1. Laporan Investigasi Wabah
(Kejadian Luar Biasa Demam Berdarah Dengue)
Disusun Oleh :
Kelompok I
NURBAYANI
SRI NURLIAN
MUH. JALALUDDIN
MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT
PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2022
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era global peradaban dunia di tahun millenium ketiga, ditengarai dengan
kemajuan pesat di bidang teknologi informasi dan transportasi, perdagangan
bebas, mobilitas penduduk antar Negara-negara wilayah yang sedemikian cepat
membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat global yang harus dikelola
dengan baik. Kemajuan teknologi transportasi, berimplikasi pada kecepatan
waktu tempuh dari satu tempat ke tempat lain, dari satu wilayah ke wilayah lain
antar Negara maupun antar wilayah menjadi semakin pendek dan semakin cepat.
Dampak negative di bidang kesehatan pada tingkat kemajuan teknologi
transportasi, perdagangan bebas maupun mobilitas penduduk antar Negara, antar
wilayah tersebut adalah percepatan perpindahan dan penyebaran penyakit
menular potensial wabah yang dibawa oleh alat angkut, orang maupun
bawaannya.
Disisi lain dampak dari kemajuan teknologi transportasi mengakibatkan
terbawanya vector penular penyakit dari satu Negara ke Negara lain dengan cepat
menyebar melalui pintu-pintu masuk Negara yaitu : pelabuhan laut, Bandar udara
maupun Pos Lintas Batas Negara. Berdasarkan survey serangga pada pesawat-
pesawat penerbangan internasional yang masuk ke bandara Tokyo (Haneda dan
Narita) antara tahun 1975-1981 ditemukan 840 nyamuk dari 168 pesawat, 955
lalat dari 295 pesawat dan 228 kecoa dari 54 pesawat (Takashi,1984). Hal
tersebut menunjukkan bahwa persebaran vector melalui alat angkut adalah suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.
Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui serangga maupun vector
antara lain adalah Demam Kuning (Yellow Fever), Demam Berdarah, Malaria,
Pes, Tifus, Kolera, dan lain-lain. Penyakit-penyakit tersebut dapat menimbulkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) yang membutuhkan respon cepat dan penaganan
3. antarnegara yang didalam IHR 2005 disebut sebagai “Public Health Emergency
of International Concern (PHEIC)”.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Haemorraghic Fever masih
merupakan suatu penyakit menular yang tetap menjadi masalah kesehatan
masyarakat, dimana penyakit ini merupakan penyakit endemis disebagian wilayah
di Indonesia. Hal ini disebabkan, penyakit tersebut penyebarannya sangat cepat
dan sering menimbulkan kejadian luar biasa/wabah, sehingga menyebabkan
banyak penderita yang sakit bahkan sampai meninggal. Dari tahun ketahun angka
kejadian dan daerah terjangkit terus meningkat serta sering menyebabkan
Kejadian Luar Biasa hampir seluruh propinsi di Indonesia.
Upaya pengendalian penyakit DBD yang telah dilakukan sampai saat ini
adalah memberantas nyamuk penularnya baik terhadap nyamuk dewasa atau
jentiknya karena obat dan vaksinnya untuk membasmi virusnya belum ada.
Departemen Kesehatan telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan
dalam pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan
mengobati sesuai protap, memutuskan mata rantai penularan dengan
pemberantasan vektor (nyamuk dewasa dan jentik-jentiknya), kemitraan dalam
wadah POKJANAL DBD (Kelompok Kerja Operasional DBD), pemberdayaan
masyarakat dalam gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 5M Plus) dan
peningkatan profesionalisme pelaksana program.
Data Dinas kesehatan provinsi Sulawesi Barat tahun 2019 jumlah
penderita DBD kab. Majene sebanyak 58 orang, CFR 1.75% IR 33.71/100.000.
tahun 2020 jumlah penderita 51 orang, CFR 2% IR 29.57/100.000. Tahun 2021
jumlah penderita 16 orang CFR 0dan IR 9.17/100.000 tahun 2022 Jumlah
penderita sampai bulan 48 orang CFR 4.76% IR 11.95/100.000
4. B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran besarnya masalah DBD dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya, sehingga dapat dilaksanakan tindak lanjut
penanggulangan serta pencegahan yang efektif dan efisien.
2. Tujuan Khusus
a. Defenisi Demam Berdarah
b. Untuk mengetahui gejala demam berdarah
c. Untuk mengetahui siklus hidup nyamu Aedes Agepty
d. Mengetahui gambaran epidemiologi KLB DBD
e. Mengetahui sumber dan cara penularan
f. Mengidentifikasi faktor risiko penyebab KLB DBD
g. Melakukan respon cepat terhadap KLB DBD dan populasi yang berisiko
h. Merumuskan rekomendasi pengendalian KLB DBD
5. BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Tinjauan Tentang Demam Berdara Dengue
1. Defenisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh Virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti,
yang ditandai dengan demam mendadak 2-7 hari, lemah/lesu, gelisah, nyeri
ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan
(petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura), kadangkadang mimisan,
berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock)
2. Etiologi
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang termasuk dalam group B
Arthropoda Borne Viruse (arboviruses) yaitu virus yang ditularkan melalui
serangga. Virus dengue termasuk genus Flavivirus dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe lain yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi 3 atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.(22) Di Indonesia,
pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah
sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi
sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan
dengan kasus-kasus parah. Virus penyebab penyakit bertahanhidup dalam
suatu siklus yang melibatkan manusia dan nyamuk yang hidup aktif di siang
hari.
6. 3. Siklus hidup nyamuk Aedes Agepty
a. Telur
Telur nyamuk ini berbentuk elips atau oval memanjang, warnanya hitam
dengan ukuran 0,5-0,8 mm, permukaannya polygonal, tidak memiliki alat
pelampung dan cangkoknya mengandung chitine.
Karakteristis telur Aedes adalah berbentuk bulat pancung yang mulamula
berwarna putih kemudian berubah menjadi hitam. Nyamuk Aedes aegypti
meletakkan telur di atas permukaan air untuk memudahkannya menyebar
dan berkembang biak menjadi larva di dalam media air
b. Larva atau jentik
Telur menetas menjadi larva atau sering disebut dengan jentik.
Larvanyamuk semuanya hidup di air yang stadiumnya terdiri atas empat
instar. Keempat instar itu dapat diselesaikan dalam waktu 4 hari – 2
minggu tergantung keadaan lingkungan seperti suhu air dan persediaan
makanan. Larva nyamuk ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat
lincah, waktu istirahat membentuk sudut hampir tegak lurus dengan
bidang permukaan air, dan juga memiliki kepala yang cukup besar serta
toraks dan abdomen yang cukup jelas.
Dalam kondisi optimal, waktu yang dibutuhkan dari telur menetas hingga
menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari, termasuk dua hari dalam masa
pupa. Pada suhu rendah, dibutuhkan waktu beberapa minggu.(24) Ada
empat tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva Aedes
Aegypti tersebut, yaitu:
1) Instar I: berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
2) Instar II: 2,5-3,8 mm
3) Instar III: lebih besar sedikit dari larva instar II
4) Instar IV: berukuran paling besar 5 mm
7. c. Pupa
Pupa juga membutuhkan lingkungan akuatik (air). Setelah mengalami
pergantian kulit keempat, maka akan terjadi pupasi. Pupa berbentuk agak
pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam airterutama bila
diganggu. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah 2 atau
3 hari, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar dan terbang
d. Dewasa
Nyamuk dewasa yang keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan
air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya. Setelah itu
nyamuk akan terbang untuk mencari makan. Dalam keadaan istirahat,
nyamuk Aedes aegypti hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan.
Orang awam mudah mengenali nyamuk tersebut dengan ciri-ciri umum
sebagai berikut :
1) Badan kecil, warna hitam dengna bintik-bintik putih
2) Menghisap darah pada siang hari (08.00-12.00)
3) Senang hinggap pada pakaian menggantung
4) Bersarang dan bertelur di genangan air jernih di dalam dan sekitar
rumah
4. Gejala
Demam dengue ditandai oleh gejala-gejala klinik berupa demam, nyeri pada
seluruh tubuh, ruam, pendarahan dan renjatan (shock). Gejala-gejala tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
a. Demam
Demam yang terjadi pada infeksi virus dengue timbulnya mendadak,
tinggi (dapat mencapai 39-40oC) dan dapat disertai dengan menggigil.
Demam hanya berlangsung untuk 5-7 hari. Pada saat demamnya berakhir,
sering kali turunnya suhu badan secara tiba-tiba (lysis), disertai dengan
berkeringat banyak, dimana anak tampak agak loyo. Demam ini dikenal
8. juga dengan istilah demam biphasik, yaitu demam yang berlangsung
selama beberapa hari sempat turun di tengahnya menjadi normal
kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh. Demam
secara mendadak disertai gejala klinis yangtidak spesifik seperti: anorexia
lemas, nyeri pada tulang, sendi, punggung dan kepala.
b. Nyeri seulurh tubuh
Dengan timbulnya gejala panas pada penderita infeksi virus dengue, maka
disusul dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada
umumnya yang dikeluhkan berupa nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung,
nyeri ulu hati dan nyeri pada bola mata yang timbul dalam kalangan
masyarakat awam disebut dengan istilah flu tulang.
c. Ruam
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue dapat timbul pada saat awal
panas yang berupa (flushing) yaitu berupa kemerahan pada daerah muka,
leher dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa
bercak-bercak merah kecil, seperti: bercak pada penyakit campak
d. Perdarahan
Infeksi virus dengue terutama pada bentuk klinis Demam Berdarah
Dengue selalu disertai dengan tanda pendarahan. Tanda pendarahan tidak
selalu didapat secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar
penderita muncul setelah dilakukan test tournique. (20) Uji tourniquet
positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptif
test (dugaan keras) oleh karena uji tourniquest positif pada hari pertama
demam terdapat pada sebagian besar penderita demam berdarah dengue.
Namun uji tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain
(campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (thypus abdominalis), dan
lain-lain.
9. e. Renjatan
Renjatan disebabkan karena perdarahan atau kebocoran plasma kedaerah
ekstra vaskuler melalui kapiler darah yang rusak. Tanda-tanda renjatan
adalah:
Kulit terasa dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari, dan
kaki.
Penderita menjadi gelisah.
Sianosis di sekitar mulut
Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba.
Tekanan nadi menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang).
Tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun hingga 80 mmHg
atau kurang)
5. Cara penularan
Penyakit ini ditularkan lewat gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Ada beberapa
spesies: Aedes Aegypti, Aedes Albopticus, Aedes Polynesiensis dan Aedes
Scutelarris yang dapat berlaku sebagai vektor. Nyamuk Aedes dapat
menularkan virus dengue kepada manusia, baik secara langsung (setelah
menggigit orang yang sedang dalam fase viremia), maupun secara tidak
langsung, setelah melewati masa inkubasi dalam tubuhnyaselama 8-10 hari
(extrinsic incubation period). Masa inkubasi didalam tubuh manusia (intrinsic
incubation period) antara 4-6 hari. Manusia infektif hanya pada saat viremia
saja (5-7 hari), tetapi nyamuk dapat infektif selama hidupnya.
Seseorang yang menderita demam berdarah, dalam darahnya mengandung
virus dengue. Penderita tersebut apabila digigit oleh nyamuk Aedes, maka
virus dalam darah penderita tadi ikut terhisap masuk ke lambung nyamuk dan
virus akan memperbanyak diri dalam tubuh nyamuk dan tersebar di berbagai
jaringan tubuh termasuk dalam kelenjar air liur nyamuk. Nyamuk siap untuk
10. menularkan kepada orang atau anak lain 3-10 hari setelah menggigit atau
menghisap darah penderita.
Penularan penyakit terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit (menusuk),
alat tusuknya yang disebut probocis akan mencari kapiler darah. Setelah
diperoleh, maka dikeluarkan liur yang mengandung zat anti pembekuan darah
(anti koagulan), agar darah mudah dihisap melalui saluran probocis yang
sangat sempit. Bersama liurnya inilah virus dipindahkan kepada orang lain.
6. Faktor resiko yang mempengaruhi DBD
Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) sebagai berikut:
a. Faktor lingkungan
Lingkungan fisik yaitu seperti ketinggian tempat, curah hujan,
kelembaban, suhu, ruang gelap, pemasangan kawat kasa, ventilasi, dan
tempat penampungan air (TPA). Lingkungan biologi yang mempengaruhi
penularan DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman
pekarangan yang mempengaruhi pencahayaan dan kelembaban didalam
rumah merupakan tempat yang disenangi oleh nyamuk untuk istirahat.
1) Ketinggian tempat
Variasi dari suatu ketinggian berpengaruh terhadap kepadatan nyamuk
Aedes Aegypti. Di Indonesia Aedes Aegypti dapat hidup pada
ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut.(31)
Tidak ditemukan nyamuk Aedes Albopictitus karena ketinggian
tersebut, suhu terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi
kehidupan nyamuk.
2) Curah hujan
Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan
menambah kelembaban udara. Temperatur dan kelembaban selama
musim hujan sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk.
11. 3) Ruang gelap
Nyamuk Aedes Aegypti bersifat diurnal atau aktif pagi hingga siang
hari, nyamuk biasanya beristirahat pada benda-benda yang
menggantung di dalam rumah seperti gorden, kelambu, dan pakaian
diruang yang gelap.
4) Kelembaban udara
Umur nyamuk dipengaruhi oleh kelembaban udara. Kelembaban yang
rendah akan memperpendek umur nyamuk, Secara umum penilaian
kelembaban dalam rumah dengan menggunakan hygrometer. Menurut
indikator pengawasan perumahan, kelembaban udara yang memenuhi
syarat kesehatan dalam rumah adalah 40-70% dan kelembaban udara
yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah 70%. Komponen rumah
harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis agar aman bagi
penguhinya, salah satunya adalah lantai harus kedap air. Jenis lantai
tanah menyebabkan kondisi rumah menjadi lembab yang
memungkinkan segala bakteri berkembangbiak. Hal ini menyebabkan
kondisi ketahanan tubuh menjadi lebih buruk, sehingga dapat
menyebabkan gangguan atau penyakit terhadap penghuninya dan
memudahkan seseorang terinfeksi penyakit
5) Suhu
Nyamuk Aedes Aegypti dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi
metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun
sampai dibawah suhu kritis. Pada suhu yang lebih dari 35oC juga
mengalami perubahan dalam arti lebih lambat terjadinya proses
fisiologis. Telur nyamuk Aedes Aegypti di dalam air dengan suhu 20-
40o
C akan menetas menjadi jentik dalam wkatu 1-2 hari
6) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, salah satunyayaitu
menjaga agar sirkulasi udara didalam rumah tersebut lancar.
12. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 didalam rumah
dan menyebabkan kelembaban udara didalam ruangan baik. Tingkat
kelembaban optimum nyamuk antara 60 % - 80 %, luas ventilasi
alamiah yang permanen minimal >10% dari luas lantai.
7) Tempat penampungan air
Tempat penampungan air yang menjadi tempat perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegypti dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Tempat penampungan air bersih (tempayan, bak mandi, bakWC,
drum, bak penampungan air, ember, dll)
Tempat penampungan air untuk keperluan tertentu (tempat minum
hewan, barang-barang bekas, vas bunga, dll)
Tempat penampungan air alami (lubang pohon, lubang batu,
tempurung kelapa, kulit kerang, potongan bambu)
Pada dasarnya di anjurkan untuk membersihkan tempat penampungan
air minimal satu minggu sekali agar bebas dari jentik nyamuk
8) Jarak antar rumah
Jarak antar rumah dapat mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu
rumah ke rumah yang lain.
9) Kepadatan hunian
Ketidakseimbangan antara luas rumah dengan jumlah penghuni akan
menyebabkan suhu didalam rumah menjadi tinggi dan hal ini dapat
mempercepat penularan DBD. Tidak padat hunian (memenuhi syarat )
adalah jika luas >9 m2 per orang dan padat penghuni jika luas < 9 m2
per orang
10) Ikan pemakan jentik
Yang termasuk lingkungan biologi seperti ada atau tidaknya
memelihara ikan pemakan jentik. Hal tersebut berpengaruh terhadap
kepadatan jentik di tempat penampungan air atau kontainer.
13. Memelihara ikan pemakan jentik misalnya ikan kepala timah, ikan
gupi, ikan cupang/tempalo dan lain-lain
b. Faktor perilaku
Ada beberapa macam teori tentang perilaku, antara lain perilaku
merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia
dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap
dan praktek. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek fisik, psikis
dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak
kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya
yang ditentukan dan dipengaruhi faktor pengalaman, keyakinan, sarana
fisik dan sosial budaya.
Perilaku seseorang yang diukur dari pengetahuan, sikap dan praktek dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan suatu objek tertentu melalui pasca indera
manusia. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan
seseorang mengenai praktek 3M yang terdiri dari praktek menguras
tempat penampungan air kurang dari seminggu sekali, praktek
menutup tempat penampungan air, dan praktek membuang atau
mengubur barangbarang bekas yang dapat menjadi tempat
penampungan air sehingga dapat mempengaruhi keadaan jentik
nyamuk Aedes Aegypti.
Pengetahuan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain tingkat
pendidikan, umur, pekerjaan, dan kultur setempat. Semakin tinggi
pendidikan maka semakin besar kemampuan menyerap informasi.
Pendidikan merupakan faktor yang paling kuat dalam pengetahuan.
Pendidikan tidak mutlak harus pendidikan formal, tetapi dapat berupa
14. pendidikan non formal melalui buku, poster, media masa, penyuluhan
oleh petugas kesehatan dan lain-lain
b. Sikap
Sikap adalah suatu pernyataan evaluatif tentang objek, orang atau
kejadian-kejadian. Pembentukan sikap dipengaruhi oleh pengalaman
pribadi, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media masa,
institusi atau lembaga tertentu serta faktor emosi dalam diri individu
yang bersangkutan.
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap sesuatu stimulus atau objek, manifestasi sikap tidak dapat
langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap seseorang adalah predisposisi (keadaan
mudah dipengaruhi) untuk memberikan tanggapan terhadap
rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah
laku orang tersebut, secara definitif siakp berarti suatu keadaan jiwa
dan keadaan pikiran yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan
terhadap suatu.
objek yang diorganisasi melalui pengalaman serta mempengaruhi
secara langsung atau tidak langsung pada perilaku
c. Tindakan
Praktek dipengaruhi oleh kehendak, sedangkan kehendak dipengaruhi
oleh sikap dan norma subjektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh
keyakinan oleh pendapat orang lain serta motifasi untuk menaati
pendapat tersebut. Praktek individu terhadap objek dipengaruhi oleh
persepsi individu tentang kegawatan ojek, kerentanan, faktor sosio
psikologi, faktor sosio demografi, pengaruh media masa, anjuran
orang lain serta perhitungan untung rugi dan prakteknya tersebut.
Praktek dibentuk oleh pengalaman. Interaksi individu dengan
15. lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap
terhadap suatu objek.
Media masa mempunyai peran sebagai penyampaian pesan layanan
kesehatan (PSN-3M dan penyakit DBD) melalui media masa seperti
televisi, koran, maupun radio diharapkan mampu merubah praktek
dalam melakukan pemberantasan dengue. Selain PSN 3M tersebut,
pemasangan kawat kasa juga dapat mempengaruhi faktor perilaku
karena desain rumah yang dibangun dengan modifikasi adanya
pemasangan kawat kasa pada lubang ventilasi dan jendela dapat
mengurangi masuknya nyamuk ke dalam rumah.
7. Pemberantasan Penyakit DBD
Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular
lainnya didasarkan pada usaha pemutus rantai penularannya. Pada penyakit
DBD yang merupakan komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus
dengue, nyamuk Aedes Aegypti dan manusia. Belum adanya vaksin untuk
pencegahan penyakit DBD dan belum ada obat-obatan khusus untuk
penyembuhannya maka pengendalian DBD tergantung pada pemberantasan
nyamuk Aedes Aegypti. Penderita penyakit DBD diusahakan sembuh guna
menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada kelompok
yang paling tinggi resiko terkena, diusahakan agar jangan mendapatkan
infeksi virus dengan cara memberantas vektornya.
Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD adalah upaya untuk
memberantas nyamuk Aedes Aegypti, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Menguras dengan menggosok tempat-tempat penampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali yang bertujuan untuk merusak telur nyamuk,
sehingga jentik-jentik tidak bisa menjadi nyamuk atau menutupnya rapat-
rapat agar nyamuk tidak bisa bertelur di tempat penampungan air.
16. b. Mengganti air vas bunga, perangkap semut, air tempat minum burung
seminggu sekali dengan tujuan untuk merusak telur maupun jentik
nyamuk.
c. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dan sampahsampah
lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga tidak menjadi tempat
berkembangbiaknya nyamuk.
d. Mencegah barang-barang/pakaian-pakaian yang bergelantungan di kamar
ruang yang remang-remang atau gelap disukai nyamuk untuk beristirahat.
Dengan melakukan kegiatan PSN DBD secara rutin oleh semua
masyarakat maka perkembangbiakan penyakit di suatu wilayah tertentu
dapat dicegah atau dibatasi.
B. Tinjauan Tentang Kejadian Luar Biasa
1. Defenisi
Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu
dan daerah tertentu. Kejadian luar biasa adalah suatu keadaan yang tidak
lazim dari biasanya, bila sebelumnya tidak ada penyakit menjadi ada,
meskipun kasusnya hanya ada satu, bisa pula bermakna kenaikan yang
signifikan misalnya dua kali dari biasanya, atau menunjukkan tren kenaikan
terus menerus. Apalagi tidak lazim seperti biasanya.
2. Kriteria Kejadian Luar biasa
Suatu kejadian penyakit dapat dikatakan KLB apabila memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada
atau tidak dikenal pada suatu daerah.
b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 (tiga)
kurun waktu (masa inkubasi) berturut-turut menurut jenis penyakitnya
(jam, hari atau minggu)
17. c. Peningkatan kejadian kejadian penyakit/kematian dua kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari,
atau minggu menurut jenis penyakitnya.
d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per
bulan dalam tahun sebelumnya.
e. Angka rata-rata per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan
dua kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan
dari tahun sebelumnya.
f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dari suatu
penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50%
atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit
(CFR) dari periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) dari penderita baru pada satu
periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu
periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya
18. BAB III
DEFINISI OPERASIONAL DAN BATASAN
A. Kejadian Luar Biasa
KLB DBD adalah jika suatu daerah desa atau kelurahan sebaiknya segera
ditetapkan telah berjangkit KLB DBD apabila memenuhi satu kriteria sebagai
berikut :
1. Terdapat satu penderita DBD atau demam dengue (DD) meninggal.
2. Terdapat satu kasus DBD atau lebih selama 3 bulan terakhir di daerah
Kabupaten/Kota bersangkutan tidak ditemukan penderita DBD tetapi HI
jentik Aedes aegypti desa atau kelurahan tersebut lebih dari 5%.
3. Terdapat peningkatan bermakna jumlah kasus DBD dibandingkan keadaan
sebelumnya.
4. Terdapat peningkatan bermakna dibandingkan dengan keadaan tahun
sebelumnya pada periode yang sama
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang ada di wilayah
kerja puskesmas Lembang.
C. Sampel
Sampel dalam penelitian/ pengamatan ini adalah masyarakat yang
didiagnosa menderita DBD.
D. DBD
DBD dalam pengamatan ini adalah ialah demam disertai 2 atau lebih gejala
penyerta seperti sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata, pegal, nyeri sendi
(arthralgia), ruam (rash). Adanya manifestasi perdarahan, leukopenia ( leukosit ≤
5000 /mm³ ), jumlah trombosit ≤ 150.000/mm³ dan peningkatan hematokrit 5 – 10
%.
19. BAB IV
METODOLOGI
A. Desain Study
Desain penyelidikan dengan menggunakan penelitian deskriptif, dengan
melakukan observasi terhadap Penderita DBD.
B. Waktu dan Tempat
Survey penyelidikan wabah di laksankan mulai tanggal 3 Oktober s/d 10
oktober 2022, di wilayah kerja Puskesmas lembang.
C. Pengumpulan data
1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan melakukan penyelidikan epidemiologi
melalui wawancara dari rumah ke rumah terhadap kasus/keluarganya, daerah
sekitar rumah penderita dan Kepala Desa melalui formulir pelacakan kasus
dan wawancara mendalam.
2. Data sekunder
Data pendrita DBD dari bulan Januari s/d Oktober 2022.
D. Pengolahan data dan penyajian data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan komputerisasi yang
disajikan dalam bentuk table, grafik dan narasi.
21. BAB VI
Hasil Penyelidikan KLB DBD
A. Incidence Rate dan CFR
Incedence Rate kejadian Luar biasa DBD di wilayah kerja Puskesmas lembang
tahun 2022 adalah 110 per 100.000 penduduk , kondisi tersebut melampaui target
nasional yangditetpkan ole KEMENKES RI (49 per 100.000) penduduk,
sedangkan Case Fatality Rate DBD Wilayah kerja Puseksmas Lembang sebesar
4,8% lebih tinggi daripada target KEMENKES yaitu dibawah 1%.
B. Gambaran Epidemiologi DBD
1. Distribusi Penderita DBD berdasarkan Status
Grafik 5.1 Penderita DBD Berdasarkan Status
Diwilayah kerja Puskesmas Lembang
Tahun 2022
Sumber Data : Puskesmas Lembang
0
20
40
60
80
100
120
140
Sembuh
Dirawat
Meniggal
Jumlah
19
1
1 21
90.5
4.8
4.8
100.0
Axis
Title
Persen
Jumlah
22. Grafik 5.1 diatas menggambarkan bahwa dari 21 orang Penderita DBD angka
kesembuhan sebanyak 19 Orang (90,5), angka kematian sebanyak 1 orang
(4,8%)
2. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Person
Grafik 5.2 Penderita DBD Berdasarkan Umur
Diwilayah kerja Puskesmas Lembang
Tahun 2022
Sumber Data : Puskesmas Lembang
Grafik 5.2 diatas menggambakan bahwa dari 21 penderita DBD jumlah
penderita paling banyak adalah pada kelompok umur > 18 Tahun sebanyak 9
orang (42,9%) kemudian pada kelompok umur 6-17 Tahun sebanya 8 orang
(38,1%) dan paling sedikit umur 0-5 Tahun sebanyak 4 orang (19,0%)
4
8 9
21
19.0
38.1
42.9
100
0
20
40
60
80
100
120
0-5 Tahun 6-17 Tahun > 18 Tahun Jumlah
jumlah
Persen (%)
23. Grafik 5.3 Penderita DBD Berdasarkan Jenis kelamin
Diwilayah kerja Puskesmas Lembang
Tahun 2022
Sumber Data : Puskesmas Lembang
Grafik 5.3 diatas menggambarkan bahwa dari 21 penderita DBD jumlah
penderita paling banyak adalah pada jenis kelamin Perempuan sebanyak 14
orang (66,7%) Sedangkan laki-laki sebanyak 7 orang (33,3%)
7
14
21
33.3
66.7
100.0
0
20
40
60
80
100
120
Laki-laki Permpuan (blank)
Sum of Jumlah
Sum of Persen (%)
24. 3. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Waktu Kejadian
Grafik 5.4 Penderita DBD Berdasarkan Waktu Kejadian
Diwilayah kerja Puskesmas Lembang
Tahun 2022
Sumber Data : Puskesmas Lembang
1 2 1 5 5 3
21
4
4.8
9.5
4.8
23.8 23.8
14.3
100.0
19.0
0
20
40
60
80
100
120
Sum of jumlah
Sum of persen
25. 4. Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Tempat
Grafik 5.5 Penderita DBD Berdasarkan Waktu Kejadian
Diwilayah kerja Puskesmas Lembang
Tahun 2022
Sumber Data : Puskesmas Lembang
C. Sumber dan Cara Penularan
D. Faktor Resiko
E. Penanggulangan DBD
F. Reomendasi
2 3 6
21
3 3 1 3
9.5
14.3
28.6
100.0
14.3 14.3
4.8
14.3
0
20
40
60
80
100
120
Sum of Jumlah
Sum of Persen (%)
26. BAB VII
Penutup
Daftar Pustaka
Bustan, N. 2012. Pengantar Epidemiologi, Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Depkes (2017). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di
Indonesoia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes. (2010). Surveilans Epidemiologi Demam Berdarah Dengue. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Masriadi. ( 20140 ). Epidemiologi Penyakit Menular.Jakarta : PT. RajaGrafindo
Persada
Masriadi, Baharuddin Alina dan Samsualam.(2014). Metodologi Penelitian
Kesehatan Kedokteran dan Keperawatan. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Notoatmodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
WHO. (2012). Global Strategy For Dengue Prevention And Control. Swiss : WHO
Press