2. A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang manusia
Dan merupakan perintah dari Allah Swt.
Dalam Al Qur’an surat An-Nahl;72 Allah Subhana Wata’ala berfirman yang
artinya :
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta
memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil
dan mengingkari nikmat Allah?”(An-Nahl;72)
secara Islam pernikahan itu sendiri mempunyai tatacara, syarat, tujuan,
hukum, serta hikmahnya tersendiri seperti dalam dalil berikut
ُ
ْلصَف اَم َُنْيَب ُ
لَالَحْلا ُ
امَرَحْلاَو ُُُّّفدال ُ
ت ْوَّصالَو يف ُ
َاحكِّالن
artinya:
“Pemisah antara apa yang halal dan yang haram adalah duff dan shaut (suara)
dalam pernikahan.” (HR. An-Nasa`i no. 3369, Ibnu Majah no. 1896. Dihasankan
Al-Imam Al-Albani rahimahullahu dalam Al-Irwa` no. 1994)
3. A. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan atau Munahakat artinya dalam bahasa adalah
terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti
akad nikah (Ijab Qobul) yang menghalalkan pergaulan antara
laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim sehingga
menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya yang
diucapkan oleh kata-kata,sesusai peraturan yang diwajibkan
oleh Islam.
4. B. HUKUM PERNIKAHAN
1. Pernikahan Yang Dihukumi Sunnah
Hukum menikah menjadi sunnah apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut mampu menikah dalam hal kesiapan jasmani, rohani,
mental maupun meteril dan mampu menahan perbuatan zina walaupun dia
tidak segera menikah.
2. Pernikahan Yang Dihukumi Wajib
Hukum menikah menjadi wajib apabila orang yang ingin melakukan
pernikahan tersebut ingin menikah, mampu menikah dalam hal kesiapan
jasmani, rohani, mental maupun meteriil dan ia khawatir apabila ia tidak
segera menikah ia khawatir akan berbuat zina.
3. Pernikahan Yang Dihukumi Makruh
Hukum menikah akan berubah menjadi makruh apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut belum mampu dalam salah satu hal jasmani,
rohani, mental maupun meteriil dalam menafkahi keluarganya kelak.
4. Pernikahan Yang Dihukumi Haram
Hukum menikah akan berubah menjadi haram apabila orang yang ingin
melakukan pernikahan tersebut bermaksud untuk menyakiti salah satu pihak
dalam pernikahan tersebut, baik menyakiti jasmani, rohani maupun menyakiti
secara materiil.
5. C. PEMINANGAN (KHITBAH)
Pertunangan atau bertunangan merupakan suatu ikatan janji pihak laki-
laki dan perempuan untuk melangsungkan pernikahan mengikuti hari
yang dipersetujui oleh kedua pihak. Hukum peminangan adalah harus
dan hendaknya bukan dari istri orang, bukan saudara sendiri, tidak
dalam iddah, dan bukan tunangan orang.
Melihat calon suami dan calon istri adalah sunat, karena tidak mau
penyesalan terjadi setelah berumahtangga. Anggota yang diperbolehkan
untuk dilihat untuk seorang wanita ialah wajah dan
kedua tangannya saja.
Hadist Rasullullah mengenai kebenaran untuk melihat tunangan dan
meminang yang Artinya :
"Abu Hurairah RA berkata,sabda Rasullullah SAW kepada seorang laki-
laki yang hendak menikah dengan seorang perempuan: "Apakah kamu
telah melihatnya?jawabnya tidak(kata lelaki itu kepada
Rasullullah).Pergilah untuk melihatnya supaya pernikahan kamu
terjamin kekekalan." (Hadis Riwayat Tarmizi dan Nasai).
6. D. SYARAT PERNIKAHAN
1. Rukun nikah
a. Pengantin laki-laki
b. Pengantin perempuan
c. Wali
d. Dua orang saksi laki-laki
e. Mahar
f. Ijab dan kabul (akad nikah)
7. Islam
Laki-laki yang tertentu bukan
lelaki muhrim dengan calon
istri
Mengetahui wali yang
sebenarnya bagi akad nikah
tersebut
Bukan dalam ihram haji
atau umroh
Dengan kerelaan sendiri dan
bukan paksaan
Tidak mempunyai empat
orang istri yang sah dalam
suatu waktu
Mengetahui bahwa
perempuan yang hendak
dinikahi adalah sah dijadikan
istri
Islam
Perempuan tertentu
Bukan perempuan
muhrim dengan calon
suami
Bukan seorang banci
Bukan dalam ihram haji
atau umroh
Tidak dalam iddah
Bukan istri orang.
8. 4. Syarat wali
Islam, bukan kafir dan murtad
Lelaki dan bukannya perempuan
Telah pubertas
Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan
Bukan dalam ihram haji atau umroh
Tidak fasik
Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan
sebagainya
Merdeka
Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang
membelanjakan hartanya.
9. 5. Jenis-Jenis Wali
a.) Wali mujbir
Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa yang mempunyai
hak mewalikan pernikahan anak perempuannya atau cucu
perempuannya
b.) Wali aqrab
Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang layak dan berhak
menjadi wali
c.) Wali ab’ad
Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak menjadi wali,
jikalau wali aqrab berkenaan tidak ada.
d.)Wali raja/hakim
Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh pemerintah atau pihak
berkuasa pada negeri tersebut oleh orang yang telah dilantik
menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab tertentu.
10. 6. Syarat-Syarat Saksi
Sekurang-kurangya dua orang
Islam
Berakal
Telah pubertas
Laki-laki
Memahami isi lafal ijab dan qobul
Dapat mendengar, melihat dan berbicara
Adil (Tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu
banyak melakukan dosa-dosa kecil)
Merdeka
11. 7. Syarat Ijab
Pernikahan nikah ini
hendaklah tepat
Tidak boleh
menggunakan perkataan
sindiran
Diucapkan oleh wali
atau wakilnya
Tidak diikatkan dengan
tempo waktu seperti
mutaah
Tidak secara taklik
Ucapan mestilah sesuai
dengan ucapan ijab
Tidak ada perkataan
sindiran
Dilafalkan oleh calon
suami atau wakilnya
Tidak diikatkan dengan
tempo waktu seperti
mutaah
Tidak secara taklik
Menyebut nama calon istri
Tidak ditambahkan
dengan perkataan lain
8.Syarat qobul
12. 1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk
Menundukkan Pandangan
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
13. 1. Ciri-ciri bakal suami
beriman & bertaqwa kepada Allah s.w.t
bertanggungjawab terhadap semua benda
memiliki akhlak-akhlak yang terpuji
berilmu agama agar dapat membimbing calon
isteri dan anak-anak ke jalan yang benar
tidak berpenyakit yang berat seperti gila, AIDS
dan sebagainya
rajin bekerja untuk kebaikan rumah tangga seperti
mencari rezeki yang halal untuk kebahagiaan
keluarga.
14. 2. Ciri-ciri bakal istri
Wanita itu shalihah
Wanita itu subur rahimnya..
Wanita tersebut masih gadis,
Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya,
Taat kepada suami dan menjaga kehormatannya di saat suami
ada atau tidak ada
Menjaga shalat yang lima waktu,
Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan,
Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya
Berakhlak mulia,
Selalu menjaga lisannya,
Tidak berbincang-bincang dan berdua-duaan dengan laki-laki
yang bukan mahramnya,
Tidak menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya,
Taat kepada kedua orang tua dalam kebaikan,
Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan syari’at.
15. 3. Perempuan yang Haram dinikahi
1.) Ibu
2.) Nenek dari ibu maupun bapak
3.) Anak perempuan & keturunannya
4) Saudara perempuan segaris atau satu bapak atau satu ibu
5.) Anak perempuan kepada saudara lelaki mahupun perempuan,
6.)Perempuan yang diharamkan menikah oleh laki-laki disebabkan oleh susuan ialah:
7.)Ibu susuan
8.)Nenek dari saudara ibu susuan
9.)Saudara perempuan susuan
10.)Anak perempuan kepada saudara susuan laki-laki atau perempuan
11.)Sepupu dari ibu susuan atau bapak susuan
12.)Perempuan muhrim bagi laki-laki karena persemendaan ialah:
13.)Ibu mertua
14.)Ibu tiri
15.)Nenek tiri
16.)Menantu perempuan
17.)Anak tiri perempuan dan keturunannya
18.)Adik ipar perempuan dan keturunannya
19.)Sepupu dari saudara istri
20.)Anak saudara perempuan dari istri dan keturunannya
16. Talak menurut bahasa bermaksud melepaskan ikatan dan
menurut syarak pula, talak membawa maksud melepaskan
ikatan perkawinan dengan lafaz talak dan seumpamanya.
Hukum Talak
1) Wajib
a) Jika perbalahan suami isteri tidak dapat didamaikan lagi
b) Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal
membuat kata sepakat untuk perdamaian rumahtangga
mereka
c) Apabila pihak kadi berpendapat bahawa talak adalah lebih
baik
d) Jika tidak diceraikan keadaan sedemikian, maka
berdosalah suami
17. 2). Haram
a)Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas
b)Ketika keadaan suci yang telah disetubuh
c) Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya
daripada menuntut harta pusakanya
d) Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekali gus atau talak satu
tetapi disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih
3). Sunat
a) Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya
b) Isterinya tidak menjaga maruah dirinya
4). Makruh
Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak mulia
dan mempunyai pengetahuan agama
5). Harus
Suami yang lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang haid
atau telah putus haidnya
18. Rukun Talak
1. Suami
Berakal
Baligh
Dengan kerelaan sendiri
2. Isteri
Akad nikah sah
Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya
3. Lafaz
Ucapan yang jelas menyatakan penceraiannya
Dengan sengaja dan bukan paksaaan
19. 1. Talak raj’i
Suami melafazkan talak satu atau talak dua kepada isterinya.
Suami boleh merujuk kembali isterinya ketika masih dalam idah.
2. Talak bain
Suami melafazkan talak tiga atau melafazkan talak yang ketiga
kepada isterinya. Isterinya tidak boleh dirujuk kembali.
3. Talak sunni
Suami melafazkan talak kepada isterinya yang masih suci dan
tidak disetubuhinya ketika dalam tempoh suci
4. Talak bid’i
Suami melafazkan talak kepada isterinya ketika dalam haid atau
ketika suci yang disetubuhinya.
5. Talak taklik
Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya bersyarat dengan
sesuatu sebab atau syarat.
20. menurut syarak, ia membawa maksud suami kembali semula
kepada isterinya yang diceraikan dengan ikatan pernikahan
asal (dalam masa idah) dengan lafaz rujuk.
Hukum Rujuk
Wajib
Bagi suami yang menceraikan isterinya yang belum
menyempurnakan gilirannya dari isteri-isterinya yang lain
Haram
Suami merujuk isterinya dengan tujuan untuk menyakiti
atau memudaratkan isterinya itu
Makruh
Apabila penceraian lebih baik antara suami dan isteri
Harus
Sekirannya rujuk boleh membawa kebaikan bersama
21. Rukun rujuk
1. Suami
Berakal, Baligh, Dengan kerelaan sendiri
2. Isteri
Telah disetubuhi
Berkeadaan talak raj’I
Bukan dengan talak tiga
Bukan cerai secara khuluk
Masih dalam idah
3. Lafaz
Ucapan yang jelas menyatakan rujuk
Tiada disyaratkan dengan khiar atau pilihan
Disegerakan tanpa dikaitkan dengan taklik atau bersyarat
Dengan sengaja dan bukan paksaan
22. Iddah adalah waktu menunggu bagi mantan istri yang telah
diceraikan oleh mantan suaminya, baik itu karena thalak atau
diceraikannya.
Lamanya masa iddah bagi perempuan adalah sebagai berikut:
a. Perempuan yang masih mengalami haid secara normal,
iddahnya tiga kali suci
b. Perempuan yang tidak mengalami lagi haid (menopause)
atau belum mengalami sama sekali, iddahnya tiga bulan
c. Perempuan yang ditinggal mati suaminya, iddahnya empat
bulan sepuluh hari
d. Perempuan yang sedang hamil, iddahnya sampai melahirkan
23. A. KESIMPULAN
Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qabul) antara laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrimnya sehingga menimbulkan kewajiban
dan hak diantara keduanya melalui kata-kata secara lisan, sesuai dangan
peraturan yang diwajibkan secara islam.
Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Rasulullah:yang artinya:
“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia
bukanlah ummadku”.
Adapun cangkupan pernikahan yang dianjurkan dalam Islam yaitu
adanya Rukun Pernikahan, Hukum Pernikahan, Syarat sebuah
Pernikahan, Perminangan, dan dalam pemilihan calon suami/istri.
Islam secara terperinci menjelaskan mengenai perceraian yang
berdasarkan hukumnya. Dan dalam Islam pun dijelaskan mengenai
fasakh, khuluk, rujuk, dan masa iddah bagi kaum perempuan.