2. Tujuan Pengobatan TB
1. Menyembuhkan dan memperbaiki produktifitas dan
kualitas hidup pasien
2. Mencegah kematian dan kecacatan
3. Mencegah kekambuhan
4. Menurunkan risiko penularan
5. Mencegah resistensi terhadap OAT
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 35
3. LATAR BELAKANG PENGUNAAN DOSIS
HARIAN
● Rekomendasi PDPI 2021 pada fase intensif (durasi 2 bulan)
OAT diberikan setiap hari yang bertujuan untuk menurunkan
secara cepat jumlah kuman TB dan meminimalisir risiko
penularan.
● Pengobatan fase lanjutan (durasi 4-6 bulan) bertujuan untuk
membunuh sisa kuman TB yang tidak mati pada fase intensif
sehingga dapat mencegah kekambuhan
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 35
4. Prinsip Pengobatan TB yang Adekuat
● Pengobatan diberikan dalam bentuk panduan obat yang
meliputi minimal 4 macam obat untuk mencegah resistensi
● OAT diberikan dalam dosis yang tepat
● OAT ditelan teratur dan diawasi oleh PMO hingga masa
pengobatan selesai
● OAT harus diberikan dalam jangka waktu yang cukup, meliputi
tahap awal/fase intensif dan tahap lanjutan
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 35
5. Regimen Pengobatan TB-SO
● Regimen 2RHZE/4RH
● Fase intensif diberkan kombinasi 4 obat berupa Rifampisin
(R), Isoniazid (H), Pirazinamin (Z) dan Etambutol (E) selama 2
bulan
● Fase lanjutan diberikan Isoniazid (H) dan Rifampisin (R)
selama 4 bulan
● Pemberian obat fase lanjutan diberikan sebagai dosis harian
(RH) sesuai rekomendasi WHO
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 35
6. Dosis OAT lepasan lini pertama TB-SO dewasa
Nama Obat
Dosis harian
Dosis
(mg/kgBB)
Maksimum
(mg)
Rifampicin (R) 10 (8-12) 600
Isoniazid (H) 5 (4-6) 300
Pirazinamid (Z) 25 (20-30)
Etambutol (E) 15 (15-20)
Streptomisin* 15 (12-18)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 35
7. PENGGUNAAN KDT DOSIS HARIAN
OAT Lini Pertama dapat diberikan dengan dosis harian maupun dosis
intermitten (diberikan 3x/minggu) sesuai rekomendasi
Tahap pengobatan TBC:
1. Tahap awal
2. Tahap lanjutan
Bentuk Paket OAT:
1. OAT Kombinasi Dosis Tetap (KDT): kombinasi 2 dan 4 jenis obat
dalam satu tablet
2. OAT Kombipak: obat lepas yang yang dikemas dalam bentuk
blister
8.
9. Dosis OAT pada TB-SO dewasa
Dosis OAT untuk pengobatan TB-SO menggunakan tablet kombinasi
dosis tetap (KDT)
Berat badan
(kg)
Fase intensif setiap hari
dengan KDT RHZE
(150/75/400/275) selama 8
minggu
Fase lanjutan setiap
hari dengan KDT RH
(150/75) selama 16
minggu
30-37 kg 2 tablet KDT 2 tablet
38-54 kg 3 tablet KDT 3 tablet
≥ 55 kg 4 tablet KDT 4 tablet
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 35
10. Panduan Penggunaan OAT Standar (sensitif
obat)
• Pasien baru panduan yang dianjurkan yaitu 2HRZE/4HR
dengan pemberian dosis setiap hari
• Pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama
pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji kepekaan secara
individual. Perlu dilakukan uji kepekaan obat, pasien dapat
diberikan OAT kategori 1 selama menunggu hasil uji kepekaan.
Pengobatan selanjutnya disesuaikan dengan hasil uji kepekaan.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 35
11. Dosis OAT pada TB-RO dewasa
Dosis OAT berdasarkan berat badan
Nama Obat
Dosis berdasarkan kelompok berat badan
<33 kg 33-50 kg >50-70 kg >70 kg
Kanamisin* 0,5 g 0,75 g 0,75 g 1 g
Moxifloxacin 400 mg 400 mg 400 mg 400 mg
Clofazimin 50 mg* 100 mg 100 mg 100 mg
Etambutol 600 mg 800 mg 1000 mg 1200 mg
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019 TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
12. Dosis OAT pada TB-RO dewasa
Dosis OAT berdasarkan berat badan
Nama Obat
Dosis berdasarkan kelompok berat badan
<33 kg 33-50 kg >50-70 kg >70 kg
Pirazinamid 750 mg 1500 mg 2000 mg 2000 mg
IsoniazidDT 300 mg **450
mg
**600
mg
600 mg 600 mg
Etionamid 500 mg 500 mg 750 mg 1000 mg
Protionamid 500 mg 500 mg 750 mg 1000 mg
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019 TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
13. Dosis OAT pada TB-RO dewasa
Catatan:
*) Kanamisin diberikan maksimum 0,75 g untuk pasien usia >59
tahun. Jika kanamisin tidak dapat diberikan, maka dapat diganti
dengan kapreomisin dengan dosis yang sama.
**) Khusus untuk INH, pasien dengan BB 33-40 kg diberikan
450 mg; >40 kg diberikan 600 mg.
#) Karena ketersediaan obat Clofazimin saat ini, untuk pasien
dengan berat badan <33 kg, Clofazimin 100mg diberikan dua
hari sekali.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/755/2019 TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA TUBERKULOSIS
14. Penyesuaian Dosis OAT pada TB-SO dewasa
dengan Gangguan Ginjal
Panduan yang dianjurkan 2RHZE/4RH
INH dan rifampisin dosis sama
Pemberian OAT 3x/minggu dengan dosis yang disesuaikan:
1. Pirazinamid 25 mg/kgBB
2. Etambutol 15 mg/kgBB
Aminoglikosida sebaiknya dihindari, apabila streptomisin harus
digunakan maka dosisnya adalah 15mg/kgBB, 2-3 kali seminggu
dengan dosis maksimal 1 gram
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 55
15. Penyesuaian Dosis OAT pada TB-SO dewasa
dengan gangguan ginjal
Nama obat
dan dosis
normal
Penyesuaian dosis berdasarkan
klirens kreatinin
Penyesuaian dosis berdasarkan
renal replacement therapy
30-60
ml/menit
10-29
ml/menit
<10ml/
menit
Hemodialisis
intermitten
Dialisis
peritoneal
Rifampicin
(10mg/kgB
B/hari)
Tidak perlu penyesuaian dosis
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 56
16. Penyesuaian Dosis OAT pada TB-SO dewasa
dengan gangguan ginjal
Nama
obat dan
dosis
normal
Penyesuaian dosis berdasarkan klirens
kreatinin
Penyesuaian dosis berdasarkan
renal replacement therapy
30-
60ml/men
it
10-29
ml/menit
<10ml/men
it
Hemodialisis
intermitten
Dialisis
peritoneal
Isoniazid
(5mg/kgB
B/hari)
Tidak perlu penyesuaian dosis
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 56
17. Penyesuaian Dosis OAT pada TB-SO dewasa
dengan gangguan ginjal
Nama obat
dan dosis
normal
Penyesuaian dosis berdasarkan klirens
kreatinin
Penyesuaian dosis berdasarkan
renal replacement therapy
30-
60ml/meni
t
10-29
ml/menit
<10ml/men
it
Hemodialisis
intermitten
Dialisis
peritoneal
Pirazinamid
(30-40
mg/kgBB/h
ari)
Tidak perlu
penyesuaia
n dosis
30-40
mg/kgBB
diberikan
setiap 48
jam
30-40
mg/kgBB
diberikan
3x/minggu
30-40 mg/kgBB
diberikan
3x/minggu
setelah
hemodialisis
Tidak perlu
penyesuaian
dosis
18. Penyesuaian Dosis OAT pada TB-SO dewasa
dengan gangguan ginjal
Nama obat
dan dosis
normal
Penyesuaian dosis berdasarkan klirens
kreatinin
Penyesuaian dosis
berdasarkan renal
replacement therapy
30-
60ml/menit
10-29
ml/menit
<10ml/meni
t
Hemodialisis
intermitten
Dialisis
peritoneal
Etambutol
(15
mg/kgBB/ha
ri)
15 mg/kgBB
diberikan
setiap 24
jam
15 mg/kgBB
diberikan
setiap 48
jam
15 mg/kgBB
diberikan
setiap 48
jam
15 mg/kgBB
diberikan
3x/minggu
setelah
hemodialisis
15
mg/kgBB
diberikan
setiap 48
jam
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 35
19. Penyesuaian Dosis OAT pada TB-SO dewasa
dengan gangguan ginjal
Nama obat
dan dosis
normal
Penyesuaian dosis berdasarkan
klirens kreatinin
Penyesuaian dosis berdasarkan
renal replacement therapy
30-
60ml/me
nit
10-29
ml/menit
<10ml/
menit
Hemodialisis
intermitten
Dialisis
peritoneal
Streptomisin
(15mg/kgBB/h
ari)
15 mg/kgBB diberikan dengan interval yang bergantung pada
waktu yang dibutuhkan hingga obat tidak bisa terdeteksi dalam
plasma
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 56
20. Terapi pada TB Millier-SO dewasa
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan tuberkulosis di Indonesia. pp: 55
Indikasi rawat inao untuk memulai pengobatan
Dosis KDT sama dengan TB-SO paru
Pada kondisi:
1. Keadaan yang berat
2. Terdapat dugaan keterlibatan meninges dan perikard
3. Terdapat sesak napas, tanda gejala toksik, atau demam tinggi
Kortikosteroid yang dapat diberikan:
Deksametason intravena 0,3-0,4 mg/kgBB/hari dengan dosis tappering 4
minggu lanjut Deksametason 4 mg oral selama 4 minggu (dosis tappering)
23. Dosis OAT pada TB-SO anak
Dosis OAT lepasan lini pertama untuk pengobatan TB-SO anak
Nama Obat Dosis
(mg/kgBB/hari)
Dosis maksimum
(mg/hari)
Rifampicin (R) 15 (10-20) 600
Isoniazid (H) 10 (7-15) 300
Pirazinamid (Z) 35 (30-40)
Etambutol (E) 20 (15-25)
Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Tatalaksana TB pada Anak. Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. pp: 29-34
24. Dosis OAT KDT pada TB-SO anak
Berat
badan (kg)
Fase intensif setiap hari
dengan KDT RHZE (75/50/150)
selama 8 minggu
Fase lanjutan setiap hari
dengan KDT RH (75/50)
selama 16 minggu
5-7 kg 1 tablet 1 tablet
8-11 kg 2 tablet 2 tablet
12-16 kg 3 tablet 3 tablet
17-22 kg 4 tablet 4 tablet
23-30 kg 5 tablet 5 tablet
> 30 kg OAT dewasa
Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Tatalaksana TB pada Anak. Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. pp: 29-34
25. Terapi kortikosteroid pada TB-SO anak
Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Tatalaksana TB pada Anak. Petunjuk Teknis Manajemen dan Tatalaksana TB Anak. pp: 29-34
Diberikan pada kondisi:
1. TB meningitis
2. Sumbatan jalan napas akibat TB kelenjar
3. Perikarditis TB
4. TB milier dengan gangguan napas berat
5. Efusi pleura TB
6. TB abdomen dengan ascites
Obat:
Prednison 2-4 mg/kgBB/hari maksimal 60 mg/hari selama 4 minggu.
Tappering off setelah 2 minggu kecuali pada TB meningitis
pemberian selama 4 minggu sebelum tappering-off
26. Dosis OAT
pada TB MDR
anak
Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Tatalaksana TB pada Anak. Petunjuk Teknis
27. Dosis OAT pada TB MDR anak
Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Tatalaksana TB pada Anak. Petunjuk Teknis
28. References
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2021.
Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
tuberkulosis di Indonesia. pp: 35; 55-57
Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
Tatalaksana TB pada Anak. Petunjuk Teknis Manajemen
dan Tatalaksana TB Anak. pp: 29-34
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/755/2019 Tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis
29. CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icon by Flaticon, and
infographics & images from Freepik
Thanks
Please keep this slide for attribution
Editor's Notes
Umumnya lama pengobatan TB paru tanpa komplikasi dan komorbid : 6 bulan
Pada TB ekstraparu dan TB dengan komorbid : lebih dari 6 bulan
Umumnya lama pengobatan TB paru tanpa komplikasi dan komorbid : 6 bulan
Pada TB ekstraparu dan TB dengan komorbid : lebih dari 6 bulan
Note : TB paru kasus gagal pengobatan dirujuk ke Sp.P sedangkan kasus TB-RO dirujuk ke pusat rujukan TB-RO
Pada keadaan khusus (sakit berat : tergantung keadaan klinis, radiologi dan evaluasi pengobatan), maka pengobatan fase lanjutan dapat diperpanjang sampai 12 bulan