4. LatarBelakang(1)
Kusta adalah penyakit infeksi kronik, yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium leprae
Menyerang kulit, saraf tepi, dan organ tubuh
lain
Mengakibatkan cacat penampilan & fisik,
gangguan sosialisasi, diskriminasi
Penularan dari penderita kusta yang belum
pernah berobat
Penularan melalui pernafasan/ kontak erat
dan lama
FRAMBUSIA
Frambusia / patek / bubo/yaws adalah
penyakit menular menahun yang kambuhan,
yang terutama menyerang kulit, tulang dan
tulang rawan, yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pertenue
Penularan terjadi secara langsung melalui
kontak langsung luka terbuka dengan lesi
frambusia.
KUSTA
5. LatarBelakang(2)
Target dan Kesepakatan Regional, Global dan Nasional Eliminasi Kusta dan Eradikasi
Frambusia (2017-2050)
Eliminasi Kusta adalah kondisi penurunan penderita terdaftar pada suatu wilayah
dengan indikator adalah angka prevalensi <1/10.000 penduduk
Eradikasi Frambusia adalah upaya pembasmian yang dilakukan secara berkelanjutan
untuk menghilangkan frambusia secara permanen sehingga tidak menjadi maslaah
Kesehatan masyarakat secara nasional
SDG 3.3 : 90% pengurangan jumlah orang yang memerlukan intervensi terhadap penyakit
tropis yang terabaikan (Filariasis dan Kusta)
Program Prioritas Nasional dalam RPJMN 2015-2019 dan Rencana Strategi (Renstra)
Kementerian Kesehatan 2015-2019 (Eliminasi Kusta di 34 Provinsi tahun 2019)
Renstra Kemenkes 2020-2024:
Eliminasi Kusta di 514 Kabupaten / Kota tahun 2024
Eradikasi Frambusia dan Sertifikasi Eradikasi Frambusia tahun 2024
7. Kebijakan
• Sebagai pedoman manajemen
kasus kusta bagi dokter dan
dokter spesialis >> UKP
• Sebagai acuan dalam menyusun
Standar Prosedur
Operasionalbagi fasilitas
pelayanan kesehatan
Sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan eradikasi
frambusia bagi petugas Kesehatan
dan masyarakat baik di Pusat,
Provinsi dan Kab/kota
Sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan eliminasi kusta
bagi petugas Kesehatan dan
masyarakat baik di Pusat,
Provinsi dan Kab/kota
9. INDIKATORRPJMN&RENSTRA2015-2019,
TARGET&CAPAIANPROGRAMKUSTA
No. Indikator
2015 2016 2017 2018 2019
Target
Reali
sasi
% Target
Reali
sasi
% Target
Reali
sasi
% Target
Reali
sasi
% Target
Reali
sasi
RPJMN
1
Jumlah Provinsi
dengan eliminasi
kusta
21 21 100% 23 23 100% 25 24 96% 26 25 96,2% 34 26
RENSTRA
1
Persentase cakupan
penemuan kasus
baru kusta tanpa
cacat
82% 78,1% 95,2% 85% 82,2% 96,7% 88 84,8 96,4 91% 85,19% 93,6% 95% 85,5
2030 SDG 3.3 : 90% pengurangan jumlah orang yang memerlukan intervensi
terhadap penyakit tropis yang terabaikan (Filariasis dan Kusta)
*) data per 11 Juni 2020
10. INDIKATORKINERJA(IKP/IKK/IKO)2020-2024,
TARGET&CAPAIANPROGRAMKUSTA
2030 SDG 3.3 : 90% pengurangan jumlah orang yang memerlukan intervensi terhadap
penyakit tropis yang terabaikan (Filariasis dan Kusta)
No Indikator 2020 2021 2022 2023 2024
Indikator Kinerja Program (IKP) : Kegiatan Prioritas
1 Jumlah Kab/Kota Dengan Eliminasi Kusta 416 436 458 482 514
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) : Program Prioritas
2 Proporsi Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat 87 88 89 90 >90
Indikator Kinerja Output (IKO): Intensifikasi Penemuan Dan Pengobatan Kusta
3 Persentase Penderita Kusta yang Menyelesaikan
Pengobatan Kusta Tepat Waktu
90 90 90 90 90
Indikator Kinerja Output (IKO): Intensifikasi Penemuan dan Pengobatan Kusta Di Papua Dan Papua Barat
4 Persentase Penderita Kusta yang Menyelesaikan
Pengobatan Kusta Tepat Waktu
62 72 72 72 72
11. No. INDIKATOR KINERJA
TARGET
2020 2021 2022 2023 2024
INDIKATOR KINERJA OUTPUT (IKO): Frambusia Non Papua dan Papua Barat
1 Jumlah kabupaten/kota dengan eradikasi frambusia 42 172 283 393 514
INDIKATOR KINERJA OUTPUT (IKO): Frambusia Papua dan Papua Barat
2
Jumlah Kab/kota dengan eradikasi frambusia di Papua dan
Papua Barat
0 0 0 10 32
11
INDIKATORKINERJAOUTPUT(IKO)2020-2024,
TARGET&CAPAIANPROGRAMFRAMBUSIA
17. SITUASI KUSTA DI INDONESIA TAHUN 2019*
Kasus baru 17.439
CDR: 6,5 per 100.000
penduduk
Kasus terdaftar 19.938
PR: 0,74 per 10.000
penduduk
Angka Cacat Tk 2 =
4,18/1.000.000 pddk
Proporsi Kasus Baru
Tanpa Cacat = 85,49%
Proporsi Kasus
Baru Anak =
11,52%
*data per 11 Juni 2020
Tahun 2019, 26 Provinsi
mencapai eliminasi Kusta.
8 Provinsi yang belum:
Sulut, Sulsel, Sulbar,
Gorontalo, Maluku, Malut,
Papua, Papbar
Total: 146 kab/kota BELUM
mencapai eliminasi dari
total 514 kab/kota tersebar
di 26 provinsi
Belum Eliminasi (Prev > 1/10.000 penduduk)
Sudah Eliminasi (Prev < 1/10.000 penduduk)
18. STRATEGI PENANGGULANGAN KUSTA
• Penguatan advokasi dan koordinasi lintas
program dan lintas sektor
• Penguatan peran serta masyarakat dan
organisasi kemasyarakatan
• Penyediaan sumber daya yang mencukupi
dalam Penanggulangan Kusta
• Penguatan sistem Surveilans serta
pemantauan dan evaluasi kegiatan
Penanggulangan Kusta
KEGIATAN
PROMOSI
KESEHATAN
SURVEILANS
KEMOPRO
FILAKSIS
TATALAKSANA
Penyelenggaraan dilaksanakan
melalui upaya pencegahan dan
pengendalian
19. DC
KEMOPROFILAKSIS
TATALAKSANA
PENDERITA
SURVEILANS
Memberdayakan
masyarakat agar mampu
berperan aktif dalam
mendukung perubahan
perilaku dan lingkungan
serta menjaga dan
meningkatkan kesehatan
untuk pencegahan dan
pengendalian Kusta.
Penemuan penderita &
penanganan secara dini :
pengumpulan data aktif
(survei cepat desa,
intensifikasi penemuan,
pemeriksaan anak
sekolah, pemeriksaan
kontak) dan pasif
(faskes), pengolahan
data, analisis data dan
diseminasi informasi.
Pemberian obat
Rifampisin dosis tunggal
pada orang yang kontak
dengan penderita Kusta
yang memenuhi kriteria
dan persyaratan untuk
mencegah penularan
Kusta pada orang yang
kontak dengan Penderita
Kusta.
Penatalaksanaan Kasus
secara dini sesuai standar
pelayanan: penegakkan
diagnosis, pemberian
obat (MDT) dan
pemantauan pengobatan
dan pencegahan &
penanganan disabilitas.
A BPROMOSI
KESEHATAN
KEGIATANPENANGGULANGANKUSTA
20. A. PROMOSIKESEHATAN
Kegiatan :
• memberikan informasi kepada masyarakat
tentang tanda dan gejala dini kusta, serta teknis
kegiatan penanggulangan kusta;
• mempengaruhi individu, keluarga, dan
masyarakat untuk penghapusan stigma dan
menghilangkan diskriminasi pada penderita
kusta dan orang yang pernah mengalami kusta;
• mempengaruhi pemangku kepentingan terkait
untuk memperoleh dukungan kebijakan
penanggulangan kusta, khususnya
penghapusan stigma dan diskriminasi, serta
pembiayaan; dan
• membantu individu, keluarga, dan masyarakat
untuk berperan aktif dalam penemuan dan
tatalaksana penderita kusta, pelaksanaan
kemoprofilaksis, dan kegiatan penelitian dan
pengembangan.
Tujuan: untuk memberdayakan masyarakat agar
mampu berperan aktif dalam mendukung
perubahan perilaku dan lingkungan
23. B.SURVEILANS
Kegiatan pengamatan yang sistematis
dan terus menerus terhadap data dan
informasi tentang penderita kusta
untuk memperoleh dan memberikan
informasi
Dimulai dengan penemuan kasus
kusta
Dilaksanakan oleh pengelola program
atau unit pengelola sistem informasi
kesehatan pada Fasyankes, Dinkes
Kab/Kota, Dinkes Provinsi dan
Kementerian Kesehatan
Kegiatan :
pengumpulan data
pengolahan data
analisis data; dan
diseminasi informasi
Sasaran :
kelompok orang yang sedang dalam pengobatan
kusta
kelompok masyarakat di wilayah setempat
sebagai kelompok yang memiliki resiko
penularan Kusta
kelompok orang yang telah menyelesaikan
pengobatan Kusta
kelompok orang yang diduga mengalami
resistensi obat antimikrobial Kusta
24. UPAYAPENEMUANKASUS
24
1.
Pemeriksaan
Kontak
2. Rapid
Village
Survey (RVS)
3.
Pemeriksaan
Anak Sekolah
4.
Intensifikasi
Penemuan
Kasus Kusta
dan
Frambusia
1. Pemeriksaan kontak
Kontak : serumah, tetangga, sosial Penderita
baru (selama 5 tahun terakhir)
PEMERIKSAAN KONTAK SERUMAH
No
Nama
Kontak
Umur
L Pemeriksaan
2000 200… 200… 200… 200…
Keterangan
P Tgl Hasil Tgl Hasil Tgl Hasil Tgl Hasil Tgl Hasil
Penjelasan Tulislah pada kolom hasil bila :
- Ternyata kusta dengan : PB atau MB.
- Suspek kusta dengan : S.
- Bukan kusta dengan : -
25. 2. RVS
Penentuan lokasi : desa
dengan beban kusta tinggi
Sosialisasi di tingkat desa
Keterlibatan
kader/perangkat desa
Pelaksanaan kegiatan:
• Penyuluhan pada masyarakat di pos
pemeriksaan
• Pemeriksaan bercak oleh petugas puskesmas
pada masyarakat yang hadir
Pencatatan dan pengobatan
3. Pemeriksaan
anak sekolah
Keterlibatan
guru/pihak sekolah
UKS
Format ayo temukan bercak
dan koreng utk skrining
Konfirmasi kasus oleh
petugas puskesmas
Tindak lanjut pemeriksaan
keluarga pada anak yang
positif sebagai kasus kusta
ataupun frambusia
pemeriksaan kontak
Pencatatan dan pengobatan –
petugas puskesmas
4. Intensifikasi penemuan
kasus kusta dan
frambusia
Lingkup : Kabupaten/Kota,
Kecamatan, desa, sejumlah kk
dalam lingkungan tertentu
Format ayo temukan bercak dan
koreng + Bahan kie (kipas,
leaflet, poster, dll)
Keterlibatan kader/perangkat
desa
Peran aktif masyarakat
Antisipasi thd tingginya stigma di
masyarakat
Pemetaan dan analisa
UpayaPenemuanKasus
27. ANGKAPREVALENSIKUSTADIINDONESIATAHUN2019
TREN PREVALENSI DAN PENEMUAN KASUS KUSTA BARUANGKA PREVALENSI KUSTA PER PROVINSI
16.43
7.82
4.74
2.79
2.65
1.82
1.46
1.28
0.99
0.91
0.87
0.85
0.83
0.81
0.66
0.63
0.58
0.56
0.47
0.47
0.46
0.41
0.35
0.31
0.30
0.30
0.29
0.28
0.24
0.23
0.22
0.14
0.13
0.10
0.74
0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00
PAPUA BARAT
MALUKU UTARA
PAPUA
SULAWESI UTARA
MALUKU
GORONTALO
SULAWESI BARAT
SULAWESI SELATAN
DKI JAKARTA
SULAWESI TENGGARA
NUSA TENGGARA TIMUR
SULAWESI TENGAH
JAWA TIMUR
BANTEN
NUSA TENGGARA BARAT
ACEH
KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN TIMUR
JAWA TENGAH
JAWA BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
BANGKA BELITUNG
KEPULAUAN RIAU
BALI
JAMBI
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN BARAT
DI YOGYA
LAMPUNG
RIAU
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
BENGKULU
INDONESIA
0.96 0.91 0.80 0.79 0.79 0.71 0.7 0.699 0.74
8.30
7.76
6.77 6.75 6.73 6.50
6.08 6.42 6.50
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Angka Prevalensi per 10.000 penduduk
Angka Penemuan Kasus Baru per 100.000 penduduk
28. ANGKAPENEMUANKASUSBARUKUSTATK.PROVINSIDIINDONESIATH2019
*) data per 11 Juni 2020
132.34
72.39
45.36
23.91
23.53
18.13
13.19
13.02
9.66
7.91
7.41
7.17
7.13
6.59
6.33
5.40
5.25
5.24
4.26
3.85
3.56
3.13
3.09
2.77
2.77
2.59
2.19
1.72
1.67
1.58
1.56
1.53
1.32
1.00
6.50
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00
PAPUA BARAT
MALUKU UTARA
PAPUA
MALUKU
SULAWESI UTARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGAH
SULAWESI TENGGARA
JAWA TIMUR
BANTEN
NUSA TENGGARA TIMUR
ACEH
NUSA TENGGARA BARAT
DKI JAKARTA
KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN TIMUR
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TENGAH
BANGKA BELITUNG
SUMATERA SELATAN
BALI
JAMBI
KEPULAUAN RIAU
LAMPUNG
SUMATERA BARAT
KALIMANTAN BARAT
DI YOGYA
RIAU
SUMATERA UTARA
BENGKULU
INDONESIA
29. ANGKACACATTINGKAT2DIINDONESIATAHUN2019
Terjadi kecenderungan tren
penurunan angka cacat tk 2
setiap tahunnya, namun masih
jauh dari target global
TREN ANGKA CACAT TINGKAT 2 KUSTA
8.4
7.6
6.8
5.9
5.1
4.3
3.5
2.7
1.8
0.99
8.4 8.71
c 6.33 6.6
5.27
4.3 4.22 4.18
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
10.0
2010 2012 2014 2016 2018 2020 2022
Target Pencapaian
TARGET GLOBAL:
1 PER 1.000.000 PEND
ANGKA CACAT KUSTA TINGKAT 2 DI INDONESIA
30. PROPORSIKASUSKUSTABARUTANPACACAT TK.PROVINSI
DIINDONESIATAHUN2019
98.35
97.83
96.67
96.61
96.54
96.26
95.75
93.75
92.66
92.34
92.31
91.91
91.79
91.53
91.12
90.34
89.72
89.15
88.79
87.15
85.44
85.43
85.00
83.60
83.53
83.16
83.16
76.10
76.09
75.00
72.34
65.63
65.00
36.26
85.49
35.00 45.00 55.00 65.00 75.00 85.00 95.00
SULAWESI BARAT
BANGKA BELITUNG
BALI
SULAWESI UTARA
PAPUA
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
KEPULAUAN RIAU
GORONTALO
MALUKU
KALIMANTAN UTARA
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
ACEH
SULAWESI TENGGARA
LAMPUNG
NUSA TENGGARA BARAT
SULAWESI TENGAH
RIAU
NUSA TENGGARA TIMUR
DKI JAKARTA
KALIMANTAN SELATAN
DI YOGYA
BANTEN
KALIMANTAN TENGAH
SULAWESI SELATAN
JAWA TENGAH
JAWA BARAT
JAWA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
JAMBI
SUMATERA UTARA
BENGKULU
SUMATERA BARAT
INDONESIA
91%
80
82
85
88
91
95
79.5
78.1
82.3
84.4
85.19 85.49
70
75
80
85
90
95
100
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Target % Kusta Baru Tanpa Cacat Pencapaian Kusta Baru Tanpa Cacat
Terjadi kecenderungan peningkatan proporsi kasus
kusta baru tanpa cacat >> deteksi kusta sudah
semakin dini
Dalampersentase(%)
PROPORSIKASUSKUSTABARUTANPACACATTAHUN2019
TRENPROPORSIKASUSKUSTABARUTANPACACAT
DIINDONESIA
*) data per 11 Juni 2020
31. TREN PROPORSI KASUS ANAK DI ANTARA KASUS BARU KUSTA
PROPORSI KASUS ANAK DI ANTARA KASUS KUSTA BARU
PER PRIOVINSI
29.21
27.66
22.11
20.83
14.15
12.09
10.00
9.89
9.41
9.17
8.70
8.47
8.47
8.41
8.41
8.33
8.05
7.69
7.50
7.47
7.44
6.87
6.81
6.62
6.38
6.32
6.21
6.17
6.15
5.49
5.00
4.42
2.34
1.67
11.52
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00
PAPUA BARAT
PAPUA
MALUKU UTARA
KEPULAUAN RIAU
MALUKU
SULAWESI BARAT
BENGKULU
ACEH
KALIMANTAN TENGAH
GORONTALO
BANGKA BELITUNG
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
RIAU
NUSA TENGGARA BARAT
SUMATERA UTARA
JAWA BARAT
KALIMANTAN UTARA
KALIMANTAN BARAT
SULAWESI SELATAN
BANTEN
JAWA TIMUR
SUMATERA SELATAN
KALIMANTAN SELATAN
JAMBI
DKI JAKARTA
LAMPUNG
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN TIMUR
SUMATERA BARAT
BALI
JAWA TENGAH
SULAWESI TENGGARA
DI YOGYA
INDONESIA
12.25
10.95
11.86
11.12
11.22
11.43
11.03
10.94
11.52
10
10.5
11
11.5
12
12.5
2010 2012 2014 2016 2018 2020
Proporsi Kasus Anak
Mengindikasikan transmisi di wilayah setempat yang masih tinggi jika > 5%
PROPORSIKASUSKUSTAPADAANAKTAHUN2019
32. 146 KABUPATEN/ KOTA YANG BELUM MENCAPAI ELIMINASI TAHUN 2019
No Provinsi/Kab/Kota
1 Aceh ( 5 kab : Banda Aceh, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Selatan, Pidie
2 Sumatera Utara (1 kab : Sibolga)
3 Jambi (1 kab : Tanjung Jabung Timur)
4 Kepri (1 Kab : Bintan)
5 Banten (2 kab :Kab Serang, Kab Tangerang )
6 DKI (2 kab : Jakarta Pusat, Kepulauan Seribu)
7 Jabar ( 3 kab : Karawang, Indramayu, Bekasi)
8 Jateng (6 Kab/kota : Brebes, Kota Pekalongan, Blora, Rembang, Tegal, Pemalang)
9 Jatim ( 9 kab : Sampang, Sumenep, Pamekas, Bangkalan, Lumajang, Situbondo, Tuban, Probolinggo, Jember)
10 Kalimantan Barat (1 kab : Kayong Utara)
11 Kalimantan Tengah (1 kab : Lamandau)
12 Kalimantan Selatan ( 2 kab : Balangan, Hulu Sungai Tengah)
13 Kalimantan Timur (1 kab : Kutai Barat)
14 Kalimantan Utara (1 kab : Nunukan)
15 NTB (3 Kab/kota : Bima, Kota Bima, Dompu)
16 NTT (10 Kab/kota : Lembata, Flores Timur, Alor, TTU, Kota Kupang, Sabu Raijua, Malaka, Kab Kupang, Belu, Sikka)
17 Sulut (13 kab/kota : Sitaro, Minahasa Utara, Bolmut, Bolmong, Boltim, Minahasa Tenggara, Sangihe, Bitung, Talaud, Kota Manado, Minahasa Selatan, Bolsel, Kotamobagu)
18 Sulteng (4 kab/kota : Buol, Morowali, Tolitoli, Kota Palu)
19 Sulsel (12 kab : Bulukumba, Sinjai, Bantaeng, Bone, Pangkajene Kepulauan, Jeneponto, Pinrang, Selayar, Takalar, Gowa, Barru, Wajo)
20 Sultra (9 kab/kota : Buton Selatan, Kota Baubau, Kolaka, Konawe Kepulauan, Buton, Kolaka Utara, Wakatobi, Buton Utara, Bombana)
21 Gorontalo (6 kab/kota : Pohuwato, Kab Gorontalo, Bonebolango, Boalemo, Gorontalo Utara, Kota Gorontalo)
22 Sulbar (4 kab : Majene, Mamuju Tengah, Polewali Mandar, Pasangkayu)
23
Maluku (11 kab : Maluku Tenggara Barat, Kota Tual, Buru Selatan, Buru, Maluku Tenggara, Kep.Aru, Maluku Barat Daya, Seram Bag Timur, Kota Ambon , Maluku Tengah, Seram
Bag Barat)
24
Maluku Utara (10 kab : Halmahera Tengah, Halmahera Timur, Halmahera Barat, Pulau Morotai, Tidore Kepulauan, Halmahera Selatan, Halmahera Utara, Kep Sula, Kota Ternate,
Pulau Taliabu)
25
Papua (17 kab : Mamberamo Raya, Boven Digoel, Biak, Kota Jayapura, Keerom, Nabire, Sarmi, Merauke, Asmat, Jayapura, Supiori, Paniai, Timika, Waropen, Wamena, Mappi,
Serui)
26 Papua Barat 11 kab : (Teluk Wondama, Manokwari, Raja Ampat, Kaimana, Tambrauw, Manokwari Selatan, Kota Sorong, Kab Sorong, Teluk Bintuni, Fakfak, Sorong Selatan)
37. Pemberian obat rifampisin dosis tunggal pada
orang yang kontak dengan Pasien Kusta
Dilakukan terutama pada daerah yang memiliki
kasus kusta yang tinggi,
Mencegah penularan kusta pada orang yang
kontak dengan penderita kusta
Obat rifampisin diberikan oleh petugas kesehatan
dan wajib diminum langsung di depan petugas
pada saat diberikan.
Syarat
penduduk yang menetap paling singkat 3
(tiga) bulan pada daerah yang memiliki kasus
Kusta;
berusia lebih dari 2 (dua) tahun;
tidak dalam terapi rifampisin dalam
kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir;
tidak sedang dirawat di rumah sakit;
tidak memiliki kelainan fungsi ginjal dan
hati;
bukan suspek tuberkulosis;
bukan suspek Kusta atau terdiagnosis Kusta;
bukan lanjut usia dengan gangguan
kognitif
C.Kemoprofilaksis
38. KELOMPOKRISIKOPADAKUSTA
Penemuan kasus baru dalam kelompok kontak
0
20
40
60
80
100
120
140
160
cases/10,000
Masyarakat
umum
Kontak
Serumah
Kontak
Tetangga
Kontak
Sosial
• Kontak dari penderita kusta mempunyai risiko tinggi untuk
tertular. Mereka telah terpapar sebelum kasus
terdiagnosa sehingga dilaksanakan ujicoba pencegahan
dengan kemoprofilaksis (PEP)
• Kontak adalah kontak serumah, Tetangga dan Sosial.
• Per indeks kasus sekitar 20-50 orang dan berdomisili di
daerah itu lebih dari 3 bulan
• Kontak Serumah : dalam 1 rumah
• Kontak Tetangga : kira-kira 10 rumah sekitar penderita
• Kontak Sosial : teman sekolah / kerja yang bergaul
dengan penderita minimal 20 jam
perminggu
39. PENDEKATANBLANKET
• Sasaran Kegiatan adalah
seluruh penduduk di suatu
daerah
• Butuh biaya dan tenaga
yang sangat besar,
• Kriteria daerah :
daerah yang memiliki
angka penemuan kasus
baru > 5 per 100.000
penduduk.
daerah terisolir dengan
akses terbatas/sulit
(DTPK, daerah tertinggal).
• daerah dengan pelayanan
kesehatan (terutama
Kusta) yang tidak
memadai/rutin
PENDEKATANKONTAK
• Sasaran adalah seluruh kontak
(kontak serumah, tetangga, dan
sosial) dari pasien baru.
• Daerah yang tidak termasuk dalam
kriteria daerah yang dapat melakukan
pendekatan blanket ataupun
pendekatan partisipasi masyarakat
• Keuntungan yaitu dapat menjadi
stimulan bagi petugas dan
masyarakat sehingga cakupan
pemeriksaan kontak dapat meningkat.
• Kelemahan adalah kerahasiaan,
dimana identitas index case dan
pasien baru yang terjaring lebih
mudah diketahui oleh masyarakat
sekitar.
• Beban kerja petugas lebih berat
karena rata-rata jumlah kontak yang
harus diperiksa 20 orang.
PENDEKATANPARTISIPASI
MASYARAKAT
•Pendekatan partisipasi masyarakat melibatkan anggota
keluarga, petugas kesehatan di desa, tokoh
masyarakat/agama, kader kesehatan dan organisasi
kemasyarakatan lainnya yang berada di lokasi tempat
tinggal Pasien Kusta.
•Masyarakat, khususnya anggota keluarga dapat melakukan
pemeriksaan diri (self screening) secara dini berdasarkan
informasi yang tercantum dalam alat bantu format
pemeriksaan Kusta (self screening format/SSF).
•Masyarakat diberi waktu untuk melihat format serta
melakukan pemeriksaan diri dan melaporkan saat petugas
datang berkunjung untuk tindak lanjut pada waktu yang
telah ditentukan.
•Kriteria daerah adalah :
daerah beban tinggi yang memiliki kasus baru >5 per
100.000 penduduk atau >30 kasus baru per tahun selama 3
tahun berturut-turut.
Tersedia tenaga kader kesehatan aktif yang memadai.
•Keuntungan yaitu dapat meningkatkan diseminasi informasi
Kusta dan meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko
penularan Kusta.
•Beban kerja petugas dalam melakukan pemeriksaan Kusta
relatif lebih ringan.
•Kelemahan yaitu masyarakat tidak akurat dalam
memberikan informasi dan mengenali gejala dini Kusta
sehingga Kemoprofilaksis Kusta tidak tepat sasaran
Mumugu, Kab. Asmat dan
Maluku Tenggara Barat
Kab. Sampang Jatim dan Kab.
Bima NTB
Kab. Sumenep Jatim
PendekatanKemoprofilaksis
41. •Pengobatan sedini mungkin
dengan Multi Drugs Therapy
(MDT)
•Pemeriksaan fungsi saraf
(Pencegahan cacat)
•Tatalaksana cacat/luka
Pengobatan Dini Mencegah disabilitas
D.Tatalaksana
Medis (reconstructive/ septic surgery),
psikologis (konseling) dan Sosial-ekonomi
(pemberdayaan orang yang pernah
mengalami kusta)
Rehabilitatif
45. Ditemukan di daerah tropis & lembab
Terutama anak-anak (< 15 tahun)
Sosial ekonomi rendah & higiene buruk
Tidak ada kekebalan tubuh yang menetap
Prognosis tidak fatal, dapat berupa cacat penampilan dan fisik, gangguan
sosialisasi, diskriminasi
Sumber penularan hanya manusia
Kuman berasal dari cairan eksudat /serum
Kontak langsung kulit dengan kulit,
Kontak melalui lalat, alat rumah tangga, keluarga
Kontak saat Ibu memberikan ASI ke anak
Masa inkubasi 9-90 hari (± 3 minggu)
Epidemiologi
47. SituasiFrambusiaTahun2019
*Data per 13 Juli 2020
Maluku Utara
20 kasus
Papua Barat
336 kasus
Papua
259 kasus
NTT
58 kasus
673 Kasus Frambusia
dari 36 Kabupaten
4
Kab
4
Kab
12
Kab
16
Kab
48. 48
Advokasi dan Sosialisasi
Eradikasi Frambusia
Promosi PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat)
Pemberian Obat
Pencegahan Massal
(POPM) Frambusia
Memperkuat Sistem
Surveilans
Eradikasi
Frambusia
STRATEGI ERADIKASI FRAMBUSIA
49.
50. UPAYA ERADIKASI FRAMBUSIA
PEMBERIAN OBAT
PENCEGAHAN
MASSAL (POPM) :
• Total penduduk usia
1-69 th) di desa
endemis
• Evaluasi mgg 4 dan
8
• Cakupan > 90%
SURVEI SEROLOGI
FRAMBUSIA:
• Identifikasi diantara
anak usia 1-5 th
dengan uji serologi
• Membuktikan tidak ada
transmisi pd Kab/kota
endemis
• Dilakukan 3 tahun
berturut turut dan tidak
ada kasus
SURVEILANS ADEKUAT:
• Terus menerus
(sebelum, saat dan
setelah intervensi)
• zero report - laporan
nol kasus/nihil setiap
bulan oleh kab/kota
endemis /bukan
endemis
• Surveilans di fasyankes,
pemeriksaan anak
sekolah maupun
pusling
PENGOBATAN
pada kasus dan kontak
yang diperluas (serumah,
tetangga dan social)
dengan azitromisin tab
Promosi Kesehatan :
PHBS
SERTIFIKASI KAB/KOTA
ERADIKASI FRAMBUSIA
Cakupan POPM > 90%
Surveilans adekuat tidak
ditemukan kasus dan
dilaporkan rutin /bln
Survei Serologi 3 tahun
berturut turut tidak ada
penularan
Verifikasi dan
Pemberian Sertifikat
51. Kriteria Eradikasi Frambusia
3 kriteria untuk menetapkan status
eradikasi frambusia:
1. Kriteria klinis: tidak adanya laporan
kasus baru, infeksius, dan konfirm
secara serologis bukan merupakan
kasus indigenous selama 3 tahun
berturut2. Didukung dengan cakupan
surveilans yang tinggi
2. Kriteria serologis: tidak adanya
penularan frambusia dibuktikan dengan
hasil negative uji serologis selama 3
tahun berturut2 pada anak usia 1-5
tahun tanpa gejala klinis di komunitas
3. Kriteria molecular: tidak adanya hasil
PCR positive untuk T. pallidum spp.
pertenue pada lesi orang yang secara
serologis positive frambusia ketika
periode post-zero surveillance
51
Kab/Kota
Endemis
Frambusia
Kab/Kota
Non Endemis
Telah melaksanakan:
1.Upaya POPM berkualitas
2.Survei serologi 3 x Dalam 3
Tahun tidak ditemukan kasus
3.Melakukan surveilans adekuat,
melaporkan Zero Report secara
rutin setiap bulan
Telah melaksanakan:
1.Melakukan surveilans
Adekuat
2.Melaporkan Zero Report
selama minimal 6 bulan
berturut-turut tidak
ditemukan kasus
SERTIFIKAT ERADIKASI/BEBAS FRAMBUSIA
52. KABUPATEN/KOTA
(SURVEILANS ADEKUAT)
PENGAJUAN SERTIFIKASI
KE PROVINSI
VERIFIKASI DATA &
INFORMASI SERTA
PENILAIAN SURVEILANS TIM SERTIFIKASI PROVINSI
(DINKES PROV, KOMDA,
TIM AHLI) + PUSAT
PROVINSI MEMBENTUK
KOMITE AHLI DAERAH
TIM SERTIFIKASI
MELAPORKAN HASIL
KUNJUNGAN
PROVINSI
MENGELUARKAN
REKOMENDASI BEBAS
FRAMBUSIA &
MELAPORKAN KE PUSAT
DINKES KAB, PUSKESMAS
& DESA TERPILIH,
KOMUNITAS, RSUD,
DOKTER SPESIALIS, INS.
PENDIDIKAN
SERTIFIKAT BEBAS
FRAMBUSIA OLEH PUSAT
KOMITE AHLI NASIONAL
PROVINSI
PENYERAHAN
SERTIFIKASI KE
PROVINSI DAN
KAB/KOTA
SERTIFIKASIBEBASFRAMBUSIA
54. Manifestasi Klinis
Lesi primer
Lesi sekunder
Lesi tersier
Periode laten II
5-10 thn
Periode laten I
10-16 minggu (2-5 thn)
Footer TextFooter Text
55. Gejala Klinis Menurut Stadium
Stadium I Stadium II Stadium III
Gejala klinik:
a.Papul:
- Tunggal
- >1 (multipel)
b. Papiloma
c. Nodul
d. Ulkus basah
(borok)
e. Krusto papiloma
Gejala klinik:
Sama seperti stadium I,
tersebar,banyak
Selain itu dapat
terkena:
a. Penebalan, pecah
pecah pd telapak
tangan/kaki
b. Kelainan tulang:
osteoporosis,jari2
bengkak,nyeri
c. Kelainan kuku
Gejala klinik:
- Gumma(benjolan:perlunakan
& merusak cacat)
- Ganggosa (hidung keropos)
- Juxta articular nodus
(benjolan pd sendi)
- Kelainan tulang,seperti
pedang
- Gondouw:benjolan di tulang
- Penebalan.pecah2,nyeri pada
telapak tangan/kaki
Early (dini)
Sangat menular
-Late (Lanjut)
-Tidak/kurang menular
58. Kepada Yth.
1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Direktur Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI
Kabupaten/Kota
Periode Laporan (Bulan/Tahun)
1. Kinerja Pelaporan
a.
b.
c.
2. Data Kasus Frambusia
a. Jumlah Kasus Suspek Frambusia yang ditemukan
b. Jumlah Kasus Suspek Frambusia diperiksa RDT
c. Jumlah kasus Frambusia RDT (+)
3. Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
c.
d.
e.
Mengetahui,
Kabid / Kadinkes
…………………..
NIP.
Formulir 11
Jumlah Desa Yang Ada
Jumlah Desa dilaksanakan PK&KR bulan ini
Jumlah Desa dilaksanakan PK&KR tahun ini *)
Jumlah Desa ditemukan kasus frambusia tahun ini *)
Jumlah Puskesmas telah kirim >6 laporan tahun ini *)
Jumlah Sekolah Dasar dan sederajat
Jumlah SD/sederajat diperiksa frambusia bulan ini
Jumlah SD/sederajat diperiksa frambusia tahun ini *)
Jumlah Puskesmas telah memeriksa frambusia di semua SD tahun ini *)
Puskesmas Keliling dan Kunjungan Rumah (PK&KR) untuk memastikan
Laporan Bulanan Eradikasi Frambusia
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Jumlah Puskesmas Yang Ada
Jumlah Puskesmas Melapor Bulan ini
Demikian laporan ini dibuat untuk dimanfaatkan sebagaimana mestinya
Jumlah Puskesmas telah melaksanakan PK&KR semua desa tahun ini *)
*) Januari sampai bulan laporan
Kepada Yth.
Provinsi
Periode Laporan (Bulan/Tahun)
1. Kinerja Pelaporan
a.
b.
c.
2. Data Kasus Frambusia
a. Jumlah Kasus Suspek Frambusia yang ditemukan
b. Jumlah Kasus Suspek Frambusia diperiksa RDT
c. Jumlah kasus Frambusia RDT (+)
3. Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
a.
b.
c.
d.
4.
a.
b.
c.
f.
g.
Mengetahui,
Kabid / Kadinkes
…………………..
NIP.
Demikian laporan ini dibuat untuk dimanfaatkan sebagaimana mestinya
Jumlah Desa ditemukan kasus frambusia tahun ini *)
Jumlah Puskesmas telah melaksanakan PK dan KR semua desa tahun ini
*)
*) Januari sampai bulan laporan
Formulir 16
Direktur Jenderal P2P, Kementerian Kesehatan RI
Jumlah Desa Yang Ada
Jumlah Desa dilaksanakan PK dan KR bulan ini
Jumlah Desa dilaksanakan PK dan KR tahun ini *)
Jumlah Puskesmas telah kirim >6 laporan tahun ini *)
Jumlah Sekolah Dasar dan sederajat
Jumlah SD/sederajat diperiksa frambusia bulan ini
Jumlah SD/sederajat diperiksa frambusia tahun ini *)
Jumlah Puskesmas telah memeriksa frambusia di semua SD tahun ini *)
Puskesmas Keliling (PK) dan Kunjungan Rumah (KR) untuk
Laporan Bulanan Eradikasi Frambusia
Dinas Kesehatan Provinsi
Jumlah Puskesmas Yang Ada
Jumlah Puskesmas Melapor Bulan ini
Form
Pelaporan
Frambusia
59. Nama/Kode Puskesmas
Nama Kabupaten/Kota
Bulan dan Tahun Laporan
A. Laporan Kasus Frambusia (termasuk kasus pd B. Dan C.)
1. Jumlah Kasus Suspek Frambusia yang ditemukan
2. Jumlah Kasus Suspek Frambusia diperiksa RDT
3. Jumlah kasus Frambusia RDT (+)
B. Pemeriksaan Frambusia di Sekolah
Kode
Sekolah
Nama Sekolah
Jumlah
Murid
Jumlah
Diperiksa
Jumla
h
Kasus
Jumlah
Suspek
Jumlah Kasus
RDT (-)
1 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Total %
1
2
3
4
5
6
C. Puskesmas Keliling (PK) dan Kunjungan Rumah (KR) di Desa
No
Kode
Desa
Nama Desa
Jumlah
Penduduk
Desa
Jumlah
Anak<15
tahun yang
berobat
Jumla
hKasu
s
Jumlah
Suspek
Jumlah Kasus
RDT (-)
1 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Total %
1
2
3
4
5
6
Laporan Bulanan Eradikasi Frambusia Puskesmas
Jumlah Sekolah
diperiksa tahun ini
Jumlah Desa
dilaksanakan
PK&KR tahun ini
Formulir 7
LaporanBulananSurveilansFrambusia
Kab/kota Non Endemis : Hasil Penemuan di
1. Fasyankes (Pkm,PP,Bidan Desa,RS)
2. Investigasi (Lap masyarakat dan keg lain
termasuk kegiatan terintegrasi)
Kab/kota Endemis : Hasil Penemuan di
1. Fasyankes (Pkm,PP,Bidan Desa,RS)
2. pemeriksaan anak sekolah (SD/MI) semua SD/MI dalam 1
tahun
3. pemeriksaan puskesmas keliling semua pusling dalam 1 tahun
4. Investigasi (Lap masyarakat dan keg lain termasuk kegiatan
terintegrasi)
60. Pengobatan Penyakit
satu dosis tunggal Oral
Azitromisin (30 mg/kg)
Jenis dan Dosis Obat Frambusia
No. Nama Obat Umur (tahun) Dosis
Cara
Pemberian
Lama
Pemberian
1. Azitromisin
tablet
2-5th 500 mg
1x sehari
Oral Dosis
tunggal
6–9 th 1000 mg
1x sehari
Oral Dosis
tunggal
10-15 th 1500 mg
1x sehari
Oral Dosis
tunggal
16-69 th 2000 mg
1x sehari
Oral Dosis
tunggal
Sebelum
diobati
Setelah
diobati
Tahun 2019, jumlah provinsi dengan eliminasi kusta mencapai 26 provinsi dengan penambahan Provinsi Sulawesi Tenggara yang mencapai eliminasi kusta.
Kasus RDT positif, sebaiknya tetap diperiksa RPR untuk mengetahui apakah infeksi aktif atau infeksi di masa lalu.
Obat yang digunakan dalam program adalah AZITROMISIN,
Benzatin penisilin ataupun obat lain hanya dipakai ketika:
Ada indikasi medis yang tidak memungkinkan penderita/kontak untuk memakai azitromisin.