SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
PENGENDALIAN RAYAP TANAH
    PADA TANAMAN KAYU PUTIH DENGAN EKSTRAK SEREH WANGI
          A Preventive Measure Against Subterranean Termite Attack on
                       Cajuput by Extract of Lemongrass

                       Teguh Hardi TW 1) dan Riko Kurniawan 2)
          1)
             Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
                      2)
                         Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa

                                      ABSTRACT

An experiment was conducted to prevent the attack of subterranean termite (Macotermes
gilvus) on cajuput plantation at RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Purwakarta Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat working area. The trial was carried out using natural
insecticide of lemongrass (Cymbopogon nardus) it consisted of 4 concentrations: 0%
/control, 0.5%, 1% and 2%. Insecticide application by spraying at around of tree with
canopy wide by Completely Randomized Design (CRD). The experiment has shown a
good result for concentration 2%. As the foraging of termite is greatly influenced by air
humidity, it is suggested that the first weeding should be conducted after leaf harvesting
to elimination of undergrowth. This will decrease the air humidity within the forest and
consequently will develop unfavourable condition for the termite’s growth.

Keywords: Concentration, lemongrass, Subterranean termite.

                                      ABSTRAK

Suatu percobaan pengendaliaan rayap tanah Macrotermes gilvus pada tanaman kayu
putih telah dilaksanakan di RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Purwakarta Perum
Perhutani Unit III Jawa Barat. Percobaan pengendalian rayap tanah menggunakan
aplikasi insektisida nabati dari ekstrak daun sereh wang yang terdiri dari 4 konsentrasi,
yaitu: 0%/kontrol, 0,5%, 1%, dan 2% dengan rancangan penelitian Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi insektisida dengan
konsentrasi 2% menunjukan hasil yang sangat nyata dibandingkan dengan kontrol.
Aktivitas rayap tanah sangat berhubungan dengan kelembaban udara, untuk itu
disarankan melakukan pembersihan gulma di sekitar tanaman setelah pemanenan daun
karena kegiatan ini dapat menurunkan kelembaban udara sehingga dapat mengurangi
perkembangan rayap tanah.

Kata Kunci: Konsentrasi, sereh wangi, rayap tanah.




                                            1
I. PENDAHULUAN

       Salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang cukup potensial adalah minyak
atsiri. Minyak atsiri adalah minyak yang diperoleh dari hasil penyulingan, pemerasan,
dan ekstraksi dari bagian pohon (daun, ranting, akar, kulit, getah, dan bunga) yang
mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar dan mempunyai aroma yang khas
(Sumadiwangsa, 1973). Salah satu minyak atsiri yang banyak digunakan di Indonesia dan
dikelola oleh Perum Perhutani adalah minyak kayu putih. Minyak kayu putih dihasilkan
dari hasil penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn) yang banyak
digunakan dalam industri obat-obatan (Soepandi, 1953), bahkan akhir-akhir ini kayunya
telah digunakan juga sebagai bahan pembuatan papan kertas (hard board) di Australia
(Howarth, 1965).
       Kendala budidaya kayu putih di lapangan adalah adanya serangan hama. Hama
utama tanaman yang menyerang kayu putih adalah hama rayap tanah, yang menyebabkan
kerusakan akar dan batang, bahkan dapat mematikan stump dan anakan kayu putih yang
baru ditanam. Salah satu areal pertanaman kayu putih yang diserang rayap tanah adalah
di lokasi Purwakarta, lebih lanjut dilaporkan oleh Natawiria, dkk (1973) bahwa rayap
tanah banyak menyerang tanaman kayu putih muda yang mengakibatkan kematian
tanaman mencapai 50%.
       Untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh hama rayap tanah telah
dilakukan tindakan pengendalian dengan berbagai cara, antara lain secara kimiawi dan
secara hayati. Pengendalian secara kimiawi yaitu usaha pengendalian dengan
menggunakan bahan kimia (insektisida), misalnya dengan menggunakan insektisida
heptachlor, chlordane dan HCS (Natawiria, 1973). Cara ini dipandang kurang
menguntungkan karena selain biayanya mahal, pemakaian insektisida kimia/sintetis juga
dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, seperti keracunan pada hewan dan
manusia, dan pencemaran air.
       Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mencari sarana
pengendalian alternatif yang dapat mengendalikan hama secara efektif tetapi ramah
lingkungan. Salah satu alternatif yang punya prospek baik untuk mengendalikan rayap
tanah yang menyerang kayu putih adalah dengan insektisida nabati. Insektisida nabati
adalah insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman. Tanaman sereh wangi


                                         2
(Cymbopogon nardus) merupakan salah satu jenis tumbuhan penghasil insektisida nabati
yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan populasi hama (Kardinan, 1992).
Bagian daun serai wangi banyak mengandung minyak atsiri yang terdiri dari senyawa
sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metal heptenon, dan diptena. Bahan
aktif yang mengandung zat beracun adalah geraniol.
       Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi ekstrak serai wangi
terhadap rayap tanah yang menyerang tanaman kayu putih.


                      II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN


   1. Waktu dan Tempat Penelitian
       Penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu dari bulan November sampai
       Desember 2007 di Petak 52a RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Cikampek
       Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Iklim tempat penelitian dapat digolongkan
       ke dalam iklim tipe B (Schmidt dan Ferguson, 1951) dimana curah hujan rata-rata
       dalam setahun adalah 1891 mm dan rata-rata dalam setahun ada 3,5 bulan kering
       dan 7,4 bulan basah . Sedang suhu rata-rata perhari pada bulan November sampai
       Desember 2007 mencapai 34,750 C
   2. Bahan dan Peralatan
       Bahan yang digunakan meliputi: ekstrak serai wangi, tanaman kayu putih umur 6
       tahun dengan tinggi pangkasan 1,5 meter, air secukupnya, dan bahan pelarut
       (tipol). Sedangkan peralatan yang digunakan meliputi: Label pohon, semprotan
       tangan, ember, sarung tangan, gelas ukur, gayung, thermohygrometer, dan sabun
       cuci.
   3. Metode Pengumpulan Data
       Tahapan kegiatan penelitian meliputi:
       a. Proses pembuatan ekstrak serai wangi.
           -   Daun serai wangi diiris kecil-kecil
           -   Dijemur 4-7 hari hingga kadar air mencapai 10%
           -   Digiling
           -   Diekstrak dengan methanol selama 2 jam



                                            3
-   Didiamkan selama 24 jam
         -   Disaring hingga berbentuk filtrat
         -   Diuapkan dengan rotavator
         -   Ekstrasi kental
   b. Perlakuan pada tanaman kayu putih
         Perlakuan ekstrak serai wangi dengan jalan penyiraman di sekitar perakaran
         tanaman kayu putih selebar tajuk dengan konsentrasi sebagai berikut:
         A = konsentrasi 0% (control)
         B = konsentrasi 0,5%
         C = konsentrasi 1%
         D = konsentrasi 2%
         Tiap perlakuan menggunakan 5 buah pohon dan masing-masing perlakuan
         diulang sebaganyak 5 kali, sehingga jumlah tanaman kayu putih yang
         dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 pohon
4. Parameter yang diamati
   -     Aktivitas serangan rayap
   -     Intensitas serangan rayap tanah setelah aplikasi insektisida
   -     Pengamatan dilakukan setiap minggu selama satu bulan
   Untuk membantu pengamatan tingkat kerusakan tanaman digunakan kriteria
   sebagai berikut (Winaryati, 1984):
        Klasifikasi       Nilai                  Tanda-tanda kerusakan
          serangan       (Skor)
       A (sehat)       0 (0%)        - pertumbuhan pohon baik
                                     - tidak ada gejala serangan rayap berupa lorong
       B (ringan)      1 (33,3%)     - pertumbuhan pohon baik
                                     - terdapat lorong rayap 1-5 lorong
       C (sedang)      2 (66,7%)     - terdapat banyak lorong > 5 lorong
       D (berat)       3 (100%)      - pertumbuhan pohon merana
                                     - pohon mati

5. Rancangan Penelitian
   Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan
   dan 5 ulangan, dengan model rancangan:
   Yij       = µ +Ai +Bj + εij


                                          4
Dimana:
   Yij    = hasil pengamatan pada ulangan ke-i dari perlakuan ke-j
   i      = 1, 2, 3, 4, 5
   j      = 1, 2, 3, 4
   µ      = efek dari nilai tengah
   Ai     = efek dari ulangan ke-i
   Bj     = efek dari perlakuan pada taraf ke-j
   εij    = efek dari error pada ulangan ke-i dari perlakuan ke-j


                            III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Aktivitas Serangan Rayap
   Rayap tanah Macrotermes gilvus (Famili Termitidae) bersarang dalam tanah
   terutama dekat dengan sumber makanan yang mengandung selulose. Rayap ini
   dapat menyerang tanaman baik yang hidup maupun yang mati sampai jarak 200
   meter dari sarangnya (Tarumingkeng, 1971). Dalam koloni rayap yang terdiri
   beberapa kasta, kasta pekerjalah yang paling bertanggung jawab terhadap
   kerusakan tanaman karena populasinya mencapai 80% dari selurung anggota
   koloni. Rayap muda yang baru ditetaskan dari telur belum memiliki protozoa
   yang diperlukan untuk mencerna selulose. Protozoa ini berguna untuk
   mencernakan selulosa yang telah dimakan.
   Untuk menuju tanaman sasaran, maka rayap membuat terowongan-terowongan
   kembara, yaitu jalur-jalur sempit yang berasal dari pusat sarang yang hanya dapat
   dilalui sekaligus oleh sekitar 3-4 ekor rayap. Untuk mengenali tanaman target
   maka rayap pekerja mengeluarkan feromon penanda jejak dan mendeteksi
   makanan. Kemampuan mendeteksi dimungkinkan karena mereka dapat menerima
   dan mennafsirkan setiap bau esensial bagi kehidupannya melalui lobang-lobang
   tertentu yang terdapat pada rambut-rambut yang tumbuh di antenna.
   Untuk dapat mendeteksi jalur yang dijelajahinya, individu rayap yang berada
   didepan mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang
   keluar dari kelenjar sternum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen),



                                       5
yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi ini
   sangat erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga rayap mampu
   mendeteksi obyek makanannya.


B. Intensitas Serangan Rayap Tanah Setelah Aplikasi Insektisida
          Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan diperoleh data hasil
   persentase serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih seperti terlihat pada
   Tabel 3.
   Tabel 3.   Rata-rata persentase serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih
              selama satu bulan.

                Perlakuan                        Minggu setelah aplikasi (msa)
                                             1          2           3            4
           A (konsentrasi 0%)              39,98      46,66       46,66      53,34
          B (konsentrasi 0,5%)              6,66      13,32       26,66      26,66
           C (konsentrasi 1%)                0        6,66        13,32      19,98
           D (konsentrasi 2%)                0          0           0          6,66

          Dari Tabel 3 terlihat bahwa aplikasi insektisida ekstrak serai wangi dengan
   konsentrasi 0,5% serangan rayap yang terjadi dimulai pada minggu pertama
   pengamatan dan terus meningkat pada minggu berikutnya. Pada pengamatan
   minggu keempat persentase serangan rayap telah mencapai 26,66%. Sedangkan
   pada konsentrasi 1%, serangan rayap terjadi mulai pada minggu kedua dan terus
   meningkat hingga mencapai 19,98% pada minggu keempat. Pada konsentrasi 2%
   terjadi serangan rayap tetapi persentase serangannya hanya sebesar 6,66%.
          Aplikasi insektisida ekstrak serai wangi bekerja sebagai racun kontak dan
   kandungan bahan aktif berupa geraniol dan citronella yang diduga menyebabkan
   kematian rayap. Sesuai pendapat Kardinan (1992) yang menyatakan bahwa
   pestisida nabati sereh wangi tidak membunuh rayap secara cepat, tetapi
   berpengaruh mengurangi nafsu makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses
   ganti kulit, hambatan menjadi serangga dewasa, sebagai pemandul, serta mudah
   diabsorsi oleh tanaman. Daun sereh wangi mengandung geraniol dan citronella
   yang pada konsentrasi tinggi memiliki keistimewaan sebagai anti feedant,




                                       6
sehingga rayap tidak bergairah memakan tanaman, sedangkan pada konsentrasi
rendah bersifat sebagai racun perut yang bias mengakibatkan rayap mati.
         Rayap mempunyai ukuran tubuh yang lebih kecil sehingga luas
permukaan luar tubuh rayap relatif lebih besar untuk bersentuhan dengan
insektisida. Bagian kutikel pada tubuh rayap yang terdapat pori dan lubang keluar
kelenjar epidermis dan sensila berperan penting dalam melewatkan insektisida ke
dalam tubuh rayap. Disamping itu kematian rayap diperberat oleh sifat yang
nekropagi (memakan bangkai sesamanya) dan kanibalisme (memakan anggota
yang lemah atau sakit), padahal rayap yang mati atau dalam keadaan lemah
tersebut dapat diakibatkan karena terkena racun insektisida, sehingga rayap yang
memakan sesamanya tersebut akan mati. (Tarumingkeng, 1971).
         Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan ekstrak serai wangi terhadap
serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih, dilakukan uji sidik ragam dengan
hasil terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis sidik ragam persentase serangan rayap tanah pada tanaman kayu
         putih yang merupakan transformasi arc sin √x.

          Sumber           Db             JK              KT               FHit
      Keragaman
         Perlakuan         3            4211,095       1403,698           6,674**
         Galat             12           2523,856       210,321
         Total             15           7047,487

Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada tingkat kepercayaan 1%.

         Dari tabel di atas terlihat bahwa perlakuan dengan konsentrasi 2%
insektisida berpengaruh sangat nyata dalam mempengaruhi persentase serangan
rayap, sedangkan banyaknya ulangan tidak memberikan pengaruh yang nyata.
Dengan adanya pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Dunnet untuk
melihat pengaruh perlakuan konsentrasi yang dibandingkan dengan kontrol (Tabel
5).




                                    7
Tabel 5. Hasil uji Dunnet rata-rata persentase serangan rayap.


 Konsentrasi      Perbandingan     Beda mutlak             d              Hasil
                 dengan kontrol     (Yi – Yj)      0,05        0,01
  B (0,5%)        43,05 – 19,81          23,24     24,94       33,10   Tidak nyata
  C (1,0%)        43,05 – 14,17          28,88     24,94       33,10      Nyata
  D (2,0%)        43,05 – 3,36           39,69     24,94       33,10   Sangat nyata


         Dari Tabel 5 terlihat bahwa aplikasi insektisida nabati serai wangi dengan
konsentrasi 0,5% jika dibandingkan dengan control tidak berbeda nyata, aplikasi
dengan konsentrasi 1% berbeda nyata dan konsentrasi 2% berbeda sangat nyata.
Dari data tersebut menunjukan bahwa aplikasi insentisida ekstrak serai wangi
dengan konsentrasi 1% dan 2% telah memberikan hasil yang cukup baik




                                     KESIMPULAN
         Berdasarkan hasil penelitian aplikasi ekstrak serai wangi terhadap
serangan hama rayap tanah dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Aplikasi insektisida ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 1% dan 2% dapat
   menekan instensitas serangan rayap tanah Macrotermes gilvus.
2. Perlakuan aplikasi insentisida ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 2%
   memberikan hasil yang paling efektif dalam menurunkan intensitas serangan
   rayap tanah.


Saran:
         Ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 2% sangat efektif untuk
mengendalikan intensitas serangan rayap tanah, tetapi karena sifatnya yang
mudah terurai sehingga disarankan aplikasinya dapat dilaksanakan minimal setiap
minggu sampai koloni rayap hilang (Kardinan, 1992).




                                     8
DAFTAR PUSTAKA
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan
        Pengembangan Kehutanan. Jakarta.

Howarth, G.F. 1965. Bushfire in Australia. CSIRO Division of Forest Research.
        AGPS Cambera. 359 p.

Kardinan, Agus. 1992. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penerbit PT.
        Penebar Swadaya, Bogor.

Ketaren, A. 1985. Penyulingan Tanaman Kayu Putih Dengan Cara Konvensional
         dan Modern. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (Tidak
         diterbitkan).

Natawiria, D.; S.E. Intari dan H. Sidabutar 1973. Percobaan Pencegahan
         Serangan Rayap Macrotermes gilvus Pada Tanaman Kayu Putih di
         Cikampek. Laporan Lembaga Penelitian Hutan No. 173. Bogor.

________, D. 1973. Percobaan Pencegahan Serangan Rayap pada Tegakan Pinus
       merkusii. Laporan No. 176. Lembaga Penelitian Hutan, Bogor.

Santoso, H.B. 1992. Serai Wangi, Bertanam dan Penyulingan. Penerbit Kanisius,
         Yogyakarta.

Schmid, F.H. dan J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall types based on wet and dry
        period ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No. 42.
        Direktorat Meteorologi dan Geofisika, Jakarta.

Soepandi, Achmad. 1953. Penyulingan Minyak Kayu Putih dengan Metode
        Pendinginan . Laporan No. 32. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

Sumadiwangsa, S. 1973. Teknik Pengelolaan dan Kualitas Minyak Kayu Putih.
       Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan. No. 67. Bogor.

_______________ dan T. Silitonga. 1977. Penyulingan Minyak Kayu Putih.
       Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan. No. 433. Bogor.

Tarumingkeng, Rudy. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu di
        Indonesia. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan. No. 133. Bogor.

Wimaryati, T. 1984. Basic Principles of Crop Protection Field Trials. Fakultas
       Kehutanan IPB. Bogor (Tidak dipublikasikan).




                                  9

More Related Content

What's hot

Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...faniardiani
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Sultan Herlino
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-noneAndrew Hidayat
 
Gulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman HortikulturaGulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman HortikulturaNovayanti Simamora
 
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...Repository Ipb
 
Industria vol 1 no 2 artikel 1 77 85
Industria vol 1 no 2 artikel 1 77 85Industria vol 1 no 2 artikel 1 77 85
Industria vol 1 no 2 artikel 1 77 85Nur Hidayat
 
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...Repository Ipb
 
Arti penting gulma
Arti penting gulmaArti penting gulma
Arti penting gulmamamad9009
 
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...Repository Ipb
 
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (19)

Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
Pengaruh Pemberian Mikoriza dan Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Bibit Kopi...
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
 
Tugas makalah
Tugas makalahTugas makalah
Tugas makalah
 
Hafiz tugas tps
Hafiz tugas tpsHafiz tugas tps
Hafiz tugas tps
 
Trichoderma
TrichodermaTrichoderma
Trichoderma
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-none
 
PESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudangPESTISIDA nabati pada hama gudang
PESTISIDA nabati pada hama gudang
 
Kultur teknis
Kultur teknisKultur teknis
Kultur teknis
 
trichoderma loh.
trichoderma loh.trichoderma loh.
trichoderma loh.
 
Faeida0 15-21
Faeida0 15-21Faeida0 15-21
Faeida0 15-21
 
Trichokompos power point
Trichokompos power pointTrichokompos power point
Trichokompos power point
 
Gulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman HortikulturaGulma Pada Tanaman Hortikultura
Gulma Pada Tanaman Hortikultura
 
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Industria vol 1 no 2 artikel 1 77 85
Industria vol 1 no 2 artikel 1 77 85Industria vol 1 no 2 artikel 1 77 85
Industria vol 1 no 2 artikel 1 77 85
 
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
 
Arti penting gulma
Arti penting gulmaArti penting gulma
Arti penting gulma
 
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
PERBANYAKAN IN VITRO dan INDUKSI AKUMULASI ALKALOID pada TANAMAN JERUJU (Hydr...
 
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
 

Similar to SEREH MENGHENTIKAN RAYAP

Habitat Restoration Flora & Fauna
Habitat Restoration Flora & FaunaHabitat Restoration Flora & Fauna
Habitat Restoration Flora & FaunaGPFLR
 
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optI1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optAndrew Hutabarat
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraSurya Agus
 
Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2wahyuddin S.T
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdfJURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdfDinda Gusti Ayu
 
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...Bondan the Planter of Palm Oil
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiPutrimian Hairani
 
Pengaruh komposisi kompos organik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di ta...
Pengaruh komposisi kompos organik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai  di ta...Pengaruh komposisi kompos organik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai  di ta...
Pengaruh komposisi kompos organik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di ta...Dody Perdana
 
Kaedah Penanaman Sayur
Kaedah Penanaman SayurKaedah Penanaman Sayur
Kaedah Penanaman SayurJuradi Durjari
 
63357-649-236825-2-10-20220406.pdf
63357-649-236825-2-10-20220406.pdf63357-649-236825-2-10-20220406.pdf
63357-649-236825-2-10-20220406.pdfbaltazar42
 
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Rista Siti Mawarni
 
5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera litura5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera lituraxie_yeuw_jack
 

Similar to SEREH MENGHENTIKAN RAYAP (20)

Isi
IsiIsi
Isi
 
6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus6 ayyub-hama tikus
6 ayyub-hama tikus
 
Habitat Restoration Flora & Fauna
Habitat Restoration Flora & FaunaHabitat Restoration Flora & Fauna
Habitat Restoration Flora & Fauna
 
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optI1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
 
Jurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT HemipteraJurnal DDPT Hemiptera
Jurnal DDPT Hemiptera
 
Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2
 
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekotonMt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2002-diazinon-seaurchin-ekoton
 
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdfJURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
JURNAL REVIEW TERPPENOID.docx.pdf
 
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
Presentasi sidang usulan penelitian pengaruh jamur resisten logam berat terha...
 
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar AgronomiLaporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
Laporan Akhir Dasar-dasar Agronomi
 
Pengaruh komposisi kompos organik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di ta...
Pengaruh komposisi kompos organik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai  di ta...Pengaruh komposisi kompos organik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai  di ta...
Pengaruh komposisi kompos organik terhadap pertumbuhan tanaman kedelai di ta...
 
Antimikroba adila
Antimikroba adilaAntimikroba adila
Antimikroba adila
 
221 301-1-pb
221 301-1-pb221 301-1-pb
221 301-1-pb
 
Kaedah Penanaman Sayur
Kaedah Penanaman SayurKaedah Penanaman Sayur
Kaedah Penanaman Sayur
 
63357-649-236825-2-10-20220406.pdf
63357-649-236825-2-10-20220406.pdf63357-649-236825-2-10-20220406.pdf
63357-649-236825-2-10-20220406.pdf
 
Kunyit
KunyitKunyit
Kunyit
 
Pf
PfPf
Pf
 
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
Kimia Organik Bahan Alam (Alkaloid)
 
3 eli korlina jeruk
3 eli korlina jeruk3 eli korlina jeruk
3 eli korlina jeruk
 
5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera litura5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera litura
 

More from Yuga Rahmat S (20)

2.powert point
2.powert point2.powert point
2.powert point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
2. power point
2. power point2. power point
2. power point
 
Echinodermata
EchinodermataEchinodermata
Echinodermata
 
2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama
 
3. silabus
3. silabus3. silabus
3. silabus
 
1.bahan ajar
1.bahan ajar1.bahan ajar
1.bahan ajar
 
Artikel kel. 8
Artikel kel. 8Artikel kel. 8
Artikel kel. 8
 
3. silabus
3. silabus3. silabus
3. silabus
 
1.bahan ajar
1.bahan ajar1.bahan ajar
1.bahan ajar
 
Artikel fhylum mollusca
Artikel fhylum molluscaArtikel fhylum mollusca
Artikel fhylum mollusca
 
Artikel fhylum mollusca
Artikel fhylum molluscaArtikel fhylum mollusca
Artikel fhylum mollusca
 
64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva64 reproduksi perkembangan larva
64 reproduksi perkembangan larva
 

SEREH MENGHENTIKAN RAYAP

  • 1. PENGENDALIAN RAYAP TANAH PADA TANAMAN KAYU PUTIH DENGAN EKSTRAK SEREH WANGI A Preventive Measure Against Subterranean Termite Attack on Cajuput by Extract of Lemongrass Teguh Hardi TW 1) dan Riko Kurniawan 2) 1) Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan 2) Fakultas Kehutanan Universitas Nusa Bangsa ABSTRACT An experiment was conducted to prevent the attack of subterranean termite (Macotermes gilvus) on cajuput plantation at RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat working area. The trial was carried out using natural insecticide of lemongrass (Cymbopogon nardus) it consisted of 4 concentrations: 0% /control, 0.5%, 1% and 2%. Insecticide application by spraying at around of tree with canopy wide by Completely Randomized Design (CRD). The experiment has shown a good result for concentration 2%. As the foraging of termite is greatly influenced by air humidity, it is suggested that the first weeding should be conducted after leaf harvesting to elimination of undergrowth. This will decrease the air humidity within the forest and consequently will develop unfavourable condition for the termite’s growth. Keywords: Concentration, lemongrass, Subterranean termite. ABSTRAK Suatu percobaan pengendaliaan rayap tanah Macrotermes gilvus pada tanaman kayu putih telah dilaksanakan di RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Purwakarta Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Percobaan pengendalian rayap tanah menggunakan aplikasi insektisida nabati dari ekstrak daun sereh wang yang terdiri dari 4 konsentrasi, yaitu: 0%/kontrol, 0,5%, 1%, dan 2% dengan rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukan bahwa aplikasi insektisida dengan konsentrasi 2% menunjukan hasil yang sangat nyata dibandingkan dengan kontrol. Aktivitas rayap tanah sangat berhubungan dengan kelembaban udara, untuk itu disarankan melakukan pembersihan gulma di sekitar tanaman setelah pemanenan daun karena kegiatan ini dapat menurunkan kelembaban udara sehingga dapat mengurangi perkembangan rayap tanah. Kata Kunci: Konsentrasi, sereh wangi, rayap tanah. 1
  • 2. I. PENDAHULUAN Salah satu hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang cukup potensial adalah minyak atsiri. Minyak atsiri adalah minyak yang diperoleh dari hasil penyulingan, pemerasan, dan ekstraksi dari bagian pohon (daun, ranting, akar, kulit, getah, dan bunga) yang mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar dan mempunyai aroma yang khas (Sumadiwangsa, 1973). Salah satu minyak atsiri yang banyak digunakan di Indonesia dan dikelola oleh Perum Perhutani adalah minyak kayu putih. Minyak kayu putih dihasilkan dari hasil penyulingan daun kayu putih (Melaleuca leucadendron Linn) yang banyak digunakan dalam industri obat-obatan (Soepandi, 1953), bahkan akhir-akhir ini kayunya telah digunakan juga sebagai bahan pembuatan papan kertas (hard board) di Australia (Howarth, 1965). Kendala budidaya kayu putih di lapangan adalah adanya serangan hama. Hama utama tanaman yang menyerang kayu putih adalah hama rayap tanah, yang menyebabkan kerusakan akar dan batang, bahkan dapat mematikan stump dan anakan kayu putih yang baru ditanam. Salah satu areal pertanaman kayu putih yang diserang rayap tanah adalah di lokasi Purwakarta, lebih lanjut dilaporkan oleh Natawiria, dkk (1973) bahwa rayap tanah banyak menyerang tanaman kayu putih muda yang mengakibatkan kematian tanaman mencapai 50%. Untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh hama rayap tanah telah dilakukan tindakan pengendalian dengan berbagai cara, antara lain secara kimiawi dan secara hayati. Pengendalian secara kimiawi yaitu usaha pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (insektisida), misalnya dengan menggunakan insektisida heptachlor, chlordane dan HCS (Natawiria, 1973). Cara ini dipandang kurang menguntungkan karena selain biayanya mahal, pemakaian insektisida kimia/sintetis juga dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan, seperti keracunan pada hewan dan manusia, dan pencemaran air. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan mencari sarana pengendalian alternatif yang dapat mengendalikan hama secara efektif tetapi ramah lingkungan. Salah satu alternatif yang punya prospek baik untuk mengendalikan rayap tanah yang menyerang kayu putih adalah dengan insektisida nabati. Insektisida nabati adalah insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman. Tanaman sereh wangi 2
  • 3. (Cymbopogon nardus) merupakan salah satu jenis tumbuhan penghasil insektisida nabati yang mempunyai kemampuan untuk menurunkan populasi hama (Kardinan, 1992). Bagian daun serai wangi banyak mengandung minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitral, sitronella, geraniol, mirsena, nerol, farsenol, metal heptenon, dan diptena. Bahan aktif yang mengandung zat beracun adalah geraniol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi ekstrak serai wangi terhadap rayap tanah yang menyerang tanaman kayu putih. II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama satu bulan yaitu dari bulan November sampai Desember 2007 di Petak 52a RPH Campaka, BKPH Sadang, KPH Cikampek Perum Perhutani Unit III Jawa Barat. Iklim tempat penelitian dapat digolongkan ke dalam iklim tipe B (Schmidt dan Ferguson, 1951) dimana curah hujan rata-rata dalam setahun adalah 1891 mm dan rata-rata dalam setahun ada 3,5 bulan kering dan 7,4 bulan basah . Sedang suhu rata-rata perhari pada bulan November sampai Desember 2007 mencapai 34,750 C 2. Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan meliputi: ekstrak serai wangi, tanaman kayu putih umur 6 tahun dengan tinggi pangkasan 1,5 meter, air secukupnya, dan bahan pelarut (tipol). Sedangkan peralatan yang digunakan meliputi: Label pohon, semprotan tangan, ember, sarung tangan, gelas ukur, gayung, thermohygrometer, dan sabun cuci. 3. Metode Pengumpulan Data Tahapan kegiatan penelitian meliputi: a. Proses pembuatan ekstrak serai wangi. - Daun serai wangi diiris kecil-kecil - Dijemur 4-7 hari hingga kadar air mencapai 10% - Digiling - Diekstrak dengan methanol selama 2 jam 3
  • 4. - Didiamkan selama 24 jam - Disaring hingga berbentuk filtrat - Diuapkan dengan rotavator - Ekstrasi kental b. Perlakuan pada tanaman kayu putih Perlakuan ekstrak serai wangi dengan jalan penyiraman di sekitar perakaran tanaman kayu putih selebar tajuk dengan konsentrasi sebagai berikut: A = konsentrasi 0% (control) B = konsentrasi 0,5% C = konsentrasi 1% D = konsentrasi 2% Tiap perlakuan menggunakan 5 buah pohon dan masing-masing perlakuan diulang sebaganyak 5 kali, sehingga jumlah tanaman kayu putih yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 pohon 4. Parameter yang diamati - Aktivitas serangan rayap - Intensitas serangan rayap tanah setelah aplikasi insektisida - Pengamatan dilakukan setiap minggu selama satu bulan Untuk membantu pengamatan tingkat kerusakan tanaman digunakan kriteria sebagai berikut (Winaryati, 1984): Klasifikasi Nilai Tanda-tanda kerusakan serangan (Skor) A (sehat) 0 (0%) - pertumbuhan pohon baik - tidak ada gejala serangan rayap berupa lorong B (ringan) 1 (33,3%) - pertumbuhan pohon baik - terdapat lorong rayap 1-5 lorong C (sedang) 2 (66,7%) - terdapat banyak lorong > 5 lorong D (berat) 3 (100%) - pertumbuhan pohon merana - pohon mati 5. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, dengan model rancangan: Yij = µ +Ai +Bj + εij 4
  • 5. Dimana: Yij = hasil pengamatan pada ulangan ke-i dari perlakuan ke-j i = 1, 2, 3, 4, 5 j = 1, 2, 3, 4 µ = efek dari nilai tengah Ai = efek dari ulangan ke-i Bj = efek dari perlakuan pada taraf ke-j εij = efek dari error pada ulangan ke-i dari perlakuan ke-j III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Aktivitas Serangan Rayap Rayap tanah Macrotermes gilvus (Famili Termitidae) bersarang dalam tanah terutama dekat dengan sumber makanan yang mengandung selulose. Rayap ini dapat menyerang tanaman baik yang hidup maupun yang mati sampai jarak 200 meter dari sarangnya (Tarumingkeng, 1971). Dalam koloni rayap yang terdiri beberapa kasta, kasta pekerjalah yang paling bertanggung jawab terhadap kerusakan tanaman karena populasinya mencapai 80% dari selurung anggota koloni. Rayap muda yang baru ditetaskan dari telur belum memiliki protozoa yang diperlukan untuk mencerna selulose. Protozoa ini berguna untuk mencernakan selulosa yang telah dimakan. Untuk menuju tanaman sasaran, maka rayap membuat terowongan-terowongan kembara, yaitu jalur-jalur sempit yang berasal dari pusat sarang yang hanya dapat dilalui sekaligus oleh sekitar 3-4 ekor rayap. Untuk mengenali tanaman target maka rayap pekerja mengeluarkan feromon penanda jejak dan mendeteksi makanan. Kemampuan mendeteksi dimungkinkan karena mereka dapat menerima dan mennafsirkan setiap bau esensial bagi kehidupannya melalui lobang-lobang tertentu yang terdapat pada rambut-rambut yang tumbuh di antenna. Untuk dapat mendeteksi jalur yang dijelajahinya, individu rayap yang berada didepan mengeluarkan feromon penanda jejak (trail following pheromone) yang keluar dari kelenjar sternum (sternal gland di bagian bawah, belakang abdomen), 5
  • 6. yang dapat dideteksi oleh rayap yang berada di belakangnya. Sifat kimiawi ini sangat erat hubungannya dengan bau makanannya sehingga rayap mampu mendeteksi obyek makanannya. B. Intensitas Serangan Rayap Tanah Setelah Aplikasi Insektisida Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan diperoleh data hasil persentase serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih seperti terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata persentase serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih selama satu bulan. Perlakuan Minggu setelah aplikasi (msa) 1 2 3 4 A (konsentrasi 0%) 39,98 46,66 46,66 53,34 B (konsentrasi 0,5%) 6,66 13,32 26,66 26,66 C (konsentrasi 1%) 0 6,66 13,32 19,98 D (konsentrasi 2%) 0 0 0 6,66 Dari Tabel 3 terlihat bahwa aplikasi insektisida ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 0,5% serangan rayap yang terjadi dimulai pada minggu pertama pengamatan dan terus meningkat pada minggu berikutnya. Pada pengamatan minggu keempat persentase serangan rayap telah mencapai 26,66%. Sedangkan pada konsentrasi 1%, serangan rayap terjadi mulai pada minggu kedua dan terus meningkat hingga mencapai 19,98% pada minggu keempat. Pada konsentrasi 2% terjadi serangan rayap tetapi persentase serangannya hanya sebesar 6,66%. Aplikasi insektisida ekstrak serai wangi bekerja sebagai racun kontak dan kandungan bahan aktif berupa geraniol dan citronella yang diduga menyebabkan kematian rayap. Sesuai pendapat Kardinan (1992) yang menyatakan bahwa pestisida nabati sereh wangi tidak membunuh rayap secara cepat, tetapi berpengaruh mengurangi nafsu makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan menjadi serangga dewasa, sebagai pemandul, serta mudah diabsorsi oleh tanaman. Daun sereh wangi mengandung geraniol dan citronella yang pada konsentrasi tinggi memiliki keistimewaan sebagai anti feedant, 6
  • 7. sehingga rayap tidak bergairah memakan tanaman, sedangkan pada konsentrasi rendah bersifat sebagai racun perut yang bias mengakibatkan rayap mati. Rayap mempunyai ukuran tubuh yang lebih kecil sehingga luas permukaan luar tubuh rayap relatif lebih besar untuk bersentuhan dengan insektisida. Bagian kutikel pada tubuh rayap yang terdapat pori dan lubang keluar kelenjar epidermis dan sensila berperan penting dalam melewatkan insektisida ke dalam tubuh rayap. Disamping itu kematian rayap diperberat oleh sifat yang nekropagi (memakan bangkai sesamanya) dan kanibalisme (memakan anggota yang lemah atau sakit), padahal rayap yang mati atau dalam keadaan lemah tersebut dapat diakibatkan karena terkena racun insektisida, sehingga rayap yang memakan sesamanya tersebut akan mati. (Tarumingkeng, 1971). Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan ekstrak serai wangi terhadap serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih, dilakukan uji sidik ragam dengan hasil terdapat pada Tabel 4. Tabel 4. Analisis sidik ragam persentase serangan rayap tanah pada tanaman kayu putih yang merupakan transformasi arc sin √x. Sumber Db JK KT FHit Keragaman Perlakuan 3 4211,095 1403,698 6,674** Galat 12 2523,856 210,321 Total 15 7047,487 Keterangan: ** berbeda sangat nyata pada tingkat kepercayaan 1%. Dari tabel di atas terlihat bahwa perlakuan dengan konsentrasi 2% insektisida berpengaruh sangat nyata dalam mempengaruhi persentase serangan rayap, sedangkan banyaknya ulangan tidak memberikan pengaruh yang nyata. Dengan adanya pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Dunnet untuk melihat pengaruh perlakuan konsentrasi yang dibandingkan dengan kontrol (Tabel 5). 7
  • 8. Tabel 5. Hasil uji Dunnet rata-rata persentase serangan rayap. Konsentrasi Perbandingan Beda mutlak d Hasil dengan kontrol (Yi – Yj) 0,05 0,01 B (0,5%) 43,05 – 19,81 23,24 24,94 33,10 Tidak nyata C (1,0%) 43,05 – 14,17 28,88 24,94 33,10 Nyata D (2,0%) 43,05 – 3,36 39,69 24,94 33,10 Sangat nyata Dari Tabel 5 terlihat bahwa aplikasi insektisida nabati serai wangi dengan konsentrasi 0,5% jika dibandingkan dengan control tidak berbeda nyata, aplikasi dengan konsentrasi 1% berbeda nyata dan konsentrasi 2% berbeda sangat nyata. Dari data tersebut menunjukan bahwa aplikasi insentisida ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 1% dan 2% telah memberikan hasil yang cukup baik KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian aplikasi ekstrak serai wangi terhadap serangan hama rayap tanah dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Aplikasi insektisida ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 1% dan 2% dapat menekan instensitas serangan rayap tanah Macrotermes gilvus. 2. Perlakuan aplikasi insentisida ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 2% memberikan hasil yang paling efektif dalam menurunkan intensitas serangan rayap tanah. Saran: Ekstrak serai wangi dengan konsentrasi 2% sangat efektif untuk mengendalikan intensitas serangan rayap tanah, tetapi karena sifatnya yang mudah terurai sehingga disarankan aplikasinya dapat dilaksanakan minimal setiap minggu sampai koloni rayap hilang (Kardinan, 1992). 8
  • 9. DAFTAR PUSTAKA Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta. Howarth, G.F. 1965. Bushfire in Australia. CSIRO Division of Forest Research. AGPS Cambera. 359 p. Kardinan, Agus. 1992. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penerbit PT. Penebar Swadaya, Bogor. Ketaren, A. 1985. Penyulingan Tanaman Kayu Putih Dengan Cara Konvensional dan Modern. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (Tidak diterbitkan). Natawiria, D.; S.E. Intari dan H. Sidabutar 1973. Percobaan Pencegahan Serangan Rayap Macrotermes gilvus Pada Tanaman Kayu Putih di Cikampek. Laporan Lembaga Penelitian Hutan No. 173. Bogor. ________, D. 1973. Percobaan Pencegahan Serangan Rayap pada Tegakan Pinus merkusii. Laporan No. 176. Lembaga Penelitian Hutan, Bogor. Santoso, H.B. 1992. Serai Wangi, Bertanam dan Penyulingan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Schmid, F.H. dan J.H.A. Ferguson. 1951. Rainfall types based on wet and dry period ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No. 42. Direktorat Meteorologi dan Geofisika, Jakarta. Soepandi, Achmad. 1953. Penyulingan Minyak Kayu Putih dengan Metode Pendinginan . Laporan No. 32. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Sumadiwangsa, S. 1973. Teknik Pengelolaan dan Kualitas Minyak Kayu Putih. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan. No. 67. Bogor. _______________ dan T. Silitonga. 1977. Penyulingan Minyak Kayu Putih. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan. No. 433. Bogor. Tarumingkeng, Rudy. 1971. Biologi dan Pengenalan Rayap Perusak Kayu di Indonesia. Laporan Lembaga Penelitian Hasil Hutan. No. 133. Bogor. Wimaryati, T. 1984. Basic Principles of Crop Protection Field Trials. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (Tidak dipublikasikan). 9