Dokumen tersebut membahas tentang penentuan beyond use date (BUD) pada sediaan farmasi. BUD didefinisikan sebagai batas waktu penggunaan sediaan setelah dipersiapkan atau kemasan dibuka. BUD ditentukan berdasarkan faktor-faktor seperti sifat obat, jenis wadah, suhu penyimpanan, dan keamanan mikrobiologi. BUD berbeda dengan expiration date yang ditetapkan produsen untuk produk yang belum dibuka
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan terapi obat yang meliputi identifikasi masalah penggunaan obat pasien, evaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat, serta rekomendasi perubahan terapi jika diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
Dokumen tersebut membahas tentang biofarmasetika, yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi, bioavailabilitas, atau efek farmakologisnya. Dokumen ini juga membahas tentang korelasi percobaan in vitro dan in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung besaran-besaran farmakokinetik seperti Css,maks dan Css,min
Dokumen tersebut membahas proses registrasi obat dan produk biologi di Indonesia, mencakup definisi obat, jalur evaluasi registrasi, kategori registrasi, persyaratan registrasi obat impor dan berdasarkan lisensi atau kontrak, pengajuan dokumen, alur proses evaluasi, kriteria penilaian khasiat, keamanan dan mutu obat, serta proses pengembangan obat copy/generik.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan beyond use date (BUD) pada sediaan farmasi. BUD didefinisikan sebagai batas waktu penggunaan sediaan setelah dipersiapkan atau kemasan dibuka. BUD ditentukan berdasarkan faktor-faktor seperti sifat obat, jenis wadah, suhu penyimpanan, dan keamanan mikrobiologi. BUD berbeda dengan expiration date yang ditetapkan produsen untuk produk yang belum dibuka
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang pemantauan terapi obat yang meliputi identifikasi masalah penggunaan obat pasien, evaluasi efektivitas dan keamanan terapi obat, serta rekomendasi perubahan terapi jika diperlukan untuk mencapai hasil terapi yang optimal.
Dokumen tersebut membahas tentang biofarmasetika, yang mempelajari hubungan antara sifat kimia fisika obat dengan absorbsi, bioavailabilitas, atau efek farmakologisnya. Dokumen ini juga membahas tentang korelasi percobaan in vitro dan in vivo, pengaturan dosis ganda baik secara oral maupun intra vena, serta beberapa rumus untuk menghitung besaran-besaran farmakokinetik seperti Css,maks dan Css,min
Dokumen tersebut membahas proses registrasi obat dan produk biologi di Indonesia, mencakup definisi obat, jalur evaluasi registrasi, kategori registrasi, persyaratan registrasi obat impor dan berdasarkan lisensi atau kontrak, pengajuan dokumen, alur proses evaluasi, kriteria penilaian khasiat, keamanan dan mutu obat, serta proses pengembangan obat copy/generik.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Pengadaan obat di puskesmas dapat dilakukan melalui permintaan ke dinas kesehatan kabupaten atau pengadaan mandiri. Permintaan obat diajukan berdasarkan laporan pemakaian dan kebutuhan obat, sedangkan pengadaan mandiri dapat dilakukan melalui sistem pengadaan pemerintah atau langsung ke apotek dalam kondisi tertentu. Apoteker berperan penting dalam proses pengadaan obat di puskesmas.
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetika klinis dalam merancang aturan dosis obat secara individual untuk mencapai respon terapeutik optimal dan meminimalkan efek samping, dengan mempertimbangkan variasi antar individu dalam farmakokinetika dan farmakodinamika."
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekAstriedAmalia
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa apoteker harus mematuhi standar pelayanan kefarmasian dan kode etik apoteker Indonesia dalam memberikan obat kepada pasien. Jika apoteker lalai, maka dapat dikenai sanksi atau bahkan dijadikan tersangka karena melanggar undang-undang.
(Teknologi farmasi ) penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kemba...Genny R Weya
Presentasi ini membahas pengertian keluhan, penarikan kembali produk, dan penanganan produk kembalian. Keluhan adalah pengaduan pelanggan terkait kualitas, kuantitas, atau keamanan produk. Penarikan kembali produk dilakukan jika produk tidak memenuhi standar mutu, keamanan, atau penandaan. Produk kembalian ditangani dengan pemeriksaan, pengujian, dan keputusan pengolahan ulang atau pemusnahan.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling yang dilakukan oleh apoteker, termasuk tujuan, sasaran, jenis informasi yang diberikan kepada berbagai pihak, dan dasar hukum yang mengatur PIO dan konseling di Indonesia.
GMP adalah Suatu pedoman bagi suatu industri, bagaimana cara memproduksi suatu produk dengan baik. Seluruh lembaga regulasi di dunia mengharuskan penerapan cGMP secara teratur bagi industri yang memproduksi produk farmasi maupun produk biologi (WHO, 2006).
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai tablet effervescent, yang merupakan tablet yang dibuat dengan mencetak granul garam efervescent atau bahan lain yang mengandung asam dan karbonat/bikarbonat sehingga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan gas ketika kontak dengan air. Dokumen tersebut menjelaskan komponen utama tablet efervescent seperti sumber asam, sumber karbondioksida, zat aktif, dan bahan tambahan lainny
Keputusan Menteri Kesehatan menetapkan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) 2015 yang merupakan daftar obat paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan. DOEN direvisi dua tahun sekali untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan program kesehatan. DOEN 2015 menggantikan DOEN 2013 dan mulai berlaku sejak ditetapkan.
Dokumen tersebut membahas tentang pedoman penerapan kajian farmakoekonomi di Indonesia. Kajian farmakoekonomi dipandang penting untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien sejalan dengan upaya pencapaian target MDGs dan reformasi sistem kesehatan nasional. Pedoman ini bertujuan memberikan panduan praktis bagi pengambil keputusan kesehatan dalam mengadopsi prinsip-prinsip farmakoekonomi untuk mend
Pedoman ini membahas tentang penyusunan formularium rumah sakit RS Zahirah yang meliputi tujuan, ruang lingkup kegiatan Komite Farmasi dan Terapi, format formularium, manfaat formularium, dan sistem evaluasi serta pemilihan obat yang akan dimasukkan ke dalam formularium."
Puskesmas Banyumanik memiliki ketersediaan amoxicillin sebesar 74% dari kebutuhan, dan ketersediaan obat generik A sebesar 67%. Kedua obat tersebut perlu dit
Dokumen tersebut merupakan daftar obat-obatan yang dikelompokkan berdasarkan kelas terapi, termasuk nama obat, bentuk sediaan, dosis, dan catatan khusus. Beberapa kelompok obat yang disebutkan antara lain analgetik, anestetik lokal dan umum, anti alergi, serta antidot untuk keracunan khusus.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan dosis obat untuk mencapai kadar dalam rentang terapeutik. Secara singkat, dokumen menjelaskan bahwa (1) tujuan penetapan dosis adalah mencapai kadar dalam rentang terapeutik, (2) asumsi farmakokinetik diperlukan bila informasi terbatas, dan (3) pemberian obat jangka panjang harus menjaga kadar steady state dalam rentang tersebut.
Pengadaan obat di puskesmas dapat dilakukan melalui permintaan ke dinas kesehatan kabupaten atau pengadaan mandiri. Permintaan obat diajukan berdasarkan laporan pemakaian dan kebutuhan obat, sedangkan pengadaan mandiri dapat dilakukan melalui sistem pengadaan pemerintah atau langsung ke apotek dalam kondisi tertentu. Apoteker berperan penting dalam proses pengadaan obat di puskesmas.
Dokumen tersebut membahas tentang aplikasi farmakokinetika klinis dalam merancang aturan dosis obat secara individual untuk mencapai respon terapeutik optimal dan meminimalkan efek samping, dengan mempertimbangkan variasi antar individu dalam farmakokinetika dan farmakodinamika."
Kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotekAstriedAmalia
Dokumen tersebut membahas tentang kasus pelanggaran kode etik apoteker di apotek. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa apoteker harus mematuhi standar pelayanan kefarmasian dan kode etik apoteker Indonesia dalam memberikan obat kepada pasien. Jika apoteker lalai, maka dapat dikenai sanksi atau bahkan dijadikan tersangka karena melanggar undang-undang.
(Teknologi farmasi ) penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kemba...Genny R Weya
Presentasi ini membahas pengertian keluhan, penarikan kembali produk, dan penanganan produk kembalian. Keluhan adalah pengaduan pelanggan terkait kualitas, kuantitas, atau keamanan produk. Penarikan kembali produk dilakukan jika produk tidak memenuhi standar mutu, keamanan, atau penandaan. Produk kembalian ditangani dengan pemeriksaan, pengujian, dan keputusan pengolahan ulang atau pemusnahan.
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan informasi obat (PIO) dan konseling yang dilakukan oleh apoteker, termasuk tujuan, sasaran, jenis informasi yang diberikan kepada berbagai pihak, dan dasar hukum yang mengatur PIO dan konseling di Indonesia.
GMP adalah Suatu pedoman bagi suatu industri, bagaimana cara memproduksi suatu produk dengan baik. Seluruh lembaga regulasi di dunia mengharuskan penerapan cGMP secara teratur bagi industri yang memproduksi produk farmasi maupun produk biologi (WHO, 2006).
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai tablet effervescent, yang merupakan tablet yang dibuat dengan mencetak granul garam efervescent atau bahan lain yang mengandung asam dan karbonat/bikarbonat sehingga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan gas ketika kontak dengan air. Dokumen tersebut menjelaskan komponen utama tablet efervescent seperti sumber asam, sumber karbondioksida, zat aktif, dan bahan tambahan lainny
Keputusan Menteri Kesehatan menetapkan Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) 2015 yang merupakan daftar obat paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan. DOEN direvisi dua tahun sekali untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan program kesehatan. DOEN 2015 menggantikan DOEN 2013 dan mulai berlaku sejak ditetapkan.
Dokumen tersebut membahas tentang pedoman penerapan kajian farmakoekonomi di Indonesia. Kajian farmakoekonomi dipandang penting untuk mengendalikan biaya pelayanan kesehatan secara efektif dan efisien sejalan dengan upaya pencapaian target MDGs dan reformasi sistem kesehatan nasional. Pedoman ini bertujuan memberikan panduan praktis bagi pengambil keputusan kesehatan dalam mengadopsi prinsip-prinsip farmakoekonomi untuk mend
Pedoman ini membahas tentang penyusunan formularium rumah sakit RS Zahirah yang meliputi tujuan, ruang lingkup kegiatan Komite Farmasi dan Terapi, format formularium, manfaat formularium, dan sistem evaluasi serta pemilihan obat yang akan dimasukkan ke dalam formularium."
Puskesmas Banyumanik memiliki ketersediaan amoxicillin sebesar 74% dari kebutuhan, dan ketersediaan obat generik A sebesar 67%. Kedua obat tersebut perlu dit
Dokumen tersebut merupakan daftar obat-obatan yang dikelompokkan berdasarkan kelas terapi, termasuk nama obat, bentuk sediaan, dosis, dan catatan khusus. Beberapa kelompok obat yang disebutkan antara lain analgetik, anestetik lokal dan umum, anti alergi, serta antidot untuk keracunan khusus.
Dokumen tersebut berisi ringkasan dosis obat untuk penyakit pediatri pada berbagai spesialisasi kedokteran seperti hematologi, infeksi, gastroenterologi, imunisasi dan lainnya.
PENATALAKSANAAN TERKINI PENYAKIT KULIT DALAM PRAKTEK SEHARI HARI Suharti Wairagya
Pada dokumen tersebut membahas tentang penatalaksanaan terkini penyakit kulit dalam praktek sehari-hari. Dokumen ini memberikan ringkasan singkat tentang berbagai topik infeksi kulit seperti varicella, herpes zoster, herpes simpleks, impetigo, erisipelas, selulitis, kusta dan reaksi kustanya, serta kandidiasis dan dermatofilosis.
Keputusan Menteri Kesehatan mengubah beberapa ketentuan dalam Formularium Nasional terkait analgetik narkotik dan non-narkotik, termasuk menambahkan dan membatasi penggunaan beberapa obat.
Dokumen tersebut membahas tentang Program Pengendalian Penyakit Filariasis (POMP Filariasis) di Kabupaten Karawang. Tujuan POMP Filariasis adalah menurunkan kadar mikrofilaria di darah penduduk agar penularan filariasis dapat diputus, dengan memberikan obat preventif setiap tahun kepada seluruh penduduk daerah endemis. Obat utama yang digunakan adalah tablet diethylcarbamazine citrate dan albendazole, yang dapat men
Layanan anc terintegrasi ims pkm kalideres kemenkesDokter Tekno
Kasus ibu hamil dengan hasil positif sifilis pada skrining rutin di Puskesmas Kalideres. Ibu mendapat konseling, terapi BBP, dan rujukan untuk pemeriksaan lebih lanjut serta konseling pasangan.
Keputusan ini mengubah beberapa ketentuan dalam Formularium Nasional sebelumnya terkait penambahan, penghapusan, dan perubahan obat yang diresepkan di fasilitas kesehatan. Perubahan ini dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan pengobatan di masyarakat.
Kepmenkes 159 2014 perubahan atas keputusan menteri kesehatan nomor 328-menk...Ulfah Hanum
Keputusan Menteri Kesehatan memperbarui Formularium Nasional dengan mengubah beberapa ketentuan obat pada berbagai kelas terapi. Perubahan tersebut meliputi penambahan sediaan obat, perubahan restriksi penggunaan obat, serta penyesuaian nama generik dan kekuatan obat.
Dokumen tersebut membahas pengaruh cara pemberian obat terhadap absorbsi dan efek sedatif obat. Secara umum dibahas tentang latar belakang, tujuan percobaan, dasar teori mengenai rute pemberian obat, alat dan bahan yang digunakan, serta cara kerja dan perhitungan dosis obat dalam percobaan menggunakan hewan coba tikus."
Dokumen tersebut membahas tentang indikasi dan kontra indikasi penggunaan obat, serta dosis-dosis obat yang sesuai. Secara khusus dijelaskan tentang pengertian, contoh, dan efek samping beberapa jenis obat seperti antipiretik, antihistamin, dan antibiotik. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan dosis obat juga diuraikan."
Similar to Studi Kasus Pengkajian Resep Kemkes.pdf (20)
This article provides an update to the 2008 recommendations from the Société Française de Pharmacy Oncologique (SFPO) on the practical stability of anticancer drugs. A group including members from SFPO and ESOP reviewed new data and included stability information on 9 new drugs. They separated the findings into long-term (>2 weeks) and short-term stability studies. For long-term stability, they identified studies on the stability of monoclonal antibodies, extended stability of some drugs at room temperature, and stability in new containers. They also included new information relevant to daily oncology pharmacy practice.
The document discusses drug compatibility for intravenous medications. It notes that as the number of available IV medications has increased, so too has the likelihood that multiple IV medications will need to be administered together. This increases the risk of incompatibilities between drugs. The table provided lists the compatibility of commonly used IV drugs when combined based on factors like pH, concentration, and excipients. It is important to check compatibility before administering IV drugs together to avoid potential adverse events from incompatibilities.
2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdfMarlinaAzwar1
Dokumen tersebut membahas konsep dasar dispensing sediaan obat steril, meliputi definisi dispensing dan sediaan obat steril, tujuan pembelajaran mengenai konsep dasar dan standar dispensing sediaan obat steril, serta alur dan proses dispensing sediaan obat steril di ruang bersih termasuk peralatan dan fasilitas yang digunakan.
CERITA REMEH TEMEH DESA ANKOR JAWA TENGAH.pdfZainul Ulum
Sekelumit cerita tentang ekspresi kegelisahan kaum muda desa atas kondisi negara, yang memilih menyalakan lilin-lilin kecil sebisanya daripada mengutuk kegelapan yang memiskinkannya selama beberapa generasi
Keberadaan Nganjuk sebagai kabupaten yang memiliki resiko bencana berskala sedang menjadi fokus pembahasan dalam FGD Lingkungan yang di gelar di Dinas Lingkungan Hidup Kab. Nganjuk.
Dalam kegiatan FGD yang di hadiri seluruh Komunitas, Pemangku Kebijakan (Dinas Kehutanan Jawa Timur, FPRB Nganjuk, BPBD Nganjuk) tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar pihak untuk melakukan aksi mitigasi pengurangan resiko bencana.
Dalam Paparan ini, Pelestari Kawasan Wilis memaparkan konsep mitigasi yang bertumpu pada perlindungan sumber mata Air. Hal ini selaras dengan aksi & kegiatan yang telah dilakukan sejak 2020, dimana Perkawis mengambil peran konservasi di sekitar lereng Wilis
4. StandarPKPO 5.1
Rumah sakit menetapkan regulasiyang mengatur semua resep / permintaan
obat dan instruksipengobatan obatditelaah ketepatannya
Maksud dan Tujuan PKPO 5.1
Setiap resep / permintaan obat / instruksipengobatan
harus dilakukan dua pengkajian / telaah, yaitu :
• Pengkajian / telaah resep yang dilakukan sebelum obat disiapkan
untuk memastikan resep memenuhi syarat
secara administratif , farmasetik dan klinis
• Telaah obat yang dilakukan setelah obat selesai disiapkan
untuk memastikan bahwa obat yang disiapkan
sudah sesuai dengan resep / instruksi pengobatan
5. Maksud dan Tujuan PKPO 5.1
Pengkajian resep dilakukan oleh apoteker meliputi :
a) Ketepatan identitas pasien, obat, dosis, frekuensi, aturan minum / makan obat,
dan waktu pemberian ;
b) Duplikasi pengobatan ;
c) Potensi alergi atau sensitivitas ;
d) Interaksi antara obat dan obat lain atau dengan makanan ;
e) Variasi kriteria penggunaan dari rumah sakit
f) Berat badan pasien dan atau informasi fisiologik lainnya ;
g) Kontra indikasi.
Telaah obat dilakukan terhadap obat yang telah siap
dan telaah dilakukan meliputi 5 (lima) informasi, yaitu :
1) Identitas pasien
2) Ketepatan obat
3) Dosis
4) Rute pemberian
5) Waktu pemberian
8. Dosis Obat Sitostatika
• Sebagian besar berdasarkan luas permukaan tubuh
(Body Surface Area)
• Beberapa berdasarkan dosis tetap, BB, AUC, umur.
• Dosis masing-masing orang berbeda, harus dihitung.
• BSA : TB (cm) x BB (kg)
3600
• Dosis berdasarkan AUC = Calvert Formula
Target AUC x (GFR + 25), target AUC ditentukan
dari riwayat kemoterapi sebelumnya.
9. Contoh Protokol Kemoterapi
CARBOplatin + PACLitaxel
• CARBOplatin dengan target AUC = 6,
PACLitaxel 175 mg/m2
• Indikasi : Kanker Ovarium
• Pasien dengan BB = 55 kg, TB = 160 cm,
GFR = 60 mL/mnt.
• Bagaimana mempersiapkan regimen kemoterapi
tersebut ?
10. KELAS
TERAPI
SUBKELASTERAPI / NAMA GENERIK/
SEDIAAN/ KEKUATANDAN
RESTRIKSIPENGGUNAAN
FASILITAS
KESEHATAN
TK 3
PERESEPAN MAKSIMAL
24 kapesitabin
a) Untukkanker kolorektal
b) Untukkanker payudarametastatik
setelah gagal dengan terapilain
1. tab sal 500mg 2.500mg/m2/hari
selama 2 minggu
diulang setiap 3 minggu
25 KARBOplatin
1. inj 10 mg/mL AUC (Area UnderCurve) 5 - 6
setiap 3 minggu
26 klorambusil
1. tab sal selaput 5 mg
28 melfalan
Untuk multiple mieloma.
1. tab 2 mg
29 merkaptopurin
1. tab 50 mg
11. KELAS
TERAPI
SUBKELASTERAPI / NAMA GENERIK / SEDIAAN /
KEKUATAN DAN RESTRIKSI PENGGUNAAN
FASILITAS
KESEHATAN
TK 3
PERESEPANMAKSIMAL
33 oksaliplatin
a) Untuk terapi adjuvankanker kolorektal stadium
III
b) Dapat digunakan untuk kanker kolorektal
metastastatik.
1. serb inj 50 mg 12 x pemberian
2. serb inj 100 mg 12 x pemberian
34 oktreotid LAR
Untuk akromegali dantumor karsinoid
1. serb inj 20 mg Untuk pasien akromegali yangbaru
pertama mendapat 150 mg/hari
selama 2 minggu,
20 - 30 mg/bulansetiap4 minggu.
Untuk tumor karsinoid20 - 30 mg/bulan
maks 6 bulan.
2. serb inj 30 mg
35 PAKLitaksel
1. inj 6 mg/mL Untuk kanker ovarium 175 mg/m2/kali,
setiap3 minggu dilanjutkan
sisplatin75 mg/m2
14. Preparasi (1)
• CARBOplatin
- Konsentrasi sediaan = 10 mg/mL
- Larutan CARBOplatin yang diambil sebanyak 510 / 10 = 51 mL
- Pelarut = Dextrose 5% / NaCl 0,9% dengan konsentrasi akhir
0,2 – 0,5 mg/mL → 200 mL
- Harus terlindung cahaya
- Stabilitas = 8 jam di suhu kamar dan 24 jam di refrigerator.
15. Preparasi (2)
• PACLitaxel :
- Konsentrasi sediaan = 6 mg/mL
- Larutan PACLitaxel yang diambil sebanyak 262/6 = 43,7 mL
- Pelarut = Dextrose 5% / NaCl 0.9%
dengan konsentrasi akhir 0,3 - 1,2 mg/mL.
- Masukkan 43,7 ml Paclitaxel ke dalam 250 ml NaCl 0,9% →
konsentrasi akhir 1 mg/mL
- Siapkan dalam kolf non - PVC, dan infus set non PVC
dengan filter 0,22 m
- Stabilitas = 27 jam.
16. NO. NAMA
OBAT
OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN
STABILITAS DAN
PENYIMPANAN
SETELAH
DIREKONSTITUSI
DENGAN PELARUT
YANG SESUAI
TINDAK
-AN
PENCE-
GAHAN
KONSEN
-TRASI
KONDISI
PENYIM
-PANAN
PELA-
RUT
VOLU-
ME
KONSEN
-TRASI
AKHIR
RUTE /
LAMA
PEMBE-
RIAN
LARUT-
AN
YANG
COCOK
VOLU-
ME
LARUT-
AN
2-8 C 22-25
C
4. CARBO-
platin
50 mg
dlm
5 ml
< 25 C WFI
steril,
NS, D5
50 mg/
5 ml
Infus
(IV)
(15-60
menit)
D5, NS 500 ml 24 jam
terlin-
dung
dari
cahaya
8 jam
terlin-
dung
dari
cahaya
Terhin-
dar dari
cahaya
lang-
sung
38. PACLitaxel
(Taxol)
30 mg/
5 ml
0,3-1,2
mg/ml
15-25
C
NS 30 mg/
5 ml
IV
(3 jam,
24 jam)
NS, D5 500 ml
(0,3-1,2
mg/ml)
27 jam Simpan
pada
wadah
gelas,
guna-
kan
khusus
infus
Taxol,
terhin-
dar dari
cahaya
lang-
sung
17.
18. Skema Infus
Waktu Obat/cairan Jumlah Pemberian
00.00
00.30
02.30
02.40
05.40
Inf. NaCl 0.9%
+ Inj
+ Inj
+ Inj
Paclitaxel 262 mg
Inf. NaCl 0.9%
Carboplatin 510 mg
Inf. NaCl 0.9%
500 cc
250 cc
Drip
Iv bolus
Iv bolus
Iv bolus
2 jam
Bilas
3 jam
Bilas 30 menit
19. Contoh Protokol Kemoterapi
• R-CHOP
– RiTUXimab 375 mg/m2 iv D1
– Cyclophosphamide750 mg/m2 iv D1
– HydroxydaunomycinHCl (DOXOrubicin HCl) 50 mg/m2 iv D1
– Oncovin (VinCRIStine) 1,4 mg/m2 iv D1
– Prednison 100 mg po D1-5
• Tn. XY ; no. MR = 745 ;
Indikasi : High-grade non-Hodgkin’s Lymphoma
• Pasien dengan BB = 50 kg, TB = 160 kg
20. KELAS
TERAPI
SUBKELAS TERAPI / NAMA GENERIK / SEDIAAN /
KEKUATAN DAN RESTRIKSI PENGGUNAAN
FASILITAS
KESEHATAN
TK 3
PERESEPANMAKSIMAL
37 riTUKSimab
a) Untuksemua jenis Limfoma malignum
Non Hodgkins (LNH) dengan hasil pemeriksaan
CD20 positif.
b) Untukterapi CLL (Chronic Lymphocytic
Leukemia) dengan hasil pemeriksaan CD20positif.
1. inj 10 mg/mL 375 mg/m2
setiap 3 minggu
38 seTUKSimab
a) Kanker kolorektal metastatikdengan
hasil pemeriksaan KRASwild type positif (normal).
b) Sebagai terapi lini kedua kankerkepala dan leher
jenis squamous yangbukan nasofaring
dan dikombinasidengan kemoterapi atauradiasi.
1. inj 5 mg/mL -Pemberian tiap minggu :
dosis pertama 400 mg/m2,
dosis selanjutnya
250 mg/m2 tiap minggu,
- Maksimal 12 siklus.
21. KELAS
TERAPI
SUBKELASTERAPI / NAMA GENERIK/ SEDIAAN/
KEKUATANDAN RESTRIKSIPENGGUNAAN
FASILITAS
KESEHATAN
TK 3
PERESEPAN
MAKSIMAL
39 siklofosfamid
a) Untukkanker payudara,limfoma malignum,
leukemia akut dan kronik, kanker ovarium
dan sebagai imunosupresan.
b) Diberikan bersama imunosupresanlain untuk
indikasi GTN(GestationalTrophoblastic Neoplasia)
high risk
c) UntukTumor Neuroendokrin Pankreas(PNET)
1. tab sal gula 50 mg 750mg/m2 LPT
setiap 3 minggu
2. serb inj 200mg (iv)
3. serb inj 500mg (iv)
4. serb inj 1.000mg (iv)
40 SISplatin
1. serb inj 10mg 100mg/m2/hari
diulang
tiap 3 minggu
2. serb inj 50mg
23. KELAS
TERAPI
SUBKELASTERAPI / NAMA GENERIK/ SEDIAAN/
KEKUATANDAN RESTRIKSIPENGGUNAAN
FASILITAS
KESEHATAN
TK 3
PERESEPAN
MAKSIMAL
45 vinKRIStin
Untuk leukemia, Limfoma Malignum Non Hodgkins
(LNH), rabdomiosarkomadan Ewing Sarcoma,
osteosarcoma, trofoblastikganas
dan multiple mieloma
1. serb inj 1 mg/mL (iv) 1,2 mg/m2
setiap 5 hari.
Kecuali
untuk ALL
maks 3 tahun.
46 vinorelbin
a) UntukNonSmall Cell Lung Cancer(NSCLC)
PengobatanunresectableadvancedNSLC
kombinasi dengan sisplatin.
b) Untukkanker payudarastadiumlanjut.
1. inj 10 mg/mL 25 mg/m2,
hari 1 dan 8,
diulang
setiap 3 minggu
24. Contoh Kasus Nutrisi Parenteral
• Pria
• Usia 49 tahun
• Berat 53 kg
• Tinggi 172 cm
• Alasan pemberian Nutrisi Parenteral :
Pemotongan limpa (spleen) dan pankreas
• Riwayat penyakit dahulu : Radang pankreas kronis
• Suhu tubuh 38 ⁰C
• Obat lain : Sliding scale insulin
• Tujuan terapi : Meningkatkan cadangan energi
• Rute pemberian : Sentral
25. Pertanyaan
1. Berapakah Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien ini ?
2. Perkirakan kebutuhan cairan pasien
3. Perkirakan Laju Metabolisme Dasar (LMD)
4. Berapakah Berat Badan Ideal (BBI) pasien ini ?
5. Berapakah kebutuhan energinya ?
6. Berapakah kebutuhan nitrogennya ?
26. Jawaban Ke-1
Indeks Massa Tubuh (IMT)
• IMT = berat badan (kg)
(tinggi badan dalam meter)2
• IMT = 53 kg = 17,9 (kekurangan berat badan)
(1,72 m)2
27. Interpretasi IMT
IMT Interpretasi
< 16 Kekuranganberatbadan parah
16-19 Kekuranganberatbadan
20-25 Beratbadan normal
26-30 Kelebihan beratbadan sedikit
31-40 Kelebihan beratbadan sedang
> 40 Kelebihan beratbadan parah
28. Jawaban Ke-2
Kebutuhan Cairan Untuk Pemeliharaan
• Volume ml/hari =
1500 ml + [20 x (berat badan – 20 kg)] ml =
1500 ml + [20 x (53 - 20)] ml =
2.160 ml/24 jam
• Atau 30-35 ml/kg berat badan/hari =
1.590 – 1.855 ml/hari
Tidak perlu peningkatan volume cairan
29. Jawaban Ke-3
Laju Metabolisme Dasar (LMD)
• LMD (pria, usia 49 tahun) =
[11,4 x berat (kg)] + 870 kkal/hari =
[11,4 x 53] + 870 =
1.474 kkal/hari
30. Persamaan Untuk Memperkirakan
Laju Metabolik Dasar (LMD)
Wanita kkal/hari Pria kkal/hari
15-18th 13,3B + 690 15-18th 17,6B + 656
18-30th 14,8B + 485 18-30th 15,0B + 690
30-60th 8,1 B + 842 30-60th 11,4B + 870
Lebihdari 60 th 9,0 B + 656 Lebihdari 60 th 11,7B + 585
31. Jawaban Ke-4
Berat Badan Ideal (BBI)
• Pria
T > 152,4 cm, BBI = 50 + [(T - 152,4) x 0,89]
BBI = 50 + [(172 – 152,4) x 0,89]
= 67,4 kg
• Berat badan pasien 53 kg, kurang dari BBI
Perlu meningkatkan cadangan energi
32. BERAT BADAN IDEAL (BBI)
• Pria
T > 152,4 cm, BBI = 50 + [(T - 152,4) x 0,89]
T < 152,4 cm, BBI = 50 - [(152,4 - T) x 0,89]
• Wanita
T > 152,4 cm, BBI = 45,4 + [(T - 152,4) x 0,89]
T < 152,4 cm, BBI = 45,4 - [(152,4-T) x 0,89]
33. Jawaban Ke-5a
Kebutuhan Energi
Faktor Stres
• Sesudah operasi,
kurang dari 4 hari = + 10%
• Infeksi (demam 1C) = + 5%
• Perlu tambahan kebutuhan
kalori sebanyak 10% + 5% =
15% dari 1.474 kkal =
221 kkal
Faktor Aktivitas
• Terbaring di tempat tidur
dan tidak bergerak = + 10 %
• Perlu tambahan
pemeliharaan 10 % dari
1.474 kkal = 147 kkal
34. Faktor Stres
Kebutuhan Energi Tergantung Pada Tingkatan Stres
Tingkat stres % peningkatandari garis dasar
Kelaparan‘sebagian’
(penurunan berat badan lebih dari 10%)
-5 hingga +15%
Luka bakar ringan, kurangdari 4 hari sesudah operasi,
patahtulang (fracture)tunggal,
inflammatoryboweldisease
+10%
Infeksi (demam dengan peningkatansuhu tubuh > 1C) +5 hingga 10 %
Luka bakar sedang, patah tulang panjangmultipel
(multiple long bonefractures)
+10 hingga 30 %
Infeksi (demam dengan peningkatansuhu tubuh > 2C) +25%
Sepsis parah, ruda paksa multipel,
pasien yang memakai alat respirator
+20 hingga 50%
Luka bakar yang berat +20 hingga 70%
35. Faktor Aktivitas
Terbaring di tempattidur dan tidak bergerak + 10%
Terbaring di tempat tidur dan bergerak ataudapat duduk + 15-20%
Begerak di ruangan + 25%
36. Jawaban Ke-5b
Kebutuhan Energi
• Jumlah kebutuhan energi per hari =
LMD + faktor stres + faktor aktivitas +
peningkatan cadangan energi =
1.474 + 221 + 147 + (400 hingga 1.000) =
1.842 + (400 hingga 1.000) kkal
37. Kebutuhan Energi
• Jumlah kebutuhan energi per hari =
LMD + faktor stres + faktor aktivitas +
peningkatan / penurunan cadangan energi
• Penyesuaian penambahan atau pengurangan
untuk mencapai sasaran perubahan berat badan
(+/- 400 – 1000 kkal)
38. Jawaban Ke-6
Kebutuhan Nitrogen
• Pasien hipermetabolik
(infeksi dengan suhu tubuh 38 C),
maka kebutuhan nitrogen =
0,2 g/kg/hari =
0,2 x 53 = 10,6 g nitrogen/hari
47. LAGU 5 O
• Ini namanya Ibu Jari. Ibu Jari. (2 x)
Apa kata Ibu Jari, sayang, minum obat sesuai Indikasi.
• Ini namanya Jari Telunjuk. Jari Telunjuk. (2 x)
Apa kata Jari Telunjuk, sayang, minum obat sesuai Petunjuk.
• Ini namanya Jari Tengah. Jari Tengah. (2 x)
Apa kata Jari Tengah, sayang, minum obat caranya Jangan Salah.
• Ini namanya Jari Manis. Jari Manis. (2 x)
Apa kata Jari Manis, sayang, minum obat sesuai Dosis.
• Ini namanya Jari Kelingking. Jari Kelingking. (2 x)
Apa kata Jari Kelingking, sayang, minum obat Waspada Efek Samping
48. Cek 7 (Tujuh) Benar Obat Pasien
7 (Tujuh) Benar
• Benar Obat
• Benar Dosis
• Benar Waktu dan frekwensi
pemberian
• Benar Rute pemberian
• Benar identitas Pasien
• Benar Informasi
(Tidak ada Interaksi Obat)
• Benar Dokumentasi
(Tidak ada Duplikasi Terapi)