SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85
Kemasan Nilam

PENGARUH JENIS KEMASAN DAUN NILAM (Pogestemon cablin Benth.)
KERING DAN LAMA PENUNDAAN PENYULINGAN TERHADAP
RENDEMEN MINYAK NILAM
THE EFFECT OF PACKAGING TYPE OF DRIED PATCHOULI (Pogostemon
cablin Benth.) LEAVES AND DESTILLATION DELAY TIME ON THE YIELD
OF PATCHOULI OIL
Nur Hidayat1, Desi Wiwis Sahendrati2 dan Nimas Mayang Sabrina Sunyoto2
1). Dosen Jurusan Tek.Industri Pertanian Fak. Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
2). Alumni Jurusan Tek.Industri Pertanian Fak. Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Email: nhidayat@ub.ac.id
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis kemasan daun nilam (Pogostemon
cablin Benth.) kering dan lama penundaan penyulingan terhadap rendemen minyak nilam. Bahan baku
yang digunakan adalah daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) kering yang didapat dari petani nilam
yang ada di daerah Kesamben Blitar. Rancangan percobaan yang digunakan berupa Rancangan Acak
Kelompok dengan 2 faktor yaitu jenis kemasan dan lama penundaan penyulingan. Jenis kemasan yang
digunakan untuk menyimpan daun nilam kering ketika terjadi penundaan penyulingan terdiri dari kertas
dan karung goni. Lama penundaan penyulingan daun nilam kering terdiri dari 5,10, dan 15 hari.
Parameter yang dianalisa meliputi kadar air, total jamur, total bakteri daun nilam kering, dan rendemen
minyak nilam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penundaan penyulingan lebih berpengaruh
terhadap kadar air, total jamur, dan total bakteri dibandingkan dengan jenis kemasan. Jenis kemasan, lama
penundaan penyulingan, dan interaksi antara kedua faktor tidak berpengaruh signifikan terhadap
rendemen minyak nillam. Perlakuan terbaik hasil penelitian yaitu pada daun nilam kering dengan
kemasan karung goni dan lama penundaan penyulingan selama 5 hari dengan kadar air sebesar 38,46%,
total jamur 7,89 log cfu/gr, total bakteri 9,53 log cfu/gr, dan rendemen 1,24%. Perlakuan terbaik hasil
penelitian digunakan sebagai dasar untuk menyusun daun nilam kering di ruang penyimpanan.
Penyusunan yang sesuai pada sentra penyulingan daun nilam di Blitar adalah dengan menyusun karung
goni sebanyak 8 buah sesuai dengan panjang dan 5 buah sesuai dengan lebar ruang penyimpanan.
Kata kunci : Jenis Kemasan, Lama Penundaan Penyulingan, Minyak Nilam, Nilam.

ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the effect of dried patchouli leaves (Pogostemon cablin
Benth.) packaging type and distillation delay times to the yield of patchouli oil. The raw materials were
used the leaves of patchouli (Pogostemon cablin Benth.) obtained from the dried patchouli farmers in
Kesamben, Blitar. Experimental design used in this research was randomized block design with two
factors consist of the type of packaging and the distillation delay times. Type of packaging used to store
the dried patchouli leaves when there was distillation delay times consists of paper and jute sack. The
distillation delay times of dried patchouli leaves consist of 5,10, and 15 days. The parameters analyzed
including moisture content, total fungi, total bacteria of dried patchouli leaves, and yield of patchouli oil.
The results showed that the distillation delay times have more significant influence on moisture content,
total fungi and total bacteria than packaging type. Type of packaging, distillation delay times, and
interaction between the two factors did not significantly effect the yield of patchouli oil. The best of
alternative was the dried patchouli leaves with jute sack packaging and distillation delay times 5 days
with a moisture content of 38.46%, total fungi of 7.89 log cfu/g, total bacterial of 9.53 log cfu/g, and a
yield of 1.24%. The best treatment result was used as a basis to arrange the dried patchouli leaves in the
storage room. The suitable arranged for unit distillation pachouli oil in Blitar was 8 unit in the length
and 5 unit in the width of storage room.
Keywords : Destilation delay time, Packaging type, Patchouli oil, Pogostemon cablin Benth.

77
Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85
Kemasan Nilam

kerusakan. Menurut Marsh dan Bugusu
(2007),
pengemasan
menyediakan
perlindungan dari tiga pengaruh luar
yaitu kimiawi, biologi, dan fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh jenis kemasan
daun nilam (Pogostemon cablin Benth.)
kering dan lama penundaan penyulingan
terhadap rendemen minyak nilam.

PENDAHULUAN
Minyak nilam merupakan salah satu
komoditas ekspor yang penting bagi
Indonesia. Sekitar 70% pangsa pasar
dunia dikuasai oleh minyak nilam
Indonesia. Minyak nilam merupakan
penghasil devisa terbesar dari ekspor
minyak atsiri (Mangun, 2006). Minyak
nilam diperoleh dari hasil penyulingan
batang dan daun nilam. Seperti produk
hasil pertanian pada umumnya, nilam
juga bersifat mudah rusak dan bulky.
Pada pengolahan nilam, menurut
Indiastuti (2007), metode penyulingan
yang biasa dipakai petani masih sangat
sederhana dan membutuhkan waktu
yang lama.
Tingginya kuantitas daun nilam
kering dan kapasitas mesin penyulingan
yang terbatas menyebabkan terjadinya
penundaan penyulingan. Hal tersebut
menjadi masalah karena perlakuan
terhadap daun nilam sebelum disuling
dapat mempengaruhi kualitas dan
kuantitas minyak nilam. Perlakuan
pendahuluan yang dilakukan sebelum
penyulingan yaitu pengecilan ukuran
bahan, pengeringan, pelayuan, dan
fermentasi
oleh
mikroorganisme
(Ketaren, 1985). Selama terjadi
penundaan penyulingan, dilakukan
penyimpanan daun nilam kering. Hal
tersebut dapat mempengaruhi kualitas
bahan dan proses penyimpanan dapat
menimbulkan masalah apabila kapasitas
ruang penyimpanan yang ada terlalu
kecil, sehingga dibutuhkan perencanaan
unit penyimpanan yang tepat agar bahan
baku yang digunakan dapat tersimpan
seluruhnya.
Selama penyimpanan, dilakukan
pengemasan terhadap daun nilam
kering. Menurut Sisman (2005), tujuan
penyimpanan
adalah
untuk
mempertahankan sifat produk yang
disimpan. Apabila kondisi penyimpanan
tidak sesuai dengan sifat produk maka
dapat
mempercepat
terjadinya

BAHAN dan METODE
Bahan baku yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu daun nilam
(Pogostemon cablin Benth.) yang telah
dikeringkan didapat dari petani nilam
yang ada di daerah Kesamben Blitar.
Daun nilam tersebut dikemas dalam
kertas samson dan karung goni selama
terjadi
penundaan
penyulingan.
Kemasan tersebut memiliki ukuran
panjang 60 cm dan tinggi 100 cm.
Kertas dan karung goni diperoleh dari
penjual kemasan.
Alat dan mesin yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain
rangkaian destilator (Gambar 1),
timbangan (Camry), oven (Memmert),
dan inkubator (Memmert Churt).

Keterangan :
1. Pemanas
2. Ketel
3. Kondensor
4. Alat penampung

Gambar 1. Rangkaian Destilator (Water
and Steam Destilation)

Metode penelitian yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan 2 faktor . Faktor I
merupakan jenis kemasan (K) yang
terdiri dari kertas dan karung goni.
Faktor II merupakan lama penundaan
78
Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85
Kemasan Nilam

tinggi dibandingkan kertas. Selain itu,
karung goni terbuat dari serat yang lebih
tebal dibandingkan dengan kertas
sehingga karung goni dapat menyerap
air lebih banyak. Karung goni memiliki
pori-pori yang lebih besar daripada
kertas sehingga mudah mengalami
pertukaran udara. Menurut Nurminah
(2002), sifat terpenting bahan kemasan
yang digunakan meliputi permeabilitas
gas dan uap air, bentuk dan
permukaannya.

HASIL dan PEMBAHASAN

Berdasarkan uji ANOVA,
faktor
lama
penundaan
penyulingan
berpengaruh signifikan terhadap kadar
air daun nilam kering. Semakin lama
penundaan penyulingan maka rerata
kadar air daun nilam kering semakin
rendah. Hal tersebut diduga terjadi
karena karung goni dan kertas berasal
dari serat alam. Karung goni dan kertas
ikut menyerap air hasil penguapan
bahan sehingga semakin lama kadar air
bahan
semakin
menurun.
Hasil
penelitian tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Khan et
al. (2002) pada biji jeruk C. limon yang
disimpan pada kantong nilon 5 mm
mesh. Kadar air biji jeruk C. limon yang

Rerata Kadar Air (%)

penyulingan (W) yang terdiri dari 5,10,
dan 15 hari. Ulangan dilakukan
sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 18
satuan percobaan, kemudian dilakukan
analisis terhadap rendemen (Rahayoe
dkk., 2007), kadar air (Apriyantono
dkk., 1989), total bakteri (Fardiaz,
1989), dan total jamur (Fardiaz, 1989).
Analisa data dilakukan dengan Analysis
of Varian (ANOVA) dengan selang
kepercayaan 5%. Uji lanjut yang
digunakan yaitu BNT 5% dan DMRT
5%.
Prosedur pelaksanaan penelitian
yang dilakukan yaitu :
1. Daun nilam (Pogostemon cablin
Benth.) yang telah dikeringkan
ditimbang sebanyak 1 kg untuk
masing-masing perlakuan.
2. Daun nilam (Pogostemon cablin
Benth.)
kering
yang
telah
ditimbang
kemudian
dikemas
dengan menggunakan kemasan
kertas dan karung goni masingmasing untuk tiga perlakuan dan
tiga kali ulangan.
3. Daun nilam (Pogostemon cablin
Benth.) kering dalam kemasan
kertas dan karung goni kemudian
disimpan selama 5, 10, dan 15 hari.

50
40

38,46
26,84

30
20

27,86

21,39

24,00
16,97

10
0
5

10

15

Lama Penundaan Penyulingan (hari)
Kertas

Karung goni

Grafik 1. Rerata Kadar Air Akibat
Pengaruh Jenis Kemasan
Daun Nilam Kering dan
Lama
Penundaan
Penyulingan

Kadar Air Daun Nilam Kering
Kadar air bahan merupakan hal yang
penting dalam proses penyulingan daun
nilam. Kadar air daun nilam setelah
perlakuan dapat dilihat pada Grafik 1.
Grafik 1 menunjukkan bahwa rerata
kadar air terendah diperoleh dari
perlakuan K2W3 sebesar 16,97% dan
rerata kadar air tertinggi diperoleh dari
perlakuan K2W1 sebesar 38,46%.
Penurunan kadar air lebih terlihat jelas
pada daun nilam dengan kemasan
karung goni. Hal tersebut diduga terjadi
karena permeabilitas karung goni lebih

79
Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85
Kemasan Nilam

disimpan selama 41 hari, semakin lama
penyimpanan maka kadar air biji jeruk
C. limon semakin menurun.
Faktor
jenis
kemasan
tidak
berpengaruh signifikan terhadap kadar
air daun nilam kering. Hal tersebut
diduga terjadi karena kemasan karung
goni dan kemasan kertas sama-sama
merupakan kemasan yang porous.
Menurut Nining (2002), kemasan yang
porous adalah kemasan yang masih
menunjukkan terjadinya pertukaran
udara antara produk yang disimpan
dengan lingkungannya.

pada daun nilam kering. Faktor K tidak
berpengaruh signifikan karena kadar air
daun nilam pada kemasan kertas dan
karung goni tidak berbeda nyata.
Semakin
lama
penundaan
penyulingan maka nilai rerata total
jamur semakin tinggi. Hasil tersebut
sesuai dengan penelitian Chuansin dkk.
(2006) pada biji kedelai yang disimpan
selama 4 bulan. Semakin lama
penyimpanan maka kandungan jamur
pada biji kedelai semakin tinggi.
Peningkatan total jamur dapat terjadi
karena beberapa faktor. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
jasad renik adalah tersedianya nutrien,
tersedianya air, suhu, pH, tersedianya
oksigen dan potensi oksidasi reduksi,
adanya zat penghambat, dan adanya
jasad renik lain (Fardiaz, 1989).
Pada penelitian ini, peningkatan total
jamur diduga karena kondisi lingkungan
berupa suhu dan kelembaban pada saat
penyimpanan merupakan kondisi yang
optimal untuk pertumbuhan jamur.
Walaupun kadar air daun nilam kering
semakin lama penundaan penyulingan
maka semakin menurun, namun kadar
air tersebut masih dapat digunakan
mikroba untuk tumbuh. Selain itu,
mikroorganisme menghasilkan enzim
yang dapat digunakan untuk merombak
bahan sehingga nutrien dalam bahan
yang digunakan untuk bermetabolisme
menjadi bertambah. Bertambahnya
nutrien dapat meningkatkan jumlah
mikroorganisme sehingga semakin lama
penundaan penyulingan maka jumlah
total jamur juga bertambah. Pada saat
terjadi
metabolisme,
mikroba
menghasilkan panas. Panas tersebut
juga dapat menguapkan kadar air bahan
sehingga kadar air bahan menjadi
berkurang.

Rerata Total Jamur
(log cfu/gr)

Total Jamur Daun Nilam Kering
Jamur sering tumbuh pada saat
penyimpanan. Pertumbuhan jamur pada
daun nilam kering dapat dilihat pada
Grafik 2.
20

14,68

15
10

7,89

5

7,08

10,95

14,32

10,36

0
5

10

15

Lama Penundaan Penyulingan (hari)
Kertas

Karung goni

Grafik 2. Rerata Total Jamur Akibat
Pengaruh Jenis Kemasan Daun
Nilam Kering dan Lama
Penundaan Penyulingan

Rerata total jamur tertinggi adalah
pada perlakuan K1W3 (Jenis kemasan
kertas dan lama penundaan penyulingan
15 hari) sebesar 14,68 log cfu/gr dan
terendah pada perlakuan K1W1 (Jenis
kemasan kertas dan lama penundaan
penyulingan 5 hari) sebesar 7,08 log
cfu/gr.
Pada total jamur, faktor K dan
interaksi (KW) tidak memberikan
pengaruh yang signifikan, sedangkan
faktor W memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap rerata total jamur

Total Bakteri Daun Nilam Kering
Bakteri merupakan salah satu jenis
mikroorganisme yang terdapat secara

80
Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85
Kemasan Nilam

Rerata Total Bakteri
(log cfu/gr)

luas di lingkungan alam (Buckle dkk.,
2009). Rerata total bakteri pada daun
nilam kering akibat pengaruh jenis
kemasan penyimpanan daun nilam
kering dan lama penundaan penyulingan
dapat dilihat pada Grafik 3.
14,02

15
10
5

maka total bakteri pada Garri semakin
bertambah. Hal tersebut sama dengan
pada total jamur yang semakin lama
jumlahnya semakin meningkat diduga
terjadi karena bertambahnya nutrien
dalam bahan yang dapat digunakan
mikroorganisme untuk tumbuh. Jasad
renik membutuhkan nutrien untuk
kehidupan
dan
pertumbuhannya.
Nutrien tersebut digunakan untuk
membentuk energi dan menyusun
komponen-komponen sel (Waluyo,
2005).

9,53

10,88

8,52

5

10

13,25

10,29

0
15

Lama Penundaan Penyulingan (hari)
Kertas

Rerata Total Bakteri Akibat
Pengaruh Jenis Kemasan
Daun Nilam Kering dan
Lama
Penundaan
Penyulingan

Rerata Rendemen (%)

Grafik 3.

Rendemen Minyak Nilam
Rendemen yang dihasilkan dari
penyulingan daun nilam kering yaitu
minyak nillam. Rerata rendemen akibat
pengaruh jenis kemasan penyimpanan
daun nilam kering dan lama penundaan
penyulingan dapat dilihat pada Grafik 4.

Karung goni

Grafik 3 menunjukkan bahwa rerata
total bakteri tertinggi adalah pada daun
nilam kering yang dikemas dengan
kemasan kertas sebesar 14,02 log cfu/gr
dengan lama penundaan penyulingan
selama 15 hari. Rerata total bakteri
terendah juga pada kemasan kertas
sebesar 8,52 log cfu/gr dengan lama
penundaan penyulingan selama 5 hari.
Total bakteri pada daun nilam kering
tidak dipengaruhi oleh jenis kemasan
dan interaksi antara jenis kemasan dan
lama penundaan penyulingan. Hal
tersebut karena jenis kemasan tidak
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap kadar air daun nilam kering.
Faktor yang berpengaruh signifikan
terhadap rerata total bakteri adalah lama
penundaaan penyulingan. Semakin lama
penundaan penyulingan maka rerata
total bakteri pada daun nilam kering
juga semakin meningkat Hasil tersebut
sesuai dengan penelitian Ogugbue et al.
(2011) pada Garri dengan kadar air
10,52%. Semakin lama penyimpanan

2
1.5
1
0.5

1.75
1.24

1.41

1.02

1.66
1.25

0
5

10

15

Lama Penundaan Penyulingan (hari)
Kertas

Karung goni

Grafik 4. Rendemen Minyak Nilam Akibat
Pengaruh Jenis Kemasan Daun
Nilam
Kering
dan
Lama
Penundaan Penyulingan

Grafik 4 menunjukkan bahwa rerata
rendemen minyak nilam pada berbagai
kemasan perlakuan semakin meningkat
pada penundaan penyulingan selama 5
dan 10 hari, namun pada penundaan
penyulingan selama 15 hari rendemen
minyak nilam dari daun nilam menurun.
Hal tersebut diduga terjadi karena pada
penundaan penyulingan selama 15 hari
banyak minyak yang menguap selama
penyimpanan.
Penguapan
secara
bertahap
selama
penyimpanan
81
Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85
Kemasan Nilam

mengakibatkan kehilangan minyak
atsiri. Jika bahan harus disimpan
sebelum diproses, maka penyimpanan
dilakukan pada udara kering yang
bersuhu rendah dan udara tidak
disirkulasikan (Ketaren, 1985).
Menurut Nurdjanah dan Ma’mun
(1994) pada perlakuan daun nilam yang
dijemur dan tidak dijemur menyarankan
untuk tidak menyimpan daun nilam
kering lebih dari satu minggu karena
akan terjadi penurunan produksi
minyak. Akan tetapi dengan perlakuan
penyimpanan daun nilam kering dalam
kemasan kertas dan karung goni
rendemen minyak nilam masih dapat
meningkat sampai waktu penyimpanan
selama 10 hari. Rerata rendemen
tertinggi pada perlakuan K2W2 sebesar
1,75% dan rerata rendemen terendah
pada perlakuan K1W1 sebesar 1,02%.
Pada rendemen minyak nilam, faktor
K, faktor W, dan interaksi (KW) tidak
berpengaruh signifikan. Hal tersebut
diduga terjadi karena kadar air pada
kemasan kertas dan karung goni tidak
berbeda nyata. Hasil ini memberikan
rekomendasi bahwa sampai 15 hari
penundaan penyulingan daun nilam
kering dengan kemasan kertas dan
karung goni masih dapat dilakukan
karena
tidak
terjadi
penurunan
rendemen yang signifikan.

karena lebih tahan lama atau tidak
mudah rusak dibandingkan dengan
kemasan
kertas
sehingga
dapat
digunakan berulang kali.
Lama penundaan penyulingan tidak
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap rendemen minyak nilam
namun pada kadar air, total bakteri, dan
total jamur berpengaruh signifikan.
Pada parameter total jamur dan bakteri,
semakin lama penundaan penyulingan
maka total jamur dan total bakteri pada
daun nilam kering semakin meningkat.
Sehingga, perlakuan K2W1 (jenis
kemasan karung goni dan lama
penundaan penyulingan 5 hari) dapat
dipilih sebagai alternatif terbaik karena
pertumbuhan jamur dan bakteri yang
terus meningkat dikhawatirkan akan
mempengaruhi kualitas minyak nilam
yang dihasilkan.
Perencanaan Unit Penyimpanan
Daun Nilam Kering
Perencanaan unit penyimpanan daun
nilam kering pada unit produksi minyak
nilam di Blitar dilakukan untuk
mengatur jumlah dan cara penyimpanan
daun
nilam
kering
berdasarkan
kapasitas alat, perlakuan terbaik, dan
luas ruang penyimpanan. Pada unit
produksi minyak nilam di Blitar, tenaga
kerja bekerja selama 6 hari kerja dalam
1 minggu. Dalam sehari terdapat 2 shift.
Jumlah ketel suling sebanyak 1 buah.
Kapasitas produksi per hari sebanyak
600 kg/hari. Kebutuhan daun nilam
kering selama 1 minggu sebanyak
3.600 kg daun nilam kering. Jenis
kemasan yang digunakan adalah karung
goni. Daun nilam basah datang tiap 5
hari sekali, kemudian dilayukan selama
5 hari. Daun nilam yang telah dilayukan
kemudian dikemas dan disimpan dalam
ruang penyimpanan apabila terjadi
penundaan penyulingan.

Penentuan Alternatif Terbaik
Penentuan alternatif terbaik dipilih
berdasarkan nilai rendemen tertinggi,
sedangkan nilai total jamur, total bakteri
dan kadar air dipilih nilai terendah.
Kemasan kertas dan karung goni dapat
digunakan untuk menyimpan daun
nilam kering pada saat terjadi
penundaan penyulingan karena jenis
kemasan daun nilam kering tidak
berpengaruh signifikan terhadap kadar
air, total jamur, total bakteri, dan
rendemen, namun jenis kemasan karung
goni lebih disarankan penggunaannya

82
Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85
Kemasan Nilam
Tabel 1. Pola Penjadwalan Penyulingan
Daun Nilam Kering Berdasarkan
Kapasitas Alat dan Jumlah Hari
Kerja/Minggu
Hari ke1
2
3
4
5
6

penyusunan juga dilakukan berdasarkan
lama penundaan penyulingan untuk
memudahkan dalam pengambilan pada
saat akan dilakukan penyulingan.

Jumlah yang Disuling (kg)
600
600
600
600
600
600

Gambar 2. Sketsa Penyusunan Karung
Goni
dalam
Ruang
Penyimpanan (Tampak Atas)

Tabel
1
menunjukkan
pola
penjadwalan penyulingan daun nilam
kering berdasarkan kapasitas alat dan
jumlah hari kerja/minggu. Daun nilam
kering yang disuling pada hari ke-1
merupakan daun nilam kering yang
tidak
mengalami
penundaan
penyulingan. Daun nilam kering yang
disuling pada hari ke-2 merupakan daun
nilam
kering
yang
mengalami
penundaan penyulingan selama 1 hari.
Begitu seterusnya sampai penyulingan
pada hari ke-6 merupakan daun nilam
yang mengalami penundaan selama 5
hari.
Daun nilam kering yang perlu
disimpan adalah daun nilam kering
yang
mengalami
penundaan
penyulingan selama 1, 2, 3, 4, dan 5
hari. Jumlah daun nilam kering yang
harus disimpan sebesar 3000 kg.
Ukuran ruang penyimpanan sebesar 8,5
m x 4,5 m x 4,5 m. Kapasitas karung
goni yang digunakan adalah 25 kg daun
nilam kering/karung. Ukuran karung
sebesar 1 m x 1,3 m sehingga jika diisi
dengan daun nilam kering maka
ukurannya menjadi 0,7 m x 0,6 m x 1
m.
Jumlah karung yang dibutuhkan
adalah sebanyak 120 karung goni.
Dalam ruang penyimpanan, karung goni
disusun sebanyak 8 buah sesuai dengan
panjang ruang penyimpanan dan
disusun sebanyak 5 buah sesuai dengan
lebar ruang penyimpanan. Selain itu,

Gambar 2 menunjukkan sketsa
penyusunan karung goni dalam ruang
penyimpanan (tampak atas). Daun
nilam kering yang pertama dimasukkan
dalam gudang adalah yang mengalami
penundaan lima hari diletakkan pada
baris ke-5. Daun nilam kering yang
mengalami penundaan satu hari
diletakkan pada baris ke-1. Metode
penyimpanan deck LIFO merupakan
metode
seperti
LIFO
(sistem
penyimpanan yang berbentuk terakhir
masuk, pertama keluar) tetapi barang
pertama masuk diletakkan diujung
secara bertahap mundur ke belakang
(Jatmiko, 2012).
Agar 120 karung dapat disimpan
dalam ruang penyimpanan maka karung
harus disusun dengan cara ditumpuk
menjadi tiga lapis. Pada masing-masing
lapis terdapat 40 karung. Pola
penyusunan tersebut dapat memberikan
sisa ruang sebesar 2,9 m x 1,5 m x 1,5
m. Sketsa ruang penyimpanan daun
nilam kering dapat dilihat pada Gambar
3.
Jumlah nilam yang harus disuling
dalam waktu sehari sebanyak 24 karung
daun nilam kering, sedangkan sekali
penyulingan sebanyak 12 karung goni
daun nilam kering. Pengambilan karung
dilakukan dari lapis yang paling atas
kemudian karung pada lapis kedua dan
83
Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85
Kemasan Nilam

ketiga misalnya jika akan menyuling
daun nilam dengan penundaan satu hari
maka karung yang diambil adalah pada
baris ke-1 dimulai dari lapis paling atas
dan diakhiri lapis yang paling bawah.

saat penyimpanan dapat dilakukan
dengan menyusun karung goni
sebanyak 8 buah sesuai dengan
panjang dan disusun sebanyak 5
buah sesuai dengan lebar ruang
penyimpanan serta menumpuk
karung goni sebanyak 3 lapisan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kepada
Universitas
Brawijaya
(Program Hibah PHKI-C tahun
anggaran 2012) yang telah membantu
dalam pembiayaan penelitian ini.

Gambar 3. Sketsa Ruang Penyimpanan
Daun Nilam Kering

DAFTAR PUSTAKA

Pada penundaan selama dua hari,
karung yang diambil adalah karung
pada baris ke-2 dimulai dari lapisan
teratas sampai lapisan terbawah. Begitu
seterusnya sampai penyulingan daun
nilam dengan penundaan 5 hari. Ruang
penyimpanan akan diisi kembali setelah
seluruh daun nilam kering telah
diproses.

Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.
Puspitasari, Sedarnawati, dan S.
Budiyanto.
1989.
Analisis
Pangan. IPB Press. Bogor.

KESIMPULAN

Chuansin, S., S. Vearasilp, S.
Srichuwong, dan E. Pawelzik.
2006. Selection of Packaging
Materials for Soybean Seed
Storage.
Conference
on
International Agricultural Research
for Development. University of
Bonn

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H.
Fleet, dan M. Wootton. 2009. Ilmu
Pangan (Terjemahan H. Purnomo
dan Adiono). UI-Press. Jakarta

Dari hasil penelitian dan pengolahan
data
yang
dilakukan,
diperoleh
kesimpulan bahwa :
1. Penundaan penyulingan dapat
meningkatkan jumlah total jamur
dan bakteri pada daun nilam kering.
2. Jenis kemasan daun nilam kering
(Pogostemon cablin Benth.) dan
lama penundaan penyulingan tidak
berpengaruh signifikan terhadap
rendemen minyak nilam.
3. Perlakuan terbaik yaitu pada
perlakuan K2W1 (jenis kemasan
karung goni dan lama penundaan
penyulingan 5 hari).
4. Pola penyusunan daun nilam kering
dalam kemasan karung goni pada

Fardiaz,

S. 1989. Mikrobiologi
Pangan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor

Indiastuti, I. 2007. Analisa Proses
Penyulingan Minyak Atsiri Daun
Nilam
(Pogestemon
cablin)
Dengan Cara Pemanasan Uap
dan Air (Studi : Ditempat
Penyulingan Daun Nilam Desa
Sananrejo
Malang).
Skripsi.
84
Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85
Kemasan Nilam

Jurusan Keteknikan Pertanian.
Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Brawijaya. Malang
Jatmiko,
I.P.
2012.
Teknik
Penyimpanan
Bahan
Pakan
Ternak.
http://ditjennak.deptan.go.id/index.
php?page=berita&action=detail&id
berita=310. Diakses pada tanggal 1
September 2012.

dan Kertas Serta Pengaruhnya
Terhadap Bahan yang Dikemas.
http://repository.usu.ac.id/bitstream
/123456789/7343/1/fp-mimi.pdf
Diakses pada tanggal 23 Oktober
2011
Ogugbue, C. Jason, dan O. Gloria.
2011. Bioburden of Garri Stored
in Different Packaging Materials
under Tropical Market Conditions.
Middle-East Journal of Scientific
Research. 7(5): 741-745

Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi
Minyak Atsiri. Balai Pustaka.
Jakarta

Rahayoe, S., Suhargo, Y. Tetuko, dan
T. Mega. 2007. Kajian Kinetika
Pengaruh Kadar Air dan
Perajangan
Terhadap
Laju
Destilasi Minyak Atsiri. Prosiding
Seminar
Nasional
Teknik
Pertanian. Fakultas Teknologi
Pertanian. Universitas
Gadjah
Mada. Yogyakarta. 393–406

__________. 1987. Minyak Atsiri. UI
Press. Jakarta
Khan, M.M., K. Thompson, M. Usman,
dan B. Fatima. 2002. Role of
Moisture
and
Controlled
Atmosphere in Citrus Seed
Storage. International Journal of
Agriculture and Biology. 4(2) :
259-266

Sisman, C.B. 2005. Quality Losses in
Temporary Sunflower Seed Stores
and Influances of Storage
Conditions on Quality Losses
During Storage. Journal Central
European Agriculture. 6(2) : 143150

Mangun, H.M.S. 2006. Nilam. Penebar
Swadaya. Jakarta
Marsh, K. dan B. Bugusu. 2007. Food
Packaging – Roles, Materials, and
Environmental Issues. Journal of
Food Science. 72(2) : 39–55

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi
Umum. UMM Press. Malang.

Nining,
Y.
2002.
Metode
Penyimpanan Benih Merbau
(Intsia bijuga O. Ktze). Jurnal
Manajemen Hutan Tropika. 8(2):
88-95
Nurdjanah, N. dan Ma’mun. 1994.
Pengeringan
Bahan
dan
Penyimpanan
Daun
Nilam
Kering. Pemberitaan Litantri 20(2)
: 11–15
Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat
Berbagai Bahan Kemasan Plastik

85

More Related Content

What's hot

Floating tablet journal presentation
Floating tablet journal presentationFloating tablet journal presentation
Floating tablet journal presentationcutterinaa
 
175 515-1-pb
175 515-1-pb175 515-1-pb
175 515-1-pb12105
 
Pengantarbudidayajamurtirambagian2
Pengantarbudidayajamurtirambagian2Pengantarbudidayajamurtirambagian2
Pengantarbudidayajamurtirambagian2dydday
 
Makalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanMakalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanagronomy
 
Modul usaha industri jamur tiram
Modul usaha industri jamur tiramModul usaha industri jamur tiram
Modul usaha industri jamur tiramSejahtera Affif
 
Laporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labLaporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labagronomy
 
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2aji indras
 
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURAMODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURAAGROTEKNOLOGI
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihRiva Anggraeni
 
Simao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasiSimao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasisimao belo
 
Untuk semua 3. 39 selesai
Untuk semua 3. 39 selesaiUntuk semua 3. 39 selesai
Untuk semua 3. 39 selesaisahrini
 

What's hot (17)

Floating tablet journal presentation
Floating tablet journal presentationFloating tablet journal presentation
Floating tablet journal presentation
 
Makalah_57 Makalah laporan praktikum
Makalah_57 Makalah laporan praktikumMakalah_57 Makalah laporan praktikum
Makalah_57 Makalah laporan praktikum
 
175 515-1-pb
175 515-1-pb175 515-1-pb
175 515-1-pb
 
Pengantarbudidayajamurtirambagian2
Pengantarbudidayajamurtirambagian2Pengantarbudidayajamurtirambagian2
Pengantarbudidayajamurtirambagian2
 
Makalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutanMakalah teknologi benih lanjutan
Makalah teknologi benih lanjutan
 
Modul usaha industri jamur tiram
Modul usaha industri jamur tiramModul usaha industri jamur tiram
Modul usaha industri jamur tiram
 
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitranPresentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
Presentasi no 6 8_penyimpanan benih rekalsitran
 
Translatr
TranslatrTranslatr
Translatr
 
Laporan pasca panen lab
Laporan pasca panen labLaporan pasca panen lab
Laporan pasca panen lab
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
Bu Ainur - Proses Pengelantangan H2O2
 
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURAMODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
MODIFIKASI ATMOSFER DENGAN PENGEMASAN UNTUK PRODUK HORTIKULTURA
 
contoh laporan uji benih
contoh laporan uji benihcontoh laporan uji benih
contoh laporan uji benih
 
Simao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasiSimao penurunan viabilatas publikasi
Simao penurunan viabilatas publikasi
 
Koch2
Koch2Koch2
Koch2
 
uji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdfuji KLT daun kelor.pdf
uji KLT daun kelor.pdf
 
Untuk semua 3. 39 selesai
Untuk semua 3. 39 selesaiUntuk semua 3. 39 selesai
Untuk semua 3. 39 selesai
 

Viewers also liked

4 biology energy and metabolisms
4 biology energy and metabolisms4 biology energy and metabolisms
4 biology energy and metabolismsNur Hidayat
 
Design produk dan kontrol proses
Design produk dan kontrol prosesDesign produk dan kontrol proses
Design produk dan kontrol prosesNur Hidayat
 
3 biologi struktur sel mikroskop
3 biologi struktur sel   mikroskop3 biologi struktur sel   mikroskop
3 biologi struktur sel mikroskopNur Hidayat
 
6 biology classification of organisms
6 biology classification of organisms6 biology classification of organisms
6 biology classification of organismsNur Hidayat
 
Minggu 11 biofuels
Minggu 11 biofuelsMinggu 11 biofuels
Minggu 11 biofuelsNur Hidayat
 
2251 7715-2-12moringa
2251 7715-2-12moringa2251 7715-2-12moringa
2251 7715-2-12moringaNur Hidayat
 

Viewers also liked (6)

4 biology energy and metabolisms
4 biology energy and metabolisms4 biology energy and metabolisms
4 biology energy and metabolisms
 
Design produk dan kontrol proses
Design produk dan kontrol prosesDesign produk dan kontrol proses
Design produk dan kontrol proses
 
3 biologi struktur sel mikroskop
3 biologi struktur sel   mikroskop3 biologi struktur sel   mikroskop
3 biologi struktur sel mikroskop
 
6 biology classification of organisms
6 biology classification of organisms6 biology classification of organisms
6 biology classification of organisms
 
Minggu 11 biofuels
Minggu 11 biofuelsMinggu 11 biofuels
Minggu 11 biofuels
 
2251 7715-2-12moringa
2251 7715-2-12moringa2251 7715-2-12moringa
2251 7715-2-12moringa
 

Similar to KemasanNilam

Presentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesia
Presentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesiaPresentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesia
Presentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesiaBondan the Planter of Palm Oil
 
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...Repository Ipb
 
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...Repository Ipb
 
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...Repository Ipb
 
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...Repository Ipb
 
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.ppt
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.pptpertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.ppt
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.pptchilonkduppa
 
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagung
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagungPengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagung
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagungeka putra
 
Maryam_Bahan ajar NATA DE COCO ppt.pptx
Maryam_Bahan ajar NATA DE COCO ppt.pptxMaryam_Bahan ajar NATA DE COCO ppt.pptx
Maryam_Bahan ajar NATA DE COCO ppt.pptxMaryMaryam7
 
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Young Farmers
 
Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2wahyuddin S.T
 
Kultur jaringan-anggrek-makalh-ppm
Kultur jaringan-anggrek-makalh-ppmKultur jaringan-anggrek-makalh-ppm
Kultur jaringan-anggrek-makalh-ppmMuhammad Sabrin
 
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretMakalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretDewi Izza
 
Tugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebuTugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebuIkha Linzaykarisma
 
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdfPEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdfAgathaHaselvin
 
63357-649-236825-2-10-20220406.pdf
63357-649-236825-2-10-20220406.pdf63357-649-236825-2-10-20220406.pdf
63357-649-236825-2-10-20220406.pdfbaltazar42
 

Similar to KemasanNilam (20)

Presentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesia
Presentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesiaPresentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesia
Presentasi no 5 4_perspektif benih tanaman rempah dan obat di indonesia
 
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
INDUKSI MUTASI MELALUI PENGGANDAAN KROMOSOM NILAM VARIETAS SIDIKALANG (Pogost...
 
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...
PENGKAJIAN PENYIMPANAN JERUK BESAR (Citrus grandis L.) PENGOLAHAN MINIMAL DEN...
 
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...
PENGARUH JENIS KEMASAN DAN KADAR AIR AWAL TERHADAP DAVA SIMPAN BENIH KEDELAI1...
 
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
PENGARUH MIKROBA ENDOFIT BERASAL DARI EKOSISTEM AIR HITAM TERHAOAP PERTUMBUHA...
 
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.ppt
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.pptpertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.ppt
pertemuan 2PENYIAPAN DAN PENGOLAHAN BAHAN BAKU.ppt
 
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagung
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagungPengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagung
Pengaruh variasi jumlah campuran perekat pada briket arang tongkol jagung
 
Maryam_Bahan ajar NATA DE COCO ppt.pptx
Maryam_Bahan ajar NATA DE COCO ppt.pptxMaryam_Bahan ajar NATA DE COCO ppt.pptx
Maryam_Bahan ajar NATA DE COCO ppt.pptx
 
Rayap
RayapRayap
Rayap
 
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
Analisis matematis pendugaan umur simpan benih cabai merah (capsicum annum l.)
 
Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2Pemanfaatan kulit batang gemor 2
Pemanfaatan kulit batang gemor 2
 
Kultur jaringan-anggrek-makalh-ppm
Kultur jaringan-anggrek-makalh-ppmKultur jaringan-anggrek-makalh-ppm
Kultur jaringan-anggrek-makalh-ppm
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
ppt 3.pptx
ppt 3.pptxppt 3.pptx
ppt 3.pptx
 
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : KaretMakalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
Makalah Pengetahuan Bahan Teknik : Karet
 
Tugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebuTugas pengantar bioteknologi tebu
Tugas pengantar bioteknologi tebu
 
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdfPEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
PEMBUATAN_PREPARAT_IRISAN_METODE_PARAFIN.pdf
 
63357-649-236825-2-10-20220406.pdf
63357-649-236825-2-10-20220406.pdf63357-649-236825-2-10-20220406.pdf
63357-649-236825-2-10-20220406.pdf
 
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AALISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
 
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimunMakalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
Makalah_70 pengolahan benih terung dan mentimun
 

KemasanNilam

  • 1. Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85 Kemasan Nilam PENGARUH JENIS KEMASAN DAUN NILAM (Pogestemon cablin Benth.) KERING DAN LAMA PENUNDAAN PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK NILAM THE EFFECT OF PACKAGING TYPE OF DRIED PATCHOULI (Pogostemon cablin Benth.) LEAVES AND DESTILLATION DELAY TIME ON THE YIELD OF PATCHOULI OIL Nur Hidayat1, Desi Wiwis Sahendrati2 dan Nimas Mayang Sabrina Sunyoto2 1). Dosen Jurusan Tek.Industri Pertanian Fak. Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2). Alumni Jurusan Tek.Industri Pertanian Fak. Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Email: nhidayat@ub.ac.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis kemasan daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) kering dan lama penundaan penyulingan terhadap rendemen minyak nilam. Bahan baku yang digunakan adalah daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) kering yang didapat dari petani nilam yang ada di daerah Kesamben Blitar. Rancangan percobaan yang digunakan berupa Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor yaitu jenis kemasan dan lama penundaan penyulingan. Jenis kemasan yang digunakan untuk menyimpan daun nilam kering ketika terjadi penundaan penyulingan terdiri dari kertas dan karung goni. Lama penundaan penyulingan daun nilam kering terdiri dari 5,10, dan 15 hari. Parameter yang dianalisa meliputi kadar air, total jamur, total bakteri daun nilam kering, dan rendemen minyak nilam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penundaan penyulingan lebih berpengaruh terhadap kadar air, total jamur, dan total bakteri dibandingkan dengan jenis kemasan. Jenis kemasan, lama penundaan penyulingan, dan interaksi antara kedua faktor tidak berpengaruh signifikan terhadap rendemen minyak nillam. Perlakuan terbaik hasil penelitian yaitu pada daun nilam kering dengan kemasan karung goni dan lama penundaan penyulingan selama 5 hari dengan kadar air sebesar 38,46%, total jamur 7,89 log cfu/gr, total bakteri 9,53 log cfu/gr, dan rendemen 1,24%. Perlakuan terbaik hasil penelitian digunakan sebagai dasar untuk menyusun daun nilam kering di ruang penyimpanan. Penyusunan yang sesuai pada sentra penyulingan daun nilam di Blitar adalah dengan menyusun karung goni sebanyak 8 buah sesuai dengan panjang dan 5 buah sesuai dengan lebar ruang penyimpanan. Kata kunci : Jenis Kemasan, Lama Penundaan Penyulingan, Minyak Nilam, Nilam. ABSTRACT The purpose of this research is to determine the effect of dried patchouli leaves (Pogostemon cablin Benth.) packaging type and distillation delay times to the yield of patchouli oil. The raw materials were used the leaves of patchouli (Pogostemon cablin Benth.) obtained from the dried patchouli farmers in Kesamben, Blitar. Experimental design used in this research was randomized block design with two factors consist of the type of packaging and the distillation delay times. Type of packaging used to store the dried patchouli leaves when there was distillation delay times consists of paper and jute sack. The distillation delay times of dried patchouli leaves consist of 5,10, and 15 days. The parameters analyzed including moisture content, total fungi, total bacteria of dried patchouli leaves, and yield of patchouli oil. The results showed that the distillation delay times have more significant influence on moisture content, total fungi and total bacteria than packaging type. Type of packaging, distillation delay times, and interaction between the two factors did not significantly effect the yield of patchouli oil. The best of alternative was the dried patchouli leaves with jute sack packaging and distillation delay times 5 days with a moisture content of 38.46%, total fungi of 7.89 log cfu/g, total bacterial of 9.53 log cfu/g, and a yield of 1.24%. The best treatment result was used as a basis to arrange the dried patchouli leaves in the storage room. The suitable arranged for unit distillation pachouli oil in Blitar was 8 unit in the length and 5 unit in the width of storage room. Keywords : Destilation delay time, Packaging type, Patchouli oil, Pogostemon cablin Benth. 77
  • 2. Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85 Kemasan Nilam kerusakan. Menurut Marsh dan Bugusu (2007), pengemasan menyediakan perlindungan dari tiga pengaruh luar yaitu kimiawi, biologi, dan fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kemasan daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) kering dan lama penundaan penyulingan terhadap rendemen minyak nilam. PENDAHULUAN Minyak nilam merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting bagi Indonesia. Sekitar 70% pangsa pasar dunia dikuasai oleh minyak nilam Indonesia. Minyak nilam merupakan penghasil devisa terbesar dari ekspor minyak atsiri (Mangun, 2006). Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan batang dan daun nilam. Seperti produk hasil pertanian pada umumnya, nilam juga bersifat mudah rusak dan bulky. Pada pengolahan nilam, menurut Indiastuti (2007), metode penyulingan yang biasa dipakai petani masih sangat sederhana dan membutuhkan waktu yang lama. Tingginya kuantitas daun nilam kering dan kapasitas mesin penyulingan yang terbatas menyebabkan terjadinya penundaan penyulingan. Hal tersebut menjadi masalah karena perlakuan terhadap daun nilam sebelum disuling dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas minyak nilam. Perlakuan pendahuluan yang dilakukan sebelum penyulingan yaitu pengecilan ukuran bahan, pengeringan, pelayuan, dan fermentasi oleh mikroorganisme (Ketaren, 1985). Selama terjadi penundaan penyulingan, dilakukan penyimpanan daun nilam kering. Hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas bahan dan proses penyimpanan dapat menimbulkan masalah apabila kapasitas ruang penyimpanan yang ada terlalu kecil, sehingga dibutuhkan perencanaan unit penyimpanan yang tepat agar bahan baku yang digunakan dapat tersimpan seluruhnya. Selama penyimpanan, dilakukan pengemasan terhadap daun nilam kering. Menurut Sisman (2005), tujuan penyimpanan adalah untuk mempertahankan sifat produk yang disimpan. Apabila kondisi penyimpanan tidak sesuai dengan sifat produk maka dapat mempercepat terjadinya BAHAN dan METODE Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) yang telah dikeringkan didapat dari petani nilam yang ada di daerah Kesamben Blitar. Daun nilam tersebut dikemas dalam kertas samson dan karung goni selama terjadi penundaan penyulingan. Kemasan tersebut memiliki ukuran panjang 60 cm dan tinggi 100 cm. Kertas dan karung goni diperoleh dari penjual kemasan. Alat dan mesin yang digunakan dalam penelitian ini antara lain rangkaian destilator (Gambar 1), timbangan (Camry), oven (Memmert), dan inkubator (Memmert Churt). Keterangan : 1. Pemanas 2. Ketel 3. Kondensor 4. Alat penampung Gambar 1. Rangkaian Destilator (Water and Steam Destilation) Metode penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor . Faktor I merupakan jenis kemasan (K) yang terdiri dari kertas dan karung goni. Faktor II merupakan lama penundaan 78
  • 3. Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85 Kemasan Nilam tinggi dibandingkan kertas. Selain itu, karung goni terbuat dari serat yang lebih tebal dibandingkan dengan kertas sehingga karung goni dapat menyerap air lebih banyak. Karung goni memiliki pori-pori yang lebih besar daripada kertas sehingga mudah mengalami pertukaran udara. Menurut Nurminah (2002), sifat terpenting bahan kemasan yang digunakan meliputi permeabilitas gas dan uap air, bentuk dan permukaannya. HASIL dan PEMBAHASAN Berdasarkan uji ANOVA, faktor lama penundaan penyulingan berpengaruh signifikan terhadap kadar air daun nilam kering. Semakin lama penundaan penyulingan maka rerata kadar air daun nilam kering semakin rendah. Hal tersebut diduga terjadi karena karung goni dan kertas berasal dari serat alam. Karung goni dan kertas ikut menyerap air hasil penguapan bahan sehingga semakin lama kadar air bahan semakin menurun. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Khan et al. (2002) pada biji jeruk C. limon yang disimpan pada kantong nilon 5 mm mesh. Kadar air biji jeruk C. limon yang Rerata Kadar Air (%) penyulingan (W) yang terdiri dari 5,10, dan 15 hari. Ulangan dilakukan sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 18 satuan percobaan, kemudian dilakukan analisis terhadap rendemen (Rahayoe dkk., 2007), kadar air (Apriyantono dkk., 1989), total bakteri (Fardiaz, 1989), dan total jamur (Fardiaz, 1989). Analisa data dilakukan dengan Analysis of Varian (ANOVA) dengan selang kepercayaan 5%. Uji lanjut yang digunakan yaitu BNT 5% dan DMRT 5%. Prosedur pelaksanaan penelitian yang dilakukan yaitu : 1. Daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) yang telah dikeringkan ditimbang sebanyak 1 kg untuk masing-masing perlakuan. 2. Daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) kering yang telah ditimbang kemudian dikemas dengan menggunakan kemasan kertas dan karung goni masingmasing untuk tiga perlakuan dan tiga kali ulangan. 3. Daun nilam (Pogostemon cablin Benth.) kering dalam kemasan kertas dan karung goni kemudian disimpan selama 5, 10, dan 15 hari. 50 40 38,46 26,84 30 20 27,86 21,39 24,00 16,97 10 0 5 10 15 Lama Penundaan Penyulingan (hari) Kertas Karung goni Grafik 1. Rerata Kadar Air Akibat Pengaruh Jenis Kemasan Daun Nilam Kering dan Lama Penundaan Penyulingan Kadar Air Daun Nilam Kering Kadar air bahan merupakan hal yang penting dalam proses penyulingan daun nilam. Kadar air daun nilam setelah perlakuan dapat dilihat pada Grafik 1. Grafik 1 menunjukkan bahwa rerata kadar air terendah diperoleh dari perlakuan K2W3 sebesar 16,97% dan rerata kadar air tertinggi diperoleh dari perlakuan K2W1 sebesar 38,46%. Penurunan kadar air lebih terlihat jelas pada daun nilam dengan kemasan karung goni. Hal tersebut diduga terjadi karena permeabilitas karung goni lebih 79
  • 4. Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85 Kemasan Nilam disimpan selama 41 hari, semakin lama penyimpanan maka kadar air biji jeruk C. limon semakin menurun. Faktor jenis kemasan tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar air daun nilam kering. Hal tersebut diduga terjadi karena kemasan karung goni dan kemasan kertas sama-sama merupakan kemasan yang porous. Menurut Nining (2002), kemasan yang porous adalah kemasan yang masih menunjukkan terjadinya pertukaran udara antara produk yang disimpan dengan lingkungannya. pada daun nilam kering. Faktor K tidak berpengaruh signifikan karena kadar air daun nilam pada kemasan kertas dan karung goni tidak berbeda nyata. Semakin lama penundaan penyulingan maka nilai rerata total jamur semakin tinggi. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Chuansin dkk. (2006) pada biji kedelai yang disimpan selama 4 bulan. Semakin lama penyimpanan maka kandungan jamur pada biji kedelai semakin tinggi. Peningkatan total jamur dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan jasad renik adalah tersedianya nutrien, tersedianya air, suhu, pH, tersedianya oksigen dan potensi oksidasi reduksi, adanya zat penghambat, dan adanya jasad renik lain (Fardiaz, 1989). Pada penelitian ini, peningkatan total jamur diduga karena kondisi lingkungan berupa suhu dan kelembaban pada saat penyimpanan merupakan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan jamur. Walaupun kadar air daun nilam kering semakin lama penundaan penyulingan maka semakin menurun, namun kadar air tersebut masih dapat digunakan mikroba untuk tumbuh. Selain itu, mikroorganisme menghasilkan enzim yang dapat digunakan untuk merombak bahan sehingga nutrien dalam bahan yang digunakan untuk bermetabolisme menjadi bertambah. Bertambahnya nutrien dapat meningkatkan jumlah mikroorganisme sehingga semakin lama penundaan penyulingan maka jumlah total jamur juga bertambah. Pada saat terjadi metabolisme, mikroba menghasilkan panas. Panas tersebut juga dapat menguapkan kadar air bahan sehingga kadar air bahan menjadi berkurang. Rerata Total Jamur (log cfu/gr) Total Jamur Daun Nilam Kering Jamur sering tumbuh pada saat penyimpanan. Pertumbuhan jamur pada daun nilam kering dapat dilihat pada Grafik 2. 20 14,68 15 10 7,89 5 7,08 10,95 14,32 10,36 0 5 10 15 Lama Penundaan Penyulingan (hari) Kertas Karung goni Grafik 2. Rerata Total Jamur Akibat Pengaruh Jenis Kemasan Daun Nilam Kering dan Lama Penundaan Penyulingan Rerata total jamur tertinggi adalah pada perlakuan K1W3 (Jenis kemasan kertas dan lama penundaan penyulingan 15 hari) sebesar 14,68 log cfu/gr dan terendah pada perlakuan K1W1 (Jenis kemasan kertas dan lama penundaan penyulingan 5 hari) sebesar 7,08 log cfu/gr. Pada total jamur, faktor K dan interaksi (KW) tidak memberikan pengaruh yang signifikan, sedangkan faktor W memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rerata total jamur Total Bakteri Daun Nilam Kering Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang terdapat secara 80
  • 5. Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85 Kemasan Nilam Rerata Total Bakteri (log cfu/gr) luas di lingkungan alam (Buckle dkk., 2009). Rerata total bakteri pada daun nilam kering akibat pengaruh jenis kemasan penyimpanan daun nilam kering dan lama penundaan penyulingan dapat dilihat pada Grafik 3. 14,02 15 10 5 maka total bakteri pada Garri semakin bertambah. Hal tersebut sama dengan pada total jamur yang semakin lama jumlahnya semakin meningkat diduga terjadi karena bertambahnya nutrien dalam bahan yang dapat digunakan mikroorganisme untuk tumbuh. Jasad renik membutuhkan nutrien untuk kehidupan dan pertumbuhannya. Nutrien tersebut digunakan untuk membentuk energi dan menyusun komponen-komponen sel (Waluyo, 2005). 9,53 10,88 8,52 5 10 13,25 10,29 0 15 Lama Penundaan Penyulingan (hari) Kertas Rerata Total Bakteri Akibat Pengaruh Jenis Kemasan Daun Nilam Kering dan Lama Penundaan Penyulingan Rerata Rendemen (%) Grafik 3. Rendemen Minyak Nilam Rendemen yang dihasilkan dari penyulingan daun nilam kering yaitu minyak nillam. Rerata rendemen akibat pengaruh jenis kemasan penyimpanan daun nilam kering dan lama penundaan penyulingan dapat dilihat pada Grafik 4. Karung goni Grafik 3 menunjukkan bahwa rerata total bakteri tertinggi adalah pada daun nilam kering yang dikemas dengan kemasan kertas sebesar 14,02 log cfu/gr dengan lama penundaan penyulingan selama 15 hari. Rerata total bakteri terendah juga pada kemasan kertas sebesar 8,52 log cfu/gr dengan lama penundaan penyulingan selama 5 hari. Total bakteri pada daun nilam kering tidak dipengaruhi oleh jenis kemasan dan interaksi antara jenis kemasan dan lama penundaan penyulingan. Hal tersebut karena jenis kemasan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kadar air daun nilam kering. Faktor yang berpengaruh signifikan terhadap rerata total bakteri adalah lama penundaaan penyulingan. Semakin lama penundaan penyulingan maka rerata total bakteri pada daun nilam kering juga semakin meningkat Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Ogugbue et al. (2011) pada Garri dengan kadar air 10,52%. Semakin lama penyimpanan 2 1.5 1 0.5 1.75 1.24 1.41 1.02 1.66 1.25 0 5 10 15 Lama Penundaan Penyulingan (hari) Kertas Karung goni Grafik 4. Rendemen Minyak Nilam Akibat Pengaruh Jenis Kemasan Daun Nilam Kering dan Lama Penundaan Penyulingan Grafik 4 menunjukkan bahwa rerata rendemen minyak nilam pada berbagai kemasan perlakuan semakin meningkat pada penundaan penyulingan selama 5 dan 10 hari, namun pada penundaan penyulingan selama 15 hari rendemen minyak nilam dari daun nilam menurun. Hal tersebut diduga terjadi karena pada penundaan penyulingan selama 15 hari banyak minyak yang menguap selama penyimpanan. Penguapan secara bertahap selama penyimpanan 81
  • 6. Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85 Kemasan Nilam mengakibatkan kehilangan minyak atsiri. Jika bahan harus disimpan sebelum diproses, maka penyimpanan dilakukan pada udara kering yang bersuhu rendah dan udara tidak disirkulasikan (Ketaren, 1985). Menurut Nurdjanah dan Ma’mun (1994) pada perlakuan daun nilam yang dijemur dan tidak dijemur menyarankan untuk tidak menyimpan daun nilam kering lebih dari satu minggu karena akan terjadi penurunan produksi minyak. Akan tetapi dengan perlakuan penyimpanan daun nilam kering dalam kemasan kertas dan karung goni rendemen minyak nilam masih dapat meningkat sampai waktu penyimpanan selama 10 hari. Rerata rendemen tertinggi pada perlakuan K2W2 sebesar 1,75% dan rerata rendemen terendah pada perlakuan K1W1 sebesar 1,02%. Pada rendemen minyak nilam, faktor K, faktor W, dan interaksi (KW) tidak berpengaruh signifikan. Hal tersebut diduga terjadi karena kadar air pada kemasan kertas dan karung goni tidak berbeda nyata. Hasil ini memberikan rekomendasi bahwa sampai 15 hari penundaan penyulingan daun nilam kering dengan kemasan kertas dan karung goni masih dapat dilakukan karena tidak terjadi penurunan rendemen yang signifikan. karena lebih tahan lama atau tidak mudah rusak dibandingkan dengan kemasan kertas sehingga dapat digunakan berulang kali. Lama penundaan penyulingan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rendemen minyak nilam namun pada kadar air, total bakteri, dan total jamur berpengaruh signifikan. Pada parameter total jamur dan bakteri, semakin lama penundaan penyulingan maka total jamur dan total bakteri pada daun nilam kering semakin meningkat. Sehingga, perlakuan K2W1 (jenis kemasan karung goni dan lama penundaan penyulingan 5 hari) dapat dipilih sebagai alternatif terbaik karena pertumbuhan jamur dan bakteri yang terus meningkat dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas minyak nilam yang dihasilkan. Perencanaan Unit Penyimpanan Daun Nilam Kering Perencanaan unit penyimpanan daun nilam kering pada unit produksi minyak nilam di Blitar dilakukan untuk mengatur jumlah dan cara penyimpanan daun nilam kering berdasarkan kapasitas alat, perlakuan terbaik, dan luas ruang penyimpanan. Pada unit produksi minyak nilam di Blitar, tenaga kerja bekerja selama 6 hari kerja dalam 1 minggu. Dalam sehari terdapat 2 shift. Jumlah ketel suling sebanyak 1 buah. Kapasitas produksi per hari sebanyak 600 kg/hari. Kebutuhan daun nilam kering selama 1 minggu sebanyak 3.600 kg daun nilam kering. Jenis kemasan yang digunakan adalah karung goni. Daun nilam basah datang tiap 5 hari sekali, kemudian dilayukan selama 5 hari. Daun nilam yang telah dilayukan kemudian dikemas dan disimpan dalam ruang penyimpanan apabila terjadi penundaan penyulingan. Penentuan Alternatif Terbaik Penentuan alternatif terbaik dipilih berdasarkan nilai rendemen tertinggi, sedangkan nilai total jamur, total bakteri dan kadar air dipilih nilai terendah. Kemasan kertas dan karung goni dapat digunakan untuk menyimpan daun nilam kering pada saat terjadi penundaan penyulingan karena jenis kemasan daun nilam kering tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar air, total jamur, total bakteri, dan rendemen, namun jenis kemasan karung goni lebih disarankan penggunaannya 82
  • 7. Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85 Kemasan Nilam Tabel 1. Pola Penjadwalan Penyulingan Daun Nilam Kering Berdasarkan Kapasitas Alat dan Jumlah Hari Kerja/Minggu Hari ke1 2 3 4 5 6 penyusunan juga dilakukan berdasarkan lama penundaan penyulingan untuk memudahkan dalam pengambilan pada saat akan dilakukan penyulingan. Jumlah yang Disuling (kg) 600 600 600 600 600 600 Gambar 2. Sketsa Penyusunan Karung Goni dalam Ruang Penyimpanan (Tampak Atas) Tabel 1 menunjukkan pola penjadwalan penyulingan daun nilam kering berdasarkan kapasitas alat dan jumlah hari kerja/minggu. Daun nilam kering yang disuling pada hari ke-1 merupakan daun nilam kering yang tidak mengalami penundaan penyulingan. Daun nilam kering yang disuling pada hari ke-2 merupakan daun nilam kering yang mengalami penundaan penyulingan selama 1 hari. Begitu seterusnya sampai penyulingan pada hari ke-6 merupakan daun nilam yang mengalami penundaan selama 5 hari. Daun nilam kering yang perlu disimpan adalah daun nilam kering yang mengalami penundaan penyulingan selama 1, 2, 3, 4, dan 5 hari. Jumlah daun nilam kering yang harus disimpan sebesar 3000 kg. Ukuran ruang penyimpanan sebesar 8,5 m x 4,5 m x 4,5 m. Kapasitas karung goni yang digunakan adalah 25 kg daun nilam kering/karung. Ukuran karung sebesar 1 m x 1,3 m sehingga jika diisi dengan daun nilam kering maka ukurannya menjadi 0,7 m x 0,6 m x 1 m. Jumlah karung yang dibutuhkan adalah sebanyak 120 karung goni. Dalam ruang penyimpanan, karung goni disusun sebanyak 8 buah sesuai dengan panjang ruang penyimpanan dan disusun sebanyak 5 buah sesuai dengan lebar ruang penyimpanan. Selain itu, Gambar 2 menunjukkan sketsa penyusunan karung goni dalam ruang penyimpanan (tampak atas). Daun nilam kering yang pertama dimasukkan dalam gudang adalah yang mengalami penundaan lima hari diletakkan pada baris ke-5. Daun nilam kering yang mengalami penundaan satu hari diletakkan pada baris ke-1. Metode penyimpanan deck LIFO merupakan metode seperti LIFO (sistem penyimpanan yang berbentuk terakhir masuk, pertama keluar) tetapi barang pertama masuk diletakkan diujung secara bertahap mundur ke belakang (Jatmiko, 2012). Agar 120 karung dapat disimpan dalam ruang penyimpanan maka karung harus disusun dengan cara ditumpuk menjadi tiga lapis. Pada masing-masing lapis terdapat 40 karung. Pola penyusunan tersebut dapat memberikan sisa ruang sebesar 2,9 m x 1,5 m x 1,5 m. Sketsa ruang penyimpanan daun nilam kering dapat dilihat pada Gambar 3. Jumlah nilam yang harus disuling dalam waktu sehari sebanyak 24 karung daun nilam kering, sedangkan sekali penyulingan sebanyak 12 karung goni daun nilam kering. Pengambilan karung dilakukan dari lapis yang paling atas kemudian karung pada lapis kedua dan 83
  • 8. Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85 Kemasan Nilam ketiga misalnya jika akan menyuling daun nilam dengan penundaan satu hari maka karung yang diambil adalah pada baris ke-1 dimulai dari lapis paling atas dan diakhiri lapis yang paling bawah. saat penyimpanan dapat dilakukan dengan menyusun karung goni sebanyak 8 buah sesuai dengan panjang dan disusun sebanyak 5 buah sesuai dengan lebar ruang penyimpanan serta menumpuk karung goni sebanyak 3 lapisan. UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Universitas Brawijaya (Program Hibah PHKI-C tahun anggaran 2012) yang telah membantu dalam pembiayaan penelitian ini. Gambar 3. Sketsa Ruang Penyimpanan Daun Nilam Kering DAFTAR PUSTAKA Pada penundaan selama dua hari, karung yang diambil adalah karung pada baris ke-2 dimulai dari lapisan teratas sampai lapisan terbawah. Begitu seterusnya sampai penyulingan daun nilam dengan penundaan 5 hari. Ruang penyimpanan akan diisi kembali setelah seluruh daun nilam kering telah diproses. Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. Puspitasari, Sedarnawati, dan S. Budiyanto. 1989. Analisis Pangan. IPB Press. Bogor. KESIMPULAN Chuansin, S., S. Vearasilp, S. Srichuwong, dan E. Pawelzik. 2006. Selection of Packaging Materials for Soybean Seed Storage. Conference on International Agricultural Research for Development. University of Bonn Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet, dan M. Wootton. 2009. Ilmu Pangan (Terjemahan H. Purnomo dan Adiono). UI-Press. Jakarta Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Penundaan penyulingan dapat meningkatkan jumlah total jamur dan bakteri pada daun nilam kering. 2. Jenis kemasan daun nilam kering (Pogostemon cablin Benth.) dan lama penundaan penyulingan tidak berpengaruh signifikan terhadap rendemen minyak nilam. 3. Perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan K2W1 (jenis kemasan karung goni dan lama penundaan penyulingan 5 hari). 4. Pola penyusunan daun nilam kering dalam kemasan karung goni pada Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Indiastuti, I. 2007. Analisa Proses Penyulingan Minyak Atsiri Daun Nilam (Pogestemon cablin) Dengan Cara Pemanasan Uap dan Air (Studi : Ditempat Penyulingan Daun Nilam Desa Sananrejo Malang). Skripsi. 84
  • 9. Jurnal Industria Vol 1 No. 2 Hal 77 – 85 Kemasan Nilam Jurusan Keteknikan Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang Jatmiko, I.P. 2012. Teknik Penyimpanan Bahan Pakan Ternak. http://ditjennak.deptan.go.id/index. php?page=berita&action=detail&id berita=310. Diakses pada tanggal 1 September 2012. dan Kertas Serta Pengaruhnya Terhadap Bahan yang Dikemas. http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/7343/1/fp-mimi.pdf Diakses pada tanggal 23 Oktober 2011 Ogugbue, C. Jason, dan O. Gloria. 2011. Bioburden of Garri Stored in Different Packaging Materials under Tropical Market Conditions. Middle-East Journal of Scientific Research. 7(5): 741-745 Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Balai Pustaka. Jakarta Rahayoe, S., Suhargo, Y. Tetuko, dan T. Mega. 2007. Kajian Kinetika Pengaruh Kadar Air dan Perajangan Terhadap Laju Destilasi Minyak Atsiri. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 393–406 __________. 1987. Minyak Atsiri. UI Press. Jakarta Khan, M.M., K. Thompson, M. Usman, dan B. Fatima. 2002. Role of Moisture and Controlled Atmosphere in Citrus Seed Storage. International Journal of Agriculture and Biology. 4(2) : 259-266 Sisman, C.B. 2005. Quality Losses in Temporary Sunflower Seed Stores and Influances of Storage Conditions on Quality Losses During Storage. Journal Central European Agriculture. 6(2) : 143150 Mangun, H.M.S. 2006. Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta Marsh, K. dan B. Bugusu. 2007. Food Packaging – Roles, Materials, and Environmental Issues. Journal of Food Science. 72(2) : 39–55 Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang. Nining, Y. 2002. Metode Penyimpanan Benih Merbau (Intsia bijuga O. Ktze). Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 8(2): 88-95 Nurdjanah, N. dan Ma’mun. 1994. Pengeringan Bahan dan Penyimpanan Daun Nilam Kering. Pemberitaan Litantri 20(2) : 11–15 Nurminah, M. 2002. Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik 85