Dokumen tersebut membahas tentang analisis masalah di bidang kesehatan masyarakat di suatu daerah. Beberapa masalah utama yang diidentifikasi adalah belum terbentuknya Desa Siaga, belum adanya kebijakan publik yang memadai di bidang kesehatan, dan jumlah tema pesan edukasi kesehatan ke masyarakat yang masih rendah. Dokumen ini kemudian menganalisis penyebab-penyebab masalah tersebut dengan menggunak
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Analisa masalah promkes ptp(1)
1. ANALISA MASALAH
1. Identifikasi Masalah
No Upaya Target Pencapaian Kesenjangan
Masalah
Upaya Kesehatan Masyarakat Essensial
1 Promosi Kesehatan
a. Persentasi pendu-
duk yang memiliki
jaminan kesehatan
52 % 8575
(jumlah
kepemilikan
jkn/jumlah
jiwa* 100)
(27 %)
b. Persentase desa sia-
ga purnama ma-
ndiri.
5% 0% Sudah terbentuknya
Desa Siaga, namun
tidak rutin pembinaan
c. Jumlah kebijakan
publik berwawasan
kesehatan.
3 1 2 Telah terdapat
kebijakan publik yang
dikeluarkan untuk
bidang kesehatan,
hanya tentang kader
d. Persentase desa
yang
memanfaatkan
dana desa untuk
kesehatan minimal
10%.
20% 4 2 Desa yang
menggunakan dana
desa untuk kesehatan
sebanyak 4 desa yaitu
Desa Cisait, Desa
Kramatjati, Desa
Dukuh, dan Desa
Sukajadi
e. Jumlah Dunia
Usaha yang
Memanfaatkan
CSR-nya untuk
program kesehatan.
(Desa Silebu dan
Desa Sukajadi)
8 1 2 Telah terdapat dunia
usaha yang
memanfaatkan CSR
nya untuk program
kesehatan, namun
belum untuk semua
desa. CSR yang
memfasilitasi yaitu
dari PT. Indah Kiat
f. Jumlah Ormas yg
memanfaatkan
sumberdayanya
untuk mendukung
kesehatan.
6 1 Telah terdapat ormas
yang memanfaatkan
sumberdayanya untuk
mendukung
kesehatan (PKK).
g. Jumlah tema pesan
dalam komunikasi
informasi &
edukasi (KIE)
kepada masyarakat.
10 16 Penyuluhan dalam
gedung dan luar
gedung telah
dilaksanakan namun
tidak semua
menggunakan alat
2. KIE
h. Persentase
puskesmas yang
mempromosikan
kesehatan
(advokasi, bina
suasana, gerakan
pemberdayaan).
100% 50 % 50 % Puskesmas
mempromosikan
kesehatan hanya
50%, karena belum
ada dukungan lintas
sektor berupa
kebijakan lintas
sektor untuk
mendukung
kesehatan, MoU atau
dokumen kerjasama
dalam bidang
kesehatan.
i. Persentase
posyandu purnama
mandiri.
75% 75% Pada Tingkat
Posyandu, terdapat 27
posyandu, yang sudah
menjadi Posyandu
Mandiri sebanyak 2
Posyandu pada Desa
Cisait, dan 25
Posyandu merupakan
Posyandu Purnama.
j. Persentase PHBS
tatanan rumah
tangga.
80% 54% 26 % Pembinaan PHBS
rumah tangga, 54%
belum tercapai.
2. Penetapan Prioritas Masalah
Dari masalah-masalah yang ditemukan tersebut terlebih dahulu akan ditentukan prioritas
masalahnya mengingat terbatasnya sumber daya langkah awal yang diambil adalah dengan
menentukan prioritas SPM. Untuk memprioritaskan SPM tersebut di gunakan metode USG
(Urgency, Seriuosness, Growth).
Definisi USG adalah suatu metode USG yang merupakan cara dalam menetapkan urutan
prioritas, dengan memperhatikan urgensinya, keseriusannya, dan adanya kemungkinan
berkembangnya masalah. keseriusan, dan perkembangan isu dengan menentukan skala nilai
1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih
jelasnya, dapat diuraikan sebagai berikut:
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas (Buka Halaman 30)
3. Definisi USG :
A. Urgent adalah tingkat kegawatan masalah, artinya apabila masalah tidak segera
ditanggulangi akan semakin gawat dengan bobot skor :
1. 5 = sangat gawat
2. 4 = gawat
3. 3 = cukup gawat
4. 2 = kurang gawat
5. 1 = tidak gawat
B. Seriousness adalah tingkat keseriusan sebuah masalah, apabila masalah tidak
diselesaikan akan berakibat serius pada masalah lain dengan bobot skor :
1. 5 = sangat serius
2. 4 = serius
3. 3 = cukup serius
4. 2 = kurang serius
5. 1 = tidak serius
C. Growth adalah besar atau luasnya masalah berdasarkan pertumbuhan atau
perkembangan, artinya apabila masalah tersebut bila tidak segera ditangani
pertumbuhannya akan berjalan terus. Dengan bobot skor :
1. 5 = sangat serius
2. 4 = serius
3. 3 = cukup serius
4. 2 = kurang serius
5. 1 = tidak serius
5 Berikut adalah matriks penentuan prioritas masalah yang akan diselesaikan
No Masalah U S G Total
1 Masih banyak masyarakat yang belum
masuk peserta JKN.
3 5 4 12
2 Belum terbentuknya Desa Siaga. 5 5 5 15
3 Belum terdapat kebijakan publik yang
dikeluarkan untuk bidang kesehatan.
5 5 5 15
4 Belum ada dana desa yang dikeluarkan
untuk bidang kesehatan.
3 4 4 11
5 Belum terdapat dunia usaha yang
memanfaatkan CSR nya untuk program
kesehatan.
3 3 3 9
6 Belum terdapat ormas yang 3 3 3 9
4. memanfaatkan sumberdayanya untuk
mendukung kesehatan.
7 Jumlah tema pesan KIE ke masyarakat
masih rendah
5 5 5 15
8 Puskesmas mempromosikan kesehatan
hanya 50%, karena belum ada dukungan
lintas sektor berupa kebijakan lintas
sektor untuk mendukung kesehatan, MoU
atau dokumen kerjasama dalam bidang
kesehatan.
5 5 5 15
9 Persentase posyandu purnama mandiri. 5 4 3 12
10 PHBS rumah tangga, 54% belum tercapai 3 5 4 12
3. Akar penyebab masalah
A. FISHBONE DIAGRAM
Dr. Kaoru Ishikawa seorang ilmuwan Jepang, merupakan tokoh kualitas yang
telah memperkenalkan user friendly control, Fishbone cause and effect diagram,
emphasised the ‘internal customer’ kepada dunia. Ishikawa juga yang pertama
memperkenalkan 7 (seven) quality tools: control chart, run chart, histogram, scatter
diagram, pareto chart, and flowchart yang sering juga disebut dengan “7 alat
pengendali mutu/kualitas” (quality control seven tools).
Diagram Fishbone dari Ishikawa menjadi satu tool yang sangat populer dan
dipakai di seluruh penjuru dunia dalam mengidentifikasi faktor penyebab
problem/masalah. Alasannya sederhana. Fishbone diagram tergolong praktis, dan
memandu setiap tim untuk terus berpikir menemukan penyebab utama suatu
permasalahan. Diagram “tulang ikan” ini dikenal dengan cause and effect diagram.
Kenapa Diagram Ishikawa juga disebut dengan “tulang ikan”?…..ya memang kalau
diperhatikan rangka analisis diagram Fishbone bentuknya ada kemiripan dengan ikan,
dimana ada bagian kepala (sebagai effect) dan bagian tubuh ikan berupa rangka serta
duri-durinya digambarkan sebagai penyebab (cause) suatu permasalahan yang timbul.
Dari gambar di atas terlihat bahwa faktor penyebab problem antara lain
(kemungkinan) terdiri dari : material/bahan baku, mesin, manusia dan metode/cara.
Semua yang berhubungan dengan material, mesin, manusia, dan metode yang “saat
ini” dituliskan dan dianalisa faktor mana yang terindikasi “menyimpang” dan
berpotensi terjadi problem. Ingat,..ketika sudah ditemukan satu atau beberapa
“penyebab” jangan puas sampai di situ, karena ada kemungkinan masih ada akar
5. penyebab di dalamnya yang “tersembunyi”. Bahasa gaulnya, jangan hanya melihat
yang gampang dan nampak di luar.
Ishikawa mengajarkan kita untuk melihat “ke dalam” dengan bertanya
“mengapa?……mengapa?…dan mengapa?”. Hanya dengan bertanya “mengapa”
beberapa kali kita mampu menemukan akar permasalahan yang sesungguhnya.
Penyebab sesungguhnya, bukan gejala.
Dengan menerapkan diagram Fishbone ini dapat menolong kita untuk dapat
menemukan akar “penyebab” terjadinya masalah khususnya di industri manufaktur
dimana prosesnya terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi
menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila “masalah” dan “penyebab” sudah
diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan lebih mudah
dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita
untuk dapat melihat semua kemungkinan “penyebab” dan mencari “akar”
permasalahan sebenarnya
B. Bagaimana Menggunakan Diagram Fishbone?
Ya….inilah bagian yang paling penting. Ishikawa san telah menciptakan ide
cemerlang yang dapat membantu dan memampukan setiap orang atau
organisasi/perusahaan menyelesaikan masalah dengan tuntas sampai ke akarnya.
Kumpulkanlah beberapa orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai
menyangkut problem yang terjadi. Semua anggota tim memberikan pandangan dan
pendapat dalam mengidentifikasi semua pertimbangan mengapa masalah tersebut
terjadi. Kebersamaan sangat diperlukan di sini, juga kebebasan memberikan pendapat
dan pandangan setiap individu.
C. Penggunaan
1. Melakukan identifikasi penyebab masalah;
2. Mengkatagorikan berbagai sebab potensial suatu masalah dengan cara yang sistematik;
3. Mencari akar penyebab masalah;
4. Menjelaskan hubungan sebab akibat suatu masalah.
D. Pedoman Pelaksanaan
1. Identifikasi semua penyebab yang relevan berdasarkan fakta dan data;
2. Karakteristik yang diamati benar-benar nyata berdasarkan fakta, dapat diukur atau
diupayakan dapat diukur;
6. 3. Dalam diagram tulang ikan, faktor-faktor yang terkendali sedapat mungkin seimbang
peranan atau bobotnya;
4. Faktor penyebab yang ditemukan adalah yang mungkin dapatdiperbaiki, bukan yang tidak
mungkin diperbaiki ataudiselesaikan;
5. Dalam menyelesaikan fakta dimulai pada tulang yang kecil,selanjutnya akan memperbaiki
faktor tulang besar yang akanmenyelesaikan masalah;
6. Perlu dicatat masukan yang diperoleh selama pertemuan dalam pembuatan diagram tulang
ikan.
E. Fishbone Diagram sering juga disebut sebagai diagram Sebab Akibat.
Dimana dalam menerapkan diagram ini mengandung langkah-langkah sebagai berikut:
Menyiapkan sesi sebab-akibat
Mengidentifikasi akibat
Mengidentifikasi berbagai kategori.
Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama
Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling mungkin
F. Kelebihan diagram tulang ikan
Lebih terstruktur;
Mengkatagorikan berbagai sebab potensial dari suatu masalah dengan cara
yang sistematik;
Mengajarkan pada tim dan individu mengenai proses serta prosedur yang
berlaku atau yang baru.
G. Kekurangan diagram tulang ikan
tulang ikan belum menggambarkan sebab yang sebenarnya (paling mungkin)
harus didukung data.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas (Buka Halaman 31)
7.
8. 6 Akar Penyebab Masalah
Telah
Terbentuknya
Desa Siaga,
namun tidak rutin
pembinaan
METODE
Telah terdapat
peraturan desa
tentang kesehatan,
hanya tentang kader
Kurangnya
sosialisasi Desa
Siaga dari nakes
10 indikator
pembentukan Desa
Siaga masih banyak
belum terpenuhi
Belum terbentuknya
FKMD
LINGKUNGAN
Masyarakat masih
mengesampingkan
pemderdayaan
masyarakat dalam bidang
kesehatan
DANA
Pihak Desa yang
belum mengeluarkan
dana desa untuk
kesehatan
Belum dilakukannya
advokasi untuk dana
desa
MANUSIA
Pengetahuan tentang
pentingnya Desa
Siaga rendah
Tenaga kesehatan
kurang
mengetahui teknik
pembentukan
Desa Siaga
Pelaksana promkes tidak
sesuai kompetensinya
SARANA
Belum terdapat
ambulance desa yang
merupakan syarat desa
siaga
9. Telah terdapat
kebijakan publik
yang dikeluarkan
untuk bidang
kesehatan, hanya
tentang Kader
MANUSIA
Desa belum
mengetahui masalah
kesehatan apa untuk
dibuat kebijakan
Tenaga kesehatan
belum melakukan
advokasi
LINGKUNGAN
Perangkat desa
beranggapan peraturan
desa tentang kesehatan
belum penting
Belum pernah sosialisasi
tentang kebijakan
kesehatan
METODE
Belum terbentuknya
FKMD
Tidak pernah
berdiskusi tentang
masalah kesehatan
di desa
10. Jumlah tema
pesan KIE ke
masyarakat
masih rendah
MANUSIA
Kurangnya tenaga
kesehatan
Pelaksana promkes
tidak sesuai
kompetensinya ( S1
Kesmas/ kesling)
Kurangnya
koordinasi dengan
pelaksana program
lain
METODE
Media KIE kurang
inovatif
Kurangnya kompetensi
pelaksana promkes untuk
membuat media KIE
SARANA
Alat untuk
melaksanakan KIE
terbatas Jarak pelaksanaan
KIE antar desa jauh
11. Puskesmas
mempromosikan
kesehatan hanya
50%
SARANA
Jarak pelaksanaan
promosi kesehatan
antar desa jauh
METODE
Pelaksana promkes
tidak mengetahui
tata cara advokasi
dan bina suasana
Pelaksana promkes
tidak sesuai
kompetensinya
LINGKUNGAN
Kepedulian masyarakat tentang
pemberdayaan masyarakat
kurang
DANA
Sulit meminta dana
desa untuk kegiatan
pemberdayaan
masyarakat bidang
kesehatan
Kurangnya
advokasi ke desa
MANUSIA
Kurangnya tenaga
kesehatan
Pelaksana promkes
tidak sesuai
kompetensinya
Kurangnya
kerjasama dengan
lintas sektor
12. SARANA DANA
Rendahnya
kepemilikan
JKN.
MANUSIA
Pengetahuan tentang
pentingnya JKN
rendah
Persepsi bahwa JKN
semua gratis dari
pemerintah
Tidak membayar
premi sehingga JKN
tidak aktif
METODE
Belum pernah bekerja
sama dengan BPJS
untuk memberikan
penyuluhan
Belum pernah
melakukan penyuluhan
Jarak antara BPJS
dan puskesmas yang
jauh
Tidak ada dana
untuk penyuluhan
JKN
LINGKUNGAN
Kepedulian
masyarakat tentang
kepemilikan JKN
masih rendah
13. PHBS rumah
tangga rendah.
MANUSIA
Kurangnya
pengetahuan
masyarakat tentang
PHBS
Belum optimalnya
peran petugas pada
kegiatan PHBS
Kurangnya tenaga
kesehatan di
puskesmas
Kurangnya
pengetahuan
pelaksana program
tentang PHBS
Kompetensi
pelaksana promkes
tidak sesuai
METODE
Kurangnya
penyuluhan tentang
PHBS
SARANA
Belum ada kader
PHBS
Akses rumah
tangga yang jauh
LINGKUNGAN
Kepedulian
masyarakat tentang
PHBS masih kurang
Belum ada
dukungan lintas
sektor tentang PHBS
Belum aktifnya
FKMD
14. Belum ada dana
desa yang
dikeluarkan untuk
bidang kesehatan.
DANA
Kegiatan pemberdayaan
masyarakat kesehatan
tidak dianggarkan dalam
perencanaan desa
Analisis masalah
kesehatan yang
kurang dalam
musrenbang
Belum aktifnya
FKMD di desa
MANUSIA
Pengetahuan pentingnya
dana desa untuk
kesehatan masih rendah
Kurangnya
sosialisasi dana desa
LINGKUNGAN
Belumada dukungan
dana desa dari
kecamatan dan desa
METODE
Advokasi dengan
kecamatan dan desa
yang kurang
15. Belum terdapat dunia
usaha yang
memanfaatkan CSR
nya untuk program
kesehatan.
MANUSIA METODE
Kurang melakukan
advokasi
Pengetahuan industri
untuk bekerjasama
dalam CSR masih
rendah
SARANA LINGKUNGAN
Tidak terdapat
industri besar di
wilayah kerja
puskesmas
Kurang dukungan
lintas sektor
16. Persentase
posyandu
purnama
mandiri
SARANA
Jarak posyandu
yang masih
cukup jauh
METODE
advokasi dan bina
suasana masih
kurang
LINGKUNGAN
Kepedulian masyarakat tentang
pemberdayaan masyarakat
kurang
DANA
Sulit meminta dana
desa untuk
pelaksanaan kegiatan
posyandu
MANUSIA
Kurangnya
kerjasama dengan
lintas sektor (3,3,3)
17. Telah terdapat ormas
yang memanfaatkan
sumberdayanya untuk
mendukung kesehatan,
hanya PKK saja
MANUSIA METODE
Pengetahuan ormas
tentang kesehatan
masih rendah
Kurangnya
sosialisasi kesehatan
kepada ormas
SARANA LINGKUNGAN
Belum ada data
ormas di Puskesmas
Kuragnya dukungan
lintas sektor
18. No Prioritas Masalah Penyebab Masalah
Alternatif Pemecahan
Masalah
Pemecahan Masalah
Terpilih
Keterangan
1 Belum terbentuknya
Desa Siaga.
a. Tenaga kesehatan kurang
mengetahui teknik pembentukan
Desa Siaga.
b. Pelaksana promkes tidak sesuai
kompetensinya.
c. Pengetahuan tentang pentingnya
Desa Siaga rendah.
d. Kurangnya sosialisasi Desa
Siaga dari nakes.
e. 10 indikator pembentukan Desa
Siaga masih banyak belum
terpenuhi.
f. Belum terbentuknya FKMD.
g. Belum terdapat peraturan desa
tentang kesehatan.
h. Pihak Desa yang belum
mengeluarkan dana desa untuk
kesehatan.
i. Belum dilakukannya advokasi
untuk dana desa.
j. Masyarakat masih
mengesampingkan
pemderdayaan masyarakat
dalam bidang kesehatan.
k. Belum terdapat ambulance desa
yang merupakan syarat desa
siaga.
1. Sosialisasi tentang
Desa Siaga.
2. Membentuk dan
melakukan pembinaan
Forum Kesehatan
Masyarakat Desa
(FKMD).
3. Advokasi peraturan
desa.
4. Advokasi mengenai
ambulance desa.
5. Advokasi dana desa.
Membentuk dan melakukan
pembinaan Forum Kesehatan
Masyarakat Desa (FKMD).
2 Belum terdapat
kebijakan publik yang
dikeluarkan untuk
a. Desa belum mengetahui
masalah kesehatan apa untuk
dibuat kebijakan.
1. Melaksanakan Survei
Mawas Diri dan
Musyawarah
Melaksanakan SMD dan
MMD.
19. bidang kesehatan. b. Tenaga kesehatan belum
melakukan advokasi.
c. Tidak pernah berdiskusi tentang
masalah kesehatan di desa.
d. Belum terbentuknya FKMD.
e. Perangkat desa beranggapan
peraturan desa tentang
kesehatan belum penting.
f. Belum pernah sosialisasi
tentang kebijakan kesehatan.
Masyarakat Desa untuk
mengetahui masalah
kesehatan di masing –
masing desa.
2. Membentuk dan
melakukan pembinaan
Forum Kesehatan
Masyarakat Desa
(FKMD).
3. Sosialisasi tentang
kebijakan kesehatan
3 Jumlah tema pesan KIE
ke masyarakat masih
rendah.
a. Kurangnya koordinasi dengan
pelaksana program lain.
b. Kurangnya tenaga kesehatan.
c. Pelaksana promkes tidak sesuai
kompetensinya.
d. Alat untuk melaksanakan KIE
terbatas.
e. Jarak pelaksanaan KIE antar
desa jauh.
f. Media KIE kurang inovatif.
g. Kurangnya kompetensi
pelaksana promkes untuk
membuat media KIE.
1. Melakukan penyuluhan
individu, kelompok dan
massa.
2. Koordinasi dengan
pelaksana program lain
untuk melaksanakan
KIE.
Penyuluhan individu,
kelompok dan massa.
4 Puskesmas
mempromosikan
kesehatan hanya 50%
a. Kurangnya tenaga kesehatan.
b. Pelaksana promkes tidak sesuai
kompetensinya.
c. Pelaksana promkes tidak
mengetahui tata cara advokasi
dan bina suasana.
d. Pelaksana promkes tidak sesuai
kompetensinya.
e. Jarak pelaksanaan promosi
1. Melakukan advokasi
mengenai kesehatan.
2. Melakukan bina
suasana atau kerjasama
untuk MoU dengan
lintas sektor.
3. Melaksanakan SMD
dan MMD.
Melakukan bina suasana atau
kerjasama untuk MoU dengan
lintas sektor.
20. kesehatan antar desa jauh.
f. Sulit meminta dana desa untuk
kegiatan pemberdayaan
masyarakat bidang kesehatan.
g. Kurangnya advokasi ke desa.
h. Kepedulian masyarakat tentang
pemberdayaan masyarakat
kurang.
i. Kurangnya kerjasama dengan
lintas sektor.
5 Masih banyak
masyarakat yang belum
masuk peserta JKN.
a. Tidak membayar premi
sehingga JKN tidak aktif.
b. Pengetahuan tentang pentingnya
JKN rendah.
c. Persepsi bahwa JKN semua
gratis dari pemerintah.
d. Belum pernah melakukan
penyuluhan.
e. Belum pernah bekerja sama
dengan BPJS untuk memberikan
penyuluhan.
f. Jarak antara BPJS dan
puskesmas yang jauh.
g. Tidak ada dana untuk
penyuluhan JKN.
h. Kepedulian masyarakat tentang
kepemilikan JKN masih rendah.
Melakukan kerjasama
dengan BPJS untuk
melakukan penyuluhan.
Melakukan kerjasama dengan
BPJS untuk melakukan
penyuluhan.
6 Pembinaan PHBS
rumah tangga rendah.
a. Kurangnya tenaga kesehatan di
puskesmas.
b. Kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang PHBS.
c. Belum optimalnya peran
petugas pada kegiatan PHBS.
1. Membentuk kader
PHBS.
2. Melakukan penyuluhan
PHBS.
3. Mengaktifkan FKMD.
4. Refreshing kader
Refreshing kader PHBS.
21. d. Kurangnya pengetahuan
pelaksana program tentang
PHBS.
e. Kompetensi pelaksana promkes
tidak sesuai.
f. Kurangnya penyuluhan tentang
PHBS.
g. Akses rumah tangga yang jauh.
h. Belum ada kader PHBS.
i. Belum ada dukungan lintas
sektor tentang PHBS.
j. Kepedulian masyarakat tentang
PHBS masih kurang.
k. Belum aktifnya FKMD.
PHBS.
7 Belum ada dana desa
yang dikeluarkan untuk
bidang kesehatan.
a. Pengetahuan pentingnya dana
desa untuk kesehatan masih
rendah.
b. Kurangnya sosialisasi dana
desa.
c. Advokasi dengan kecamatan
dan desa yang kurang.
d. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat kesehatan tidak
dianggarkan dalam perencanaan
desa.
e. Analisis masalah kesehatan
yang kurang dalam musrenbang.
f. Belum aktifnya FKMD di desa.
g. Belumada dukungan dana desa
dari kecamatan dan desa.
1. Mengaktifikan FKMD.
2. Advokasi.
3. Mengikuti kegiatan
Musrenbang tingkat
desa dan kecamatan.
Advokasi.
8 Belum terdapat dunia
usaha yang
memanfaatkan CSR nya
a. Pengetahuan industri untuk
bekerjasama dalam CSR masih
rendah.
Advokasi dengan industri
agar bekerjasama dalam
hal CSR.
Advokasi dengan industri
agar bekerjasama dalam hal
CSR.
22. untuk program
kesehatan.
b. Tidak terdapat industri besar di
wilayah kerja.
c. Kurang dukungan lintas sektor.
d. Kurang melakukan advokasi.
9 Belum terdapat ormas
yang memanfaatkan
sumberdayanya untuk
mendukung kesehatan.
a. Pengetahuan ormas tentang
kesehatan masih rendah
b. Belum ada data ormas di
Puskesmas
c. Kurangnya sosialisasi kesehatan
kepada ormas
d. Kuragnya dukungan lintas
sektor
1. Sosialisasi program
kesehatan
2. Advokasi.
Sosialisasi program kesehatan