Dokumen tersebut membahas hasil penelitian pemanfaatan virus nukleor polyhedrosis (NPV) yaitu SlNPV dan HaNPV sebagai bioinsektisida untuk mengendalikan hama Spodoptera litura dan Helicoverpa armigera pada tanaman kedelai. Penelitian menunjukkan bahwa perlakuan SlNPV b, HaNPV dan kombinasi antara SlNPV b dan HaNPV sangat efektif menurunkan populasi S. litura dan H. armigera hingga 100% d
1. Bedjo : Pemanfaatan Biopestisida Slnpv Dan Hanpv Untuk Pengendalian Spodoptera Litura Dan Helicoverpa Armigera Pada Tanaman
Kedelai
PEMANFAATAN BIOPESTISIDA SiNPV DAN HaNPV UNTUK PENGENDALIAN
Spodoptera litura DAN Helicoverpa armigera PADA TANAMAN KEDELAI
Bedjo
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Po.Box 66 Malang.
ABSTRAK
Pemanfaatan biopestisida SlNPV dan HaNPV serta kombinasinya dengan insektisida kimia untuk
mengendalikan hama Spodoptera litura dan Helicoverpa armigera pada tanaman kedelai. Penelitian
dilaksanakan di lahan petani di kecamatan Jetis kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, pada MK 2005
dengan menggunakan rancangan acak kelompok, ulangan tiga kali. Kedelai varietas Wilis ditanam pada
petak berukuran 8 m x 5 m, dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm, 2 tanaman /lubang. Perlakuan terdiri
dari (1) SlNPVa; (2) SlNPVb; (3) HaNPV; (4) SlNPVa + HaNPV; (5) SlNPVb + HaNPV; (6) SlNPVa +
SlNPVb + HaNPV; (7) SlNPVa + SlNPVb + HaNPV + insektisida Sihalotrin 2cc/l; (8) Insektisida
Sihalotrin 2 cc/l; (9) Kontrol tanpa perlakuan. Pengamatan populasi ulat grayak dilakukan sehari
sebelum aplikasi dan seminggu sekali sesudah aplikasi pada 45 rumpun tanaman contoh, dari masing-
masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan SlNPV b, HaNPV dan kombinasi
antara SlNPV b dan HaNPV sangat efektif menekan/menurunkan populasi S. litura dan H. armigera
sampai 100% pada 6 hari setelah aplikasi. Hasil panen mencapai 1,35 t/ha lebih rendah jika
dibandingkan dengan perlakuan insektisida kimia, dan jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kontrol, yang hanya mencapai 0,84 t/ha.
Kata Kunci : Kedelai, HaNPV, SlNPV, H.armigera, dan S. litura
ABSTRACT
The application of bio-insecticide SlNPV and HaNPV to control army worm Spodoptera litura and pod
feeding Helicoverpa armigera on soybean. The application of SlNPV and HaNPV as well as its
combinations with chemical insecticide to control soybean army worm, Spodoptera litura and pod
feeding Helicoverpa armigera, was studied. The experiment was carried out at farmer’s field in Jetis
Sub district, Ponorogo District, East Java, during the dry season of 2005. A randomized block
design with three replications was applied. Willis variety was sowing in 8 x 5 m plot size, with plant
spacing 40 x 10 cm, two plants/hill. There were nine treatments tested, i.e : (1) SlNPVa; (2) SlNPV b;
(3) HaNPV; (4) SlNPVa + HaNPV; (5) SlNPVb + HaNPV; (6) SlNPVa + SlNPVb + HaNPV; (7) SlNPVa +
SlNPVb + HaNPV + insecticide Sihalotrin 2 cc/l; (8) Insecticide Sihalotrin 2 cc/l; (9). Control,
without treatments. The observation on the population of S. litura and H. armigera was conducted
one day before treatments application, and continued weekly after than. The observation was done
on 45 samping plants in each treatment and replication. The result showed that the application of
bio-insecticide SlNPVb combined with HaNPV (treatment 5) and both bio-insecticides were
combined, SlNPVa (treatment 6) totally reduce (100%) the population of S. litura and H. armigera at
six days after aplication. These two combinations resulted in 1,35 to 1,41 t of dry seeds/ha, of
around the same yield as obtained by soybean that treated with chemical insecticide (treatment 8).
This yield range, however, was significantly higher than the yield gained by soybean that received no
pest control (treatment 9) which produce 0,84 t/ha only.
Key word : Soybean, HaNPV, SlNPV, H. armigera and S. litura.
7
2. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil kedelai di Indonesia adalah terjadinya
serangan hama. Lebih dari 20 jenis hama yang menyerang kedelai, di antaranya yang menyerang daun
adalah Spodoptera litura (ulat grayak), dan yang menyerang polong adalah Helicoverpa armigera.
Hama tersebut merupakan hama penting pada kedelai. Pengendalian hama pada tanaman kedelai
sampai saat ini masih mengandalkan insektisida, padahal penggunaan insektisida yang terus-
menerus mempunyai dampak yang buruk yaitu mencemari lingkungan, membunuh serangga bukan
sasaran (parasitoid, predator, dan penyerbuk) dan terbentuk hama yang lebih tahan terhadap
insektisida (Endo et al., 1988). Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain dalam pengendaliannya.
Bioinsektisida dapat mengendalikan serangga hama sasaran secara tepat karena bersifat spesifik,
mempunyai kemampuan membunuh cukup tinggi, biaya relatif murah dan tidak mencemari lingkungan
(Deacon, 1983; Jayaray, 1985; Santoso, 1994). Beberapa bioinsektisida yang sangat berpotensi dan
dapat dikembangkan secara komersial maupun non komersial pada tingkat petani yaitu Nuclear
polyhedrosis virus (NPV), Bacillus thuringiensis, jamur Metarhizium anisopliae.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa musuh alami hama dari kelompok virus, bakteri maupun
jamur dapat dikembangkan menjadi bioinsektisida (Soehardjan dan Sudarmadji, 1993). Nuclear
polyhedrosis virus (NPV) merupakan virus yang dapat digunakan sebagai bioinsektisida untuk
alternatif lain pengganti insektisida kimia dalam mengendalikan H. armigera maupun S. litura. Hasil
penelitian di rumah kaca, NPV sangat efektif membunuh hama dengan tingkat mortalitas 80%,
namun aplikasi di lapangan tingkat mortalitasnya rendah hanya mencapai 35-40% (Arifin, 1988). Hal
ini karena NPV sangat rentan terhadap sinar matahari khususnya sinar ultra violet (Ignoffo dan
Montoya, 1976). Untuk mengatasi penurunan efektivitas NPV akibat sinar ultraviolet maka NPV perlu
diformulasikan dengan bahan pelindung (Ghotama, 1992; Narayanan, 1987; Ignoffo dan Cough, 1981).
Penambahan bahan pelindung seperti sukrose, laktosum, dan tween 80 sebanyak 5% dari volume
semprot 300 l/ha terhadap HaNPV maupun SlNPV dengan dosis 1,5 x 1012 mampu membunuh H.
armigera dan S. litura sampai 60% (Bedjo, 1997). Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa peningkatan jumlah bahan pelindung sampai 40% dari volume semprot dapat memperbaiki tingkat
patogenisitas NPV di lapangan, sehingga tingkat mortalitas ulat sampai 90% (Bedjo, 1998). Dalam
usaha memanfaatkan NPV sebagai agensia pengendali hayati, perbanyakan NPV dilakukan secara in vivo
dalam skala laboratorium dan memformulasikannya, sesuai dengan hasil penelitian Ignoffo dan Cough
(1981), Okada (1977), dan Tanada dan Kaya (1993). Formulasi bioinsektisida, khususnya NPV adalah
"Wettable powder", karena selain memudahkan dalam penyimpanan dan aplikasi, efektivitasnya juga
dapat dipertahankan sampai waktu yang cukup lama (Narayanan, 1987). NPV di negara yang sudah maju
seperti Amerika Serikat, Rusia, dan Finlandia telah berhasil diproduksi secara besar-besaran dengan
menggunakan teknologi tinggi. Sehubungan dengan tingginya biaya prosesing, maka harga produk NPV
juga sangat mahal (Stair dan Fraser, 1981). Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai usaha untuk
memproduksi/memperbanyak NPV dengan biaya serendah mungkin, tanpa mengurangi efektifitas
bioinsektisida tersebut. Penelitian pemanfaatan SlNPV dan HaNPV bertujuan untuk mengetahui
efektifitas bioinsektisida tersebut untuk mengendalikan S. litura dan H. armigera pada tanaman kedelai
di daerah endemis.
MATERI DAN METODE
MATERI
Larva H. armigera dan S. litura instar III, hasil koleksi dan pembiakan massal di laboratorium
agen hayati HaNPV, SlNPV, insektisida kimia, bahan pakan buatan (Methyl paraben, Sorbic acid,
Ascorbic acid, Aceton, Formalin, Agar, Brewer's yeast dan tepung kacang hijau), Nutrient agar, kaolin,
botol plastik/fial plastik, dan kain strimin.
8
3. Bedjo : Pemanfaatan Biopestisida Slnpv Dan Hanpv Untuk Pengendalian Spodoptera Litura Dan Helicoverpa Armigera Pada Tanaman
Kedelai
METODE
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Jetis Ponorogo pada musim kemarau 2005 dengan
menggunakan rancangan acak kelompok dan diulang tiga kali. Kedelai varietas Wilis ditanam pada petak
berukuran 8 m x 5 m dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm dengan 2 tanaman /lubang. Isolat SlNPV dan
HaNPV yang digunakan merupakan isolat terpilih hasil koleksi dari Balitkabi. Adapun perlakuan jang diuji
yaitu 1. SlNPV a; 2. SlNPV b; 3. HaNPV; 4. SlNPV a + HaNPV; 5. SlNPV b + HaNPV; 6. SlNPV a + SlNPV
b + HaNPV; 7. SlNPV a + SlNPV b + HaNPV + insektisida Sihalotrin 2 cc/l; 8. Insektisida Sihalotrin 2
cc/l; 9. Kontrol (tanpa perlakuan). Pengamatan populasi ulat grayak dilakukan sehari sebelum aplikasi
dan seminggu sekali sesudah aplikasi pada 45 rumpun tanaman contoh, pada masing-masing perlakuan.
Aplikasi dilaksanakan pada saat populasi larva S. litura maupun H. armigera mencapai ambang kendali
yaitu masing-masing 10 ekor larva instar III/10 rumpun, dan 2 larva/rumpun atau lebih dengan dosis 15
x 1011 PIB/ha, dan dilakukan pada sore hari antara pukul. 16.00 – pukul. 17.00. Pemupukan tanaman sesuai
anjuran setempat dan penyiangan disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tolak ukur pengamatan :
Populasi hama, penurunan populasi, dan hasil panen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL KEGIATAN
Hasil pengamatan efektifitas Nuclear polyhedrosis virus (NPV) untuk pengendalian ulat grayak
(S. litura) maupun H. armigera menunjukkan bahwa penggunaan HaNPV maupun SlNPV, hasil koleksi dari
Balitkabi 1999 yang digunakan sebagai bioinsektisida terhadap kedua hama tersebut sangat efektif.
Hal ini terlihat dengan menurunnya populasi larva Spodoptera litura maupun Helicoverpa armigera
mencapai 100% pada enam hari setelah aplikasi. Pada Tabel 1 terlihat bahwa penggunaan SlNPV b
(SlNPV JTM99b) sangat efektif dalam mengendalikan S. litura, terbukti dari penurunan populasi enam
hari setelah aplikasi telah mencapai 100%, dari pada populasi awal sebelum aplikasi yaitu 68 ekor
larva/45 rumpun.
Tabel 1. Populasi dan penurunan populasi larva S. litura setelah diperlakukan dengan berbagai
isolat SlNPV, HaNPV, dan kombinasinya dengan insektisida kimia pada tanaman kedelai
di lapangan. Ponorogo, MK 2005.
Populasi larva S.litura/ekor/45 Penurunan
Perlakuan rumpun populasi pada
0 Hsa 6 Hsa 12 Hsa 12 Hsa
1. SlNPV a 51 28 18 64
2. SlNPV b 68 0 0 100
3. HaNPV 58 55 55 5,17
4. SlNPV a+ HaNPV 63 31 22 65,08
5. SlNPV b+ HaNPV 63 0 0 100
6. SlNPV a+ SlNPV b+ HaNPV 72 0 0 100
7. SlNPV a+b+ HaNPV+Insekt 65 0 0 100
8. Insektisida 64 9 4 93,75
9. Kontrol 62 61 61 1,61
Keterangan :
Has = hari setelah aplikasi, Insekt = Insektisida
Sl = S. litura
Ha = H. armigera,
9
4. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011
Sedangkan SlNPV a (SlNPV JTM99a) sampai dengan 12 hari setelah aplikasi penurunan populasi hanya
mencapai 64%, yaitu dari populasi awal 51 ulat/45 rumpun menjadi 18 ulat/45 rumpun, hal ini
menunjukkan bahwa isolat SlNPVa kurang efektif. Pada perlakuan No. 6, yaitu campuran antara SlNPV
a, SlNPV b, dan HaNPV terjadi penurunan populasi sampai 100% (penggunaan dosis SlNPV tersebut
masing-masing setengahnya dari penggunaan perlakuan tunggal). Pada Tabel 2, perlakuan No. 3
penggunaan HaNPV yang diaplikasikan pada S. litura tidak menunjukkan penurunan populasi, karena
HaNPV bersifat spesifik yaitu bersifat patogen terhadap H. armigera.
Tabel 2. Populasi dan penurunan populasi larva H. armigera setelah diperlakukan dengan berbagai
isolat SlNPV, HaNPV, dan kombinasinya dengan insektisida kimia pada tanaman kedelai di
lapangan. Ponorogo, MK 2005.
Populasi larva H. Penurunan Hasil
Perlakuan armigera/ekor/45 rumpun populasi pada (t/ha)
0 Hsa 6 Hsa 12 Hsa 12 Hsa
10. SlNPV a 30 29 28 6.67 0,985 e
11. SlNPV b 39 39 38 2.56 1,020de
12. HaNPV 27 0 0 100 1,100 d
13. SlNPV a+ HaNPV 35 0 0 100 1,292 c
14. SlNPV b+ HaNPV 32 0 0 100 1,350 bc
15. SlNPV a+ SlNPV b+ HaNPV 34 0 0 100 1,407 b
16. SlNPV a+b+ HaNPV+Insekt 29 0 0 100 1,534 a
17. Insektisida 38 0 0 94.74 1,440 ab
18. Kontrol 26 26 25 3.84 0,845 f
KK (%) 4,88
BNT (5%) 0,110
Keterangan :
hsa = hari setelah aplikasi Insekt = Insektisida
Sl = S. litura
Ha = H. armigera
Penggunaan kombinasi perlakuan antara bioinsektisida (SlNPV dan HaNPV) dengan insektisida
kimia, menunjukkan efektifitas yang tinggi, untuk mengendalikan ulat grayak perusak polong dan hama-
hama non target. Hal ini terlihat dari penurunan populasi kedua hama tersebut dan hasil panen yang
lebih tinggi daripada perlakuan yang lainnya yaitu 1,534 t/ha.
Penggunaan HaNPV dapat menggantikan insektisida kimia, ini ditunjukkan dengan penurunan
populasi larva H. armigera, yang mencapai 100% setelah aplikasi dengan bioinsektisida tersebut.
PEMBAHASAN
Nuclear polyhedrosis virus (NPV) pada S. litura dan H. armigera merupakan salah satu contoh
bentuk assosiasi dan dapat digunakan untuk mengendalikan kedua hama tersebut. Jenis NPV yang
digunakan untuk mengendalikan S. litura dinamakan SlNPV, sedangkan untuk H. armigera dinamakan
HaNPV. Aktivitas NPV berlangsung di dalam perut, sehingga untuk menimbulkan kematian ulat harus
menelan NPV bersama-sama dengan makanannya.
Penggunaan SlNPVa secara tunggal terhadap S. litura daya bunuhnya kurang efektif, tidak
efektifnya isolat NPV tersebut sangat tergantung dari isolat NPV itu sendiri. Sesuai yang dikemukakan
Maddox (1975) dan Starnes et al. (1993) bahwa efektifitas NPV, bergantung pada isolat virus yang
mampu dalam waktu singkat membunuh serangga sasaran. Pada Tabel 2. penggunaan HaNPV untuk
10
5. Bedjo : Pemanfaatan Biopestisida Slnpv Dan Hanpv Untuk Pengendalian Spodoptera Litura Dan Helicoverpa Armigera Pada Tanaman
Kedelai
pengendalian populasi larva S. litura tidak dapat menurunkan populasi larva tersebut. Hal ini karena NPV
mempunyai sifat yang spesifik dalam membunuh hama sasaran (Deacon, 1983, Jayaray, 1985). Kombinasi
perlakuan dua isolat SlNPVa dan SlNPVb mampu menekan populasi S. litura sampai 100%. Hal ini
dimungkinkan terjadi sinergisme kedua isolat tersebut akan lebih menginfektifkan virion dalam NPV
yang termakan oleh larva sehingga akan mempercepat proses kematian larva, selain itu karena
efektifitas SlNPVb menutupi ketidak efektifan SlNPVa . Karena makin banyak NPV yang termakan,
akan makin banyak virion yang merupakan bagian infektif dari NPV yang akan merusak bagian
ventriculus dari ulat sehingga ulat akan cepat mati (Falcon, 1971; Ignoffo dan Couch, 1981). Pengamatan
pada 6 hari setelah aplikasi pada umumnya akan mempengaruhi populasi larva baik S. litura maupun H.
armigera pada minggu-minggu berikutnya, karena jumlah ulat yang mati akibat NPV juga akan
mempengaruhi proses penularan/infeksi virus terhadap populasi larva yang ada, sehingga akan
menimbulkan kematian larva Hal ini sesuai yang diutarakan Ghotama (1992), makin banyak NPV yang
diaplikasikan maka akan mempengaruhi mortalitas larva pada populasi berikutnya. Disamping itu tingkat
mortalitas S. litura maupun H. armigera yang tinggi menunjukkan bahwa NPV sangat efektif. Hal ini
sesuai yang dikemukakan Mumford dan Norton (1984) serta Reynolds et al. (1975), bahwa nilai
keefektifan NPV ditentukan berdasarkan tingkat kematian larva yang dibakukan dalam konsep PHT,
yaitu antara 70 – 80%. Pada perlakuan dengan insektisida kimia penurunan populasi 6 hari setelah
aplikasi ternyata tidak mencapai 100%. Hal ini dimungkinkan ulat H. armigera dan S. litura ada
kecenderungan resisten terhadap insektisida kimia. Menurut Marwoto dan Bedjo (1996), bahwa telah
terjadi indikasi resisten larva S. litura terhadap beberapa jenis insektisida kimia.
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan tersebut di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pemanfaatan SlNPVa kurang efektif untuk mengendalikan larva S. litura
2. Pemanfaatan SlNPVb, HaNPV, dan kombinasi keduanya sangat efektif untuk menekan populasi larva
S. litura, dan H. armigera.
3. SlNPV, dan HaNPV dapat menggantikan insektisida kimia untuk menekan masing-masing populasi
hama sasarannya.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ketua Kelti Proteksi, Dr.
Suharsono, MS dan Ir. Wedanimbi Tengkano, MS yang telah memberikan saran dan koreksi demi
terlaksananya penulisan naskah ini, dan kepada staf teknisi Hari Atim dan Urip Sembodo yang telah
membantu sampai selesainya pelaksanaan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 1988. Pengaruh konsentrasi dan volume Nuclear polyhidrosis virus terhadap kematian ulat
grayak kedelai (Spodoptera litura. F). Penelitian Pertanian 8(1): 12-14
Bedjo. 1997. Uji Keefektifan SlNPV dan HaNPV dengan Bahan Pembawa untuk Pengendalian Hama
Kedelai. p. 108-114. Dalam Budijono dkk. (eds) Makalah Seminar Regional HPTI. Majalah
Ilmiah Pembangunan UPN "Veteran" Surabaya.
Bedjo. 1998. Pengaruh jumlah dan jenis bahan pembawa terhadap efektivitas NPV. Makalah Seminar
Hasil Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Balitkabi. 11 hal. (Belum
dipublikasikan).
11
6. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.3.,2011
Deacon, J.W. 1983. Microbial Control of Plant and Diseases. Van Rostrand Reinhold (UK) Co.Ltd.
Berskire, England. 88 pp.
Endo,S. Sutrisno, I.M. Samudra, A. Nugraha, J. Soejitno, and T. Okada.1988. Insecticide susceptibility
of Spodoptera litura F. collected from three location in Indonesia. Seminar BORIF, 24 June
1988. 18 pp.
Falcon, L.A. 1971. Microbial Control of Plant Pest Diseases van Rostrand Reinhold (UK). Co. Ltd.
Berskire. England. 88 p.
Ghotama, A.A. 1992. Pengendalian hayati Helicoverpa armigera Hbn dengan Nuclear polyhidrosis
virus pada tanaman kapas Balittas Malang. 5 pp.
Ignoffo, C.M. and E.L. Montoya.1976. The effects of chemical insecticides and insecticidal
adjuvants on a Heliothis Nuclear polyhidrosis virus J. Invertebr. Pathol., p. 8-409.
Ignoffo, C.M and T.L. Cough. 1981. The Nuclear polyhidrosis virus of Heliothis spp. as. a microbial
Insecticide. dalam : H.P. Burges (Ed) microbial control of pest and plant diseases 1970-
1980. Academic Press London and New York.p. 329-362.
Jayaray, S. 1985. History and Development of Microbial Control dalam S. Jayaray (Ed). Microbial
Control Mid pest Management Centre for Plant Protection Studies Tamilnadu Agric. Univ.
India. p. 97-130.
Marwoto dan Bedjo, 1996. Status resistensi hama ulat daun terhadap insektisida di daerah sentra
produksi kedelai di Jawa Timur. Laporan Teknis Balitkabi Tahun 1995/1996. p. 114-121.
Maddox, J.V. 1975. Use of diseases in pest management. p. 184-233 In R.L. Metcalf and W.H. Luckman
(Ed). Introduction to insect pest management. Jhon Wiley & Sons, New York.
Mumford, J.D. and G.A. Norton, 1984. Economics of decision making in pest management. Ann. Rev.
Entomol. 29: 157-174.
Narayanan, K. 1987. Safety and formulation of NPV of Heliothis spp. Training on biological control
of cotton Ballworm (2-30 September 1987). 21 pp.
Okada, M. 1977. Studies on the utilization and mass production of Spodoptera litura Nuclear
Polyhidrosis virus for control of the tobacco cutworm, Spodoptera litura F. Rev. PI. Protec.
Res. 10: 102-128.
Reynolds, H.T., P.L. Adkisson, and R.F. Smith, 1975. Cotton insect pest management. p. 379-443. In R.L.
Metcalf and W.H. Luckmann (Eds). Introduction to insect pest management. John Wiley &
Sons, New York.
Santoso T. 1994. Potential use of NPV for Controlling soybean leaf feeders. Biological Training
Course Palawija and Vegetable Corps. Bogor 18-23 Juli 1994.13pp.
Soehardjan, M. dan Sudarmadji. 1993. Pemanfaatan organisme mikro sebagai bioinsektisida di negara
sedang berkembang. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian XXII(1):7-11.
Starnes, R.L., C.L. Liu, and P.G. Marrone. 1993. History, use, and future of Microbial insecticides.
American Entomologist. Summer. 83-91.
Stairs, G.R., Fraser, T. 1981. Changes in Growth and Virulence of Nuclear polyhedrosis virus.
Journal of Invertebrate Pathology 35 : 230-235.
12