Dokumen tersebut membahas tentang rayap kayu dan potensi tanaman mimba sebagai insektisida alami. Rayap kayu merupakan hama yang merusak kayu bangunan, sedangkan tanaman mimba kaya akan zat aktif beracun seperti azadirachtin yang dapat membunuh rayap. Penelitian ini bertujuan mengetahui cara membasmi rayap dengan ekstrak daun mimba dan mengujinya terhadap tingkat kematian rayap.
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
RAYAP MIMBA
1. BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rayap merupakan serangga yang hidup berkelompok dan memiliki sistem
kasta. Terdapat beberapa jenis rayap menurut tempat hidupnya yaitu rayap tanah,
pohon, subteran, dan rayap kayu. Perbedaan antara rayap tanah dan kayu adalah
tempat hidup rayap tersebut, pada rayap tanah hidup di tanah sedangkan rayap
kayu biasa hidup di kayu. Diantara kedua jenis rayap tersebut, rayap kayu
merupakan serangga yang sangat merugikan bagi umat manusia. Serangga ini bisa
memakan perabot rumah tangga yang terbuat dari kayu. Umumnya serangan rayap
kayu tidak secara langsung dapat diketahui, Karena rayap ini bersarang di dalam
kayu dan memakan kayu perabotan atau kerangka rumah sehingga menimbulkan
banyak kerugian secara ekonomi.
Menurut data Suara Pembaruan, rayap hingga kini dikenal sebagai musuh
kayu yang menakutkan. Kerugian akibat serangan rayap pada kayu di Indonesia
setiap tahunnya mencapai sekitar Rp 250 miliar. Tidak hanya di Indonesia bahkan
di negara – negara lain seperti Malaysia. Kerugian negara itu mencapai 50 juta
ringgit Malaysia dan di dunia mencapai US$ 22 miliar. Pencegahan rayap kayu
sebenarnya dapat dilakukan dengan minyak tanah maupun oli. Namun hal tersebut
dirasa masih kurang efektif mengingat harga minyak yang terlalu tinggi. Jika
serangan rayap kayu tidak ditangani secara serius dapat menambah kerugian dan
kerusakan bangunan.
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan berbagai jenis tanaman.
Tanaman yang belum banyak dimanfaatkan adalah tanaman dengan nama Mimba.
Tanaman mimba termasuk ke dalam anggota famili Meliacea. Tanaman ini
merupakan tanaman tahunan yang berbentuk pohon dan dapat mancapai
ketinggian 20 m. Bunga mimba berukuran kecil berwarna keputih-putihan dan
berbau harum (Heyne, 1987). Dilihat dari segi kandungan kimianya, tanaman
mimba mengandung sembilan senyawa limonoid yang telah diindentifikasi
diantaranya adalah azadirachtin, meliantriol, salanin, nimbin dan nimbidin.
Azadirachtin dengan rumus kimia (C35H44O16) merupakan senyawa zat aktif yang
2. mengandung sekitar 17 komponen. Zat aktif ini dapat digunakan sebagai obat
pembasmi hama (Kardinan, 2002).
Berdasarkan fakta dilapangan dan kajian mengenai kandungan zat aktif
pada tanaman mimba, maka muncul ide kreatif untuk memanfaatkan tanaman
mimba sebagai obat pembasmi rayap kayu. Pemilihan daun mimba sebagai
insektisida alami karena kandungan zat aktif beracun diantaranya adalah
azadirachtin, salanin, meliantriol, nimbin dan nimbidin. Azadirachtin berperan
sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson.
Hormon ini berfungsi sebagai metamorfosa serangga. Jika hormon ini terhambat
oleh azadirachtin, maka proses metamorfosa akan gagal dan serangga mengalami
kematian (Chiu, 1988). Proses pemanfaatan tanaman mimba menjadi obat
pembasmi serangga cukup dengan penumbukam daun mimba dan pencampuran
dengan air. Hasil pencampuran disemprorkan pada kayu yang terserang oleh
rayap.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas diperoleh permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana cara membasmi rayap dengan tanaman mimba?
b. Bagaimana pengaruhnya terhadap tingkat kematian rayap?
c. Bagiamana efektifitas pembasmi rayap berbasis mimba dengan obat
pembasmi rayap lainnya?
1.3 Tujuan
Tujaun penelitian ini antara lain:
a. Mengetahui cara membasmi rayap dengan tanaman mimba?
b. Mengetahui pengaruhnya terhadap tingkat kematian rayap?
c. Mengetahui efektifitas pembasmi rayap berbasis mimba dengan obat
pembasmi rayap lainnya?
1.4 Urgensi Penelitian
Penelitian ini penting dilakukan karena sudah banyak kerugian akibat
serangan rayap pada kayu bangunan. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah
minimnya penelitian dan pemanfaatan tanaman mimba. Sehingga hasil penelitian
3. ini nantinya dapat mengatasi serangan rayap kayu dan meningkatkan nilai
ekonomis tanaman mimba.
1.5 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan adalah publikasi dalam jurnal nasional dan
memberikan nilai tambah pada tanaman mimba sebagai alternatif pembasmi rayap
kayu yang ramah lingkungan.
1.6 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh adalah informasi ilmiah kepada masyarakat dan
sivitas akademika mengenai pemanfaatan tanaman mimba sebagai obat pembasmi
rayap yang ramah lingkungan. Serta menambah kreativitas dan keterampilan
mahasiswa dalam mengembangkan soft skill di bidang penelitian dan
pengemabangan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rayap Kayu
Rayap termasuk binatang Arthropoda, kelas insecta yang berasal dari ordo
isoptera (Bhs Yunani, "iso" berarti sama dan "ptera" berarti sayap) yang dalam
perkembangan hidupnya mengalami metamorphosa gradual atau bertahap (Huda,
2012). Rayap merupakan serangga yang hidup dalam kelompok sosial dengan
sistem kasta yang berkembang sempurna. Rayap dalam biologi merupakan
sekelompok hewan dalam salah satu ordo yaitu ordo Isoptera dan kelas Artropoda.
Ordo Isotera yang beranggotakan sekitar 2000 spesies dan di Indonesia telah
tercatat sekitar 200 jenis (spesies). Nama lain dari rayap adalah anai – anai, semut
putih, rangas, dan laron (yang bersayap) (Tarumingkeng, 2004).
Berikut ini merupakan gambar rayap:
Gambar 1. Rayap kayu
4. Rayap kayu kering, seperti Cryptotermes sp. (famili Kalotermitidae). Hidup dalam
kayu mati yang telah kering. Hama ini umum terdapat di rumah – rumah dan
perabot – perabot seperti meja, kursi, dan lemari. Tanda serangan rayap kayu
adalah terdapatnya butir – butir kecil berwarna kecoklatan yang sering berjatuhan
di lantai atau disekitar kayu yang dimakan oleh rayap. Rayap kayu tidak
berhubungan dengan tanah karana hidup dihabitat kering (Huda, 2012).
2.2 Tanaman Mimba
Tanaman mimba termasuk ke dalam anggota famili Meliacea. Tanaman ini
merupakan tanaman tahunan yang berbentuk pohon dan dapat mancapai
ketinggian 20 m. Daun mimba berupa daun majemuk, letak anak daun berhadapan
dengan jumlah 9-17, berwarna hijau, anak daun berujung runcing. Bunga mimba
berukuran kecil berwarna keputih-putihan dan berbau harum. Buah mimba berbiji
satu, buah muda berwarna hijau dan yang telah masak berwarna kekuningan
berbentuk lonjong, panjangnya antara lain 1.5 –2.0 cm (Heyne, 1987).
Mimba dapat tumbuh baik di daerah panas dengan ketinggian 1-700 m
dari permukaan laut dan tahan cekaman air. Di daerah yang banyak hujan bagian
vegetatif sangat subur, tetapi sulit untuk menghasilkan biji (generatif) (Kardinan,
2002). Berikut ini merupakan gambar daun mimba:
Gambar 2. Tanaman mimba
2.3 Potensi Tanaman Mimba sebagai Insektisida
Tanaman mimba hidup tersebar di daerah beriklim tropis seperti Asia dan
Afrika. Di Indonesia, tanaman mimba tersebar secara luas di sepanjang pantai
utara Pulau Jawa dan Bali (Sastrodihardjo dan Aditya, 1990). Selain sebagai
bahan pestisida, mimba seringkali digunakan sebagai obat penyakit kulit dan
tonikum. Selain itu juga bisa digunakan sebagai obat untuk penyakit-penyakit
5. seperti kencing manis, disentri, malaria, masuk angin, eksim, ketombe, kanker
lever dan jerawat. Di negara Thailand, daun mimba yang masih muda digunakan
sebagai sayuran (Kardinan, 2002).
Pemilihan daun mimba sebagai insektisida alami tentu karena kandungan
zat-zat aktif yang beracun, diantaranya adalah azadirachtin, salanin, meliantriol,
nimbin dan nimbidin. Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat
yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson. Hormon ini berfungsi sebagai
metamorfosa serangga. Jika hormon ini terhambat oleh azadirachtin, maka proses
metamorfosa akan gagal dan serangga mengalami kematian (Chiu, 1988).
Meliantriol berperan sebagai penghalau yang mengakibatkan serangga rayap
teracuni saat menghirup cairan daun mimba (Sudarmadji, 1991). Nimbin dan
nimbidin berperan sebagai anti mikro organisme seperti anti-virus, bakterisida,
fungisida sangat bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan hama rayap
(Ruskin, 1993).
BAB 3. METODE PENELITIAN
7. DAFTAR PUSTAKA
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I. Terjemahan dari De
Nuttige Planten Van Indonesie, oleh Balitbang Kehutanan Jakarta. Jakrta:
Yayasan Sarana Wana Jaya.
Huda, Syamsul. 2012. Tugas Terstruktur Biologi Tanah Rayap. Surabaya:
Universitas Airlangga. [on line]. http://syamsulhuda-fst09.web.unair.ac.id.
Diakses pada 10 Oktober 2013.
Kardinan, A. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: PT Penebar
Swadaya.
Ruskin. 1993. Pestisida Nabati. Ramuan Dan Aplikasi. P.T. Penebar Swadaya
Sastrodihardjo, S. dan Aditya, T. 1990. Bioactive Subtances From Neem
(Azadirachta indica A. Juss) With Pesticidal Properties. Di dalam :
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida
Nabati. PAU-Ilmu Hayati, ITB, pp: 22
Sudarmadji, D. 1991. Mimba, insektisida alami. Trubus. Thn IV, no.44, hal 20-21.
Suara Pembaruan. 2012. Serangan Rayap Rugikan Indonesia Rp 250 miliar. [on
line]. http://www.suarapembaruan.com. Diakses pada 10 Oktober 2013.
Tarumingkeng, Rudi C. 2004. Biologi dan pengendalian Rayap Hama Bangunan
di Indonesia. Manajemen Deteriorasi Hasil Hutan. [on line].
http://www.rudyct.com/dethh/5_termite_biology_and_control.htm. Diakses
pada 10 Oktober 2013.
.