Pedoman ini memberikan panduan bagi apoteker rumah sakit dalam melakukan kegiatan visite pasien. Visite bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan hasil terapi pasien dengan mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait penggunaan obat. Pedoman ini menjelaskan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi visite serta dokumentasinya.
Pemantauan Terapi Obat di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko efek samping obat dengan melakukan identifikasi masalah penggunaan obat, memberikan rekomendasi, dan memantau pencapaian tujuan terapi."
Penyimpanan obat dan vaksin di puskesmas melibatkan berbagai aspek penting seperti pengaturan suhu dan lingkungan yang tepat, sistem pengawasan berkala, serta penggolongan berdasarkan jenis dan sensitivitas obat untuk menjaga efektivitas dan keamanannya.
Pedoman ini memberikan panduan bagi apoteker rumah sakit dalam melakukan kegiatan visite pasien. Visite bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian dan hasil terapi pasien dengan mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait penggunaan obat. Pedoman ini menjelaskan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi visite serta dokumentasinya.
Pemantauan Terapi Obat di Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko efek samping obat dengan melakukan identifikasi masalah penggunaan obat, memberikan rekomendasi, dan memantau pencapaian tujuan terapi."
Penyimpanan obat dan vaksin di puskesmas melibatkan berbagai aspek penting seperti pengaturan suhu dan lingkungan yang tepat, sistem pengawasan berkala, serta penggolongan berdasarkan jenis dan sensitivitas obat untuk menjaga efektivitas dan keamanannya.
Mi 1 7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
Tim tutor pelatihan pelayanan kefarmasian membahas pentingnya pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan pengelolaan obat di puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau keluar masuk obat, menyusun laporan, dan menjadi bukti pengelolaan telah dilaksanakan. Pencatatan dilakukan menggunakan kartu stok, buku penerimaan, dan rekapan harian. Laporan yang harus dibuat antara lain LPLPO, obat
Pedoman ini membahas tentang penyusunan formularium rumah sakit RS Zahirah yang meliputi tujuan, ruang lingkup kegiatan Komite Farmasi dan Terapi, format formularium, manfaat formularium, dan sistem evaluasi serta pemilihan obat yang akan dimasukkan ke dalam formularium."
Patient safety (TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN)mataram indonesia
Dokumen tersebut membahas tanggung jawab apoteker dalam menjamin keselamatan pasien melalui pengelolaan risiko yang efektif dalam pelayanan kefarmasian, termasuk pelaporan insiden, analisis risiko, dan upaya pencegahan kesalahan penggunaan obat.
Penggunaan obat dikatakan Rasional apabila pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis,
dalam dosis yang memenuhi kebutuhan,
untuk jangka waktu yang cukup, dan
pada biaya terendah untuk mereka dan komunitas
Dokumen tersebut membahas manfaat konseling sebagai bentuk komunikasi dalam praktek farmasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Dua penelitian menunjukkan bahwa konseling obat berpengaruh positif terhadap pengetahuan, sikap, dan kepatuhan pasien diabetes dan tuberkulosis serta menurunkan kadar glukosa darah pasien diabetes. Konseling obat perlu diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui
Dokumen tersebut berisi pedoman lengkap tentang monitoring efek samping obat bagi tenaga kesehatan di Indonesia, mencakup tujuan, ruang lingkup, definisi istilah, cara pelaporan efek samping obat, informasi yang dibutuhkan dalam pelaporan, dan analisis kausalitas efek samping."
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas, yang meliputi pengertian dan tujuan pelayanan kefarmasian, standar pelayanan kefarmasian sesuai peraturan, peran apoteker di puskesmas, serta indikator dan target pelayanan kefarmasian.
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Ulfah Hanum
Materi pelatihan ini membahas pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas, meliputi perencanaan dan permintaan obat, penerimaan, penyimpanan dan distribusi obat, pencatatan dan pelaporan obat, supervisi dan evaluasi pengelolaan obat, serta indikator pengelolaan obat. Materi lain yang dibahas adalah pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling obat, pelayanan kefarmasian di rumah, kon
SOP pengadaan obat di Puskesmas Pasir Sakti memaparkan prosedur permintaan obat rutin bulanan dan khusus ke UPTD Instalasi Farmasi berdasarkan kebutuhan tahunan yang disetujui kepala dinas, menggunakan form LPLPO dan surat permintaan. Prosedur ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah dan jenis obat sesuai kebutuhan untuk mendukung pelayanan kesehatan.
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaUlfah Hanum
Peraturan ini mengatur tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Peraturan ini mengatur tata cara peredaran melalui penyaluran dan penyerahan, serta persyaratan izin untuk produksi, impor, dan penyaluran narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
Sebuah presentasi ringan mengenai pedoman penyediaan, penyimpanan, peresepan, dan pemberian "Obat Kewaspadaan Tinggi" atau "High Alert Medications" di lingkungan rumah sakit.
Rumah sakit dituntut memiliki kebijakan dan panduan serta prosedur dalam mengawasi obat kewaspadaan tinggi, guna meningkatkan keselamatan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan beyond use date (BUD) pada sediaan farmasi. BUD didefinisikan sebagai batas waktu penggunaan sediaan setelah dipersiapkan atau kemasan dibuka. BUD ditentukan berdasarkan faktor-faktor seperti sifat obat, jenis wadah, suhu penyimpanan, dan keamanan mikrobiologi. BUD berbeda dengan expiration date yang ditetapkan produsen untuk produk yang belum dibuka
Manajemen obat di rumah sakit meliputi siklus seleksi, pengadaan, distribusi, dan penggunaan obat untuk menyelamatkan pasien, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dan mengkoordinasikan kepentingan berbagai pihak terkait. Dokumen ini menjelaskan proses dan teknis manajemen obat mulai dari identifikasi kebutuhan hingga penggunaan obat secara tepat guna.
Poster Dagusibu Ikatan Apoteker Indonesia
Dagusibu adalah sebuah akronim atau singkatan dari istilah Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang. Dagusibu adalah semacam visi misi dari Apoteker di Indonesia untuk mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan obat yang baik dan benar dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh dalam segi pelayanan kefarmasian.
Dagusibu sendiri sebenarnya sudah digagas sejak lama oleh para apoteker di Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya memang masih belum banyak apoteker yang sadar akan pentingnya profesi mereka sehingga mereka pun masih enggan dalam rangka mensosialisasikan Dagusibu terutama Apoteker yang bekerja dengan basis pelayanan kesehatan.
Untuk itulah dalam rangka Hari Kesehatan Nasional 12 November 2015, PP IAI memberikan sebuah cara baru dalam usaha untuk mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang pentingnya pengetahuan pengobatan dengan Dagusibu. Untuk itu di setiap apotek, rumah sakit, puskesmas, klinik dan juga beberapa tempat yang berhubungan dengan pelayanan kefarmasian disarankan untuk memasang banner serta poster dagusibu.
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanMaulana Sakti
Laporan ini membahas tentang Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di PT. Indofarma Global Medika Cabang Medan. Laporan ini bertujuan untuk memahami peran apoteker di pedagang besar farmasi, memahami praktek distribusi obat, dan memahami penerapan Cara Distribusi Obat yang Baik. PKPA dilaksanakan selama 4 bulan dan memberikan pengalaman tentang pekerjaan kefarmasian di pedagang besar farmasi.
Pengadaan obat di puskesmas dapat dilakukan melalui permintaan ke dinas kesehatan kabupaten atau pengadaan mandiri. Permintaan obat diajukan berdasarkan laporan pemakaian dan kebutuhan obat, sedangkan pengadaan mandiri dapat dilakukan melalui sistem pengadaan pemerintah atau langsung ke apotek dalam kondisi tertentu. Apoteker berperan penting dalam proses pengadaan obat di puskesmas.
2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdfMarlinaAzwar1
Dokumen tersebut membahas konsep dasar dispensing sediaan obat steril, meliputi definisi dispensing dan sediaan obat steril, tujuan pembelajaran mengenai konsep dasar dan standar dispensing sediaan obat steril, serta alur dan proses dispensing sediaan obat steril di ruang bersih termasuk peralatan dan fasilitas yang digunakan.
Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker secara aseptis untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan menjaga keamanan personil, produk dan lingkungan, serta menghindari kontaminasi silang melalui prosedur yang ketat.
Mi 1 7. pencatatan, pelaporan, pengarsipan pengelolaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
Tim tutor pelatihan pelayanan kefarmasian membahas pentingnya pencatatan, pelaporan, dan pengarsipan pengelolaan obat di puskesmas. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau keluar masuk obat, menyusun laporan, dan menjadi bukti pengelolaan telah dilaksanakan. Pencatatan dilakukan menggunakan kartu stok, buku penerimaan, dan rekapan harian. Laporan yang harus dibuat antara lain LPLPO, obat
Pedoman ini membahas tentang penyusunan formularium rumah sakit RS Zahirah yang meliputi tujuan, ruang lingkup kegiatan Komite Farmasi dan Terapi, format formularium, manfaat formularium, dan sistem evaluasi serta pemilihan obat yang akan dimasukkan ke dalam formularium."
Patient safety (TANGGUNG JAWAB APOTEKER TERHADAP KESELAMATAN PASIEN)mataram indonesia
Dokumen tersebut membahas tanggung jawab apoteker dalam menjamin keselamatan pasien melalui pengelolaan risiko yang efektif dalam pelayanan kefarmasian, termasuk pelaporan insiden, analisis risiko, dan upaya pencegahan kesalahan penggunaan obat.
Penggunaan obat dikatakan Rasional apabila pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis,
dalam dosis yang memenuhi kebutuhan,
untuk jangka waktu yang cukup, dan
pada biaya terendah untuk mereka dan komunitas
Dokumen tersebut membahas manfaat konseling sebagai bentuk komunikasi dalam praktek farmasi untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat. Dua penelitian menunjukkan bahwa konseling obat berpengaruh positif terhadap pengetahuan, sikap, dan kepatuhan pasien diabetes dan tuberkulosis serta menurunkan kadar glukosa darah pasien diabetes. Konseling obat perlu diterapkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien melalui
Dokumen tersebut berisi pedoman lengkap tentang monitoring efek samping obat bagi tenaga kesehatan di Indonesia, mencakup tujuan, ruang lingkup, definisi istilah, cara pelaporan efek samping obat, informasi yang dibutuhkan dalam pelaporan, dan analisis kausalitas efek samping."
Dokumen tersebut membahas tentang pelayanan kefarmasian di puskesmas, yang meliputi pengertian dan tujuan pelayanan kefarmasian, standar pelayanan kefarmasian sesuai peraturan, peran apoteker di puskesmas, serta indikator dan target pelayanan kefarmasian.
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Ulfah Hanum
Materi pelatihan ini membahas pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas, meliputi perencanaan dan permintaan obat, penerimaan, penyimpanan dan distribusi obat, pencatatan dan pelaporan obat, supervisi dan evaluasi pengelolaan obat, serta indikator pengelolaan obat. Materi lain yang dibahas adalah pengkajian dan pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling obat, pelayanan kefarmasian di rumah, kon
SOP pengadaan obat di Puskesmas Pasir Sakti memaparkan prosedur permintaan obat rutin bulanan dan khusus ke UPTD Instalasi Farmasi berdasarkan kebutuhan tahunan yang disetujui kepala dinas, menggunakan form LPLPO dan surat permintaan. Prosedur ini bertujuan untuk mendapatkan jumlah dan jenis obat sesuai kebutuhan untuk mendukung pelayanan kesehatan.
Permenkes 3 2015 peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotikaUlfah Hanum
Peraturan ini mengatur tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Peraturan ini mengatur tata cara peredaran melalui penyaluran dan penyerahan, serta persyaratan izin untuk produksi, impor, dan penyaluran narkotika, psikotropika, dan prekursor farmasi.
Sebuah presentasi ringan mengenai pedoman penyediaan, penyimpanan, peresepan, dan pemberian "Obat Kewaspadaan Tinggi" atau "High Alert Medications" di lingkungan rumah sakit.
Rumah sakit dituntut memiliki kebijakan dan panduan serta prosedur dalam mengawasi obat kewaspadaan tinggi, guna meningkatkan keselamatan pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang penentuan beyond use date (BUD) pada sediaan farmasi. BUD didefinisikan sebagai batas waktu penggunaan sediaan setelah dipersiapkan atau kemasan dibuka. BUD ditentukan berdasarkan faktor-faktor seperti sifat obat, jenis wadah, suhu penyimpanan, dan keamanan mikrobiologi. BUD berbeda dengan expiration date yang ditetapkan produsen untuk produk yang belum dibuka
Manajemen obat di rumah sakit meliputi siklus seleksi, pengadaan, distribusi, dan penggunaan obat untuk menyelamatkan pasien, meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, dan mengkoordinasikan kepentingan berbagai pihak terkait. Dokumen ini menjelaskan proses dan teknis manajemen obat mulai dari identifikasi kebutuhan hingga penggunaan obat secara tepat guna.
Poster Dagusibu Ikatan Apoteker Indonesia
Dagusibu adalah sebuah akronim atau singkatan dari istilah Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang. Dagusibu adalah semacam visi misi dari Apoteker di Indonesia untuk mengedukasi masyarakat mengenai penggunaan obat yang baik dan benar dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat secara menyeluruh dalam segi pelayanan kefarmasian.
Dagusibu sendiri sebenarnya sudah digagas sejak lama oleh para apoteker di Indonesia. Namun dalam pelaksanaannya memang masih belum banyak apoteker yang sadar akan pentingnya profesi mereka sehingga mereka pun masih enggan dalam rangka mensosialisasikan Dagusibu terutama Apoteker yang bekerja dengan basis pelayanan kesehatan.
Untuk itulah dalam rangka Hari Kesehatan Nasional 12 November 2015, PP IAI memberikan sebuah cara baru dalam usaha untuk mensosialisasikan kepada masyarakat luas tentang pentingnya pengetahuan pengobatan dengan Dagusibu. Untuk itu di setiap apotek, rumah sakit, puskesmas, klinik dan juga beberapa tempat yang berhubungan dengan pelayanan kefarmasian disarankan untuk memasang banner serta poster dagusibu.
Laporan PKPA PBF PT Indofarma Global Medika Cabang MedanMaulana Sakti
Laporan ini membahas tentang Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di PT. Indofarma Global Medika Cabang Medan. Laporan ini bertujuan untuk memahami peran apoteker di pedagang besar farmasi, memahami praktek distribusi obat, dan memahami penerapan Cara Distribusi Obat yang Baik. PKPA dilaksanakan selama 4 bulan dan memberikan pengalaman tentang pekerjaan kefarmasian di pedagang besar farmasi.
Pengadaan obat di puskesmas dapat dilakukan melalui permintaan ke dinas kesehatan kabupaten atau pengadaan mandiri. Permintaan obat diajukan berdasarkan laporan pemakaian dan kebutuhan obat, sedangkan pengadaan mandiri dapat dilakukan melalui sistem pengadaan pemerintah atau langsung ke apotek dalam kondisi tertentu. Apoteker berperan penting dalam proses pengadaan obat di puskesmas.
2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdfMarlinaAzwar1
Dokumen tersebut membahas konsep dasar dispensing sediaan obat steril, meliputi definisi dispensing dan sediaan obat steril, tujuan pembelajaran mengenai konsep dasar dan standar dispensing sediaan obat steril, serta alur dan proses dispensing sediaan obat steril di ruang bersih termasuk peralatan dan fasilitas yang digunakan.
Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker secara aseptis untuk memenuhi kebutuhan pasien dengan menjaga keamanan personil, produk dan lingkungan, serta menghindari kontaminasi silang melalui prosedur yang ketat.
Dokumen tersebut membahas tentang teknologi sediaan steril. Secara singkat, dibahas mengenai definisi sterilitas dan sterilisasi, metode sterilisasi seperti overkill method dan aseptic processing method, jenis sediaan steril seperti sediaan parenteral dan sediaan mata, serta persyaratan pembuatan sediaan steril sesuai dengan CPOB untuk menjamin sterilitas produk.
Pencampuran obat kanker harus dilakukan dengan teknik aseptis yang ketat untuk mencegah paparan bahaya obat terhadap petugas farmasi. Prosedur meliputi persiapan peralatan khusus, dekontaminasi ruang bersih, dan teknik penanganan obat secara hati-hati untuk memastikan keamanan petugas dan mutu produk.
Dokumen tersebut membahas tentang pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit (HAIs) melalui penerapan bundle-bundle yang terdiri dari serangkaian tindakan pencegahan infeksi yang dilakukan secara konsisten untuk pasien berisiko terinfeksi. Dokumen ini menjelaskan berbagai bundle seperti bundle infeksi saluran kemih, infeksi daerah operasi, dan infeksi darah akibat peralatan infus perifer.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai pelayanan dispensing steril di apotek rumah sakit. Ia menjelaskan pengertian dispensing steril, tujuannya, persyaratan ruangan dan peralatan, serta langkah-langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis untuk memastikan sterilitas produk dan keselamatan petugas. Dokumen ini sangat berguna bagi petugas farmasi untuk memahami proses dispensing steril secara tepat.
Kebijakan identifikasi pasien menggunakan gelang identitas yang berisi tiga identitas pasien yaitu nama, nomor rekam medis, dan tanggal lahir untuk mencegah kesalahan identitas pasien."
Dokumen tersebut membahas tentang persiapan dan perawatan operasi, mulai dari pengkajian pra-operasi, persiapan fisik pasien, jenis-jenis anestesi, tahapan perawatan pra-operasi, intra-operasi dan pasca-operasi, serta prinsip-prinsip kebersihan dan asepsis yang harus dipenuhi di ruang operasi.
Standar Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Penanganan Covid-19 Di Indonesia Revi...JalinKrakatau
Standar Jenis Masker untuk APD Penanganan COVID-19 memberikan rekomendasi tentang jenis masker yang sesuai untuk digunakan oleh masyarakat umum dan tenaga kesehatan berdasarkan tingkat perlindungan yang dibutuhkan. Masker kain direkomendasikan untuk masyarakat sehat di tempat umum, sedangkan masker bedah dan N95/ekuivalen untuk tenaga kesehatan tergantung tingkat kontak dengan pasien COVID-19.
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
5. Medication-
Related
Problems
Indication without
drug therapy
Drug without
indication
Improper drug
selection
Subtherapeutic
dosage
Overdosage
Drug interaction
Adverse drug
reaction
Inappropriate
laboratory
monitoring
Failure to
receive drug
Manley HM, et al. Am J
Kidney Disease 2005;
46:669-680
6. Medication errors: menghabiskan
dana $ 17-29 juta setiap tahunnya
di USA.
the FACT…
(Bond CA, et al,. 2001. Medication errors in United States Hospitals.
Pharmacotherapy; 21(9):1023-1036).
Institute of Medicine melaporkan:
“Pasien meninggal akibat medical errors
setiap tahunnya > kasus breast cancer, atau
AIDS” di USA.
44,000 - 98,000 meninggal setiap tahunnya di
US.
7. 1. Pemberian secara parentral mencapai >40% dari
seluruh pemberian obat selama menjalani
perawatan.
2. Pemberian secara langsung melalui parentral
baik melalui vena central maupun kapiler dapat
menyebabkan jalan masuk infeksi kedalam
tubuh.
3. Memberikan pasien produk yang terkontaminasi
dapat menyebabkan efek yang merugikan secara
serius hingga menimbulkan kematian.
the FACT…
8. The reason…
a. Meningkatnya kejadian infeksi HAIs
b. Obat intravena harus terbebas dari
kontaminasi mikroorganisme
c. Sitostatika bersifat toksik
(Karsinogenik,teratogenik,mutagenik)
d. Interaksi kimiawi antar obat-obatan
e. Melindungi operator dari paparan obat2
B3
14. 14
OBAT HIGH ALERT :
Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi ,
terdaftar dalam kategori obat berisiko tinggi,
dapat menyebabkan cedera serius pada pasien
jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya.
TIPS :
1. Pemberian elektrolit pekat harus dengan pengenceran dan penggunaan label khusus
2. Setiap pemberian obat menerapkan PRINSIP 7 BENAR
3. Pastikan pengenceran dan pencampuran obat dilakukan oleh orang yang berkompeten
4. Pisahkan atau beri jarak penyimpanan obat dengan kategori LASA
5. Tidak menyimpan obat kategori kewaspadaan tinggi di meja dekat pasien tanpa
pengawasan
6. Biasakan mengeja nama obat dengan kategori Obat LASA / NORUM (Look Alike
Sound Alike = Nama Obat Rupa Mirip), saat memberi/menerima instruksi
15. DAFTAR OBAT HIGH ALERT DI RSUP FATMAWATI
RSUP FATMAWATI
DAFTAR OBAT HIGH ALERT
NO OBAT KELAS TERAPI BENTUK
SEDIAAN
SEDIAAN DALAM FORMULARIUM
RSF
KET.
SEDIAAN ELEKTROLIT PEKAT
1 Kalium Klorida (KCl) Electrolite balance Flash Otsu-KCl 7,46% vial 25 mL (Otsuka)
2 Natrium Klorida (NaCl) Electrolite balance Infus NaCl infus 3% 500 mL (Otsuka)
SEDIAAN OBAT
3 Isofluran Anestesi Umum Inhalasi Isoflurane inhalasi
4 Sevofluran Anestesi Umum Inhalasi Sevofluran inhalasi
5 Midazolam Anestesi Umum Injeksi 1. Dormicum
2. Sedacum
6 Propofol Anestesi Umum Injeksi 1. Diprivan
2. Fresofol
3. Recofol
7 Atrakurium Penghambat
neuromuskular
Injeksi 1. Atrakurium besilat ampul
2. Notrixum ampul
8 Rokuronium HBr Penghambat
neuromuskular
Injeksi Roculac vial
9 lidokain Anestesi lokal Injeksi Lidocain ampul
10 Bupivakain HCL Anestesi lokal Injeksi 1. Decain ampul
2. Marcain ampul
11 Levobupivakain Anestesi lokal Injeksi Cyrocain ampul
12 Ropivakain Anestesi lokal Injeksi Naropain ampul
16. DAFTAR OBAT HIGH ALERT DI RSUP FATMAWATI
NO OBAT KELAS TERAPI BENTUK
SEDIAAN
SEDIAAN DALAM
FORMULARIUM RSF
KET.
SEDIAAN OBAT
13 Narkotika Analgetik Narkotika Injeksi 1. Morfin Sulfat ampul
2. Petidin ampul
3. Fentanil ampul
4. Sufentanil vial
14 Heparin Na Anti koagulan Injeksi Inviclot Vial 5000 International
Unit/ml 5 ml
15 Obat Kanker Antineoplastik Injeksi 1. Bleomisin
2. Cisplatin
3. Carboplatin
4. Doksorubisin
5. Etoposid
6. Fluorouracil
7. Oxaliplatin
8. Paclitaxel
9. Siklofosfamid
10. Vincristin
Keterangan:
Risiko menimbulkan kejadian sentinel (kematian)
Risiko menimbulkan sedasi berat dan dalam (Risiko Jatuh)
Risiko menimbulkan kelumpuhan otot berat (Risiko Jatuh)
Risiko menimbulkan kelumpuhan otot ringan sampai sedang (Risiko Jatuh)
Risiko menimbulkan ketergantungan dan penyalahgunaan
Risiko perdarahan
Risiko paparan obat kanker
Fokus Penanganan dan Perhatian:
1. Lakukan Double check.
2. Hanya disimpan di tempat tertentu
3. Baca dengan benar instruksi penggunaan obat
4. Hanya diresepkan oleh Dokter berwenang
RSUP FATMAWATI
DAFTAR OBAT HIGH ALERT
17. 1. Elektrolit pekat KCL Injeksi dan NaCl 3% hanya disimpan di:Instalasi
Farmasi (depo dan gudang), dalam troli emergency (IBS, ICU, ICCU,
ICCU, NICU, PICU, resusitasi IGD).
2. Obat kemoterapi hanya disimpan di: Instalasi Farmasi (depo dan
gudang), ruang kemoterapi dalam bentuk siap pakai (milik pasien)
3. Obat Narkotika hanya disimpan di Instalasi Farmasi (depo dan gudang)
dalam lemari dobel pintu (kunci berganda).
4. Obat Anestesi:
a. Anestesi general dan pelumpuh otot: disimpan di Instalasi Farmasi
(depo dan gudang farmasi)
b. Anestesi lokal lidocain disimpan di Instalasi Farmasi (depo dan
gudang farmasi) dan dalam troli emergency.
c. Anestesi lokal selain lidocain disimpan di Instalasi Farmasi (depo
dan gudang farmasi), poli gigi dengan penandaan jelas
5. Antikoagulan heparin injeksi disimpan di Instalasi Farmasi (depo dan
Gudang), ruangan hemodialisa dengan penandaan jelas.
IDENTIFIKASI OBAT HIGH ALERT
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
19. “ASEPTIS” : bebas mikroorganisme
TEHNIK “ASEPTIS” :
Metode atau cara yang dilakukan pada tahap
sebelum dan selama proses pencampuran
obat sehingga dapat menghilangkan risiko
paparan terhadap petugas dan pasien serta
meniadakan kontaminan dalam sediaan steril
yang dibuat, dengan menggunakan prosedur
yang terkontrol.
Aseptic technique
20. Pencegahan kontaminasi fase:
Preparasi produk parenteral
Selama proses berlangsung
Finalisasi proses (pengemasan dan pengiriman)
21. Penerapan tekhnis aseptik di Rumah Sakit
1. Injection admixture:
Intravena (IV)
Intramuskular (IM)
Intratekal (IT)
Sub kutan (SC)
2. Reconstitution cytotoxic drug
3. Compounding total parenteral nutrition (TPN)
23. Clean Room Adalah: sebuah ruangan
dimana jumlah partikel udara
terkontrol, serta konstruksi bangunan
dan penggunaan nya diatur dengan
jelas guna membatasi masuknya
partikel ke dalam ruangan serta
pengendalian ruanggan menggunakan
parameter yang berlaku, seperti:
suhu, kelembaban, dan tekanan
(British standard)
24.
25.
26.
27. PASS BOX
PASS BOX ~ merupakan
jendala internal untuk
keluar masuknya material
antara ruang steril dan
ruang antara.
PASS BOX ~ diatur
sedemikian rupa untuk
dapat mencegah
masuknya udara
kontaminan ke dalam
ruang steril
28. BAROMETER
Tekanan Udara (pascal) ~ Cleanroom
Magnehelic ~ adalah
barometer untuk mengukur
perbedaan tekanan udara
antara di ruang steril
dengan tekanan udara di
lingkungan.
Perbedaan tekanan udara
diatur sedemikian rupa
hingga terkendali pada >15
pascal
29. SUPLAI UDARA
Udara yang masuk
dalam Cleanroom harus
melalui High efficiency
Particular Air (HEPA) filter.
Jumlah partikel udara
yang diperbolehkan
masuk dalam cleanroom
tergantung dari kelas
ruangan steril
Sirkulasi udara diatur
minimal 20 kali /jam
35. Pengukur Suhu & Alat Bantu Suara
Thermometer digunakan
untuk memonitor suhu
ruangan – biasanya
terkendali dibawah 5o C
Intercom – digunakan
sebagai alat bantu bicara
antara yang di dalam ruang
steril dengan yang diluar luar
steril
37. A. Laminar Air Flow Cabinet type 1
Aliran Udara Horizontal
Udara mengalir kearah operator
Digunakan untuk pengerjaan non-
chemotherapy
38. Laminar Air Flow (LAF) Cabinet
• Tidak dianjurkan mengoperasikan LAF secara terus menerus.
• Jika LAF dihidupkan kembali setelah dimatikan, tunggu 30
minutes untuk menstabilkan kembali aliran udara dalam
kabinet dan dibersihkan sebelum digunakan
• Sebelum digunakan, seluruh perlengkapan interior kerja pada
permukaan LAF harus dibersihkan.
39. Laminar Air Flow Cabinet
Prefilter
Hepa Filter
Room Air
Filtered Air
Horizontal Laminar Air Flow Hood
Horizontal Laminar Air Flow Hood
40.
41. B. Laminar Air Flow Cabinet type 2
Biological Safety Cabinet or Chemotherapy Cabinet
Aliran UdaraVertical ~ Udara mengalir dari
atas - bawah untuk menjaga sterilitas produk
dan melindungi operator
Digunakan untuk produk chemotherapy
45. C. Pengaturan Material dalam LAF
Seluruh bahan sediaan aseptik harus berada tidak kurang
dari 6 (enam) inci dalam cabinet untuk menjaga
kemungkinan masuknya kontaminan dari udara ruangan
kedalam kabinet.
49. D. TEKHNIS Desinfensi LAF
1. Bahan yang diperlukan:
a. PerlengkapanAPD
b. Sarung tangan
c. Tutup kepala
d. Aquadest
e. Kassa kecil/besar atau handuk bebas bulu
f. Alkohol 96% (steril isoprophile alkohol)
g. Kantong buangan tertutup
h. Kontainer buangan sisa
50. 2. Prosedur Desinfeksi
a. Mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan SOP
yang ada.
b. Basahi kassa dengan Alkohol 96% dan lakukan pengelapan
pada puncak grill, dinding dalam LAF, meja kerja LAF dan
shild pelindung LAF secara SATU ARAH. Hati-hati jangan
sampai membasahi HEPA filter.
c. Mengelap pada puncak grill, dinding dalam LAF, meja kerja
LAF dan shild pelindung LAF dengan kassa kering.
d. Mengulangi langkah b dan c sebanyak 2 kali.
e. Buang kassa bekas pengelapan dalam kantong tertutup.
f. Tanggalkan sarung tangan luar, masukkan dalam kantong
buangan tertutup.
g. Tanggalkan pakaian pelindung sesuai dengan SOP yang ada.
h. Mengisi formulir laporan dengan lengkap
i. Menyampaikan laporan pada Apoteker penanggung jawab.
54. A. Pakaian
1. Terbuat dari bahan yang sesuai , ini
tergantung dari ruangan steril yang
memerlukannya.
2. Merupakan satu kesatuan antara
celana,baju hingga penutup kepala. Hal
ini penting untuk menjaga sterilitas
ruangan clean room
3. Minimal perlengkapan yang dibutuhkan:
• Baju komplit dengan celana panjang
• Penutup kepala
• Penutup muka (masker)
• Sarung tangan
• Sandal / penutup kaki
sandal penutup kaki kemungkinan
lebih nyaman dibandingkan dengan
sepatu.
55. B. Mancuci Tangan
1. Cuci tangan dengan menggunakan
sabun atau larutan detergent, bila
terdapat masa kotoran ditangan
2. Cuci tangan dengan handrup
berbahan dasar alkohol untuk
tindakan antiseptic
3. Lakukan sesuai dengan prosedur cuci
tangan dengan air atau dengan
handrup
4. Sesudah kering tangan tidak
menyentuh benda-benda lain yang
dapat mengotori lagi.
56. RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
57. RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
Jl. RS Fatmawati Cilandak Jakarta 12430 Phone: (021) 7660552 Fax: (021) 7690123
58. C. Sarung Tangan
1. Sarung tangan steril harus
digunakan pada saat
pengerjaan sediaan steril
2. Jangan menyentuh bagian
steril dari sarung tangan.
3. Pegang ujung karet sarung
tangan untuk digunakan
60. A. Preparasi/persiapan
1.Periksa kelengkapan obat, prinsip 5 (lima)
benar yaitu: benar
pasien,obat,dosis,rute,waktu dan
frekwensi pemberian.
2.Periksa kondisi obat yang diterima (nama
obat, jumlah, nomer batch, tanggal
kadaluarsa).
3.Menghitung kesesuaian dosis lazim.
61. 1. Dosis BERDASARKAN BSA
Sebagian besar berdasarkan luas permukaan tubuh (Body
Surface Area)
Beberapa berdasarkan dosis tetap, BB,AUC, umur.
Dosis masing-masing orang berbeda, harus dihitung.
BSA : TB(cm)xBB(kg)
3600
Dosis berdasarkanAUC = Calvert Formula
Target AUC x ( GFR + 25 ), target AUC ditentukan dari
riwayat kemoterapi sebelumnya.
62. Contoh kasus
Wanita 53 tahun
Diagnosis : Ca. Ovarium
Mendapatkan kemoterapi regimen CAP
BB = 50 Kg,TB = 160 cm
Pemeriksaan sebelum Kemoterapi :
1. Hb.12, L4000,T 154.000
2. Bill . Normal, SGOT,SGPT normal
3. ECHO , EF=65%
4. GFR = 70 ml/min
63. DOSIS OBAT KEMOTERAPI
Perhitungan dosis :
LPB =
BB XTB = 1, 49
3600
CAP = Cyclophosphamide = 500 mg/m2
Adriamycin (doxorubicin) = 50 mg/m2
Platamin (Cisplatin) = 50 mg/m2
Dosis yang dibutuhkan pasien =
C = 750 mg. A = 75 mg. P = 75 mg
Cek apakah dosis sudah sesuai
Cek apakah pasien pernah mendapat doxorubicin sebelumnya, karena maksimal
dose bersifat kumulatif.
Siklus pemberian setiap 21 hari, sebanyak 6 kali
64. PELARUTAN obat kemoterapi
Perhatikan pelarut yang digunakan danVolume pelarut.
Cyclophosphamide = pelarut Dex 5 %, NaCl 0.9% dengan
konsentrasi minimal 20 mg/ml.
Doxorubicin = pelarut Dex 5 % ,NaCl 0.9% dengan konsentrasi
minimal 2 mg/ml
Cisplatin = pelarut Dex 5%,Nacl 0.9% dengan konsentrasi minimal 1
mg/ml
Lakukan rekonstitusi dengan prinsip Safe Handling Cytotoxic
Perhatikan kemasannya untuk obat yang tidak boleh terkena cahaya.
65. 2. CONTOH DOSIS BERDASARKAN AUC
CT ( carboplatin + paclitaxel 175 mg/m2 )
Indikasi : kanker paru jenis non small cell (NSCLC)
Pasien dengan BB = 55 kg,TB = 160 cm, GFR = 60 mL/mnt.,
target AUC 6.
Bagaimana mempersiapkan regimen kemoterapi tersebut ?
67. Preparasi
Carboplatin :
Konsentrasi = 50 mg / 5 ml
Pelarut = Dex 5% / NaCl 0.9% dengan konsentrasi akhir > 1
mg/mL.
Ambil larutan carboplatin sebanyak 42.5 mL dimasukkan
kedalam Dex 5% / NaCl 0.9% 500 mL.
Harus terlindung cahaya
Stabilitas = 8 jam di suhu kamar dan 24 jam di refrigerator.
68. Paclitaxel :
Konsentrasi = 30 mg dalam 5 mL
Pelarut = Dex 5% / NaCl 0.9% dengan konsentrasi akhir 0.3 –
1.2 mg/mL.
Ambil larutan paclitaxel sebanyak 43.7 mL dimasukkan kedalam
Dex 5% / NaCl 0.9% 300 mL.
Siapkan dalam kolf non – PVC, dan infus set non PVC
Stabilitas = 27 jam jangan disimpan di refrigerator.
69. Lanjutan….
4. Kesesuaian pelarut obat yang
diperlukan.
5. Membuat label obat yang terdiri
dari : Nama Pasien, Nomor MR,
Nama Obat, Dosis, Pelarut, Rute
Pemberian, Tanggal Pembuatan
dan Tanggal Kadaluarsa setelah
pelarutan obat.
6. Membuat label kemasan
pengiriman obat yang terdiri dari :
Nama Pasien, Nomor Pasien,
Ruang Perawatan, Jumlah Paket
Pengiriman, Tanggal Pengiriman.
74. B. Aseptic Technique
Tekhnis aseptik adalah sebuah tekhnik untuk memanipulasi untuk
reformulasi (mencampur/melarutkan) dengan tekhnik steril ,
serta mencegah adanya kontaminasi pada sediaan parentral
tersebut.
TekhnikAseptic untuk proses manipulasi termasuk:
Syringes (spuit)
Needles (jarum)
Vials
Ampules
Removal of packaging (pemindahan isi)
Assembling of sterile products (reformulasi sediaan)
Hand placement (tekhnik sentuhan tangan)
77. Aseptic Technique - Syringes
• Syringes tersedia dari ukuran 0.5 hingga 60 milliliters (ml)
• Penanda syringes, mengambarkan peningkatan volume yang
berbeda, tergantung dari ukuran syringe
• Jangan Menggunakan syringes yang mempunyai penanda
gradations yang lebih besar untuk volume yang lebih kecil.
Sesuaikan dengan ukuran volumenya
• Untuk menjaga sterility, jangan menyentuh bagian plunger.
78. 2. Aseptic Technique - Needles
Hub (pusat)
Merupakan bagian ujung yang
menjadi pusat cairan sebelum
keluar pada jarum
Bevel (ujung tajam)
Merupakan ujung jarum.
82. Aseptic Technique - Ampules
1. MembukaAmpul larutan obat:
a. Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan
mengetuk-ngetuk bagian atas ampul atau dengan
melakukan gerakan J-motion.
b. Seka bagian leher ampul dengan alkohol swab (alkohol
70% + cloheksidin 2%), biarkan mengering.
c. Lilitkan kassa sekitar ampul
d. Pegang ampul dengan posisi 450, patahkan bagian atas
ampul dengan arah menjauhi tubuh kita. Pegang ampul
dengan posisi ini sekitar 5 detik.
85. Aseptic Technique - Ampules
2. Pegang ampul dengan posisi 450
3. masukkan spuit ke dalam ampul
4. tarik larutan dari ampul ke dalam syringe, sesuaikan jumlah
volume yang diinginkan dengan menyuntikkan kembali larutan
obat yang berlebih kedalam ampul.
5. Tutup needle.
6. Buang semua material bekas proses pelarutan ke dalam kantong
buangan tertutup.
88. 4. Aseptic Technique - Vial
1. Membuka vial obat:
a. Buka tutup vial
b. Seka bagian karet vial dengan
alkohol swab (Alkohol 70% +
clorheksidin 2%), biarkan
mengering
c. Berdirikan vial
d. Masukkan bekas penutup vial
kedalam kantong buangan
tertutup
89. Aseptic Technique - Vial
2. Pegang vial dengan posisi 450,
3. masukkan needle spuit yang telah berisi
cairan pelarut yang sesuai kedalam
vial.
90. Aseptic Technique - Vial
Penusukan
Tempatkan pada tengah karet
untuk melubangi vial
Untuk menjaga masuknya jarum
pada karet.
Masukkan pada ujung siku jarum
(bagian tajam), lalu beri tekanan
untuk memasukkan jarum pada
vial.
91. Aseptic Technique - Vial
4. Injeksikan secara perlahan-lahan diikuti dengan memutar
vial obat secara perlahan supaya cairan pelarut merata
didalam vial.
5. Buatkan jalur udara tambahan apabila diperlukan; dengan
menyuntikkan line needle pada tutup karet vial.
6. Biarkan beberapa saat, hingga serbuk obat dalam vial larut
sempurna.
92. Aseptic Technique - Vial
7. Untuk mengambil cairan obat yang telah
larut dalam vial;
8. Pegang vial dengan posisi 450,
9. suntikkan needle spuit pada tutup karet vial,
10. Posikan vial 900tarik larutan dari vial ke
dalam syringe.
11. sesuaikan jumlah volume yang diinginkan
dengan menyuntikkan kembali larutan obat
yang berlebih kedalam vial.
12. Tutup needle syringe.
13. Buang semua material bekas proses
pelarutan ke dalam kantong buangan
tertutup.
95. NO NAMA OBAT OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN STABILITAS DAN PENYIMPANAN
SETELAH DIREKONSTITUSI
DENGAN PELARUT YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSENT
RASI
KONDISI
PENYIMP
ANAN
PELARUT VOLUME KONSENT
RASI
AKHIR
RUTE/LA
MA
PEMBERI
AN
LARUTAN
YG
COCOK
VOLUME
LARUTAN
2-8 °C 22 - 25 °C
1 Amsacrine
(Amsidine)
7,5 mg /
1,5mg
15°C -
30°C
L- Lactic
Acid
13,5 ml 5mg / ml IF (30-90
menit)
D 5 100-500
ml
48 Jam
2 Bleomycin
Sulfat
2°c -8°c
terlindung
dari
cahaya
NS, D 5 3 ml 5 Unit/ ml IV Bolus
NSI 10 ml
I /
PERITONI
AL
I/PLEURA
L
NSI 10ML 28 hari
terlidung
cahaya
96 jam terhindar dari cahaya
langsung
3 Carmustine
(BCNU)
100mg
dlm 30 m
2°c -8°c
terlindung
dari
cahaya
Alkohol
absolut
WFI
3 ml
27 ml
3,3 mg/mIIF (1 - 2
jam) pada
botol non
PVC
D5; NS 250 ml 24 jam 8 jam dalam botol non
PVC
jangan disimpan di
kulkas, agar tidak
terjadi endapan
crystaline
4 Carboplastin 50 ml dIm
5 ml
<25° C WFI steril,
NS, D5
50 mg/S
ml
Infuse (IV)
(15-60
menit)
D5, NS 500 ml 24 jam
terlindung
dari
cahaya
8 jam terlindung
cahaya
terhindar dari cahaya
langsung
5 Cisplatin 1 mg/ml 15-30° C
terlindung
dari
cahaya
WFI steril 1 mg/ml Infuse/IV
(4-6 jam)
D5, NS 500 ml 72 jam terlindung
cahaya
terhindar dari cahaya
langsung
6 Cyclophosph
amid
(ENDOXAN)
20 mg/ml <25° C
terlindung
dari
cahaya
WFI, NS 10 ml
50 ml
20 mg/ml IM,
1/PERITO
NEAL
IF (30-60
menit)
IV (via
running
drip)
D5, NS 100-500
ml
6 hari 24 jam pengawet benzyl
Alkohol menyebabkan
pembusukan
96. NO NAMA
OBAT
OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN STABILITAS DAN
PENYIMPANAN
SETELAH
DIREKONSTITUSI
DENGAN PELARUT
YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSEN
TRASI
KONDISI
PENYIM
PANAN
PELARU
T
VOLUM
E
KONSEN
TRASI
AKHIR
RUTE/LAM
A
PEMBERIA
N
LARUTAN
YG
COCOK
VOLUM
E
LARUTA
N
2-8 °C 22 - 25 °C
7 Cystarabin
e
(Cytosar)
100mg or
1000 mg
50
mg/ml
100
mg/ml
15-30° CNS 2 ml
10 ml
50
mg/ml
100
mg/ml
SC
IF (30
menit-24
jam)
IT
NS,
WFI,d5
1 ml tidak
direkomenda
sikan
8 hari
terlindung
dari
cahaya
gunakan NS bebas
pengawet untuk
pemberian melalui
IT.
jangan disimpan di
kulkas, agar tidak
terjadi endapan
crystaline
8 Dacarbazin
e
(DTIC) 200
MG
10mg/
mi
8 - 20° C
terlindu
ng dari
cahaya
WFI 19,7 ml 10mg/
mI
Drip 30-60
menit
IV 5-10
menit
IF (30-60
menit) IA
D5, NS 250-500
ml
24 jam
terlindung
dari cahaya
8 hari
terlindung
cahaya
terlindung dari
cahaya langsung
hindari extravasasi
9 Dactinomy
cin 0,5
mg/mI
(Cosmegen
) 500 mg
0,5
mg/ml
<25° C
terlindu
ng dari
cahaya
WFI 1,1 ml 0,5
mg/mI
IF (15-30
menit)
IV (via side
arm)
Direct IV
D5, NS
,WFI
20 ml 24 jam Hindari
extravasation
gunakan larutan
bebas pengawet
97. NO NAMA
OBAT
OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN STABILITAS DAN
PENYIMPANAN SETELAH
DIREKONSTITUSI DENGAN
PELARUT YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSEN
TRASI
KONDISI
PENYIMP
ANAN
PELARUT VOLUME KONSEN
TRASI
AKHIR
RUTE/LAMA
PEMBERIAN
LARUTAN
YG COCOK
VOLUME
LARUTA
N
2-8 °C 22 - 25 °C
10 Daunorubici
n
(Daunoblast
ina) 5
mg/mI
5 mg/ml 2-8°C
(larutan)
8-15° C
(serbuk)
terlindun
g dari
cahaya
NS, WFI 10 ml 2mg/mi IA
IF (10-15
menit)
IV (2-3
menit)
D5, NS 50-100
ml
48 jam
terlindung
dari cahaya
24 jam
terlindung
dari
cahaya
terlindung dari
cahaya
hindari
extravasation
11 Doxetaxel
(TAXOTERE)
0,3-0,9
mg/mI
20 mg/0,5
ml
80 mg/2 ml
0,3 - 0,9
mg/ml
2-8° C
terlindun
g dari
cahaya
Ethanol
13 %
w/w
(ethanol/
water)
bawaan
obat
1,5 ml
6 ml
10
mg/mI
IF (60
menit)
D5, NS 250-500
ml (0,3-
0,9 mgI
ml)
4 jam 4 jam biarkan vial pada
temperatur kamar
selama 5 menit
sebelum dilarutkan.
12 Doxorubicin
(ADRIAMYC
IN) 2 mg/mI
10 mg
50 mg
2 mg/ml 8 - 15° C
terlindun
g dari
cahaya
WFI, NS 5 ml
25 ml
2 mg/mI IA
IV (3-5
menit
viarunning
drip)
IF (10-15
menit)
D5, NS 48 jam
terlindung
dari cahaya
24 jam
terlindung
terlindung dari
cahaya langsung
hindari extravasasi
98. NO NAMA
OBAT
OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN STABILITAS DAN
PENYIMPANAN SETELAH
DIREKONSTITUSI DENGAN
PELARUT YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSEN
TRASI
KONDISI
PENYIM
PANAN
PELARU
T
VOLUM
E
KONSEN
TRASI
AKHIR
RUTE/L
AMA
PEMBER
IAN
LARUTA
N YG
COCOK
VOLUM
E
LARUTA
N
2-8 °C 22 - 25 °C
19 Fluorour
asil
(5FU)
500
mg/la
ml
50mg/
mi
15-
30°Cteri
lindung
cahaya
WFI IV, IA, IF D5, NS 300-500
ml
20-100
ml
24 jam
48 Jam
20 Foliric
Acid
(LEUCOF
ORIN)
Ca.
Lefofoli
nat
Lemari
Es
IM, IV,
SC IF
D5, NS
D5, NS
100-500
ml
24 jam
21 Ganciclo
vir
(CYMEV
ENE)
500mg
WFI l0 ml 50mg/
ml
IF(1
jam)
D5, NS 100 ml
10mg/
ml
24 jam
22 Gemcita
bine
(GEMZA
R)
200 mg
1000mg
30mg/
ml (40
mg/ml)
15-25°C NS 5 ml
25 ml
40mg/
ml
40
mg/mI
IF(30me
nit- 4
jam)
NS 50-
l000ml
24jam Jangan disimpan
dalam kulkas
karena dapat
terbentik kristal.
99. NO NAMA
OBAT
OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN STABILITAS DAN
PENYIMPANAN SETELAH
DIREKONSTITUSI DENGAN
PELARUT YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSEN
TRASI
KONDISI
PENYIM
PANAN
PELARU
T
VOLUM
E
KONSEN
TRASI
AKHIR
RUTE/L
AMA
PEMBER
IAN
LARUTA
N YG
COCOK
VOLUM
E
LARUTA
N
2-8 °C 22 - 25 °C
23 Interfer
on
(ROFER
ON-A)
(INTRO
N A)
3 ml
40
mg/ml
15-30°C
terlindu
ng dari
cahaya
WFI 1 ml SC, IM 24 jam 24 jam
24 Iphosfa
mida
(HOLOX
AN)
1000mg
40
mg/mI
15-30°C
terlindu
ng dari
cahaya
WFI 24,5 40
mg/mi
IF (30-
120
menit)
D5, NS
D5,
500 ml 6
minngu
7 han diberikan
bersamaan
dengan MESNA
untuk mengurangi
Cysitis hemorragyc
25 Idarubic
in
(ZAVED
OS)
5mg
1 mg/ml15-30°C
terlindu
ng dari
cahaya
WFI, NS 5 ml 1 mg/mlIV (5-10
menit)
(via
running
drip)
NS, D5 7 hari
terlindu
ng dari
cahaya
72 jam terlindung
dari cahaya
hindari extravasasi
100. NO NAMA
OBAT
OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN STABILITAS DAN
PENYIMPANAN SETELAH
DIREKONSTITUSI DENGAN
PELARUT YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSEN
TRASI
KONDISI
PENYIM
PANAN
PELARU
T
VOLUM
E
KONSEN
TRASI
AKHIR
RUTE/L
AMA
PEMBER
IAN
LARUTA
N YG
COCOK
VOLUM
E
LARUTA
N
2-8 °C 22 - 25 °C
26 Ciadribi
ne
(LEUSTA
TIN)
10
mg/10
ml
SC
IV
Contrak
si (24
jam
atau 2
jam)
NS 100-500
ml
24 jam 24 jam terhindar dari
cahaya langsung
27 Amifosti
ne
(ETHYOL
)
50
mg/mI
500mg
50
mg/mI
2-8 °C NS 9,5 ml 50
mg/mI
IV (15
menit)
NS tidak
tentu
(100mI
NS)
24 jam 5 jam
28 Raltitrex
ed
(TOMO
DEX)
2 mg
WFI 4 ml 0,5
mg/mi
IV diatas
15
menit
NS, D5 50-250
ml
24 jam 4 jam
101. NO NAMA
OBAT
OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN STABILITAS DAN
PENYIMPANAN SETELAH
DIREKONSTITUSI DENGAN
PELARUT YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSEN
TRASI
KONDISI
PENYIMP
ANAN
PELARUT VOLUME KONSEN
TRASI
AKHIR
RUTE/LA
MA
PEMBERI
AN
LARUTA
N YG
COCOK
VOLUME
LARUTA
N
2-8 °C 22 - 25 °C
29 Rituxima
b
(MOBTH
ERA)
500mg
100mg
NS, D5 50ml
lOmI
10mg/mlIV NS D5W 1-
4mg/ml
24 jam 12 jam jangan disimpan
dalam freezer,
jangan dikocok,
terhindar dari
cahaya langsung
30 Oxaliplati
n
(ELOXATI
N)
50 mg
WFI,
D5W
20 ml 2,5
mg/mI
IF (2-
6jam)
jangan
diberi-
kan pd IV
lang-
sung
D5W 250-500
ml
24 jam 6 jam
31 31
Irinoteca
n
(CAMPT
O)
100
mg/5 ml
NS, D5W 0,12-
2,8mg/m
l
IF (30-90
menit)
NS D5 250 - 500
ml
24 jam 12 jam jangan disimpan
dalam freezer,
terhindar dari
cahaya langsung
32 L-
asparagi
nase
(LEUNAS
E)
10.000
unit
2-8 °C WFI, NS
NS
5 ml
2 ml
2000
U/mI
5000
U/mI
IV (>30
menit)
IF (2-4
jam)
IM
D5, NS 200-500
ml
2 ml
8 jam
selama
larutan
jernih
102. NO NAMA
OBAT
OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN STABILITAS DAN PENYIMPANAN
SETELAH DIREKONSTITUSI
DENGAN PELARUT YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSENT
RASI
KONDISI
PENYIMP
ANAN
PELARUT VOLUME KONSENT
RASI
AKHIR
RUTE/LA
MA
PEMBERI
AN
LARUTAN
YG
COCOK
VOLUME
LARUTAN
2-8 °C 22 - 25 °C
33 Melphala
n
(ALKERAN
)
50 mg
60% w/w
propylen
Glyco +
Na citrat
+ etanol
10 ml 5mg/mi IV (15
menit) via
running
up
dengan
NS )
IF (15-20
menit)
NS 100-200
ml
< 1 jam Larutan tidak stabil,
segera gunakan jika
telah dilarutkan untuk
memperpendek waktu
pelarutan obat; kocok
dengan kuat untuk
melarutkan obat.
34 Metrotrex
ate
50 mg/2
ml
1 gr/10
ml
15-30 °C
terlindung
dari
cahaya
WFI steril
NS steril
WFI
bacteriost
atik
<25
mg/ml
IM, IV, IT,
IA
IF (low
dose 15-
30 menit)
dosis
tinggi 6
jam
D5, NS 24 jam
terlindung
dari
cahaya
4-8 jam; Segera
digunakan. terlindung
dari cahaya
35 Mitomyci
n- C
2 mg
10 mg
0,5 mg/mI15-30°C
terlindung
dari
cahaya
WFI steril 4 ml
20 ml
0,5 mg/mIIV (lewat
lengan,5-
10 menit)
IF (30-60
menit),
IA
IT
D5, NS,
WFI
500 ml
20-60 ml
14 hari
(WFI)
7 han WFI
3 jam DS
12 jam NS
24 jam Sod.lactate
terhindar dari cahaya
langsung,
hindari extravasasi
36 Mitixantr
one
(NOVANT
RON) 20
mg/10 ml
2 mg/mI 15-30 °C
terlindung
dari
cahaya
NS 2mg/ml IF (10
menit)
IV (5
menit)
NS , D5 50-100 ml7 hari 7 hari harus dilarutkan
terlebbih dahulu (dlm
infus)
sebelum diberikan
secara IV
103. NO NAMA
OBAT
OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN STABILITAS DAN
PENYIMPANAN SETELAH
DIREKONSTITUSI DENGAN
PELARUT YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSEN
TRASI
KONDISI
PENYIM
PANAN
PELARUT VOLUME KONSEN
TRASI
AKHIR
RUTE/L
AMA
PEMBER
IAN
LARUTA
N YG
COCOK
VOLUM
E
LARUTA
N
2-8 °C 22 - 25 °C
37 Mustine
10 mg
WFI, NS 20 ml 0,5
mg/mI
IV (5
menit
lewat
drip),IF,
IA,IP
D5 150-
250 ml
38 Paclitax
el
(TAXO
L)
30
mg/S
ml
0,3 -
1,2
mg/mI
15-
25°C
NS 30
mg/5
ml
IF(3
jam, 24
jam)
NS, D5 500 ml
(0,3-1,2
mg /ml)
27 jam simpan pada
wadah gelas,
gunakan kusus
infus taxol,
terhindar dari
cahaya langsung
39 Sterpto
zocin
(ZANO
SAAR)
1000m
g
NS, D5 9,5 ml 100
mg/mI
IF (30-
60
menit)
D5, NS 8 jam terhindar dari
cahaya langsung
40 Tenipos
ide
50
mg/mI
IF (30-
60
menit)
D5, NS 250-
500 ml
1mg/mI
8 jam (0,5
mg/mI)
4 jam (0,1-0,2
mg/ml)
simpan pada
wadah gelas,
hindari
extravasasi
104. NO NAMA
OBAT
OBAT UTUH LARUTAN / PELARUT METODE PEMBERIAN STABILITAS DAN
PENYIMPANAN
SETELAH
DIREKONSTITUSI
DENGAN PELARUT
YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSE
NTRASI
KONDISI
PENYIMPAN
AN
PELAR
UT
VOLUM
E
KONSENT
RASI
AKHIR
RUTE/LAM
A
PEMBERIA
N
LARUTAN YG
COCOK
VOLUME
LARUTAN
2-8 °C 22 - 25 °C
41 Thiote
pa
15 mg
WFI 1,5 ml 10 mg/mI 24 jam IV, IMSC
IF(15-30
menit)
lT(1-5 mg/ml)
D5,
NS
50 ml
30-60 ml
42 Topot
ecan 4
mg
WFI 1,5 ml 10 mg/ml 7 hari 24 jam D5,
NS
50 - 250 ml 7 hari
43 vinbla
stin 10
mg
1
mg/ml
2-8°C
Terlindung
dari
cahaya
WFI,
NS
10 ml 1mg/ml 21 hari 7 hari IV (2-3
menit/bolus),
IF (5-15
menit , drip).
Tidak Untuk
IT
D5,
NS
45 Vincris
tine 1
mg
1
mg/ml
2-8°C
Terlindung
dari
cahaya
WFI,
NS
10 ml 1mg/ml 7 hari 2 hari IV (2-3
menit/bolus),
IF (5-15
menit , drip).
Tidak Untuk
IT
D5,
NS
20-50 ml 7 hari
105. NO NAMA OBAT OBAT UTUH LARUTAN /
PELARUT
METODE
PEMBERIAN
STABILITAS DAN
PENYIMPANAN
SETELAH
DIREKONSTITUSI
DENGAN PELARUT
YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONS
ENTR
ASI
KONDI
SI
PENYI
MPAN
AN
PELAR
UT
VOLU
ME
KONS
ENTR
ASI
AKHIR
RUTE/
LAMA
PEMB
ERIAN
LARU
TAN
YG
COCO
K
VOLU
ME
LARU
TAN
2-8 °C 22 - 25 °C
47 Transtuzumab
(HERCEPTIN
440 mg)
2-8°CWFI 20 ml 21
mg/m
l
28
hari
24
jam
IF
(30-70
menit)
Hany
a NS
50-100
48 Bevacizumab
(Avastin)
NS 24
jam
(Kond
isi
Asept
is)
Seger
a
(Kond
isi
Asept
is)
Drip
(tidak
boleh
bolus
)
NS 100 ml 24 jam
(Kondisi
Aseptis)
49 Mesna
(UROMITEXAN)
200 mg
20
mg/m
I
2-8
°C
NS 24
jam
6 jam IV ; IFD5,
NS
24 jam
50 Metociopramicle
(MAXOLON)
10mg/2ml
100 mg/20 ml
IV ; IFD5,
NS
48 jam
106. NO NAMA OBAT OBAT UTUH LARUTAN /
PELARUT
METODE
PEMBERIAN
STABILITAS DAN
PENYIMPANAN
SETELAH
DIREKONSTITUSI
DENGAN PELARUT
YANG SESUAI
TINDAKAN
PENCEGAHAN
KONSE
NTRAS
I
KONDI
SI
PENYI
MPAN
AN
PELAR
UT
VOLU
ME
KONSE
NTRAS
I
AKHIR
RUTE/
LAMA
PEMB
ERIAN
LARUT
AN YG
COCO
K
VOLU
ME
LARUT
AN
2-8 °C 22 - 25 °C
51 Methyprednisol
one
(SOLUMEDR
OL)
500mg
WFI 7,8 ml500
mg/8,
2 ml
48
jam
IF (30
menit
).
D5,
NS
48 jam
52 Ondansentron
(ZOFRAN)
2mg/ml
NS IF; IV D5,
NS
24 jam
53 Diphenhidrami
n
(BENADRYL)
500mg/10 ml
IF;IM NS 50 - 100 ml
54 Granisetron
(KYTRIL)
3mg/3ml
IF / IV
(5
menit
).
DS,
NS
50-100 ml
107.
108. Jaminan mutu
1. Sterilisasi Ruangan dilakukan secara berkala/2x
seminggu (sesuai jadwal).
2. Uji mikrobiologi 3 bulan sekali (clean room, alat,
produk akhir.
3. Pemeliharaan LAF 6 bulan sekali (sesuai jadwal)
4. Kalibrasi fungsi HEPA setiap 6 bulan sekali
(sesuai jadwal).
5. Validasi petugas : evaluasi pengetahuan dan
tehnik aseptis setiap 6 bulan sekali (sesuai
jadwal)
109. VERIFIKASI 7 BENAR
1. Benar obat
2. Benar waktu dan frekwensi pemberian
3. Benar dosis
4. Benar rute pemberian
5. Benar Identitas pasien yaitu:
Kebenaran nama pasien
Kebenaran nomor rekam medik pasien
Kebenaran umur/ tanggal lahir pasien
Kebenaran alamat rumah pasien
Atau Nama dokter DPJP
6. Benar informasi
7. Benar dokumentasi
110.
111. Bila ada tumpahan obat Kemoterapi di ruangan, lakukan SEGERA:
1. Minta bantuan tim kerja beri tahu orang sekitar bila ada
tumpahan obat kemoterapi
2. Lokalisir area, dengam memberikan tanda bahaya disekitar area
tumpahan
3. Lakukan penanganan tumpahan dengan paket APD dalam spill kit.
4. Lokalisir tumpahan dengan: bila yang tumpah adalah bahan cair
serap dengan “kain” kering; kila yang tumpah adalah Serbuk”
serap dengan “kain” yang telah dibasahi.
5. Netralisir obat kemoterapi dengan larutan cairan detergen bilas
dengan air secukupnya lakukan pengelapan sampai kering
6. Buang seluruh sisa bekas penanganan tumpahan dalam wadah
tertutup masukkan dalam kantong warna unggu musnahkan
dengan incenerator.
112.
113. Summary
TekhnikAseptik merupakan kegiatan untuk memanipulasi sediaan
steril untuk menjadikan produk “baru” dengan tetap mencegah
masuknya kontaminan
Memberikan produk intravena (iv) yang telah terkontaminasi pada
pasien, dapat menyebabkan efek merugikan yang serius hingga
menyebabkan KEMATIAN
Segera musnahkan/buang, Jika menemukan produk intravena yang
telah terkontaminasi, beritahukan padaApoteker jika obat tersebut
telah dimusnahkan