SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
KEBIJAKAN
SURVEILANS MALARIA
Disampaikan pada:
SOSIALISASI SISTEM INFORMASI SURVEILANS MALARIA (SISMAL) VERSI 2
Padang, 26 – 28 April 2018
Milestone EliminasiMalaria di Indonesia
Semua
provinsi
mencapai
eliminasi
Indonesia
mencapai
eliminasi
300 kab/kota
mencapai
eliminasi
Semua
kab/kota
mencapai
eliminasi 2030
2027
2025
285 kab/kota
mencapai
eliminasi 2019
2018
2017
2020 :tidakadalagi
kab/kota endemis
tinggi
2016
266 kab/kota
mencapai eliminasi
265 kab/kota
mencapai
eliminasi
SKEMAPENTAHAPANELIMINASIMALARIA
MASUKTAHAPPEMELIHARAAN
MASUKTAHAPELIMINASI
Kasus
Indigenous nol
PositiveRate < 5%
< 1 kasus/1000
pendudukberisiko
3 Tahun
Pemberantasan
(Akselerasi)
Pemeliharaan
Pra Eliminasi
(intensifikasi)
Eliminasi
(pembebasan)
Reorientasi
programeliminasi
Reorientasi
program
pemeliharaan
Strategi Spesifik Eliminasi Malaria
Strategi Tujuan Sasaran Kegiatan utama
Akselerasi Menurunkan jumlah
kasus secepat
mungkin
Kab/kota
endemis tinggi
- Kampanye kelambu massal
- IRS di desa dg API > 20 dan pengendalian vektor lain sesuai bukti lokal
- Perluasan diagnosis dini dan pengobatan
tepat - Promosi dengan pemberdayaan
masyarakat
- Skrining malaria pada semua Bumil pada
K1 - MTBS - semua balita sakit diperiksa
malaria
Intensifikasi Menghilangkan daerah
fokus
Kab/kota endemis
sedang
- Pembagian kelambu untuk populasi berisiko/fokus
- IRS pada situasi peningkatan kasus dan pengendalian vektor lain sesuai bukti
lokal
- Penemuan kasus aktif
- Promosi dengan pemberdayaan masyarakat
Eliminasi Menghentikan penularan Kab/kota endemis - PE dan respons 1-2-5 pada setiap kasus positif
(Pembebasan) setempat/kasus
indigenus
rendah - Penemuan dini dan pengobatan tepat serta jejaringnya
- Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor sesuai bukti lokal
- Penemuan kasus aktif
Pemeliharaan Mencegah munculnya Kab/kota endemis - Surveilans migrasi
penularan malaria
kembali
yang sudah eliminasi - PE1-2-5
- Penguatan jejaring tatalaksana kasus
- Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor sesuai bukti lokal
Capaian Target Indikator RPJMN, Renstra & KSP terkait Malaria secara
Nasional Tahun 2015- 2019
Indikator Kinerja Program (IKP) Baseline data 2014 2015 2016 2017 2018 2019
(T/C) (T/C) (T/C) (T) (T)
Jumlah Kabupaten yang mencapai
Eliminasi Malaria 213 225/232 245/247 265/266 285 300
Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Baseline data 2013
2015
(T/C)
2016
(T/C)
2017
(T/C)
2018
(T) 2019
(T)
Peningkatan Kabupaten dengan API
<1 per 1000 penduduk pada tahun
2019
337 340/379 360/400 375/415 390 400
Indikator KSP Baseline data 2013
2015
(T/C)
2016
(T/C)
2017
(T/C)
2018
(T)
2019
(T)
% kasus susp. Malaria yg
dikonfirmasi Lab
95 / 98 95 / 97 95 / 97
% Kasus malaria diobati dg ACT 85 / 91 85 / 94 90 / 96
PETAENDEMISITASMALARIA
INDONESIA-TAHUN2012-2017
201
2
201
3
20162017
No Kategori
#
Populas
i
% #
Kabupaten/Kota
%
1 Bebas Malaria 187.968.543 72.0 % 266 52 %
2 Endemis Rendah 62.888.849 24 % 175 34 %
3 Endemis Menengah 5.442.232 2 % 40 8 %
4 Endemis Tinggi 4,264.081 2 % 33 6 %
Total 255,881,112 100.0 % 514 100.0 %
SurveilansSebagaiIntervensi Utama
MenujuEliminasi
Surveilans yang efektif dapat memberikan
gambaran tentang:
1. Target daerah serta kelompok penduduk berisiko,
sehingga dapat dilakukan intervensi dan advokasi yang
efektif
1. Menilai dampak tindakan intervensi dan kemajuan
dalam pengendalianmalaria serta membantu
memutuskan apakah penyesuaian atau kombinasi
intervensi diperlukan untuk mengurangi penularan
1. Merespon dan mendeteksi kasus secara cepat
KebijakanTeknisSurveilansMalaria
1. Surveilans dan sistem informasi malaria merupakan bagian integral dari sistem surveilans epidemiologi
nasional untuk mendukung tersedianya data dan informasi yang cepat dan akurat
1. Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-masing
wilayah
1. Seluruh suspek malaria harus diperiksa secara laboratorium dengan menggunakan mikroskop atau Rapid
diagnostic Test (RDT). Penemuan kasus dilakukan secara pasif maupun aktif untuk menjamin cakupan
penemuan yang tinggi sehingga data yang didapatkan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya
1. Surveilans kasus malaria berdasarkan kepada hasil diagnostik yang akurat dengan memantau kualitas mutu
diagnostik secara mikroskopis maupun Rapid diagnostic Test (RDT).
1. Seluruh layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang melakukan pemeriksaan malaria harus
melaporkan secara rutin kepada dinas kesehatan setempat.
1. Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas melakukan analisis data secara rutin
untuk menghasilkan informasi strategis malaria, antara lain mengenai endemisitas, distribusi kasus, fokus,
faktor risiko termasuk pemetaannya; analisis tren dan kewaspadaan KLB di wilayah kerja masing-masing.
1. Setiap daerah yang telah masuk tahap pembebasan (API < 1 per 1000 penduduk) harus melakukan
penyelidikan epidemiologi untuk setiap kasus dan fokus.
1. Surveilans dan sisteminformasi malaria merupakan bagian
integraldarisistemsurveilansepidemiologinasionaluntuk
mendukungtersedianyadatadaninformasiyangcepat
danakuratsebagaidasarpengambilankeputusandalam
rangkaperencanaan,pelaksanaan,monitoringdan
evaluasiprogrampengendalianmalaria,termasukSKD-
KLB
2.Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria
sesuai dengan tahapan eliminasi masing-masing wilayah
API>5 API 1-5 API < 1 Pemeliharaan
Tujuan
Menemukan sebanyak mungkin
kasus malaria
Mengidentifikasi kelompok yang
berisiko, fokus penularan, faktor
risiko penularan malaria
Mendeteksi kasus dengan cepat
agar dapat dilakukan respon
penanggulangan sebelum terjadi
penularan
Mencegah munculnya kembali
kasus penularan setempat.
Definisi Suspek
Seseorang dengan keluhan utama malaria demam, menggigil,
berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan
nyeri otot atau pegal-pegaldan gejala khas di masing-masing daerah.
Selain gejala utama ditanyakan juga riwayat berkunjung ke daerah
endemik malaria dan mendapat transfusi darah
Periode Pelaporan Bulanan Mingguan
Immediate Case Notification
(< 24 jam )
Immediate Case Notification
(< 24 jam )
Penyelidikan Epidemiologi
kasus dan fokus Peningkatan Kasus Peningkatan Kasus Setiap kasus Setiap kasus
Indikator Utama API, PR, ABER
% Kasus yang di PE, Jumlah Fokus
Aktif
% Kasus yang di PE
Kriteria KLB Peningkatan Kasus
Peningkatan Kasus Peningkatan Kasus
Indigenous Satu kasus indigenous
3. Seluruh suspek malaria harus diperiksa secara
laboratorium dengan menggunakan mikroskop
atau Rappid diagnostic Test (RDT). Penemuan
kasus dilakukan secara pasif maupun aktif
untuk menjamin cakupan penemuan yang
tinggi sehingga data yang didapatkan
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya
1. Surveilans kasus malaria berdasarkan kepada
hasil diagnostik yang akurat dengan memantau
kualitas mutu diagnostik secara mikroskopis
maupun Rappid diagnostic Test (RDT).
5.Seluruh layanan kesehatan
baik pemerintah maupun
swasta yang melakukan
pemeriksaan malaria harus
melaporkan secara rutin
kepada dinas kesehatan
setempat.
6. Pusat dan Dinas Kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas
melakukan analisis data secara rutin
untuk menghasilkan informasi
strategis malaria, antara lain
mengenai endemisitas, kasus, fokus,
faktor risiko termasuk pemetaannya;
analisis tren dan kewaspadaan KLB di
wilayah kerja masing-masing.
JUMLAHKASUSPOSITIFPERPROVINSIINDONESIA,
2017(laps.d26Jan2018)
KelengkapanLaporanKab/Kota
Kasus Positif
Indonesia
sebanyak 173,925
(kelengkapan
laporan kab/kota
76%)
7.Setiap daerah yang telah
masuk tahap
pembebasan harus
melakukan penyelidikan
epidemiologi untuk
setiap kasus dan fokus.
Sebaran Kasus impor dan indigenus di daerah endemis rendah
Tahun 2017
Kondisi: belum semua daerah yang
memasuki fase eliminasi (API < 1) melakukan
dan melaporkan klasifikasi kasus, dari 175
kab/kota baru 61 yang melaporkan klasifikasi
kasus (35%)
Syarat Suatu kab/kota dinyatakan eliminasi
jika tidak ada kasus indigenus 3 tahun
berturut-turut
HARUS dilakukan klasifikasi kasus di
kab/kota dengan API < 1 dan dilaporkan
TERIMA KASIH
“Without high quality surveillance, the billion dollar
malaria effort is flying blind’.

More Related Content

Similar to KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx

Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptxTemplate Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
MohdArdan
 
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptxTemplate Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
MohdArdan
 
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxTOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
MTHORIEKIKI
 
kebijakan strategi & tantangan eliminasi malaria_FNGM_220816.pptx
kebijakan strategi & tantangan eliminasi malaria_FNGM_220816.pptxkebijakan strategi & tantangan eliminasi malaria_FNGM_220816.pptx
kebijakan strategi & tantangan eliminasi malaria_FNGM_220816.pptx
AvinceDakuri
 
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Tata Naipospos
 

Similar to KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx (20)

PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptxPPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
PPT-UEU-Surveilens-Kesehatan-Masyarakat-Pertemuan-8.pptx
 
KEBIJAKAN, STRATEGI & CAPAIAN PROGRAM P2PML
KEBIJAKAN, STRATEGI & CAPAIAN PROGRAM P2PMLKEBIJAKAN, STRATEGI & CAPAIAN PROGRAM P2PML
KEBIJAKAN, STRATEGI & CAPAIAN PROGRAM P2PML
 
Kebijakan dan Situasi TB di Aceh_HTBS Unicef.pdf
Kebijakan dan Situasi TB di Aceh_HTBS Unicef.pdfKebijakan dan Situasi TB di Aceh_HTBS Unicef.pdf
Kebijakan dan Situasi TB di Aceh_HTBS Unicef.pdf
 
Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)
Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)
Tugas (Kegiatan Pelatihan Advokasi Program Surveilans)
 
Arah Kebijakan P2P dan Kebijakan Covid 19
Arah Kebijakan P2P dan Kebijakan Covid 19Arah Kebijakan P2P dan Kebijakan Covid 19
Arah Kebijakan P2P dan Kebijakan Covid 19
 
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptxTemplate Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
 
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptxTemplate Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
Template Presentasi Kabkota Monev P2P.pptx
 
Capaian dan Kegiatan Pengendalian Penyakit Semester I tahun 2015
Capaian dan Kegiatan Pengendalian Penyakit Semester I tahun 2015Capaian dan Kegiatan Pengendalian Penyakit Semester I tahun 2015
Capaian dan Kegiatan Pengendalian Penyakit Semester I tahun 2015
 
ttt
tttttt
ttt
 
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docxTOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
TOR Survei dan pengendalian vektor penyakit menular di masyarakat.docx
 
1.ira_OVERVIEW PTM_ARUU.pptx
1.ira_OVERVIEW PTM_ARUU.pptx1.ira_OVERVIEW PTM_ARUU.pptx
1.ira_OVERVIEW PTM_ARUU.pptx
 
kebijakan strategi & tantangan eliminasi malaria_FNGM_220816.pptx
kebijakan strategi & tantangan eliminasi malaria_FNGM_220816.pptxkebijakan strategi & tantangan eliminasi malaria_FNGM_220816.pptx
kebijakan strategi & tantangan eliminasi malaria_FNGM_220816.pptx
 
epidemiologi surveilance
epidemiologi surveilanceepidemiologi surveilance
epidemiologi surveilance
 
ppt PL2.pptx
ppt PL2.pptxppt PL2.pptx
ppt PL2.pptx
 
Kebijakan Surveilans plthDSO Sultra_update06112017.pptx
Kebijakan Surveilans plthDSO Sultra_update06112017.pptxKebijakan Surveilans plthDSO Sultra_update06112017.pptx
Kebijakan Surveilans plthDSO Sultra_update06112017.pptx
 
Situasi DBD 2018.pptx
Situasi DBD 2018.pptxSituasi DBD 2018.pptx
Situasi DBD 2018.pptx
 
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
Potensi dampak ekonomi apabila terjadi wabah penyakit mulut-dan-kuku di Indon...
 
Surveilans_Epidemiology.ppt
Surveilans_Epidemiology.pptSurveilans_Epidemiology.ppt
Surveilans_Epidemiology.ppt
 
bab 4.4.pdf
bab 4.4.pdfbab 4.4.pdf
bab 4.4.pdf
 
Kebijakan Pengendalian Vektor pelatihan.pptx
Kebijakan Pengendalian Vektor pelatihan.pptxKebijakan Pengendalian Vektor pelatihan.pptx
Kebijakan Pengendalian Vektor pelatihan.pptx
 

More from Yusindrawati (16)

SOP VL HIVAIDS.docx
SOP VL HIVAIDS.docxSOP VL HIVAIDS.docx
SOP VL HIVAIDS.docx
 
SK Pengendalian Penyakit ok1.docx
SK Pengendalian Penyakit ok1.docxSK Pengendalian Penyakit ok1.docx
SK Pengendalian Penyakit ok1.docx
 
BAB IV.docx
BAB IV.docxBAB IV.docx
BAB IV.docx
 
BAB III.docx
BAB III.docxBAB III.docx
BAB III.docx
 
BAB II.docx
BAB II.docxBAB II.docx
BAB II.docx
 
BAB I.docx
BAB I.docxBAB I.docx
BAB I.docx
 
Buku Saku Identifikasi Nyamuk.pdf
Buku Saku Identifikasi Nyamuk.pdfBuku Saku Identifikasi Nyamuk.pdf
Buku Saku Identifikasi Nyamuk.pdf
 
SOP Pengambilan, Pengemasan, Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen Viral Load (...
SOP Pengambilan, Pengemasan, Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen Viral Load (...SOP Pengambilan, Pengemasan, Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen Viral Load (...
SOP Pengambilan, Pengemasan, Penyimpanan dan Pengiriman Spesimen Viral Load (...
 
SOP TB PARU 2 OK.docx
SOP TB PARU 2 OK.docxSOP TB PARU 2 OK.docx
SOP TB PARU 2 OK.docx
 
SOP penyelidkan epidemiologi.docx
SOP penyelidkan epidemiologi.docxSOP penyelidkan epidemiologi.docx
SOP penyelidkan epidemiologi.docx
 
SOP tatalaksana demam Berdarah.docx
SOP tatalaksana demam Berdarah.docxSOP tatalaksana demam Berdarah.docx
SOP tatalaksana demam Berdarah.docx
 
SOP tatalaksana demam Berdarah.docx
SOP tatalaksana demam Berdarah.docxSOP tatalaksana demam Berdarah.docx
SOP tatalaksana demam Berdarah.docx
 
SK Perubahan Pengendalian Penyakit ok.docx
SK Perubahan Pengendalian Penyakit ok.docxSK Perubahan Pengendalian Penyakit ok.docx
SK Perubahan Pengendalian Penyakit ok.docx
 
SK KARPED KUTUCU.docx
SK KARPED KUTUCU.docxSK KARPED KUTUCU.docx
SK KARPED KUTUCU.docx
 
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docxLAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR WINA.docx
 
SOP VL HIVAIDS.docx
SOP VL HIVAIDS.docxSOP VL HIVAIDS.docx
SOP VL HIVAIDS.docx
 

Recently uploaded

Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
srirezeki99
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
Zuheri
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
Acephasan2
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 

Recently uploaded (20)

Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdfAnatomi pada perineum serta anorektal.pdf
Anatomi pada perineum serta anorektal.pdf
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakatKONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
KONSEP ANSIETAS kesehatan jiwa masyarakat
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptxProses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
Proses Keperawatan Pada Area Keperawatan Gawat Darurat.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 

KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA.pptx

  • 1. KEBIJAKAN SURVEILANS MALARIA Disampaikan pada: SOSIALISASI SISTEM INFORMASI SURVEILANS MALARIA (SISMAL) VERSI 2 Padang, 26 – 28 April 2018
  • 2. Milestone EliminasiMalaria di Indonesia Semua provinsi mencapai eliminasi Indonesia mencapai eliminasi 300 kab/kota mencapai eliminasi Semua kab/kota mencapai eliminasi 2030 2027 2025 285 kab/kota mencapai eliminasi 2019 2018 2017 2020 :tidakadalagi kab/kota endemis tinggi 2016 266 kab/kota mencapai eliminasi 265 kab/kota mencapai eliminasi
  • 3. SKEMAPENTAHAPANELIMINASIMALARIA MASUKTAHAPPEMELIHARAAN MASUKTAHAPELIMINASI Kasus Indigenous nol PositiveRate < 5% < 1 kasus/1000 pendudukberisiko 3 Tahun Pemberantasan (Akselerasi) Pemeliharaan Pra Eliminasi (intensifikasi) Eliminasi (pembebasan) Reorientasi programeliminasi Reorientasi program pemeliharaan
  • 4. Strategi Spesifik Eliminasi Malaria Strategi Tujuan Sasaran Kegiatan utama Akselerasi Menurunkan jumlah kasus secepat mungkin Kab/kota endemis tinggi - Kampanye kelambu massal - IRS di desa dg API > 20 dan pengendalian vektor lain sesuai bukti lokal - Perluasan diagnosis dini dan pengobatan tepat - Promosi dengan pemberdayaan masyarakat - Skrining malaria pada semua Bumil pada K1 - MTBS - semua balita sakit diperiksa malaria Intensifikasi Menghilangkan daerah fokus Kab/kota endemis sedang - Pembagian kelambu untuk populasi berisiko/fokus - IRS pada situasi peningkatan kasus dan pengendalian vektor lain sesuai bukti lokal - Penemuan kasus aktif - Promosi dengan pemberdayaan masyarakat Eliminasi Menghentikan penularan Kab/kota endemis - PE dan respons 1-2-5 pada setiap kasus positif (Pembebasan) setempat/kasus indigenus rendah - Penemuan dini dan pengobatan tepat serta jejaringnya - Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor sesuai bukti lokal - Penemuan kasus aktif Pemeliharaan Mencegah munculnya Kab/kota endemis - Surveilans migrasi penularan malaria kembali yang sudah eliminasi - PE1-2-5 - Penguatan jejaring tatalaksana kasus - Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor sesuai bukti lokal
  • 5. Capaian Target Indikator RPJMN, Renstra & KSP terkait Malaria secara Nasional Tahun 2015- 2019 Indikator Kinerja Program (IKP) Baseline data 2014 2015 2016 2017 2018 2019 (T/C) (T/C) (T/C) (T) (T) Jumlah Kabupaten yang mencapai Eliminasi Malaria 213 225/232 245/247 265/266 285 300 Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Baseline data 2013 2015 (T/C) 2016 (T/C) 2017 (T/C) 2018 (T) 2019 (T) Peningkatan Kabupaten dengan API <1 per 1000 penduduk pada tahun 2019 337 340/379 360/400 375/415 390 400 Indikator KSP Baseline data 2013 2015 (T/C) 2016 (T/C) 2017 (T/C) 2018 (T) 2019 (T) % kasus susp. Malaria yg dikonfirmasi Lab 95 / 98 95 / 97 95 / 97 % Kasus malaria diobati dg ACT 85 / 91 85 / 94 90 / 96
  • 6. PETAENDEMISITASMALARIA INDONESIA-TAHUN2012-2017 201 2 201 3 20162017 No Kategori # Populas i % # Kabupaten/Kota % 1 Bebas Malaria 187.968.543 72.0 % 266 52 % 2 Endemis Rendah 62.888.849 24 % 175 34 % 3 Endemis Menengah 5.442.232 2 % 40 8 % 4 Endemis Tinggi 4,264.081 2 % 33 6 % Total 255,881,112 100.0 % 514 100.0 %
  • 7. SurveilansSebagaiIntervensi Utama MenujuEliminasi Surveilans yang efektif dapat memberikan gambaran tentang: 1. Target daerah serta kelompok penduduk berisiko, sehingga dapat dilakukan intervensi dan advokasi yang efektif 1. Menilai dampak tindakan intervensi dan kemajuan dalam pengendalianmalaria serta membantu memutuskan apakah penyesuaian atau kombinasi intervensi diperlukan untuk mengurangi penularan 1. Merespon dan mendeteksi kasus secara cepat
  • 8. KebijakanTeknisSurveilansMalaria 1. Surveilans dan sistem informasi malaria merupakan bagian integral dari sistem surveilans epidemiologi nasional untuk mendukung tersedianya data dan informasi yang cepat dan akurat 1. Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-masing wilayah 1. Seluruh suspek malaria harus diperiksa secara laboratorium dengan menggunakan mikroskop atau Rapid diagnostic Test (RDT). Penemuan kasus dilakukan secara pasif maupun aktif untuk menjamin cakupan penemuan yang tinggi sehingga data yang didapatkan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya 1. Surveilans kasus malaria berdasarkan kepada hasil diagnostik yang akurat dengan memantau kualitas mutu diagnostik secara mikroskopis maupun Rapid diagnostic Test (RDT). 1. Seluruh layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang melakukan pemeriksaan malaria harus melaporkan secara rutin kepada dinas kesehatan setempat. 1. Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas melakukan analisis data secara rutin untuk menghasilkan informasi strategis malaria, antara lain mengenai endemisitas, distribusi kasus, fokus, faktor risiko termasuk pemetaannya; analisis tren dan kewaspadaan KLB di wilayah kerja masing-masing. 1. Setiap daerah yang telah masuk tahap pembebasan (API < 1 per 1000 penduduk) harus melakukan penyelidikan epidemiologi untuk setiap kasus dan fokus.
  • 9. 1. Surveilans dan sisteminformasi malaria merupakan bagian integraldarisistemsurveilansepidemiologinasionaluntuk mendukungtersedianyadatadaninformasiyangcepat danakuratsebagaidasarpengambilankeputusandalam rangkaperencanaan,pelaksanaan,monitoringdan evaluasiprogrampengendalianmalaria,termasukSKD- KLB
  • 10. 2.Penyelenggaraan surveilans dan sistem informasi malaria sesuai dengan tahapan eliminasi masing-masing wilayah API>5 API 1-5 API < 1 Pemeliharaan Tujuan Menemukan sebanyak mungkin kasus malaria Mengidentifikasi kelompok yang berisiko, fokus penularan, faktor risiko penularan malaria Mendeteksi kasus dengan cepat agar dapat dilakukan respon penanggulangan sebelum terjadi penularan Mencegah munculnya kembali kasus penularan setempat. Definisi Suspek Seseorang dengan keluhan utama malaria demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegaldan gejala khas di masing-masing daerah. Selain gejala utama ditanyakan juga riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria dan mendapat transfusi darah Periode Pelaporan Bulanan Mingguan Immediate Case Notification (< 24 jam ) Immediate Case Notification (< 24 jam ) Penyelidikan Epidemiologi kasus dan fokus Peningkatan Kasus Peningkatan Kasus Setiap kasus Setiap kasus Indikator Utama API, PR, ABER % Kasus yang di PE, Jumlah Fokus Aktif % Kasus yang di PE Kriteria KLB Peningkatan Kasus Peningkatan Kasus Peningkatan Kasus Indigenous Satu kasus indigenous
  • 11. 3. Seluruh suspek malaria harus diperiksa secara laboratorium dengan menggunakan mikroskop atau Rappid diagnostic Test (RDT). Penemuan kasus dilakukan secara pasif maupun aktif untuk menjamin cakupan penemuan yang tinggi sehingga data yang didapatkan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya 1. Surveilans kasus malaria berdasarkan kepada hasil diagnostik yang akurat dengan memantau kualitas mutu diagnostik secara mikroskopis maupun Rappid diagnostic Test (RDT).
  • 12. 5.Seluruh layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta yang melakukan pemeriksaan malaria harus melaporkan secara rutin kepada dinas kesehatan setempat.
  • 13. 6. Pusat dan Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas melakukan analisis data secara rutin untuk menghasilkan informasi strategis malaria, antara lain mengenai endemisitas, kasus, fokus, faktor risiko termasuk pemetaannya; analisis tren dan kewaspadaan KLB di wilayah kerja masing-masing.
  • 15. 7.Setiap daerah yang telah masuk tahap pembebasan harus melakukan penyelidikan epidemiologi untuk setiap kasus dan fokus.
  • 16. Sebaran Kasus impor dan indigenus di daerah endemis rendah Tahun 2017 Kondisi: belum semua daerah yang memasuki fase eliminasi (API < 1) melakukan dan melaporkan klasifikasi kasus, dari 175 kab/kota baru 61 yang melaporkan klasifikasi kasus (35%) Syarat Suatu kab/kota dinyatakan eliminasi jika tidak ada kasus indigenus 3 tahun berturut-turut HARUS dilakukan klasifikasi kasus di kab/kota dengan API < 1 dan dilaporkan
  • 17. TERIMA KASIH “Without high quality surveillance, the billion dollar malaria effort is flying blind’.