1. 1RED FLAGS
Nama :Citrawati Baby Litone
Kelas : A
NIM : 12030117420080
DosenPengampu : Anis Chariri, Ph.D, Ak, CA
FRAUD AUDITING AND FORENSIC ACCOUNTING
RESUME CHAPTER 4
RED FLAGS
I. PENDAHULUAN
Red Flags diibaratkan sebagai bukti sidik jari dari kegiatan fraud. Ketika
penipuan terjadi maka akan ada jejak kriminal yang tertinggal di TKP. Secara
bahasa red flags dapat diartikan sebagai petunjuk atau indikasi akan adanya
sesuatu yang tidak biasa dan merupakan tanda-tanda bahwa fraud terjadi. Red
flags memiliki berbagai sifat dan mencakup berbagai hal seperti anomali
akuntansi, anomali transaksi, perubahan perilaku atau karakteristik, atau hanya
karakteristik umum yang terkait dengan deteksi penipuan, terutama skema
individu tertentu atau skema kelompok.
Pendekatan teori fraud dimulai dengan mengidentifikasi skema fraud yang
paling mungkin dan bagaimana hal itu mungkin telah dilakukan. Seperti proses
berpikir tidak hanya membutuhkan pemahaman yang baik tentang skema
fraud, tapi bahkan mana yang lebih mungkin terjadi dalam kondisi tertentu:
industri, bagian pengendalian internal, besarnya usaha, dan sebagainya. Dalam
rangka untuk membuktikan atau menyangkal teori yang dihasilkan, penyidik fraud
mencari tanda-tanda identifikasi terjadinya skema fraud. Proses ini biasanya
didasarkan pada red flags bahwa fraud tertentu.
Sebuah tinjauan analitis cermat fraud tree (skema) dan fraud triangle
membawa ke pikiran flags yang berlaku. Misalnya, dalam skema fraud lapping,
seseorang menggunakan metode yang rumit untuk mengambil beberapa
pembayaran pelanggan dengan mengaplikasikan pembayaran dari pelanggan lain
dengan cara yang overlapping dengan akun tersebut yang sebelumnya dicuri.
Sangat mudah untuk melihat bahwa tipe fraudster tidak bisa mengambil liburan
panjang atau skema ini akan ditemukan. Contoh lain adalah skema karyawan
hantu. Karena pelaku biasanya harus mencegat cek setelah dicetak, dia tidak bisa
mampu untuk tidak berada di sana pada hari gajian. Dengan demikian red flags di
2. 2RED FLAGS
kedua fraud ini adalah tidak adanya liburan panjang yang diambil oleh seorang
karyawan. Selain itu, red flags datang ke pikiran ketika menganalisis motivator,
berdasarkan segitiga fraud dibahas dalam Bab 2. Satu motivator adalah utang
yang berlebihan.
Jika laporan kredit menunjukkan bahwa seorang karyawan memiliki utang
yang tinggi dan nilai kredit yang rendah, informasi itu merupakan red flags.
Dengan kata lain, kaki motivasi segitiga fraud hadir untuk karyawan itu. Itu tidak
berarti orang itu adalah fraudster atau akan melakukan fraud, hanya bahwa
keadaan ini dikaitkan dengan fraud di masa lalu.
Hal yang perlu diingat bahwa Red Flags hanyalah sebatas Red Flags dan
bukan merupakan indikasi penipuan. Red flags tidak mengindikasikan bahwa
seseorang atau suatu kelompok melakukan tindakan fraud atau melakukan fraud.
Red flags memiliki berbagai macam sifat mencakup anomali dalam
melakukan kegiatan akuntasi, transaksi atau kejadian yang tidak dapat dijelaskan,
bagian yang tidak biasa dalam kegiatan transaksi, perubahan sikap atau
karakteristik seseorang, atau faktor yang terkait dengan terjadinya fraud yang
dilakukan oleh seseorang atau suatu kelompok.
Fraud auditor atau forensic auditor harus memahami berbagai macam
jenis fraud dan skema fraud yang terkait. Hal tersebut dapat dipelajari, dianalisa,
dan menggunakan Red Flags untuk mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.
Seorang auditor hendaknya melakukan tinjauan analitas terhadap skema fraud dan
segitiga fraud untuk mengetahui Red flags yang berlaku.
Mengidentifikasi Red Flag adalah penting untuk mendeteksi dan mencegah
terjadinya fraud Red Flags secara alamiah dan memberikan kita kesempatan untuk
mendesain model dari kontrol antifraud untuk mencegah upaya fraud.
II. STANDAR PROFESIONAL
Beberapa bidang telah mempelajari tentang fraud yang terkait dengan Red
Flags.Sebagian besar organisasi profesi akuntasi telah menganut Sarbanes Oxley
Act (SOX), mereka memasukkan red flags sebagai kunci pedoman untuk
mencegah fraud. Terdapat tiga kelompok professional yaitu American Institute of
Certified Accountant Public (AICPA), The Information Systems Audit and Control
Association (ISACA) dan The Institute of Internal Auditors (IIA). Ketiga
3. 3RED FLAGS
kelompok tersebut ditunjuk karena peran mereka dalam memeriksa kegiatan
fraud.
AICPA
AICPA mengeluarkan SAS No. 99, Pertimbangan Penipuan dalam Audit
Laporan Keuangan yang terkait dengan ajaran SOX. Beberapa pekerjaan AICPA
diasosiasikan dengan Association Certfied Fraud Examiner (ACFE) dan pendiri
Joe Wells. Mereka berkontribusi dalam mengembangkan Red Flags yang terdapat
didalam lampiran SAS No. 99. Red flags tersebut dikategorikan dengan
menggunakan matrix of the three legs of the fraud triangle dan kategori utama
didalam fraud tree (lihat gambar 1). Dengan demikian lampiran SAS No. 99
mengidentifikasi tekanan red flag yang terkait dengan kecurangan laporan
keuangan, red flag terkait kesempatan dengan kecurangan penyalagunaan aset,
rasionalisasi red flag untuk skema korupsi, dan sebagainya, untuk total sembilan
sel dalam matriks. Daftar ini cukup lengkap dan salah satu yang akan menjadi titik
point bagi semua auditor, bukan hanya auditor eksternal.
Gambar 1. SAS 99 Red Flag Matrix
Triangle/Tree Corruption
Aset
Missappropriation
Financial
Statement
Pressure
Opportunity
Rationalization
ISACA
ISACA menyediakan daftar yang menyerupai dengan milik AICPA
dengan menggunakan literatur “The Irregularities and Illegal Acts” merupakan
panduan “Procedures for Information System Auditing” yang dipergunakan
sejak 1 November 2003 section 4.1 menyediakan sebuah daftar dari “Audit
Consideration” yang memuat Red Flags pada bagian “Application of CAATs”.
4. 4RED FLAGS
IIA
Literatur yang dikeluarkan oleh IIA sebagian besar membahas contoh
mengenai Red Flags. Salah satu contohnya adalah The IIA’s International
Standards for The Professional Practice for Internal Auditing yang tercantum
didalam section 1210.A2:
“The internal audit should have sufficient knowledge to identifity indicators of
fraud but is Expected to have expertise of a person whose primary responsibility
is detecting and investigating fraud.”
“Auditor internal harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk
mengidentifikasi indikator kecurangan tetapi diharapkan untuk menjadi expert
seperti orang yang memiliki tanggung jawab utama adalah mendeteksi dan
menyelidiki penipuan”.
Tanggung Jawab Profesional
Dari standar yang dianut oleh ketiga organisasi, para auditor diharapkan
dapat mengidentifikasi indikator terjadinya fraud dalam proses melakukan jasa
profesional. Karena fakta ini, auditor memerlukan sebuah pelatihan dalam bidang
identifikasi fraud dan identifikasi Red Flags. Auditor diharapkan untuk
mengikuti pelatihan, membaca artikel, seminar, pendidikan, dan cara lain untuk
mengembangkan pola pikir yg efektif dalam mencegah upaya fraud tertutama
Red Flags.
Sebuah penelitian tentang Red flags menemukan bahwa auditor
kemungkinan akan mampu untuk mengenali red flags, ketika hal tersebut datang
dalam kegiatan sehari-hari. Misalnya auditor akan dapat mengenali red flags
ketika auditor melakukan verifikasi trail audit dan mengambil faktur untuk
layanan yang dicetak yang dihasilkan dengan menggunakan format excel. Akan
tetapi, pada intinya auditor harus memiliki probabilitas yang tinggi dalam
mengenali red flags yang harus mereka hadapi satu per satu. Sehingga auditor
tetap berpedoman pada bukti, bukan pada red flags. Hal ini sangat penting untuk
diperhatikan, mengingat hal tersebut merupakan salah satu pertimbangan dalam
proses pengambilan keputusan.
5. 5RED FLAGS
III. COMMON RED FLAGS
Secara umum, beberapa red flag yang umum untuk semua penipuan, atau
umum untuk kategori besar atau penipuan di pohon penipuan adalah sebagai
berikut :
1. Kecurangan Laporan Keuangan
Penipuan ini umumnya dilakukan oleh manajemen senior, untuk organisasi
(setidaknya sebagian atau tidak langsung) dan untuk kepentingan organisasi
dan pelaku fraud. Pada umumnnya, red flags terkait dengan penipuan laporan
keuangan meliputi :
- Anomali akuntansi
- Pertumbuhan yang pesat
- Keuntungan yang tidak biasa
- Kelemahan pengendalian internal
- Agresivitas manajemen eksekutif
- Obsesi dengan harga saham oleh manajemen eksekutif
- Micromanagement oleh manajemen eksekutif
Pada red flags ini, red flags yang paling umum dari kategori ini adalah
gaya manajemen atau karakter eksekutif. Biasanya, manajer senior memiliki
kelemahan, kesulitan untuk mengamati, dalam etika pribadi, tetapi juga
menunjukkan sifat terlalu agresif dalam mengamati. Sebagai contoh,
eksekutif dapat secara terus menerus memproduksi dan menyetujui financial
goals yang terlalu optimis. Dia dapat mendominasi karyawan, berusaha untuk
tetap menjaga orang dibawah kendalinya. Dia juga mungkin akan mencoba
untuk mengendalikan atau mempengaruhi auditor internal dan eksternal di
sekitar area atau di daerah-daerah yang jauh dimana penipuan kemungkinan
besar akan ditemukan. Menjadikannya suatu rahasia dan menjaga informasi
keuangan tertentu juga merupakan tanda dari penipuan jenis ini.
2. Penyalagunaan Aset
Penipuan ini umumnya dilakukan oleh karyawan, terhadap organisasi, untuk
kepentingan karyawan. Umumnya perilaku red flags meliputi:
- Perubahan perilaku
- Ketidakmampuan untuk melihat mata orang
- Peningkatan iritabilitas
- Riwayat kerja yang tidak teratur
6. 6RED FLAGS
- Masalah karakter
- Kemarahan konsisten
- Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain
- Perubahan gaya hidup
Bagi penyandang kode etik pribadi yan lebih tinggi, perubahan perilaku
yang lebih mungkin terjadi (misalnya, lekas marah, ketidakmampuan untuk
melihat mata orang lain): yaitu hati nurani meraka akan mulai mengganggu
mereka. Red flags lainnya dapat mencakup karyawan yang:
- Yang tidak puas dengan atasan dan supervisor
- Tidak pernah berlibur dan mengambil dalam jangka waktu yang singkat
(kemungkinan di lapping dan skema karyawan hantu).
- Mempunyai masalah keuangan atau masalah hutang
- Ciri-ciri sifat dari masalah psikotik
- Selalu mengeluh tentang bagaimana bos atau perusahaan
memperlakukan mereka
- Menunjukkan karakteristik perilaku yang terkait dengan egosentris atau
mereka yang membutuhkan untuk mengendalikan segala sesuatu
- Menolak pemidahan, promosi, atau penawaran pekerjaan lain
3. Korupsi
Kecurangan dikategorikan sebagai korupsi dilakukan oleh karyawan,
terhadap organisasi untuk kepentingan karyawan. Korupsi terjadi ketika
seseorang di dalam perusahaan bekerjasama dengan seseorang di luar
perusahaan sedemikian rupa sehingga organisasi mengalami kerugian. Red
flags termasuk red flags perilaku umum dan perubahan gaya hidup, tetapi
juga perhatikan hal-hal berikut:
- Hubungan antara karyawan utama dan vendor yang berwenang
- Ada kerahasiaan seputar pihak ketiga
- Kurangnya review pada persetujuan managemen untuk mengetahui
hubungan yang ada dengan pihak ketiga (dari waktu ke waktu, penipu
mungkin mencuri menggunakan hubungan jika entitas mendapatkaan
kenyamanan dengan itu)
- Anomali dalam pencatatan transaksi
- Anomali dalam persetujuan vendor yang akan dipakai
7. 7RED FLAGS
IV. SPESIFIC RED FLAGS
Red flags ini mefasilitasi pengembangan beberapa metode detektif
berpotensi efektif untuk penipuan tertentu. Auditor harus akrab dengan Red
Flags dan metode identifikasi mungkin untuk menonjolkan pemikiran penipuan
mereka.
1. Skema Laporan Keuangan
Katergori ini dibagi menjadi 6 penipuan spesifik yang dibahas dalam SAS
99. Red flags yang berkalu untuk semua jenis skema laporan keuangan meliputi
(kebanyak diambil dari SAS no. 99):
- Ancaman terhadap stabilitas keuangan atau profitabilitas dengan kondisi
operasional ekonomi, industri, maupun internal
- Tekanan yang berlebihan pada manajemen untuk memenuhi persyaratan
keuangan yang agresif
- Bukti bahwa eksekutif atau anggota dewan memiliki ketergantungan
keuangan pribadi pada kinerja entitas
- Transaksi atau hubungan dengan pihak ketiga yang sangat kompleks
- Pemantauan pihak eksekutif tidak efektif
- Struktur organisasi complex atau tidak stabil
- Internal kontrol yang kurang, terutama kekurangan yang signifikan atau
kelemahan materi
- Kenaikan di gross margin yang tidak masuk akal, terutama saat
dibandingkan dengan rata-rata industri
- Berulang arus kas negatif mengalir dari operasi; terutama bila
digabungkan dengan meningkatnya laba dan arus kas positif secara
keseluruhan
- Keuntungan yang tidak biasa, terutama jika jauh di atas rata-rata industri
- Pertumbuhan yang cepat, keuntungan yang diatas rata-rata Standard &
Poor’s (S&P)
- Transaksi yang signifikan dengan pihak-pihak terkait, terutama ketika
pihak yang lain tidak diaudit atau diaudit oleh perusahaan audit yang
berbeda
- Transaksi yang signifikan, tidak biasa, atau sangat kompleks pada akhir
tahun fiskal
8. 8RED FLAGS
- Volume yang signifikan dari penjualan ke entitas yang subtansi dan
pemilik tidak diketahui
- Pertumbuhan pendapatan yang tidak biasa oleh minoritas unit bisnis
1.1 Perbedaan Waktu (Perlakuan yang tidak benar terhadap
penjualan)
Pusat penipuan ini seperti pesanan penjualan yang diakui lebih
cepat atau lebih lama beberapa minggu atau bulan. Red flags untuk
skema ini berpusat pada cara transaksi yang tidak benar tersebut akan
dilakukan. Sebagai contoh potensi tidak sah seperti channel stuffing, red
flags akan mencatat penjualan (yaitu, pelanggaaran GAAP). Red flags
pada channel stuffing termasuk pengembalian berlebihan barang
dagangan, disertai dengan kredit penjualan, terutama di hari-hari awal
periode pelaporan keuangan yang baru.
1.2 Pendapatan Fiktif
Pendapatan fiktif dibuat dengan hanya mencatat penjualan yang
sebenarnya tidak pernah terjadi. Red flags terkait dengan jenis transaksi
dan hasilnya meliputi:
- Peningkatan yang tidak biasa dalam aset (sisi lain dari entri untuk
menciptakan pendapatan fiktif)
- Pelanggan dengan data yang hilang (terutama alamat dan nomor telepon)
- Perubahan dijelaskan dalam hubungan atau rasio tren tertentu
(misalnya, peningkatan pendapatan tapi piutang tidak)
1.3 Kewajiban Tersembunyi (Pencatatan yang tidak tepat dari
kewajiban)
Keuntungan dapat meningkat tidak etis dengan bergerak dari
buku satu entitas yang lain. Kewajiban juga dapat disembunyikan
dengan tidak mencatat kewajiban yang sah. Red flags meliputi :
- Transfer berlebihan dari satu entitas ke entitas yang terkait
- Transfer dari satu entitas ke entitas yang terkait yang tidak biasa atau
tidak bisa dijelaskan
- Mempekerjakan perusahaan audit yang berbeda untuk anak yang
berbeda atau badan usaha yang terkait
9. 9RED FLAGS
- Faktur vendor dan transaksi kewajiban lain yang tidak tercatat dalam
buku
1.4 Pengungkapan yang Tidak Memaadai
Pengungkapan yang tidak tepat dapat menjadi penipu untuk
menutupi penipuan. Red flags meliputi :
- Pengungkapan catatan yang sangat dikaburkan sehingga sulit untuk
menentukan sifat dari peristiwa atau transaksi
- Penemuan kontinjensi hukum yang dirahasiakan, atau acara penting
lainnya
- Penemuan penipuan yang dirahasiakan
1.5 Penilaian Aset yang Tidak Tepat
Keuntungan bisa meningkat dengan meningkatkan nilai aset.
Peningkatan tersebut dapat menjadi hasil dari nilai tambah dengan biaya
asli dengan mengurangi akun kontra yang menjadi aset yang dapat
disusutkan. Red flags meliputi :
- Peningkatan nilai buku aset yang tidak biasa atau tidak dapat
dijelaskan (persediaan, piutang, aset jangka panjang)
- Tren rasio atau hubungan aset ke bagian lain dari laporan
keuangan yang tidak biasa (misalnya, peningkatan secara konsisten
dalam jumlah hari dalam piutang rasio, perubahan rasio piutang
terhadap pendapatan)
- Pelanggaran GAAP dalam mencatat beban sebagai aset
- Kecenderungan manajemen untuk menjadi tidak responsif ketika
auditor internal melaporkan aset yang perlu dihapus dari neraca
(karena mereka diduga telah pensiun, atau dipindahkan ke badan
usaha yang berbeda)
2. Skema Penyalagunaan Aset
Skema penyalagunaan aset adalah tipe fraud yang paling umum. Total
seluruhnya ada 23 skema fraud yang berbeda yang termasuk didalam kategori
ini. Skema yang akan dibahas adalah yang terpilih berdasarkan kemungkinan
terjadinya dan dengan biaya yang paling tinggi.
10. 10RED FLAGS
2.1 Cash Larceny (Pencurian kas)
Pencurian kas oleh karyawan yang dilakukan setelah pencatatan, baik tunai
maupun cek. Ini termasuk uang tunai dan cek. Tanda-tanda kecurangan
diantaranya :
- Penurunan yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan dalam deposit
bank
- Penurunan yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan antara laporan
aktivitas dengan laporan bank
- Perubahan dalam gaya hidup karyawan.
2.2 Skema Penagihan
Data statistika dari ACFE menyebutkan bahwa billing schemes adalah
tipe penyalahgunaan aset yang paling sering terjadi. Beberapa diantaranya
adalah:
2.2.1 Shell Company
Dalam skema perusahaan shell, perusahaan fiktif yang dibuat oleh pelaku
fraud untuk menyalahgunakan cek. Biasanya vendor fiktif adalah nama
palsu, dan sering alamat adalah kotak pos. Kadang-kadang pelakunya akan
menggunakan derivasi dari nama sah vendor untuk membingungkan mereka
yang mungkin melihat cek atau nama fiktif vendor. Tanda-tanda kecurangan
diantaranya :
- Menggunakan PO Box untuk alamat vendor
- Ketidaklengkapan contact data
- Menggunakan faktur vendor yang terbuat dari excel
- Nomor faktur yang berurutan dari vendor
- Alamat yang cocok dengan alamat karyawan
- Vendor yang hanya menagih untuk servis
- Menggunakan angka bulat untuk jumlah yang tertera dalam faktur
- Menggunakan penjelasan yang tidak dimengerti dalam faktur
- Item ganjil yang dibeli
- Ketidaklengkapan rincian dalam faktur
- Lipatan yang tidak biasa dari vendor yang sama
- Tidak ada Employer Identification Number atau ada nomor yang tidak
cocok
- Tidak ada sales tax identification number
11. 11RED FLAGS
- Peningkatan yang tidak biasa atau tidak dapat dijelaskan dalam COGS
- Rasio-rasio yang tidak logis
- Vendor yang konsisten menerima pembayaran lebih cepat dibanding
yang lain
- Tips dan keluhan berlaku khususnya dari karyawan yang dapat
menemukan adanya fraud atau bukti adanya fraud
- Catatan untuk biaya “extra” atau “special”.
2.2.2 Pass Through Vendor
Skema ini hampir sama dengan skema shell company, tapi disini vendor
telah mengirimkan barang ke perusahaan tapi harga yang dibayarkan
lebih tinggi. Penipu mempersiapkan vendor semu untuk tujuan menipu agar
perusahaan membayar lebih untuk layanan atau produk dari yang akan dibayar
untuk mengambil kelebihan untuk dirinya sendiri. Tanda-tanda kecurangan
diantaranya :
- Info dari karyawan bahwa entitas membayar terlalu banyak untuk barang
atau jasa tertentu
- Bukti pembayaran, bukti bahwa harga tinggi yang dibayar untuk produk
atau jasa tertentu
- Penurunan profit, kenaikan COGS
- Unfavorable variance dalam laporan kinerja
- Internal control yang lemah
- Jumlah faktur dibawah level persetujuan
2.2.3 Nonaccomplice Vendor
Pelaku fraud menjerat vendor yang sah untuk mengirimkan cek, biasanya
untuk refund, kepada perusahaan. Penipu penyadapan yang memeriksa dan
menempa suatu dukungan untuk uang tunai untuk keuntungan sendiri. Tanda-
tanda kecurangan diantaranya :
- Menggunakan nomor invoice diluar urutan normal
- Pembelian yang tidak biasa dari sebuah vendor
- Pembelian barang-barang tertentu yang tidak biasa
2.2.4 Personal Purchase
Dalam personal purchase, pelaku kecurangan biasanya membeli barang-
barang yang personal atas nama perusahaan. Dalam kasus General
12. 12RED FLAGS
Accounting Office (GAO) yang mengaudit pembelian e-procurement, auditor
kesulitan dalam melacak catatan pembelian karena kurangnya rincian dalam
catatan tersebut. Auditor kemudian melacak ke kartu kredit perusahaan dan
mengumpulkan data dari database institusi keuangan. Kemudian data tersebut
disortir berdasarkan kode merchant, dan menemukan merchant-merchant yang
tidak normal dalam operasi perusahaan seperti toko baju dan lain-lain.
Dengan cara ini, banyak beban yang tidak wajar dapat terdeteksi. Perlu dicatat
bahwa biaya yang tidak sah dapat dibuat untuk pedang normal (misalnya,
penerbangan, hotel, penyewaan mobil di kasus ini) dan mereka mungkin tidak
akan terdeteksi dengan menggunakan prosedur audit tertentu. Tanda-tanda
kecurangan dalam skema ini termasuk :
- Aktifitas yang tidak biasa pada kartu kredit perusahaan
- Pembelian barang yang tidak biasa
- Karyawan yang selalu melebihi anggaran
- Pola pembelian tepat dibawah ulasan
2.3 Skema Pembayaran Gaji
Pelaku kecurangan menipu perusahaan untuk membayarkan gaji/upah yang
seharusnya tidak diditerima dalam berbagai cara yang mengarah pada
meningkatnya cek pembayaran gaji atau periode paycheck yang tidak diotorisasi.
Beberapa diantaranya adalah:
2.3.1 Ghost Employee (Karyawan Hantu)
Skema ini dilakukan dengan menambahkan seseorang, baik fiktif maupun
nyata, kedalam data gaji karyawan. Kemudian pelaku kecurangan berusaha
mendapat persetujuan pembayaran untuk karyawan fiktif tersebut. Tanda-
tanda kecurangan diantaranya adalah:
- Peningkatan yang tidak biasa dan tidak dapat dijelaskan dalam beban gaji
- Cek pembayaran untuk karyawan yang:
o tidak pernah berlibur
o tidak pernah cuti
o tidak memiliki: pph yang dipotong
o tidak memiliki jaminan sosial (SSN) atau salah satu yang tidak
valid
o memiliki POB, nomor rekening duplikat
13. 13RED FLAGS
o memiliki alamat duplikasi oleh karyawan lain, atau itu adalah
alamat keluarga atau teman
o tidak memiliki nomor telepon, atau menggandakan nomor telepon,
atau telepon nomor adalah ponsel karyawan majikan daripada
temapat tinggal
o memiliki duplikat langsung nomor penyimpanan
o memiliki tanggal pembayaran cek setelah karyawan diberhentikan
2.3.2 Commission (Skema Komisi)
Memanipulasi pembayaran komisi, baik tingkatan maupun penjualannya.
Tanda-tanda kecurangan termasuk :
- Peningkatan yang tidak wajar dalam beban komisi
- Perubahan dalam tingkatan komisi setiap waktu
- Tingkat return atau credit yang lebih tinggi untuk 1 orang penjualan
2.3.3 Falsified wages (Skema Upah yang Dipalsukan)
Skema ini terdiri dari karyawan yang sah, tetapi data payroll karyawan
tersebut tidak benar (seperti: jam kerja, jumlah gaji, dan lain-lain). Tanda-
tanda kecurangan diantaranya adalah:
- Jam lembur yang tidak wajar
- Perubahan yang tidak wajar pada tingkat pembayaran
- Jumlah jam kerja yang dibayar tidak wajar
2.3.4 Check-Tampering
Ini merupakan kecurangan yang paling merugikan. Dengan demikian,
diperluka perhatian lebih dalam memahami dan mengembangkan
pendeteksian dan metode pencegahan serta pengendaliannya. Check
tampering pada dasarnya melibatkan penggunaan cek entitas dalam satu atau
bermacam cara untuk mendapatkan uang dari organisasi korban. Dengan
munculnya aturan kliring cek elektronik, banyak tanda-tanda kecurangan
(terutama yang berhubungan dengan pengesahan) menjadi lebih sulit untuk
diobservasi, sebagai cek yang telah dipotong sistem bank. Oleh karena itu,
penting sekali memilih bank yang akan digunakan. Gunakan bank yang dapat
mengecek cek 2 sisi (depan & belakang), dan menyediakan pelanggan
akses gambar melalui internet. Tanda-tanda kecurangan ini yaitu:
14. 14RED FLAGS
- Terlalu banyak cek kosong
- Kehilangan cek
- Cek non-gaji dibuat untuk karyawan
- Perubahan penerima atau jumlah pada cek yang dibatalkan
- Penggantian atau penggandaan pengesahaan di pembatalan cek.
- Penerima pembayaran dipertanyakan
- Menduplikasi atau cek keluar dari urutan
2.4 Skimming
Kecurangan ini terjadi sebelum pembukuan dibuat. Karena ini adalah
kecurangan tutup buku, jadi sulit dideteksi. Satu metode untuk mendeteksi
skimming yaitu melakukan invigilation. Invigilation adalah penciptaan sebuah
keadaan asli, bebas kecurangan dengan tujuan mengidentifikasi total penerimaan
yang seharusnya dalam keadaan normal. Efek keaslian dapat diciptakan melalui
investigasi yang menyeluruh, dimana setiap orang mengetahui jika auditor akan
datang untuk melihat mengenai kecurangan. Penambahan kamera untuk
pengawasan dan segala sesuatu akan meningkatkan tingkat perhatian dalam
mengaudit kecurangan. Maksud disini yaitu untuk menciptakan pemahaman
dalam mendeteksi sehingga pelaku menghentikan tindakan kecurangan ini
sementara, jadi auditor dapat menentukan tingkat normal penjualan. Hasil
identifikasi kemudian dapat dibandingkan dengan penjualan sebenarnya, dan
mengukur seberapa besar kecurangan skimming dilakukan.
Skimming yang dilakukan secara pribadi biasanya berkaitan dengan
penjualan (penjualan yang tidak dicatat, mengecilkan penjualan), dan retur. Sama
seperti skema kecurangan lainnya, skimming biasanya tidak bisa dilakukan dalam
jangka panjang tanpa terdeteksi selama pengendalian internal berjalan secara
efektif. Tanda-tanda kecurangan:
- Pendapatan lebih rendah dibanding pendapatan yang diharapkan.
- Keuntungan actual yang kurang dari proyeksi.
- Gross margin secara signifikan kurang dari proyeksi
2.4.1 Lapping
Lapping adalah pencurian pembayaran piutang sebelum diposting. Lapping
lebih sulit untuk disembunyikan dibanding pencurian kas dalam bisnis tunai
karena pelanggan berpikir pembayaran yang dilakukannya akan segera
dikreditkan/dipotong. Tanda-tanda kecurangan:
15. 15RED FLAGS
- Keluhan pelanggan mengenai posting pembayaran yang lama setelah cek
dikirimkan
- Pertumbuhan pelanggaran dalam piutang usaha atau pada pelanggan
tertentu, meningkatnya number-of days piutang
- Karyawan yang mengambil jam kerja panjang – biasanya untuk menjaga
pencatatan terpisah atas lapping system – karyawan yang tidak pernah
mengambil liburan panjang.
3. Skema Korupsi
Ada 4 sub kategori dalam skema korupsi, 6 kategori mikro, dan dan total 8
skema individu yang berbeda. Skema korupsi selalu melibatkan 2 pihak, bahkan
jika salah satu tidak mau. Skema korupsi yang umum yaitu:
3.1 Conflicts of Interest
Konflik kepentingan melibatkan seorang karyawan yang mempunyai hubungan
dengan pihak ketiga dimana karyawan tersebut dan/atau pihak ketiga
mendapatkan keuntungan finansial. Pelaku penipuan mempunyai pengaruh untuk
kepentingan pihak ketiga karena kepentingan pribadi ini ada di pihak ketiga.
Entitas harus memiliki sebuah aturan yang khusus melarang aktivitas ini.
Tanda-tanda kecurangan:
- Transaksi dalam jumlah besar dengan vendor tertentu
- Penemuan hubungan antara karyawan dan pihak ketiga yang
sebelumnya tidak diketahui
- Pemisahan tugas yang lemah dalam menentukan kontrak dan
menyetujui faktur
3.2 Bribery (Penyuapan)
Kecurangan ini melibatkan pembayaran untuk mempengaruhi karyawan
untuk mengirimkan bisnis pada vendor. Kecurangan ini termasuk dalam
kelompok kickbacks, bid rigging, dan lainnya. Tanda-tanda kecurangan:
- Perubahan gaya hidup dari seorang karyawan
- Penemuan hubungan antara karyawan dan vendor
- Pemisahan tugas yang lemah dalam menyetujui vendor dan faktur
16. 16RED FLAGS
3.3 Economic Extortion
Merupakan kebalikan dari penyuapan. Dalam kasus kecurangan ini karyawan
perusahaan meminta pembayaran dari vendor untuk suatu keputusan yang akan
menguntungkan vendor tersebut. Tanda-tanda kecurangan dan metode yang
dipakai sama dengan penyuapan.
V. MODEL PENDETEKSIAN FRAUD
Auditor sering menemukan transaksi, catatan akuntansi, atau data akuntansi
yang tidak benar, yang merupakan pengecualian dari beberapa jenis. Terutama,
penyimpangan pengecualian untuk kebijakan, prosedur, atau pengendalian
internal. Auditor keuangan dapat berisiko jika mereka memeriksa transaksi dan
menemukan dugaan penipuan, dan kemudian memilih untuk memperluas sampel,
atau mengabaikan transaksi karena tidak material dari transaksi tunggal. Transaksi
bisa menjadi ujung gunung es. Setidaknya beberapa ahli akuntansi forensik di
akuntan publik merekomendasikan membawa ahli materi pelajaran (SME) saat
situasi di atas terjadi, daripada mengambil salah satu dari dua pilihan lain.
Mengenali tanda-tanda penipuan pada awalnya sulit, terutama ketika
mempertimbangkan transaksi, dokumen, atau peristiwa tunggal. Sebagai contoh,
auditor internal melakukan review file vendor dan mengambil faktur dan
menemukan POB sebagai alamat dan tidak ada alamat fisik pada faktur. Banyak
vendor ingin cek dan pengiriman uang dikembalikan ke POB. Tetapi jika hanya
ada alamat POB dan tidak ada alamat fisik di faktur adalah tanda-tanda
kecurangan pada skema penagihan. Hal tersebut tidak boleh diabaikan. Sebuah
anomali tunggal atau fakta bisa terus bersama-sama dari keadaan lain dalam
menjelaskan penipuan. Sehingga beberapa model mengumpulkan dan
mengklasifikasikan anomali (pengecualian) akan bermanfaat untuk auditor dan
perhatian antifraud.
Tanggapan yang direkomendasikan dalam situasi seperti ini didasarkan pada
konsep serupa dengan materialitas dalam audit keuangan. Ketika auditor
keuangan menemukan salah saji yang tidak material terhadap akun atau kelas
rekening, dia tidak mengabaikan salah saji tersebut. Sebaliknya ia menempatkan
salah saji menjadi satu file yang akan diakumulasikan dengan salah saji lainnya.
Tujuan dari akumulasi adalah untuk menentukan apakah salah saji material dalam
jumlah keseluruhan. Proses yang sama dan tujuan harus berlaku untuk audit
penipuan dan anomali (red flag khususnya). Artinya, faktor individu dan bukti