
mengharap kedudukan, harta ataupun kepentingan dunia lainnya, maka
tidak dapat disebut sebagai dakwah karena Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ,
melainkan seruan untuk dirinya sendiri, kepentingan pribadi atau maksud-
maksud lainnya. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ telah memberi peringatan
tentang hal ini dalam firmanNya:
ۖ
"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan
mereka, di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah
mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (QS
Hûd/11: 15-16)
‘Abdullah Ibnu ‘Abbas radhiyallâhu 'anhu berkata : “Sesungguhnya,
orang-orang yang riya’, mereka diberi kebaikan di dunia, dan tidak di
dirugikan sedikitpun. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berfirman ‘barangsiapa
beramal shalih namun tujuannya untuk mencari dunia, Aku akan membalas
perbuatan mereka dengan sempurna di dunia, tetapi sia-sialah apa yang dia
perbuat. Dan di akhirat, ia termasuk orang-orang yang merugi’.”
Kedua: Ilmu
Tentang ilmu, ini meliputi tiga perkara:
1. Ilmu Agama
Seorang da’i harus mengetahui syariat Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ
dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya, sehingga mampu berdakwah
di atas ilmu dan hujjah.
Allah telah menjelaskan dalam firmaNya:
4
"Katakanlah: "Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS Yûsuf/12: 108).
Makna bashîrah dalam ayat ini – menurut sebagian mufassir --- ialah
‘ilmu’. Yang dengan ilmu ini, seorang da’i akan mampu mempertahankan
apa yang didakwahkannya dari segala bentuk syubhat ataupun kerancuan,
menegakkan hujjah terhadap para penentangnya, sehingga kebenaran bisa
diterima dengan ijin Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ. Orang yang tidak memiliki
ilmu, tidaklah pantas untuk menjadi seorang da’i, karena akan lebih banyak
membuat kerusakan dibanding perbaikan. Berapa banyak kerugian yang
disebabkan para da’i karbitan, baik pada dirinya, ataupun pada dakwah itu
sendiri. Tanpa memiliki ilmu, maka runtuhlah da’i itu dihadapkan kebatilan
yang disebabkan karena kejahilannya atas apa yang didakwahkannya. Oleh
sebab itu, dilarang menempatkan seseorang yang tidak berilmu sebagai da’i.
2. Ilmu Tentang Keadaan Orang Yang Hendak Didakwahinya
Dengan mengetahui keadaan orang yang hendak didakwahinya,
sehingga seorang da’i sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi
medan dakwah di depannya. Ketika Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam
mengutus Muadz ke Yaman, Beliau (Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam)
memberikan wasiat:
"… sesunggungnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab…" (Hadits
Riwayat al-Bukhari dari Mu’adz bin Jabal, Shahîh al-Bukhâry, juz IV, hal.
1580, hadiits no. 4090)
Dalam hadits ini, Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam mengabarkan
kepada siapa dia diutus, sehingga dia mengetahui yang akan dihadapinya,
kemudian mempersiapkan diri. Sebaliknya, jika seorang da’i tidak
mengetahui keadaan orang yang hendak didakwahi, maka akan berdampak
buruk pada dakwahnya, sehingga mungkin tidak tepat sasaran dan gagal.
5
3. Seorang Da’i Hendaklah Mengetahui Ilmu Tentang Metode
Dakwah
Metode dakwah adalah suatu cara dalam melaksanakan dakwah,
menghilangkan rintangan atau kendala-kendala dakwah agar mencapai
tujuan dakwah secara efektif dan efisien.
Ketiga: Beramal Dengan Apa Yang Didakwahkan
Ini merupakan sifat yang wajib dimiliki seorang da’i. Dia harus
menjadi suri tauladan bagi orang lain tentang apa yang didakwahkannya,
sehingga bukan termasuk orang yang mengajak kepada kebaikan namun
justru dia meninggalkannya; mencegah dari sesuatu, namun dia sendiri
melakukannya. Orang seperti ini termasuk golongan orang-orang yang
merugi. Adapun orang yang beriman, mereka menyeru kepada kebenaran,
beramal dengannya, bersegera dan bersemangat dalam mengamalkannya
dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tiada kamu kerjakan." (QS ash-Shaf/61: 2-3)
Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ mencela orang Yahudi, tatkala mereka
memerintahkan orang-orang untuk berbuat baik sedangkan mereka
melupakan diri mereka sendiri:
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan
diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka
tidakkah kamu berpikir?" (QS al-Baqarah/2: 44)
Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam mengabarkan:
6
"Didatangkan seseorang pada hari Kiamat, kemudian dilemparkan ke dalam nereka
hingga ususnya terburai berputar-putar seperti keledai berputar di sekeliling batu
gilingan. Berkumpullah padanya penghuni neraka dan bertanya kepadanya:
“Wahai, fulan! Apa yang terjadi denganmu? Bukankah engkau dahulu yang
memerintahkan kami mengerjakan kebaikan dan mencegah kami dari
kemungkaran?” Dia menjawab: “Aku memerintahkan kalian mengerjakan kebaikan,
sedangkan aku tidak mengerjakannya. Aku larang kalian dari kemungkaran, (tetapi)
aku sendiri melakukannya”. (Hadits Riwayat al-Bukhari dari Usamah bin Zaid
bin Haritsah, Shahîh al-Bukhâriy, Juz IV, hal. 147 hadits no. 3267)
Hendaklah seorang da’i menyadari, bahwa kemalasannya dalam
menjalankan ketaatan kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berbeda dengan
orang lain, karena dia sebagai contoh bagi orang lain. Tatkala orang
melihatnya malas, maka orangpun akan berbuat semisalnya, atau bahkan
lebih parah lagi. Sebagaimana pelanggaran hukum-hukum Allah Subhânahu
Wa Ta'âlâ oleh da’i, tidaklah sama dengan pelanggaran yang dilakukan orang
lain, karena ini akan diikuti, sehingga tersebarlah maksiat dimana-mana
dengan dalih, da’i fulan melakukannya. Terkadang perkara yang sunnah bisa
menjadi wajib bagi seorang da’i. Artinya, seorang da’i dituntut untuk
senantiasa mengamalkan yang sunnah, supaya orang lain mencontohnya
sehingga sunnah itu tersebar di masyarakat. Demikian juga perkara yang
makruh bisa menjadi haram bagi seorang da’i. Artinya, seorang da’i dituntut
untuk senantiasa meninggalkan perkara yang makruh, supaya orang lain
tidak mencontohnya dan menganggap itu perkara yang mubah, sehingga
perkara yang makruh tersebut tidak menjadi kebiasaan di masyarakat.
Disinilah seorang da’i mempunyai amanah yang berat dan tanggung-jawab
yang besar. Semoga Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ menolong kita dalam
menunaikan tanggung-jawab ini.
Keempat: Hikmah
Secara ringkas, makna “hikmah” adalah ‫والفعل‬ ‫القول‬ ‫في‬ ‫اإلصابة‬
(ketepatan dalam berbicara dan bertindak)”, dan meletakkan segala sesuatu pada
tempatnya. Seorang da’i harus mempunyai kearifan dalam dakwahnya.
Yaitu dengan menggunakan cara yang terbaik sesuai dengan keadaan dan
tempatnya, karena manusia tidak memiliki cara yang sama dalam berfikir,
tingkat pemahaman dan tabiatnya. Demikian juga penerimaan mereka
terhadap kebenaran yang didakwahkan, ada yang langsung menerima tanpa
harus berfikir panjang, ada pula yang perlu berdiskusi terlebih dahulu,
terkadang harus diiringi dengan perdebatan yang cukup panjang. Maka
7
seorang da’i dituntut untuk menggunakan metode yang sesuai dengan
kondisi masing-masing orang, sehingga dakwahnya bisa lebih diterima
masyarakat dan tepat sasaran. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berfirman:
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS an Nahl/16: 125)
Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam telah memberi contoh kepada kita
cara berdakwah dengan hikmah, sebagaimana diceritakan oleh Anas bin
Malik radhiyallâhu 'anhu:
“Tatkala kami bersama Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam di masjid, tiba-tiba
datang seorang Arab badui berdiri dan kencing di masjid, maka berkatalah para
sahabat,’Apa-apaan ini!’ Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Jangan
kalian putuskan air kencingnya. Biarkan dia.’ Maka sahabat membiarkannya hingga
selesai kencingnya, kemudian Nabi memanggilnya dan berkata kepadanya,
‘Sesungguhnya masjid ini tidak selayaknya untuk dikencingi ataupun dikotori.
Masjid ini untuk mengingat Allah, shalat dan membaca al-Qur’an.’ Kemudian Nabi
shallallâhu 'alaihi wa sallam memerintahkan salah seorang di antara mereka untuk
mengambil seember air dan menyiramkannya." (Hadits Riwayat Muslim dari
8
Anas bin Malik, Shahîh Muslim, Juz I, hal. 163, hadits no. 687)
Sikap yang ditunjukkan Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam ini
merupakan sikap yang sangat agung, mengandung kelembutan yang diiringi
dengan hikmah. Perhatikanlah, bagaimana Beliau (Nabi) shallallâhu 'alaihi wa
sallam bersikap lemah-lembut dengan seorang yang jahil tanpa harus bersikap
kasar atau mencelanya. Sebaliknya, Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam
mengajarkan apa yang layak dilakukannya. Akhlak seperti inilah yang
seharusnya dimiliki seorang da’i dalam menjalankan dakwahnya.
Kelima: Sabar
Ini merupakan tiang utama penopang keberhasilan dakwah.
Seorang da’i pasti akan mendapatkan gangguan dalam dakwahnya, apabila
dia menjelaskan tentang haramnya syirik kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ
dan menjelaskan berbagai macam kesyrikan yang terjadi di masyarakat.
Orang-orang musyrik akan bangkit menghadang dan menentang dakwahnya.
Demikian juga jika menjelaskan tentang wajibnya berpegang dengan Sunnah
dan meninggalkan bid’ah, maka ahli bid’ah akan merintanginya, baik
dengan ucapan ataupun tindakan yang ditujukan pada dirinya ataupun pada
dakwahnya. Lihatlah kesabaran pada diri Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam,
demikian juga para rasul sebelum Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam. Mereka
sabar menghadapi pahit getirnya berdakwah dan tantangan yang dihadapi,
sebagaimana dilukiskan Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dalam firmanNya:
"Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi
mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap
mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka. Tak ada seorangpun
yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah." (QS al An'âm/6: 34)
Sabar mempunyai kedudukan yang tinggi, tidak mungkin dicapai
kecuali dengan mengambil sebabnya. Di antaranya, yaitu dengan mengingat
betapa besar pahala yang Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ siapkan bagi hambaNya
yang bersabar.
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa
batas." (QS az-Zumar/39: 10)
9
Bagaimana pula pelajaran yang bisa diambil dari sejarah para ulama
Salaf dalam menegakkan kebenaran. Mereka sabar dalam menghadapi
berbagai rintangan hingga datangnya pertolongan Allah Subhânahu Wa
Ta'âlâ. Sebagaimana fitnah yang terjadi pada diri Imam Ahmad dan Imam
Ibnu Taimiyyah pada zaman mereka berdua. Maka bersabarlah wahai para
da’i dalam menegakkan kebenaran, mendakwahkannya dan membelanya,
gantungkanlah harapan, panjangkanlah nafas, bekerja keraslah siang dan
malam, dan lihatlah jauh ke depan, keberhasilan dakwah menunggu di
hadapan kalian dengan ijin Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ. Dan hanya
kepadaNya, kita memohon pertolongan dan menyandarkan harapan.
Wallâhu A’lamu bish- Shawâb.

More Related Content

What's hot

Salah obat
Salah obatSalah obat
Silde Bid'ah
Silde Bid'ahSilde Bid'ah
Silde Bid'ah
Safwan Abd Rahman
 
Semangat Mengamalkan Amalan Sunnah
Semangat Mengamalkan Amalan SunnahSemangat Mengamalkan Amalan Sunnah
Semangat Mengamalkan Amalan Sunnah
Idrus Abidin
 
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)BahRum Subagia
 
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ahtugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
Anin Rodahad
 
Iltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwahIltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwah
Muhammad Jamhuri
 
Keluasan dan keperluan dakwah pt 2
Keluasan dan keperluan dakwah pt 2Keluasan dan keperluan dakwah pt 2
Keluasan dan keperluan dakwah pt 2
Amiruddin Ahmad
 
Ringkasan Sirah Nabawiyah
Ringkasan Sirah NabawiyahRingkasan Sirah Nabawiyah
Ringkasan Sirah Nabawiyah
tsaqafahpemuda.wordpress.com
 
Slide sunnah dan bid ah
Slide sunnah dan bid ahSlide sunnah dan bid ah
Slide sunnah dan bid ah
Kesuma Wahida
 
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
badruzaman82
 
Tazkiyatun nafs
Tazkiyatun nafsTazkiyatun nafs
Tazkiyatun nafs
HMGI
 
Power Point Agama Islam
Power Point Agama IslamPower Point Agama Islam
Dalil syara (2)
Dalil syara (2)Dalil syara (2)
Tabligh
TablighTabligh
Tabligh
Aisyah Zanacs
 
Al hijr ayat 94 - 96 dan hadits tentang perintah berdakwah (yudy, yulian)
Al hijr ayat 94 - 96 dan hadits tentang perintah berdakwah (yudy, yulian)Al hijr ayat 94 - 96 dan hadits tentang perintah berdakwah (yudy, yulian)
Al hijr ayat 94 - 96 dan hadits tentang perintah berdakwah (yudy, yulian)Yulian Hadi
 
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Dul Bjn
 
Zikir dan doa
Zikir dan doaZikir dan doa
Fiqih bid’ah
Fiqih bid’ahFiqih bid’ah
Fiqih bid’ah
Muhammad Jamhuri
 
sunnah dan bid'ah
sunnah dan bid'ahsunnah dan bid'ah

What's hot (20)

Salah obat
Salah obatSalah obat
Salah obat
 
Bida'ah dalam masyarakat
Bida'ah dalam masyarakatBida'ah dalam masyarakat
Bida'ah dalam masyarakat
 
Silde Bid'ah
Silde Bid'ahSilde Bid'ah
Silde Bid'ah
 
Semangat Mengamalkan Amalan Sunnah
Semangat Mengamalkan Amalan SunnahSemangat Mengamalkan Amalan Sunnah
Semangat Mengamalkan Amalan Sunnah
 
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
Fikih dakwah dan pemikiran dakwah di indonesia (2)
 
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ahtugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
tugas presentasi kelompok II ibadah sunnah & bid'ah
 
Iltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwahIltizam (Komitmen) dalam dakwah
Iltizam (Komitmen) dalam dakwah
 
Keluasan dan keperluan dakwah pt 2
Keluasan dan keperluan dakwah pt 2Keluasan dan keperluan dakwah pt 2
Keluasan dan keperluan dakwah pt 2
 
Ringkasan Sirah Nabawiyah
Ringkasan Sirah NabawiyahRingkasan Sirah Nabawiyah
Ringkasan Sirah Nabawiyah
 
Slide sunnah dan bid ah
Slide sunnah dan bid ahSlide sunnah dan bid ah
Slide sunnah dan bid ah
 
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
Khutbah jum'at-pentingnya shalat berjamaah [full]
 
Tazkiyatun nafs
Tazkiyatun nafsTazkiyatun nafs
Tazkiyatun nafs
 
Power Point Agama Islam
Power Point Agama IslamPower Point Agama Islam
Power Point Agama Islam
 
Dalil syara (2)
Dalil syara (2)Dalil syara (2)
Dalil syara (2)
 
Tabligh
TablighTabligh
Tabligh
 
Al hijr ayat 94 - 96 dan hadits tentang perintah berdakwah (yudy, yulian)
Al hijr ayat 94 - 96 dan hadits tentang perintah berdakwah (yudy, yulian)Al hijr ayat 94 - 96 dan hadits tentang perintah berdakwah (yudy, yulian)
Al hijr ayat 94 - 96 dan hadits tentang perintah berdakwah (yudy, yulian)
 
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
Pengertian Bid'ah hasanah dan sayyi'ah (mengenal dalil umum dan dalil khusus)
 
Zikir dan doa
Zikir dan doaZikir dan doa
Zikir dan doa
 
Fiqih bid’ah
Fiqih bid’ahFiqih bid’ah
Fiqih bid’ah
 
sunnah dan bid'ah
sunnah dan bid'ahsunnah dan bid'ah
sunnah dan bid'ah
 

Viewers also liked

Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
Muhsin Hariyanto
 
Al hikmah
Al hikmahAl hikmah
Al hikmah
Muhsin Hariyanto
 
Fatwa mui pusat tentang syi'ah (1984)
Fatwa mui pusat tentang syi'ah (1984)Fatwa mui pusat tentang syi'ah (1984)
Fatwa mui pusat tentang syi'ah (1984)Muhsin Hariyanto
 
2015-MNASCA-Annual-Ed-Conference-Agenda
2015-MNASCA-Annual-Ed-Conference-Agenda2015-MNASCA-Annual-Ed-Conference-Agenda
2015-MNASCA-Annual-Ed-Conference-Agenda
Lisa Moschkau
 
Jadilah al utrujjah
Jadilah al utrujjahJadilah al utrujjah
Jadilah al utrujjah
Muhsin Hariyanto
 
Empat tanda orang celaka dan bahagia
Empat tanda orang celaka dan bahagiaEmpat tanda orang celaka dan bahagia
Empat tanda orang celaka dan bahagiaHaidar Bashofi
 

Viewers also liked (6)

Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Al hikmah
Al hikmahAl hikmah
Al hikmah
 
Fatwa mui pusat tentang syi'ah (1984)
Fatwa mui pusat tentang syi'ah (1984)Fatwa mui pusat tentang syi'ah (1984)
Fatwa mui pusat tentang syi'ah (1984)
 
2015-MNASCA-Annual-Ed-Conference-Agenda
2015-MNASCA-Annual-Ed-Conference-Agenda2015-MNASCA-Annual-Ed-Conference-Agenda
2015-MNASCA-Annual-Ed-Conference-Agenda
 
Jadilah al utrujjah
Jadilah al utrujjahJadilah al utrujjah
Jadilah al utrujjah
 
Empat tanda orang celaka dan bahagia
Empat tanda orang celaka dan bahagiaEmpat tanda orang celaka dan bahagia
Empat tanda orang celaka dan bahagia
 

Similar to Menimbang sosok ideal seorang da

Keutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddinKeutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddin
mhd amin omar
 
Bagaimana berdakwah kepada_tauhid
Bagaimana berdakwah kepada_tauhidBagaimana berdakwah kepada_tauhid
Bagaimana berdakwah kepada_tauhid
Helmon Chan
 
Tabligh, dakwah, dan khutbah
Tabligh, dakwah, dan khutbahTabligh, dakwah, dan khutbah
Tabligh, dakwah, dan khutbah
Muhammad Ananta
 
Ayat dakwah
Ayat dakwahAyat dakwah
Ayat dakwah
Ummu Khansa
 
Pentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiPentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan Ngaji
Erwin Wahyu
 
Bahtera penyelamat - Fathi Yakan
Bahtera penyelamat - Fathi YakanBahtera penyelamat - Fathi Yakan
Bahtera penyelamat - Fathi Yakan
Imran
 
Pentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk KitaPentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk Kita
Erwin Wahyu
 
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Muhsin Hariyanto
 
Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010
apandin
 
Dasar dasar ilmu dakwah
Dasar dasar ilmu dakwahDasar dasar ilmu dakwah
Dasar dasar ilmu dakwah
Zafirah Abdullah
 
Keutamaan menuntut ilmu menurut al-quran
Keutamaan menuntut ilmu menurut al-quranKeutamaan menuntut ilmu menurut al-quran
Keutamaan menuntut ilmu menurut al-quran
Risou Kun
 
materi liqo.docx
materi liqo.docxmateri liqo.docx
materi liqo.docx
Neneng Rohayati
 
Keutamaan menuntut ilmu syar'i
Keutamaan menuntut ilmu syar'iKeutamaan menuntut ilmu syar'i
Keutamaan menuntut ilmu syar'i
Lalu Ihwandi
 
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullahMenyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullahMuhsin Hariyanto
 
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullahMenyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullahMuhsin Hariyanto
 
Objek Dakwah
Objek DakwahObjek Dakwah
Objek Dakwah
Zainuddin Muza
 
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq TasawufKonsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
ade orreo
 
Fiqh Dakwah PPT
Fiqh Dakwah PPTFiqh Dakwah PPT
Fiqh Dakwah PPT
ArefindDarmawan
 
Toko Buku Dakwah dan-akhlak-dai
Toko Buku Dakwah dan-akhlak-daiToko Buku Dakwah dan-akhlak-dai
Toko Buku Dakwah dan-akhlak-dai
nantasatria
 
Bagaimana kita-menyeru-kepada-islam-fathi-yakan
Bagaimana kita-menyeru-kepada-islam-fathi-yakanBagaimana kita-menyeru-kepada-islam-fathi-yakan
Bagaimana kita-menyeru-kepada-islam-fathi-yakan
iqadin172
 

Similar to Menimbang sosok ideal seorang da (20)

Keutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddinKeutamaan tafaqquh fiddin
Keutamaan tafaqquh fiddin
 
Bagaimana berdakwah kepada_tauhid
Bagaimana berdakwah kepada_tauhidBagaimana berdakwah kepada_tauhid
Bagaimana berdakwah kepada_tauhid
 
Tabligh, dakwah, dan khutbah
Tabligh, dakwah, dan khutbahTabligh, dakwah, dan khutbah
Tabligh, dakwah, dan khutbah
 
Ayat dakwah
Ayat dakwahAyat dakwah
Ayat dakwah
 
Pentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan NgajiPentingnya Niat dan Ngaji
Pentingnya Niat dan Ngaji
 
Bahtera penyelamat - Fathi Yakan
Bahtera penyelamat - Fathi YakanBahtera penyelamat - Fathi Yakan
Bahtera penyelamat - Fathi Yakan
 
Pentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk KitaPentingnya Dakwah untuk Kita
Pentingnya Dakwah untuk Kita
 
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
Tafsir qs al mâidah 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)
 
Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010Dakwah_PAI 2010
Dakwah_PAI 2010
 
Dasar dasar ilmu dakwah
Dasar dasar ilmu dakwahDasar dasar ilmu dakwah
Dasar dasar ilmu dakwah
 
Keutamaan menuntut ilmu menurut al-quran
Keutamaan menuntut ilmu menurut al-quranKeutamaan menuntut ilmu menurut al-quran
Keutamaan menuntut ilmu menurut al-quran
 
materi liqo.docx
materi liqo.docxmateri liqo.docx
materi liqo.docx
 
Keutamaan menuntut ilmu syar'i
Keutamaan menuntut ilmu syar'iKeutamaan menuntut ilmu syar'i
Keutamaan menuntut ilmu syar'i
 
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullahMenyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah
 
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullahMenyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah
Menyingkap rahasia keberhasilan dakwah rasulullah
 
Objek Dakwah
Objek DakwahObjek Dakwah
Objek Dakwah
 
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq TasawufKonsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
Konsep Ilmu Akhlaq _ Akhlaq Tasawuf
 
Fiqh Dakwah PPT
Fiqh Dakwah PPTFiqh Dakwah PPT
Fiqh Dakwah PPT
 
Toko Buku Dakwah dan-akhlak-dai
Toko Buku Dakwah dan-akhlak-daiToko Buku Dakwah dan-akhlak-dai
Toko Buku Dakwah dan-akhlak-dai
 
Bagaimana kita-menyeru-kepada-islam-fathi-yakan
Bagaimana kita-menyeru-kepada-islam-fathi-yakanBagaimana kita-menyeru-kepada-islam-fathi-yakan
Bagaimana kita-menyeru-kepada-islam-fathi-yakan
 

More from Muhsin Hariyanto

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
Muhsin Hariyanto
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Muhsin Hariyanto
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
Muhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
Muhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
Muhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Muhsin Hariyanto
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
Muhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Menimbang sosok ideal seorang da

  • 1. 1 Menimbang Sosok Ideal Seorang Da'i Banyak orang yang – hingga saat – bertanya: “Seperti apakah sosok ideal seorang da’i?” Jawabnya, tentu saja tidak mudah. Tetapi, sekadar untuk menggambarkan secara selintas, kita bisa menyimak – antara lain -- firman Allah berikut: “Katakanlah: "Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS Yûsuf/12:108) As-Sa’di – di dalam kitab tafsirnya “Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî Tafsîr Kalâm al-Mannân, juz I, hal. 406 ” -- berkata tentang ayat ini: “Ini adalah jalanku yang aku menyeru kepadanya, dan jalan inilah yang mengantarkan kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ menuju taman kemuliaanNya dan mengandung makna mengetahui kebenaran, beramal dengannya, mendahulukan itu semua sebelum yang lainnya, serta mengikhlaskan agama hanya untuk Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ semata tidak ada sekutu bagiNya”. Para ulama menyatakan, bahwa tujuan ‘esensial’ dakwah para rasul dan juga para pengikutnya, secara keseluruhan ialah: “mengeluarkan manusia dari gelapnya kejahilan menuju cahaya Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ, dari kekufuran kepada keimanan, dari kesyirikan menuju tauhid dan dari kesempitan dunia menuju kemaha-luasan akhirat”. Ini merupakan tugas yang sangat mulia, tugas para da’i, para penyeru menuju jalan Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ, jalan menuju keimanan, ikhlas dalam beribadah kepadaNya, tunduk kepada hukum-hukumNya dan merealisasikannya dalam kehidupan; dan juga seruan untuk berakhlak mulia, menunaikan hak- hak sesama dan berbuat adil. Dengan semua ini, akan terwujudlah rasa kasih-sayang, persaudaraan di antara orang-orang yang beriman, memunculkan rasa aman secara sempurna, terbentuk aturan yang tertib dan rapi di bawah naungan undang-undang Ilahi, dan tersingkirkanlah aturan- aturan jahiliyah, keyakinan-keyakinan batil dan juga akhlak yang tercela dari kehidupan kaum muslimin. Oleh karena itu, dakwah mempunyai kedudukan sangat tinggi dalam agama. Demikian juga dengan para juru dakwah, sebagaimana dipaparkan Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dalam KitabNya:
  • 2. 2 "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung." (QS Āli ‘Imrân/3: 104) Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ juga menjelaskan tentang keutamaan seorang da’i, "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata "sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Fushshilat/41: 33) Sehingga apabila seorang da’i menghendaki dakwahnya membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka selayaknya menghiasi pribadinya dengan akhlak yang merupakan sebagian faktor utama yang dapat mendukung keberhasilan dakwahnya, di antaranya sebagai berikut ini. Pertama: Ikhlas Dalam Berdakwah Motivasi utama bagi seorang da’i tatkala berdakwah ialah rasa cinta kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ, kepada agamaNya, kepada sesamanya, mengharapkan kebaikan untuk orang yang didakwahi. Keikhlasan da’i dalam dakwahnya, merupakan perkara yang paling penting bagi keberhasilan dakwahnya, sebagaimana Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ kabarkan tentang para nabi tatkala mereka berkata kepada kaumnya:
  • 3. 3 "Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun daripadamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepadaNya)". (QS Yûnus/10: 72) Jika dakwah didasarkan bukan karena ikhlas, tetapi karena riya’, mengharap kedudukan, harta ataupun kepentingan dunia lainnya, maka tidak dapat disebut sebagai dakwah karena Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ, melainkan seruan untuk dirinya sendiri, kepentingan pribadi atau maksud- maksud lainnya. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ telah memberi peringatan tentang hal ini dalam firmanNya: ۖ "Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka, di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (QS Hûd/11: 15-16) ‘Abdullah Ibnu ‘Abbas radhiyallâhu 'anhu berkata : “Sesungguhnya, orang-orang yang riya’, mereka diberi kebaikan di dunia, dan tidak di dirugikan sedikitpun. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berfirman ‘barangsiapa beramal shalih namun tujuannya untuk mencari dunia, Aku akan membalas perbuatan mereka dengan sempurna di dunia, tetapi sia-sialah apa yang dia perbuat. Dan di akhirat, ia termasuk orang-orang yang merugi’.” Kedua: Ilmu Tentang ilmu, ini meliputi tiga perkara: 1. Ilmu Agama Seorang da’i harus mengetahui syariat Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya, sehingga mampu berdakwah di atas ilmu dan hujjah. Allah telah menjelaskan dalam firmaNya:
  • 4. 4 "Katakanlah: "Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS Yûsuf/12: 108). Makna bashîrah dalam ayat ini – menurut sebagian mufassir --- ialah ‘ilmu’. Yang dengan ilmu ini, seorang da’i akan mampu mempertahankan apa yang didakwahkannya dari segala bentuk syubhat ataupun kerancuan, menegakkan hujjah terhadap para penentangnya, sehingga kebenaran bisa diterima dengan ijin Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ. Orang yang tidak memiliki ilmu, tidaklah pantas untuk menjadi seorang da’i, karena akan lebih banyak membuat kerusakan dibanding perbaikan. Berapa banyak kerugian yang disebabkan para da’i karbitan, baik pada dirinya, ataupun pada dakwah itu sendiri. Tanpa memiliki ilmu, maka runtuhlah da’i itu dihadapkan kebatilan yang disebabkan karena kejahilannya atas apa yang didakwahkannya. Oleh sebab itu, dilarang menempatkan seseorang yang tidak berilmu sebagai da’i. 2. Ilmu Tentang Keadaan Orang Yang Hendak Didakwahinya Dengan mengetahui keadaan orang yang hendak didakwahinya, sehingga seorang da’i sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi medan dakwah di depannya. Ketika Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam mengutus Muadz ke Yaman, Beliau (Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam) memberikan wasiat: "… sesunggungnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab…" (Hadits Riwayat al-Bukhari dari Mu’adz bin Jabal, Shahîh al-Bukhâry, juz IV, hal. 1580, hadiits no. 4090) Dalam hadits ini, Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam mengabarkan kepada siapa dia diutus, sehingga dia mengetahui yang akan dihadapinya, kemudian mempersiapkan diri. Sebaliknya, jika seorang da’i tidak mengetahui keadaan orang yang hendak didakwahi, maka akan berdampak buruk pada dakwahnya, sehingga mungkin tidak tepat sasaran dan gagal.
  • 5. 5 3. Seorang Da’i Hendaklah Mengetahui Ilmu Tentang Metode Dakwah Metode dakwah adalah suatu cara dalam melaksanakan dakwah, menghilangkan rintangan atau kendala-kendala dakwah agar mencapai tujuan dakwah secara efektif dan efisien. Ketiga: Beramal Dengan Apa Yang Didakwahkan Ini merupakan sifat yang wajib dimiliki seorang da’i. Dia harus menjadi suri tauladan bagi orang lain tentang apa yang didakwahkannya, sehingga bukan termasuk orang yang mengajak kepada kebaikan namun justru dia meninggalkannya; mencegah dari sesuatu, namun dia sendiri melakukannya. Orang seperti ini termasuk golongan orang-orang yang merugi. Adapun orang yang beriman, mereka menyeru kepada kebenaran, beramal dengannya, bersegera dan bersemangat dalam mengamalkannya dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan." (QS ash-Shaf/61: 2-3) Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ mencela orang Yahudi, tatkala mereka memerintahkan orang-orang untuk berbuat baik sedangkan mereka melupakan diri mereka sendiri: "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?" (QS al-Baqarah/2: 44) Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam mengabarkan:
  • 6. 6 "Didatangkan seseorang pada hari Kiamat, kemudian dilemparkan ke dalam nereka hingga ususnya terburai berputar-putar seperti keledai berputar di sekeliling batu gilingan. Berkumpullah padanya penghuni neraka dan bertanya kepadanya: “Wahai, fulan! Apa yang terjadi denganmu? Bukankah engkau dahulu yang memerintahkan kami mengerjakan kebaikan dan mencegah kami dari kemungkaran?” Dia menjawab: “Aku memerintahkan kalian mengerjakan kebaikan, sedangkan aku tidak mengerjakannya. Aku larang kalian dari kemungkaran, (tetapi) aku sendiri melakukannya”. (Hadits Riwayat al-Bukhari dari Usamah bin Zaid bin Haritsah, Shahîh al-Bukhâriy, Juz IV, hal. 147 hadits no. 3267) Hendaklah seorang da’i menyadari, bahwa kemalasannya dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berbeda dengan orang lain, karena dia sebagai contoh bagi orang lain. Tatkala orang melihatnya malas, maka orangpun akan berbuat semisalnya, atau bahkan lebih parah lagi. Sebagaimana pelanggaran hukum-hukum Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ oleh da’i, tidaklah sama dengan pelanggaran yang dilakukan orang lain, karena ini akan diikuti, sehingga tersebarlah maksiat dimana-mana dengan dalih, da’i fulan melakukannya. Terkadang perkara yang sunnah bisa menjadi wajib bagi seorang da’i. Artinya, seorang da’i dituntut untuk senantiasa mengamalkan yang sunnah, supaya orang lain mencontohnya sehingga sunnah itu tersebar di masyarakat. Demikian juga perkara yang makruh bisa menjadi haram bagi seorang da’i. Artinya, seorang da’i dituntut untuk senantiasa meninggalkan perkara yang makruh, supaya orang lain tidak mencontohnya dan menganggap itu perkara yang mubah, sehingga perkara yang makruh tersebut tidak menjadi kebiasaan di masyarakat. Disinilah seorang da’i mempunyai amanah yang berat dan tanggung-jawab yang besar. Semoga Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ menolong kita dalam menunaikan tanggung-jawab ini. Keempat: Hikmah Secara ringkas, makna “hikmah” adalah ‫والفعل‬ ‫القول‬ ‫في‬ ‫اإلصابة‬ (ketepatan dalam berbicara dan bertindak)”, dan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Seorang da’i harus mempunyai kearifan dalam dakwahnya. Yaitu dengan menggunakan cara yang terbaik sesuai dengan keadaan dan tempatnya, karena manusia tidak memiliki cara yang sama dalam berfikir, tingkat pemahaman dan tabiatnya. Demikian juga penerimaan mereka terhadap kebenaran yang didakwahkan, ada yang langsung menerima tanpa harus berfikir panjang, ada pula yang perlu berdiskusi terlebih dahulu, terkadang harus diiringi dengan perdebatan yang cukup panjang. Maka
  • 7. 7 seorang da’i dituntut untuk menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi masing-masing orang, sehingga dakwahnya bisa lebih diterima masyarakat dan tepat sasaran. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berfirman: "Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS an Nahl/16: 125) Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam telah memberi contoh kepada kita cara berdakwah dengan hikmah, sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik radhiyallâhu 'anhu: “Tatkala kami bersama Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam di masjid, tiba-tiba datang seorang Arab badui berdiri dan kencing di masjid, maka berkatalah para sahabat,’Apa-apaan ini!’ Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Jangan kalian putuskan air kencingnya. Biarkan dia.’ Maka sahabat membiarkannya hingga selesai kencingnya, kemudian Nabi memanggilnya dan berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya masjid ini tidak selayaknya untuk dikencingi ataupun dikotori. Masjid ini untuk mengingat Allah, shalat dan membaca al-Qur’an.’ Kemudian Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam memerintahkan salah seorang di antara mereka untuk mengambil seember air dan menyiramkannya." (Hadits Riwayat Muslim dari
  • 8. 8 Anas bin Malik, Shahîh Muslim, Juz I, hal. 163, hadits no. 687) Sikap yang ditunjukkan Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam ini merupakan sikap yang sangat agung, mengandung kelembutan yang diiringi dengan hikmah. Perhatikanlah, bagaimana Beliau (Nabi) shallallâhu 'alaihi wa sallam bersikap lemah-lembut dengan seorang yang jahil tanpa harus bersikap kasar atau mencelanya. Sebaliknya, Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam mengajarkan apa yang layak dilakukannya. Akhlak seperti inilah yang seharusnya dimiliki seorang da’i dalam menjalankan dakwahnya. Kelima: Sabar Ini merupakan tiang utama penopang keberhasilan dakwah. Seorang da’i pasti akan mendapatkan gangguan dalam dakwahnya, apabila dia menjelaskan tentang haramnya syirik kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dan menjelaskan berbagai macam kesyrikan yang terjadi di masyarakat. Orang-orang musyrik akan bangkit menghadang dan menentang dakwahnya. Demikian juga jika menjelaskan tentang wajibnya berpegang dengan Sunnah dan meninggalkan bid’ah, maka ahli bid’ah akan merintanginya, baik dengan ucapan ataupun tindakan yang ditujukan pada dirinya ataupun pada dakwahnya. Lihatlah kesabaran pada diri Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam, demikian juga para rasul sebelum Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam. Mereka sabar menghadapi pahit getirnya berdakwah dan tantangan yang dihadapi, sebagaimana dilukiskan Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dalam firmanNya: "Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah." (QS al An'âm/6: 34) Sabar mempunyai kedudukan yang tinggi, tidak mungkin dicapai kecuali dengan mengambil sebabnya. Di antaranya, yaitu dengan mengingat betapa besar pahala yang Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ siapkan bagi hambaNya yang bersabar. "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas." (QS az-Zumar/39: 10)
  • 9. 9 Bagaimana pula pelajaran yang bisa diambil dari sejarah para ulama Salaf dalam menegakkan kebenaran. Mereka sabar dalam menghadapi berbagai rintangan hingga datangnya pertolongan Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ. Sebagaimana fitnah yang terjadi pada diri Imam Ahmad dan Imam Ibnu Taimiyyah pada zaman mereka berdua. Maka bersabarlah wahai para da’i dalam menegakkan kebenaran, mendakwahkannya dan membelanya, gantungkanlah harapan, panjangkanlah nafas, bekerja keraslah siang dan malam, dan lihatlah jauh ke depan, keberhasilan dakwah menunggu di hadapan kalian dengan ijin Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ. Dan hanya kepadaNya, kita memohon pertolongan dan menyandarkan harapan. Wallâhu A’lamu bish- Shawâb.