1. Fraud Risk Assessment
KELOMPOK 4 :
1. Vera Ardana Putri 192010300181
2. Nadhila Mundisari 192010300231
3. Sifa' Rachmawati 192010300182
4. Nova Atul Arini 192010300183
2. Pengertian Fraud Risk Assessment
(fraud risk assessment ) merupakan suatu bentuk cara yang dilakukan oleh auditor
untuk menilai dan memperoleh bukti audit yang memadai dan nantinya digunakan
sebagai acuan untuk mengetahui bagian-bagian apa saja yang memiliki tingkat risiko
risiko dalam kecurangan
penipuan adalah tindakan yang dilakukan dengan melakukan penipuan,
penggelapan, atau pelanggaran, dan kepercayaan dengan menggunakan kekerasan
fisik yang digunakan untuk mendapatkan keuntungan finansial melalui salah yang
materil.
3. Tujuan Fraud Risk Assessment
1. Membantu pemeriksa fraud dalam mengidentifikasi apa saja
resiko fraud dalam suatu organisasi dan apa saja langkah-
langkah yang diperlukan untuk menanggulangi fraud
2. untuk memungkinkan perusahaan dalam mengambil
tindakan yang diperlukan untuk melindungi keselamatan
dan kesehatan pekerja.
4. Tipe Fraud
1. Salah saji yang timbul
akibat fraudulent financial
reporting.sebagai salah saji
yang disengaja atau
dimasukannya suatu jumlah
atau pengungkapan pada
laporan keuangan dengan
tujuan untuk menipu
pengguna laporan keuangan.
2. Salah saji yang timbul
akibat misapproriation of
assets.Pada kategori ini
termasuk pencurian atas aset
entitas dimana efek dari
pencurian tersebut
mempengaruhi laporan
keuangan sehingga tidak
sesuai dengan kriteria yang
berlaku.
5. Jenis-Jenis Fraud
Dari bagan Uniform Occupational Fraud Classification System (ACFE) membagi fraud (kecurangan) dalam
tiga jenis berdasarkan perbuatannya yaitu:
Penyimpangan atas aset (Asset Misappropriation) Meliputi
penyalahgunaan /pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain
Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement ) Merupakan tindakan yang
dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk
menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya
Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini paling susah dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan pihak lain seperti suap
dan korupsi, dimana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang
yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga
faktor integritasnya masih dipertanyakan.
6. Unsur-Unsur Fraud
1. Harus terdapat salah pernyataan
(misrepresentation);
2. Dari suatu masa lampau (past)
dan sekarang (present);
3. Fakta bersifat material (material
fact);
4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa
perhitungan (make-knowingly or
recklessly);
5. Dengan maksud (intent)
untuk menyebabkan suatu
pihak beraksi
7. Penyebab terjadinya fraud
Terdapat tiga kondisi mengapa seseorang melakukan fraud yang kemudian
disebut dengan fraud triangle, yang terdiri dari Tekanan (Pressure), Peluang
(Opportunity), dan Rasionalisasi (Rationalization).
1. Tekanan (Pressure)
Menurut Rahmanti (2013), pressure adalah dorongan orang untuk
melakukan fraud. Tekanan dapat mencakup hampir semua hal termasuk gaya
hidup, tuntutan ekonomi, dan lain-lain, termasuk hal keuangan dan non
keuangan. Dalam hal keuangan sebagai contoh dorongan untuk memiliki
barang-barang yang bersifat materi.
2. Peluang (Opportunity)
Nabila (2013) berpendapat bahwa opportunity adalah peluang yang
memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku kecurangan percaya bahwa
aktivitas mereka tidak akan terdeteksi. Peluang dapat terjadi karena
pengendalian internal yang lemah, pengawasan manajemen yang kurang
baik atau melalui penggunaan posisi.
8. Lanjutannya
3. Rasionalisasi (Rationalization)
Salah satu elemen penting terjadinya fraud yaitu rasionalisasi,
dimana pelaku mencari pembenaran atas perbuatannya.
Menurut Skousen (2009), rasionalisasi merupakan bagian dari
fraud triangle yang paling sulit diukur. Sikap atau karakter
adalah apa yang menyebabkan satu atau lebih individu untuk
secara rasional melakukan fraud.
9. Faktor penilaian resiko
Faktor lingkungan perusahaan , Kecurangan
karyawan, pencurian, dan penggelapan lebih banyak
terjadi pada beberapa industri dan beberapa
organisasi dari pada yang lainnya.
Faktor internal, Menurut Singleton & Singleton
(2010), faktor internal yang meningkatkan
kemungkinan penipuan, pencurian, dan
penggelapan termasuk kontrol manajemen yang
tidak memadai atau kegiatan pemantauan.
• .Faktor fraud ,Untuk penyalahgunaan aset,
karyawan yang dipercaya, cenderung menjadi
pelakunya. Untuk korupsi, mungkin sama tetapi
mencakup seseorang di luar entitas yang bekerja
sama dengan seseorang di dalam entitas.
10. Risk Assessment Best Practices
Jika entitas tidak melakukan penilaian risiko secara formal, maka entitas
tidak akan dapat secara efektif mempertahankan diri dari risiko-risiko
tersebut, atau mengurangi risiko-risiko untuk alasan yang jelas. Dalam
rangka mengembangkan penilaian risiko yang efektif, manajemen harus
menggunakan pendekatan formal daripada pendekatan ad hoc. Menurut
Singleton & Singleton (2010), pendekatan termasuk orang dan proses, yaitu
sebagai berikut :
1. Pemimpin
2. Tim
3. Frekuensi dan Keselarasan dengan Keuangan