ACFE mengkategorikan kecurangan menjadi 3 kategori utama yaitu kecurangan laporan keuangan, penyalahgunaan aset, dan korupsi. Setiap kategori memiliki karakteristik berbeda seperti pelaku, ukuran kerugian, frekuensi, motivasi, dan auditor yang bertanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan tersebut. Pemahaman mengenai perbedaan ketiga kategori ini penting untuk merancang program audit, investigasi, dan pencegahan kecurangan yang efe
1. SKEMA KECURANGAN
Dalam pencegahan kecurangan, mendeteksi dan menginvestigasi kecurangan, satu yang harus
dipahami adalah skema kecurangan. klasifikasi terbaik terhadap kecurangan auditor dan
akuntan forensik adalah salah satunya yang digunakan oleh association of Certified Fraud
examiners (ACFE). Beberapa alasan nya :
1. ACFE muncul sebagai organisasi antifraud pertama yang ditujukan untuk profesi anti
fraud, juga ada American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Institute
of Internal Auditor (IIA) dan Information Systems Audit And Control Association
(ISACA) yang memiliki tujuan utama yang berbeda. Beberapa organisasi memiliki
tujuan yang sama, tetapi tidak satupun tujuan mereka adalah hanya untuk melawan
kecurangan bagi auditor kecurangan dan akuntan forensik . seperti bentuk ACFE
yang menyediakan standar nyata bagii profesi antifraud.
2. Klasifikasi ACFE akan stabil sepanjang waktu. Ada sekitar 51 skema kecurangan
pribadi dalam fraud tree ACFE . angka itu tidak berubah selama bertahun tahun.
Pelaku fraud juga menemukan perbedaan atau menemukan cara untuk melakukan
fraud, tetapi paling sering digunakan adalah cara lama dalam meracang skema
kecurangan yang digunakan .
3. Klasifikasi ACFE memiliki skema angka yang terbatas. Ini berarti tidak adanya
ketidakterbatasan atas perancangan angka untuk dipertimbangkan. Hnya ada sekitar
51. Sekitar 20 itu menaikkan lebih dari 80 persen dari semua kecurangan. Studi ini
lebih mengingatkan bahwa skema fraud yang baik akan memungkinkan auditor fraud
atau akuntan forensik dalam mendeteksi atau mencegah banyak jenis potensi
perancanagan fraud.
4. Sedikit Saling melengkapi dalam fraud tree ACFE, khususnya ketika
membandingkan antara klasifikasi lainnya. Banyak klasifikasi dikategorikan
berdasarkan pemasok, penjual, karyawan dan prngguna.
5. Model ACFE memiliki karakteristik yang unik untuk 3 bagian kategori yang akan
mempermudah dalam menerapka audit kecurangan., investigasi, dan program
pencegahan kecurangan.
ACFE FRAUD TREE : karakter yang unik di masing-masing kategori
description Kecurangan laporan
keuangan
Penggelapan aset korupsi
Pelaku kecurangan Manajemen
eksekutif
pegawai Manajemen ekskutif
/karyawan
Besar kecurangan besar :$1 -258
million
Kecil : $93.000 Menengah :
$250000
Frekuensi
kecurangan
Paling sedikit :7,9
%
Paling sering
:92,7%
Menengah :30%
Motivasi Harga saham, bonus Dorongan pribadi Tantangan, bisnis
2. meterialitas Berkemungkinan
besar
Tidak mungkin tergantung
Ukuran dari
perusahaan korban
besar kecil tergantung
benefactors Perusahaan dan
pelaku fraud
Pelaku fraud Pelaku fraud
ACFE FRAUD TREE
ACFE memiliki kategori untuk mengkategorikan kecurangan yang diketahui menjadi
model fraud. pengkategorian fraud oleh ACFE dkenal dengan nama pohon Fraud. Ini
merupakan skema pengkategorian fraud individual yang diklasifikasikan dalam kategori,
sub kategori, dan kategoori yang paling kecil. 3 kategori utamanya adalah kecurangan
laporan keuangan, penyalahgunaan aset, dan korupsi. Ketika jenis kategori tersebut
memiliki keunikan masing-masing. Melalui pemahaman kategori dan karakteristik
spesialnya merupakan hal yang penting dalam keberhasilan mendesain dan melaksanakan
audit fraud yang setara dengan program pencegahan dan pendeteksian.
Karakteristki karakteristik dari kategori skema
1. Pelaku Fraud
Pelaku Dalam fraud laporan keuangan biasanya adalah manajemen eksekutif seperti
chief executive officer (CEO), Chief Financial Officer (CFO) atau beberapa tingkatan
C-level manajemen lainnya. Pelaku dari penyalahgunaan aset biasanya adalah
karyawan biasa. Dalam skema korupsi pelaku fraud bisa siapa saja tetapi biasanya
melibatkan sekurang- kurangnya dua orang.
2. Ukuran Fraud
Kategori fraud dengan tingkat rata-rata kerugian tertinggi adalah fraud laopran
keuangan.dengan tingkat kecurangan antara $1 juta dollar dan $257,9 juta menurut
survei tahunan. ACFE report to the nation (RTTN) memperlihatkan bahwa rata-rata
fraud laporan keuangan mencapai angka $1 juta dolar lebih tinggi dari tahun
sebelumnya (RTTN 2002 )
3. Frekuensi terjadinya fraud
Kategori fraud yang paling sering terjadi adalah penyalahgunaan aset. Lebih dari
92% fraud di klasifikasikan dalam kategori ini. Fraud laporan keuangan sebesar 7,9%
dan korupsi 30,1% dari total fraud yang terjadi.
3. 4. Motivasi
Masing-masing kategori dari fraud ini memiliki motivasi yang berbeda-beda.
Fraud laopran keuangan cenderung didorong oleh motif egocentric. Fraud ini
juga cenderung dimotivasi oleh harga saham baik langsung maupun tidak
langsung.
Penyalahgunaan asset biasanya dimotivasi oleh tekanan ekonomi. Tekanan ini
biasanya didorong oleh perjudian, mabuk-mabukan atau perilaku alkoholik
yang memerlukan uang untuk memenuhinya. Terkadang motifnya adalah
motif emosional seperti tantangan untuk melawan sistem atau ketidak puasan
ddengan manajemen perusahaan.
korupsi sering kali di dorong oleh motif bisnis (ekonomi) seperti skema
penyuapan untuk memperoleh akses pada pasar yang tidak dapat diakses pihak
lain.
5. Materialitas
Fraud laporan keuangan seringkali mempertimbangkan materialitasnya pada
organisasi, namun pada penyalahgunaan aset cenderung tidak material bagi laporan
keuangan.
1. korupsi dapat meterial, terutama untuk fraud yang besarannya diatas rata-rata
kerugian corruption fraud.
2.
6. Benefactors
3. Fraud Laporan keuangan dilakukan sebagai bagian dari perusahaan, meskipun
biasanya merupakan permintaan dari pelaku fraud untuk memperoleh keuntungan.
Kebalikannnya, keuntungan yang diperoleh oleh pelaku fraud pada penyalahgunaan
aset dan korupsi merupakan kecurangan orang dalam terhadap perusahaan. Korupsi
dapat juga dalam rangka menguntungkan perusahaan dalam beberapa skema, seperti
pada beberapa penyuapan.
4.
5.
7. Ukuran Perusahaan Korban
6. Karena fraud laporan keuangan biasanya dimotivasi oleh harga saham atau sesuatu
yang berhubungan langsung dengan harga saham, perusahaan korban cenderung
merupakan perusahaan terbuka dan cenderung merupakan perusahaan besar.
Sesungguhnya perusahaan memiliki sumber daya untuk menerapkan pengendalian
internal, audit internal, dan program antifraud, untuk itu memiliki sedikit risiko yang
terkait dengan penyalahgunaan aset dimana secara intrinsik dikendalikan lebih ketat.
7. Kebalikannya pada penyalahgunaan aset dan organisasi korbannya. Karena
perusahaan ini cenderung kecil, mereka jarang memiliki sumber daya unutk
melakukan pencegahan dan pendeteksian fraud.
8.
4. 9. Pohon fraud dan siapa yang mengaudit?
Fraud laporan keuangan
Auditor yang bertanggungjawab atas fraud dalam laporan keuangan adalah auditor
keuangan(eksternal).
3 alasan utama :
1. Jumlah dari fraud laporan keuangan cenderung meningkat menjadi salah saji material
dalam laporan keuangan.
2. Audit laporan keuangan dirancang untuk mendeteksi salah saji myang material dalam
pelaporan.
3. Karena Manajemen ekssekutif terlibat dengan kecurangan laporan keuangan, maka
auditor internal akan mudah terpengaruhi atau mendapatkan tekanan.
Penyalahgunaan Aset
kelompok auditor yang bertanggungjawab dalam penyalahgunaan aset adalah auditor
internal. ini karena skema penyalahgunaan aset akan menjadi immaterial khususnya dalam
transaksi individu. akan sulit bagi auditor keuangan untuk menemukan dengan melakukan
audit secara tradisional.
Korupsi
Korupsi lebih luas jika dibandingkan dengan penyalahgunaan aset. Jika telah material dan
jelas auditor keuangan memiliki beberapa tanggungjawab khususnya dibawah SAS NO 99.
Kecurangan ini terkadang melibatkan pelanggaran hukum dan pelanggaran peraturan.
Tanggungjawab utama dalam mendeteksi kecurangan adalah pada auditor eksternal dan juga
terkadang audior internal. kemungkinan besar fungsi dari internal auditor terhadap fraud
adalah merancang program antifraud atau audit fraud yang terkonsentrasi utama pada
penyalahgunaan aset .