Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Muhsin Hariyanto
Teks tersebut membahas tentang larangan berlebihan dalam beragama (ghuluw) menurut Islam. Ghuluw dapat terjadi dalam empat aspek yaitu ibadah, hukum takfir, aqidah, dan kehidupan sehari-hari. Islam melarang sikap yang melampaui batas syariat dan mengeluarkan seseorang dari kebenaran agama.
Hadis ini menjelaskan bahawa berkumpul secara beramai-ramai untuk berzikir kepada Allah bukanlah perbuatan bidaah melainkan sunnah yang digalakkan. Hadis ini menyatakan bahawa para malaikat akan mengelilingi mereka yang berkumpul untuk berzikir sambil menyebarkan rahmat dan kedamaian.
Ringkasan:
Dokumen tersebut membahasakan maksud bid'ah dari segi bahasa dan syarak, hukum-hukum bid'ah yang bertingkat-tingkat, perbezaan antara adat dan ibadah mengenai bid'ah, contoh-contoh bid'ah, bid'ah menurut persepsi yang bertegas, kesan-kesan bid'ah, dan cara mengatasi bid'ah.
Sunnah merujuk kepada tradisi Nabi Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, atau persetujuannya. Bid'ah adalah memperkenalkan ajaran agama baru yang tidak bersumberkan Nabi atau khulafaur rasyidin. Islam melarang bid'ah karena dapat menyimpangkan agama dan memecah belah umat. Hanya Sunnah saja yang boleh diikuti.
Tafsir qs al mâidah, 5 ayat 77 (berislam tanpa ghuluw)Muhsin Hariyanto
Teks tersebut membahas tentang larangan berlebihan dalam beragama (ghuluw) menurut Islam. Ghuluw dapat terjadi dalam empat aspek yaitu ibadah, hukum takfir, aqidah, dan kehidupan sehari-hari. Islam melarang sikap yang melampaui batas syariat dan mengeluarkan seseorang dari kebenaran agama.
Hadis ini menjelaskan bahawa berkumpul secara beramai-ramai untuk berzikir kepada Allah bukanlah perbuatan bidaah melainkan sunnah yang digalakkan. Hadis ini menyatakan bahawa para malaikat akan mengelilingi mereka yang berkumpul untuk berzikir sambil menyebarkan rahmat dan kedamaian.
Ringkasan:
Dokumen tersebut membahasakan maksud bid'ah dari segi bahasa dan syarak, hukum-hukum bid'ah yang bertingkat-tingkat, perbezaan antara adat dan ibadah mengenai bid'ah, contoh-contoh bid'ah, bid'ah menurut persepsi yang bertegas, kesan-kesan bid'ah, dan cara mengatasi bid'ah.
Sunnah merujuk kepada tradisi Nabi Muhammad SAW, baik perkataan, perbuatan, atau persetujuannya. Bid'ah adalah memperkenalkan ajaran agama baru yang tidak bersumberkan Nabi atau khulafaur rasyidin. Islam melarang bid'ah karena dapat menyimpangkan agama dan memecah belah umat. Hanya Sunnah saja yang boleh diikuti.
Dokumen ini membahas pentingnya membaca, mempelajari, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Quran. Beberapa poin penting yang disebutkan adalah bahwa Al-Quran harus dibaca untuk difahami, dipelajari agar bisa diamalkan, dan diulang-ulang agar tetap diingat. Dokumen ini juga menekankan pentingnya menyampaikan ajaran-ajaran Al-Quran kepada orang lain.
Materi berisi tentang faktor-faktor penguat ruhiyah agar dapat menjaga komitmen dalam dakwah, fokus dalam tujuan mencapai ridho Allah, serta tentang fungsi iman yang dapat melaksanakan kewajiban dan menolak godaan.
Berdakwah adalah tugasan yang amat mulia.Ianya adalah tugasan para nabi dan rasul iaitu insan terpilih. Jadilah insan terpilih dengan menjalankan dakwah.
Dokumen ini membahasikan tentang sunnah dan bid'ah dalam amalan seharian umat Islam. Ia menjelaskan definisi sunnah dan bid'ah, pandangan ulama terhadap bid'ah, sebab-sebab timbulnya bid'ah, dan cara mengatasinya. Dokumen ini juga membincangkan tentang bulan Muharram, termasuk beberapa hadis berkaitan dengannya, serta bid'ah dukacita kaum Rafidah dan bid'ah sukacita kaum Nashibah pada hari Asyura
Shalat berjamah sangat penting bagi kaum muslimin. Dengan cara hikmah dan bijaksana, sebagai mubaligh, kita ajak mereka kembali masjid. Bahasa yang santun, tanpa menggurui, adalalah sasaran dari khutbah ini.
Rujukan :
- Tafsir at-Tabaari, Imam at-Tabaari
- Shahih Muslim, Imam Muslim
- Tarikhul khuafa
- Muktarul hadisun nabawiyah, Sayyid Ahmad Al-Hasimy
- Kitab fada'il 'amal, Maulana Zakaria al-Khandahlawi (terj.)
- dan Muntakhab ahadis, Maulana Yusuf al-Khandahlawi
1. Tazkiyah adalah mensucikan hati manusia dari keyakinan yang salah dan menanamkan keyakinan yang benar agar bahagia di dunia dan akhirat
2. Nabi saw pernah membacakan ayat, mensucikan hati para sahabat, dan mengajarkan Al Quran dan sunnah kepada mereka
3. Dengan tazkiyah dari Nabi, para sahabat berubah menjadi manusia terbaik dan selamat di dunia akhirat
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis dalil syara' yang meliputi Al-Quran, As-Sunnah, Ijma' sahabat, dan Qiyas. Ijma' sahabat dijelaskan sebagai kesepakatan para sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan penghubung antara umat Islam dengan Nabi. Qiyas didefinisikan sebagai menyamakan hukum suatu perkara baru dengan perkara yang sudah ada hukumnya berdasarkan kesamaan ilalah
Dokumen tersebut merangkum tentang pengertian, pelaksanaan, sumber ilmu, hukum, syarat, tujuan, dan etika dalam menyampaikan tabligh menurut Islam. Tabligh adalah menyampaikan ajaran Islam agar dijadikan pedoman hidup. Sumber ilmu tabligh antara lain Al-Quran, hadis, dan pengalaman para muballigh. Hukum tabligh menurut Al-Quran adalah wajib. Tujuannya antara lain menyadarkan manusia a
Berdoa dan berzikir merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Berdoa digunakan untuk memohon kebaikan kepada Allah, sedangkan zikir untuk mengingat Allah. Waktu yang tepat untuk berdoa antara lain setelah shalat, sepertiga akhir malam, hari Jumat, dan saat berbuka puasa. Zikir dapat dilakukan dengan hati, lisan, dan perbuatan. Keduanya dapat meningkatkan ketakwaan dan member
1) Bid'ah didefinisikan sebagai sesuatu yang baru tanpa contoh sebelumnya atau memperbaharui agama tanpa dasar.
2) Ulama membagi bid'ah menjadi dua, yaitu bid'ah hasanah (yang baik) dan bid'ah sayyiah (yang buruk).
3) Contoh bid'ah hasanah meliputi shalat berjamaah taraweh dan aktivitas keagamaan baru lainnya yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Dokumen tersebut membahas tentang sunnah dan bid'ah dalam Islam. Secara ringkas, disebutkan bahwa sunnah merujuk pada tradisi Nabi Muhammad SAW dan khulafaur rasyidin, sedangkan bid'ah secara bahasa berarti sesuatu yang baru tanpa contoh sebelumnya, dan secara istilah syar'i merujuk pada sesuatu yang tidak disebutkan dalam al-Quran dan hadis. Bid'ah dibagi menjadi beberapa jenis seperti wajib
Dokumen tersebut membahas tentang siapa orang yang beruntung dan rugi menurut ajaran Islam. Orang yang beruntung adalah orang yang beriman dan taat kepada Allah dengan melaksanakan ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat. Sebaliknya, orang yang rugi adalah orang yang tidak beriman dan tidak taat kepada Allah serta menyia-nyiakan amal perbuatannya. Oleh karena itu, kita perlu menjadi orang yang beriman
1. Hikmah memiliki dua pengertian: ilmu dan amalan. Ilmu hikmah adalah memahami segala sesuatu secara mendalam, sedangkan amalan hikmah adalah melakukan sesuatu sesuai dengan tempat, cara, dan waktunya.
2. Ada tiga tingkatan hikmah menurut al-Harawi: memberikan hak pada segala sesuatu sesuai ketentuan, tidak melanggar batasan, dan tidak mempercepat atau menunda waktu
Dokumen ini membahas pentingnya membaca, mempelajari, memahami, dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Quran. Beberapa poin penting yang disebutkan adalah bahwa Al-Quran harus dibaca untuk difahami, dipelajari agar bisa diamalkan, dan diulang-ulang agar tetap diingat. Dokumen ini juga menekankan pentingnya menyampaikan ajaran-ajaran Al-Quran kepada orang lain.
Materi berisi tentang faktor-faktor penguat ruhiyah agar dapat menjaga komitmen dalam dakwah, fokus dalam tujuan mencapai ridho Allah, serta tentang fungsi iman yang dapat melaksanakan kewajiban dan menolak godaan.
Berdakwah adalah tugasan yang amat mulia.Ianya adalah tugasan para nabi dan rasul iaitu insan terpilih. Jadilah insan terpilih dengan menjalankan dakwah.
Dokumen ini membahasikan tentang sunnah dan bid'ah dalam amalan seharian umat Islam. Ia menjelaskan definisi sunnah dan bid'ah, pandangan ulama terhadap bid'ah, sebab-sebab timbulnya bid'ah, dan cara mengatasinya. Dokumen ini juga membincangkan tentang bulan Muharram, termasuk beberapa hadis berkaitan dengannya, serta bid'ah dukacita kaum Rafidah dan bid'ah sukacita kaum Nashibah pada hari Asyura
Shalat berjamah sangat penting bagi kaum muslimin. Dengan cara hikmah dan bijaksana, sebagai mubaligh, kita ajak mereka kembali masjid. Bahasa yang santun, tanpa menggurui, adalalah sasaran dari khutbah ini.
Rujukan :
- Tafsir at-Tabaari, Imam at-Tabaari
- Shahih Muslim, Imam Muslim
- Tarikhul khuafa
- Muktarul hadisun nabawiyah, Sayyid Ahmad Al-Hasimy
- Kitab fada'il 'amal, Maulana Zakaria al-Khandahlawi (terj.)
- dan Muntakhab ahadis, Maulana Yusuf al-Khandahlawi
1. Tazkiyah adalah mensucikan hati manusia dari keyakinan yang salah dan menanamkan keyakinan yang benar agar bahagia di dunia dan akhirat
2. Nabi saw pernah membacakan ayat, mensucikan hati para sahabat, dan mengajarkan Al Quran dan sunnah kepada mereka
3. Dengan tazkiyah dari Nabi, para sahabat berubah menjadi manusia terbaik dan selamat di dunia akhirat
Dokumen tersebut membahas tentang jenis-jenis dalil syara' yang meliputi Al-Quran, As-Sunnah, Ijma' sahabat, dan Qiyas. Ijma' sahabat dijelaskan sebagai kesepakatan para sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan penghubung antara umat Islam dengan Nabi. Qiyas didefinisikan sebagai menyamakan hukum suatu perkara baru dengan perkara yang sudah ada hukumnya berdasarkan kesamaan ilalah
Dokumen tersebut merangkum tentang pengertian, pelaksanaan, sumber ilmu, hukum, syarat, tujuan, dan etika dalam menyampaikan tabligh menurut Islam. Tabligh adalah menyampaikan ajaran Islam agar dijadikan pedoman hidup. Sumber ilmu tabligh antara lain Al-Quran, hadis, dan pengalaman para muballigh. Hukum tabligh menurut Al-Quran adalah wajib. Tujuannya antara lain menyadarkan manusia a
Berdoa dan berzikir merupakan amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Berdoa digunakan untuk memohon kebaikan kepada Allah, sedangkan zikir untuk mengingat Allah. Waktu yang tepat untuk berdoa antara lain setelah shalat, sepertiga akhir malam, hari Jumat, dan saat berbuka puasa. Zikir dapat dilakukan dengan hati, lisan, dan perbuatan. Keduanya dapat meningkatkan ketakwaan dan member
1) Bid'ah didefinisikan sebagai sesuatu yang baru tanpa contoh sebelumnya atau memperbaharui agama tanpa dasar.
2) Ulama membagi bid'ah menjadi dua, yaitu bid'ah hasanah (yang baik) dan bid'ah sayyiah (yang buruk).
3) Contoh bid'ah hasanah meliputi shalat berjamaah taraweh dan aktivitas keagamaan baru lainnya yang tidak bertentangan dengan ajaran agama.
Dokumen tersebut membahas tentang sunnah dan bid'ah dalam Islam. Secara ringkas, disebutkan bahwa sunnah merujuk pada tradisi Nabi Muhammad SAW dan khulafaur rasyidin, sedangkan bid'ah secara bahasa berarti sesuatu yang baru tanpa contoh sebelumnya, dan secara istilah syar'i merujuk pada sesuatu yang tidak disebutkan dalam al-Quran dan hadis. Bid'ah dibagi menjadi beberapa jenis seperti wajib
Dokumen tersebut membahas tentang siapa orang yang beruntung dan rugi menurut ajaran Islam. Orang yang beruntung adalah orang yang beriman dan taat kepada Allah dengan melaksanakan ibadah seperti shalat, puasa, dan zakat. Sebaliknya, orang yang rugi adalah orang yang tidak beriman dan tidak taat kepada Allah serta menyia-nyiakan amal perbuatannya. Oleh karena itu, kita perlu menjadi orang yang beriman
1. Hikmah memiliki dua pengertian: ilmu dan amalan. Ilmu hikmah adalah memahami segala sesuatu secara mendalam, sedangkan amalan hikmah adalah melakukan sesuatu sesuai dengan tempat, cara, dan waktunya.
2. Ada tiga tingkatan hikmah menurut al-Harawi: memberikan hak pada segala sesuatu sesuai ketentuan, tidak melanggar batasan, dan tidak mempercepat atau menunda waktu
This document provides an agenda for the MNASCA Annual Education Conference taking place on April 16-17, 2015 at the Hilton Minneapolis/Bloomington. The conference offers 10 hours of continuing education credits approved by BASC Provider #6240 and the California Board of Registered Nursing. It is designed to meet the 12 contact hour requirement for continuing education from the Minnesota Board of Nursing. The agenda outlines presentations and breakout sessions on topics like understanding the life safety code survey, panel discussions on bundling, designing strategies and alliances, achieving competency, survey trends and tips, servant leadership, developing culture, and becoming a better leader.
1. Dokumen tersebut membahas empat purwarupa (prototipe) pembaca Al-Quran berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW, yaitu: al-Utrujjah, at-Tamrah, ar-Raihanah, dan al-Hanzhalah.
2. Al-Utrujjah melambangkan pembaca mukmin yang senantiasa membaca Al-Quran, seperti buah durian yang harum dan enak. At-Tamrah melambangkan pembaca mukmin yang kurang rajin membaca, sepert
Dokumen tersebut membahas pentingnya mempelajari ilmu agama (tafaqquh fiddin) sesuai dengan ajaran Islam. Rasulullah menganjurkan pemahaman agama, dan Alquran menyuruh manusia untuk belajar. Dokumen tersebut juga membahaskan tiga golongan manusia berdasarkan ilmu dan amal mereka, serta cara untuk mendapatkan ilmu agama yang bermanfaat.
Dokumen tersebut membahas tentang keutamaan dakwah menuju agama Allah, ikhlas dalam dakwah, dan tanggung jawab dakwah. Dakwah adalah ibadah yang agung yang bertujuan mengajak manusia ke jalan Allah dengan niat ikhlas semata-mata untuk ridha Allah. Tanggung jawab dakwah wajib dilaksanakan oleh seluruh umat.
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas pentingnya niat ikhlas karena Allah dalam menuntut ilmu dan beramal, sebab niat yang salah dapat menyebabkan seseorang masuk neraka walaupun telah berbuat kebaikan. Dokumen tersebut juga menjelaskan bahaya menuntut ilmu untuk tujuan selain ridho Allah dan pahala besar bagi penuntut ilmu yang berniat ikhlas.
Teks ini membahas tentang rintangan yang dihadapi oleh para pendakwah dalam menjalankan tugas dakwahnya. Lima rintangan utama yang disebutkan meliputi: (1) iri hati dari sesama muslim, (2) kebencian dari munafik, (3) perlawanan dari kaum kafir, (4) penyesatan dari syaitan, dan (5) pergulatan dengan nafsu. Teks ini juga menekankan pentingnya memiliki sifat-sifat ke
1. Dakwah adalah tugas utama para nabi dan rasul serta pengikut mereka untuk mengajak manusia ke jalan Allah.
2. Berdakwah merupakan jalan untuk mendapatkan kemuliaan di dunia dan surga serta menjadi pengikut nabi yang sejati.
3. Tidak berdakwah dapat menyebabkan kebatilan dan kemungkaran menyebar tanpa henti.
Dokumen tersebut menguraikan tentang profil seseorang bernama Agung Pandi Nugroho beserta riwayat pendidikan dan organisasi yang pernah diketuai. Dokumen selanjutnya membahas tentang konsep dakwah sebagai menyeru manusia kepada Allah dengan cara yang bijak dan nasihat yang baik agar mereka beriman kepada-Nya.
1) Rasulullah adalah juru dakwah pertama yang diutus Allah untuk menyeru kepada Islam. 2) Tugas utama juru dakwah adalah mengajak manusia kepada Islam dan menyuruh kebajikan serta mencegah kemungkaran. 3) Persiapan penting bagi juru dakwah adalah memiliki ilmu agama yang luas dan iman serta ketakwaan kepada Allah yang kuat.
Dokumen tersebut membahas keutamaan menuntut ilmu menurut Al-Quran dan hadis. Ayat-ayat Al-Quran dan sabda Nabi menjelaskan bahwa orang yang berilmu lebih tinggi derajatnya, ilmu berguna untuk kebaikan di dunia dan akhirat, dan menjadi jalan menuju surga. Dokumen tersebut juga menjelaskan beberapa keutamaan ilmu seperti menjadi benteng dari syubhat dan fitnah serta membantah kesesatan.
Hadis Arbain ke-7 membahas pentingnya nasihat dalam agama Islam. Nasihat diperuntukkan untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan manusia pada umumnya. Nasihat memiliki peran besar sebagai penopang agama Islam agar nilai-nilainya terus termanifestasi dalam kehidupan umat.
1. Dokumen tersebut membahas keutamaan menuntut ilmu syariah berdasarkan ayat-ayat Alquran dan hadis Nabi Muhammad SAW.
2. Terdapat beberapa ayat Alquran yang menunjukkan kemuliaan ilmuwan dan orang-orang yang berilmu. Hadis-hadis juga menganjurkan untuk selalu menambah ilmu dan memahami agama.
3. Ulama memiliki kedudukan tinggi karena pengetahuan mereka tentang agama. Mereka adalah
Dokumen tersebut membahas tentang prinsip-prinsip dakwah Islam, cara menyeru kepada Islam, bahan dakwah, dan kewajiban membentuk organisasi dakwah serta bekerja di dalamnya.
Dokumen tersebut membahas tentang kemudahan memahami al-Quran. Allah telah menjamin bahwa al-Quran mudah dipahami bagi siapa saja yang berkemauan kuat untuk mempelajarinya. Kebenaran agama juga jelas, meskipun diperlukan kesungguhan untuk memahaminya. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengklaim bahwa memahami al-Quran sulit.
1. Istighfar merupakan kunci utama untuk mendapatkan berkah dan kemudahan dalam kehidupan, termasuk rezeki yang melimpah. Teladan Nabi Muhammad SAW dan sahabat mencontohkan pentingnya istighfar.
2. Banyak manusia mengumpulkan harta dengan cara yang tidak benar tanpa istighfar dan mengundang murka Allah. Istighfar yang tulus dapat menyelesaikan masalah dan membuka jalan baru untuk rezeki.
3
Dokumen tersebut membahas etika dalam berdoa menurut pandangan Islam. Beberapa etika utama dalam berdoa antara lain memilih waktu-waktu mulia untuk berdoa seperti malam Jumat, bulan Ramadhan, dan sepertiga malam terakhir, tidak meninggikan suara, merendahkan hati dengan penuh khusyuk dan harap, mengawali doa dengan dzikir dan shalawat, serta berdoa dengan optimisme bahwa doa akan dikab
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang kesalahan dalam mendidik anak generasi milenial di Indonesia yang mengakibatkan kecelakaan beruntun.
2. Orang tua kini terlalu fokus pada materi dan gaya hidup mewah tanpa memberikan fondasi hidup yang baik kepada anak-anak.
3. Anak-anak perlu dilatih keterampilan hidup seperti self-control, fleksib
Muhsin Hariyanto adalah dosen tetap Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan mubaligh kampung yang aktif mengajar, berdakwah, dan menulis di berbagai media. Ia menyelesaikan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi di berbagai lembaga pendidikan Islam. Saat ini ia juga menyelesaikan program doktoral dengan fokus Politik Islam.
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
Teks memberikan nasihat untuk berbahagia dengan cara membuang energi negatif melalui zakat dan sedekah, serta menabung energi positif melalui amal saleh seperti yang disarankan dalam beberapa ayat Al-Quran. Ayat-ayat tersebut mendorong umat Islam untuk memberikan sebagian harta mereka kepada orang-orang yang membutuhkan.
Teks ini membahas pentingnya menjadi diri sendiri tanpa topeng kepalsuan dan menyarankan untuk tampil sebagai diri sejati dengan kejujuran dan kerendahhatian. Sang penulis mengingatkan bahwa berpura-pura menjadi orang luar biasa akan menyebabkan tersiksa karena harus terus berbohong dan menyembunyikan diri sebenarnya.
1. 1
Menimbang Sosok Ideal Seorang Da'i
Banyak orang yang – hingga saat – bertanya: “Seperti apakah sosok
ideal seorang da’i?” Jawabnya, tentu saja tidak mudah. Tetapi, sekadar untuk
menggambarkan secara selintas, kita bisa menyimak – antara lain -- firman
Allah berikut:
“Katakanlah: "Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS Yûsuf/12:108)
As-Sa’di – di dalam kitab tafsirnya “Taisîr al-Karîm ar-Rahmân fî
Tafsîr Kalâm al-Mannân, juz I, hal. 406 ” -- berkata tentang ayat ini: “Ini
adalah jalanku yang aku menyeru kepadanya, dan jalan inilah yang
mengantarkan kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ menuju taman
kemuliaanNya dan mengandung makna mengetahui kebenaran, beramal
dengannya, mendahulukan itu semua sebelum yang lainnya, serta
mengikhlaskan agama hanya untuk Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ semata tidak
ada sekutu bagiNya”.
Para ulama menyatakan, bahwa tujuan ‘esensial’ dakwah para rasul
dan juga para pengikutnya, secara keseluruhan ialah: “mengeluarkan
manusia dari gelapnya kejahilan menuju cahaya Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ,
dari kekufuran kepada keimanan, dari kesyirikan menuju tauhid dan dari
kesempitan dunia menuju kemaha-luasan akhirat”. Ini merupakan tugas
yang sangat mulia, tugas para da’i, para penyeru menuju jalan Allah
Subhânahu Wa Ta'âlâ, jalan menuju keimanan, ikhlas dalam beribadah
kepadaNya, tunduk kepada hukum-hukumNya dan merealisasikannya
dalam kehidupan; dan juga seruan untuk berakhlak mulia, menunaikan hak-
hak sesama dan berbuat adil. Dengan semua ini, akan terwujudlah rasa
kasih-sayang, persaudaraan di antara orang-orang yang beriman,
memunculkan rasa aman secara sempurna, terbentuk aturan yang tertib dan
rapi di bawah naungan undang-undang Ilahi, dan tersingkirkanlah aturan-
aturan jahiliyah, keyakinan-keyakinan batil dan juga akhlak yang tercela dari
kehidupan kaum muslimin.
Oleh karena itu, dakwah mempunyai kedudukan sangat tinggi
dalam agama. Demikian juga dengan para juru dakwah, sebagaimana
dipaparkan Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dalam KitabNya:
2. 2
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka
adalah orang-orang yang beruntung." (QS Āli ‘Imrân/3: 104)
Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ juga menjelaskan tentang keutamaan
seorang da’i,
"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada
Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata "sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang berserah diri." (QS Fushshilat/41: 33)
Sehingga apabila seorang da’i menghendaki dakwahnya
membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka selayaknya
menghiasi pribadinya dengan akhlak yang merupakan sebagian faktor utama
yang dapat mendukung keberhasilan dakwahnya, di antaranya sebagai
berikut ini.
Pertama: Ikhlas Dalam Berdakwah
Motivasi utama bagi seorang da’i tatkala berdakwah ialah rasa cinta
kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ, kepada agamaNya, kepada sesamanya,
mengharapkan kebaikan untuk orang yang didakwahi. Keikhlasan da’i
dalam dakwahnya, merupakan perkara yang paling penting bagi keberhasilan
dakwahnya, sebagaimana Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ kabarkan tentang para
nabi tatkala mereka berkata kepada kaumnya:
3. 3
"Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikitpun
daripadamu. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya
aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepadaNya)". (QS
Yûnus/10: 72)
Jika dakwah didasarkan bukan karena ikhlas, tetapi karena riya’,
mengharap kedudukan, harta ataupun kepentingan dunia lainnya, maka
tidak dapat disebut sebagai dakwah karena Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ,
melainkan seruan untuk dirinya sendiri, kepentingan pribadi atau maksud-
maksud lainnya. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ telah memberi peringatan
tentang hal ini dalam firmanNya:
ۖ
"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami
berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan
mereka, di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah
mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." (QS
Hûd/11: 15-16)
‘Abdullah Ibnu ‘Abbas radhiyallâhu 'anhu berkata : “Sesungguhnya,
orang-orang yang riya’, mereka diberi kebaikan di dunia, dan tidak di
dirugikan sedikitpun. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berfirman ‘barangsiapa
beramal shalih namun tujuannya untuk mencari dunia, Aku akan membalas
perbuatan mereka dengan sempurna di dunia, tetapi sia-sialah apa yang dia
perbuat. Dan di akhirat, ia termasuk orang-orang yang merugi’.”
Kedua: Ilmu
Tentang ilmu, ini meliputi tiga perkara:
1. Ilmu Agama
Seorang da’i harus mengetahui syariat Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ
dan hukum-hukum yang berkaitan dengannya, sehingga mampu berdakwah
di atas ilmu dan hujjah.
Allah telah menjelaskan dalam firmaNya:
4. 4
"Katakanlah: "Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang yang mengikutiku
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Maha suci Allah, dan aku
tiada termasuk orang-orang yang musyrik." (QS Yûsuf/12: 108).
Makna bashîrah dalam ayat ini – menurut sebagian mufassir --- ialah
‘ilmu’. Yang dengan ilmu ini, seorang da’i akan mampu mempertahankan
apa yang didakwahkannya dari segala bentuk syubhat ataupun kerancuan,
menegakkan hujjah terhadap para penentangnya, sehingga kebenaran bisa
diterima dengan ijin Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ. Orang yang tidak memiliki
ilmu, tidaklah pantas untuk menjadi seorang da’i, karena akan lebih banyak
membuat kerusakan dibanding perbaikan. Berapa banyak kerugian yang
disebabkan para da’i karbitan, baik pada dirinya, ataupun pada dakwah itu
sendiri. Tanpa memiliki ilmu, maka runtuhlah da’i itu dihadapkan kebatilan
yang disebabkan karena kejahilannya atas apa yang didakwahkannya. Oleh
sebab itu, dilarang menempatkan seseorang yang tidak berilmu sebagai da’i.
2. Ilmu Tentang Keadaan Orang Yang Hendak Didakwahinya
Dengan mengetahui keadaan orang yang hendak didakwahinya,
sehingga seorang da’i sudah mempersiapkan dirinya untuk menghadapi
medan dakwah di depannya. Ketika Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam
mengutus Muadz ke Yaman, Beliau (Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam)
memberikan wasiat:
"… sesunggungnya engkau akan mendatangi kaum dari ahli kitab…" (Hadits
Riwayat al-Bukhari dari Mu’adz bin Jabal, Shahîh al-Bukhâry, juz IV, hal.
1580, hadiits no. 4090)
Dalam hadits ini, Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam mengabarkan
kepada siapa dia diutus, sehingga dia mengetahui yang akan dihadapinya,
kemudian mempersiapkan diri. Sebaliknya, jika seorang da’i tidak
mengetahui keadaan orang yang hendak didakwahi, maka akan berdampak
buruk pada dakwahnya, sehingga mungkin tidak tepat sasaran dan gagal.
5. 5
3. Seorang Da’i Hendaklah Mengetahui Ilmu Tentang Metode
Dakwah
Metode dakwah adalah suatu cara dalam melaksanakan dakwah,
menghilangkan rintangan atau kendala-kendala dakwah agar mencapai
tujuan dakwah secara efektif dan efisien.
Ketiga: Beramal Dengan Apa Yang Didakwahkan
Ini merupakan sifat yang wajib dimiliki seorang da’i. Dia harus
menjadi suri tauladan bagi orang lain tentang apa yang didakwahkannya,
sehingga bukan termasuk orang yang mengajak kepada kebaikan namun
justru dia meninggalkannya; mencegah dari sesuatu, namun dia sendiri
melakukannya. Orang seperti ini termasuk golongan orang-orang yang
merugi. Adapun orang yang beriman, mereka menyeru kepada kebenaran,
beramal dengannya, bersegera dan bersemangat dalam mengamalkannya
dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berfirman:
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu
perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tiada kamu kerjakan." (QS ash-Shaf/61: 2-3)
Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ mencela orang Yahudi, tatkala mereka
memerintahkan orang-orang untuk berbuat baik sedangkan mereka
melupakan diri mereka sendiri:
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan
diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka
tidakkah kamu berpikir?" (QS al-Baqarah/2: 44)
Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam mengabarkan:
6. 6
"Didatangkan seseorang pada hari Kiamat, kemudian dilemparkan ke dalam nereka
hingga ususnya terburai berputar-putar seperti keledai berputar di sekeliling batu
gilingan. Berkumpullah padanya penghuni neraka dan bertanya kepadanya:
“Wahai, fulan! Apa yang terjadi denganmu? Bukankah engkau dahulu yang
memerintahkan kami mengerjakan kebaikan dan mencegah kami dari
kemungkaran?” Dia menjawab: “Aku memerintahkan kalian mengerjakan kebaikan,
sedangkan aku tidak mengerjakannya. Aku larang kalian dari kemungkaran, (tetapi)
aku sendiri melakukannya”. (Hadits Riwayat al-Bukhari dari Usamah bin Zaid
bin Haritsah, Shahîh al-Bukhâriy, Juz IV, hal. 147 hadits no. 3267)
Hendaklah seorang da’i menyadari, bahwa kemalasannya dalam
menjalankan ketaatan kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berbeda dengan
orang lain, karena dia sebagai contoh bagi orang lain. Tatkala orang
melihatnya malas, maka orangpun akan berbuat semisalnya, atau bahkan
lebih parah lagi. Sebagaimana pelanggaran hukum-hukum Allah Subhânahu
Wa Ta'âlâ oleh da’i, tidaklah sama dengan pelanggaran yang dilakukan orang
lain, karena ini akan diikuti, sehingga tersebarlah maksiat dimana-mana
dengan dalih, da’i fulan melakukannya. Terkadang perkara yang sunnah bisa
menjadi wajib bagi seorang da’i. Artinya, seorang da’i dituntut untuk
senantiasa mengamalkan yang sunnah, supaya orang lain mencontohnya
sehingga sunnah itu tersebar di masyarakat. Demikian juga perkara yang
makruh bisa menjadi haram bagi seorang da’i. Artinya, seorang da’i dituntut
untuk senantiasa meninggalkan perkara yang makruh, supaya orang lain
tidak mencontohnya dan menganggap itu perkara yang mubah, sehingga
perkara yang makruh tersebut tidak menjadi kebiasaan di masyarakat.
Disinilah seorang da’i mempunyai amanah yang berat dan tanggung-jawab
yang besar. Semoga Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ menolong kita dalam
menunaikan tanggung-jawab ini.
Keempat: Hikmah
Secara ringkas, makna “hikmah” adalah والفعل القول في اإلصابة
(ketepatan dalam berbicara dan bertindak)”, dan meletakkan segala sesuatu pada
tempatnya. Seorang da’i harus mempunyai kearifan dalam dakwahnya.
Yaitu dengan menggunakan cara yang terbaik sesuai dengan keadaan dan
tempatnya, karena manusia tidak memiliki cara yang sama dalam berfikir,
tingkat pemahaman dan tabiatnya. Demikian juga penerimaan mereka
terhadap kebenaran yang didakwahkan, ada yang langsung menerima tanpa
harus berfikir panjang, ada pula yang perlu berdiskusi terlebih dahulu,
terkadang harus diiringi dengan perdebatan yang cukup panjang. Maka
7. 7
seorang da’i dituntut untuk menggunakan metode yang sesuai dengan
kondisi masing-masing orang, sehingga dakwahnya bisa lebih diterima
masyarakat dan tepat sasaran. Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ berfirman:
"Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS an Nahl/16: 125)
Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam telah memberi contoh kepada kita
cara berdakwah dengan hikmah, sebagaimana diceritakan oleh Anas bin
Malik radhiyallâhu 'anhu:
“Tatkala kami bersama Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam di masjid, tiba-tiba
datang seorang Arab badui berdiri dan kencing di masjid, maka berkatalah para
sahabat,’Apa-apaan ini!’ Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda, ‘Jangan
kalian putuskan air kencingnya. Biarkan dia.’ Maka sahabat membiarkannya hingga
selesai kencingnya, kemudian Nabi memanggilnya dan berkata kepadanya,
‘Sesungguhnya masjid ini tidak selayaknya untuk dikencingi ataupun dikotori.
Masjid ini untuk mengingat Allah, shalat dan membaca al-Qur’an.’ Kemudian Nabi
shallallâhu 'alaihi wa sallam memerintahkan salah seorang di antara mereka untuk
mengambil seember air dan menyiramkannya." (Hadits Riwayat Muslim dari
8. 8
Anas bin Malik, Shahîh Muslim, Juz I, hal. 163, hadits no. 687)
Sikap yang ditunjukkan Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam ini
merupakan sikap yang sangat agung, mengandung kelembutan yang diiringi
dengan hikmah. Perhatikanlah, bagaimana Beliau (Nabi) shallallâhu 'alaihi wa
sallam bersikap lemah-lembut dengan seorang yang jahil tanpa harus bersikap
kasar atau mencelanya. Sebaliknya, Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam
mengajarkan apa yang layak dilakukannya. Akhlak seperti inilah yang
seharusnya dimiliki seorang da’i dalam menjalankan dakwahnya.
Kelima: Sabar
Ini merupakan tiang utama penopang keberhasilan dakwah.
Seorang da’i pasti akan mendapatkan gangguan dalam dakwahnya, apabila
dia menjelaskan tentang haramnya syirik kepada Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ
dan menjelaskan berbagai macam kesyrikan yang terjadi di masyarakat.
Orang-orang musyrik akan bangkit menghadang dan menentang dakwahnya.
Demikian juga jika menjelaskan tentang wajibnya berpegang dengan Sunnah
dan meninggalkan bid’ah, maka ahli bid’ah akan merintanginya, baik
dengan ucapan ataupun tindakan yang ditujukan pada dirinya ataupun pada
dakwahnya. Lihatlah kesabaran pada diri Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam,
demikian juga para rasul sebelum Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam. Mereka
sabar menghadapi pahit getirnya berdakwah dan tantangan yang dihadapi,
sebagaimana dilukiskan Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ dalam firmanNya:
"Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi
mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap
mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka. Tak ada seorangpun
yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah." (QS al An'âm/6: 34)
Sabar mempunyai kedudukan yang tinggi, tidak mungkin dicapai
kecuali dengan mengambil sebabnya. Di antaranya, yaitu dengan mengingat
betapa besar pahala yang Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ siapkan bagi hambaNya
yang bersabar.
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa
batas." (QS az-Zumar/39: 10)
9. 9
Bagaimana pula pelajaran yang bisa diambil dari sejarah para ulama
Salaf dalam menegakkan kebenaran. Mereka sabar dalam menghadapi
berbagai rintangan hingga datangnya pertolongan Allah Subhânahu Wa
Ta'âlâ. Sebagaimana fitnah yang terjadi pada diri Imam Ahmad dan Imam
Ibnu Taimiyyah pada zaman mereka berdua. Maka bersabarlah wahai para
da’i dalam menegakkan kebenaran, mendakwahkannya dan membelanya,
gantungkanlah harapan, panjangkanlah nafas, bekerja keraslah siang dan
malam, dan lihatlah jauh ke depan, keberhasilan dakwah menunggu di
hadapan kalian dengan ijin Allah Subhânahu Wa Ta'âlâ. Dan hanya
kepadaNya, kita memohon pertolongan dan menyandarkan harapan.
Wallâhu A’lamu bish- Shawâb.