SlideShare a Scribd company logo
1 of 64
STANDAR AKREDITASI &
IMPLEMENTASI K3RS
DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN
Evi Christina
Bagus????
Ganteng???
RS bersih dan rapi????
K3RS & MUTU PELAYANAN RS
UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN
01
02
Peningkatan Mutu Eksternal
Dilakukan oleh Pihak Eksternal Faskes
melalui Sertifikasi ataupun Akreditasi
Peningkatan Mutu Internal
Internal Continous Quality Improvement
dilakukan oleh Fasilitas kesehatan dengan
melakukan : penetapan indikator mutu,
melakukan pengukuran, evaluasi
(PDSA/PDCA) dan Perbaikan
• Karakter Mutu
• Kondisi Ideal Mutu
Layanan Kesehatan
DIMENSI
MUTU
• INM
• Indikator Prioritas RS
• Indikator Mutu Unit Kerja
INDIKATOR
MUTU
MUTU PELAYANAN
1
• Kepatuhan kebersihan tangan
2
• Kepatuhan penggunaan APD
3
• Kepatuhan identifikasi pasien
4
• Waktu tanggap Operasi Seksio sesarea emergensi
5
• Waktu tunggu rawat jalan
6
• Penundaan operasi elektif
7
• Kepatuhan waktu visite Dokter
8
• Pelaporan hasil kritis laboratorium
9
•Kepatuhan penggunaan formularium nasional
10
• Kepatuhan terhadap alur klinis (clinical pathway)
11
•Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh
12
• Kecepatan waktu tanggap komplain
13
• Kepuasan pasien
INDIKATOR NASIONAL MUTU RUMAH SAKIT
PELAPORAN INM RS 2022
Update Data 10 April 2022
Bulan Maret 2022
Jumlah RS Melaporkan 558
No Provinsi Jumlah
1 JAWA TIMUR 121
2 JAWA TENGAH 75
3 JAWA BARAT 68
4 DKI JAKARTA 64
5 BALI 19
6 LAMPUNG 19
7 BANTEN 18
8 SUMATERA UTARA 18
9 KALIMANTAN SELATAN 13
10 SUMATERA SELATAN 13
11 D I YOGYAKARTA 11
12 SULAWESI SELATAN 11
13 R I A U 11
14 KALIMANTAN TIMUR 10
15 BENGKULU 9
16 JAMBI 9
17 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 9
18 SULAWESI UTARA 6
19 SUMATERA BARAT 6
20 ACEH 5
21 KALIMANTAN BARAT 5
22 NUSA TENGGARA BARAT 5
23 NUSA TENGGARA TIMUR 5
24 PAPUA 5
25 KEPULAUAN RIAU 4
26 SULAWESI TENGGARA 4
27 GORONTALO 3
28 KALIMANTAN TENGAH 3
29 MALUKU UTARA 3
30 SULAWESI TENGAH 3
31 KALIMANTAN UTARA 2
32 MALUKU 1
Grand Total 558
134
95
127
109
37
25 25 24 25
17
26
15 17 15
10
16
22
7
12 13 11
31
18
7
2
5 4 2
7
12 14
4 2 0
127
96
123
107
35
14
27
23
26
18
21
15
17 16
10
13
22
9 10
15
10
28
15
7
3 4 3 3
7 9
12
4 2 1
88
68
88
72
24
16
19
14 15 14 13
9
12 11
8
4
21
2
7
13
4
21
11
4
1 3 2 1
7 5
9
5
2 0
Januari Februari Maret
Jumlah RS yang
Melapor IKP
2022
HOSPITAL READINESS 2022
Update Data 10 April 2022
Total RS yang sudah mengumpulkan SA = 307 RS
124
183
0
50
100
150
200
Pemerintah & TNI POLRI Swasta
Jumlah RS yang sudah mengumpulkan Self
Assessment berdasarkan Kepemilikan
Pemerintah & TNI POLRI Swasta
Jumlah RS yang sudah mengumpulkan SA
berdasarkan Provinsi
Provinsi Jumlah RS Rujukan Covid-19 Jumlah RS Yang Melapor Presentase
Jawa Timur 163 90 55%
Jawa Tengah 65 45 69%
DKI Jakarta 101 28 28%
Jawa Barat 105 27 26%
Riau 48 16 33%
Jambi 26 11 42%
Bali 14 15 107%
DI Yogyakarta 28 11 39%
Lampung 30 10 33%
Kalimantan Selatan 7 6 86%
Aceh 21 6 29%
Kalimantan Tengah 4 4 100%
Sumatera Selatan 48 3 6%
Banten 5 5 100%
Sulawesi Tenggara 7 3 43%
Sumatera Barat 22 2 9%
Sulawesi Utara 18 2 11%
Sulawesi Selatan 46 3 7%
Kalimantan Barat 18 4 22%
Papua 16 2 13%
Nusa Tenggara Timur 22 2 9%
Bengkulu 19 2 11%
Kalimantan Timur 16 3 19%
Papua Barat 13 1 8%
Gorontalo 2 1 50%
Kepulauan Riau 32 3 9%
Nusa Tenggara Barat 27 0 0%
Kepulauan Bangka Belitung 21 0 0%
Sulawesi Tengah 18 1 6%
Maluku 18 0 0%
Sumatera Utara 12 0 0%
Kalimantan Utara 8 0 0%
Maluku Utara 7 1 14%
Sulawesi Barat 2 0 0%
Total 1009 307 30%
KESIAPAN RS PADA MASA PANDEMI
COVID-19
HOSPITAL READINESS 2022
90%
90%
88%
90%
90%
89%
89%
89%
82%
75%
91%
91%
89%
89%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1. Sistem manajemen kepemimpinan dan insiden
2. Koordinasi dan komunikasi
3.Surveillance dan manajemen informasi
4. Komunikasi yang cepat dan keterlibatan masyarakat
5. Administrasi, keuangan, dan kelangsungan bisnis
6. Sumber daya manusia
7.Surge capacity
8. Kesinambungan layanan dukungan penting
9. Manajemen pasien
10. Kesehatan kerja, Kesehatan mental, dan dukungan
psikososial
11. Identifikasi dan diagnosis cepat
12. Pencegahan dan pengendalian infeksi
Overview Capaian Nasional
KEBIJAKAN & TANTANGAN
PENERAPAN K3RS DI
RUMAH SAKIT
Direktorat Mutu & Akreditasi Pelayanan Kesehatan
• PENETAPANPANDEMICCOVID-
19 WHO11 MARET2020
• PENETAPANBENCANANON
ALAMCOVID-19 SEBAGAI
BENCANANASIONAL(13 April
2020)
PENETAPANDARURA
TKES
MASY COVID-19
(31 Maret 2021)
Tingginya jumlah kasus Covid
19
Keterbatasan Sarana
dan Prasarana
Tingginya kejadian
penularan C 19 pada
Nakes
Tertundanya Pelayanan
essensial
risiko paparan virus,
kekerasan
tekanan kerja,
stigma
gangguan psikologis& emosional
penyakit bahkan kematian
TENAGA
KESEHATAN
tantangan besar & dampak pelayanan kesehatan
PANDEMI COVID 19
10 FAKTA KESELAMATAN PASIEN(WHO)
1 dari 10 pasien yang
dirawat di RS, cedera akibat
insiden keselamatan, 50%
dapat dicegah
15% biaya kesehatan
terpakai untuk mengatasi
kejadian yang tidak
diharapkan
Pasien cedera merupakan
penyebab ke 14 beban
penyakit global
(TBC & malaria)
Penggunaan obat yang tidak
aman membahayakan jutaan
dan biaya miliaran dolar
setiap tahun.
Investasi dalam upaya
menurunkan insiden
keselamatan pasien
mengakibatkan penghematan
keuangan yang signifikan
Penggunaan obat yang tidak
aman membahayakan jutaan
dan biaya miliaran dolar
setiap tahun.
HAI’s : 14 dari 100 pasien
yang dirawat di rumah sakit.
Lebih dari 1 juta pasien paska
operasi meninggal akibat
komplikasi operasi
Ketidak akuratan dan
keterlambatan diagnosis,
membahayakan pasien
Kesalahan administrative
merupakan penyebab
sampai dengan separuh
kesalahan di
pelayanan primer
Regulasi
• Mutu, Keselamatan Pasien, PPI & K3
PERMENKES 12
/ 2020 dan 46 /
2015
Dalam Upaya Peningkatan
Mutu Pelayanan, fasyankes
Wajib Diakreditasi Secara
Berkala
UU 36 /2009 TENTANG KESEHATAN
PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DILAKSANAKAN SECARA BERTANGGUNG JAWAB, AMAN, BERMUTU, SERTA MERATA & NONDISKRIMINATIF (PS 19)
PEMERINTAH WAJIB MENETAPKAN STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN (PS 55 AY 1)
STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH (PS 55 AY 2)
PERMENKES NO
11 TAHUN 2017
PASAL 5 (1&2)
AYAT 1.
Setiap faskes wajib menyelenggarakan
keselamatan pasien
AYAT 2.
Pembentukan sistem pelayanan yang
menerapkan:
a. Standar keselamatan pasien
b. Sasaran keselamatan pasien
c. Tujuh langkah menuju keselamatan
pasien
PASAL 2
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini
meliputi pelaksanaanPPI di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan berupa rumah
sakit, puskesmas,klinik, dan praktik
mandiri tenaga kesehatan.
PASAL 3 (1)
Setiap Fasilitas Pelayanan
Kesehatanharus melaksanakan PPI.
PERMENKES NO
27 TAHUN 2017
PASAL 2 & 3
PASAL 3 (1)
Setiap RS wajib menyenyelnggarakan K3RS
PASAL 4
SMK3 RS Meliputi :
• Penetapan kebijakan K3RS
• Perencanaan K3RS
• Pelaksanaan Rencana K3RS
• Pemantauan dan Evaluasi K3RS
• Peninjauan dan Peningkatan Kinerja
K3RS
PERMENKES NO
66 TAHUN 2016 T
MUTU KESELAMATAN
PASIEN K3RS
PPI
KOMITMEN FASYANKES
Penyelenggaraan/Operasional
Fasyankes
1
Menjaga dan Melakukan Upaya
Peningkatan Mutu
2
Pemenuhan Standar Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
3
K3RS & STANDAR AKREDITASI RS
1. Kepemimpinan dan perencanaan;
2. Keselamatan;
3. Keamanan;
4. Pengelolaan bahan dan limbah
berbahaya dan beracun (B3);
5. Proteksi kebakaran;
6. Peralatan medis;
7. Sistim utilitas;
8. Penanganan kedaruratan dan
bencana;
9. Konstruksi dan renovasi; dan
10. Pelatihan.
STAF RS
PENGUNJUNG
PASIEN
K3RS
PPI
KOMITE
MUTU
SURVEILANCE
MANAJEMEN RESIKO
INDIKATOR MUTU
Kepatuhan Perizinan Perencanaan K3 RS
Penanggung Jawab
Program
PERIZINAN TIM/KOMITE
K3RS
SUMBER
DAYA
Rumah sakit mematuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan bangunan, prasarana dan peralatan
medis rumah sakit.
a) Rumah sakit menetapkan regulasi terkait Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK)
b) Rumah sakit telah melengkapi izin-izin dan sertifikasi yang masih berlaku sesuai
persyaratan peraturan perundang-undangan.
c) Pimpinan rumah sakit memenuhi perencanaan anggaran dan sumber daya serta
memastikan rumah sakit memenuhi persyaratan perundang-undangan.
Rumah Sakit menetapkan penanggungjawab yang kompeten untuk mengawasi
penerapan manajemen fasilitas dan keselamatan di rumah sakit.
a) Rumah sakit telah menetapkan Penanggungjawab MFK yang memiliki kompetensi dan
pengalaman dalam melakukan pengelolaan pada fasilitas dan keselamatan di
lingkungan rumah sakit.
b) Penanggungjawab MFK telah menyusun Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
(MFK) yang meliputi poin a) – j) dalam maksud dan tujuan.
c) Penanggungjawab MFK telah melakukan pengawasan dan evaluasi Manajemen Fasilitas
dan Keselamatan (MFK) setiap tahunnya meliputi poin a) – g) dalam maksud dan tujuan
serta melakukan penyesuaian program apabila diperlukan.
d) Penerapan program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) pada tenant/penyewa
lahan yang berada di lingkungan rumah sakit meliputi poin a) – e) dalam maksud dan
tujuan.
• PENGKAJIAN RESIKO
• RISK REGISTER
MANAJEMEN
RESIKO
• FASILITAS YANG AMAN
• UPAYA PENCEGAHAN
FASILITAS
• PEMERIKSAAN FASILITAS
• PELAPORAN KONDISI FASILITAS
PEMELIHARAAN
FASILITAS
Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) terkait keselamatan di rumah sakit.
a) Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan keselamatan rumah sakit
meliputi
• Rumah sakit telah mengintegrasikan program Kesehatan dan keselamatan
kerja staf ke dalam program manajemen fasilitas dan keselamatan.
• Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko secara proaktif terkait
keselamatan di rumah sakit setiap tahun yang didokumentasikan dalam
daftar risiko/risk register.
• Rumah sakit telah melakukan pemantauan risiko keselamatan dan
dilaporkan setiap 6 (enam) bulan kepada piminan rumah sakit.
Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) terkait keselamatan di rumah sakit.
b) Rumah sakit telah mengintegrasikan program Kesehatan dan
keselamatan kerja staf ke dalam program manajemen fasilitas dan
keselamatan.
c) Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko secara proaktif terkait
keselamatan di rumah sakit setiap tahun yang didokumentasikan
dalam daftar risiko/risk register.
d) Rumah sakit telah melakukan pemantauan risiko keselamatan dan
dilaporkan setiap 6 (enam) bulan kepada piminan rumah sakit.
LINGKUNGAN YANG AMAN
PEMANTAUAN DAN PEMERIKSAAN
MONITORING DAERAH BERESIKO
PERLINDUNGAN DARI KEKERASAN
PENCEGAHAN KEHILANGAN, KERUSAKAN
Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan (MFK) terkait keamanan di rumah sakit.
a) Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan keamanan dilingkungan rumah sakit meliputi :
• Menjamin lingkungan yang aman dengan memberikan identitas/tanda pengenal (badge nama sementara atau
tetap) pada pasien, staf, pekerja kontrak, tenant/penyewa lahan, keluarga (penunggu pasien), atau pengunjung
(pengunjung di luar jam besuk dan tamu rumah sakit) sesuai dengan regulasi rumah sakit;
• Melakukan pemeriksaan dan pemantauan keamanan fasilitas dan lingkungan secara berkala dan membuat tindak
lanjut perbaikan;
• Pemantauan pada daerah berisiko keamanan sesuai penilaian risiko di rumah sakit. Pemantauan dapat dilakukan
dengan penempatan petugas keamanan (sekuriti) dan atau memasang kamera sistem CCTV yang dapat dipantau
oleh sekuriti;
• Melindungi semua individu yang berada di lingkungan rumah sakit terhadap kekerasan, kejahatan dan ancaman;
dan
• Menghindari terjadinya kehilangan, kerusakan, atau pengrusakan barang milik pribadi maupun rumah sakit.
b) Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko secara proaktif
terkait keamanan di rumah sakit setiap tahun yang
didokumentasikan dalam daftar risiko/risk register.
c) Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko secara proaktif
terkait keselamatan di rumah sakit. (Daftar risiko/risk register).
d) Rumah sakit telah melakukan pemantauan risiko keamanan dan
dilaporkan setiap 6 (enam) bulan kepada Direktur rumah sakit.
PENGELOLAAN LIMBAH B3
INVENTARISASI
LIMBAH B3
PENANGANAN,
PENYIMPANAN
DAN PENGGUNAAN
B3
PENGGUNAAN APD PELATIHAN
PELAPORAN DAN
INVENTIGASI
TUMPAHAN B3
PEMBERIAN
LABEL/RAMBU B3
DOKUMENTASI,
LISENSI, IZIN
LIMBAH B3
PENGADAAN DAN
PEMBELIAN B3
Pengkajian Resiko Limbah B3, Staf tau cara mengatasi tumpahan B3,
Penyimpanan B3 sesuai ketentuan, Memberi tanda/label, Eye wash dan
Spill kit
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
serta limbah B3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
a) Rumah sakit telah melaksanakan proses pengelolaan B3 meliputi :
• Inventarisasi B3 serta limbahnya yang meliputi jenis, jumlah, simbol dan lokasi;
• Penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3 serta limbahnya;
• Penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur penggunaan, prosedur bila terjadi tumpahan, atau
paparan/pajanan;
• Pelatihan yang dibutuhkan oleh staf yang menangani B3;
• Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 serta limbahnya;
• Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur (terpapar), dan insiden lainnya;
• Dokumentasi, termasuk izin, lisensi, atau persyaratan peraturan lainnya; dan
• Pengadaan/pembelian B3 dan pemasok (supplier) wajib melampirkan Lembar Data Keselamatan.
Informasi yang tercantum di lembar data keselamatan diedukasi kepada staf rumah sakit, terutama
kepada staf terdapat penyimpanan B3 di unitnya.
b) Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko secara proaktif terkait pengelolaan
B3 di rumah sakit setiap tahun yang didokumentasikan dalam daftar risiko/risk
register.
c) Di area tertentu yang rawan terhadap pajanan telah dilengkapi dengan eye
washer/body washer yang berfungsi dan terpelihara baik dan tersedia kit
tumpahan/spill kit sesuai ketentuan.
d) Staf dapat menjelaskan dan atau memperagakan penanganan tumpahan B3.
e) Staf dapat menjelaskan dan atau memperagakan tindakan, kewaspadaan,
prosedur dan partisipasi dalam penyimpanan, penanganan dan pembuangan
limbah B3.
Rumah sakit mempunyai sistem pengelolaan limbah B3 cair dan padat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
a) Rumah sakit melakukan penyimpanan limbah B3 :
• Untuk pembuangan sementara limbah B-3, rumah sakit agar memenuhi persyaratan
fasilitas pembuangan sementara limbah B-3 sebagai berikut:
1. Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan sistem drainase
yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan desinfeksi;
2. Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan yang dilengkapi dengan
sabun cair;
3. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah;
4. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak berkepentingan;
5. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau mengangkut limbah;
6. Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan faktor lain yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana kerja;
7. Terlindung dari hewan: kucing, serangga, burung, dan lain-lainnya;
8. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik serta memadai;
9. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan;
10. Peralatan pembersihan, alat pelindung diri/APD (antara lain masker, sarung tangan,
penutup kepala, goggle, sepatu boot, serta pakaian pelindung) dan wadah atau kantong
limbah harus diletakkan sedekat-dekatnya dengan lokasi fasilitas penyimpanan; dan
11. Dinding, lantai, dan juga langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam keadaan
bersih termasuk pembersihan lantai setiap hari.
b) Rumah sakit mengolah limbah B3 padat secara mandiri atau
menggunakan pihak ketiga yang berizin termasuk untuk
pemusnahan limbah B3 cair yang tidak bisa dibuang ke IPAL.
c) Rumah sakit mengelola limbah B3 cair sesuai peraturan
perundang-undangan.
PROTEKSI KEBAKARAN
PENGKAJIAN RESIKO
KEBAKARAN
• PENEMPATAN
SESUAI RESIKO
• PROSEDUR
KEBAKARAN
• KONDISI FISIK RS
PROSES PROTEKSI
KEBAKARAN
• PENGURANGAN
RESIKO
• PENGENDALIAN
POTENSI BAHAYA
KEBAKARAN
• SARANA
PRASARANA
PENCEGAHAN
DAN EVAKUASI
KEBAKARAN
LARANGAN
MEROKOK
• SELURUH DAERAH
RS
• KOMUNIKASI DAN
EDUKASI
PENGUNJUNG
DAN STAF
EVALUASI HASIL
KAJIAN RESIKO
• EVALUASI
BERKALA
• TINDAKAN
PENCEGAHAN
SESUAI RESIKO
Rumah sakit menerapkan proses untuk pencegahan, penanggulangan
bahaya kebakaran dan penyediaan sarana jalan keluar yang aman dari
fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat
lainnya.
a) Rumah sakit telah melakukan pengkajian risiko kebakaran secara proaktif
meliputi
1. Pemisah/kompartemen bangunan untuk mengisolasi asap/api.
2. Laundry/binatu, ruang linen, area berbahaya termasuk ruang di atas
plafon.
3. Tempat pengelolaan sampah.
4. Pintu keluar darurat kebakaran (emergency exit).
5. Dapur termasuk peralatan memasak penghasil minyak.
6. Sistem dan peralatan listrik darurat/alternatif serta jalur kabel dan instalasi
listrik.
7. Penyimpanan dan penanganan bahan yang berpotensi mudah terbakar
(misalnya, cairan dan gas mudah terbakar, gas medis yang
mengoksidasi seperti oksigen dan dinitrogen oksida), ruang
penyimpanan oksigen dan komponennya dan vakum medis.
8. Prosedur dan tindakan untuk mencegah dan mengelola kebakaran
akibat pembedahan.
9. Bahaya kebakaran terkait dengan proyek konstruksi, renovasi, atau
pembongkaran.
b) Rumah sakit telah menerapkan proses proteksi kebakaran yang meliputi :
1. Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko seperti penyimpanan dan penanganan bahan-
bahan mudah terbakar secara aman, termasuk gas-gas medis yang mudah terbakar seperti
oksigen, penggunaan bahan yang non combustible, bahan yang waterbase dan lainnya yang dapat
mengurangi potensi bahaya kebakaran;
2. Pengendalian potensi bahaya dan risiko kebakaran yang terkait dengan konstruksi apapun di
atau yang berdekatan dengan bangunan yang ditempati pasien;
3. Penyediaan rambu dan jalan keluar (evakuasi) yang aman serta tidak terhalang apabila terjadi
kebakaran;
4. Penyediaan sistem peringatan dini secara pasif meliputi, detektor asap (smoke detector), detektor
panas (heat detector), alarm kebakaran, dan lain-lainnya;
5. Penyediaan fasilitas pemadaman api secara aktif meliputi APAR, hidran, sistem sprinkler, dan
lain-lainnya; dan
6. Sistem pemisahan (pengisolasian) dan kompartemenisasi pengendalian api dan asap.
c) Rumah sakit menetapkan kebijakan dan melakukan pemantauan
larangan merokok di seluruh area rumah sakit.
d) Rumah sakit telah melakukan pengkajian risiko proteksi kebakaran.
e) Rumah sakit memastikan semua staf memahami proses proteksi
kebakaran termasuk melakukan pelatihan penggunaan APAR, hidran
dan simulasi kebakaran setiap tahun.
f) Peralatan pemadaman kebakaran aktif dan sistem peringatan dini
serta proteksi kebakaran secara pasif telah diinventarisasi, diperiksa,
di ujicoba dan dipelihara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan didokumentasikan.
IDENTIFIKASI &
UJI FUNGSI
INVENTARISASI
SELURUH ALAT
MEDIS
PEMERIKSAAN
ALAT MEDIS
PENGUJIAN
PEMELIHARAAN
& KALIBRASI
Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses
pengelolaan peralatan medik.
a) Rumah sakit telah menerapkan proses pengelolaan peralatan medik yang digunakan di rumah sakit meliputi :
1. Identifikasi dan penilaian kebutuhan alat medik dan uji fungsi sesuai ketentuan penerimaan alat
medik baru.
2. Inventarisasi seluruh peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit dan peralatan medis kerja sama
operasional (KSO) milik pihak ketiga; serta peralatan medik yang dimiliki oleh staf rumah sakit jika
ada Inspeksi peralatan medis sebelum digunakan.
3. Pemeriksaan peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan pabrik secara berkala.
4. Pengujian yang dilakukan terhadap alat medis untuk memperoleh kepastian tidak adanya bahaya
yang ditimbulkan sebagai akibat penggunaan alat.
5. Rumah sakit melakukan pemeliharaan preventif dan kalibrasi, dan seluruh prosesnya
didokumentasikan.
b) Rumah sakit menetapkan penanggung jawab yang kompeten dalam pengelolaan
dan pengawasan peralatan medik di rumah sakit.
c) Rumah sakit telah melakukan pengkajian risiko peralatan medik secara proaktif
setiap tahun yang didokumentasikan dalam daftar risiko/risk register.
d) Terdapat bukti perbaikan yang dilakukan oleh pihak yang berwenang dan
kompeten.
e) Rumah sakit telah menerapkan pemantauan, pemberitahuan kerusakan
(malfungsi) dan penarikan (recall) peralatan medis yang membahayakan pasien.
f) Rumah sakit telah melaporkan insiden keselamatan pasien terkait peralatan medis
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
AIR/LISTRIK 7/24
INVENTARIS DAN
PEMETAAN
DISTRIBUSI
PEMERIKSAAN,
PEMELIHARAAN
DAN PERBAIKAN
UTILITAS
JADWAL
PEMERIKSAAN
DAN UJI FUNGSI
PELABELAN TUAS
UNTUK KONDISI
EMERGENCY
Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses untuk memastikan semua sistem utilitas
(sistem pendukung) berfungsi efisien dan efektif yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan,
dan perbaikan sistem utilitas.
a) Rumah sakit telah menerapkan proses pengelolaan sistem utilitas yang meliputi :
1. Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu 7 (tujuh) hari dalam seminggu secara terus
menerus;
2. Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas, memetakan pendistribusiannya, dan
melakukan update secara berkala;
3. Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas yang ada di daftar inventaris;
4. Jadwal pemeriksaan, uji fungsi, dan pemeliharaan semua sistem utilitas berdasar atas kriteria seperti
rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko, dan pengalaman rumah sakit; dan
5. Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu pemadaman darurat secara keseluruhan
atau sebagian saat terjadi kebakaran.
b. Rumah sakit telah melakukan pengkajian
risiko sistim utilitas dan komponen kritikalnya
secara proaktif setiap tahun yang
didokumentasikan dalam daftar risiko/risk
register.
Dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem
utilitas.
a) Rumah sakit menerapkan proses inventarisasi sistim utilitas dan komponen kritikalnya setiap
tahun.
b) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya telah diinspeksi secara berkala berdasarkan ketentuan
rumah sakit.
c) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya diuji secara berkala berdasar atas kriteria yang sudah
ditetapkan.
d) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya dipelihara berdasar atas kriteria yang sudah
ditetapkan.
e) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya diperbaiki bila diperlukan.
Sistem utilitas rumah sakit menjamin tersedianya air bersih dan listrik
sepanjang waktu serta menyediakan sumber cadangan/alternatif
persediaan air dan tenaga listrik jika terjadi terputusnya sistem,
kontaminasi, atau kegagalan.
a) Rumah sakit mempunyai proses sistem utilitas terhadap keadaan darurat yang meliputi :
1. Mengidentifikasi peralatan, sistem, serta area yang memiliki risiko paling tinggi terhadap
pasien dan staf (sebagai contoh, rumah sakit mengidentifikasi area yang membutuhkan
penerangan, pendinginan (lemari es), bantuan hidup/ventilator, serta air bersih untuk
membersihkan dan sterilisasi alat);
2. Menyediakan air bersih dan listrik 24 jam setiap hari dan 7 (tujuh) hari seminggu;
3. Menguji ketersediaan serta kehandalan sumber tenaga listrik dan air bersih
darurat/pengganti/back-up;
b) Air bersih harus tersedia selama 24 jam setiap hari, 7 (tujuh) hari
dalam seminggu.
c) Listrik tersedia 24 jam setiap hari, 7 (tujuh) hari dalam seminggu.
d) Rumah sakit mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko
paling tinggi bila terjadi kegagalan listrik atau air bersih
terkontaminasi atau terganggu dan melakukan penanganan untuk
mengurangi risiko.
e) Rumah sakit mempunyai sumber listrik dan air bersih cadangan
dalam keadaan darurat/emergensi.
Rumah sakit melakukan uji coba/uji beban sumber listrik dan sumber air
cadangan/alternatif.
a) Rumah sakit melaksanakan uji coba sumber air bersih dan listrik
cadangan/alternatif sekurangnya 6 (enam) bulan sekali atau lebih sering bila
diharuskan oleh peraturan perundang-undanganan yang berlaku atau oleh kondisi
sumber air.
b) Rumah sakit mendokumentasi hasil uji coba sumber air bersih cadangan/alternatif
tersebut.
c) Rumah sakit mendokumentasikan hasil uji sumber listrik/cadangan/alternatif
tersebut.
d) Rumah sakit mempunyai tempat dan jumlah bahan bakar untuk sumber listrik
cadangan/alternatif yang mencukupi.
Rumah sakit melakukan pemeriksaan air bersih dan air
limbah secara berkala sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan.
a) Rumah sakit telah menerapkan proses sekurang-kurangnya meliputi :
1. Pelaksanaan pemantauan mutu air bersih paling sedikit 1 (satu) tahun sekali. Untuk pemeriksaan kimia
minimal setiap 6 (enam) bulan atau lebih sering bergantung pada ketentuan peraturan perundang-
undangan, kondisi sumber air, dan pengalaman sebelumnya dengan masalah mutu air. Hasil
pemeriksaan didokumentasikan;
2. Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3 (tiga) bulan atau lebih sering bergantung pada peraturan
perundang-undangan, kondisi sumber air, dan hasil pemeriksaan air terakhir bermasalah. Hasil
pemeriksaan didokumentasikan;
3. Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialisis ginjal setiap bulan untuk menilai pertumbuhan
bakteri dan endotoksin. Pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasi zat kimia. Hasil pemeriksaan
didokumentasikan; dan
4. Melakukan pemantauan hasil pemeriksaan air dan perbaikan bila diperlukan.
b) Rumah sakit telah melakukan pemantauan dan
evaluasi proses
c) Rumah sakit telah menindaklanjuti hasil
pemantauan dan evaluasi
DARURAT BENCANA
DISASTER
PLAN
SIMULASI EVALUASI
Rumah sakit menerapkan proses penanganan bencana untuk
menanggapi bencana yang berpotensi terjadi di wilayah rumah sakitnya.
a) Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan bencana yang meliputi :
1. Menentukan jenis yang kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian;
2. Menentukan integritas struktural dan non struktural di lingkungan pelayanan pasien yang ada dan
bagaimana bila terjadi bencana;
3. Menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut;
4. Menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian;
5. Mengelola sumber daya selama kejadian termasuk sumber-sumber alternatif;
6. Mengelola kegiatan klinis selama kejadian termasuk tempat pelayanan alternatif pada waktu kejadian;
7. Mengidentifikasi dan penetapan peran serta tanggung jawab staf selama kejadian dan; dan
8. Proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab pribadi staf dan
tanggung jawab rumah sakit untuk tetap menyediakan pelayanan pasien termasuk kesehatan mental
dari staf.
b) Rumah sakit telah mengidentifikasi risiko bencana internal dan eksternal dalam analisis
kerentanan bahaya/Hazard Vulnerability Analysis (HVA) secara proaktif setiap tahun dan
diintegrasikan ke dalam daftar risiko/risk register dan profil risiko.
c) Rumah sakit membuat program pengelolaan bencana di rumah sakit berdasarkan hasil analisis
kerentanan bahaya/Hazard Vulnerability Analysis (HVA) setiap tahun.
d) Rumah sakit telah melakukan simulasi penanggulangan bencana (disaster drill) minimal
setahun sekali termasuk debriefing.
e) Staf dapat menjelaskan dan atau memperagakan prosedur dan peran mereka dalam
penanganan kedaruratan serta bencana internal dan external
f) Rumah sakit telah menyiapkan area dekontaminasi sesuai ketentuan pada instalasi gawat
darurat.
KONSTRUKSI & RENOVASI
PCRA
a) kualitas udara;
b) pencegahan dan pengendalian infeksi;
c) utilitas;
d) kebisingan;
e) getaran;
f) bahan dan limbah berbahaya;
g) keselamatan kebakaran;
h) keamanan;
i) prosedur darurat, termasuk jalur/keluar alternatif dan akses ke
layanan darurat; dan
j) bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan, dan
Rumah sakit melakukan penilaian risiko prakontruksi/Pre Contruction
Risk Assessment (PCRA) pada waktu merencanakan pembangunan baru
(proyek konstruksi), renovasi dan pembongkaran.
a) Rumah sakit menerapkan penilaian risiko prakonstruksi (PCRA) terkait rencana konstruksi, renovasi dan
demolisi meliputi :
a) Kualitas udara;
b) Pencegahan dan pengendalian infeksi;
c) Utilitas;
d) Kebisingan;
e) Getaran;
f) Bahan dan limbah berbahaya;
g) Keselamatan kebakaran;
h) Keamanan;
i) Prosedur darurat, termasuk jalur/keluar alternatif dan akses ke layanan darurat; dan
j) Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan, dan layanan.
b)Rumah sakit melakukan penilaian risiko prakontruksi
(PCRA) bila ada rencana kontruksi, renovasi dan demolisi.
c)Rumah sakit melakukan tindakan berdasarkan hasil
penilaian risiko untuk meminimalkan risiko selama
pembongkaran, konstruksi, dan renovasi.
d)Rumah sakit memastikan bahwa kepatuhan kontraktor
dipantau, dilaksanakan, dan didokumentasikan.
PELATIHAN
PROGRAM
MFK
B3
PROTEKSI
KEBAKARAN
PERALATAN
MEDIS
SISTEM
UTILITAS
BENCANA
PENGELOLAAN
FASILITAS
Seluruh staf di rumah sakit dan yang lainnya telah dilatih dan memiliki
pengetahuan tentang pengelolaan fasilitas rumah sakit, program
keselamatan dan peran mereka dalam memastikan keamanan dan
keselamatan fasilitas secara efektif.
a) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait
keselamatan setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya
dan didokumentasikan.
b) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait keamanan
setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan
didokumentasikan.
c) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait
pengelolaan B3 dan limbahnya setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan
tanggung jawabnya dan didokumentasikan.
d) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait proteksi
kebakaran setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan
didokumentasikan.
e) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait
peralatan medis setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung
jawabnya dan didokumentasikan.
f) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait
sistim utilitas setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung
jawabnya dan didokumentasikan.
g) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait
penanganan bencana setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan
tanggung jawabnya dan didokumentasikan.
h) Pelatihan tentang pengelolaan fasilitas dan program keselamatan mencakup vendor, pekerja
kontrak, relawan, pelajar, peserta didik, peserta pelatihan, dan lainnya, sebagaimana berlaku
untuk peran dan tanggung jawab individu, dan sebagaimana ditentukan oleh rumah sakit.
“Budaya Organisasi & Budaya Pemberi Layanan
Menentukan Mutu Layanan”
SUNGGUH ENAK SAMBAL DABU DABU,
JANGAN LUPA SALING BERBAGI,
TERIMA KASIH UNTUK BAPAK IBU,
KITA PASTI AKAN BERJUMPA LAGI
TERIMA KASIH
www.yankes.kemkes.go.id www.facebook.com/ditjen.yankes @ditjenyankes
@ditjenyankes
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan

More Related Content

Similar to WS Kesiapan RS- DINKES JABAR.pptx

8.8 Standar Akreditasi Klinik Bab II.pptx
8.8 Standar Akreditasi Klinik Bab II.pptx8.8 Standar Akreditasi Klinik Bab II.pptx
8.8 Standar Akreditasi Klinik Bab II.pptxAstiHaryani2
 
4-final-instrumen-ppi-starkes-2022_1748.pdf
4-final-instrumen-ppi-starkes-2022_1748.pdf4-final-instrumen-ppi-starkes-2022_1748.pdf
4-final-instrumen-ppi-starkes-2022_1748.pdfdatasekolahirma
 
5. Bab V_REVISI_29 JUNI 2021 5.5.1-3.pdf
5. Bab V_REVISI_29 JUNI 2021 5.5.1-3.pdf5. Bab V_REVISI_29 JUNI 2021 5.5.1-3.pdf
5. Bab V_REVISI_29 JUNI 2021 5.5.1-3.pdfEllenRatucoreh
 
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 29 SEPT 2022 BEKASI .pdf
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 29 SEPT 2022 BEKASI .pdfOVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 29 SEPT 2022 BEKASI .pdf
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 29 SEPT 2022 BEKASI .pdfwahyuari17
 
PMK No 30 Th 2022 ttg Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.pdf
PMK No 30 Th 2022 ttg Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.pdfPMK No 30 Th 2022 ttg Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.pdf
PMK No 30 Th 2022 ttg Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.pdfWELCOMETO4
 
BAB V_Edit 27mar23 (2).pptx
BAB V_Edit 27mar23 (2).pptxBAB V_Edit 27mar23 (2).pptx
BAB V_Edit 27mar23 (2).pptxRetnoindriasari
 
Update-Kebijakan-Akreditasi-Klinik
Update-Kebijakan-Akreditasi-KlinikUpdate-Kebijakan-Akreditasi-Klinik
Update-Kebijakan-Akreditasi-KlinikBrianRizky4
 
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 2024.pdf
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 2024.pdfOVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 2024.pdf
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 2024.pdfOktyPrahalanitya1
 
Kriteria 5.1.2 SK IMPP DAN INM - Copy.docx
Kriteria 5.1.2 SK IMPP DAN INM - Copy.docxKriteria 5.1.2 SK IMPP DAN INM - Copy.docx
Kriteria 5.1.2 SK IMPP DAN INM - Copy.docxsaprudin1
 
Materi bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja PMKP
Materi bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja PMKPMateri bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja PMKP
Materi bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja PMKPMuhammad Kristyan
 
PPT INM LABKES dan UTD pada tahun 2022pdf
PPT INM LABKES dan UTD pada tahun 2022pdfPPT INM LABKES dan UTD pada tahun 2022pdf
PPT INM LABKES dan UTD pada tahun 2022pdfssuser4219cb
 
V1 Upaya peningkatan mutu TPMD 181223 (5) (2).pptx
V1 Upaya peningkatan mutu TPMD 181223 (5) (2).pptxV1 Upaya peningkatan mutu TPMD 181223 (5) (2).pptx
V1 Upaya peningkatan mutu TPMD 181223 (5) (2).pptxDiahAnjarini2
 
Standar Akreditasi Klinik Bab II fix.pptx
Standar Akreditasi Klinik Bab II fix.pptxStandar Akreditasi Klinik Bab II fix.pptx
Standar Akreditasi Klinik Bab II fix.pptxDNAAysa
 
BAB V standar akreditasi puskesmas jdkskkd_Edit 10APR23_di.ppsx
BAB V standar akreditasi puskesmas  jdkskkd_Edit 10APR23_di.ppsxBAB V standar akreditasi puskesmas  jdkskkd_Edit 10APR23_di.ppsx
BAB V standar akreditasi puskesmas jdkskkd_Edit 10APR23_di.ppsxLidyaKartikaLubis
 
Indikator mutu rumah sakit.pptx
Indikator mutu rumah sakit.pptxIndikator mutu rumah sakit.pptx
Indikator mutu rumah sakit.pptxfarid50526
 
12. Sosialisasi aplikasi SINAF.pdf
12. Sosialisasi aplikasi SINAF.pdf12. Sosialisasi aplikasi SINAF.pdf
12. Sosialisasi aplikasi SINAF.pdfErnawaty12
 
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docxSANTOSA15
 
305972833 9-1-3-2-kerangka-acuan-perencanaan-program-peningkatan-mutu-keselam...
305972833 9-1-3-2-kerangka-acuan-perencanaan-program-peningkatan-mutu-keselam...305972833 9-1-3-2-kerangka-acuan-perencanaan-program-peningkatan-mutu-keselam...
305972833 9-1-3-2-kerangka-acuan-perencanaan-program-peningkatan-mutu-keselam...Lia Nuraini
 
Rakor DPMPTSP Kota TAngerang Maret.pptx
Rakor DPMPTSP Kota TAngerang Maret.pptxRakor DPMPTSP Kota TAngerang Maret.pptx
Rakor DPMPTSP Kota TAngerang Maret.pptxEkaDharmaSastra
 

Similar to WS Kesiapan RS- DINKES JABAR.pptx (20)

8.8 Standar Akreditasi Klinik Bab II.pptx
8.8 Standar Akreditasi Klinik Bab II.pptx8.8 Standar Akreditasi Klinik Bab II.pptx
8.8 Standar Akreditasi Klinik Bab II.pptx
 
4-final-instrumen-ppi-starkes-2022_1748.pdf
4-final-instrumen-ppi-starkes-2022_1748.pdf4-final-instrumen-ppi-starkes-2022_1748.pdf
4-final-instrumen-ppi-starkes-2022_1748.pdf
 
5. Bab V_REVISI_29 JUNI 2021 5.5.1-3.pdf
5. Bab V_REVISI_29 JUNI 2021 5.5.1-3.pdf5. Bab V_REVISI_29 JUNI 2021 5.5.1-3.pdf
5. Bab V_REVISI_29 JUNI 2021 5.5.1-3.pdf
 
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 29 SEPT 2022 BEKASI .pdf
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 29 SEPT 2022 BEKASI .pdfOVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 29 SEPT 2022 BEKASI .pdf
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 29 SEPT 2022 BEKASI .pdf
 
PMK No 30 Th 2022 ttg Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.pdf
PMK No 30 Th 2022 ttg Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.pdfPMK No 30 Th 2022 ttg Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.pdf
PMK No 30 Th 2022 ttg Indikator Nasional Mutu Pelayanan Kesehatan.pdf
 
BAB V_Edit 27mar23 (2).pptx
BAB V_Edit 27mar23 (2).pptxBAB V_Edit 27mar23 (2).pptx
BAB V_Edit 27mar23 (2).pptx
 
Update-Kebijakan-Akreditasi-Klinik
Update-Kebijakan-Akreditasi-KlinikUpdate-Kebijakan-Akreditasi-Klinik
Update-Kebijakan-Akreditasi-Klinik
 
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 2024.pdf
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 2024.pdfOVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 2024.pdf
OVERVIEW STANDAR AKREDITASI UTD 2024.pdf
 
Kriteria 5.1.2 SK IMPP DAN INM - Copy.docx
Kriteria 5.1.2 SK IMPP DAN INM - Copy.docxKriteria 5.1.2 SK IMPP DAN INM - Copy.docx
Kriteria 5.1.2 SK IMPP DAN INM - Copy.docx
 
Materi bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja PMKP
Materi bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja PMKPMateri bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja PMKP
Materi bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja PMKP
 
PPT INM LABKES dan UTD pada tahun 2022pdf
PPT INM LABKES dan UTD pada tahun 2022pdfPPT INM LABKES dan UTD pada tahun 2022pdf
PPT INM LABKES dan UTD pada tahun 2022pdf
 
V1 Upaya peningkatan mutu TPMD 181223 (5) (2).pptx
V1 Upaya peningkatan mutu TPMD 181223 (5) (2).pptxV1 Upaya peningkatan mutu TPMD 181223 (5) (2).pptx
V1 Upaya peningkatan mutu TPMD 181223 (5) (2).pptx
 
Standar Akreditasi Klinik Bab II fix.pptx
Standar Akreditasi Klinik Bab II fix.pptxStandar Akreditasi Klinik Bab II fix.pptx
Standar Akreditasi Klinik Bab II fix.pptx
 
BAB V standar akreditasi puskesmas jdkskkd_Edit 10APR23_di.ppsx
BAB V standar akreditasi puskesmas  jdkskkd_Edit 10APR23_di.ppsxBAB V standar akreditasi puskesmas  jdkskkd_Edit 10APR23_di.ppsx
BAB V standar akreditasi puskesmas jdkskkd_Edit 10APR23_di.ppsx
 
Indikator mutu rumah sakit.pptx
Indikator mutu rumah sakit.pptxIndikator mutu rumah sakit.pptx
Indikator mutu rumah sakit.pptx
 
12. Sosialisasi aplikasi SINAF.pdf
12. Sosialisasi aplikasi SINAF.pdf12. Sosialisasi aplikasi SINAF.pdf
12. Sosialisasi aplikasi SINAF.pdf
 
5.1 PMP.pdf
5.1 PMP.pdf5.1 PMP.pdf
5.1 PMP.pdf
 
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
 
305972833 9-1-3-2-kerangka-acuan-perencanaan-program-peningkatan-mutu-keselam...
305972833 9-1-3-2-kerangka-acuan-perencanaan-program-peningkatan-mutu-keselam...305972833 9-1-3-2-kerangka-acuan-perencanaan-program-peningkatan-mutu-keselam...
305972833 9-1-3-2-kerangka-acuan-perencanaan-program-peningkatan-mutu-keselam...
 
Rakor DPMPTSP Kota TAngerang Maret.pptx
Rakor DPMPTSP Kota TAngerang Maret.pptxRakor DPMPTSP Kota TAngerang Maret.pptx
Rakor DPMPTSP Kota TAngerang Maret.pptx
 

More from MarlinaAzwar1

Studi Kasus Pengkajian Resep Kemkes.pdf
Studi Kasus Pengkajian Resep Kemkes.pdfStudi Kasus Pengkajian Resep Kemkes.pdf
Studi Kasus Pengkajian Resep Kemkes.pdfMarlinaAzwar1
 
Slide Basic Solution One Otsuka 2022-PP.pdf
Slide Basic Solution One Otsuka 2022-PP.pdfSlide Basic Solution One Otsuka 2022-PP.pdf
Slide Basic Solution One Otsuka 2022-PP.pdfMarlinaAzwar1
 
literature PP pd obat kanker.pdf
literature PP pd obat kanker.pdfliterature PP pd obat kanker.pdf
literature PP pd obat kanker.pdfMarlinaAzwar1
 
IVcompatibility drug -rekonstitusi.pdf
IVcompatibility drug -rekonstitusi.pdfIVcompatibility drug -rekonstitusi.pdf
IVcompatibility drug -rekonstitusi.pdfMarlinaAzwar1
 
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdfMarlinaAzwar1
 
2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdf
2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdf2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdf
2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdfMarlinaAzwar1
 

More from MarlinaAzwar1 (6)

Studi Kasus Pengkajian Resep Kemkes.pdf
Studi Kasus Pengkajian Resep Kemkes.pdfStudi Kasus Pengkajian Resep Kemkes.pdf
Studi Kasus Pengkajian Resep Kemkes.pdf
 
Slide Basic Solution One Otsuka 2022-PP.pdf
Slide Basic Solution One Otsuka 2022-PP.pdfSlide Basic Solution One Otsuka 2022-PP.pdf
Slide Basic Solution One Otsuka 2022-PP.pdf
 
literature PP pd obat kanker.pdf
literature PP pd obat kanker.pdfliterature PP pd obat kanker.pdf
literature PP pd obat kanker.pdf
 
IVcompatibility drug -rekonstitusi.pdf
IVcompatibility drug -rekonstitusi.pdfIVcompatibility drug -rekonstitusi.pdf
IVcompatibility drug -rekonstitusi.pdf
 
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf
5. Tekhnik Aseptik Dispensing AHMAD SUBHAN.pdf
 
2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdf
2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdf2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdf
2. DASAR DASAR ASEPTIK DISPENSING rev.pdf
 

Recently uploaded

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 

Recently uploaded (20)

Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 

WS Kesiapan RS- DINKES JABAR.pptx

  • 1. STANDAR AKREDITASI & IMPLEMENTASI K3RS DIREKTORAT MUTU DAN AKREDITASI PELAYANAN KESEHATAN Evi Christina
  • 4. RS bersih dan rapi????
  • 5. K3RS & MUTU PELAYANAN RS
  • 6. UPAYA PENINGKATAN MUTU PELAYANAN 01 02 Peningkatan Mutu Eksternal Dilakukan oleh Pihak Eksternal Faskes melalui Sertifikasi ataupun Akreditasi Peningkatan Mutu Internal Internal Continous Quality Improvement dilakukan oleh Fasilitas kesehatan dengan melakukan : penetapan indikator mutu, melakukan pengukuran, evaluasi (PDSA/PDCA) dan Perbaikan
  • 7. • Karakter Mutu • Kondisi Ideal Mutu Layanan Kesehatan DIMENSI MUTU • INM • Indikator Prioritas RS • Indikator Mutu Unit Kerja INDIKATOR MUTU MUTU PELAYANAN
  • 8.
  • 9. 1 • Kepatuhan kebersihan tangan 2 • Kepatuhan penggunaan APD 3 • Kepatuhan identifikasi pasien 4 • Waktu tanggap Operasi Seksio sesarea emergensi 5 • Waktu tunggu rawat jalan 6 • Penundaan operasi elektif 7 • Kepatuhan waktu visite Dokter 8 • Pelaporan hasil kritis laboratorium 9 •Kepatuhan penggunaan formularium nasional 10 • Kepatuhan terhadap alur klinis (clinical pathway) 11 •Kepatuhan upaya pencegahan risiko pasien jatuh 12 • Kecepatan waktu tanggap komplain 13 • Kepuasan pasien INDIKATOR NASIONAL MUTU RUMAH SAKIT
  • 10. PELAPORAN INM RS 2022 Update Data 10 April 2022 Bulan Maret 2022 Jumlah RS Melaporkan 558 No Provinsi Jumlah 1 JAWA TIMUR 121 2 JAWA TENGAH 75 3 JAWA BARAT 68 4 DKI JAKARTA 64 5 BALI 19 6 LAMPUNG 19 7 BANTEN 18 8 SUMATERA UTARA 18 9 KALIMANTAN SELATAN 13 10 SUMATERA SELATAN 13 11 D I YOGYAKARTA 11 12 SULAWESI SELATAN 11 13 R I A U 11 14 KALIMANTAN TIMUR 10 15 BENGKULU 9 16 JAMBI 9 17 KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 9 18 SULAWESI UTARA 6 19 SUMATERA BARAT 6 20 ACEH 5 21 KALIMANTAN BARAT 5 22 NUSA TENGGARA BARAT 5 23 NUSA TENGGARA TIMUR 5 24 PAPUA 5 25 KEPULAUAN RIAU 4 26 SULAWESI TENGGARA 4 27 GORONTALO 3 28 KALIMANTAN TENGAH 3 29 MALUKU UTARA 3 30 SULAWESI TENGAH 3 31 KALIMANTAN UTARA 2 32 MALUKU 1 Grand Total 558
  • 11. 134 95 127 109 37 25 25 24 25 17 26 15 17 15 10 16 22 7 12 13 11 31 18 7 2 5 4 2 7 12 14 4 2 0 127 96 123 107 35 14 27 23 26 18 21 15 17 16 10 13 22 9 10 15 10 28 15 7 3 4 3 3 7 9 12 4 2 1 88 68 88 72 24 16 19 14 15 14 13 9 12 11 8 4 21 2 7 13 4 21 11 4 1 3 2 1 7 5 9 5 2 0 Januari Februari Maret Jumlah RS yang Melapor IKP 2022
  • 12. HOSPITAL READINESS 2022 Update Data 10 April 2022 Total RS yang sudah mengumpulkan SA = 307 RS 124 183 0 50 100 150 200 Pemerintah & TNI POLRI Swasta Jumlah RS yang sudah mengumpulkan Self Assessment berdasarkan Kepemilikan Pemerintah & TNI POLRI Swasta Jumlah RS yang sudah mengumpulkan SA berdasarkan Provinsi Provinsi Jumlah RS Rujukan Covid-19 Jumlah RS Yang Melapor Presentase Jawa Timur 163 90 55% Jawa Tengah 65 45 69% DKI Jakarta 101 28 28% Jawa Barat 105 27 26% Riau 48 16 33% Jambi 26 11 42% Bali 14 15 107% DI Yogyakarta 28 11 39% Lampung 30 10 33% Kalimantan Selatan 7 6 86% Aceh 21 6 29% Kalimantan Tengah 4 4 100% Sumatera Selatan 48 3 6% Banten 5 5 100% Sulawesi Tenggara 7 3 43% Sumatera Barat 22 2 9% Sulawesi Utara 18 2 11% Sulawesi Selatan 46 3 7% Kalimantan Barat 18 4 22% Papua 16 2 13% Nusa Tenggara Timur 22 2 9% Bengkulu 19 2 11% Kalimantan Timur 16 3 19% Papua Barat 13 1 8% Gorontalo 2 1 50% Kepulauan Riau 32 3 9% Nusa Tenggara Barat 27 0 0% Kepulauan Bangka Belitung 21 0 0% Sulawesi Tengah 18 1 6% Maluku 18 0 0% Sumatera Utara 12 0 0% Kalimantan Utara 8 0 0% Maluku Utara 7 1 14% Sulawesi Barat 2 0 0% Total 1009 307 30%
  • 13. KESIAPAN RS PADA MASA PANDEMI COVID-19
  • 14. HOSPITAL READINESS 2022 90% 90% 88% 90% 90% 89% 89% 89% 82% 75% 91% 91% 89% 89% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1. Sistem manajemen kepemimpinan dan insiden 2. Koordinasi dan komunikasi 3.Surveillance dan manajemen informasi 4. Komunikasi yang cepat dan keterlibatan masyarakat 5. Administrasi, keuangan, dan kelangsungan bisnis 6. Sumber daya manusia 7.Surge capacity 8. Kesinambungan layanan dukungan penting 9. Manajemen pasien 10. Kesehatan kerja, Kesehatan mental, dan dukungan psikososial 11. Identifikasi dan diagnosis cepat 12. Pencegahan dan pengendalian infeksi Overview Capaian Nasional
  • 15. KEBIJAKAN & TANTANGAN PENERAPAN K3RS DI RUMAH SAKIT Direktorat Mutu & Akreditasi Pelayanan Kesehatan
  • 16. • PENETAPANPANDEMICCOVID- 19 WHO11 MARET2020 • PENETAPANBENCANANON ALAMCOVID-19 SEBAGAI BENCANANASIONAL(13 April 2020) PENETAPANDARURA TKES MASY COVID-19 (31 Maret 2021) Tingginya jumlah kasus Covid 19 Keterbatasan Sarana dan Prasarana Tingginya kejadian penularan C 19 pada Nakes Tertundanya Pelayanan essensial risiko paparan virus, kekerasan tekanan kerja, stigma gangguan psikologis& emosional penyakit bahkan kematian TENAGA KESEHATAN tantangan besar & dampak pelayanan kesehatan PANDEMI COVID 19
  • 17. 10 FAKTA KESELAMATAN PASIEN(WHO) 1 dari 10 pasien yang dirawat di RS, cedera akibat insiden keselamatan, 50% dapat dicegah 15% biaya kesehatan terpakai untuk mengatasi kejadian yang tidak diharapkan Pasien cedera merupakan penyebab ke 14 beban penyakit global (TBC & malaria) Penggunaan obat yang tidak aman membahayakan jutaan dan biaya miliaran dolar setiap tahun. Investasi dalam upaya menurunkan insiden keselamatan pasien mengakibatkan penghematan keuangan yang signifikan Penggunaan obat yang tidak aman membahayakan jutaan dan biaya miliaran dolar setiap tahun. HAI’s : 14 dari 100 pasien yang dirawat di rumah sakit. Lebih dari 1 juta pasien paska operasi meninggal akibat komplikasi operasi Ketidak akuratan dan keterlambatan diagnosis, membahayakan pasien Kesalahan administrative merupakan penyebab sampai dengan separuh kesalahan di pelayanan primer
  • 18. Regulasi • Mutu, Keselamatan Pasien, PPI & K3 PERMENKES 12 / 2020 dan 46 / 2015 Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan, fasyankes Wajib Diakreditasi Secara Berkala UU 36 /2009 TENTANG KESEHATAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN DILAKSANAKAN SECARA BERTANGGUNG JAWAB, AMAN, BERMUTU, SERTA MERATA & NONDISKRIMINATIF (PS 19) PEMERINTAH WAJIB MENETAPKAN STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN (PS 55 AY 1) STANDAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT DIATUR DENGAN PERATURAN PEMERINTAH (PS 55 AY 2) PERMENKES NO 11 TAHUN 2017 PASAL 5 (1&2) AYAT 1. Setiap faskes wajib menyelenggarakan keselamatan pasien AYAT 2. Pembentukan sistem pelayanan yang menerapkan: a. Standar keselamatan pasien b. Sasaran keselamatan pasien c. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien PASAL 2 Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi pelaksanaanPPI di Fasilitas Pelayanan Kesehatan berupa rumah sakit, puskesmas,klinik, dan praktik mandiri tenaga kesehatan. PASAL 3 (1) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatanharus melaksanakan PPI. PERMENKES NO 27 TAHUN 2017 PASAL 2 & 3 PASAL 3 (1) Setiap RS wajib menyenyelnggarakan K3RS PASAL 4 SMK3 RS Meliputi : • Penetapan kebijakan K3RS • Perencanaan K3RS • Pelaksanaan Rencana K3RS • Pemantauan dan Evaluasi K3RS • Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3RS PERMENKES NO 66 TAHUN 2016 T MUTU KESELAMATAN PASIEN K3RS PPI
  • 19. KOMITMEN FASYANKES Penyelenggaraan/Operasional Fasyankes 1 Menjaga dan Melakukan Upaya Peningkatan Mutu 2 Pemenuhan Standar Fasilitas Pelayanan Kesehatan 3
  • 20. K3RS & STANDAR AKREDITASI RS 1. Kepemimpinan dan perencanaan; 2. Keselamatan; 3. Keamanan; 4. Pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun (B3); 5. Proteksi kebakaran; 6. Peralatan medis; 7. Sistim utilitas; 8. Penanganan kedaruratan dan bencana; 9. Konstruksi dan renovasi; dan 10. Pelatihan. STAF RS PENGUNJUNG PASIEN
  • 22. Kepatuhan Perizinan Perencanaan K3 RS Penanggung Jawab Program PERIZINAN TIM/KOMITE K3RS SUMBER DAYA
  • 23. Rumah sakit mematuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berkaitan dengan bangunan, prasarana dan peralatan medis rumah sakit. a) Rumah sakit menetapkan regulasi terkait Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) b) Rumah sakit telah melengkapi izin-izin dan sertifikasi yang masih berlaku sesuai persyaratan peraturan perundang-undangan. c) Pimpinan rumah sakit memenuhi perencanaan anggaran dan sumber daya serta memastikan rumah sakit memenuhi persyaratan perundang-undangan.
  • 24. Rumah Sakit menetapkan penanggungjawab yang kompeten untuk mengawasi penerapan manajemen fasilitas dan keselamatan di rumah sakit. a) Rumah sakit telah menetapkan Penanggungjawab MFK yang memiliki kompetensi dan pengalaman dalam melakukan pengelolaan pada fasilitas dan keselamatan di lingkungan rumah sakit. b) Penanggungjawab MFK telah menyusun Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) yang meliputi poin a) – j) dalam maksud dan tujuan. c) Penanggungjawab MFK telah melakukan pengawasan dan evaluasi Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) setiap tahunnya meliputi poin a) – g) dalam maksud dan tujuan serta melakukan penyesuaian program apabila diperlukan. d) Penerapan program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) pada tenant/penyewa lahan yang berada di lingkungan rumah sakit meliputi poin a) – e) dalam maksud dan tujuan.
  • 25. • PENGKAJIAN RESIKO • RISK REGISTER MANAJEMEN RESIKO • FASILITAS YANG AMAN • UPAYA PENCEGAHAN FASILITAS • PEMERIKSAAN FASILITAS • PELAPORAN KONDISI FASILITAS PEMELIHARAAN FASILITAS
  • 26. Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) terkait keselamatan di rumah sakit. a) Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan keselamatan rumah sakit meliputi • Rumah sakit telah mengintegrasikan program Kesehatan dan keselamatan kerja staf ke dalam program manajemen fasilitas dan keselamatan. • Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko secara proaktif terkait keselamatan di rumah sakit setiap tahun yang didokumentasikan dalam daftar risiko/risk register. • Rumah sakit telah melakukan pemantauan risiko keselamatan dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan kepada piminan rumah sakit.
  • 27. Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) terkait keselamatan di rumah sakit. b) Rumah sakit telah mengintegrasikan program Kesehatan dan keselamatan kerja staf ke dalam program manajemen fasilitas dan keselamatan. c) Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko secara proaktif terkait keselamatan di rumah sakit setiap tahun yang didokumentasikan dalam daftar risiko/risk register. d) Rumah sakit telah melakukan pemantauan risiko keselamatan dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan kepada piminan rumah sakit.
  • 28. LINGKUNGAN YANG AMAN PEMANTAUAN DAN PEMERIKSAAN MONITORING DAERAH BERESIKO PERLINDUNGAN DARI KEKERASAN PENCEGAHAN KEHILANGAN, KERUSAKAN
  • 29. Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) terkait keamanan di rumah sakit. a) Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan keamanan dilingkungan rumah sakit meliputi : • Menjamin lingkungan yang aman dengan memberikan identitas/tanda pengenal (badge nama sementara atau tetap) pada pasien, staf, pekerja kontrak, tenant/penyewa lahan, keluarga (penunggu pasien), atau pengunjung (pengunjung di luar jam besuk dan tamu rumah sakit) sesuai dengan regulasi rumah sakit; • Melakukan pemeriksaan dan pemantauan keamanan fasilitas dan lingkungan secara berkala dan membuat tindak lanjut perbaikan; • Pemantauan pada daerah berisiko keamanan sesuai penilaian risiko di rumah sakit. Pemantauan dapat dilakukan dengan penempatan petugas keamanan (sekuriti) dan atau memasang kamera sistem CCTV yang dapat dipantau oleh sekuriti; • Melindungi semua individu yang berada di lingkungan rumah sakit terhadap kekerasan, kejahatan dan ancaman; dan • Menghindari terjadinya kehilangan, kerusakan, atau pengrusakan barang milik pribadi maupun rumah sakit.
  • 30. b) Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko secara proaktif terkait keamanan di rumah sakit setiap tahun yang didokumentasikan dalam daftar risiko/risk register. c) Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko secara proaktif terkait keselamatan di rumah sakit. (Daftar risiko/risk register). d) Rumah sakit telah melakukan pemantauan risiko keamanan dan dilaporkan setiap 6 (enam) bulan kepada Direktur rumah sakit.
  • 31. PENGELOLAAN LIMBAH B3 INVENTARISASI LIMBAH B3 PENANGANAN, PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN B3 PENGGUNAAN APD PELATIHAN PELAPORAN DAN INVENTIGASI TUMPAHAN B3 PEMBERIAN LABEL/RAMBU B3 DOKUMENTASI, LISENSI, IZIN LIMBAH B3 PENGADAAN DAN PEMBELIAN B3 Pengkajian Resiko Limbah B3, Staf tau cara mengatasi tumpahan B3, Penyimpanan B3 sesuai ketentuan, Memberi tanda/label, Eye wash dan Spill kit
  • 32. Rumah sakit menetapkan dan menerapkan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) serta limbah B3 sesuai dengan peraturan perundang-undangan. a) Rumah sakit telah melaksanakan proses pengelolaan B3 meliputi : • Inventarisasi B3 serta limbahnya yang meliputi jenis, jumlah, simbol dan lokasi; • Penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3 serta limbahnya; • Penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur penggunaan, prosedur bila terjadi tumpahan, atau paparan/pajanan; • Pelatihan yang dibutuhkan oleh staf yang menangani B3; • Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 serta limbahnya; • Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur (terpapar), dan insiden lainnya; • Dokumentasi, termasuk izin, lisensi, atau persyaratan peraturan lainnya; dan • Pengadaan/pembelian B3 dan pemasok (supplier) wajib melampirkan Lembar Data Keselamatan. Informasi yang tercantum di lembar data keselamatan diedukasi kepada staf rumah sakit, terutama kepada staf terdapat penyimpanan B3 di unitnya.
  • 33. b) Rumah sakit telah membuat pengkajian risiko secara proaktif terkait pengelolaan B3 di rumah sakit setiap tahun yang didokumentasikan dalam daftar risiko/risk register. c) Di area tertentu yang rawan terhadap pajanan telah dilengkapi dengan eye washer/body washer yang berfungsi dan terpelihara baik dan tersedia kit tumpahan/spill kit sesuai ketentuan. d) Staf dapat menjelaskan dan atau memperagakan penanganan tumpahan B3. e) Staf dapat menjelaskan dan atau memperagakan tindakan, kewaspadaan, prosedur dan partisipasi dalam penyimpanan, penanganan dan pembuangan limbah B3.
  • 34. Rumah sakit mempunyai sistem pengelolaan limbah B3 cair dan padat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. a) Rumah sakit melakukan penyimpanan limbah B3 : • Untuk pembuangan sementara limbah B-3, rumah sakit agar memenuhi persyaratan fasilitas pembuangan sementara limbah B-3 sebagai berikut: 1. Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan sistem drainase yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan desinfeksi; 2. Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan yang dilengkapi dengan sabun cair; 3. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah; 4. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak berkepentingan;
  • 35. 5. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau mengangkut limbah; 6. Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan faktor lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana kerja; 7. Terlindung dari hewan: kucing, serangga, burung, dan lain-lainnya; 8. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik serta memadai; 9. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan; 10. Peralatan pembersihan, alat pelindung diri/APD (antara lain masker, sarung tangan, penutup kepala, goggle, sepatu boot, serta pakaian pelindung) dan wadah atau kantong limbah harus diletakkan sedekat-dekatnya dengan lokasi fasilitas penyimpanan; dan 11. Dinding, lantai, dan juga langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam keadaan bersih termasuk pembersihan lantai setiap hari.
  • 36. b) Rumah sakit mengolah limbah B3 padat secara mandiri atau menggunakan pihak ketiga yang berizin termasuk untuk pemusnahan limbah B3 cair yang tidak bisa dibuang ke IPAL. c) Rumah sakit mengelola limbah B3 cair sesuai peraturan perundang-undangan.
  • 37. PROTEKSI KEBAKARAN PENGKAJIAN RESIKO KEBAKARAN • PENEMPATAN SESUAI RESIKO • PROSEDUR KEBAKARAN • KONDISI FISIK RS PROSES PROTEKSI KEBAKARAN • PENGURANGAN RESIKO • PENGENDALIAN POTENSI BAHAYA KEBAKARAN • SARANA PRASARANA PENCEGAHAN DAN EVAKUASI KEBAKARAN LARANGAN MEROKOK • SELURUH DAERAH RS • KOMUNIKASI DAN EDUKASI PENGUNJUNG DAN STAF EVALUASI HASIL KAJIAN RESIKO • EVALUASI BERKALA • TINDAKAN PENCEGAHAN SESUAI RESIKO
  • 38. Rumah sakit menerapkan proses untuk pencegahan, penanggulangan bahaya kebakaran dan penyediaan sarana jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya. a) Rumah sakit telah melakukan pengkajian risiko kebakaran secara proaktif meliputi 1. Pemisah/kompartemen bangunan untuk mengisolasi asap/api. 2. Laundry/binatu, ruang linen, area berbahaya termasuk ruang di atas plafon. 3. Tempat pengelolaan sampah. 4. Pintu keluar darurat kebakaran (emergency exit). 5. Dapur termasuk peralatan memasak penghasil minyak. 6. Sistem dan peralatan listrik darurat/alternatif serta jalur kabel dan instalasi listrik.
  • 39. 7. Penyimpanan dan penanganan bahan yang berpotensi mudah terbakar (misalnya, cairan dan gas mudah terbakar, gas medis yang mengoksidasi seperti oksigen dan dinitrogen oksida), ruang penyimpanan oksigen dan komponennya dan vakum medis. 8. Prosedur dan tindakan untuk mencegah dan mengelola kebakaran akibat pembedahan. 9. Bahaya kebakaran terkait dengan proyek konstruksi, renovasi, atau pembongkaran.
  • 40. b) Rumah sakit telah menerapkan proses proteksi kebakaran yang meliputi : 1. Pencegahan kebakaran melalui pengurangan risiko seperti penyimpanan dan penanganan bahan- bahan mudah terbakar secara aman, termasuk gas-gas medis yang mudah terbakar seperti oksigen, penggunaan bahan yang non combustible, bahan yang waterbase dan lainnya yang dapat mengurangi potensi bahaya kebakaran; 2. Pengendalian potensi bahaya dan risiko kebakaran yang terkait dengan konstruksi apapun di atau yang berdekatan dengan bangunan yang ditempati pasien; 3. Penyediaan rambu dan jalan keluar (evakuasi) yang aman serta tidak terhalang apabila terjadi kebakaran; 4. Penyediaan sistem peringatan dini secara pasif meliputi, detektor asap (smoke detector), detektor panas (heat detector), alarm kebakaran, dan lain-lainnya; 5. Penyediaan fasilitas pemadaman api secara aktif meliputi APAR, hidran, sistem sprinkler, dan lain-lainnya; dan 6. Sistem pemisahan (pengisolasian) dan kompartemenisasi pengendalian api dan asap.
  • 41. c) Rumah sakit menetapkan kebijakan dan melakukan pemantauan larangan merokok di seluruh area rumah sakit. d) Rumah sakit telah melakukan pengkajian risiko proteksi kebakaran. e) Rumah sakit memastikan semua staf memahami proses proteksi kebakaran termasuk melakukan pelatihan penggunaan APAR, hidran dan simulasi kebakaran setiap tahun. f) Peralatan pemadaman kebakaran aktif dan sistem peringatan dini serta proteksi kebakaran secara pasif telah diinventarisasi, diperiksa, di ujicoba dan dipelihara sesuai dengan peraturan perundang- undangan dan didokumentasikan.
  • 42. IDENTIFIKASI & UJI FUNGSI INVENTARISASI SELURUH ALAT MEDIS PEMERIKSAAN ALAT MEDIS PENGUJIAN PEMELIHARAAN & KALIBRASI
  • 43. Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses pengelolaan peralatan medik. a) Rumah sakit telah menerapkan proses pengelolaan peralatan medik yang digunakan di rumah sakit meliputi : 1. Identifikasi dan penilaian kebutuhan alat medik dan uji fungsi sesuai ketentuan penerimaan alat medik baru. 2. Inventarisasi seluruh peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit dan peralatan medis kerja sama operasional (KSO) milik pihak ketiga; serta peralatan medik yang dimiliki oleh staf rumah sakit jika ada Inspeksi peralatan medis sebelum digunakan. 3. Pemeriksaan peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan pabrik secara berkala. 4. Pengujian yang dilakukan terhadap alat medis untuk memperoleh kepastian tidak adanya bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat penggunaan alat. 5. Rumah sakit melakukan pemeliharaan preventif dan kalibrasi, dan seluruh prosesnya didokumentasikan.
  • 44. b) Rumah sakit menetapkan penanggung jawab yang kompeten dalam pengelolaan dan pengawasan peralatan medik di rumah sakit. c) Rumah sakit telah melakukan pengkajian risiko peralatan medik secara proaktif setiap tahun yang didokumentasikan dalam daftar risiko/risk register. d) Terdapat bukti perbaikan yang dilakukan oleh pihak yang berwenang dan kompeten. e) Rumah sakit telah menerapkan pemantauan, pemberitahuan kerusakan (malfungsi) dan penarikan (recall) peralatan medis yang membahayakan pasien. f) Rumah sakit telah melaporkan insiden keselamatan pasien terkait peralatan medis sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
  • 45. AIR/LISTRIK 7/24 INVENTARIS DAN PEMETAAN DISTRIBUSI PEMERIKSAAN, PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN UTILITAS JADWAL PEMERIKSAAN DAN UJI FUNGSI PELABELAN TUAS UNTUK KONDISI EMERGENCY
  • 46. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses untuk memastikan semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien dan efektif yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas. a) Rumah sakit telah menerapkan proses pengelolaan sistem utilitas yang meliputi : 1. Ketersediaan air dan listrik 24 jam setiap hari dan dalam waktu 7 (tujuh) hari dalam seminggu secara terus menerus; 2. Membuat daftar inventaris komponen-komponen sistem utilitas, memetakan pendistribusiannya, dan melakukan update secara berkala; 3. Pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan semua komponen utilitas yang ada di daftar inventaris; 4. Jadwal pemeriksaan, uji fungsi, dan pemeliharaan semua sistem utilitas berdasar atas kriteria seperti rekomendasi dari pabrik, tingkat risiko, dan pengalaman rumah sakit; dan 5. Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian saat terjadi kebakaran.
  • 47. b. Rumah sakit telah melakukan pengkajian risiko sistim utilitas dan komponen kritikalnya secara proaktif setiap tahun yang didokumentasikan dalam daftar risiko/risk register.
  • 48. Dilakukan pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas. a) Rumah sakit menerapkan proses inventarisasi sistim utilitas dan komponen kritikalnya setiap tahun. b) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya telah diinspeksi secara berkala berdasarkan ketentuan rumah sakit. c) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya diuji secara berkala berdasar atas kriteria yang sudah ditetapkan. d) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya dipelihara berdasar atas kriteria yang sudah ditetapkan. e) Sistem utilitas dan komponen kritikalnya diperbaiki bila diperlukan.
  • 49. Sistem utilitas rumah sakit menjamin tersedianya air bersih dan listrik sepanjang waktu serta menyediakan sumber cadangan/alternatif persediaan air dan tenaga listrik jika terjadi terputusnya sistem, kontaminasi, atau kegagalan. a) Rumah sakit mempunyai proses sistem utilitas terhadap keadaan darurat yang meliputi : 1. Mengidentifikasi peralatan, sistem, serta area yang memiliki risiko paling tinggi terhadap pasien dan staf (sebagai contoh, rumah sakit mengidentifikasi area yang membutuhkan penerangan, pendinginan (lemari es), bantuan hidup/ventilator, serta air bersih untuk membersihkan dan sterilisasi alat); 2. Menyediakan air bersih dan listrik 24 jam setiap hari dan 7 (tujuh) hari seminggu; 3. Menguji ketersediaan serta kehandalan sumber tenaga listrik dan air bersih darurat/pengganti/back-up;
  • 50. b) Air bersih harus tersedia selama 24 jam setiap hari, 7 (tujuh) hari dalam seminggu. c) Listrik tersedia 24 jam setiap hari, 7 (tujuh) hari dalam seminggu. d) Rumah sakit mengidentifikasi area dan pelayanan yang berisiko paling tinggi bila terjadi kegagalan listrik atau air bersih terkontaminasi atau terganggu dan melakukan penanganan untuk mengurangi risiko. e) Rumah sakit mempunyai sumber listrik dan air bersih cadangan dalam keadaan darurat/emergensi.
  • 51. Rumah sakit melakukan uji coba/uji beban sumber listrik dan sumber air cadangan/alternatif. a) Rumah sakit melaksanakan uji coba sumber air bersih dan listrik cadangan/alternatif sekurangnya 6 (enam) bulan sekali atau lebih sering bila diharuskan oleh peraturan perundang-undanganan yang berlaku atau oleh kondisi sumber air. b) Rumah sakit mendokumentasi hasil uji coba sumber air bersih cadangan/alternatif tersebut. c) Rumah sakit mendokumentasikan hasil uji sumber listrik/cadangan/alternatif tersebut. d) Rumah sakit mempunyai tempat dan jumlah bahan bakar untuk sumber listrik cadangan/alternatif yang mencukupi.
  • 52. Rumah sakit melakukan pemeriksaan air bersih dan air limbah secara berkala sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. a) Rumah sakit telah menerapkan proses sekurang-kurangnya meliputi : 1. Pelaksanaan pemantauan mutu air bersih paling sedikit 1 (satu) tahun sekali. Untuk pemeriksaan kimia minimal setiap 6 (enam) bulan atau lebih sering bergantung pada ketentuan peraturan perundang- undangan, kondisi sumber air, dan pengalaman sebelumnya dengan masalah mutu air. Hasil pemeriksaan didokumentasikan; 2. Pemeriksaan air limbah dilakukan setiap 3 (tiga) bulan atau lebih sering bergantung pada peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan hasil pemeriksaan air terakhir bermasalah. Hasil pemeriksaan didokumentasikan; 3. Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialisis ginjal setiap bulan untuk menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin. Pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasi zat kimia. Hasil pemeriksaan didokumentasikan; dan 4. Melakukan pemantauan hasil pemeriksaan air dan perbaikan bila diperlukan.
  • 53. b) Rumah sakit telah melakukan pemantauan dan evaluasi proses c) Rumah sakit telah menindaklanjuti hasil pemantauan dan evaluasi
  • 55. Rumah sakit menerapkan proses penanganan bencana untuk menanggapi bencana yang berpotensi terjadi di wilayah rumah sakitnya. a) Rumah sakit menerapkan proses pengelolaan bencana yang meliputi : 1. Menentukan jenis yang kemungkinan terjadi dan konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian; 2. Menentukan integritas struktural dan non struktural di lingkungan pelayanan pasien yang ada dan bagaimana bila terjadi bencana; 3. Menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa/kejadian tersebut; 4. Menentukan strategi komunikasi pada waktu kejadian; 5. Mengelola sumber daya selama kejadian termasuk sumber-sumber alternatif; 6. Mengelola kegiatan klinis selama kejadian termasuk tempat pelayanan alternatif pada waktu kejadian; 7. Mengidentifikasi dan penetapan peran serta tanggung jawab staf selama kejadian dan; dan 8. Proses mengelola keadaan darurat ketika terjadi konflik antara tanggung jawab pribadi staf dan tanggung jawab rumah sakit untuk tetap menyediakan pelayanan pasien termasuk kesehatan mental dari staf.
  • 56. b) Rumah sakit telah mengidentifikasi risiko bencana internal dan eksternal dalam analisis kerentanan bahaya/Hazard Vulnerability Analysis (HVA) secara proaktif setiap tahun dan diintegrasikan ke dalam daftar risiko/risk register dan profil risiko. c) Rumah sakit membuat program pengelolaan bencana di rumah sakit berdasarkan hasil analisis kerentanan bahaya/Hazard Vulnerability Analysis (HVA) setiap tahun. d) Rumah sakit telah melakukan simulasi penanggulangan bencana (disaster drill) minimal setahun sekali termasuk debriefing. e) Staf dapat menjelaskan dan atau memperagakan prosedur dan peran mereka dalam penanganan kedaruratan serta bencana internal dan external f) Rumah sakit telah menyiapkan area dekontaminasi sesuai ketentuan pada instalasi gawat darurat.
  • 57. KONSTRUKSI & RENOVASI PCRA a) kualitas udara; b) pencegahan dan pengendalian infeksi; c) utilitas; d) kebisingan; e) getaran; f) bahan dan limbah berbahaya; g) keselamatan kebakaran; h) keamanan; i) prosedur darurat, termasuk jalur/keluar alternatif dan akses ke layanan darurat; dan j) bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan, dan
  • 58. Rumah sakit melakukan penilaian risiko prakontruksi/Pre Contruction Risk Assessment (PCRA) pada waktu merencanakan pembangunan baru (proyek konstruksi), renovasi dan pembongkaran. a) Rumah sakit menerapkan penilaian risiko prakonstruksi (PCRA) terkait rencana konstruksi, renovasi dan demolisi meliputi : a) Kualitas udara; b) Pencegahan dan pengendalian infeksi; c) Utilitas; d) Kebisingan; e) Getaran; f) Bahan dan limbah berbahaya; g) Keselamatan kebakaran; h) Keamanan; i) Prosedur darurat, termasuk jalur/keluar alternatif dan akses ke layanan darurat; dan j) Bahaya lain yang mempengaruhi perawatan, pengobatan, dan layanan.
  • 59. b)Rumah sakit melakukan penilaian risiko prakontruksi (PCRA) bila ada rencana kontruksi, renovasi dan demolisi. c)Rumah sakit melakukan tindakan berdasarkan hasil penilaian risiko untuk meminimalkan risiko selama pembongkaran, konstruksi, dan renovasi. d)Rumah sakit memastikan bahwa kepatuhan kontraktor dipantau, dilaksanakan, dan didokumentasikan.
  • 61. Seluruh staf di rumah sakit dan yang lainnya telah dilatih dan memiliki pengetahuan tentang pengelolaan fasilitas rumah sakit, program keselamatan dan peran mereka dalam memastikan keamanan dan keselamatan fasilitas secara efektif. a) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait keselamatan setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan didokumentasikan. b) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait keamanan setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan didokumentasikan. c) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait pengelolaan B3 dan limbahnya setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan didokumentasikan. d) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait proteksi kebakaran setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan didokumentasikan.
  • 62. e) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait peralatan medis setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan didokumentasikan. f) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait sistim utilitas setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan didokumentasikan. g) Semua staf telah diberikan pelatihan program manajemen fasilitas dan keselamatan (MFK) terkait penanganan bencana setiap tahun dan dapat menjelaskan dan/atau menunjukkan peran dan tanggung jawabnya dan didokumentasikan. h) Pelatihan tentang pengelolaan fasilitas dan program keselamatan mencakup vendor, pekerja kontrak, relawan, pelajar, peserta didik, peserta pelatihan, dan lainnya, sebagaimana berlaku untuk peran dan tanggung jawab individu, dan sebagaimana ditentukan oleh rumah sakit.
  • 63. “Budaya Organisasi & Budaya Pemberi Layanan Menentukan Mutu Layanan” SUNGGUH ENAK SAMBAL DABU DABU, JANGAN LUPA SALING BERBAGI, TERIMA KASIH UNTUK BAPAK IBU, KITA PASTI AKAN BERJUMPA LAGI
  • 64. TERIMA KASIH www.yankes.kemkes.go.id www.facebook.com/ditjen.yankes @ditjenyankes @ditjenyankes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan

Editor's Notes

  1. better safety record than health care. Previous Administrative errors account for up to half of all medical errors in primary care Recent literature reviews have revealed that medical errors in primary care occur between 5 and 80 times per 100 000 consultations. Administrative errors -  those associated with the systems and processes of delivering care - are the most frequently reported type of errors in primary care. It is estimated that from 5 to 50% of all medical errors in primary care are administrative errors. Patient harm is the 14th leading cause of the global disease burden, comparable to diseases such as tuberculosis and malaria It is estimated that there are 421 million hospitalizations in the world annually, and approximately 42.7 million adverse events occur in patients during these hospitalizations. Using conservative estimates, the latest data shows that patient harm is the 14th leading cause of morbidity and mortality across the world. While in hospital, 1 in every 10 patients is harmed Estimates show that in high income countries (HIC) as many as 1 in 10 patients is harmed while receiving hospital care. The harm can be caused by a range of incidents or adverse events, with nearly 50% of them being preventable. In a study on frequency and preventability of adverse events across 26 low- and middle-income countries (LMIC), the rate of adverse events was around 8%, of which 83% could have been prevented and 30% led to death. Approximately two-thirds of all adverse events occur in LMICs. Unsafe use of medication harms millions and costs billions of dollars annually Unsafe medication practices and medication errors are a leading cause of avoidable harm in health care systems across the world. Globally, the cost associated with medication errors has been estimated at US$ 42 billion annually, not counting lost wages, productivity, or health care costs. This amounts to almost 1% of global expenditure on health. Medication errors occur when weak medication systems and/or human factors such as fatigue of personnel, poor working conditions, workflow interruptions or staff shortages affect prescribing, transcribing, dispensing, administration and monitoring practices, which can then result in severe harm, disability and even death. 15% of health spending is wasted dealing with all aspects of adverse events Recent evidence shows that 15% of total hospital activity and expenditure in OECD (Organisation of Economic Cooperation and Development) countries is a direct result of adverse events, with the most burdensome events including venous thromboembolism, pressure ulcers and infections. It is estimated that the aggregate cost of harm in these countries alone amounts to trillions of US dollars every year. Investments in reducing patient safety incidents can lead to significant financial savings Investments in reducing patient safety incidents can lead to significant financial savings, not to mention better patient outcomes. In the United States alone, focused safety improvements led to an estimated US$ 28 billion in savings in Medicare hospitals between 2010 and 2015. Hospital infections affect 14 out of every 100 patients admitted Of every 100 hospitalized patients at any given time, 7 in high-income countries and 10 in low- and middle-income countries, will acquire health care-associated infections (HAIs), affecting hundreds of millions of patients worldwide each year. Each year around 3.2 million patients are infected with HAIs across the European Union and a total of 37 000 of them die as a direct consequence. Simple and low-cost infection prevention and control measures, such as appropriate hand hygiene, could reduce the frequency of HAIs by more than 50%. Credits More than 1 million patients die annually from surgical complications Findings by WHO suggest that surgery still results in high rates of morbidity and mortality globally, with at least 7 million people a year experiencing disabling surgical complications, from which more than 1 million die. Although perioperative and anaesthetic-related mortality rates have progressively declined over the past 50 years, partially as a result of efforts to improve patient safety in the perioperative setting, they still remain two to three times higher in low- and middle-income countries than in high-income countries. Inaccurate or delayed diagnoses affect all settings of care and harm an unacceptable number of patients Research shows that at least 5% of adults in the United States experience a diagnostic error each year in outpatient settings. Recent postmortem examination research spanning decades has shown that diagnostic errors contribute to approximately 10% of patient deaths in the United States of America. In Malaysia, a cross-sectional study in primary care clinics ascertained a prevalence of diagnostic errors at 3.6%. Medical record reviews also suggest that diagnostic errors account for 6 to 17% of all adverse events in hospitals. Evidence from low- and middle-income countries is limited; however, the expected rate is higher than in high-income countries as the diagnosis process is further impacted by factors, such as limited access to care and diagnostic testing resources, insufficient qualified primary care providers and specialists and paper-based record systems. While the use of radiation has improved health care, overall medical exposure to radiation is a public health and safety concern The medical use of ionizing radiation is the largest single contributor to population exposure to radiation from artificial sources. Worldwide, there are over 3.6 billion x-ray examinations performed every year, with around 10% of them occurring in children. Additionally, there are over 37 million nuclear medicine and 7.5 million radiotherapy procedures conducted annually. Inappropriate or unskilled use of medical radiation can lead to health hazards both for patients and health care professionals. Administrative errors account for up to half of all medical errors in primary care Recent literature reviews have revealed that medical errors in primary care occur between 5 and 80 times per 100 000 consultations. Administrative errors -  those associated with the systems and processes of delivering care - are the most frequently reported type of errors in primary care. It is estimated that from 5 to 50% of all medical errors in primary care are administrative errors. Errors in prescribing medication. Errors in getting the right laboratory tests done for the right patient at the right time. Errors related to filing systems. Errors in dispensing medications. Errors in responding to abnormal laboratory test results
  2. Berdasar SE Menkes tersebut maka fasyankes harus membuat surat komitmen untuk kesinambungan pelayanan. Terdapat 3 komitmen fasyankes yang dapat dipilih salah satu atau lebih dari 1, sesuai kebutuhan fasyankes, yaitu : Komitmen penyelenggaraan/operasional fasyankes, terkait pengurusan izin operasional atau perpanjangan izin. Komitmen untuk menjaga dan melakukan upaya peningkatan mutu, terkait dengan akreditasi. Komitmen pemenuhan standar fasilitas pelayanan kesehatan
  3. Rumah sakit menerapkan Program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) terkait keselamatan di rumah sakit. Pengelolaan risiko keselamatan di lingkungan rumah sakit secara komprehensif Penyediaan fasilitas pendukung yang aman untuk mencegah kecelakaan dan cedera, penyakit akibat kerja, mengurangi bahaya dan risiko, serta mempertahankan kondisi aman bagi pasien, keluarga, staf, dan pengunjung; dan Pemeriksaan fasilitas dan lingkungan (ronde fasilitas) secara berkala dan dilaporkan sebagai dasar perencanaan anggaran untuk perbaikan, penggantian atau “upgrading”.
  4. Keamanan adalah perlindungan terhadap properti milik rumah sakit, pasien, staf, keluarga, dan pengunjung dari bahaya kehilangan, kerusakan, atau pengrusakan oleh orang yang tidak berwenang. Contoh kerentanan dan ancaman yang terkait dengan risiko keamanan termasuk kekerasan di tempat kerja, penculikan bayi, pencurian, dan akses tidak terkunci/tidak aman ke area terlarang di rumah sakit. Insiden keamanan dapat disebabkan oleh individu baik dari luar maupun dalam rumah sakit. Area yang berisiko seperti unit gawat darurat, ruangan neonatus/bayi, ruang operasi, farmasi, ruang rekam medik, ruangan IT harus diamankan dan dipantau. Anak-anak, orang dewasa, lanjut usia, dan pasien rentan yang tidak dapat melindungi diri mereka sendiri atau memberi isyarat untuk bantuan harus dilindungi dari bahaya. Area terpencil atau terisolasi dari fasilitas dan lingkungan misalnya tempat parkir, mungkin memerlukan kamera keamanan (CCTV). Rumah sakit menerapkan proses untuk mengelola dan memantau keamanan (merupakan bagian dari program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
  5. Rumah sakit mengidentifikasi, menganalisis dan mengendalikan seluruh bahan berbahaya dan beracun dan limbahnya di rumah sakit sesuai dengan standar keamanan dan peraturan perundang-undangan. Inventarisasi B3 serta limbahnya yang meliputi jenis, jumlah, simbol dan lokasi; Penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3 serta limbahnya; Penggunaan alat pelindung diri (APD) dan prosedur penggunaan, prosedur bila terjadi tumpahan, atau paparan/pajanan; Pelatihan yang dibutuhkan oleh staf yang menangani B3; Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 serta limbahnya; Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur (terpapar), dan insiden lainnya; Dokumentasi, termasuk izin, lisensi, atau persyaratan peraturan lainnya; dan Pengadaan/pembelian B3 dan pemasok (supplier) wajib melampirkan Lembar Data Keselamatan. Informasi yang tercantum di lembar data keselamatan diedukasi kepada staf rumah sakit, terutama kepada staf terdapat penyimpanan B3 di unitnya.
  6. Rumah sakit menerapkan proses untuk pencegahan, penanggulangan bahaya kebakaran dan penyediaan sarana jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya. Rumah sakit harus waspada terhadap risiko kebakaran, karena kebakaran merupakan risiko yang selalu ada dalam lingkungan perawatan dan pelayanan kesehatan sehingga setiap rumah sakit perlu memastikan agar semua yang ada di rumah sakit aman dan selamat apabila terjadi kebakaran termasuk bahaya dari asap. Proteksi kebakaran juga termasuk keadaan darurat non-kebakaran misalnya kebocoran gas beracun yang dapat mengancam sehingga perlu dievakuasi. Rumah sakit perlu melakukan penilaian terus menerus untuk memenuhi regulasi keamanan dan proteksi kebakaran sehingga secara efektif dapat mengidentifikasi, analisis, pengendalian risiko sehingga dapat dan meminimalkan risiko. Pengkajian risiko kebakaran Fire Safety Risk Assessment (FSRA) merupakan salah satu upaya untuk menilai risiko keselamatan kebakaran.
  7. Rumah sakit menetapkan dan menerapkan proses pengelolaan peralatan medik. Untuk menjamin peralatan medis dapat digunakan dan layak pakai maka rumah sakit perlu melakukan pengelolaan peralatan medis dengan baik dan sesuai standar serta peraturan perundangan yang berlaku. Proses pengelolaan peralatan medis (yang merupakan bagian dari progam Manajemen Fasilitas dan Keselamatan/MFK meliputi: Identifikasi dan penilaian kebutuhan alat medik dan uji fungsi sesuai ketentuan penerimaan alat medik baru. Inventarisasi seluruh peralatan medis yang dimiliki oleh rumah sakit dan peralatan medis kerja sama operasional (KSO) milik pihak ketiga; serta peralatan medik yang dimiliki oleh staf rumah sakit jika ada Inspeksi peralatan medis sebelum digunakan. Pemeriksaan peralatan medis sesuai dengan penggunaan dan ketentuan pabrik secara berkala. Pengujian yang dilakukan terhadap alat medis untuk memperoleh kepastian tidak adanya bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat penggunaan alat. Rumah sakit melakukan pemeliharaan preventif dan kalibrasi, dan seluruh prosesnya didokumentasikan.
  8. Rumah sakit menetapkan dan melaksanakan proses untuk memastikan semua sistem utilitas (sistem pendukung) berfungsi efisien dan efektif yang meliputi pemeriksaan, pemeliharaan, dan perbaikan sistem utilitas. Definisi utilitas adalah sistem dan peralatan untuk mendukung layanan penting bagi keselamatan pasien. Sistem utilitas disebut juga sistem penunjang yang mencakup jaringan listrik, air, ventilasi dan aliran udara, gas medik dan uap panas. Sistem utilitas yang berfungsi efektif akan menunjang lingkungan asuhan pasien yang aman. Selain sistim utilitas perlu juga dilakukan pengelolaan komponen kritikal terhadap listrik, air dan gas medis misalnya perpipaan, saklar, relay/penyambung, dan lain-lainnya. Asuhan pasien rutin dan darurat berjalan selama 24 jam terus menerus, setiap hari, dalam waktu 7 (tujuh) hari dalam seminggu. Jadi, kesinambungan fungsi utilitas merupakan hal esensial untuk memenuhi kebutuhan pasien. Termasuk listrik dan air harus tersedia selama 24 jam terus menerus, setiap hari, dalam waktu 7 (tujuh) hari dalam seminggu. Pelabelan pada tuas-tuas kontrol sistem utilitas untuk membantu pemadaman darurat secara keseluruhan atau sebagian saat terjadi kebakaran
  9. Rumah sakit menerapkan proses penanganan bencana untuk menanggapi bencana yang berpotensi terjadi di wilayah rumah sakitnya. Keadaan darurat yang terjadi, epidemi, atau bencana alam akan berdampak pada rumah sakit. Proses penanganan bencana dimulai dengan mengidentifikasi jenis bencana yang mungkin terjadi di wilayah rumah sakit berada dan dampaknya terhadap rumah sakit yang dapat berupa kerusakan fisik, peningkatan jumlah pasien/korban yang signifikan, morbiditas dan mortalitas tenaga Kesehatan, dan gangguan operasionalisasi rumah sakit. Untuk menanggapi secara efektif maka rumah sakit perlu menetapkan proses pengelolaan bencana yang merupakan bagian dari progam Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) Rumah sakit yang aman adalah rumah sakit yang fasilitas layanannya tetap dapat diakses dan berfungsi pada kapasitas maksimum, serta dengan infrastruktur yang sama, sebelum, selama, dan segera setelah dampak keadaan darurat dan bencana.
  10. Rumah sakit melakukan penilaian risiko prakontruksi/Pre Contruction Risk Assessment (PCRA) pada waktu merencanakan pembangunan baru (proyek konstruksi), renovasi dan pembongkaran. Kegiatan konstruksi, renovasi, pembongkaran, dan pemeliharaan di rumah sakit dapat berdampak pada semua orang dalam area rumah sakit. Namun, pasien mungkin menderita dampak terbesar. Misalnya, kebisingan dan getaran yang terkait dengan aktivitas ini dapat memengaruhi tingkat kenyamanan pasien, dan debu serta bau dapat mengubah kualitas udara, yang dapat mengancam status pernapasan pasien. Risiko terhadap pasien, staf, pengunjung, badan usaha independen, dan lainnya di rumah sakit akan bervariasi tergantung pada sejauh mana aktivitas konstruksi, renovasi, pembongkaran, atau pemeliharaan dan dampaknya terhadap perawatan pasien, infrastruktur, dan utilitas. Untuk menilai risiko yang terkait dengan konstruksi, renovasi, atau proyek pembongkaran, atau aktivitas pemeliharaan yang memengaruhi perawatan pasien maka rumah sakit melakukan koordinasi antar satuan kerja terkait, termasuk, sesuai kebutuhan, perwakilan dari desain proyek, pengelolaan proyek, teknik fasilitas, fasilitas keamanan/keselamatan, pencegahan dan pengendalian infeksi, keselamatan kebakaran, rumah tangga, layanan teknologi informasi, dan satuan kerja serta layanan klinis. Penilaian risiko digunakan untuk mengevaluasi risiko secara komprehensif untuk mengembangkan rencana dan menerapkan tindakan pencegahan yang akan meminimalkan dampak proyek konstruksi terhadap kualitas, keselamatan dan keamanan perawatan pasien. Selain itu, rumah sakit memastikan bahwa kepatuhan kontraktor dipantau, ditegakkan, dan didokumentasikan. Sebagai bagian dari penilaian risiko, risiko infeksi pasien dari konstruksi dievaluasi melalui penilaian risiko pengendalian infeksi, juga dikenal sebagai ICRA. Setiap ada kontruksi, renovasi dan demolisi harus dilakukan penilaian risiko prakontruksi termasuk dengan rencana/pelaksanaan pengurangan risiko dampak keselamatan serta keamanan bagi pasien, keluarga, pengunjung, dan staf. Hal ini berdampak memerlukan biaya maka rumah sakit dan pihak kontraktor juga perlu menyediakan anggaran untuk penerapan Pra Contruction Risk Assessment (PCRA) dan Infection Control Risk Assessment (ICRA).
  11. Seluruh staf di rumah sakit dan yang lainnya telah dilatih dan memiliki pengetahuan tentang pengelolaan fasilitas rumah sakit, program keselamatan dan peran mereka dalam memastikan keamanan dan keselamatan fasilitas secara efektif. Staf adalah sumber kontak utama rumah sakit dengan pasien, keluarga, dan pengunjung. Oleh karena itu, mereka perlu dididik dan dilatih untuk menjalankan perannya dalam mengidentifikasi dan mengurangi risiko, melindungi orang lain dan diri mereka sendiri, serta menciptakan fasilitas yang aman, selamat dan terjamin. Setiap rumah sakit harus memutuskan jenis dan tingkat pelatihan untuk staf dan kemudian melaksanakan dan mendokumentasikan program pelatihan. Program pelatihan melibatkan pengujian pengetahuan staf. Staf dilatih dan diuji tentang prosedur darurat, termasuk prosedur keselamatan kebakaran. Sebagaimana berlaku untuk peran dan tanggung jawab anggota staf, pelatihan dan pengujian membahas bahan berbahaya dan respons terhadap bahaya, seperti tumpahan bahan kimia berbahaya, dan penggunaan peralatan medis yang dapat menimbulkan risiko bagi pasien dan staf.