3. Demam Chikungunya adalah suatu penyakit virus
yang ditularkan melalui nyamuk dan dikenal pasti
pertama kali di Tanzania pada tahun 1952.
Nama chikungunya ini berasal dari kata kerja dasar
bahasa Makonde yang bermaksud “membungkuk”,
mengacu pada postur penderita yang membungkuk
akibat nyeri sendi hebat (arthralgia) (Powers and Logue
2007).
4. LANJUTANLANJUTAN
Demam chikungunya (demam chik) adalah suatu penyakit menular dengan gejala
utama demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan,
jari kaki dan tangan serta tulang belakang, serta ruam pada kulit. Demam chik ditularkan
oleh nyamuk Aedes albopictus dan Aedes aegypty yang juga merupakan nyamuk penular
penyakit DBD.
Demam chik dijumpai terutama di daerah tropis/subtropis dan sering menimbulkan
epidemi. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya demam chik yaitu rendahnya
status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk penular karena
banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan.
Selama tahun 2016 terjadi demam chikungunya sebanyak 1.702 kasus di 20
kabupaten/kota dari 4 provinsi yaitu Jawa Barat (1 kabupaten/kota), Jawa Timur (13
kabupaten/kota), Sulawesi Tengah (5 kabupaten/kota), dan Bali (1 kabupaten/kota).
Jumlah kasus demam chikungunya terbanyak terjadi di Jawa Timur sebanyak 1.489
kasus.
5. Kejadian demam chikungunya mengalami penurunan
kasus yang sangat signifikan pada tahun 2010-2012,
namun kembali meningkat cukup signifikan pada
tahun 2013 dan turun kembali sampai tahun 2016.
Hingga saat ini belum pernah dilaporkan adanya
kematian akibat chikungunya. Faktor penyebab
turunnya kasus antara lain kondisi cuaca yang relatif
kering dengan curah hujan yang rendah, adanya
imunitas pada daerah yang pernah terjangkit,
sebagian daerah tidak melaporkan kasus chikungunya
dan lain-lain
lanjutanlanjutan
6. Penyakit Demam Chikungunya disebabkan
oleh virus Chikungunya (CHIKV) yang termasuk
keluarga Togaviridae, Genus Alphavirus dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus (Kamath, S., Das, A.K., and Parikh,
F.S., 2006).
7. Gejala yang sering ditimbulkan infeksi virus ini berupa demam
mendadak disertai menggigil selama 2-5 hari. Gejala demam biasanya
timbul mendadak secara tiba-tiba dengan derajat tinggi ( >40ºC). Demam
kemudian menurun setelah 2-3 hari dan bisa kambuh kembali 1 hari
berikutnya. Demam juga sentiasa berhubungan dengan gejala-gejala
lainnya seperti sakit kepala, mual dan nyeri abdomen (Swaroop, A., Jain,
A., Kumhar, M., Parihar, N., and Jain, S., 2007).
Pada kebanyakan penderita , gejala peradangan sendi biasanya
diikuti dengan adanya bercak kemerahan makulopapuler yang
bersifat non-pruritic. Bercak kemerahan ini sering ditemukan pada bagian
tubuh dan anggota gerak tangan dan kaki. Bercak ini akan menghilang
setelah 7-10 hari dan kemudiannya diikuti dengan deskuamasi (Yulfi, H.,
2006)
8.
9. Penyebab morbiditas yang tertinggi adalah
dehidrasi berat, ketidakseimbangan elektrolit dan
hipoglikemia. Beberapa komplikasi lain yang
dapat terjadi meskipun jarang berupa gangguan
perdarahan, komplikasi neurologis, pneumonia
dan gagal nafas (Swaroop, A., Jain, A., Kumhar,
M., Parihar, N., and Jain, S., 2007)
12. Deteksi dini dan diagnosis yang teratur memainkan peran
penting dalam mengontrol infeksi virus ini secara efektif.
Pemeriksaan melihat perkembangan IgM melalui enzyme linked
immunosorbent asssay (MAC-ELISA) telah menjadi pemeriksaan
serologi yang major karena teknik pemeriksaan ini sangat cepat dan
reliabel (Sudeep,A .B and Parashar D 2008). Teknik pemeriksaaan
lain yang bisa dilakukan untuk mendeteksi dan mengindentifikasi
antigen virus adalah teknik immunofluorescentant). Reverse
transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) juga telah dikenal
sangat berguna dalam mendiagnosa virus chikungunya (CHIKV)
dengan cepat (Sudeep, A .B and Parashar D 2008).
13. Malah RT-PCR juga merupakan teknik mendeteksi m-
RNA yang paling sensitif. Dibandingkan dengan 2 teknik
lain yang sering digunakan untuk menkuantifikasi m-RNA
level yaitu Northen blot analysis dan Rnase protection
assay, RT-PCR dapat digunakan untuk menkuantifikasi m-
RNA level dari jumlah sampel yang kecil. Malah kombinasi
RT- PCR dan nested PCR terbukti efisien untuk deteksi
spesifik dan mengenotip CHIKV (Yulfi, H., 2006.). ibodi
secara tidak langsung (Sudeep, A .B and Parashar D 2008
15. Sehingga kini masih tiada pengobatan spesifik untuk
penyakit ini dan vaksin yang berguna sebagai tindakan preventif
juga belum ditemukan. Pengobatannya hanya bersifat
simptomatis dan supportif seperti pemberian analgesik,
antipiretik, antiinflamasi (Sudeep, A.B. and Parashar,D.2008).
Pemberian aspirin kepada penderita demam chikungunya
ini tidak dianjurkan karena dikuatiri efek aspirin terhadap
platelet.Pemberian chloroquine phosphate sangat efektif untuk
arthritis chikungunya kronis (Abraham,A.S. and Sridharan.
G.2007).
Penularan wabah chikungunya yang semakin berkembang
membuat para peneliti berminat mengembangkan agen antivirus
baru, RNAi.Ianya bertindak mencegah infeksi yang ditimbulkan
virus dengan mengganggu post transcriptional expression
mRNA (Sudeep, A.B. and Parashar, D 2008 ).
16. Melihat masih tiada kematian karena chikungunya yang
dilaporkan dan tiada pengobatan spesifik dan vaksin yang sesuai,
maka upaya pencegahan sangat dititik beratkan. Upaya ini lebih
menjurus ke arah pemberantasan sarang nyamuk penular dengan cara
membasmi jentik nyamuk. Individu yang menderita demam
chikungunya ini sebaiknya diisolasi sehingga dapat dicegah
penularannya ke orang lain. Tindakan pencegahan gigitan nyamuk
bisa dilakukan dengan menggunakan obat nyamuk dan repelan tetapi
pencegahan yang sebaiknya berupa pemberantasan sarang nyamuk
penular. Pemberantasan sarang nyamuk seharusnya dilakukan pada
seluruh kawasan perumahan bukan hanya pada beberapa rumah
sahaja. Untuk itu perlu diterapkan pendekatan terpadu pengendalian
nyamuk dengan menggunakan metode yang tepat (modifikasi
lingkungan, biologi dan kimiawi) yang aman, murah dan ramah
lingkungan (Depkes RI, 2003).
19. a) Riwayat Sekarang: Keluhan saat ini, Biasanya demam tinggi timbul
mendadak disertai menggigil dan muka kemerahan, panas tinggi
selama 2–4 hari kemudian kembali normal, Nyeri persendian, Nyeri
otot, Bercak kemerahan (ruam), Sakit kepala, Kejang dan penurunan
kesadaran. dan pembesaran kelenjar getah bening.
b) Riwayat Masa Lalu: apakah ada anggota keluarga maupun tetangga di
sekitar rumah yang pernah atau sedang terkena penyakit dengan
gejala yang sama, bagaimana kondisi lingkungan di sekitar rumah.
c) Pemeriksaan Fisik: inpeksi/lihat adakah kemerahan dan bentuk luka
dikulit, sesak dan palpasi adakah pembengkakan, demam, nyeri
lambung.
d) Pemeriksaan Penunjang: adakah pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui bakteri antraks, dan pemeriksaan radiologi untuk
mengetahui kelainan perdarahan, dan komplikasi.
20. e) Penatalaksanaan: terapi yang diberikan sesuai intruksi
dokter.
f) Dischart Planning
Pencegahan terbaik adalah membasmi sarang nyamuk
dengan 3 M ( menutup, menguras dan mengubur barang
bekas yang biasa menampung air ), atau menaburkan
bubuk abate pada penampungan air sebagaimana
mencegah demam berdarah
21. e) Penatalaksanaan: terapi yang diberikan sesuai intruksi
dokter.
f) Dischart Planning
Pencegahan terbaik adalah membasmi sarang nyamuk
dengan 3 M ( menutup, menguras dan mengubur barang
bekas yang biasa menampung air ), atau menaburkan
bubuk abate pada penampungan air sebagaimana
mencegah demam berdarah
24. NO DIAGNOSA NOC NIC
1. Nyeri Akut Kontrol Nyeri
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam, di
harapkan klien dapat mengontrol
nyeri dengan indikator :
-Mengenali kapan nyeri terjadi (5)
- menggambarkan faktor penyebab
(5)
-Menggunakan tindakan
pencegahan (5)
-Menggunakan tindakan
pengurangan nyeri tanpa analgesik
(5)
-Melaporkan perubahan terhadap
gejala nyeri pada profesional
kesehatan (5)
-Mengenali apa yang terkait dengan
gejala nyeri (5)
-Melaporkan nyeri yang terkontrol
(5)
Manajemen Nyeri
1.1 Lakukan pengkajian nyeri,
meliputi lokasi, durasi,
frekuensi,intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor
pencetus
1.2 Pastikan perawatan
analgesik bagi pasien dilakukan
dengan pemantauan yang ketat
1.3 Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan menangani
nyeri dengan tepat
1.4 Ajarkan pasien cara
relaksasi
25. NO DIAGNOSA NOC NIC
2 Mual Kontrol Mual & Muntah
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24
jam, di harapkan klien
dapat menunjukkan hasil
dari skala 1-5 dengan
indikator :
•Mengenali onset mual (5)
•Mengenali pencetus
stimulus [muntah] (5)
•Mendeskripsikan faktor-
faktor penyebab (5)
Manajemen Mual
2.1 Dorong pasien untuk
belajar strategi mengatasi
mual sendiri
2.2 Identifikasi faktor-faktor
yang dapat menyebabkan
Mual
2.3 Kendalikan faktor-faktor
lingkungan yang mungkin
menimbulkan rasa mual
2.4 Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon
mual ketika
mengimplementasikan
intervensi
2.5 Monitor keseimbangan
elektrolit
26. NO DIAGNOSA NOC NIC
3 Hambatan Rasa
nyaman
Tingkat Nyeri
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam, di
harapkan klien dapat
menunjukkan hasil dari
skala 1-5 dengan indikator
:
•Mengerang dan menangis
(5)
•Ekspresi waja nyeri (5)
•Mengeluarkan keringat
(5)
•Berkeringat (5)
Manajemen Nyeri
3.1 Lakukan pengkajian
nyeri, meliputi lokasi, durasi,
frekuensi,intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor
pencetus
3.2 Pastikan perawatan
analgesik bagi pasien
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
3.3 Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri dengan
tepat
3.4 Ajarkan pasien cara
relaksasi
27. 4. Hipertermia Noc : Termoregulasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24
jam, di harapkan klien dapat
menunjukkan hasil dengan
indikator :
-Merasa merinding saat
dingin (5)
- berkeringat saat panas (5)
-Menggil saat dingin (5)
- denyut jantung apikal (5)
- denyut nadi radial (5)
-Peningkatan suhu kulit (5)
-Penurunan suhu kulit (5)
-Perubahan warna kulit (5)
Nic : Pengaturan suhu
4.1 monitor suhu paling tidaak
setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
4.2 pasang alat monitor suhu inti
secara kontinu, sesuai kebutuhan
4.3 monitor ttv
4.4 Monitor suhu dan warna
kulit
4.5 monitor dan laporkan adanya
tanda dan gejala dari hipotermia
4.6 tingkatkan intake cairan dan
nutrisi adekuat
28. 5. Ansietas Noc : Tingkat kecemasan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 x 24
jam, di harapkan klien dapat
mengurangi tingkat
kecemasan dengan
indikator :
-Tidak dapat beristirahat (5)
-Berjalan mondar-mandir (5)
- perasaan gelisah (5)
- rasa takut yang di
sampaikan secara lisan (5)
-Rasa cemas yang di
sampaikan secara lisan (5)
Nic : Pengurangan kecemasan
5.1 gunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan
5.2 jelaskan semua prosedur
termasuk sensasi yang akan
dirasakan , yang mungkin akan
dialami klien selama prosedur
di lakukan
5.3 dengarkan klien
Instruksikan klien untuk
relaksasi
5.4 kaji untuk tanda verbal dan
non verbal
29. NO DIAGNOSA NOC NIC
6 Resiko
Ketidakseimbang
an Elektrolit
Keseimbangan Elektrolit
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam, di
harapkan klien dapat
menunjukkan hasil dari
skala 1-5 dengan indikator
:
•Penurunan serum sodium
(5)
•Penurunan serum
potasium (5)
•Penurunan serum klorida
(5)
•Penurunan serum
kalsium (5)
•Penurunan serum
magnesium (5)
•Penurunan serum posfor
(5)
Manajemen Mual
6.1 Dorong pasien untuk
belajar strategi mengatasi
mual sendiri
6.2 Identifikasi faktor-faktor
yang dapat menyebabkan
Mual
6.3 Kendalikan faktor-faktor
lingkungan yang mungkin
menimbulkan rasa mual
6.4 Pertimbangkan pengaruh
budaya terhadap respon mual
ketika mengimplementasikan
intervensi
6.5 Monitor keseimbangan
elektrolit
30. NO DIAGNOSA NOC NIC
7 Resiko
Intoleran
Aktivitas
Koordinasi Pergerakan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam, di
harapkan klien dapat
menunjukkan hasil dari
skala 1-5 dengan indikator
:
•Kontraksi kekeuatan oto
(5)
•Kontrol gerakan (5)
•Keseimbangan gerakan
(5)
Manajemen Energi
7.1 Tentukan jenis dan
banyakanya aktivitas yang
dibutuhkan untuk menjaga
ketahanan
7.2 Pilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan baik
secara farmakologis dan
non-farmakologis
7.3 Monitor intake nutrisi
untuk mengetahui sumber
energi yang adekuat
7.4 Konsulkan dengan ahli
gizi mengenai cara
meningkatkan asupan
energi dari makanan
31. NO DIAGNOSA NOC NIC
8 Resiko Defisien
volume cairan
Keparahan Mual Muntah
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam, di
harapkan klien dapat
menunjukkan hasil dari
skala 1-5 dengan indikator
:
•Frekuensi mual (5)
•Frekuensi muntah (5)
•Intensitas muntah (5)
•Nyeri lambung (5)
Manajemen Mual Muntah
8.1 Dorong pasien untuk
belajar strategi mengatasi
mual sendiri
8.2 Identifikasi faktor-
faktor yang dapat
menyebabkan Mual
8.3 Kendalikan faktor-faktor
lingkungan yang mungkin
menimbulkan rasa mual
8.4 Pertimbangkan
pengaruh budaya terhadap
respon mual ketika
mengimplementasikan
intervensi
8.5 Monitor keseimbangan
elektrolit